Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN Tn.

A DENGAN GANGGUAN MOBILISASI DI BANGSAL


ANGGREK RSUD WATES

Disusun Oleh :

JONY KURNIAWAN

183203016

PROGRAM STUDI PROFESI NERS X111


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN POST OPERASI HIL


DEXTRA REPAIR DI RUANG ANGGREK RSUD WATES

Disusun Oleh :

JONI KURNIAWAN

183203016

Telah disetujui pada :

Hari : ……………………

Tanggal : ……………………

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

(...........................................) (………………………) (Joni Kurniawan)


LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN GANGGUAN MOBILISASI

A. Konsep Dasar
Berbagai perubahan terjadi pada system muskuloskeleta, meliputi tulang
keropos( osteoporosis), pembesaran sendi, pengerasan tendon, keterbatasan gerak,
penipisan discus intervertebralis, dan kelemahan otot, terjadi pada proses penuaan.
Pada lansia struktur kolagen kurang mampu menyerap energy. Kartilago
sendi mengalami degenerasi di daerah yang menyangga tubuh dan menyembuh
lebih lama. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya osteoarthritis. Begitu juga masa
otot dan kekuatannya juga berkurang.
Pengertian
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas,
mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting
untuk kemandirian (Barbara Kozier, 1995). Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah
suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu
sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh
berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau
berbaring.
Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara
pasif dan mobilisasi secara aktif. Mobilisasim secara pasif yaitu: mobilisasi
dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara dibantu dengan orang
lain secara total atau keseluruhan. Mobilisasi aktif yaitu: dimana pasien dalam
menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain.
Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya
penyembuhan pasien. Secara psikologis mobilisasi akan memberikan kepercayaan
pada pasien bahwa dia mulai merasa sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini
harus diterangkan pada pasien atau keluarga yang menunggui. Pasien dan
keluarga akan dapat mengetahui manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi
dalam pelaksanaan mobilisasi Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam
rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di
dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut)
dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya.

Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat


berbagai penyakit atau gangguan pada alat/organ tubuh yang bersifat fisik atau
mental. Imobilisasi dikatakan sebagai resiko utama munculnya luka dekubitu baik
di rumah sakitmaupun di komunitas. Kondisi inidapat meningkatkan waktu
penekanan pada jaringan kulit,menurunkan sirkulasi dan selanjutnya
mengakibatkan luka dekubitus. Imobilisasi disamping mempengaruhi kulit secara
langsung, juga mempengaruhi beberapa organ tubuh, misalnya pada system
kariovaskuler, gangguan siskulasi darah perifer, system respirasi meeenurunkan
pergerakan paru untuk mengambil oksigen dari udara(ekspansi paru) da berakibat
pada menurunya asupan oksigen ke tubuh.
Penyebab
Berbagai kondisi dapat menyebabkan terjadinya imobilisasi, sebagai conoh
gangguan sendi dan tulang: penyakit rematik seperti pengapuran ulang atau patah
tulang tentu akan menghambat pergerakan, penyakit syaraf: adanya stroke,
penyakit Parkinson, dan gangguan saraf, penyakit jantung atau pernafasan,
gangguan penglihatan.
Akibat mobilisasi
Imobilisasi dapat menimbulkan berbagai masalah berikut:
 Infeksi saluran kemih
 Sembelit
 Infeksi paru
 Gangguan aliran darah
 Luka tekan
 Sendi kaku

