Anda di halaman 1dari 33

Kegawatdaruratan Elektrokardiografi

Gangguan hemodinamika dapat disebabkan gangguan pada irama jantung, gangguan pada
pompa jantung dan gangguan pada volume darah / cairan yang mengisi pembuluh darah.
Gangguan hemodinamika dapat bermanifestasi klinis berupa hipotensi, sianosis, kesadaran
menurun dan lain-lain. Pada topik ini akan kita bahas mengenai gangguan irama jantung dan
gangguan pompa jantung yang dapat kita ketahui dari gambaran elektrokardiografi (EKG).
Dari Advance Cardiac Life Supports (ACLS), kegawatan irama jantung (aritmia / disritmia)
dibagi menjadi tiga yaitu henti jantung, bradikardi dan takikardi.

1.Henti Jantung, tidak ada nadi atau heart rate. gambaran EKG yang mungkin terlihat pada
henti jantung antara lain :

Asistol
Kriteria : tidak ada aktivitas listrik, paling sering
ditemukan pada kasus henti jantung. Sering timbul
setelah Ventrikel Fibrilasi (VF) dan Pulseless Electrical
Actifity (PEA)

Pulseless Electrical Actifity (PEA)


Kriteria : ada aktvitas listrik jantung tetapi tidak terdeteksi
pada saat pemeriksaan arteri (nadi tidak teraba)

Ventrikel takikardi
(VT) tanpa nadi
Kriteria :
Irama : Ventrike
Takikardi,
Heart Rate : > 100
kali/menit (250-300
kali/menit)
Gelombang P : tidak
terlihat
Interval PR : tidak
terukur
Gelombang QRS :
lebar > 0,12 detik
Ventrikel Fibrilasi (VF)
Kriteria :
Irama : ventrikel
fibrilasi
Heart Rate : tidak dapat
dihitung
Gelombang P : tidak
terlihat
Interval PR : tidak
terukur
Gelombang QRS : tidak
teratur, tidak dapat
dihitung

2. Takikardi, yaitu heart rate lebih dari 150 kali /menit. Gambaran EKG dapat
dikelompokan menjadi 2 yaitu QRS sempit dan QRS lebar
QRS sempit, gambaran EKG-nya bisa berupa
Sinus takikardi

Kriteria :
Irama : sinus takikardi
Heart Rate : > 100 kali/menit
Gelombang P : 0,04
Interval PR : 0,12
Gelombang QRS : 0,04-0,08 detik
Atrial takikardi

Kriteria :
Irama : atrial takikardia/supraventrikel takikardi
Heart Rate : > 150 kali/menit
Gelombang P : kecil atau tidak terlihat
Interval PR : tidak dapat dihitung
Gelombang QRS : 0,04-0,08 detik

Atrial Flutter (gelepar atrial)


Kriteria :
Irama : atrial flutter
Heart Rate : bervariasi
Gelombang P : banyak bentuk seperti
gergaji,perbandingan dengan komplek QRS
bisa 3 atau 4 atau 5 dan seterusnya : 1
Interval PR : tidak dapat dihitung
Gelombang QRS : 0,04-0,08 detik
Atrial Fibrilasi (AF)
Kriteria :
Irama : tidak teratur
Heart Rate : bervariasi, dapat dibagi respon
ventrikel cepat (HR > 100),, respon ventrikel
normal (HR 60 –100), respon ventrikel lambat
(< 60)
Gelombang P : tidak dapat diidentifikasikan
Interval PR : tidak dapat dihitung
Gelombang QRS : 0,04-0,08 detik
QRS lebar, gambaran EKG-nya bisa berupa :
Ventrikel Takikardi atau Atrial Fibrilasi
dengan aberan. Kedua gambarannya sama
dengan di atas (henti jantung), hanya saja
secara klinis pasien tampak sadar dan nadi atau heart rate masih dapat diperiksa.

3. Bradikardi, yaitu heart rate < 60 kali/ menit,


dapat berupa :
sinus bradikardia

Kriteria :
Irama : sinus
Heart Rate : < 60 kali/menit
Gelombang P : 0,04 detik
Interval PR : 0,12-0,20 detik
Gelombang QRS : 0,04-0,08 detik

Atrio-Ventrikuler (AV) blok derajat 1

Kriteria :
Irama : sinus
Heart Rate : biasanya 60-100 kali/menit
Gelombang P : normal (0,04 detik)
Interval PR : memanjang > 0,20 detik
Gelombang QRS : normal (0,04-0,08 detik)

AV blok derajat 2 tipe Mobitz 1


(Wenchenbach)
Kriteria :
Irama : sinus
Heart Rate : biasanya < 60 kali/menit
Gelombang P : normal, ada gelombang P yang tidak diikuti QRS
Interval PR : semakin lama semakin panjang kemudian blok
Gelombang QRS : normal

AV blok derajat 2 tipe Mobitz 2

Kriteria :
Irama : sinus
Heart Rate : biasanya < 60 kali/menit
Gelombang P : normal, ada gelombang P yang tidak diikuti QRS
Interval PR : normal atau memanjang secara konstan diikuti blok
Gelombang QRS : normal

Total AV blok

Kriteria :
Irama : sinus
Heart Rate : biasanya < 60 kali/menit, dibedakan heart rate gelombang P dan kompleks QRS
Gelombang P : normal, tapi gelombang P dan QRS berdiri sendiri
Interval PR : berubah-ubah/tidak ada
Gelombang QRS : normal
dari bradikardi, yang biasanya menimbulkan kegawatan adalah AV blok derajat 2 dan 3

Gangguan pompa jantung dapat diakibatkan oleh gangguan pada otot jantung. Salah satu
yang menyebabkan otot jantung terganggu adalah iskemik miokardium atau infark
miokardium akibat tersumbatnya pembuluh darah koroner. Berikut ini gambaran
perubahan/evolusi infark miokardium :
Iskemik Miokard ditandai dengan adanya depresi ST atau gelombang T terbalik, injuri
ditandai dengan adanya ST elevasi. Infark miokard ditandai adanya gelombang Q patologis.
Pada fase awal terjadinya infark ditandai gelombang T yang tinggi sekali (hiperakut T)
kemudian pada fase sub akut ditandai T terbalik lalu pada fase akut ditandai ST elevasi. Pada
fase lanjut (old) ditandai dengan terbentuknya gelombang Q patologis
Lokasi infark :
Anterior : V2 – V4
Anteroseptal : V1 – V3
Anterolateral : V5, V6, I dan aVL
Ekstensive anterior : V1 – V6, I dan aVL
Inferior : II, III, aVF
Posterior : V1, V2 (resiprokal/seperti cermin)
Contoh infark miokard
Infark miokard (IM) akut inferior (ST elevasi di II, III, aVF) + iskemik ekstensif anterior (ST
depresi di I, aVL, V1 s/d V6)
Ventrikel kanan : V1, V3R, V4R

Gambaran EKG yang harus diwaspadai


Ventrikel ekstrasistol

Elektrokardiografi (EKG)
Technorati Tags: jantung,elektrokardiografi,ekg,electrocardiography,ecg,lead
Definisi EKG : Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktivitas listrik jantung.
Elektokardiogram adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung
Cara Menggunakan EKG untuk merekam listrik jantung :
Persiapan
A. Alat

 Mesin EKG, yang dilengkapi :


 kabel untuk sumber listrik
 kabel untuk bumi (ground)
 Kabel elektroda ekstremitas dan dada
 Plat elektroda ekstremitas beserta karet pengikat
 Balon penghisap elektroda dada
 Jelly
 Kertas tissue
 Kapas Alkohol
 Kertas EKG
 Spidol

