Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN

DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

JONI KURNIAWAN
183203016

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNVERTAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN


DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Oleh :

JONI KURNIAWAN
183203016

Telah disetujui pada


Hari :
tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

(Fajriati Nur Azizah, M.Kep, Sp.Kep.J) ( ) (Joni Kurniawan)

2
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes
2017).Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2012).
Menurut Poter Perry (2012), Personal hygiene adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan
fisik dan psikis. Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak
mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan
Wartonah 2010).

B. Jenis–Jenis Perawatan Diri


1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah, 2004)

3
C. Rentang Respon Kognitif
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat
diri sendiri adalah :
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
a. Bina hubungan saling percaya.
b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
a. Bantu klien merawat diri
b. Ajarkan ketrampilan secara bertahap
c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar
mandi yang dekat dan tertutup.

D. Faktor Predisposisi
1. Perkembangan, keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2. Biologis, penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3. Kemampuan realitas turun, klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
4. Sosial, kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya.Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.

4
E. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2017) Faktor-faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes
mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.

5
F. Pohon Masalah

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Isolasi sosial

Defisit perawatan diri : mandi, toileting, makan, berhias.

G. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2017) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok
gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

6
H. Dampak pada Masalah Personal Hygiene.
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi social.

I. Asuhan Keperawatan
a. Data subyektif
1) Pasien merasa lemah
2) Malas untuk beraktivitas
3) Merasa tidak berdaya.
b. Data obyektif
1) Rambut kotor, acak – acakan
2) Badan dan pakaian kotor dan bau
3) Mulut dan gigi bau.
4) Kulit kusam dan kotor
5) Kuku panjang dan tidak terawatt
6) Mekanisme Koping

J. Diganosa Keperawatan
Menurut Depkes (2017) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien defisit
perawatan diri yaitu :
a. Defisit perawatan diri

7
K. Intervensi Keperawatan

Rencana Tindakan
No. Diagnosis Tujuan
Tindakan (Pasien) Tindakan (Keluarga)
1 Defisit Perawatan TUM : SP I
Tindakan Psikoterapeutik
Diri 1. Diskusikan masalah yg
Setelah dilakukan tindakan 1) Bina hubungan saling
dirasakan dalam merawat
keperawatan, klien mampu percaya. pasien.
melakukan perawatan mandiri 2) Adakan kontak sering dan 2. Jelaskan pengertian, tanda
secara mandiri. singkat secara bertahap. & gejala, dan proses
TUK: 3) Observasi tingkah laku klien. terjadinya defisit perawatan
4) Tanyakan keluhan yang diri (gunakan booklet).
Setelah melakukan interaksi 3. Jelaskan cara merawat
dengan klien selama … s.d. …. dirasakan klien.
defisit perawatan diri.
kali, klien dapat melakukan 5) Lakukan strategi pelaksanaan
4. Latih dua cara merawat :
perawatan diri secara mandiri psikoterapeutik : kebersihan diri dan
dengan kriteria hasil: SP I berdandan.
1. Identifikasi masalah 5. Anjurkan membantu pasien
perawatan diri: kebersihan sesuai jadwal dan
TUK SP 1:Klien dapat membina
diri, berdandan, memberikan pujian.
hubungan saling percaya dengan
makan/minum, BAB/BAK.
perawat, klien dapat menyebutkan
2. Jelaskan pentingnya
pentingnya kebersihan diri, klien
kebersihan diri.
dapat mempraktikan cara
3. Jalaskan cara dan alat
menjaga kebersihan diri (mandi,
kebersihan diri.
ganti pakaian, sikat gigi, cuci
4. Latih cara menjaga
rambut).
kebersihan diri: mandi dan
ganti pakaian, sikat gigi, cuci

8
rambut, dll.
5. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan mandi,
sikat gigi (2 kali per hari),
cuci rambut (2 kali per
minggu), potong kuku (satu
kali per minggu).

TUK SP2 :Klien dapat SP II


SP II
mempraktikan dan memasukkan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
1. Evaluasi kegiatan kebersihan
dalam jadwal kegiatan harian cara dalam merawat/melatih
diri. Beri pujian.
berdandan (sisiran, potong kuku, pasien kebersihan diri. Beri
2. Jelaskan cara dan alat untuk
cukuran, dll). pujian.
berdandan.
2. Latih dua (yang lain) cara
3. Latih cara berdandan setelah
merawat : Makan & minum,
kebersihan diri: sisiran, rias
BAB & BAK.
muka untuk perempuan;
3. Anjurkan membantu pasien
sisiran, cukuran untuk pria.
sesuai jadwal dan memberi
4. Masukkan pada jadwal
pujian.
kegiatan untuk kebersihan
diri dan berdandan.

TUK SP3 :Klien dapat SP III


SP III
mempraktikan dan memasukkan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
1. Evaluasi kegiatan kebersihan
dalam jadwal kegiatan harian cara dalam merawat/melatih
diri dan berdandan. Beri
makan dan minum yang baik. pasien kebersihan diri dan
pujian.
berdandan. Beri pujian.
2. Jelaskan cara dan alat makan
2. Bimbing keluarga merawat
dan minum.

9
3. Latih cara makan dan minum kebersihan diri dan
yang baik berdandan dan makan &
4. Masukkan pada jadwal minum pasien.
kegiatan untuk latihan 3. Anjurkan membantu pasien
kebersihan diri, berdandan sesuai jadwal dan berikan
dan makan & minum yang pujian.
baik.

TUK SP4 :Klien dapat SP IV


SP IV
mempraktikan dan memasukkan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
1. Evaluasi kegiatan kebersihan
dalam jadwal kegiatan harian cara dalam merawat/melatih
diri, berdandan, makan &
BAB dan BAK yang baik. pasien kebersihan diri,
minum. Beri pujian.
berdandan, makan &
2. Jelaskan cara BAB dan BAK
minum. Beri pujian.
yang baik.
2. Bimbing keluarga merawat
3. Latih BAB dan BAK yang
BAB dan BAK pasien.
baik.
3. Jelaskan follow up ke
4. Masukkan pada jadwal
RSJ/PKM, tanda kambuh,
kegiatan untuk latihan
rujukan.
kebersihan diri, berdandan,
4. Anjurkan membantu pasien
makan & minum dan
sesuai jadwal dan
BAB&BAK.
memberikan pujian.

10
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2010 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.Jakarta:
EGC.

Depkes.2017. Standar Pedoman Perawatan jiwa.

Kaplan Sadoch. 2012. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7.Jakarta : EGC

Keliat, B.A. 2015.Proses Keperawatan Jiwa.Jakarta : EGC

Nurjanah, I. 2012. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :


Momedia.

Perry.,& Potter. 2012.Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Jakarta : EGC.

Rasmun, M. 2012Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah


Keperawatan.Jakarta : CV Sagung Seto.

Santosa, Budi. 2018. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006.


Jakarta : Prima Medika.

Stuart, G.W. 2016.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC.

Tarwoto.,& Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

Townsend, M.C. 21014. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan


Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai