Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Semua anak, khususnya anak usia dini atau anak sekolah dasar menampakkan
kesenangan belajar dan bahkan mereka ingin mempelajari banyak hal. Dorongan ingin
tahu mereka yang sangat tinggi dapat dilihat dari keinginan untuk mengeksplorasi
lingkungan dengan kemampuan dan dorongan mereka untuk mengetahui sesuatu dan
membuat sesuatu secara kreatif. Mereka senang bermain boneka, pistol-pistolan dan
berbagai macam alat permainan lainnya yang mereka ciptakan melalui bahan alami
seperti daun singkong untuk membuat boneka wayang, dan dahan pisang untuk
membuat pistol-pistolan. Mereka cenderung meniru dan mencoba apa yang mereka
lihat dan ketahui. Mereka memiliki minat yang luas dan cita-cita yang banyak, walaupun
mereka belum menyadari bahwa untuk mengembangkan minat dan mencapai cita-cita
mereka memerlukan pengorbanan dan kerja keras.

Mereka juga belum menyadari perlunya memiliki pengetahuan dan keterampilan serta
kepribadian yang sesuai dengan tuntutan keinginan mereka. Anak-anak sangat
menyenangi belajar, seperti yang kita ketahui bahwa sebenarnya anak-anak dapat dan
ingin belajar, dan lebih dari itu, mereka ingin belajar sebanyak-banyaknya dan sesegera
mungkin. Oleh karena itu, guru-guru diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada
anak-anak untuk belajar kreatif sebanyak dan selekas mungkin. Caranya adalah dengan
membuat situasi belajar yang menarik dan sekreatif mungkin sehingga anak-anak dapat
memiliki keinginan untuk kreatif seperti yang dilakukan oleh gurunya.

Kreativitas dan bakat pada diri anak perlu dipupuk dan dikembangkan. Karena dengan
kreativitas dan bakat yang dimilikinya itu mereka dapat menjadi pribadi-pribadi yang
kreatif. Sebagai pribadi yang kreatif, kelak mereka bukan saja dapat meningkatkan
kualitas pribadinya, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas kehidupan bangsa dan
negara. Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan disegala
bidang, yang memerlukan jenis-jenis keahlian dan keterampilan serta dapat
meningkatkan kreativitas, produktivitas, mutu, dan efisiensi kerja.

Perilaku kreatif adalah hasil pemikiran kreatif. Karena itu sistem pendidikan hendaknya
dapat merangsang pemikiran, sikap, dan perilaku kreatif-produktif, di samping
pemikiran logis dan penalaran. Namun dalam kenyataannya masih sedikit sekolah yang
menyelenggarakan upaya pengembangan kreativitas dan bakat anak. Hal ini disebabkan
antara lain oleh masih sangat langkanya literatur yang membahas secara menyeluruh
dan terinci mengenai kreativitas, bakat, dan upaya-upaya pengembangannya khususnya
di sekolah dasar.

1
2

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka penyusun dapat memberikan rumusan masalah-
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini. Antara lain :

1. Pengertian cerdas dan kreatif;


2. Cara anak cerdas dan kreatif;
3. Perkembangan kreativitas anak;

1.3 Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, dapat menyimpulkan tujuan
penulisan makalah ini antara lain :

1. Pertama-tama tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas


mata kuliah Dasar-dasar Neurologi.
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian Cerdas kreatif;
3. Mahasiswa mampu mengklasifikasikan ciri-ciri kreativitas;
4. Mahasiswa memahami bagaimana tahapan dalam proses berfikir kreatif;
5. Mahasiswa mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung dan
menghambat kreativitas anak usia dini;
6. Mahasiswa dapat memahami bagaimana cara dalam mengembangkan
kreativitas dalam pembelajaran.

