Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diare merupakan penyakit endemik di Indonesia dan juga merupakan

penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering menyebabkan

kematian. Penyakit ini merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di

negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan

mortalitasnya yang masih tinggi (Korompis & Tjitrosantoso, 2013).

Masalah kebersihan lingkungan, kebersihan makanan dan juga infeksi

mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan jamur umumnya menyebabkan

diare. Diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar)

lebih dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari disertai dengan perubahan

konsisten tinja menjadi cair dengan atau tanpa darah (WHO, 1999 dalam

Lestari, 2016).

Penyebaran penyakit diare ini juga tersebar ke semua wilayah di

Indonesia dengan penderita terbanyak adalah balita. Insiden diare pada

balita sebesar 12,3 % (Riset Kesehatan Dasar, 2018). Menurut Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2015) kasus diare di Jawa Tengah tahun

2015 sebesar 67,7 %, menurun bila dibandingkan proporsi tahun 2014.

Sedangkan kasus diare di Kabupaten Cilacap dari tahun ke tahun masih

tetap tinggi di banding dengan kasus penyakit lainnya. Penyakit diare di

Kabupaten Cilacap tahun 2015 sebanyak 23.318 sedangkan tahun 2014

1
2

yang dilaporkan sebanyak 22.429 jiwa Angka kesakitan diare Kabupaten

Binangun tahun 2016 sebesar 214 per 1000 penduduk hal ini sama dengan

kasus tahun 2015 adalah 214 per 1000 penduduk, kasus diare ditangani

sebesar 65,8 % (Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap, 2018).

Survey pendahuluan yang penulis peroleh mengenai karakteristik

penderita Diare pada bulan Juli - September di Puskesmas Binangun dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.1

Karakteristik Penderita Diare pada bulan Juil-September 2018 di wilayah


Puskesmas Binangun.
Karakteristik Variasi kelompok Jumlah penderita Presentase (%)
<1 tahun 17 anak 15 %
Umur 1 – 4 tahun 62 anak 54,8 %
5 – 14 tahun 34 anak 30,1 %
Total 113 anak 100 %
Sumber : Puskesmas Binangun 2018

Data tersebut menunjukkan bahwa penderita diare terbanyak

berdasarkan kriteria kelompok umur adalah kelompok umur 1- 4 tahun yaitu

sebanyak 54,8 % (62 penderita). Kelompok usia ini adalah kelompok anak

yang mulai aktif bermain dan rentan terkena infeksi penyakit terutama diare.

Anak umur ini dapat terkena infeksi bakteri penyebab diare saat bermain di

lingkungan yang kotor serta melalui cara hidup yang kurang bersih (Veni

2011) dalam (Anggrayani, D & Herlina, 2013).

Menurut penelitian yang dilakukan (Hazel, 2013) dalam (Sukut dkk.,

2015), mengatakan bahwa faktor-faktor risiko terjadinya diare yaitu: bayi


3

dengan berat badan lahir rendah (bayi atau anak dengan malnutrisi, anak-

anak dengan gangguan imunitas), riwayat infeksi saluran nafas, tingkat

pendidikan dan pengetahuan ibu mengenai higenis, kesehatan dan gizi baik

menyangkut ibu sendiri ataupun bayi, pengetahuan, sikap dan perilaku

dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI), sehingga menyebabkan Risiko

kehilangan elektrolit.

Penelitian lain dari Yusril (2014) mengatakan bahwa kejadian diare

akut pada balita dapat menyebabkan dehidrasi berat yang dapat

menimbulkan keseimbangan elektrolit dan asam basa dalam tubuh dan

komplikasi dari diare akut dengan dehidrasi berat dapat menyebabkan

asidosis metabolik, enchepalopati, hipotermi, hipernatremia, hiperkalemia,

dan hipokalemia yang berakibat fatal jika tidak mendapat perawatan.

Menurut Herdman & Kamitsuru (2015) risiko ketidakseimbangan

elektrolit adalah kerentanan mengalami perubahan kadar elektrolit serum

yang dapat mengganggu kesehatan. Faktor Risiko pada Risiko

ketidakseimbangan elektrolit diantaraya meliputi diare, disfungsi ginjal,

disfungsi pengaturan endokrin, gangguan mekanisme pengaturan,

kekurangan volume cairan, kelebihan volume cairan, muntah dan program

pengobatan.

