Anda di halaman 1dari 29

Asuhan

Keperawatan Pasien
Bradikardia dan
Takhikardia
KURVA EKG
EKG normal terdiri dari 3 yaitu: gelombang P, gelombang QRS, gelombang T

1. Gelombang P
Lebar ≤ 0,12 detik
Tinggi ≤ 0,3 detik
Selalu (+) di lead II
Selalu (-) di lead aVR

2. Gelombang QRS
Lebar 0,06 – 0,12 detik
Tinggi tergantung sandapan (lead)
Gelombang QRS terdiri dari gelombang Q, R, dan S. gelombang Q adalah
defeksi negative pertama pada gelobang QRS.
a. Nilai gelombang Q adalah:
Lebar ≤ 0,04 detik
Dalamnya < 1/3 tinggi gelombang R
Gelombang Q normal disebut gelombang Q pathologis
KURVA EKG

c. Gelombang R adalah defleksi positif pertama pada gelombang QRS.


Umumnya gelombang QRS positif di lead I, lead II, V5 dan V6. Di lead
aVR, V1, dan V2 biasanya hanya kecil atau tidak ada sama sekali
d. Gelombang S adalah defleksi negatif setelah gelombang R. Dilead aVR,
V1, V2, gelombang S terlihat lebih dalam, di lead V4, V5 dan V6 makin
berkurang dalamnya

3. Gelombang T
Merupakan gambaran proses repolarisasi ventrikel. Umunya gelombang T
positif di hampir semua lead kecuali di aVR.
Cara Menghitung Laju Jantung (Heart Rate)
1.  

Irama teratur
3. Jika irama tidak teratur ambil EKG strip sepanjang 6 detik, hitung jumlah QRS dan kalikan 10 atau
ambil dalam 12 detik dan kalikan dengan 5.
Kriteria Sinus Rhythm
Irama : Teratur
Frekuensi Jantung (HR) : 60 – 100x/menit
Gelombang P : Normal, setiap gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T
Interval PR : Normal (0,12 – 0,20 detik)
Gelombang QRS : Normal (0,06 – 0,12 detik)

SEMUA GELOMBANGNYA SAMA


Klasifikasi Aritmia
Gangguan pembentukan impuls Gangguan penghantar impuls
1. Sinus Takhikardi (ST)
2. Sinus Bradikardi (SB) 1. Blok Sinoatrial (SA Blok)
3. Aritmia Sinus 2. Blok Atrioventrikuler Derajat I
4. Takhikardi Supraventrikel (SVT) 3. Blok Atrioventrikuler Derajat 2 Tipe
5. Fluter Atrial (AFL) Mobitz 1 (Wenchebach)
6. Fibrilasi Atrial (AF) 4. Blok Atrioventrikuler Derajat 2 Tipe
7. Irama Junctional (JR) Mobitz 2
8. Irama Idioventrikuler (IVR) 5. Blok Atrioventrikuler Derajat 3
9. Ekstrasistol Ventrikel (VES/PVB/PVC) (TAVB)
10. Takhikardi Ventrikel (VT)
11. Torsade de pointes
12. Fibrilasi Ventrikel (VF)
PENANGANAN
PASIEN
BRADIKARDIA
Bradikardia
HR < 60x/menit seperti AV Block derajat 3 atau sinus
bradikardi. Bradikardia dapat menimbulkan gejala
ketika HR < 50x/menit ( Bradikardi Simtomatik).
Secara klinis terdatap 3 kriteria :
1. HR lambat
2. Pasien memiliki gejala (simtom)
3. Gejala disebabkan karena HR yang lambat
Gejala yang dirasakan pasien ini meliputi chest
discomfort, nyeri dada, sesak nafass, penurunan
kesadaran, kelemahan (frequent), kelelahan, pusing,
hampir pingsan.
Tanda-tanda yang dapat terjadi meliputi: hipotensi,
diaphoresis, gagal jantung atau bradikardi yang
dihubungkan dengan Premature Ventriculer
Contraction yang frequent.
Klasifikasi Bradikardia

Bradikardi Kompleks QRS sempit Bradikardi Kompleks QRS lebar (QRS


(QRS < 0,12 detik) > 0,12 detik)