2
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN CERDAS DAN KREATIVITAS

Secara alamiah perkembangan anak berbeda-beda, baik dalam bakat, minat, jasmani,
kematangan emosi, kepribadian, keadaan jasmani, dan sosialnya. Selain itu, setiap anak
memiliki kemampuan tak terbatas dalam belajar, untuk dapat berfikir kereatif dan
produktif. (Ahmad Susanto, 2011 : 111) Kreativitas menurut kamus besar Bahasa
Indonesia berasal dari kata dasar kreatif, yaitu memiliki kemampuan untuk menciptakan
sesuatu. (Trisno Yuwono, 2003 : 330) Menurut Munandar yang dikutip oleh Syafaruddin
dan Herdianto, kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru
berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Kreativitas juga diartikan
dengan kemampuan yang berdasarkan data atau informasi yang menemukan banyak
kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana pendekatannya adalah pada
kuantitas dan keragaman jawaban.

Secara operasional, kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang


mencerminkan kelancaran keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berfikir, serta
kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu
gagasan. (Syafaruddin dan Herdianto, 2011 : 87) Salah satu konsep yang amat penting
dalam bidang kreativitas adalah hubungan antara kreativitas dan aktualisasi diri.
Menurut psikolog humanistik, Abraham Maslow dan Carl Rogers dikutip oleh Utami
Munandar menyatakan bahwa seseorang dikatakan mengaktualisasikan dirinya apabila
seseorang menggunakan semua bakat dan talentanya untuk menjadi apa yang ia
mampu menjadi, mengaktualisasikan, atau mewujudkan potensinya. Menurut Maslow
aktualisasi diri merupakan karakteristik yang fundamental, suatu potensialitas yang ada
pada semua manusia saat dilahirkan, akan tetapi sering hilang, terhambat atau
terpendam dalam proses pembudayaan. Jadi sumber dari kreativitas adalah
kecenderungan untuk mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk
berkembang dan menjadi matang. (Utami Munandar, 1999 : 19)

Sebutan lain bagi anak berbakat ialah kecerdasan, cemerlang, kreatif. Semua
sebutan ini merujuk adanya keunggulan kemampuan yang dimiliki seseorang. Jadi bakat
adalah sesuatu yang “ inherent (melekat)” dalam diri seseorang, dibawa sejak lahir dan
terkait erat dengan struktur otak. Secara genetis struktur otak itu sangat ditentukan oleh
interaksi antara lingkungan dengan anak manusia itu. Kemampuan intelektual
merupakan ekspresi dari apa yang disebut intelegensi dan kepada kemampuan intelek
ini juga kita bersandar menguasai dan memperlakukan perubahan kebudayaan serta
pembaharuan teknologi di dalam masyarakat. Intelegensi meruapakan sifat-sifat
manusia yang mencakup kemampuan untuk pemahaman hubungan yang kompleks.
Satu ciri yang umum dimiliki oleh anak berbakat ialah memiliki kecerdasan yang
lebih tinggi daripada anak normal. Pada mulanya tingkat kecerdasan dipandang sebagai
satu-satunya ciri anak berbakat. Pandangan ini disebut pandangan berdimensi tunggal
tentang anak berbakat. Umumnya anak ini disebut berbakat jika memilki IQ diatas 120,
sedangkan anak yang memilki IQ 137 ke atas disebut anak berbakat tinggi.
Undang-undang No. 2/1989 pasal 8 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa :

3
4

1) Warga Negara yang memiliki kelainan fisik dan atau mental berhak memperoleh
pendidikan luar biasa
2) Warga Negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak
memperoleh perhatian khusus
Para ahli dengan hasil penelitiannya (Berry 1980) menunjukkan bahwa secara
biologis memang ada perbedaan struktur otak antara anak-anak cerdas dan berbakat
dengan anak normal. Anak berbakat mampu memfungsikan kedua belahan otak kiri dan
otak kanan sebagai alat berfikir dan seluruh fungsi lain sehingga mewujudkan perilaku
kreatif.

2.2 CARA ANAK CERDAS DAN KREATIF

Ada banyak hal yang harus dilakukan dan diperhatikan oleh orang tua jika ingin anaknya
menjadi anak cerdas sepenuhnya. Orang tua dapat melakukan berbagai hal berikut
untuk mencerdaskan si buah hati:

1. Memberi Gizi Cukup


Menurut beberapa penelitian, anak usia dini yang banyak mengonsumsi makanan tinggi
gula dan makanan olahan atau yang berpengawet memiliki tingkat IQ yang lebih rendah
daripada anak – anak yang mempunyai pola makan sehat dari orang tuanya seperti ikan,
sayuran, buah – buahan dan juga mengikuti pola makan yang teratur. Dengan asupan
makanan yang baik, anak akan mempunyai daya ingat dan konsentrasi lebih baik pula.
Gizi buruk dapat menjadi penyebab mental lemah pada anak.

2. Biasakan Membaca Buku


Kegiatan membaca akan memberi banyak manfaat pada anak, antara lain mengasah
keterampilan berbahasa, kemampuan memusatkan perhatian dan mengasah daya
khayak anak. Hal ini terutama akan berkembang apabila anak mulai diperkenalkan pada
kegiatan membaca di usia dini, dan terlihat efeknya ketika anak mulai bersekolah.

3. Mengamati gaya belajar anak


Tidak semua anak memiliki gaya belajar yang berbeda. Masing — masing anak adalah
unik karena itu mereka akan memiliki gaya tersendiri yang paling sesuai untuk menyerap
pelajaran dan berbagai hal di sekelilingnya. Perhatikanlah apakah anak termasuk
pembelajar visual, auditori, ataukah kinestetik yaitu artinya belajar melalui penglihatan,
pendengaran, dan gerakan. Hal ini berguna untuk cara mengetahui bakat anak sejak
dini.

3. Membangun kecerdasan emosi anak


Kecerdasan emosi seseorang tidak kalah pentingnya dibanding kecerdasan kognitif yang
dinyatakan melalui tingkat IQ anak. Pentingnya kecrdasan emosi akan memer dukungan
pada kemampuan kognitif dan sosial anak. Orang tua perlu membangun kecerdasan
emosi anak sejak ia berusia dini agar anak menjadi cerdas secara emosional pula.

4. Memperkenalkan anak dengan bahasa asing


Mempelajari bahasa lain selain bahasa ibu akan mendorong kemampuan kognitif anak
yang lebih baik, juga mendorong kreativitas anak lebih efektif lagi. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa anak yang pintar berbahasa juga akan terdorong kecerdasannya
dalam bidang sains dan matematika, kemampuan memecahkan masalah dan cara
berpikir kreatif.

4
5

5. Mengenalkan kesenian
Anak yang diperkenalkan kepada seni akan mempunyai perkembangan yang lebih baik
dalam bidang bahasa, daya ingat, verbal, matematika dan tingkat IQ nya. Seni tersebut
antara lain , musik, kerajinan tangan, seni lukis dan lain – lain. Cobalah untuk
mengarahkan anak kepada salah satu bidang seni yang kelihatannya akan disukainya.

6. Beri anak kesempatan bermain


Dunia anak lekat dengan kegiatan bermain, karena itu anak perlu diberi ruang gerak
yang dapat merangsang imajinasinya. Untuk itu, tidak perlu memberikan mainan yang
mahal. Kreativitas Anda sebagai orang tua justru dituntut untuk memberikan
pengalaman bermain yang unik bagi anak, dengan tetap memberikan pengawasan yang
memadai ketika anak sedang bermain sambil memberikan cara melatih mental anak
agar berani dengan bermain sesuai usianya.

7. Berbicaralah dengan cerdas


Usahakanlah untuk berbicara kepada anak dengan pola kalimat yang jelas untuk
membantu kemampuan anak berbahasa. Gunakan kata – kata atau kalimat yang cerdas
dan mudah dimengerti oleh anak untuk membiasakan anak berpikir secara terstruktur
dan tersusun. Usahakan untuk berbicara dengan anak menggunakan kalimat yang baku
agar anak mudah untuk mengerti adanya pola dan konsep dalam suatu kalimat, untuk
mendukung perkembangan bahasa anak usia dini.