B. Pasien
Penjelasan (informed consent)
- Tujuan pemeriksaan
- Hal-hal yang perlu diperhatikan saat perekaman
Dinding dada harus terbuka dan tidak ada perhiasan logam yang melekat.
Pasien diminta tenang atau tidak bergerak saat perekaman EKG
Cara memasang EKG
1. Pasang semua komponen/kabel-kabel pada mesin EKG
2. Nyalakan mesin EKG
3. Baringkan pasien dengan tenang di tempat tidur yang luas. Tangan dan kaki tidak saling
bersentuhan
4. Bersihkan dada, kedua pergelangan kaki dan tangan dengan kapas alcohol (kalau perlu
dada dan pergelangan kaki dicukur)
5. Keempat electrode ektremitas diberi jelly.
6. Pasang keempat elektrode ektremitas tersebut pada kedua pergelangan tangan dan kaki.
Untuk tangan kanan biasanya berwarna merah, tangan kiri berwarna kuning, kaki kiri
berwarna hijau dan kaki kanan berwarna hitam.
7. Dada diberi jelly sesuai dengan lokasi elektrode V1 s/d V6.
- V1 di garis parasternal kanan sejajar dengan ICS 4 berwarna merah
- V2 di garis parasternal kiri sejajar dengan ICS 4 berwarna kuning
-V3 di antara V2 dan V4, berwarna hijau
- V4 di garis mid klavikula kiri sejajar ICS 5, berwarna coklat
- V5 di garis aksila anterior kiri sejajar ICS 5, berwarna hitam
- V6 di garis mid aksila kiri sejajar ICS 5, berwarna ungu
1. Pasang elektrode dada dengan menekan karet penghisap.
2. Buat kalibrasi
3. Rekam setiap lead 3-4 beat (gelombang), kalau perlu lead II panjang (minimal 6 beat)
4. Kalau perlu buat kalibrasi setelah selesai perekaman
5. Semua electrode dilepas
6. Jelly dibersihkan dari tubuh pasien
7. Beritahu pasien bahwa perekaman sudah selesai
8. Matikan mesin EKG
9. Tulis pada hasil perekaman : nama, umur, jenis kelamin, jam, tanggal, bulan dan tahun
pembuatan, nama masing-masing lead serta nama orang yang merekam
10.Bersihkan dan rapikan alat
Perhatian :

 Sebelum bekerja periksa kecepatan mesin 25 mm/detik dan voltase 10 mm. Jika kertas tidak
cukup kaliberasi voltase diperkecil menjadi ½ kali atau 5 mm. Jika gambaran EKG kecil,
kaliberasi voltase diperbesar menjadi 2 kali atau 20 mm.
 Hindari gangguan listrik dan mekanik saat perekaman
 Saat merekam, operator harus menghadap pasien

 Lead EKG

Terdapat 2 jenis lead :

A. Lead bipolar : merekam perbedaan potensial dari 2 elektrode

 Lead I : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri (LA) yang
mana tangan kanan bermuatan (-) dan tangan kiri bermuatan (+)
 Lead II : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri (LF) yang
mana tangan kanan bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+)
 Lead III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LF) yang mana
tangan kiri bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+)
B. Lead unipolar : merekam beda potensial lebih dari 2 elektode
Dibagi 2 : lead unipolar ekstremitas dan lead unipolar prekordial
Lead unipolar ekstremitas

 Lead aVR : merekam beda potensial pada tangan kanan (RA) dengan tangan kiri dan kaki
kiri yang mana tangan kanan bermuatan (+)
 Lead aVL : merekam beda potensial pada tangan kiri (LA) dengan tangan kanan dan kaki
kiri yang mana tangan kiri bermuatan (+)
 Lead aVF : merekam beda potensial pada kaki kiri (LF) dengan tangan kanan dan tangan
kiri yang mana kaki kiri bermuatan (+)

Lead unipolar prekordial : merekam beda potensial lead di dada dengan ketiga lead
ekstremitas. Yaitu V1 s/d V6

Kertas EKG

Kertas EKG merupakan kertas grafik yang terdiri dari garis horisontal dan vertikal
berbentuk bujur sangkar dengan jarak 1 mm. Garis yang lebih tebal (kotak besar) terdapat
pada setiap 5 mm. Garis horizontal menggambarkan waktu (detik) yang mana 1 mm (1
kotak kecil) = 0,04 detik, 5 mm (1 kotak besar) = 0,20 detik. Garis vertical menggambarkan
voltase yang mana 1 mm (1 kotak kecil) = 0,1 mV.

Kurva EKG

Kurva EKG menggambarkan proses listrik yang terjadi di atrium dan ventrikel. Proses listrik
terdiri dari :

 Depolarisasi atrium (tampak dari gelombang P)


 Repolarisasi atrium (tidak tampak di EKG karena bersamaan dengan depolarisasi ventrikel)
 Depolarisasi ventrikel (tampak dari kompleks QRS)
 Repolarisasi ventrikel (tampak dari segmen ST)

Kurva EKG normal terdiri dari gelombang P,Q,R,S dan T kadang-kadang tampak gelombang
U.
EKG 12 Lead
Lead I, aVL, V5, V6 menunjukkan bagian lateral jantung
Lead II, III, aVF menunjukkan bagian inferior jantung
Lead V1 s/d V4 menunjukkan bagian anterior jantung
Lead aVR hanya sebagai petunjuk apakah pemasangan EKG sudah benar
Aksis jantung
Sumbu listrik jantung atau aksis jantung dapat diketahui dari bidang frontal dan horisontal.
Bidang frontal diketahui dengan melihat lead I dan aVF sedangkan bidang horisontal dengan
melihat lead-lead prekordial terutama V3 dan V4. Normal aksis jantung frontal berkisar -30
s/d +110 derajat.Deviasi aksis ke kiri antara -30 s/d -90 derajat, deviasi ke kanan antara +110
s/d -180 derajat.
Sekilas mengenai EKG Normal

Gelombang P
Nilai normal :
Lebar ≤ 0,12 detik
Tinggi ≤ 0,3 mV
Selalu (+) di lead II
Selau (-) di lead aVR
Interval PR
Diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan gelombang QRS. Nilai normal
berkisar 0,12-0,20 detik.
Gelombang QRS (kompleks QRS)
Nilai normal : lebar 0,04 - 0,12 detik, tinggi tergantung lead.
Gelombang Q : defleksi negatif pertama gelombang QRS
Nilai normal : lebar < 0,04 detik, dalam < 1/3 gelombang R. Jika dalamnya > 1/3 tinggi
gelombang R berarti Q patologis.
Gelombang R adalah defleksi positif pertama pada gelombang QRS. Umumnya di Lead aVR,
V1 dan V2, gelombang S terlihat lebih dalam, dilead V4, V5 dan V6 makin menghilang atau
berkurang dalamnya.
Gelombang T
Merupakan gambaran proses repolirisasi Ventrikel. Umumnya gelombang T positif, di
hampir semua lead kecuali di aVR
Gelombang U
Adalah defleksi positif setelah gelombang T dan sebelum gelombang P berikutnya.
Penyebabnya timbulnya gelombang U masih belum diketahui, namun diduga timbul akibat
repolarisasi lambat sistem konduksi Interventrikuler.
Interval PR
Interval PR diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan gelombang QRS. Nilai
normal berkisar antara 0,12 – 0,20 detik ini merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
depolarisasi Atrium dan jalannya implus melalui berkas His sampai permulaan depolarisasi
Ventrikuler
Segmen ST
Segmen ST diukur dari akhir gelombang QRS sampai permulaan gelombang T. segmen ini
normalnya isoelektris, tetapi pada lead prekkordial dapat berpariasi dari – 0,5 sampai +2mm.
segmen ST yang naik diatas garis isoelektris disebut ST eleveasi dan yang turun dibawah
garis isoelektris disebut ST depresi
Cara menilai EKG

 Tentukan apakah gambaran EKG layak dibaca atau tidak


 Tentukan irama jantung ( “Rhytm”)
 Tentukan frekwensi (“Heart rate”)
 Tentukan sumbu jantung (“Axis”)
 Tentukan ada tidaknya tanda tanda hipertrofi (atrium / ventrikel)
 Tentukan ada tidaknya tanda tanda kelainan miokard (iskemia/injuri/infark)
 Tentukan ada tidaknya tanda tanda gangguan lain (efek obat obatan, gangguan
keseimbangan elektrolit, gangguan fungsi pacu jantung pada pasien yang terpasang pacu
jantung)

1. MENENTUKAN FREKWENSI JANTUNG


Cara menentukan frekwensi melalui gambaran EKG dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
a. 300 dibagi jumlah kotak besar antara R – R’
b. 1500 dibagi jumlah kotak kecil antara R – R’
c. Ambil EKG strip sepanjang 6 detik, hitung jumlah gelombang QRS dalam 6 detik tsb
kemudian dikalikan 10 atau ambil dalam 12 detik, kalikan 5
2. MENENTUKAN IRAMA JANTUNG
Dalam menentukan irama jantung urutan yang harus ditentukan adalah sebagai berikut
- Tentukan apakah denyut jantung berirama teratur atau tidak
- Tentukan berapa frekwensi jantung (HR)
- Tentukan gelombang P ada/tidak dan normal/tidak
- Tentukan interval PR normal atau tidak
- Tentukan gelombang QRS normal atau tidak
Irama EKG yang normal implus (sumber listrik) berasal dari Nodus SA, maka irmanya
disebut dengan Irama Sinus (“Sinus Rhytem”)
Kriteria Irama Sinus adalah :
- Iramanya teratur
- frekwensi jantung (HR) 60 – 100 x/menit
-Gelombang P normal, setiap gelombang P selalu diikuti gel QRS, T
- Gelombang QRS normal (0,06 – <0,12 detik)
- PR interval normal (0,12-0,20 detik)
Irama yang tidak mempunyai criteria tersebut di atas kemungkinan suatu kelainan
ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)

