Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

Disusun oleh:

NAMA : FEBRY RIZALDI ZAINI


NIM : 1501460027

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIV KEPERAWATAN MALANG

FEBRY RIZADI ZAINI. 1501460027.D4 KEPERAWATAN MALANG.POLTEKKES


KEMENKES MALANG
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO BUNUH DIRI

A. Pengertian
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko
untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat
mengancam nyawa (Nita Fitria, 2010).
Bunuh diri sebagai sebuah perilaku destruktif terhadap diri sendiri
sebagai prilaku yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian.
Prilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri,
niatnya adalah kematian dan individu menyadari bahwa hal ini sebagai
suatu yang diinginkan (Stuart dan Sundeen, 1995).
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh
pasien untuk mengakhiri kehidupannya. (Ade Herman, 2011)

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Faktor Predisposisi
Tidak ada teori tunggal yang mengungkapkan tentang bunuh
diri dan memberi petunjuk mengenai cara melakukan intervensi yang
terapeutik. Teori perilaku meyakini bahwa pencederaan diri merupakan
hal yang dipelajari dan diterima pada saat anak-anak dan masa remaja.
Teori psikologi memfokuskan pada masalah tahap awal
perkembangan ego, trauma interpersonal, dan kecemasan
berkepanjangan yang mungkin dapat memicu seseorang untuk
mencederai diri. Teori intepersonal mengungkapkan bahwa mencederai
diri sebagai kegagalan dari interaksi dalam hidup, masa anak-anak
mendapat perlakuan kasar serta tidak mendapatkan kepuasan (Stuart
dan Sundeen,1995).
Riwayat abuse atau incest dapat juga menjadi faktor
predisposisi atau presipitasi pencederaan diri. Faktor presdiposisi
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan komunikasi
(mengomunikasikan perasaan), perasaan bersalah, depresi, dan
perasaan yang tidak stabil.

FEBRY RIZADI ZAINI. 1501460027.D4 KEPERAWATAN MALANG.POLTEKKES


KEMENKES MALANG
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman
perilaku destruktif –diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai
berikut:
 Diagnosis psikiatrik:
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan
cara buuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga ganguan jiwa
yang dapat membuat individu beresiko untuk melakukan tindakan
bunuh diri adalah gangguan epektif,penyalahgunaan zat, dan
skizofrenia.
 Sifat kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya
resiko bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
 Lingkungan psikososial
Faktor presdiposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya
adalah pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-
kejadian negatif dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan, atau bahkan
perceraian. Kekuatan dukungan sosial sangat penting dalam
menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu
mengetahui penyebab masalah, respons, seseorang dalam menghadapi
masalah tersebut, dan lain-lain.
 Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
faktor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan
bunuh diri.
 Faktor biokimia
Data menunjukan pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat dalam otak seperti serotonin,
adrenalin, dan dopamin. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
rekaman gelombang otak elektro encephalo graph (EEG).

2. Faktor Presipitasi
Stuart (2006) menjelaskan bahwa pencetus dapat berupa
kejadian yang memalukan, seperti masalah interpersonal,
dipermalukan di depan umum, kehilangan pekerjaan, atau ancaman

FEBRY RIZADI ZAINI. 1501460027.D4 KEPERAWATAN MALANG.POLTEKKES


KEMENKES MALANG
pengurungan. Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh
diri adalah:
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusan.

3. Sumber koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam
kehidupan dalam melakukan perilaku buuh diri dan sering kali orang
ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri.
Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor
sosial maupun budaya. Struktur sosial dan kehidupan bersosial dapat
menolong atau bahkan menyarankan klien melakukan perilaku bunuh
diri. Isolasi sosial dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan
keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang
aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stres dan
menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga
dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

4. Mekanisme koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi
mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri,
termasuk denial, rasionalization, regression, dan magical thinking.
Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa
memberikan koping alternatif.
Perilaku bunuh diri menunjukan kegagalan mekanisme koping.
Ancaman bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk
mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri
yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada
diri seseorang.