B. Fisiologi mobilisasi
Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot yang fungsinya menggerakkan
organ-organ tubuh. Kemampuan tersebut disebabkan karena jaringan otot mampu
berkontraksi. Kontraksi otot dapat berlangsung karena molekul-molekul protein
yang membangun sel otot dapat memanjang dan memendek. Jaringan otot dapat
dibedakan menjadi 3 macam :
1. Jaringan Otot Polos
Jaringan otot polos mempunyai serabut-serabut (fibril) yang homogen
sehingga bila diamati di bawah mikroskop tampak polos atau tidak bergaris-garis.
Otot polos berkontraksi secara refleks dan di bawah pengaruh saraf otonom. Bila
otot polos dirangsang, reaksinya lambat. Otot polos terdapat pada saluran
pencernaan, dinding pembuluh darah, saluran pernafasan.
2. Jaringan Otot Lurik
Nama lainnya adalah jaringan otot kerangka karena sebagian besar jenis
otot ini melekat pada kerangka tubule. Kontraksinya menurut kehendak kita dan
di bawah pengaruh saraf sadar.
Dinamakan otot lurik karena bila dilihat di bawah mikroskop tampak adanya garis
gelap dan terang berselang-seling melintang di sepanjang serabut otot. Oleh sebab
itu nama lain dari otot lurik adalah otot bergaris melintang. Kontraksi otot lurik
berlangsung cepat bila menerima rangsangan, berkontraksi sesuai dengan
kehendak dan di bawah pengaruh saraf sadar.
Fungsi otot lurik untuk menggerakkan tulang dan melindungi kerangka dari
benturan keras.
3. Jaringan Otot Jantung/Miokardium
Jaringan otot ini hanya terdapat pada lapisan tengah dinding jantung.
Strukturnya menyerupai otot lurik, meskipun begitu kontraksi otot jantung secara
refleks serta reaksi terhadap rangsang lambat.
Fungsi otot jantung adalah untuk memompa darah ke luar jantung. Di dalam
otot, hidrolisis ATP ke ADP dilakukan oleh pretein kontraktil miosin. Proses
depolarisasi serabut otot yang memulai kontraksi dinamakan perangkaian eksitasi
kontraksi. Potensial aksi dihantarkan ke semua fibril di dalam serabut melalui
pelepasan Ca2+ dari sisterna terminalis. Gerakan ini membuka ikatan miosin
hingga ATP di pecah dan timbul kontraksi. ATP sebagai sumber energi untuk
kontraksi. Bila sebuah otot berkontraksi, timbul satu kerja yang memerlukan
energy. Sejumlah ATP di pecah membentuk ADP selama proses kontraksi.
Selanjutnya semakin hebat kerja yang dilakukan semakin besar jumlah ATP yang
dipecahkan. Proses ini akan berlangsung terus-menerus sampai filamen aktin
menarik membrane menyentuh ujung akhir filamen miosin atau sampai beban
pada otot menjadi terlalu besar untuk terjadinya tarikan lebih lanjut.
Terdapat tiga jalur biokimia yang menyediakan ATP untuk kontraksi otot:
(1) pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatin fosfat simpanan ke ADP,
yang merupakan sumber pertama ATP pada permulaan olahraga
(2) fosforilasi oksidatif, yang secara efisien mengekstraksi sejumlah besar ATP
dari molekul nutrien apabila tersedia cukup O2 untuk menunjang sistem ini
(3) glikolisis, yang dapat mensintesis ATP walaupun tidak tersedia O2 tetapi
menggunakan banyak glikogen dan dalam prosesnya menghasilkan asam laktat.
Terdapat tiga jenis serat otot, diklasifikasikan berdasarkan jalur yang mereka
gunakan untuk membuat ATP (oksidatif atau glikolitik) dan kecepatan mereka
menguraikan ATP dan kemudian berkontraksi (kedutan lambat versus kedutan
cepat): serat oksidatif-lambat, serat oksidatif-cepat, dan serat glikolitik-cepat.
Kontrol Gerakan Motorik Kontrol terhadap setiap gerakan motorik bergantung
pada tingkat aktivitas di semua masukan sinaps yang berjalan ke neuron motorik
yang mempersarafi berbagai otot. Berbagai masukan tersebut datang dari tiga
sumber:
(1) jalur refleks spinalis, yang berasal dari neuron aferen
(2) sistem desendens kortikospinalis, yang berasal dari korteks motorik primer
dan terutama berperan pada gerakan tangan yang diskret dan halus
(3) sistem desendens multineuron, yang berasal dari batang otak dan terutama
terlibat dalam penyesuaian postur dan gerakan involunter badan dan anggota
badan. Keluaran motorik akhir dari batang otak dipengaruhi oleh serebelum,
nukleus basal, dan korteks serebrum. Pembentukan dan penyesuaian perintah-
perintah motorik bergantung pada masukan aferen yang terus menerus diberikan,
terutama umpan balik mengenai perubahan-perubahan panjang otot (dipantau oleh
gelondong otot) dan ketegangan otot (dipantau oleh organ tendon Golgi).
Gangguan mobilisasi seorang pasien yang sedang menjalani perawatan di
Rumah Sakit mengindikasikan berat atau tidaknya penyakit yang pasien derita.
Pada pasien dengan gangguan mobilisasi dapat disebabkan karena
ketidakmampuan pasien dalam beraktivitas. Pasien hanya dapat beraktivitas di
atas tempat tidur, itupun dengan gerak terbatas.
1. Tujuan
Beberapa tujuan dari mobilisasi menurut Susan J. Garrison (2004), antara lain :
a. Mempertahankan fungsi tubuh
b. Memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan
luka
c. Membantu pernafasan menjadi lebih baik
d. Mempertahankan tonus otot
e. Memperlancar eliminasi Alvi dan Urin
f. Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali
normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian
g. Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau
berkomunikasi
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi:
a. Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya.
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan diikuti oleh perilaku yang
dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan
kesehatan tentang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan
mobilisasi dengan cara yang sehat.
b. Proses Penyakit dan injury
Adanya penyakit tertentu yang diderita seseorang akan mempengaruhi
mobilitasnya, misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulutan untuk
mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi,
karena adanya rasa sakit/nyeri yang menjadi alasan mereka cenderung untuk
bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidur
karena menderita penyakit tertentu.
c. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan
aktifitas misalnya; pasien setelah operasi dilarang bergerak karena
kepercayaan kalau banyak bergerak nanti luka atau jahitan tidak jadi.
d. Tingkat energi
Seseorang melakukan mobilisasi jelas membutuhkan energi atau tenaga.
Orang yang sedang sakit akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan
orang dalam keadaan sehat.
e. Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya
dibandingkan dengan seorang remaja.
3. Macam mobilisasi
Macam-macam mobilisasi antara lain :
a. Mobilisasi penuh
Mobilisasi penuh ini menunjukkan syaraf motorik dan sensorik mampu
mengontrol seluruh area tubuh. Mobilisasi penuh mempunyai banyak
keuntungan bagi kesehatan, baik fisiologis maupun psikologis bagi pasien
untuk memenuhi kebutuhan dan kesehatan secara bebas, mempertahankan
interaksi sosial dan peran dalam kehidupan sehari hari.
b. Mobilisasi sebagian
Pasien yang mengalami mobilisasi sebagian umumnya mempunyai
gangguan syaraf sensorik maupun motorik pada area tubuh. Mobilisasi
sebagian dapat dibedakan menjadi:
1) Mobilisasi temporer yang disebabkan oleh trauma reversibel
pada sistim muskuloskeletal seperti dislokasi sendi dan tulang
2) Mobilisasi permanen biasanya disebabkan oleh rusaknya sistim
syaraf yang reversibel.