A. Pengertian Elektrokardiografi
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu alat pencatat grafis aktivitas listrik
jantung. Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut sebagai gelombang P, QRS
dan T, sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem hantaran
dan miokardium.
Elektrokardiogram (ECG atau EKG) adalah tes non-invasif yang digunakan
untuk mencerminkan kondisi jantung yang mendasarinya dengan mengukur aktivitaslistrik
jantung. Dengan posisi lead (listrik sensing perangkat) pada tubuh di lokasistandar, informasi
tentang kondisi jantung yang dapat dipelajari dengan mencari polakarakteristik pada EKG.
Elektrokardiogram, EKG atau ECG: Sebuah EKG adalah bagian penting dari evaluasi
awal pasien yang diduga memiliki masalah jantung yang terkait. Elektroda lengket kecil
diterapkan ke dada pasien, lengan dan kaki. Namun, dengan beberapa sistem, elektroda dapat
diterapkan untuk bahu dada, dan sisi dada bagian bawah, atau pinggul. Kabel digunakan
untuk menghubungkan pasien dengan mesin EKG. Anda akan diminta untuk tetap diam
sementara perawat atau teknisi catatan EKG. Aktivitas listrik yang diciptakan oleh pasien
jantung diproses oleh mesin EKG dan kemudian dicetak pada kertas grafik khusus. Ini
kemudian ditafsirkan oleh dokter Anda. Ini membutuhkan waktu beberapa menit untuk
menerapkan elektroda EKG, dan satu menit untuk membuat rekaman yang sebenarnya.

B. Kegunaan Elektrokardiografi
EKG dapat memberikan data yang mendukung diagnosis dan pada beberapa kasus
penting untuk penetalaksanaan pasien. EKG penting untuk diagnosis dan penatalaksanaan
kelainan irama jantung. EKG membantu mendiagnosis penyebab nyeri dada, dan ketepatan
penggunaan trombolisis pada infark miokard tergantung padanya. EKG dapat membantu
mendiagnosis penyebab sesak nafas.
Karena aktivitas listrik memicu aktivitas mekanis, kelainan pola listrik biasanya disertai
oleh kelainan aktivitas kontraktil jantung. Evaluais terhadap EKG dapat memberikan
informasi yang berguna mengenai status jantung, termasuk kecepatan denyut, irama dan
kesehatan otot-ototnya.
1. Kelainan Kecepatan
Jarak antara dua kompleks QRS yang berurutan di sebuah rekaman EKG dikalibrasikan ke
kecapatan jantung. Kecepatan denyut jantung yang melebihi 100 denyut per menit dikenal
sebagai takikardia(cepat), sedangkan denyut yang lambat yang kurang dari 60 kali per menit
disebut bradikardi(lambat).
2. Kelainan Irama
Irama mengacu pada keteraturan gelombang EKG. Setiap variasi irama normal dan urutan
eksitasi jangtung disebut aritmia.
- Flutter Atrium ditandai oleh urutan deplolarisasi atrium yang reguler tetapi cepat dengan
kecepatan antara 200 sampai 300 denyut per menit.
- Fibrilasi Atrium ditandai oleh depolarisasi atrium yang cepat, ireguler, dan tidak
terkordinasi tanpa gelombang P yang jelas.
- Fibrilasi Ventrikel adalah kelainan irama yang sangat serius dengan otot-otot ventrikel
memperlihatkan kontraksi yang kacau dan tidak terkoordinasi.
3. Miopati Jantung
Gelombang EKG abnormal juga penting dalam mengenali dan menilai miopati jantung
(kerusakan otot jantung).
Kegunaan EKG adalah :
- Mengetahui kelainan-kelainan irama jantung (aritmia)
- Mengetahui kelainan-kelainan miokardium (infark, hipertrophy atrial dan ventrikel)
- Mengetahui adanya pengaruh atau efek obat-obat jantung
- Mengetahui adanya gangguan elektrolit
- Mengetahui adanya gangguan perikarditis
Pada umumnya pemeriksaan EKG berguna untuk mengetahui : aritmia, fungsi alat pacu
jantung, gangguan konduksi interventrikuler, pembesaran ruangan-ruangan jantung, IMA,
iskemik miokard, penyakit perikard, gangguan elektrolit, pengaruh obat-obatan seperti
digitalis, kinidin, kinine, dan berbagai kelainan lain seperti penyakit jantung bawaan,
korpulmonale, emboli paru, mixedema.

C. Sistem Konduksi Jantung


1. Sinoatrial Node (SA Node)
Suatu tumpukan neuromuskular yang kecil, berada di dalam dinding atrium kanan di
ujung kristo terminalis. Nodus ini merupakan pendahulu dari kontraksi jantung, dari sini
impuls diteruskan ke antrioventrikuler node.
2. Antrioventrikular Node (AV Node)
Susunannya sama seperti sinoatrium node. Berada di dalam septum atrium dekat muara
sinus koronarius. Selanjutnya impuls-impuls diteruskan ke antrioventrikuler bundel melalui
berkas wenkebach.
3. Antrioventrikuler Bundel (AV Bundel)
Mulai dari AV bundel berjalan ke arah depan pada pinggir posterior dan pinggir bawah
pars membranasea septum interventrikulare. Pada bagian cincin yang terdapat antara atrium
dan ventrikel analus vibrosus, rangsangan terhenti 1/10detik selanjutnya menuju ke arah apeks
kordis dan bercabang dua :
a. Pars septalis dekstra melanjut ke arah AV bundel di dalam pars mucularis septum
interventrikulare menuju ke dinding depan depan ventrikel kanan.
b. Pars septalis sinistra berjalan di antara pars membranacea dan pars mucularis sampai di sisi
kiri septum interventrikularis menuju basis M. Papilaris inferior ventrikel kiri. Serabut-
serabut pars septalis kemudian bercabang-cabang menjadi serabut terminal (serabut purkinje).
4. Seraburt penghubung Terminal
Serabut penghubung terminal (serabut purkiunje) berupa anyaman yang berada pada
endokardium menyebar pada kedua ventrikel.

D. Sifat-Sifat Sel Jantung


Sel-sel otot jantung mempunyai susunan ion yang berbeda antara ruang dalam sel
(intraselular) dan ruang luar sel (ekstraseluler). Dari ion-ion ini, yang terpenting ialah ion
Natrium (Na+) dan ion Kalium (K+). Kadar K+ intraselular sekitar 300 kali lebih tinggi dalam
ruang ekstraselular daripada dalam ruang intraselular.
Membran sel otot jantung ternyata lebih permiabel untuk ion negatif daripada ion Na+.
Dalam keadaan istirahat, karena perbedaan kadar ion-ion, potensial membran bagian dalam
dan bagian luar tidak sama. Membran sel otot jantung saat istirahat berada pada keadaan
polarisasi, dengan bagian luar berpotensial lebih positif dibandingkan dengan bagian dalam.
Selisih potensial ini disebut sebagai potensial membran, uang dalam keadaan istirahat
berkisar -90 mV. Bila membran otot jantung dirangsang, sifat permeabel membran berubah
sehingga ion Na+ masuk ke dalam sel, yang menyebabkan potensial membran berubah dari -
90 mV menjadi +20 mV (potensial diukur intraselular terhadap ekstraselular). Perubahan
potensial membrab karena stimulus ini disebut depolarisasi. Setelah proses depolarisasi
selesai, maka potensial membran kembali mencapai keadaan semula yang disebut sebagai
repolarisasi.