8. Membacakan cerita atau mendongeng untuk anak


Kegiatan mendongeng seringkali diabaikan oleh para orang tua karena merasa tidak ada
hubungannya dengan kemampuan akademis anak. Mendongeng atau membacakan
cerita akan mendorong anak untuk mengembangkan daya imajinasinya, sebab ia akan
selalu berusaha membayangkan apa yang sedang diceritakan atau didongengkan
kepadanya, menebak rupa tokoh – tokoh dalam cerita, latar belakang setiap cerita, dan
lain – lain.

9. Memutarkan lagu
Kegiatan mendengarkan lagu akan menjadi saat santai yang cocok untuk seorang anak.
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa musik dapat menjadi sarana untuk
mencerdaskan anak bahkan sejak masih dalam kandungan, terutama musik klasik.

10. Luangkan waktu dengan anak


Menyediakan wakktu dengan anak sangat berguna untuk mengembangkan sisi
emosional dan psikologisnya. Sesibuk apapun orang tua dalam mencari nafkah,
sebaiknya usahakan untuk meluangkan waktu sejenak agar bisa mendapatkan
kebersaman dengan anak. Dengan begitu, anak akan mendapatkan perkembangan sisi
psikologis yang cukup seimbang dengan sisi akademisnya.

11. Menjaga kesehatan anak


Tidak kalah penting adalah untuk selalu memastikan bahwa anak dalam keadaan sehat
dan bugar.Antara lain memastikan asupan makanannya, kebiasaan makan anak,
memberikan vitamin, dan juga kebiasaaan lain yang dapat membuat tubuh anak tetap
sehat.

12. Perhatikan asupan makanannya


Anak tidak akan menjadi cerdas apabila ia lebih senang mengonsumsi makanan tidak
sehat daripada memakan makanan yang mengandung gizi sempurna. Hal ini seringkali
luput dari pengamatan orang tua, entah karena sibuk bekerja di luar rumah ataupun

5
6

orang tua yang tidak ingin mendengar kerewelan anak lalu membiarkan anak makan apa
yang disukainya saja.

13. Berikan mainan yang menunjang


Tidak semua mainan bisa mendorong sisi kreativitas anak dan membuatnya lebih cerdas,
ada pula yang berbahaya dan memberi pengaruh buruk pada anak. Saat ini sudah
banyak produsen mainan edukatif yang bisa dipilih untuk mendapatkan mainanyang
menunjang perkembangan otak anak.

14. Batasi anak untuk menonton televisi


Televisi tidak hanya membuat anak menjadi tenang namun juga membawa efek negatif
apabila anak terlalu lama menontonnya. Salah satu efeknya anak bisa menjadi
kecanduan dan lupa untuk berinteraksi dengan orang lain. Sebaiknya beri batasan untuk
anak menonton televisi agar ia masih punya waktu untuk kegiatan lainnya.

15. Batasi anak untuk bermain gadget


Gadget yang semakin canggih sekarang dengan mudah menarik perhatian anak – anak
dan membuat mereka sulit lepas alias kecanduan. Jikapun orang tua ingin memberi
permainan tersebut kepada anak, batasi waktunya dan buat perjanjian terlebih dulu
dengan anak untuk berapa lama waktu mereka diizinkan bermain.

16. Tentukan waktu belajar anak


Anak perlu memiliki waktu untuk belajar disamping waktu untuk bermain, karena ia juga
perlu mengasah otaknya agar tidak melupakan apa yang telah dipelajari. Tentukan
jadwal belajar anak setiap hari dan beri pendampingan ketika anak sedang belajar.

17. Jaga hubungan antar anggota keluarga


Kecerdasan emosional dan mental anak juga tidak kalah pentingnya, karena itu sangat
baik jika anak hidup dalam lingkungan yang harmonis dan aman. Jagalah suasana yang
kondusif dan harmonis antar anggota keluarga untuk mendukung kecerdasan emosional
anak dan menghindari dampak anak sering dimarahi.

18. Hindari keributan


Melihat keributan setiap hari pun tidak baik untuk perkembangan mental dan emosional
anak. Tidak hanya dari anggota keluarga, anak pun perlu merasa aman dari lingkungan
sekitarnya secara emosional. Jauhkan anak dari lingkungan yang tidak sehat, lingkungan
yang membuatnya merasa tidak aman secara mental. Dampak kekerasan terhadap
anak yang dilihatnya dari lingkungan sekitar bisa menjadi fatal dan merusak mentalnya.