FEBRY RIZADI ZAINI. 1501460027.D4 KEPERAWATAN MALANG.POLTEKKES


KEMENKES MALANG
C. Manifestasi Klinis
 Mempunyai ide untuk bunuh diri
 Mengungkapkan keinginan untuk mati
 Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
 Impulsif
 Menunjukkan prilaku yang mencurigakan
 Mempunyai riwayat percobaan buuh diri
 Verbal terselumbung (bicara tentang kematian, menanyakan tentang
dosis obat mematikan)
 Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik,
marah, dan mengasingkan diri)
 Kesehatan mental (secara klinis, pasien terlihat sebagai orang yang
depresi, psokosis, dan penyalahgunakan alkohol)
 Kesehatan fisik (biasanya pasien dengan penyakit kronis dan
terminal)

D. Rentang Respons

Rentang Respons Protektif diri


Respon adaptif Respon Maladaptif

Peningkatan diri Berisiko destruktif Destruktif diri tidak Pencederaan diri Bunuh diri
langsung

 Peningkatan diri, seorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan


diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan
diri.sebagai contoh seseorng mempertahankan diri dari pendapatnya
yang berbeda mengenai loyalitas terhadap pompinan tempat kerjanya.
 Beresiko destruktif, seseorang memiliki kecendrungan atau beresiko
mengenai perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap
situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri,seperti seseorang
merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal
terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
 Destruktifdiri tidak langsung, seseorang telah mengambil sikap yang
kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya
untuk memprtahankan diri.Misalnya, karena pandangan pimpinan
terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang kariawan menjadi
tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.

FEBRY RIZADI ZAINI. 1501460027.D4 KEPERAWATAN MALANG.POLTEKKES


KEMENKES MALANG
 Pencederaan diri, seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau
pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
 Bunuh diri, seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai
dengan nyawanya hilang.

E. Jenis
Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori (Stuart, 2006) :
1. Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa
seseorang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang
ingin bunuh diri mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa dia
tidak akan berada disekitar kita lebih lama lagi atau
mengkomunikasikan secara non verbal
2. Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang
dilakukan oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak
dicegah.
3. Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan
atau diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak
bunuh diri akan terjadi jika tidak ditemukan pada tepat waktunya.

Sementara itu, yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh


diri :
a. Bunuh diri anomik
Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari
oleh faktor lingkungan yang penuh tekanan (stresful) sehingga
mendorong untuk bunuh diri.
b. Bunuh diri altruistik
Bunuh diri altruistik adalh tindakan bunuh diri yang berkaitan
dengan kehormatan seseorang ketika dalam melaksanakan tugasnya.
c. Bunuh diri egoistik
Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan
faktor dalam diri seseorang putus cinta atau putus harapan.

F. Pohon Masalah

FEBRY RIZADI ZAINI. 1501460027.D4 KEPERAWATAN MALANG.POLTEKKES


KEMENKES MALANG
Effect Bunuh Diri

Core Problem Resiko Bunuh Diri

Cause Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

G. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Resiko Bunuh Diri

H. Data Yang Perlu Dikaji


Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji
Resiko Bunuh Diri Subjektif
1. Mengungkapkan keinginan bunuh diri
2. Mengungkapkan keinginan untuk
mati
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan
kepusasaan
4. Ada riwayat berulang percobaan
bunuh diri sebelumnya dari keluarga
5. Berbicara tentang kematian,
menanyakan tentang dosis obat yang
mematikan
6. Mengungkapkan adanya konflik
intrapersonal
7. Mengungkapkan telah menjadi korban
prilaku kekerasan kecil

Objektif
1. Impulsif
2. Menunjukan prilaku yang
mencurigakan
3. Ada riwayat penyakit mental (depresi,
psikosis, dan penyalahgunaan
alkohol)
4. Ada riwayat penyakit fisik ( penyakit

FEBRY RIZADI ZAINI. 1501460027.D4 KEPERAWATAN MALANG.POLTEKKES


KEMENKES MALANG
kronis atau penyakit terminal )
5. Pengangguran ( tidak bekerja,
kehilangan pekerjaan atau kegagalan
dalam berkarier)
6. Umur 15-19 tahun atau diatas 45
tahun
7. Status perkawinan yang tidak
harmonis

I. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri

J. Rencana Tindakan Keperawatan


 Ancaman / percobaan bunuh diri dengan diagnosis : resiko bunuh
diri
1. Tindakan keperawatan klien yang mengancam atau mencoba bunuh
diri.
 Tujuan : Klien tetap aman dan selamat
 Tindakan : melindungi klien
Perawat yang dapat melakuka hal-hal berikut untuk melindungi klien
yang mengancam atau berupaya bunuh diri.
a. Tetap menemani klien sampai dipindahkan ketempat yang lebih
aman
b. Menjauhkan semua benda yang berbahaya
c. Memastikan bahwa pasien benar-benar telah meminum obatnya,
jikia pasien mendapatkan obat
d. Menjelaskan dengan lembut pada pasien bahwa saudara akan
melindungi pasien sampai pasien melupakan keinginanya untuk
bunuh diri.
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan klien yang mengancam
atau mencoba bunuh diri.
 Tujuan : keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri.
 Tindakan :
a. Menganjurkan untuk ikut mengawasi serta jangan pernah
meninggalkan klien sendirian
b. Menjelaskan kepada keluarga bahwa pentingnya klien meminum
obatnya secara teratur

FEBRY RIZADI ZAINI. 1501460027.D4 KEPERAWATAN MALANG.POLTEKKES


KEMENKES MALANG
 Isyarat bunuh diri dengan diagnosis : resiko bunuh diri
1. Tindakan keperawatan untuk klien yang menunjukan isyarat untuk
bunuh diri
 Tujuan :
a. Klien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya
b. Klien dapat mengungkapkan perasaanya
c. Klien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
 Tindakan
a. Mendiskusikan tentang cara menagatasi keinginan bunuh diri,
yaitu dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman dekat
b. Meningkatkan harga diri klien dengan memberikan kesempatan
untuk mengungkapkan perasaannya, berikan pujian untuk klien,
menyakinkan klien bahwa dirinya berarti untuk orang lain
c. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara
mendiskusikan dengan klien cara menyesaikan masalahnya,
mendiskusikan dengan klien efektifitas masing-masing cara
penyelesaian masalah

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan anggota keluarga


yang menunjukan isyarat bunuh diri
 Tujuan : keluarga mampu merawat klien dengan risiko bunuh diri
 Tindakan keperawatan :
a. Mengajarkan keluarga tentang tandadan gejala bunuh diri
1. Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri
yang pernah muncul pada klien.
2. Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya
muncul pada klien berisiko bunuh diri.
b. Mengajarkan keluarga cara melindungi klien dari prilaku bunuh
diri.
1. Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga
bila klien memperlihatkan tanda dah gejala bunuh diri.
2. Menjelaskan tentang cara-cara melindugi klien dengan cara
memberikan tempat yang aman, menjauhkan barang-barang
yang dapat membahayakan, selalu mengadakan pengawasan
apabila tanda dan gejala bunuh diri meningkat.
c. Mengajarkan keluarga tentang hal yang dapat dilakukan apabila
klien melakukan percobaan bunuh diri.

FEBRY RIZADI ZAINI. 1501460027.D4 KEPERAWATAN MALANG.POLTEKKES


KEMENKES MALANG
1. Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka
masyarakat untuk menghentikan upaya bunuh diri tersebut.
2. Segera membawa klien ke rumah sakit tau puskemas untuk
mendapat bantuan medis.
d. Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang
tersedia bagi klien.
e. Memberikan informasi tentang nomor telepon gawat darurat.
f. Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan klien
berobat/kontrol secara teratur untuk mengatasi masalah bunuh
dirinya.
g. Menganjurkan keluarga untuk membantu klien minum obat
sesuai prinsip enam benar.

FEBRY RIZADI ZAINI. 1501460027.D4 KEPERAWATAN MALANG.POLTEKKES


KEMENKES MALANG
DAFTAR PUSTAKA

Direja, Ade Hermawan Surya. 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Nuha Medika
Fitria, Nita.2010. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP dan SP ) Untuk 7
diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi program S-1 Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

FEBRY RIZADI ZAINI. 1501460027.D4 KEPERAWATAN MALANG.POLTEKKES


KEMENKES MALANG

Anda mungkin juga menyukai