Ns.SUPADI,M.Kep., Sp.MB
POLTEKKES SEMARANG
Definisi Hipertensi
Kenaikan TD sistolik lebih dari 140 mmHg dan TD diastolik
lebih dari 90 mmHg yang menetap
Tekanan darah berasal dari mekanisme pompa jantung yang
mendorong sejumlah volume darah, dengan tekanan yang tinggi
agar darah sampai ke seluruh organ tubuh melalui pembuluh
darah
Jadi tingginya tekanan darah ditentukan oleh jumlah darah yang
dipompakan (curah jantung dan diameter pembuluh darah
(resistensi perifer)
Tekanan darah = curah jantung x resistensi perifer
Klasifikasi TD
Kategori Sistolik mmHg Diastolik mmHg
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
High normal 130-139 85-89
- koartasio aorta
Post operative
PATOFISIOLOGI
Saraf simpatis
1. Primary hypertension
Renin
Angiotensinogen
(hati)
Angiotensin I
(paru)
ACE (angiotensin
converting enzyme
Angiotensin II
Over volume
TD Over volume
2. Secundary hypertension
Henti merokok
Suplemen K, Ca, Mg
Pengobatan (cont)
Farmakologi
Diuretik (furosemide, spironolactone)
1. Hipertensi emergensi
Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan
organ target yang progresif. Di perlukan
tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun
waktu menit/jam.
2. Hipertensi urgensi
Kenaikan TD mendadak yg tidak disertai
kerusakan organ target. Penurunan TD harus
dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam.
MANIFESTASI KLINIS KRISIS HIPERTENSI
1. Bidang neurologi:
Sakit kepala, hilang/ kabur penglihatan, kejang,
defisit neurologis fokal, gangguan kesadaran
(somnolen, sopor, coma).
2. Bidang mata:
Funduskopi berupa perdarahan retina, eksudat
retina, edema papil.
3. Bidang kardiovaskular
Nyeri dada, edema paru.
4. Bidang ginjal:
Azotemia, proteinuria, oligouria.
5. Bidang obstetri
Preklampsia dg gejala berupa gangguan
penglihatan, sakit kepala hebat, kejang,
nyeri abdomen kuadran atas, gagal
jantung kongestif dan oliguri, serta
gangguan kesadaran/ gangguan
serebrovaskuler.
FAKTOR RISIKO
Penderita hipertensi yg tidak meminum obat atau
minum obat anti hipertensi
Kehamilan
Penggunaan NAPZA
Penderita dg rangsangan simpatis yg tinggi seperti luka
bakar berat, phaechromocytoma, penyakit kolagen,
penyakit vaskuler, trauma kepala.
Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal
PENDEKATAN AWAL PD KRISIS HIPERTENSI
Anamnesis
R/ hipertensi (awal hipertensi, jenis obat anti
hipertensi, keteraturan konsumsi obat).
Ganguan organ (kardiovaskuler,
serebrovaskular, serebrovaskular,
renovaskular, dan organ lain).
Pemeriksaan fisik
Sesuai dengan organ target yang terkena
Pengukuran TD di kedua lengan
Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas
Auskultasi untuk mendengar ada/ tidak bruit
pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki
paru.
Pemeriksaan neurologis umum
Pemeriksaan funduskopi
Pemeriksaan laboratorium awal dan penunjang
Definisi
Suatu kondisi akibat robekan pada dinding aorta
sehingga lapisan dinding aorta terpisah dan
darah dapat masuk ke sela-sela lapisan dinding
pembuluh darah aorta.
MANIFESTASI KLINIS
Keluhan dapat bervariasi
1. Nyeri khas Aorta: onset mendadak, nyeri teriris
sudah maksimal dirasakan saat awal, lokasi
nyeri sesuai lokasi dimana robekan aorta tadi.
2. Rasa nyeri dada seperti nyeri dada khas infark
miokard, bila proses diseksi menjalar ke ostium
arteri koronaria.
3. Rasa nyeri leher disertai pandangan kabur, bila
proses diseksi ekstensi ke arteri karotis.
4. Sinkope merupakan petanda komplikasi yg
fatal, spt tamponade jantung, hipoperfusi
serebri.
DIAGNOSIS
Definisi
Keluhan/ gejala:
1. Sesak Nafas
2. Orthopnea
3. Dyspnea d’effort
Pemeriksaan fisik
1. TD sesuai definisi krisis hipertensi
2. Frekwensi pernafasan meningkat
3. Pada pemeriksaan jantung ditemukan S3 dan/
atau S4 gallop.
4. Pada pemeriksaan paru suara nafas ekspirasi
memanjang disertai ronchi basah halus seluruh
lapangan paru.
5. Peningkatan tekanan vena jugularis.
DIAGNOSIS
1. Peningkatan tekanan darah sesuai krisis
hipertensi
2. Gejala dan tanda gagal jantung
3. Edema paru pada foto thorax
Prinsip Tatalaksana dan Sasaran
Tekanan Darah
1. O2 dengan target saturasi 02 perifer > 95%,
bila perlu dapat digunakan CPAP atau ventilasi
mekanik non-invasif bahkan ventilasi mekanik
invasif.