19. Tentukan jam tidur anak setiap harinya


Tidur merupakan hal yang sangat penting bagi anak karena ketika tidurlah otak anak
mulai berkembang. Otak yang berkembang dengan baik akan menentukan juga kepada
kecerdasan anak. Selain itu, menentukan jadwal tidur tetap anak juga akan mengajarkan
disiplin kepada anak secara efektif sejak kecil.

20. Ajak anak mengenal alam


Mengenal alam dan lingkungan sekitar bisa menjadi proses pembelajaran yang sangat
baik untuk anak dan berdampak positif terhadap perkembangan kecerdasannya. Ajaklah
anak sesekali ke alam terbuka dan beri tahukan kepadanya mengenai segala sesuatu
yang ada di alam tersebut.

21. Perkenalkan anak kepada agama

6
7

Memperkenalkan anak kepada agama merupakan langkah utama untuk meletakkan


dasar dan pedoman hidup yang akan membuatnya menjadi manusia beriman dan
mempunyai tujuan hidup yang jelas. Sebab kecerdasan tanpa keimanan akan berjalan
dengan timpang dan mudah menjadi salah arah.

22. Memperhatikan aspek emosional anak


Dalam membimbing anak agar cerdas, kita tidak bisa hanya menekankan kepada aspek
kognitif saja. Kecerdasan otak memerlukan kecerdasan emosi agar dapat digunakan
secara seimbang dan tetap pada jalur yang benar, serta tidak disalah gunakan. Karena
itu orang tua perlu memperhatikan perkembangan sosial emosional anak usia dini.

23. Jangan memaksa anak untuk belajar


Belajar memang merupakan jalan untuk menjadi cerdas, akan tetapi hal itu hanya akan
mengendap di otak anak apabila anak melakukannya dengan senang hati. Jika anak
belajar dengan paksaan, ia hanya akan menjadi jenuh dan bosan, tidak menutup
kemungkinan akan mendatangkan efek buruk kemudian hari. Perhatikan kondisi anak,
apakah ia sanggup mengikuti pelajaran atau tidak. Anda tidak dapat memaksa anak yang
mempunyai ciri – ciri retardasi mental untuk belajar dengan keras seperti anak normal,
bukan?

24. Terapkan disiplin dan konsekuensi


Menetapkan disiplin dan konsekuensi apabila anak berbuat salah menjadi salah satu
cara untuk membentuk anak menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas namun juga tahu
cara mengendalikan dirinya sendiri. Dengan demikian ia pun akan belajar untuk
mengendalikan kecerdasannya sendiri juga.

25. Selalu menambah wawasan sebagai orang tua


Mendidik anak membutuhkan ilmu yang tidak sedikit dan tidak ada habisnya, karena
itulah sebagai orang tua perlu terus menambah ilmu tentang berbagai cara pengasuhan
anak dan juga memperbaiki kualitas diri sebagai orang tua yang cerdas dan bisa
memberikan dukungan kepada anak dengan selalu mendengarkan aspirasi anak.

Ketika berkaitan dengan keinginan untuk memiliki anak yang cerdas, banyak orang tua
yang menjadi terburu nafsu atau merasa minder melihat kemajuan anak lain sehingga
ingin anaknya juga memiliki kecerdasan yang sama. Akibatnya, banyak orang tua yang
menekan anak dengan keras dan tidak mau peduli keinginan anaknya. Namun tahukah
Anda, bahwa pada dasarnya tidak ada anak yang persis sama satu dengan lainnya
sehingga menjadikan mereka itu pribadi yang unik.

Setiap anak membutuhkan pendekatan yang berbeda untuk berbagai masalah dan
dalam perkembangan mereka, karena itulah menjadi orang tua adalah suatu proses
pembelajaran yang tidak pernah berakhir.