E. Potensial Aksi
Bila kita mengukur potensial listrik yang terjadi dalam sel otot jantung dibandingkan
dengan potensial di luar sel. Pada saat sel mendapat stimulus, maka perubahan potensial yang
terjadi sebagai fungsi dari waktu, disebut potensial aksi. Kurva potensi aksi menunjukkan
karakteristik yang khas dan dibagi menjadi 4 fase yaitu :
- Fase 0
Awal potensi akhir yang berupa garis vertikal ke atas yang merupakan lonjakan potensial
hingga mencapai +20 mV. Lonjakan potensial dalam daerah intraselular ini disebabkan oleh
masuknyaion Na+ dari luar ke dalam sel.
- Fase 1
Masa repolarisasi awal yang pendek, dimana potensial kembali dari +20 mV mendekati 0
mV.
- Fase 2
Fase datar dimana potensial berkisar pada 0 mV. Dalam fase ini terjadi gerak masuk dari
ion Ca++ untuk mengimbangkan gerak keluar ion K+
- Fase 3
Masa repolarisasi cepat dimana potensial kembali secara tajam pada tingkat awal yaitu
fase 4

F. Sadapan - Sadapan EKG


1. Ketiga Sadapan Anggota Bipolar
Istilah bipolar berarti bahwa elektrokardiogram yang direkam itu berasal dari dua
elektroda yang terletak pada bagian jantung yang berbeda, dalam hal ini pada anggota badan.
Jadi, sebuah sadapan bukan merupakan kabel tunggal yang dihubungkan dari tubuh, tetapi
merupakan gabungan dari dua kabel dan elektrodanyan untuk membentuk sebuah sirkuit
yang menyeluruh antara tubuh dan elektrodiograf.
a. Sadapan I
Sewaktu merekam sadapan anggota badan I, ujung negatif elektrokardigraf dihubungkan
ke lengan kanan dan ujung positifnya pada lengan kiri.
b. Sadapan II
Untuk merekam sadapan anggota badan II, ujung negatif elektrokardiograf dihubungkan
ke lengan kanan dan ujung positifnya pada tungkai kiri.
c. Sadapan III
Untuk merekam sadapan anggota badan III, ujung negatif kardiograf dihubungkan ke
lengan kiri dan ujung positifnya dihubungkan pada tungkai kiri.
2. Sadapan Dada (Sadapan Prekordial)
Biasanya dari dinding anterior dada dapat direkam enam macam sadapan dada yang
standar satu per satu, keenam elektroda dada diletakkan berurutan pada enam titik seperti
dalam diagram. Macam-macam rekaman tersebut dikenal sebagai sadapan
V1, V2, V3, V4, V5, dan V6.
Elektroda dipasang berurutan di enam tempat berbeda pada dinding dada :
V1 : Pada sela iga keempat sebelah kanan dari sternum
V2 : Pada sela iga keempat sebelah kiri sternum
V3 : Pada pertengahan antara V2 dan V4
V4 : Pada sela iga kelima di garis mid-klavikularis
V5 : Horisontal terhadap V4, pada garis aksilaris anterior
V6 : Horisontal terhadap V4, pada garis midaksilaris
V7 : Sejajar V6 pada garis post aksilaris (jarang dipakai)
V8 : Sejajar V7 garis ventrikel ujung scapula (jarang dipakai)
V9 : Sejajar V8 pada kiri ventrikel (jarang dipakai)
3. Sadapan Anggota Badan Unipolar yang Diperbesar
Pada tipe perekaman ini, kedua anggota badan dihubungkan melalui tahanan listrik
dengan ujung negatif ujung alatn elektrokardiograf, sedangkan anggota badan yang ketiga
dihubungkan dengan ujung yang positif. Bila ujung positif terletak pada tangan kanan, maka
sadapan dikenal sebagai sadapan aVR dan bila pada lengan kiri, maka disebut sebagai
sadapan aVL dan bila pada tungkai kiri maka disebut sebagai sadapan aVF.
Tiga ditambahkan antaran adalah sebagai berikut
- aVR : membagi dua bagian sisi dari segi tiga yang dari lengan tangan ke kaki kiri. Itu
diarahkan ke arah electroda dari lengan tangan yang benar
- aVL : kutup tunggal yang ditambahkan ini membagi dua bagian sisi dari segi tiga yang
meninggalkan lengan tangan kanan ke kaki kiri. Itu diarahkan ke arah elektrode yang positif
pada lengan tangan
- ini adalah dibentuk oleh satu baris tegaklurus ke sisi dari segi tiga yang meluas dari lengan
tangan kanan ke kaki kanan dan diarahkan mengarah ke bawah ke kaki kiri.
Sadapan ini mengukur perbedaan potensial listrik antara dua titik sehingga sadapan ini
bersifat bipolar, dengan satu kutub negatif dan satu kutub positif.

G. Siklus Jantung dalam EKG


1. Gelombang P
Sesuai dengan depolarisasi atrium. Rangsangan normal untuk depolarisasi atrium berasal
dari nodus sinus. Namun, besarnya arus listrik berhubungan dengan eksitasi nodus sinus
terlalu kecil untuk dapat terlihat pada EKG. Gelombang P dalam keadaan yang normal
berbentuk melengkung dan arahnya ke atas pada kebanyakan hantaran. Pembesaran antrium
dapat meningkatkan amplitudo atau lebar gelombang P, serta mengubah bentuk gelombang P.
Disritmia jantung juga dapat mengubah konfigurasi gelombang P. Misalnya, irama yang
bersal dekat perbatasan AV dapat menimbulkan inversi gelombang P, karena arah
depolarisasi atrium terbalik.
2. Interval PR
Diukur dari permukaan gelombang P hingga awal kompleks QRS. Dalam interval ini
tercakup juga penghantaran impuls melalui antrium dan hambatan impuls pada nodus AV.
Interval normal adalah 0,12 sampai 0.20 detik. Perpanjangan interva l PR yang abnormal
menandai adanya gangguan hantaran impuls, yang disebut blok jantung tingkat pertama.
3. Kompleks QRS
Menggambarkan depolarisasi ventrikel. Amplitudo gelombang ini besar karena banyak
massa otot yang harus dilalui oleh impuls listrik. Namun, impuls menyebar begitu cepat,
normal lama kompleks QRS adalah antara 0,06 dan 0,01 detik. Pemanjangan penyebaran
impuls melalui berkas cabang disebut sebagai blok berkas cabang akan menlebarkan
kompleks ventrikuler. Irama jantung abnormal dari ventrikel seperti takikardia ventrikel juga
akan memperlebar dan mengubah bentuk kompleks QRS oleh sebab jalur khusus yang
mempercepat penyebaran impuls melaui ventrikel di pintas. Hipertropi ventrikel akan
meningkatkan amplitudo kompleks QRS karena penambahan massa otot jantung.
Repolarisasi atrium terjadi selama ventrikel. Tetapi besarnya kompleks QRS tersebut akan
menutupi gambaran pemulihan atrium yang tercatatdi elektrokardiografi.
4. Segmen ST
Interval ini terletak antara gelombang depolarisasi ventrikel dan repolarisasi ventrikel.
Tahap awal perubahan repolarisasi ventriklel terjadi selama periode ini, tetapi perubaha ini
terlalu lemah dan tidak tertangkap EKG. Penurunan abnormal segmen ST dikaitkan dengan
iskemia miokardium sedangkan penigkatan segmen ST dikaitkan dengan infark. Penggunaan
digitalis akan menurungkan segmen ST.
5. Gelombang Interval QT
Interval ini diukur mulai dari awal kompleksQRS sampai akhir gelombang T, meliputu
depolarisasi dan repolarisasi ventrikel. Interval QT rata-rata adalah 0,36 sampai 0,44 detik
dan bervariasi sesuai dengan frekuensi jantung. Interval QT memanjang pada pemberian
obat-obat anti disritmia seperti kunidin, prokainamid, setalol (betapace), dan amidaron
(cordarone).