2. Pemberian Nitroglycerin sublingual, bila perlu
dilanjutkan dg pemberian drip.
3. Pemberian diuretik loop IV (Furosemid)
4. Pemberian obat anti hipertensi IV at sublingual
5. Bila tidak ada kontra indikasi morfin IV dapat
dipertimbangkan.
Target penurunan TD sistolik atau diastolik
sebesar 30 mmHg dalam beberapa menit.
Sasaran akhir TD sistolik < 130 mmHg dan TD
diastolik < 80 mmHg.
Sebaiknya dicapai dalam 3 jam
Tabel No 2 Obat-obat parenteral untuk penanganan hipertensi emergensi
pd edema paru dan sindroma koroner akut
Definisi
Krisis hipertensi yang terjadi pada pasien dengan
sindroma koroner akut.
Sindroma koroner akut tdd :
1. angina pektoris tidak stabil,
2. Infark miokard non ST elevasi
3. Infark miokard dengan ST elevasi
Manifestasi Klinis
Keluhan
Nyeri dada dg penjalaran ke leher atau lengan kiri
dengan durasi lebih dari 20 menit dan dapat disertai dg
gejala sistemik berupa keringat dingin, mual dan
muntah dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda-
tanda gagal jantung.
Temuan Klinis
Pemeriksaan fisik dapat normal atau tanda-tanda gagal
jantung
Diagnosis
1. Anamnesis
2. EKG
3. Enzim petanda kerusakan otot jantung
(CKmb, Troponin T)
Prinsip tatalaksana dan Sasaran Tekanan Darah
Riwayat keluarga
RPD
RPS
Kebiasaan sehari-hari
Risk factor
BB dan TB
Mata (Px funduskopi untuk penyempitan retina
arteriolar, perdarahan, papil edema)
Leher (JVP, bising karotis, pembesaran tiroid)
Paru (pernafasan: irama,frekuensi, jenis suara nafas)
Jantung (Denyut jantung, suara jantung, bising jantung,
TD diukur minimal 2 kali dengan tenggang waktu 2
menit dalam posisi berbaring atau duduk, dan berdiri
sekurangnya setelah 2 menit
Pemeriksaan fisik (cont)
Jantung: Pengukuran TD menggunakan cuff
yang sesuai, sebaiknya dilakukan pada kedua sisi
lengan, dan jika nilainya berbeda maka nilai yang
tertinggi yang diambil
Abdomen: bising, pembesaran ginjal
Ekstremitas: lemah atau hilangnya nadi perifer,
edema
Neurologi: tanda trombosis cerebral dan
perdarahan
Pemeriksaan penunjang
EKG: adanya LVH, LAH, adanya PJK atau
aritmia
Hb/Hmt: untuk mengetahui viskositas
BUN/kreatinin
Glukosa: DM dapat diakibatkan oleh
peningkatan katekolamin (meningkatkan TD)
Kalium serum: hipokalemia dapat
mengindikasikan adanya aldosteron utama atau
efek samping diuretik
Pemeriksaan penunjang (cont)
Kalsium serum: peningkatan dapat menyebabkan
hipertensi
Kolesterol/trigliserida serum: peningkatan kadar
mengindikasikan pembentukan plak ateromatosa
Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi
sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi
Rontgen: adanya pembesaran jantung, vaskularisasi
aorta atau aorta melebar
Echocardiogram: tampak adanya penebalan dinding
ventrikel kiri mungkin sudah dilatasi dan gangguan
fungsi sistol dan diastol
KONSEP KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN HIPERTENSI
1. Pengkajian
a. Aktivitas atau f. Neurosensori
istirahat g. Nyeri/ketidaknyam
b. Sirkulasi anan
c. Integritas ego h. Pernafasan
d. Eliminasi i. keamanan
e. Makanan/cairan
Diagnosa Keperawatan yang
Muncul
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemi miokard,
hipertropi ventricular.
Diagnose keperawatan 2 :
Gangguan rasa nyaman : nyeri (sakit kepala)
berhubungan dengan peningkatan tekanan
vascular serebral
Tujuan :Diharapkan tekanan vaskuler
serebral tidak meningkat
NOC :
Pain level
Pain control
Comfort level
Penilaian NOC :
Skala 1 = Tidak pernah
Skala 2 = terbatas
Skala 3 = sedang
Skala 4 = substansial
Skala 5 = luas
NIC :
1) Pain management
2) Analgetik administration
Diagnosa keperawatan 3 :
Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan.
Tujuan : Diharapkan kebutuhan nutrisi
terpenuhi tanpa adanya masukan yang berlebihan
NOC :
- Nutrition status : food and fluid intake
- Nutritional status : nutrient intake
- Weight control
Penilaian NOC :
Skala 1 = Tidak pernah
Skala 2 = terbatas
Skala 3 = sedang
Skala 4 = substansial
Skala 5 = luas
NIC :
Weight management
Nutrition management
Nutritional monitoring