1. Teratur 1. Teratur
Sinus Bradikardi, Irama Juntional, Blok Irama Idioventrikuler, Blok
Sinoatrial, Blok Atrioventrikuler Atrioventrikuler Derajat 3
Derajat I
2. Tidak Teratur
Blok Atrioventrikuler Derajat 2
SINUS BRADIKARDIA

Irama : Teratur
Frekuensi (HR) : < 60x/menit
Gelombang P : Normal, setiap gelombang P selalu diikuti gelombang QRS
Interval PR : Normal
Gelombang QRS : Normal
IRAMA JUNTIONAL

Irama : Teratur
Frekuensi (HR) : 40 – 60x/menit
Gelombang P : Bisa tidak ada, bida ada tapi bentuknya terbalik, atau muncul
setelah gelombang QRS
Interval PR : < 0,12 detik atau tidak ada
Gelombang QRS : Normal
IRAMA IDIOVENTRIKULER

Irama : Teratur
Frekuensi (HR) : 20 – 40x/menit
Gelombang P : Tidak terlihat
Interval PR : Tidak dapat dihitung
Gelombang QRS : > 0,12 detik
BLOK SINOATRIAL

Terdapat episode hilangnya satu atau lebih geloombang P, QRS, T


Irama : Teratur, kecuali pada yang hilang
Frekuensi (HR) : Biasanya < 60x/menit
Gelombang P : Normal, setiap gelombang P selalu diikuti gelombang QRS
Interval PR : Normal
Gelombang QRS : Normal
BLOK ATRIOVENTRIKULER DERAJAT I

Irama : Teratur
Frekuensi (HR) : Biasanya antara 60 – 100x/menit
Gelombang P : Normal, setiap gelombang P selalu diikuti gelombang QRS
Interval PR : Memanjang > 0,20 detik
Gelombang QRS : Normal
BLOK ATRIOVENTRIKULER DERAJAT 2 TIPE 1

Irama : Tidak teratur


Frekuensi (HR) : 60 – 100x/menit atau < 60
Gelombang P : Normal, tetapi ada satu gelombang P yang tidak diikuti
gelombang QRS dalam satu siklus
Interval PR : Makin lama makin panjang sampai ada
gelombang P yang
tidak diikuti gelombang QRS, kemudia
siklus berulang
Gelombang QRS : Normal
BLOK ATRIOVENTRIKULER DERAJAT 2 TIPE 2

Irama : Teratur
Frekuensi (HR) : Biasanya < 60x/menit
Gelombang P : Normal, ada satu atau lebih gelombang P yang tidak diikuti
gelombang QRS
Interval PR : Normal atau memanjang secara konstan
kemudian ada blok
Gelombang QRS : Normal
BLOK ATRIOVENTRIKULER DERAJAT 3

Irama : Teratur
Frekuensi (HR) : < 60x/menit
Gelombang P : Normal, akan tetapi gelombang P dan gelombang QRS berdiri
sendiri–sendiri, sehingga gelombang P kadang-kadang diikuti
QRS dan kadang-kadang tidak
Interval PR : Berubah-ubah atau tidak ada
Gelombang QRS : Normal atau > 0,12 detik
Kaji Kondisi Klinis
ALGORIME HR < 50x/menit
BRADIKARDIA

Identifikasi dan atasi penyebab


• Jaga patensi jalan nafas, bantu pernafasan sesuai kebutuhan
• Oksigen (jika hipoksemia)
• Monitor untuk mengidentifikasi irama, monitor TD dan saturasi
• Akses IV
• EKG 12 lead jika tersedia, jangan tunda terapi

Bradiaritmia menetap menyebabkan :


1. Berikan SA : dosis pertama 0,5 mg bolus,
• Hipotermi?
ulangi setiap 3-5 menit, dosis maksimal 3 mg
Monitor dan • Penurunan kesadaran?
2. Pasang Transcutaneous Pacing (TCP) atau
observasi • Tanda-tanda shock?
3. Infus dopamin 2-20mcg/kgBB/menit
• Sakit dada iskemik?
4. Infus epinefrin 2-10 mcg/menit
• Gagal jantung akut?