H. Prinsip Membaca EKG


Untuk membaca EKG secara mudah dan tepat, sebaiknya setiap EKG dibaca mengikuti
urutan petunjuk di bawah ini
1. Irama
Pertama-tama tentukan irama sinus atau bukan. Apabila setiap kompleks QRS didahului
oleh sebuah gelombang P berarti irama sinus, kalau tidak, maka berarti bukan irama sinus.
Bukan irama sinus dapat berupa suatu aritmia yang mungkin fibrilasi, blok AV derajat
dua atau tiga, irama jungsional, takikardia ventrikular, dan lain-lain.
2. Laju QRS (QRS Rate)
Pada irama sinus, laju QRS normal berkisar antara 60 - 100 kali/min, kurang dari 60 kali
disebut bradikardia sinus, lebih dari 100 kali disebut takikardia sinus.
Laju QRS lebih dari 150 kali/min biasanya disebabkan oleh takikardia supraventrikular
(kompleks QRS sempit), atau takikardia ventrikular (kompleks QRS lebar). Pada blok AV
derajat tiga, selain laju QRS selalu harus dicantumkan juga laju gelombang P (atrial rate).
EKG normal selalu regular. Irama yang tidak regular ditemukan pada fibrilasi atrium,
atau pada keadaan mana banyak ditemukan ekstrasistol (atrium maupun ventrikel), juga pada
sick sinus syndrome.
3. Aksis
Aksis normal selalu terdapat antara -30° sampai +110°. Lebih dari -30° disebut deviasi
aksis kiri, lebih dari +110° disebut deviasi aksis kanan, dan bila lebih dari +180° disebut
aksis superior.
Kadang kadang aksis tidak dapat ditentukan, maka ditulis undeterminable, misalnya pada
EKG dimana defleksi positif dan negatif pada kompleks QRS di semua sandapan sama
besarnya.
4. Interval -PR
Interval PR normal adalah kurang dari 0,2 detik. Lebih dari 0.2 detik disebut blok AV
derajat satu. Kurang dari 0,1 detik disertai adanya gelombang delta menunjukkan Wolff-
Parkinson- White syndrome.
5. Morfologi
a. Gelombang P
Perhatikan apakah kontur gelombang P normal atau tidak. Apakah ada P-pulmonal atau P-
mitral.
b. Kompleks QRS
Adanya gelombang Q patologis menandakan old myocardial infarction (tentukan bagian
jantung mana yang mengalami infark melalui petunjuk sandapan yang terlibat). Bagaimana
amplitudo gelombang R dan S di sandapan prekordial. Gelombang R yang tinggi di sandapan
V1 dan V2 menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan (atau infark dinding posterior).
Gelombang R yang tinggi di sandapan V5 dan V6 dengan gelombang S yang dalam di
sandapan V1 dan V2 menunjukkan hipertofi ventrikel kiri. Interval QRS yang lebih dari 0,1
detik harus dicari apakah ada right bundle branch block, left bundle branch block atau
ekstrasistol ventrikel.
c. Segmen ST
Elevasi segmen ST menandakan infark miokard akut (tentukan bagian mana dari jantung
yang mengalami infark). Depresi segmen ST menandakan iskemia.
d. Gelombang T
Gelombang T yang datar (flat 7) menandakan iskemia. Gelombang T terbalik (T-inverted)
menandakan iskemia atau mungkin suatu aneurisma. Gelombang T yang runcing
menandakan hiperkalemia.
e. Gelombang U
Gelombang U yang sangat tinggi (> gel. T) menunjukkan hipokalemi. Gelombang U yang
terbalik menunjukkan iskemia miokard yang berat.