4. Kontraindikasi mobilisasi
pada kasus tertentu istirahat di tempat tidur diperlukan dalam periode tidak
terlalu lama seperti pada pada kasus infark Miokard akut, Disritmia jantung, atau
syok sepsis, kontraindikasi lai dapat di temukan pada kelemahan umum dengan
tingkat energi yang kurang.
1. Masalah fisik
Masalah fisik yang dapt terjadi akibat immobilitasi dapat dikaji / di amati pada
berbagai sistim antara lain :
a) Masalah muskuloskeletal
Menurunnya kekuatan dan kemampuan otot, atropi, kontraktur,
penurunan mineral, tulang dan kerusakan kulit.
b) Masalah urinari
Terjadi statis urine pada pelvis ginjal, pengapuran infeksi saluran
kemih dan inkontinentia urine.
c) Masalah gastrointestinal
Terjadinya anoreksia / penurunan nafsu makan diarrhoe dan
konstipasi.
d) Masalah respirasi
Penurunan ekspansi paru, tertumpuknya sekret dalam saluran nafas,
ketidak seimbangan asam basa (CO2 O2).
e) Masalah kardiofaskuler
Pembentukan trombus.
C. Pemeriksaan Fisik
1. mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran, pertumbuhan tulang yang abnormal
akibat tumor tulang, pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang
tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau
gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
2. mengkaji tulang belakang
Mengkaji kemungkinan ada Skoliosis, kifosis, lordosis
3. mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas,
adanya kekakuan sendi dan adanya benjolan.
4. mengkaji kekuatan otot
Kemampuan mengubah posisi kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran
masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk memantau adanya edema atau
atropi, nyeri otot.
5. mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggao tidak normal. Bila salah satu
ekstremitas lebih pendek dari yang lain.
6. mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih
dingin dari lainnya dan adanya edema tulang. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan
mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisisan kapiler.
7. mengkaji aktivitas fungsional klien
Mandiri dalam makan. Kontinensia (BAB,BAK), menggunakan
pakaian,pergi ke kamar mandi

