Nova rita-SEJARAH - PERADABAN - ISLAM - PADA - MASA - BANI - U
Nova rita-SEJARAH - PERADABAN - ISLAM - PADA - MASA - BANI - U
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai agama dan peradaban yang dirintis oleh Nabi Muhammad
memberikan kontribusi besar pada peradaban dunia, rangkaian penerus
sesudahnya yang dikenal sebagai khalifah, meneruskan otoritas politik untuk
mengayomi seluruh komunitas Muslim. Sejak masa kekhalifahan, Islam tumbuh
menjadi kekuatan budaya dan peradaban serta tradisi agama yang mengakar, dan
berperan penting dalam pembentukan budaya di seluruh dunia.1
1
Fred M Donner,. “Muhammad and the Chaliphate”, dalam John L. Esposito (ed.), The
Oxford History of Islam, (New York : Oxford University Pers. 1999) , h. 1
2
menjadi pusat kajian ilmu dan intelektualitas, Islam yang lahir di tanah Arab yang
tandus, primitif, nomaden, dan mayoritas keahlian penduduknya hanya berdagang,
berubah menjadi pusat dan kibat peradaban di dunia menggeser Romawi dan
Persia, kemajuan peradabannya menghegemoni peradaban-peradaban besar di
dunia. Tulisan dalam makalah ini, tentu tidak dapat menggambarkan seluruh
kesuksesan yang berhasil dicapai oleh dinasti Umayyah dan bukan bertujuan
untuk mengembalikan romantisme kejayaan Islam masa silam, namun, meninjau
sejarah ke belakang sangat diperlukan untuk mengambil i’tibar, hikmah dari
kejadian dan peristiwa masa lampau, agar terhindar dari mengulangi
kesalahankesalahan yang sama, dan dapat mengambil sisi positif untuk diterapkan
pada masa sekarang dan masa depan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, diantaranya adalah:
BAB II
PEMBAHASAN
Kelahiran Dinasti Bani Umayyah tidak terlepas dari situasi politik yang
bergejolak sejak masa Khalifah Utsman bin Affan yang kemudian berakhir dengan
terbunuhnya Utsman pada tahun 35 H.
Ketika kepemimpinan dilanjutkan oleh Ali bin Abi Tholib (36 H) suasana
politik semakin memanas, dengan banyaknya tuntutan dan desakan kepada Ali
untuk segera memproses secara hukum orang-orang yang membunuh Utsman.
Tuntutan ini disuarakan oleh Muawiyah yang memiliki hubungan nasab dengan
Utsman dari jalur Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kemudian didukung oleh
sahabat-sahabat lain seperti Ubadah bin Ash-Shamit, Abu Ad-Darda’, Abu
Umamah, Amr bin Abasah, dan sahabat lainnya.2
Sebenarnya Ali bukan tidak ingin segera mencari dan menghukum para
pembunuh Utsman, tapi dalam periode awal kepemimpinannya Ali lebih
memprioritaskan stabilitas politik, ekonomi dan keamanan dalam negeri. Ali
banyak mengubah kebijakan yang dilakukan Utsman pada periode sebelumnya,
antara lain dengan mencopot gubernur-gubernur yang diangkat oleh Utsman,
karena Ali Yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan yang terjadi karena
keteledoran mereka. Selain itu, Ali juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan
oleh Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada
negara dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara orangorang
Islam, sebagaimana pernah diterapkan oleh pemerintahan Umar bin Khattab.
2
Ibnu Katsir, Al Bidayah wa An-Nihayah, terj. Amir Hamzah dan Misbah (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2012, Jilid XI), h. 225.