I. Kelainan Kompleks pada Beberapa Penyakit


Pada dasarnya bagi yang berpengalaman, tidaklah sulit membedakan antara kompleks
EKG normal dan yang ada kelainan. Tetapi kadang-kadang ditemukan adanya gambaran
EKG yang tidak khas dan membingungkan kita. Oleh karena itu sebagai patokan, maka
berikut ini disajikan kelainan kompleks P-QRS-T pada beberapa penyakit.
1. Kelainan gelombang P.
Kelainan penampilan (amplitudo, lamanya, bentuknya) gelombang P pada irama dan
kecepatan yang normal. Misalnya P mitrale yang ditandai dengan gelombang P yang tinggi,
lebar dan “not ched” pada sandapan I dan II : gelombang P lebar dan bifasik pada VI dan V2.
adanya hipertrofi atrium kiri terutama pada stenosis mitralis. Sedangkan P pulmonale ditandai
dengan adanya gelombang P yang tinggi, runcing pada sandapan II dan III, dan mungkin
disertai gelombang P tinggi dan bifasik pada sandapan VI dan V2. Ditemukan pada
korpulmonale dan penyakit jantung kogenital.
Kelainan penampilan, irama dan kecepatan gelombang P yang dapat berupa kelainan
tunggal gelombang P misalnya “atrial premature beat” yang bisa ditemukan pada penyakit
jantung koroner (PJK), intoksikasi digitalis. Selain itu dapat ditemukan kelainan pada semua
gelombang P disertai kelainan bentuk dan iramanya misalnya fibrilasi atrium yang dapat
disebabkan oleh penyakit jantung rematik (PJR), pada infark miokard. Kelainan gelombang P
lainnya berupa tidak adanya suatu gelombang P, kompleks QRS-T timbul lebih cepat dari
pada biasanya. Misalnya “ AV nodal premature beat” pada PJK, intoksikasi digitalis,
dimanabentuk kompleks QRS normal, dan terdapat masa istirahat kompensatoir. Kelainan
lain berupa ekstrasistole ventrikel pada PJK, intoksikasi digitalis.
Seluruh gelombang P tidak nampak, tetapi bentuk dan lamanya kompleks QRS adalah
normal. Misalnya irama nodal AV, takikardi nodal AV, atrial takikardi yang timbul akibat
intoksikasi digitalis, infark miokard, penyakit jantung hipertensi (PJH). Gelombang P
seluruhnya tidak tampak dengan kelainan bentuk dan lamanya kompleks QRS. Misalnya
ventrikel takikardi, fibrilasi atrium yang dapat timbul pada PJR. Penyakit jantung hipertensi
(PJH).
2. Kelainan interval P-R
- Interval P-R panjang menunjukkan adanya keterlambatan atau blok
konduksi AV. Misalnya pada blok AV tingkat I dimana tiap gelombang 7 P diikuti P-R >
0,22 detik yang bersifat tetap atau sementara, ditemukan pada miokarditis, intoksikasi
digitalis, PJK, idiopatik. PadaAV blok tingkat II yaitu gelombang P dalam irama dan
kecepatan normal, tetapi tidak diikuti kompleks QRS, dan seringkali disertai kelainan QRS, S
- T dan T. Interval P-R pada kompleks P-QRS-T mungkin normal atau memanjang, tetapi
tetap jaraknya. Blok jantung A-V2 : 1 atau 3 : 1., berarti terdapat 2 P dan hanya 1 QRS atau
3P&1QRS. Tipe lain dari blok jantung ini ialah fenomena Wenkebach. Pada blok jantung
tingkat III atau blok jantung komplit irama dan kecepatan gelombang P normal, irama
kompleks QRS teratur tetapi lebih lambat (20-40 kali permenit) dari gelombang P. jadi
terdapat disosiasi komplit antara atriumdan ventrikel.
- Interval P-R memendek yaitu kurang dari 0,1 detik dengan atau tanpa kelainan bentuk QRS.
Ditemukan pada PJK intoksikasi digitalis, sindroma WPW.
3. Kelainan gelombang Q.
Gelombang Q patologis yang lebar > 1 mm atau > 0,4 detik dan dalamnya >2 mm (lebih
1/3 dari amplitudo QRS pada sandapan yang sama) menunjukkan adanya miokard yang
nekrosis. Adanya gelombang Q di sandapan III dan aVR merupakan gambaran yang normal.
4. Kelainan gelombang R dan gelombang S.
Dengan membandingkan gelombang R dan S disandapan I dan III yaitu gelombang S di I
dan R di III menunjukkan adanya “right axis deviation”. Kelainan ini ditemukan pada
hipertrofi ventrikel kanan, stenosis mitral, penyakit jantung bawaan, korpulmonale.
Sedangkan gelombang R di I dan S di III menunjukkan adanya “ left axis deviati on”.
Kelainan ini ditemukan pada hipertrofi ventrikel kiri (LVH). Biasanya dengan menjumlahkan
voltase (kriteria voltasi) dari gelombang S di V1 dan R di V5 atau S V1 + R V6 > 35 mm
atau gelombang R>27 mm di V5 atau V6 menunjukkan adanya LVH.
5. Kelainan kompleks QRS
- Pada blok cabang berkas His dapat ditemukan adanya kompleks QRS lebar dan atau
“notched” dengan gelombang P dan interval P-R normal. Ditemukan pada PJK, PJR
(Penyakit Jantung Rematik).
- Kompleks QRS berfrekwensi lambat dengan atau tanpa kelainan bentuk tetapi iramanya
teratur yaitu pada sinus bradikardi, blok jantung 2:1, 3:1, blok komplit terutama pada PJK,
PJR, penyakit jantung bawaan.
- Kompleks QRS berfrekwensi cepat dengan atau tanpa kelainan bentuk, yaitu pada sinus
takikardi, atrial takikardi, nodal takikardi, fibrilasi atrium, takikardi ventrikel. Ditemukan
pada PJK (Penyakit Jantung Koroner), PJH (Penyakit Jantung Hipertensi), PJR (Penyakit
Jantung Rematik), infark miokard, intoksikasi digitalis.
- Irama QRS tidak tetap.
Kadang-kadang kompleks QRS timbul lebih cepat dari biasa, misalnya “ AV nodal premature
beat”, “ventricular premature beat”. Ditemukan pada PJK dan intoksikasi digitalis. Irama
kompleks QRS sama sekali tidak teratur yaitu pada fibrilasi atrium dimana sering ditemukan
pada PJH, PJR, infark miokard dan intoksikasi digitalis.
6. Kelainan segmen S-T.
Suatu kelainan berupa elevasi atau depresi segmen S-T yang ragu-ragu, sebaiknya
dianggap normal sampai terbukti benar-benar ada kelainan pada suatu seri perekaman.
Bukanlah suatu kelainan, apabila elevasi segmen S-T tidak melebihi 1 mm atau depresi tidak
melebihi 0,5 mm, paling kurang pada sandapan standar. Secara klinik elevasi atau depresi
segmen S-T pada 3 sandapan standar, biasanya disertai deviasi yang sama pada sandapan
yang sesuai, menunjukkan adanya insufisiensi koroner. Adanya elevasi segmen S-T
merupakan petunjuk adanya infark miokard akut atau perikarditis. Elevasi segmen S-T pada
sandapan prekordial menunjukkan adanya infark dinding anterior, sedangkan infark dinding
inferior dapat diketahui dengan adanya elevasi segmen S-T pada sandapan II, III, dan aVF.
Untuk perikarditis biasanya tidak dapat dipastikan tempatnya dan akan tampak elevasi di
hampir semua sandapan. Elevasi segmen S-T pada V4R ditemukan pada infark ventrikel
kanan
7. Kelainan gelombang T.
Adanya kelainan gelombang T menunjukkan adanya kelainan pada ventrikel. Untuk itu
dikemukakan beberapa patokan yaitu :
- Arahnya berlawanan dengan defleksi utama QRS pada setiap sandapan.
- Amplitudo gelombang T > 1 mm pada sandapan I atau II dengan gelombang R menyolok.
- Gelombang T terbalik dimana gelombang R menyolok.
- Lebih tinggi daripada perekaman sebelumnya atau lebih tinggi 8 mm pada sandapan I,II, III.
Oleh karena begitu banyak penyebab kelainan gelombang T, maka dalam
menginterpretasi kelainan ini sebaiknya berhati-hati dan mempertimbangkan seluruh
gambaran klinik. Suatu diagnosis khusus tidak dapat dibuat atas dasar perubahan -perubahan
yang tidak khas. Adanya gelombang T terbalik, simetris, runcing, disertai segmen S-T
konveks keatas, menandakan adanya iskemi miokard. Kadang-kadang gelombang T sangat
tinggi pada insufisiensi koroner. Pada keadaan dimana defleksi QRS positif pada sandapan I,
sedangkan gelombang T pada sandapan I terbalik atau lebih rendah dari gelombang T di
sandapan III menunjukkan adanya insufisiensi koroner. Gelombang T yang tinggi dan tajam
pada semua sandapan kecuali aVR dan aVL menunjukkan adanya hiperkalemi. Gelombang T
yang tinggi dan simentris dengan depresi segmen S-T menunjukkan adanya infark dinding
posterior.
8. Kelainan gelombang U.
Adanya gelombang U defleksi keatas lebih tinggi dari gelombang T pada sandapan yang
sama terutama V1-V4 menunjukkan adanya hipokalemi.
J. Hasil dan Pembahasan
1. Nama Percobaan
Electrocardiograf pada manusia
2. Alat dan Bahan
1. Electrocardograf (EKG)
2. Kabel sadapan yang terdiri dari :
a. 4 buah sadapan ekstremitas
Tangan kiri (LA)
Tangan kanan (RA)
Kaki kiri (LL)
Kaki kanan (RL)
b. 6 buah sadapan dada
V1, V2, V3, V4, V5, dan V6
3. Elektroda yang terdiri dari :
a. 4 buah elektroda ekstremitas
b. 6 buah elektroda dada
4. Kertas EKG
5. Prosedur Kerja
Orang coba (pria) berbaring terlentang dengan badan atas bebas dari pakaian. Bahan-bahan
logam yang dipakai seperti ikat pinggang, cincin, arloji, dan sebagainya, sebaiknya dibuka
agar tidak mengganggu rekaman. Oleskan EKG cream atau jelly pada tempat-tempat dimana
akan dipasang elektroda untuk mengurangi resisten. Pasanglah keempat elektroda ekstremitas
pada kedua pergelangan tangan dan kedua pergelangan kaki pada bagian volar atau medial.
Pasanglah elektroda tersebut dengan ketat. Hubungkan kabel sadapan pada EKG dan ujung-
ujungnya di hubungkan pada elektroda yang sesuai.
VI : pada ruang intercostal 4 pinggir kanan sternum
V2 : pada ruang intercostal 4 pinggir kiri sternum
V3 : pada pertengahan antara V2 dan V4
V4 : pada ruang intercostal 5 pada linea aksilaris anterior
V5 : pada level V4, pada linea aksilaris anterior
V6 : pada level V4 pada linea aksilaris anterior
Hubungan pada ujung-ujung kabel sandapan pada elektroda dada yang sesuai. Pasanglah
kabel tanah (arde) dan hubungkan EKG pada sumber listrik. Sekarang mulailah dengan
pencatatan.
Hasil Percobaan
Pemeriksaan orang pertama
Nama : Robbin Niam
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
1. Hasil pemeriksaan : Lead I
a. Gel. P – QRS,T
Horizontal : 2 x 0.04 = 0.08 detik
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 detik
b. HR Normal : = = 65.23 mmHg
c. Reguler
Kompleks QRS
Horizontal : 4 x 0.04 = 0.16 mmHg
Vertikal : 3 x 0.01 = 0.03 mmHg
P-R Interval
Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 mmHg
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg
ST Segmen
Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 mmHg
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg
2. Lead II
a. Gel. P – QRS,T
Horizontal : 2 x 0,04 = 0,08 detik
Vertikal : 1 x 0.01 = 0,01 detik
b. HR Normal : = = 65.23 mmHg
c. Reguler
Kompleks QRS
Horizontal : 4 x 0.04 = 0.12 mmHg
Vertikal : 6 x 0.01 = 0.06 mmHg
P-R Interval
Horizontal : 4 x 0.04 = 0.16 mmHg
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg
ST Segmen
Horizontal : 2 x 0.04 = 0.08 mmHg
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg
3. Lead III
a. Gel. P – QRS,T
Horizontal : 2 x 0,04 = 0,08 detik
Vertikal : 1 x 0.01 = 0,01 detik
b. HR Normal : = = 65.23 mmHg
c. Reguler
Kompleks QRS
Horizontal : 4 x 0.04 = 0.16 mmHg
Vertikal : 5 x 0.01 = 0.05 mmHg
P-R Interval
Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 mmHg
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg
ST Segmen
Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 mmHg
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg
4. aVR
a. Gel. P – QRS,T
Horizontal : 2 x 0,04 = 0.08 detik
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 detik
b. HR Normal : = = 65.23 mmHg
c. Reguler
Kompleks QRS
Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 mmHg
Vertikal : 4 x 0.01 = 0.04 mmHg
P-R Interval
Horizontal : 4 x 0,04 = 0.16 mmHg
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg
ST Segmen
Horizontal : 2 x 0.04 = 0.08 mmHg
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg
5. aVL (Tidak Normal)
a. Gel. P – QRS,T
Horizontal : 2 x 0,04 = 0,08 detik
Vertikal : 1 x 0.02 = 0,02 detik
b. HR Normal : = = -62.5 mmHg
c. Reguler
Kompleks QRS
Horizontal : 4 x 0.04 = 0.16 mmHg
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg
P-R Interval
Horizontal : 4 x 0.04 = 0.16 mmHg
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg
ST Segmen
Horizontal : 2 x 0.04 = 0.08 mmHg
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg
6. aVF
a. Gel. P – QRS,T
Horizontal : 1 x 0,04 = 0.04 detik
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 detik
b. HR Normal : = = 62.5 mmHg
c. Reguler
Kompleks QRS
Horizontal : 4 x 0.04 = 0.16 mmHg
Vertikal : 6 x 0.01 = 0.06 mmHg
P-R Interval
Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 mmHg
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg
ST Segmen
Horizontal : 2 x 0.04 = 0.08 mmHg
Vertikal : 2 x 0.01 =0.02 mmHg
7. V1
a. Gel. P – QRS,T
Horizontal : 2 x 0,04 = 0,08 detik
Vertikal : 1 x 0.01 = 0,01 detik
b. HR Normal : = = 68.18 mmHg
c. Reguler
Kompleks QRS
Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 mmHg
Vertikal : 3 x 0.01 = 0.03 mmHg
P-R Interval
Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 mmHg
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg
ST Segmen
Horizontal : 2 x 0.04 = 0.08 mmHg
Vertikal : 2 x 0.01 = 0.02 mmHg
8. V2
a. Gel. P – QRS,T
Horizontal : 2 x 0,04 = 0,08 detik
Vertikal : 1 x 0.02 = 0,02 detik
b. HR Normal : = = 68.18 mmHg
c. Reguler
Kompleks QRS
Horizontal : 4 x 0.04 = 0.16 mmHg
Vertikal : 3 x 0.01 = 0.01 mmHg
P-R Interval
Horizontal : 4 x 0.04 = 0.16 mmHg
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg
ST Segmen
Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 mmHg
Vertikal : 2 x 0.01 = 0.02 mmHg
9. V3
a. Gel. P – QRS,T
Horizontal : 1 x 0.04 = 0.04 detik
Vertikal : 1 x 0.01 = 0,01 detik
b. HR Normal : = = 68.18 mmHg
c. Reguler
Kompleks QRS
Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 mmHg
Vertikal : 4 x 0.01 = 0.04 mmHg
P-R Interval
Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 mmHg
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg
ST Segmen
Horizontal : 1 x 0.04 = 0.04 mmHg
Vertikal : 2 x 0.01 = 0.02 mmHg
10. V4
a. Gel. P – QRS,T
Horizontal : 2 x 0.04 = 0.08 detik
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 detik
b. HR Normal : = = 60 mmHg
c. Reguler
Kompleks QRS
Horizontal : 5 x 0.04 = 0.20 mmHg
Vertikal : 8 x 0.01 = 0.08 mmHg
P-R Interval
Horizontal : 2 x 0.04 = 0.08 mmHg
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg
ST Segmen
Horizontal : 2 x 0.04 = 0.08 mmHg
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg
11. V5
a. Gel. P – QRS,T
Horizontal : 2 x 0.04 = 0.08 detik
Vertikal : 1 x 0.02 = 0.02 detik
b. HR Normal : = = 62.5 mmHg
c. Reguler
Kompleks QRS
Horizontal : 4 x 0.04 = 0.16 mmHg
Vertikal : 9 x 0.01 = 0.09 mmHg
P-R Interval
Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 mmHg
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg
ST Segmen
Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 mmHg
Vertikal : 2 x 0.01 = 0.02 mmHg
12. V6
a. Gel. P – QRS,T
Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 detik
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 detik
b. HR Normal : = = 60 mmHg
c. Reguler
Kompleks QRS
Horizontal : 4 x 0.04 = 0.16 mmHg
Vertikal : 8 x 0.01 = 0.08 mmHg
P-R Interval
Horizontal : 4 x 0.04 = 0.16 mmHg
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg
ST Segmen
Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 mmHg
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg
Pemeriksaan orang kedua
a. Gel. P – QRS,T
Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 detik
Vertikal : 3 x 0.01 = 0.03 detik
b. HR Tidak Normal : = = 35.71 mmHg
: = = 22.72 mmHg
c. Reguler
Kompleks QRS
Horizontal : 4 x 0.04 = 0.16 mmHg
Vertikal : 23 x 0.01 = 0.23 mmHg
P-R Interval
Horizontal : 4 x 0.04 = 0.16 mmHg
Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg
ST Segmen
Horizontal : 5 x 0.04 = 0.20 mmHg
Vertikal : 3 x 0.01 = 0.03 mmHg
Analis Hasil Percobaan
Pada orang coba pertama yang dilakukan pemeriksaan EKG, didapatkan hasil yang
normal mengenai Heart Ratenya yang menunjukkan nilai yang normal yaitu dikisaran 60
sampai 100. Sedangkan untuk iramanya juga normal untuk semua sadapan karena tidak
menunjukkan kelaianan saat pembacaan hasil pada kertas EKG atau tidak adanya siklus
jantung yang tidak tercatat kecuali pada pemeriksaan aVL menunjukkan hasil yang patologis
dimana gelombang R menunjukkan gambar gelombang yang terbalik. Namun belum
diketahui penyebab pasti kelainan tersebut.
Sedangkan pada hasil pemeriksaan pada orang coba kedua didapatkan hasil yang
patologis dimana Heart Rate yang didapatkan tidak normal yaitu 35.71 dan 22.72 atau biasa
disebut dengan brachikardi karena berada dibawah kisaran normal Heart Rate antara 60 – 100
mm Hg dan pada ST segmen diketahui terjadi elevasi atau infatik karena menunjukkan
interval yang lebih dari 2.5 yaitu 5.
DAFTAR PUSTAKA