2.3 PERKEMBANGAN KREATIVITAS ANAK

Hurlock dikutip oleh Semiawan menegaskan bahwa hasil sejumlah studi kreativitas
menunjukkan bahwa perkembangan kreativitas mengikuti suatu pola yang dapat
diramalkan, ada sejumlah variasi di dalam pola ini. Demikian juga ada beberapa faktor
yang berpengaruh terhadap variasi-variasi tersebut. (Semiawan, 1999 : 96) Diantaranya :

a. Jenis kelamin

Anak-anak lelaki menunjukkan kreativitas yang lebih tinggi daripada anak perempuan,
terutama di masa-masa perkembangan. Di sebagian masyarakat, anak lelaki mendapat
7
8

perlakuan yang berbeda dari anak perempuan. Anak lelaki mendapat kesempatan yang
lebih banyak daripada anak perempuan untuk hidup mandiri, lebih mendapat
kesempatan untuk menghadapi resiko, mendapatkan kesempatan dari orang tua dan
guru untuk berinisiatif dan menampilkan keasliannya.

b. Status sosio-ekonomi

Anak-anak yang berlatar belakang sosio-ekonomis lebih tinggi cenderung lebih kreatif
daripada anak-anak yang berlatar belakang rendah. Kelompok pertama diduga
mendapatkan perlakuan orangtua yang lebih demokratis, sementara kelompok
keduanya lebih banyak mendapat perlakuan otoriter. Kontrol orangtua yang demokratis
dapat memelihara kemampuan kreatif dengan memberikan kesempatan yang lebih
banyak kepada anak untuk mengekspresikan individualitasnya dan mengejar minat dan
aktivitas menurut pilihannya sendiri. Yang lebih penting lagi anak-anak yang berlatar
belakang ekonomi tinggi mendapat kesempatan yang lebih banyak utnuk mengakses
pengetahuan dan pengalaman yang diperluakan untuk mengembangkan kreativitas,
misalnya ke tempat-tempat rekreasi, tempat-tempat penting, dan pusat-pusat informasi
yang dapat mendorong anak-anak untuk berimajinasi serta berpikir dan bertindak
secara kreatif.

c. Posisi urutan kelahiran

Faktanya anak yang posisi kelahiran berbeda menunjukkan tingkat kreativitas yang
berbeda. Pernyataan ini memiliki implikasi bahwa lingkungan memiliki kedudukan yang
lebih penting dari pada keturunan. Anak tengah dan anak bungsu memungkinkan lebih
kreatif daripada anak sulung. Anak sulung cenderung mendapat tekanan yang lebih
besar untuk memenuhi harapan orang tua daripada anak berikutnya.

d. Ukuran besar anggota keluarga

Anak-anak dari keluarga kecil cenderung lebih kreatif daripada anak-anak dari keluarga
besar. Hal ini disebabkan oleh pengasuhan dalam keluarga besar menuntut sikap yang
lebih otoriter guna bisa mengendalikan anak yang banyak itu. Perlakuan yang otoriter
cenderung menghambat perkembangan kreativitas. Sebaliknya anak dari keluarga kecil
cenderung mendapat lebih banyak perlakuan yang demokratis. Sikap tersebut
memungkinkan bisa mendukung terciptanya suasana dan sikap yang mendukung untuk
pengembangan kreativitas.

e. lingkungan kota versus desa

Anak-anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada anak-anak dari
lingkungan desa, karena yang pertama lebih banyak mendapatkan lingkungan yang lebih
memberikan stimulasi dalam pengembangan kreativitas. Di kota-kota lebih banyak
tempat-tempat, objek-objek, benda-beda, dan tantangan-tantangan yang mengundang
setiap anak untuk mengembangkan kemampuan kreatif.

f. Intelegensi

Untuk anak yang seusia, anak-anak yang cerdas menunjukan kemampuan kreatif yang
lebih dari pada anak-anak yang kurang cerdas. Yang pertama cenderung memiliki ide-ide
8
9

yang lebih baru ingin mengatasi situasi konflik sosial dan mampu merumuskan lebih
banyak alternatif pemecahan terhadap konflik-konflik itu, juga beralasan bahwa anak-
anak yang cerdas pada akhirnya pantas dipilih sebagai pemimpin daripada anak-anak
seusianya.