4
Besarnya gelombang fitnah pada masa Ali tidak urung memicu timbulnya
perang saudara, yang melibatkan sahabat-sahabat Nabi bahkan ibu negara Aisyah
dalam peristiwa perang Jamal pada pertengahan tahun 36 H. Disusul dengan
perang Shiffin yang terjadi pada tahun 37 H dengan Muawiyah bin Abu Sufyan
yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Syria. Muawiyah menolak untuk
membaiat Ali sebagai Khalifah dengan alasan Ali tidak mengambil satu pun
langkah nyata untuk membalaskan darah Utsman, namun, beberapa riwayat
menyebutkan bahwa penyebab sebenarnya hanyalah karena Muawiyah, yang telah
lama menjabat sebagai Gubernur, tidak rela kehilangan jabatannya yang saat itu
ingin diganti oleh Ali dengan Sabi bi Junaif.3
Namun kesepakatan ini menuai kontroversi, setelah kedua Arbitor sepakat untuk
menurunkan pemimpin mereka di depan publik, dimulai oleh Abu Musa sebagai
3
Abdul Syukur al-Azizi, Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap (Jogjakarta: Saufa,
2014) , h. 113.
5
orang yang lebih tua untuk menyampaikan orasinya dengan mencopot Ali dan
Muawiyah dari jabatannya, Amr bin Ash mengkhianati kesepakatan ini, dengan
mengumumkan dan menetapkan Muawiyah sebagai khalifah disebabkan Ali
mundur dari kekhalifahan dan dia berijtihad tidak mungkin kaum Muslimin
dibiarkan tanpa pemimpin.
Hasil Arbitrase tersebut sangat merugikan pihak Ali yang secara de jure
memiliki legitimasi sebagai khalifah yang sebenarnya, sementara Muawiyah
hanya menjabat sebagai gubernur provinsi, kerugian lain yang timbul adalah
turunnya simpati sejumlah besar pendukungnya, dan umat Islam terpecah menjadi
tiga kekuatan politik, Khawarij, Murjiah dan Syiah. Konflik dan pemberontakan
semakin gencar hingga Ali harus syahid pada tahun 40 H dibunuh oleh kaum
Khawarij.
tujuh tahun. Antara 633 dan 640, semua wilayah dari selatan ke utara, berhasil
ditaklukkan.4
Setelah mendapatkan limpahan kekuasaan penuh dari Hasan bin Ali dan
kemudian dilantik sebagai khalifah di Illiya pada 40 H / 660 M, ia mengalihkan
pusat pemerintahan dari Madinah ke Syria dan menjadikan Damaskus sebagai ibu
kota kerajaan Islam yang sebelumnya adalah ibu kota provinsi Syria. Perpindahan
pusat pemerintahan ke Syria menjadi sangat strategis bagi Muawiyah untuk
melebarkan kekuasaanya ke Mesir, Armenia, Mesopotamia utara, Georgia dan
Azerbaizan sampai ke Asia kecil dan Spanyol.
Umar, kandidat khalifah setelah Abu Bakar, ditunjuk oleh Abu Bakar
sebagai penerusnya pernah menggunakan gelar Khalifah Khalifah Rasul Allah.
Tapi karena terdengar terlalu panjang akhirnya diperpendek dengan gelar Amirul
Mukminin (Panglima orang-orang beriman).
4
Philip K. Hitti, History of the Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi (
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2013), h. 189
7
dinasti.
Sistem kekhalifahan ini berlangsung selama tiga puluh tahun. Setelah itu
sistem pemerintahan berubah menjadi sistem dinasti atau kerajaan. Masa
pemerintahan Muawiyah merupakan awal sistem kerajaan, dimana Muawiyah
merupakan raja Islam pertama dan terbaik.5
5
Katsir, Al Bidayah, h. 714
6
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2008) h. 42.