1. Price, Sylvia Anderson.2005. Patofisologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta : EGC
2. Anonim. 2011. Electrocardigram.
http://www.medicinenet.com/electrocardiogram_ecg_or_ekg/article.htm diakses 25/06/2011
pukul 09. 11
3. Anonim. 2010. EKG or Elektrocardigram. http://www.heartsite.com/html/ekg.html
diakses 25/06/2011 pukul 13.40
4. Hampton, Jhon R. 2006. Dasar-dasar EKG. Jakarta. EGC
5. Sherwood. 2003. Fisiologi Manusia. Jakarta : ECG
6. Irfan Padoe. 2010. Kegunaan EKG dan Cara Merekam EKG
http://www.infokeperawatan.com/info-kesehatan/kegunaan-ekg-dan-cara-merekam-ekg.html
diakses 26/06/2011 pukul 19.30
7. Anonim. 2009. Buku Acuan Pemeriksaan Ekg.
http://www.med.unhas.ac.id/meu/index.php/option=com_docmantask... pdf diakses
25/06/2011 pukul 13.42
8. Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa keperawatan. Jakarta : EGC
9. Sudoyo. 2009. Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta : Interna Publishing.
10. Guyton, Arthur C, Jhon.2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta :
ECG
11. Benson, Harold J. 2005. Anatomy and Physiology. New York : Mc Graw Hill
BAB IPENDAHULUAN1.1

Latar Belakang
Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorangmembutuhkan
pertolongan segera karena apabila tidak mendapatkan pertolongan dengansegera maka dapat
mengancam jiwanya atau menimbulkan kecacatan permanen. Keadaangawat darurat yang
sering terjadi di masyarakat antara lain keadaan seseorang yangmengalami henti napas, henti
jantung, tidak sadarkan diri, kecelakaan, cedera,
misalnya patah tulang, kasus stroke, kejang, keracunan, dan korban bencana. Unsur penyebab
kejadian gawat darurat antara lain karena terjadinya kecelakaan lalu lintas,
penyakit,kebakaran maupun bencana alam. Kasus gawat darurat karena kecelakaan lalu
lintasmerupakan penyebab kematian utama daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007
).Menurut
American Hospital Association (AHA)
dalam Herkutanto (2007)
,
keadaangawat darurat adalah suatu kondisi dimana berdasarkan respon dari pasien, keluarga
pasien,atau siapa pun yang berpendapat pentingnya membawa pasien ke rumah sakit untuk
diberi perhatian/tindakan medis dengan segera. Kondisi yang demikian berlanjut hingga adan
yakeputusan yang dibuat oleh pelayanan kesehatan yang profesional bahwa pasien
beradadalam kondisi yang baik dan tidak dalam kondisi mengancam jiwa. Penderita gawat
daruratadalah penderita yang oleh karena suatu penyebab (penyakit, trauma, kecelakaan,
tindakananestesi) yang bila tidak segera ditolong akan mengalami cacat, kehilangan organ
tubuh ataumeninggal (Sudjito, 2007).Pertolongan pertama merupakan pertolongan secara
cepat dan bersifat sementarawaktu yang diberikan pada seseorang yang menderita luka atau
terserang penyakitmendadak. Pertolongan ini menggunakan fasilitas dan peralatan yang
tersedia pada saat itudan tempat yang dibutuhkan. Tujuan yang penting dari pertolongan
pertama adalahmemberikan perawatan yang akan menguntungkan pada orang-orang tersebut
sebagai persiapan terhadap penanganan lebih lanjut (Skeet, 1995).Berdasarkan Kode Etik
Kedokteran Indonesia (KODEKI), pasal 2 setiap dokter harussenantiasa berupaya
melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggiyaitu sesuai dengan
perkembangan IPTEK kedokteran, etika umum, etika kedokteran,

2
hukum dan agama, sesuai tingkat/jenjang pelayanan kesehatan dan situasi
setempat.Selanjutynya berdasarkan KODEKI pasal 13, setiap dokter wajib melakukan
pertolongandarurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain
yang bersedia dan lebih mampu memberikan (MKEK, 2006). Rumah sakit di indonesia
memilikikewajiban untuk menyelenggarakan pelayanan gawat darurat 24 jam sehari dimana
Dalam pelayanan gawat darurat tidak diperkenankan untuk meminta uang muka sebagai
persyaratan pemberian layanan. Ketentuan tentang pemberian pertolongan dalam keadaan dar
urat telahtegas diatur dalam pasal 51 UU No.29/2004 tentang praktik kedokteran, dimana
seorangdokter wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan (Herkutanto,
2007).Dapat dilihat bagaimana pentingnya pengetahuan mahasiwa sebagai seorang
calondokter dalam melakukan penatalaksaan awal kegawatdaruratan yang sering
ditemukankasusnya dalam melaksanakan tugas.
1.2

Perumusan Masalah
a.

