Anda di halaman 1dari 25

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Diare

1. Definisi

Menurut Herdman dan Kamitsuru (2015) mengatakan diare adalah

feses yang lunak dan tidak berbentuk. Diare diartikan suatu kondisi buang

air besar yang tidak normal yaitu lebih dari tiga kali sehari dengan

konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau

lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau

usus (Lestari, 2016). Jadi penulis menyimpulkan diare adalah buang air

besar lebih dari tiga kali sehari disertai feses yang cair atau lunak.

2. Etiologi

Menurut Lestari, (2016) etiologi terjadinya diare antara lain :

a. Faktor Infeksi

1) Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak. Infeksi enternal meliputi infeksi

bakteri, infeksi virus dan infeksi parasit.

2) Infeksi parenteral yaitu infeksi diluar sistem pencernaan yang dapat

menimbulkan diare.

b. Faktor Malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan

sukrosa), monosakarida, (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).


9

c. Faktor Makanan

Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan

alergi terhadap jenis makanan tertentu.

3. Klasifikasi

Klasifikasi berdasarkan lamanya waktu diare menurut (Wong, 2008

dalam Wulandari, 2016) dibagi menjadi dua yaitu:

a. Diare Akut

Diare akut didefinisikan keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba

frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius. Diare

akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari).

b. Diare Kronis

Diare kronis didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi

defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit

lebih dari 14 hari.

4. Manifestasi Klinis

Menurut Yuliana (2009) dalam Nurarif (2015), gambaran klinis anak

diare antara lain :

a. Diare akut

1) Akan hilang dalam waktu 72 jam.

2) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi perut.

3) Demam.

b. Diare kronik

1) Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang.


10

2) Penurunan Berat Badan (BB) dan nafsu makan.

3) Demam indikasi terjadi infeksi

5. Patofisiologi

Secara umum kondisi peradangan pada gastrointestinal disebabkan

oleh infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi

enterotoksin atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan

sekresi cairan atau menurunkan absorbsi cairan sehingga akan terjadi

dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit. Mekanisme dasar yang

menyebabkan diare, meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Gangguan osmotik, kondisi ini berhubungan asupan makanan atau zat

yang sukar diserap oleh mukosa intestinal dan menyebabkan tekanan

osmotik dalam rongga usus meninggi maka terjadi pergeseran air dan

elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan

merangsang usus mengeluarkannya sehingga timbul diare.

b. Gangguan sekresi, akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada

dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit oleh

dinding usus ke dalam rongga usus selanjutnya timbul diare karena

terdapat peningkatan isi rongga usus.

c. Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap

makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus

menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang dapat

menimbulkan diare pula (Erawati & Wulandari, 2016).


11

6. Pathway

Makanan/minuman yang terkontaminasi

Infeksi pada mukosa usus

Makanan/zat tidak Mekanisme Terjadi


Dapat diserap tubuh mengeluarkan toksin hiperperistaltik

Tekanan osmotik
meningkat
Sekresi air dan elektrolit
meningkat Berkurangnya
kesempatan
usus menyerap
Terjadi pergeseran mekanisme tubuh untuk makanan
elektrolit ke dalam mengeluarkan toksin
rongga usus
Asupan nutrisi
Isi rongga usus berkurang dan
berlebih merangsang Diare ditingkatkan
kerja usus

Kehilangan cairan
dan elektrolit Risiko
Ketidakseimbangan
Elektrolit

Gambar 2.1 Pathway Diare


(Padila, 2013)

7. Komplikasi

Lestari (2016), komplikasi yang terjadi akibat diare antara lain:

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).

b. Hipoglikemia.

c. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.


12

d. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita

juga mengalami kelaparan.

8. Penatalaksanaan

Menurt hasil penelitian yang dilakukan oleh Lolopayung, Mukaddas

& Faustine (2014) yang menyatakan bahwa suplemen zink dan probiotik

secara efektif mengurangi frekuensi dengan perbedaan yang signifikan.