7
Hitti, History, h. 229
8
Pendiri dinasti Bani Umayyah ini adalah seorang yang cerdas dan cerdik,
politisi ulung, dan negarawan yang mampu membangun peradaban besar melalui
politik kekuasaannya. Walaupun ia dan keluarganya termasuk orang yang terakhir
memeluk Islam, yaitu pada peristiwa penaklukan Mekkah, tapi secara politis Nabi
sangat menghargai dan menghormati mereka, dengan menjamin keselamatan bagi
mereka yang berada di bawah perlindungan Abu Sufyan pada peristiwa fathu
tahun.8
Sejak awal diangkat sebagai khalifah, dan selama sepuluh tahun pertama
kekhalifahannya, Abdul Malik banyak menghadapi hambatan karena bangsa Arab
terpecah menjadi beberapa kelompok dengan fanatisme masing-masing sehingga
banyak terjadi pemberontakan. Abdul Malik bekerja keras untuk memadamkan api
pemberontakan yang mengganggu stabilitas politik kekuasaannya. Abdul Malik
dibantu oleh panglima perang yang hebat, di sebelah Timur di bawah komando al-
Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi, dan Musa bin Nushayr memegang
8
Azizi, Kitab Sejarah, h. 142
9
Ira M Lapidus,. a History of Islamic Societies, Berkeley: (University of California, 2014,
Edisi ketiga) , h. 71.
10
Ibid.
11
Hitti, History, h. 256-258
11
merebut Asia kecil dan Armenia, pada saat yang sama ia juga mengirim 40 ribu
pasukan berkuda untuk menaklukkan Afrika Utara.
Umar bin Abdul Aziz yang dikenal sebagai Umar II, adalah seorang
pribadi yang zuhud dan terkenal kesalehannya, berbeda jauh dengan corak
pemerintahan Umayyah yang dikenal sekuler, Umar sering juga disebut sebagai
Di bidang fiskal, Umar memangkas pajak dari orang Nasrani, tak cuma itu,
ia juga menghentikan pungutan pajak dari para muallaf. Kebijakannya ini
mendongkrak simpati dari kalangan non Muslim untuk berbondong-bondong
memeluk agama Islam.
12
Akbar Shah Najeebabadi, The History of Islam, (Riyadh: Darussalam, 2001, Vol. II), h.
195.
13
Dalam masa pemerintahannya yang sangat singkat, yaitu hanya sekitar dua
tahun lima bulan, ia wafat dalam keadaan tragis, menurut beberapa riwayat ia
diracun oleh pembantunya, namun, Umar telah berhasil mewujudkan
13
Hitti, History, h. 278
15
A. Kesimpulan
Islam masuk ke Andalusia sekitar tahun 710 M, hal ini ditandai dengan
Musa ibn Nus}air mengutus T{ariq ibn Ziyad untuk mengirim pasukan yang
lebih besar ke Andalusia. Banyak kemajuan yang dilakukan oleh umat Islam
di Andalusia antara lain di bidang
PENUTUP
Dari paparan makalah tentang sejarah peradaban Islam pada masa Bani
Ummayyah di Timur ini, dapat diambil beberapa natijah sebagai berikut :
Black, Anthony. The History of Islamic Political Thought – from the Prophet to
the Present, Terj. Abdullah Ali dan Mariana Ariestyawati, Pemikiran
Politik Islam dari Masa Nabi Hingga Kini, Jakarta: Serambi, 2006.
Donner, Fred M. “Muhammad and the Chaliphate”, dalam John L. Esposito (ed.),
The Oxford History of Islam, New York : Oxford University Pers. 1999
Khalil, Shawqi Abu. Athlas Al-Hadits Al-Nabawi, Terj. Muhammad Sani dan
Dedi Januarsyah, Atlas Hadits, Jakarta, Al Mahira, 2008 , Cet. kedua.
Lapidus, Ira M. a History of Islamic Societies, Berkeley: University of California,
2014 , Edisi ketiga.
Najeebabadi, Akbar Shah. The History of Islam, Riyadh: Darussalam, 2001, Vol.
II.
Syahrur, Muhammad. Dirasat Islamiyah Mu’ashirah fi ad-Daulah wa alMujtama’,
Terj. Saifuddin Zuhri Qudsi dan Badrus Syamsul Fata, Tirani
Islam Genealogi Masyarakat dan Negara, Yogyakarta : LkiS Yogyakarta,
1994.
14
Katsir, Al Bidayah, h. 401.