Bagaimana konsep pengkajian pada pasien gawat darurat


Circulation Airway Breathing
(CAB) b.

Bagaimana system pelayanan gawat darurat

3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek
keperawatankegawatdaruratan yang diberikan pada klien oleh perawat yang
berkompeten untukmemberikan asuhan keperawatan diruang gawat darurat. Asuhan
keperawatan diberrikanuntuk mengatasi masalah secara bertahap maupun
mendadak.Kegiatan asuhan keperawatan dilakukan dengan mengunakan sistematika
proseskeperawatan, yang merupakan suatu metode ilmiah dan panduan dalam memberikan
asuhankeperawatan yang`berkualitas dalam rangka mengatasi masalah kesehatan pasien.
Adapunlangkah-langkah yang harus dilakukan meliputi : pengkajian, diagnose,
intervensi,implementasi dan evaluasi. Asuhan keperawatan diruang gawat darurat seringkalid
ipengaruhi oleh karakterristik ruang gawat darurat itu sendiri, sehingga dapat
menimbulkanasuhan keperawatan spesifik yang sesuai dengan keadaan ruangan.Karakteristik
unik dari ruangan gawat darurat yang dapat mempengaruhi sistemasuhan keperawatan, antara
lain:

1.

Kondisi kegawatan seringkali tidak terprediksi, baik kondisi klien dan jumlah klien
yangdating keruang gawat darurat.2.

Keterbatasan sumber daya dan waktu3.

Pengkajian, diagnosis, dan tindakan keperawatan diberikan untuk seluruh usia,


seringkalidengan data dasar yang sangat terbatas4.

Jenis tindakan yang diberikan merupakan tindakan yang memerlukan kecepatan danketepatan
yang tinggi5.

Adanya saling ketergantungan yang tinggi antara profesi kesehatan yang bekerja
diruanggawat daruratBerdasarkan kondisi diatas, prinsip umum asuhan keperawatn yang
diberikan oleh perawatdiruang gawat darurat meliputi:1.

Penjaminan keamanan diri perawatdan klien terjaga : perawat harus menerapkan


prinsipuniversal precaution dan mencegah penyebab infeksi

Dasar Teori EKG 1 dan Interprestasinya


24/10/2011 duniaaskep ECG
A. PENDAHULUAN
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktifitas listrik jantung. Sedangkan
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung.
Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalui elektroda-elektroda
yang dipasang pada permukaan tubuh.

Prinsip utama belajar EKG adalah mengetahui anatomi fisiologi jantung, dan persyarafan
jantung sehingga pada saat belajar EKG sudah dapat membayangkan keadaan jantung.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI JANTUNG


Jantung terdiri dari 4 bagian yaitu atrium (dextra & sinistra) & ventrikel (dextra & sinistra).
Jantung mempunyai aktifitas listrik meliputi: Sino Atrio Nodus, Atrio Ventrikuler Nodus,
Berkas His dan Serabut Purkinje, inilah point penting dalam pembacaan EKG.

Lihat gambar diatas bagaimana aktifitas jantung bekerja:


Berawal dari aliran lisrtik yang di kendalikan oleh pacu jantung khusus yaitu Nodus Sinus
Atrial (SA) di dinding atrium kanan, dimana impuls secara terus menerus dilepaskan. Dari
Nodus SA suatu gelombang rangsangan di hantarkan melewati dinsing atrium yang
menyebabkanya berkontraksi. Nodus AtrioVentrikular (AV)menerima gelombang
rangsangan dan meneruskanya melalui Serat purkinje di berkas His yang menyebabkan
rangsangan dan kontraksi dinding ventrikel kanan dan kiri. Gelombang rangsangan menyebar
di seluruh dinding jantung di sertai perubahan muatan listrik yang dapat di terima dari
dinding dada dan di rekam padaElektrokardiografi.

C. GAMBARAN EKG NORMAL


Pada dasarnya EKG terdiri dari banyak gelombang, yang tiap gelombang mewakilkan satu
denyut jantung (satu kali aktifitas listrik jantung).
Lihat gambar satu gelombang EKG:

Dalam satu gelombang EKG terdiri ada yang disebut titik (lihat gambar), Interval dan
Segmen. Titik terdiri dari titik P, Q, R, S, T dan U (kadang sebagian referensi tidak
menampilkan titik U) sedangkan Interval terdiri dari PR interval, QRS interval dan QT
interval dan Segmen terdiri dari PR segmen, dan ST segmen.

Penjelasan gambar :

 Titik P mempunyai arti bahwa terjadinya denyutan/kontraksi pada atrium jantung (dextra &
sinistra)
 Titik Q, R dan S mempunyai arti bahwa terjadinya denyutan/kontraksi (listrik) pada ventrikel
jantung (dextra & sinistra)
 Sedangkan titik T berarti relaksasi pada ventikel jantung.

Mungkin terlihat mudah belajar EKG dengan satu gelombang, coba lihat gambar di bawah:
Gambar diatas adalah gambar EKG sebenarnya, melihat sepintas mungkin ga kebayang bisa
membacanya. Kok ada tulisan I, II, aVR dan lain-lain ? I, II, aVR dan lain-lain disebut
dengan sadapan atau lead. Aktifitas listrik jantung hanya dapat direkam dari luar jantung
(yaitu tubuh), gak mungkin langsung di tempelin ke jantung toh ? makanya perlu lokasi-
lokasi tertentu untuk penyadapan tersebut.

Pada prinsipnya ada 3 jenis sadapan yaitu Prekordial (dada), Bipolar (Kaki dan Tangan 2
elektroda) dan Unipolar (Kaki dan Tangan 3 elektroda).

D. SANDAPAN (lokasi penempatan) EKG


Untuk memperoleh rekaman EKG dipasang elektroda-elektroda di kulit pada tempat-tempat
tertentu. Lokasi penempatan elektroda sangat penting diperhatikan, karena penempatan yang
salah akan menghasilkan pencatatan yang berbeda.

Terdapat 3 jenis sandapan (lead) pada EKG, yaitu :

A. Sadapan Prekordial
Merupakan sadapan V1, V2, V3, V4, V5, dan V6 yang ditempatkan secara langsung di

dada.

 Sadapan V1 ditempatkan di ruang intercostal IV di kanan sternum.


 Sadapan V2 ditempatkan di ruang intercostal IV di kiri sternum.
 Sadapan V3 ditempatkan di antara sadapan V2 dan V4.
 Sadapan V4 ditempatkan di ruang intercostal V di linea (sekalipun detak apeks berpindah).
 Sadapan V5 ditempatkan secara mendatar dengan V4 di linea axillaris anterior.
 Sadapan V6 ditempatkan secara mendatar dengan V4 dan V5 di linea midaxillaris.
B. Sandapan Bipolar
Merekam perbedaan potensial dari 2 elektroda, yang ditandai dengan angka romawi I, II dan
III

 Sandapan I : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) yang bermuatan negatif (-
) tangan kiri bermuatan positif (+).
 Sandapan II : merekam beda potensial antara tangan kanan (-) dengan kaki kiri (LF) yang
bermuatan (+)
 Sandapan III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) yang bermuatan (-) dan kaki
kiri (+).

C. Sandapan Unipolar
Sandapan Unipolar Ekstremitas
* aVR : merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA) yang bermuatan (+),dan
elektroda (-) gabungan tangan kiri dan kaki kiri membentuk elektroda indifiren.
* aVL : merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA) yang bermuatan (+), dan muatan (-
) gabungan tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda indifiren.
* aVF : merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF) yang bermuatan (+) dan elektroda (-)
dari gabungan tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda indifiren.

Bila kita gabungkan dari ketiga sandapan yang ada di atas akan tampak menjadi seperti pada
gambar di bawah ini yang biasanya kita sebut sebagai sandapan lengkap 12 lead/ ECG 12
LEAD lengkap.
Pada gambar di atas tampak :

* Sandapan Prekordial —-> lead V1, V2, V3, V4, V5, V6

 Sandapan Bipolar —-> lead I, lead II, Lead III


 Sandapan Unipolar Ekstremitas —-> lead aVR, aVL, aVF

Sumber : ANATOMY & PHYSIOLOGI A SELF-INSTRUCTIONAL COURSE 4. THE


RESPIRATORY SYSTEM AND THE CARDIOVASCULAR SYSTEM/ LONGMAN
GROUP

Anda mungkin juga menyukai