Pemberian oralit hanya ditujukan untuk mengganti cairan tubuh yang

hilang saat diare, sehingga tidak berpengaruh terhadap frekuensi diare.

Oleh karena itu, pemberian oralit dan kombinasi zink probiotik lebih baik

digunakan dibandingkan yang hanya mendapat oralit saja. Menurut Lestari

(2016), penatalaksanaan anak diare antara lain :

a. Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan).

Tindakan :

1) Untuk mencegah dehidrasi, beri anak minum lebih banyak dari

biasanya.

2) ASI diteruskan, makanan diberikan seperti biasanya.

3) Bila keadaan anak bertambah berat, segera bawa ke Puskesmas.

b. Anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan atau sedang,

tindakan yang dilakukan:

1) Berikan oralit.

2) Air Susu Ibu (ASI) diteruskan.

3) Teruskan pemberian makan.

4) Sebaiknya yang lunak, mudah dicerna dan tidak merangsang.


13

5) Bila tidak ada perubahan segera bawa ke Puskesmas terdekat.

c. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat.

Tindakan :

1) Segera bawa ke rumah sakit atau puskesmas

2) Oralit dan ASI diteruskan selama masih bisa minum.

B. Konsep Dasar Tumbuh Kembang Anak

1. Definisi

Tumbuh kembang adalah proses yang kontinue sejak dari konsepsi

sampai dewasa, yang dipengaruhi faktor bawaan dan lingkungan. Ini

berarti tumbuh kembang sudah terjadi sejak dalam kandungan.

Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu

bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun

individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga

ukuran dan struktur organ-organ tubuh dan otak.

Perkembangan (development) adalah perubahan yang bersifat

kuantitatif dan kualitatif, dengan bertambahnya kemampuan (skill) struktur

dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan atau maturitas.

(Soetjiningsih & Ranuh, 2016).

2. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak

Menurut Dwienda, Maita, Saputri & Yulviana (2014) pertumbuhan

mempunyai ciri khusus yaitu: perubahan ukuran, perubahan proporsi,

hilangnya ciri-ciri lama, serta munculnya ciri-ciri baru. Proses


14

perkembangan terjadi secara stimulan dengan pertumbuhan, sehingga

setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan

merupakan fase awal meliputi beberapa aspek kemampuan fungsional

yaitu kognitif, motorik, emosi, sosial dan bahasa.

3. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Dwienda, Maita, Saputri & Yulviana (2014) menjelaskan faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan antara lain:

a. Faktor Herediter

Merupakan faktor yang diturunkan ; suku, ras, dan jenis kelamin.

b. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan anak meliputi:

kebudayaan dan nutrisi

c. Status Sosial dan Ekonomi Keluarga

Anak yang dibesarkan di keluarga yang berekonomi dan

berpendidikan tinggi akan berpengaruh besar terhadap proses

pertumbuhan anak dan pemenuhan gizi akan terpenuhi dibandingkan

dengan keluarga dengan latar belakang pendidikan rendah.

d. Iklim atau Cuaca

Iklim tertentu akan mempengaruhi status kesehatan anak dan juga

dapat menimbulkan berbagai penyakit.

e. Olahraga

Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktifitas fisiologis dan

stimulasi perkembangan otot-otot.


15

4. Pertumbuhan Fisik Anak

Menurut Soetjiningsih & Ranuh, (2016) peningkatan berat badan

dan tinggi badan rata-rata pada setiap kelompok usia anak 6 bulan – 5

tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Pertumbuhan fisik selama masa balita dan anak-anak usia 6
bulan - 5 tahun
Usia Berat Badan Tinggi Badan
0-6 bulan Kenaikan BB per bulan 500- Kenaikan TB rata-
600 grram pada 6 bulan rata 2,5 cm per bulan.
pertama.
Dua kali BB lahir usia 4-5
bulan.
1 tahun Kenaikan BB per bulan 250- Kenaikan TB rata-
350 gram pada usia 1 tahun. rata 2,5 cm per bulan.
Tiga kali BB lahir usia 1 tahun.
4-6 tahun Kenaikan BB rata-rata per Kenaikan TB rata-
tahun 2 kg. rata 2 x TB lahir.
Kenaikan TB rata-
rata 1,5 x TB setahun.

