Anda di halaman 1dari 15

STASE KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN An. A DENGAN PNEUMONIA


ASPIRASI DI RSUD WATES KULON PROGO
TAHUN YOGYAKARTA 2018

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Gawat Darurat

Disusun oleh:
Joni kurniawan
183203016

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XIII


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA 2018

Jl. Ringroad Barat, Ambarketawang, Gamping, Sleman Yogyakarta


Telp (0274) 4342000
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui pada :

Hari : ……………………
Tanggal : ……………………

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

(………………………………) (…………………………….) (…………………………..)


LAPORAN PENDAHULUAN
PADA An.A DENGAN MASALAH PNEUMONIA

A. Definisi
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-Paru
(Alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh
gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam (Depkes RI, 2002). Pneumonia merupakan
suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri,
virus, jamur atau oleh benda asing (William et al, 2007). Pneumonia merupakan
peradangan akut pada paru-paru dengan akumulasi eksudat di dalam alveoli dan
saluran pernafasan yang mengganggu proses pernafasan (Bruner & Suddarth,
2008).
Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napas
cepat. Napas sesak ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke dalam,
sedangkan napas cepat diketahui dengan menghitung tarikan napas dalam satu
menit (Ignatavicius, 2010).

B. Etiologi
1. Bakteri : Streptococcus pneumoniae, streptokokus grup A, Haemophilus
Influenza dan staphilococcus aureus.
2. Virus : Respiratorik Sensitisial Virus (RSV), Virus Parainfluenza,
Adenovirus, Rhinovirus, Virus Influenza, Virus Varisela dan rubella,
Chlamydia trachomatis, Mycoplasma Pneumoniae, Pneumocystis carinii.
3. Jamur : Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Aspergillus,
Blastomcyes dermatitis, Cryptococcus, dan Candida sp.
4. Aspirasi : Makanan, Kerosen (bensin, minyak tanah).

C. Klasifikasi
1. Pneumonia lobaris
Semua atau sebagian besar segmen dari satu atau lebih lobus paru-paru
dilibatkan. Biasanya gejala penyakit secara mendadak, tetapi kadang-kadang

1
didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas. Pada anak sering disertai
dengan badan menggingil dan pada bayi dapat disertai kejang, suhu naik cepat
sampai 39 – 40C dan suhu ini biasanya menunjukkan tipe febris kontinue. Nafas
menjadi sesak, disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan
mulut serta rasa nyeri pada dada.
2. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
Semula pada terminal bronchioles, yang menjadi tersumbat dengan
mucopurulent exudates untuk membentuk tambalan yang diperkuat di dekat
lobuler.
3. Pneumonia interstisialis (bronkiolitis)
Penyebab proses peradangan lebih banyak atau lebih sedikit terkurung di dalam
dinding alveolus (interstitium) dan peribronchal serta jaringan interlobuler.

D. Patofisiologi
Ketika mikroorganisme penyebab pneumonia berkembang biak,
mikroorganisme tersebut mengeluarkan toksin yang mengakibatkan peradangan
pada jaringan paru yang dapat menyebabkan kerusakan pada membran mukus
alveolus. Hal tersebut dapat memicu perkembangan edema paru dan eksudat yang
mengisi alveoli sehingga mengurangi luas permukaan alveoli untuk pertukaran
karbon dioksida dan oksigen. Peradangan mungkin terfokus hanya pada satu lobus
atau tersebar di beberapa bagian paru, jika hanya terfokus pada satu lobus disebut
lobar pneumonia. Sedangkan secara umum, pneumonia yang lebih serius disebut
bronchopneumonia yang lebih sering terjadi akibat infeksi nosokomial pada pasien
yang mengalami hospitalisasi (Linda S. Williams & Paula D, 2007).

2
E. Pathway

3
F. Manifestasi Klinis
1. Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik
secara mendadak (38 – 40 ºC), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).
2. Batuk, mula-mula kering (non produktif) sampai produktif.
3. Nafas : sesak, pernafasan cepat dangkal.
4. Penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi interkosta, cuping hidung kadang-
kadang terdapat nasal discharge (ingus).
5. Suara nafas : lemah, mendengkur, Rales (ronki), Wheezing.
6. Nadi cepat dan bersambung.
7. Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
8. Kadang-kadang terasa nyeri kepala dan abdomen.
9. Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia dan perut kembung.
10. Mulut, hidung dan kuku biasanya sianosis.
11. Malaise, gelisah, cepat lelah.
12. Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar.
13. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan lekositosis.