D. Pemeriksaan penunjang
Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan
hubungan tulang, CT scan menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang
terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament atau
tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di
daerah yang sulit dievaluasi. MRI adalah tehnik pencitraan khusus, non invasive,
yang menggunakanmedan magnet, gelombang radio, dan computer untuk
memperlihatkan abnormalitas.
Pemeriksaan laboratorium: Hb menurun pada trauma , kalsium menurun
pada imobilisasi lama, Alkali fosfat meningkat, kreatinin dan SGOT meningkat
pada kerusakan otot.

E. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan gangguan
mobilisasi adalah:
1. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal
dan neuromuscular
a. Pengertian
Keterbatasan dalam pergerakan fisik pada bagian tubuh tertentu atau pada
satu atau lebih ekstremitas
b. batasan karakteristik
1) Keterbatasan kemampuan melakukan ketrampilan motorik kasar
2) Keterbatasan kemampuan melakukan ketrampilan motorik halus
3) keterbatasan ROM
4) Sulit berbalik
2. Kurang perawatan diri toileting berhubungan dengan kelelahan atau
kelemahan
a. Pengertian
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas toileting.
b. Batasan karakteristik
Tidak mampu dalam:
1) Pergi ke toilet atau menggunakan pispot
2) Duduk atau bangun dari toilet atau pispot
3) Mengenakan pakaian untuk toileting
3. Kurang perawatan diri mandi / kebersihan berhubungan dengan
kelemahan atau kelelahan.
a. Pengertian
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas mandi / kebersihan
diri secara mandiri
b. Batasan karakteristik
Tidak mampu dalam:
1) Membasuh bagian atau seluruh tubuh
2) Mengeringkan tubuh
3) Masuk/keluar kamar mandi
4. risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan resiko kelembapan
kulit
a. Pengertian
Perubahan pada epidermis dan dermis
b. Batasan karakteristik
1) kerusakan lapisan kulit
2) ditrupsi permukaan kulit
5. resiko terhadap cidera
a. Pengertian
Resiko cedera sebagai akibat dari interaksi kondisi lingkungan dengan
adaptasi individu dan sumber pertahanan
b. Batasan karakteristik
Faktor resiko
1) Nutrisi (vitamin dan tipe makanan)
2) Usia perkembangan
3) Fisik (kerusakan mobilitas)

F. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
a. ajarkan dan bantu pasien dalam proses perpindahan
b. ajarkan pasien bagaimana menggunakan postur dan mekanika tubuh yang benar
saat melakukan aktivitas.
c. ubah posisi pasien yang imobilisasi minimal setiap dua jam
d. lakukan ROM aktif
e. ajarkan tehnik bergerak yang benar

G. Evaluasi/Kriteria hasil :
Kreteria hasil meliputi :
1. Menunjukkan tingkat mobilitas
2.menyangga berat badan
DAFTAR PUSTAKA

Ketheleen Haerth Belland RN. BSN, Mary and Wells RN Msed, 1986,
Chlinical Nursing Prosedurs, California Jones and Bardlett Publishers Inc.
Diana Hestings. RGN RCNT. 1986, The Machmillan Guide to home Nursing
London, Machmillan London LTD. Ahli bahasa : Prilian Pranajaya, 1980
editor lilian juwono Jakarta, Arcan.
Barbara Koezeir, Glenora Erb, 1983, Fundamental of Nursing, california
Addison – Wesly publishing Division.
Barbara Koezeir, Glenora Erb, Oliveri, 1988, Fundamental of Nursing,
Philadelpia Addison Wesly publishing Division.

Anda mungkin juga menyukai