2.4. PERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK

Selama di sekolah, guru mempunyai peran penting terhadap penyesuaian emosional


dan sosial anak dan terhadap perkembangan kepribadiannya. Sehubungan dengan
perkembangan intelektual, pada semua jenjang pendidikan guru merupakan kunci
kegiatan belajar siswa yang berhasil guna (efektif), terutama pada tingkat sekolah dasar.
Hal ini mudah dipahami karena di sekolah dasar umumnya seluruh pelajaran dipegang
oleh guru kelas, kecuali mingkin untuk pelajaran seperti Agama, Olahraga, dan Kesenian
yang menuntut keterampilan khusus dari guru.

Masalah khusus yang berhubungan dengan pengajaran anak berbakat pada dasarnya
merupakan masalah bagaimana menghadapi perbedaan-perbedaan anak. Perbedaan
dalam peran guru berdasarkan ciri-ciri khas anak berbakat, yang terampil dalam situasi
belajar dan cara guru menangani ciri-ciri tersebut. Karena falsafah pendidikan mengakui
adanya perbedaan individual dan bertujuan mengembangkan bakat dan kemampuan
setiap anak didik secara optimal, maka dengan sendirinya kualifikasi guru harus berbeda
sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuan anak didik.

Menurut barbed and Renzulli dikutip oleh Utami Munandar, ada beberapa peran guru
dalam mengembangkan kreativitas anak. (Utami Munandar, 1999: 62) Diantaranya
sebagai berikut :

Pertama-tama guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya
dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tapi juga bagaimana guru melakukannya.
Mustahil mengharapkan seseorang dapat memahami kebutuhan, perasaan, dan perilaku
orang lain, jika ia tidak mengenal diri sendiri. Kedua di samping memahami diri sendiri,
guru perlu memiliki pengertian tentang keberbakatan. Oleh karena itu, guru yang akan
membina anak berbakat perlu memperoleh informasi dan pengalaman mengenai
keberbakatan, tentang apa yang diartikan tentang keberbakatan, bagaimana cirri-ciri
anak berbakat, dan dengan cara-cara apa saja kebutuhan pendidikan anak berbakat
dapat terpenuhi. Dengan mengetahui kebutuhan-kebutuhan pendidikan anak berbakat,
guru akan menyadari bahwa anak-anak ini memerlukan pelayanan pendidikan khusus
yang terletak di luar jangkauan kurikulum biasa. Ketiga setelah anak berbakat
diidentifikasi, guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan
perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak. Sehubungan dengan ini
guru hendaknya lebih berfungsi sebagai fasilitator belajar daripada sebagai instructor
(pengajar) yang menentukan semuanya.

2.5. METODE BERMAIN

Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan spontan sehingga hal ini
memberikan rasa aman secara psikologis pada anak. Begitu pula dalam suasana bermain
aktif, dimana anak memperoleh kesempatan yang luas untuk melakukan eksplorasi guna
memenuhi rasa ingin tahunya, anak bebas mengekspresikan gagasannya memalui
9
10

khayalan, drama, bermain konstruktif, dan sebagainya. Maka dalam hal ini
memungkinkan anak untuk mengembangkan pearasaan bebas secara psikologis.

Rasa aman dan bebas secara psikologis merupakan kondisi yang penting bagi
tumbuhnya kreativitas. Anak-anak diterima apa adanya, dihargai keunikannya, dan tidak
terlalu cepat di evaluasi, akan merasa aman secara psikologis. Begitu pula anak yang
diberikan kebebasan untuk mengekspresikan gagasannya. Keadaan bermain yang
demikian berkaitan erat dengan upaya pengembangan kreativitas anak. Bermain
memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kreativitasannya. Ia dapat
berekperimen dengan gagasan-gagasan barunya baik yang menggunakan alat bermain
atau tidak. Sekali anak merasa mampu menciptakan sesuatu yang baru dan unik, ia akan
melakukan kembali pada situasi yang lain. Kreativitas memberi anak kesenangan dan
kepuasan pribadi yang sangat besar dan penghargaan yang memiliki pengaruh nyata
pada perkembangan pribadinya. Menjadi kreatif juga penting artinya bagi anak usia dini,
karena menambah bumbu dalam permainannya. Jika kreativitas dapat membuat
permainan menjadi menyenangkan, mereka akan merasa bahagia dan puas.