5. Kemampuan Motorik Balita dan Anak

Menurut Soetjiningsih & Ranuh, (2016) perkembangan motorik

kasar dan morotik halus menurut kelompok umur 6 bulan - 5 tahun dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.2 Perkembangan motorik pada balita dan anak berdasarkan


kelompok umur 6 bulan - 5 tahun
16

Tabel 2.2 (lanjutan)

Usia Motorik Kasar Motorik Halus

0-3 bulan a. Mengangkat kepala a. Menahan barang yang


setinggi 45 ͦ dan dada dipegangnya.
ditumpu lengan pada b. Menggapai mainan
waktu tengkurap. yang digerakkan.
b. Menggerakkan kepala
dari kiri/kanan ke tengah.
3-6 bulan a. Berbalik dari telungkup a. Menggenggam pensil.
ke telentang. b. Meraih benda yang ada
b. Mengangkat kepala dalam jangkauannya.
setinggi 90 ͦ . c. Memegang tangannya
c. Mempertahankan posisi sendiri.
kepala tetap tegak dan
stabil.
6-9 bulan a. Duduk sendiri (dalam a. Memindahkan benda
sikap bersila). dari satu tangan ke
b. Belajar berdiri, kedua tangan lainnya.
kakinya menyangga b. Memungut dua benda,
sebagian berat badan. masing-masing tangan
c. Merangkak meraih memegang satu benda
mainan atau mendekati pada saat yang
seseorang. bersamaan.
9-12 a. Mengangkat badannya ke a. Menggenggam erat
bulan posisi berdiri. pensil.
b. Belajar berdiri selama 30 b. Memasukkan benda ke
detik atau berpegangan di mulut.
kursi.
c. Dapat berjalan dengan
dituntun.
12-18 a. Berdiri sendiri tanpa a. Menumpuk dua buah
bulan berpegangan. kubus.
b. Membungkuk untuk b. Memasukkan kubus ke
memungut mainan dalam kotak.
kemudian berdiri kembali.
c. Berjalan mundur 5
langkah.

Tabel 2.2 (lanjutan)

Usia Motorik kasar Motorik halus


17

18-24 a. Berdiri sendiri tanpa a. Bertepuk tangan,


bulan berpegangan selama 30 melambai-lambai.
detik. b. Menumpuk empat
b. Berjalan tanpa terhuyung- buah kubus.
huyung. c. Menggelindingkan
bola ke arah sasaran.

24-36 a. Jalan menaiki tangga a. Mencoret-coret pensil


bulan sendiri. pada kertas.
b. Dapat bermain dan
menendang bola kecil.

36-48 a. Berdiri pada satu kaki a. Menggambar garis


bulan selama 2 detik. lurus.
b. Melompat dengan kedua b. Menumpuk delapan
kaki diangkat. buah kubus.
c. Mengayuh sepeda roda
tiga.
48-60 a. Berdiri pada satu kaki a. Menggambar tanda
bulan selama 6 detik. silang.
b. Melompat-lompat dengan b. Menggambar
satu kaki. lingkaran.
c. Menari. c. Menggambar orang
dengan 3 bagian tubuh
Menangkap bola kecil
60-72 a. Berjalan lurus. dengan kedua tangan.
bulan b. Berdiri dengan satu kaki a. Menggambar segi
selama 11 detik. empat.

C. Konsep Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit

1. Definisi

Menurut Herdman & Kamitsuru (2015), Risiko

ketidakseimbangan elektrolit adalah rentan mengalami perubahan kadar

elektrolit serum yang mengganggu kesehatan. Elektrolit adalah senyawa

di dalam larutan yang berdisosiasi menjadi partikel yang bermuatan (ion)

positif atau negatif. Sebagian besar proses metabolisme memerlukan dan


18

dipengaruhi oleh elektrolit. Konsentrasi elektrolit yang tidak normal

dapat menyebabkan banyak gangguan.