Pertimbangkan
1. Konsul ahli
2. Transvenous Pacing (TPM)
PENANGANAN
PASIEN
TAKHIKARDIA
Takhikardia
HR > 100x/menit memiliki beberapa penyebab dan
dapat symtomatik atau asymtomatik. Dikatakan
takhiaritmia takhikardi jika HR > 100x/menit dan
dikatakan takhiaritmia simtomatik jika HR cepat dan
mengalami tanda dan gejala. Tanda dan gejalanya
seperti :
• Hipotensi
• Penurunan kesadaran
• Tanda-tanda shock
• Sakit dada iskemik
• Gagal jantung akut
Gejala ekstrim biasanya timbul pada denyut jantung >
150x/menit dengan gejala klinis menurunnya curah
jantung dan kebutuhan oksigen miokardium
meningkat
Klasifikasi Takhikardia

Bradikardi Kompleks QRS sempit Bradikardi Kompleks QRS lebar (QRS


(QRS < 0,12 detik) > 0,12 detik)

1. Teratur 1. Teratur
Sinus Takhikardi, Takhikardi Takhikardi Ventrikel
Supraventrikel
2. Tidak Teratur
2. Tidak Teratur Torsade de pointes
Fibrilasi Atrial
SINUS TAKHIKARDI

Irama : Teratur
Frekuensi (HR) : > 100 - 150x/menit
Gelombang P : Normal, setiap gelombang P selalu diikuti gelombang QRS
Interval PR : Normal
Gelombang QRS : Normal
ATRIAL FLUTER

Irama : Biasanya teratur bisa juga tidak


Frekuensi (HR) : Bervariasi
Gelombang P : Bentuknya seperti gigi gergaji, dimana gelombang P timbul
teratur dan dapat di hitung. P:QRS = 2:1, 3:1 atau 4:1
Interval PR : Tidak dapat dihitung
Gelombang QRS : Normal
ATRIAL FIBRILASI

Irama : Tidak teratur


Frekuensi (HR) : Bervariasi
Gelombang P : Tidak dapat diidentifikasi, bentuknya kecil-kecil
Interval PR : Tidak dapat dihitung
Gelombang QRS : Normal
SUPRAVENTRIKEL TAKHIKARDI

Irama : Teratur
Frekuensi (HR) : 150 – 250x/menit
Gelombang P : Sukar karena bersatu dengan gelombang T. kadang
gelombang P terlihat kecil
Interval PR : Tidak dapat dihitung atau memendek
Gelombang QRS : Normal
TAKHIKARDI VENTRIKEL

Irama : Teratur
Frekuensi (HR) : > 100x/menit
Gelombang P : Tidak terlihat
Interval PR : Tidak ada
Gelombang QRS : > 0,12 detik
TORSADE DE POINTES

Irama : Tidak teratur


Frekuensi (HR) : > 100x/menit
Gelombang P : Tidak ada
Interval PR : Tidak dapat dihitung
Gelombang QRS : > 0,12 detik (bermacam-macam bentuk/polimorfik)
ALGORIME 1
Energi yang digunakan dalam tindakan
TAKHIKARDI kardioversi:
• Irama jantung yang teratur dengan kompleks
QRS sempit (SVT, AFL) 50-100 joule
2 • Irama jantung tidak teratur dengna kompleks
QRS sempit (AF): 120-200 joule (bifasik)
atau 200 joule (monofasik)
• Irama jantung yang teratur dengan kompleks
QRS lebar (VT monomorfik): 100 joule
• Irama jantung tidak teratur dengan komples
QRS lebat ( VT polimorfik) : dosis defibrilasi
(asinkron)

3 4 Amiodarone
Diberikan pada pasien VT stabil secara IV
dengan dosis pertama 150mg diberikan dalam
waktu 10 menit. Dapat diulang jika VT masih
berlangsung. Kemudian diikuti pemberian
6
dengan dosis pemeliharaan 1 mg/menit untuk 6
YA jam pertama. Dosis maksimal 2.2 gram/24jam
5
Adenosine
Diberikan pada pasien SVT stabil secara IV
TIDAK dengan dosis pertama 6mg dengan cepat, di
dorong dengan 20 ml Nacl 0,9% kemudian
7 ekstermitas di tinggikan sekitar 10 detik. Jika
tidak respon Adenosine dapat diulang dengan
dosis 12mg
THANKS
!
Do you have any questions?

@eddelweiss.hospital
+62 888-6023-000
marketing@edelweiss.id

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik
and illustrations

Anda mungkin juga menyukai