Layanan pendidikan kepada anak-anak usia dini merupakan dasar yang sangat
berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya hingga dewasa. Tahun-tahun
awal kehidupan anak merupakan dasar yang cenderung bertahan dan mempengaruhi
sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya. Kreativitas merupakan salah satu potensi
yang dimiliki anak yang perlu dikembangkan sejak usia dini. Setiap anak memiliki bakat
kreatif dan ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif dapat dikembangkan dan karena
itu perlu dipupuk sejak dini. Bila bakat kreatif anak tidak dipupuk maka bakat tersebut
tidak akan berkembang, bahkan menjadi bakat yang terpendam yang tidak dapat
diwujudkan.

Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak yaitu
melalui bermain, diharapkan dapat merangsang dan memupuk kreativitas anak sesuai
dengan potensi yang dimilikinya untuk pengembangan diri sejak usia dini. Proses
pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta
didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Dalam proses pembelajaran di
kelompok bermain, kreativitas anak dirangsang dan dieksplorasi melalui kegiatan
bermain sambil belajar sebab bermain merupakan sifat alami anak. (Pristina Kusuma,
12-11-2012)

Diungkapkan oleh Utami Munandar bahwa penelitian menunjukkan hubungan yang erat
antara sikap bermain dan kreativitas. (Utami Munandar, 2004 : 94) Akan tetapi bermain
tanpa bimbingan dan arahan serta perencanaan lingkungan di mana anak belajar akan
membawa anak pada cara belajar yang salah atau proses belajar tidak akan terjadi. Ia
mengisyaratkan bahwa dalam proses pembelajaran, pendidik bertanggung jawab dalam
membimbing dan mengarahkan anak agar menjadi kreatif.

10
11

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Seperti yang kita ketahui, anak-anak yang kreatif biasanya selalu ingin tahu, memiliki
minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja
kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani
mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) dari pada anak-anak pada umumnya.
Siswa berbakat kreatif biasanya mempunyai rasa humor yang tinggi, dapat melihat
masalah dari berbagai sudut tinjau, dan memiliki kemampuan untuk bermain dengan
ide, konsep, atau kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan.

Perkembangan kreativitas pada usia 5-6 tahun ketika anak-anak siap memasuki sekolah,
mereka belajar bahwa meraka harus menerima otoritas dan konformis dengan aturan
dan tata tertib yang dibuat orang dewasa. Usia 8 sampai 10 tahun ketika keinginan anak
untuk diterima sebagai anggota gang mencapai puncaknya. Ada beberapa strategi dalam
mengembangkan kreativitas anak, yaitu ;

a. Peran guru dalam mengembangkan kreativitas anak;

b. Strategi pembelajaran 4P;

c. Strategi bermain.

11
12

DAFTAR PUSTAKA

Susanto, Ahmad, Perkembangan Anak Usia Dini, Jakarta : Kencana, 2011.

Syafaruddin & Herdianto, Pendidikan Pra Skolah, Medan : Perdana Publishing, 2011.

Munandar, Utami, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah , Jakarta :


Gramedia Pustaka, 1999.

Semiawan, Conny R, Perkembangan dan Belajar Peserta Didik, Jakarta : Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan, 1999.

Munandar, Utami, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat,Jakarta : Asdi Mahasatya,


2004

Yuwono, Trisno, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Arkola, 2003

Hamdani, Asep Saepul, Pengembangan Kreativitas, Jakarta : Pustaka As-Syifa, 2002.

Lia Hudiani Jannah, Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas anak, dikutip dari
http://pkaud.blogspot.com/ di akses pada tanggal 12-11-2012

Yeyen Pristina Kusuma Perdana, Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini, dikuti dari
http://yeyenpristina.blogspot.com/2012/04/pengembangan-kreativitas-anak-usia-
dini.html Pada tanggal 12,11,2012

12

Anda mungkin juga menyukai