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena

metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons

terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling

berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam

bentuk kelebihan atau kekurangan.

2. Pengaturan elektrolit tubuh

Pengaturan elektrolit yang perlu diketahui adalah

a. Natrium (sodium)

Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada cairan

ekstrasel. Na+ mempengaruhi keseimbangan air, hantaran implus saraf

dan kontraksi otot. Sodium diatur oleh intake garam, aldosteron dan

pengeluaran urin. Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.

b. Kalium (potassium)

Merupakan kation utama cairan intrasel, berfungsi sebagai

excitability neoromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan untuk

pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan keseimbangan asam

basa, karena ion K+ dapat di ubah menjadi ion hidrogen (H+). Nilai

normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.

c. Kalsium

Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung,

pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi.


19

d. Magnesium

Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat

penting untuk aktivitas enzim. Nilai normalnya 1,5-2,5 mEq/lt.

e. Chlorida

Terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, normalnya sekitar 95-

105 mEq/lt.

f. Bikarbonat

HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada

cairan ekstrasel dan intrasel. Bikarbonat diatur oleh ginjal.

g. Fostat

Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel.

Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolisme

karbohidrat, pengaturan asam basa, pengaturan oleh hormon parathyro.

3. Faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit:

a. Usia

Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme

yang diperlukan dan berat badan. Usia balita sangat rentan untuk terjadi

risiko ketidakseimbangan elektrolit.

b. Temperatur Lingkungan

Panas yang berlebihan menyebabkan keringat. Seseorang dapat

kehilangan NaCl melaui keringat sebanyak 15-30 g/hari. Lingkungan

yang ekstrim akan meningkatkan risiko ketidakseimbangan elektrolit

terutama balita.
20

c. Diet

Saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan

energi, proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial

ke intraseluler.

d. Stress

Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel,

konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat

menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan

produksi ADH dan menurunkan produksi urine.

4. Faktor yang berhubungan

Adapun faktor yang berhubungan dengan risiko

Ketidakseimbangan elektrolit diantaranya adalah :

a. Diare.

b. Kelebihan Volume Cairan.

c. Kekurangan Volume Cairan.

d. Kurang pengetahuan tentang faktor diubah.

e. Muntah.

5. Batasan karakteristik

Pasien dengan risiko ketidakseimabngan elektrolit mengalami

beberapa gangguan/ penyulit diantaranya:

a. Gangguan mekanisme pengaturan.

b. Difungsi pengaturan Endokrin.

c. Difungsi ginjal.
21

d. Program pengobatan.

D. Konsep Asuhan Keperawatan Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit

Pada Pasien Diare

1. Pengkajian

Menurut Huda (2015) pengkajian pada pasien dengan diare

sebagai berikut:

a. Identitas

Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak,

frekuensi diare untuk neonatus > 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3

kali/hari dalam sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada nak

ditinjau dari pola makan, kebersihan dan perawatan. Tingkat

pengetahuan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat perlaku kesehatan

dan komunikasi dalam pengumpulan data melalui wawancara atau

interview. Alamat berhubungan dengan epidemiologi (tempat, waktu

dan orang).

b. Keluhan utama

Alasan pasin dibawa ke rumah sakit, manifestasi klinisnya

Buang air besar yang tidak normal/cair lebih banyak dari biasanya.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang air

besar dengan konsistensi cair berkali-kali baik desertai atau tanpa

dengan muntah, tinja dapat bercampur lendir dan atau darah. Keluhan
22

lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu

badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan

kesadaran.

d. Riwayat kesehatan dahulu

Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal,

hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola

kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik,

kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain.

1) Prenatal
Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan

semester pertama, penyakti selama kehamilan yang menyertai

seperti TORCH, DM, Hipertiroid yang dapat mempengaruhi

pertunbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim.