Golongan usia yang paling menderita akibat penyakit diare adalah

anak-anak, karena daya tahan tubuhnya yang masih lemah sehingga pada

anak-anak yang gizinya tidak begitu baik sangat rentan terkena diare

walaupun tergolong diare ringan. Namun karena diare disertai dengan


4

keadaan tubuh yang lemah serta menurunnya nafsu makan, sehingga dapat

membahayakan kesehatan anak.

Orangtua sebagian biasanya tidak menanggapinya secara sungguh-

sungguh karena sifat diare yang ringan. Padahal penyakit diare walaupun

dianggap ringan tetapi sangat berbahaya bagi kesehatan anak. Untuk itu

pengetahuan orangtua dalam mengatur pola makan anak sangat diperlukan,

agar para orangtua dapat menyusun atau membuat makanan yang

dikonsumsi anak sangat bervariasi dan beranekaragam. Keanekaragaman

makanan itu bertujuan meningkatkan nafsu makan anak. Sesuai dengan

kejadian diatas dapat memunculkan diagnosa kesiapan meningkatkan

nutrisi.

Kesiapan meningkatkan nutrisi merupakan suatu pola asupan nutrisi

yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik dan dapat ditinggikan.

(Herdman dan Kamitsuru, 2015). Survey yang dilakukan oleh penulis

tanggal 29 Maret 2018 di Puskesmas Binangun biasanya pada anak yang

mengalami diare cenderung tidak menghabiskan makanan karena nafsu

makan yang berkurang. Survey ini didasarkan pada seberapa banyak

makanan yang dikonsumsi anak, kebanyakan anak hanya menghabiskan

setengah porsi makan saja. Jika hal ini terus terjadi maka akan memperparah

keadaan anak yang sedang sakit.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk

mengangkat proposal studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan

pada Anak Diare dengan Fokus Studi Risiko ketidakseimbangan


5

Elektrolit Di Ruang Rawat Inap UPTD Puskesmas Binangun

Kecamatan Binangun”.

B. Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi Asuhan Keperawatan Pada Anak

Diare Dengan Fokus Studi Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit Di Ruang

Rawat Inap UPTD Puskesmas Binangun Kecamatan Binangun.

C. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Anak Diare dengan Fokus Studi

Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit di Ruang Rawat Inap UPTD

Puskesmas Binangun?

D. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mendeskripsikan Asuhan Keperawatan Pada Anak Diare dengan

Fokus Studi Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit di Ruang Rawat Inap

UPTD Puskesmas Binangun.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan pengkajian keperawatan pada anak yang mengalami

diare dengan Fokus Studi Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit di

Ruang Rawat Inap UPTD Puskesmas Binangun.


6

b. Menetapkan diagnosa keperawatan pada anak yang mengalami diare

dengan Fokus Studi Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit di Ruang

Rawat Inap UPTD Puskesmas Binangun.

c. Menyusun perencanaan keperawatan pada anak yang mengalami

diare dengan Fokus Studi Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit di

Ruang Rawat Inap UPTD Puskesmas Binangun.

d. Melaksanankan tindakan keperawatan pada anak yang mengalami

diare dengan Fokus Studi Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit di

Ruang Rawat Inap UPTD Puskesmas Binangun.

e. Melakukan evaluasi pada anak yang mengalami diare dengan Fokus

Studi Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit di Ruang Rawat Inap

UPTD Puskesmas Binangun.

E. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Sebagai sarana informasi, pengembangan ilmu keperawatan yang berguna

untuk meningkatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan dengan

diare.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Meningkatkan wawasan serta pengalaman dan menerapkan ilmu

keperawatan, dan dapat dijadikan pengembangan asuhan keperawatan

pada anak diare dengan Fokus Studi Risiko Ketidakseimbangan

Elektrolit.
7

b. Bagi Institusi

Salah satu bahan referensi dan informasi bagi perawat pada

pengelolaan keperawatan anak diare dengan fokus studi risiko

ketidakseimbangan elektrolit.

c. Bagi Pembaca

Meningkatkan informasi dan pengetahuan tentang asuhan keperawatan

pada anak diare serta dapat menjadi bahan bacaan untuk memperdalam

pengetahuan yang sudah ada tentang diare.

Anda mungkin juga menyukai