2) Natal

Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yang dapat

mempengaruhi fungsi dan maturitas organ vital .

3) Post natal

Apgar skor < 6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi atau

hiperbilirubinemia. Berat badan dan panjang badan untuk

mengikuti pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia

sekelompoknya. Pemberian ASI dan PASI terhadap perkembangan

daya tahan tubuh alami dan imunisasi buatan yang dapat

mengurangi pengaruh infeksi pada tubuh.


23

e. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan menjadi bahan pertimbangan

yang penting karena setiap individu mempunyai ciri-ciri struktur dan

fungsi yang berbeda, sehingga pendekatan pengkajian fisik dan

tindakan haruys disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan.

f. Riwayat kesehatan keluarga

1) Penyakit
Apakah ada anggota keluarga yangmenderita diare atau

tetangga yang berhubungan dengan distribusi penularan.

2) Lingkungan rumah dan komunitas

Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene

yang kurang mudah terkena kuman penyebab diare.

3) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan

BAB yang tidak pada tempat (sembarang)/ di sungai dan

cara bermain anak yang kurang higienis dapat mempermudah

masuknya kuman lewat Fecal-oral.

4) Persepsi keluarga

Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu

keputusan untuk penangan awal atau lanjutan ini bergantung pada

tingkat pengetahuan dan penglaman yang dimiliki oleh anggota

keluarga (orang tua).

g. Pola fungsi kesehatan

1) Pola Nutrisi
24

Makanan yang terinfeksi, pengelolaan yang kurang hygiene

berpengaruh terjadinya diare, sehingga status gizi dapat berubah

ringan samapai jelek dan dapat terjadi hipoglikemia. Kehilangan

Berat Badan dapat dimanifestasikan tahap-tahap dehidrasi. Dietik

pada anak < 1tahun/> 1tahun dengan Berat badan < 7 kg dapat

diberikan ASI/ susu formula dengan rendahlaktosa, umur > 1

tahun dengan BB > 7 kg dapat diberikan makananpadat atau

makanan cair.

2) Pola eliminasi

BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa lendir,

darah dapat mendukung secara makroskopis terhadap kuman

penyebab dan cara penangana lebih lanjut. BAK perlu dikaji untuk

output terhadap kehilangan cairan lewat urine.

3) Pola istirahat

Anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat terganggu

karena frekuensi diare yang berlebihan, sehingga menjadi rewel..

4) Pola aktivitas

Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan

sekunder untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

h. Pengkajian fisik

Pengakajian secara umum dilakukan dengan metode head to

too yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda


25

vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-

urinaria.

Fokus pengkajian pada anak dengan diare adalah penemuan

tanda-tanda yang mungkin didapatkan yang meliputi: penurunan BB,

denyut nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, mata cekung,

mukosa bibir dan mulut kering, kulit kering dengan turgor berkurang.

Dapat ditemukan peningkatan frekuensi pernapasan, peningkatan

peristaltik usus dan adanya luka lecet sekitar anus.

i. Pemeriksaan penunjang

1) Laboratorium

a) Feces lengkap

Makroskopis dan mikroskopis (bakteri (+) mis. E. Coli,

PH dan kadar gula, Biakan dan uji resistensi.

b) Pemeriksaan Asam Basa

Analisa Gas Darah dapat menimbulkan Asidosis

metabolik dengan kompensasi alkalosis respiratorik.

c) Pemeriksaan kadar ureum kreatinin, untuk mengetahui faal

ginjal

d) Serum elektrolit (Na, K, Ca dan Fosfor)

Diare dapat terjadi hiponatremia, hipokalsemia yang

memungkinkan terjadi penurunan kesadaran dan kejang.

2) Pemeriksaan intubasi duodenum


26

Terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad renik atau

parasit secara kualitatif dan kuantitatif.

3) Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau

penyakit penyerta seperti bronchopnemonia dll seperti foto thorax

AP/PA Lateral.

j. Penatalaksanaan

1) Rehidrasi

a) Jenis cairan

Cara rehidrasi oral : Formula lengkap (NaCl, NaHCO3,

KCl dan Glukosa) seperti oralit,pedyalit setiap kali diare,

Formula sederhana (NaCl dan Sukrosa/KH lain) seperti LGG,

tajin. Cairan parenteral : usia 0-2 hari dengan BB < 2500

D5%, BB > 2500 (aterm) D10%, Usia 2 hari-3 bulan d100,18

NS, Usia 3 bulan- 3 tahun D51/4 NS, Usia > 3 tahun

D51/2NS, HSD (Half Strength Darrow) D1/2 2,5 NS cairan

khusus untuk diare > usia 3 bulan.

b) Jalan pemberian

Oral (dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi, anak

mau minum serta kesadaran baik). Intragastrik (dehidrasi

ringan, sedang, tanpa dehidrasi, anak tidak mau makan dan

kesadaran menurun). IV line bila dehidrasi berat.

c) Jumlah cairan
27

Jumlah cairan yang diberikan tergantung pada :

(1) Defisit (derajat dehidrasi)

(2) Kehilangan sesaat (concurent loss)

(3) Rumatan (maintenance)

d) Jadwal/kecepatan

Jadwal atau kecepatan pemberian cairan tergantung pada

tingkat dehidrasi dan umur. Untuk defisit diberikan 3

jampertama dan dilanjutkan maintenance.

2) Obat-obatan

a) Obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hr dengan dosisminimal 30

mg, Klorpromasin, 0,5-1 mg/ kg BB/hr

b) Obat antispasmotiliti: Papaverin, opium. Loperamid

c) Antibiotik, diberikan apabila penyebab jelas dan ada penyakit

penyerta

d) Dietetik

i. Anak < 1 tahun atau > 1 tahun denga BB < 7 kg

ii. Susu ASI/ susu formula dengan laktosa rendah

iii. Makanan setengah padat (bubur susu), makana padat

iv. Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg

v. Makanan padat/ maknan cair/susu

Dalam keadaan malabsorbsi berat serta alergi protein susu

sapi dapat diberikan elemental/semi elemental formula.

e) Supportif
28

i. Vitamin A 200.000 iu IM usia < 1 tahun

ii. Vitamin A 100.000 iu IM usia 1-5 tahun

iii. Vitamin A 5000 iu usia > 5 tahun

iv. Vitamin A 2.500 iu po usia < 1 tahun

v. Vitamin A 5.000 iu po usia > 1 tahun

vi. Vitamin B kompleks, vit C

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang mugkin muncul pada pasien dengan diare salah

satunya risiko ketidaksimbangan elektrolit. Menurut Herdman &

Kamitsuru (2015) risiko ketidakseimbangan elektrolit adalah kerentanan

mengalami perubahan kadar elektrolit serum yang dapat mengganggu

kesehatan. Faktor risiko pada risiko ketidakseimbangan elektrolit

diantaraya meliputi diare, disfungsi ginjal, disfungsi pengaturan endokrin,

gangguan mekanisme pengaturan, kekurangan volume cairan, kelebihan

volume cairan, muntah dan program pengobatan.

Jadi, pada pasien dengan diare diagnosa keperawatan yang

muncul adalah risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan

faktor risiko: diare.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan pada pasien diare dngan risiko

ketidakseimbagan elektrolit berdasarkann kriteria hasil (Moorhead, 2016)

Nursing Outcomes Classification (NOC) dan itervensi (Bulecheck, 2016)

Nursing Iterventions Classification (NIC).


29

Tujuan : setelah dilakuka tidakan keperawatan slama proses keperawatan

diharapkan pasien dengan diare tidak timbul tanda-tanda terganggunya

keseimbangan elektrolit.

NOC: Eliminasi Usus (0501)

Kriteria hasil dari diagnosa keperawatan risiko ketidakseimbanga elektrolit

dapat dilihat dalam tabel 2.3 berikut :

Tabl 2.3
Kriteria hasil dan skala dalam perencanaan risiko ketidakseimbangan
elektrolit pada pasien diare.
Skala
No Kriteria Hasil
Awal Tujuan
1 Pola eliminasi - 5
2 Kontrol gerakan usus - 5
3 Warna feses - 5
4 Jumlah feses untuk diet - 5
5 Feses lembut dan terbentuk - 5
6 Kemudahan BAB - 5
7 Tekanan sfigter - 5
8 Otot utuk mengeluarkan feses - 5
9 Pengeluaran feses tanpa batuan - 5
10 Suara bising usus - 5
Keterangan:
1 = Sangat terganggu

2 = Banyak terganggu

3 = Cukup terganggu

4 = Sedikit terganggu

5 = Tidak terganggu

NIC: Manajemen Diare (0460)

Intervensi:

a. Tetukan riwayat diare.


30

b. Ambil tinja untuk pemeriksaan kultur da sensitifitas bila diare

berlanjut.

c. Evaluasi profil pengobatan terhadap adanya efek samping pada

gastrointestinal.

d. Ajari pasien cara penggunaan obat anti diare secara tepat.

e. Instruksikan pasie atau angota keluarga utuk mencatat wara, volum,

frekuensi dan kosistensi tinja.

f. Evaluasi kadungan nutrisi dari makanan yang sudah dikonsumsi

sebelumnya.

g. Berikan makanan dalam porsi kecil dan lebih sering serta tingkatkan

porsi secara bertahap.

h. Ajurkan pasien menghidari makanan pedas dan yang menimbulkan

gas dalam perut.

i. Anjurkan pasien untuk mencoba menghindari makanan yang

mengandung laktosa.

j. Identifikasi faktor yang bisa menyebabkan diare .

k. Monitor tanda dan gejala diare.

l. Instruksika pasien untuk memberitahu staf setiap kali megalami

episode diare.

m. Amati turgor kulit scara berkala.

n. Monitor kulit perineum terhadap adanya iritasi dan ulserasi.

o. Ukur diare/output pencernaan.

p. Timbag pasie scara berkala.


31

q. Beritahu dokter jika terjadi peningkatan frekuensi atau suara perut.

r. Kosultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala diare menetap.

s. Istruksika diet rendah serat, tinggi protei, tinggi kalori, sesuai

kebutuhan.

t. Instruksikan utuk menghidari laksatif.

u. Ajari pasien cara menuliskan diari makanan.

v. Ajari pasien cara menurunkan stress, sesuai kebutuhan.

w. Bantu pasien untuk melakukan teknik penurunan stress.

x. Monitor persiapan makananyang aman.

y. Lakukan tindakan untuk mengistirahatkan perut.

4. Implementasi

Implementasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh perawat sesuai dengan perencanaan untuk membantu klien dari

masalah status kesehatan yang dihadapi ke status yang lebih baik.

5. Evaluasi

Evaluasi yang diharapkan berdasarkan perencanaan keperawatan

pada diagnosa keperawatan risiko ketidakseimbangan elektrolit pada

pasien dengan diare adalah tidak terganggunya keseimbangan elektrolit

dengan kriteria seperti dalam tabel 2.4 berikut ini.

Tabel 2.4
Kriteria hasil dan skala dalam evaluasi risiko ketidakseimbangan
elektrolit pada pasien dengan diare.
Skala
No Kriteria Hasil
Awal Tujuan Akhir
32

1 Pola eliminasi - 5 -
2 Kontrol gerakan usus - 5 -
3 Warna feses - 5 -
4 Jumlah feses untuk diet - 5 -
5 Feses lembut dan terbentuk - 5 -
6 Kemudahan BAB - 5 -
7 Tekanan sfigter - 5 -
8 Otot utuk mengeluarkan feses - 5 -
9 Pengeluaran feses tanpa batuan - 5 -
10 Suara bising usus - 5 -

Keterangan:
1 = Sangat terganggu

2 = Banyak terganggu

3 = Cukup terganggu

4 = Sedikit terganggu

5 = Tidak terganggu

Anda mungkin juga menyukai