G. Pencegahan
1. Menjalani Vaksinasi
Vaksin adalah salah satu cara agar terhindar dari pneumonia. Jenis vaksin yang
diberikan pada dewasa dan anak-anak tentunya berbeda.
2. Mempertahankan system kekebalan tubuh
Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjalankan pola hidup sehat, seperti
cukup beristirahat, mengkonsumsi makanan yang bergizi, dan rutin
berolahraga
3. Menjaga kebersihan
Menjaga kebersihan salah satunya adalah dengan cara memperhatikan
lingkungan disekitar, membuang sampah pada tempatnya, dan mencuci tangan,
karena salah satu penularan bakteri dan virus yaitu melalui tangan yang kotor.
4. Berhenti merokok
Asap rokok dapat merusak paru-paru baik bagi perokok aktif maupun pasif.

4
H. Teori Mengenai Tahapan Tumbuh Kembang
a. Perkembangan psikoseksual (Freud):
1) Fase Oral (0 sampai 11 bulan)
Selama masa bayi, sumber kesenangan anak terbesar berpusat pada
aktivitas oral, seperti mengisap, menggigit, mengunyah dan mengucap.
Hambatan atau ketidakpuasan dalam pemenuhan kebutuhan oral akan
mempengaruhi fase perkembangan berikutnya.
2) Fase Anal (1 sampai 3 tahun)
Kehidupan anak berpusat pada kesenangan anak. Anak senang
menahan feses, bahkan bermain – main dengan fesesnya sesuai dengan
keinginannya. Dengan demikian, toilet training adalah waktu yang tepat
dilakukan pada periode ini.
3) Fase Falik (3 sampai 6 tahun)
Genetalia menjadi area yang menarik dan area tubuh yang sensitive.
Anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin perempuan dan
laki – laki dengan mengetahui adanya perbedaan alat kelamin.
4) Fase Laten (6 sampai 12 tahun)
Anak menggunakan energi fisik dan psikologis yang merupakan
media untuk mengeksplorasi pengetahuan dan penglamannya melalui
aktivitas fisik maupun sosialnya. Pada fase laten, anak perempuan lebih
menyukai teman sesama jenis, dan sebaliknya laki – laki juga lebih
menyukai teman – teman laki – laki. Anak mulai menanyakan tentang seks
dan sistem reproduksi.
5) Fase Genital (12 sampai 18 tahun)
Fase dimana anak mulai masuk fase pubertas, yaitu dengan adanya
proses kematangan organ reproduksi dan produksi hormon seks.
b. Perkembangan psikososial (Erikson) :
1) Percaya Vs tidak percaya (0 sampai 1 tahun)
Penanaman rasa percaya adalah hal yang sangat mendasar.
Terbentuknya kepercayaan diperoleh dari hubungan dengan orang lain dan
orang yang pertama berhubungan adalah orang tua, terutama ibunya. Anak

5
akan mengembangkan rasa tidak percaya apabila pemenuhan kebutuhan
dasar ini tidak terpenuhi.
2) Otonomi Vs rasa malu dan ragu (1 sampai 3 tahun)
Perkembangan otonomi berpusat pada kemampuan anak untuk
mengontrol tubuh dan lingkungannya. Anak ingin melakukan hal – hal
yang ingin dilakukannya sendiri dengan kemampuan yang sudah mereka
miliki. Anak akan meniru perilaku orang lain disekitarnya dan hal ini
merupakan proses belajar. Perasaan malu dan ragu akan timbul apabila
anak merasa dirinya kerdil atau saat mereka dipaksa oleh orang tuanya atau
orang dewasa lainnya untuk memilih atau berbuat sesuatu yang
dikehendaki.
3) Inisiatif Vs rasa bersalah (3 sampai 6 tahun)
Perkembangan inisiatif diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan
melalui kemampuan indranya. Anak mengembangkan keinginan dengan
cara eskplorasi terhadap apa yang ada di sekilingnya. Hasil akhir yang
diperoleh adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai
prestasinya. Perasaan bersalah akan tumbuh apabila anak tidak mampu
berprestasi sehingga merasa tidak puas atas perkembangnan yang tidak
tercapai.
4) Industri Vs Inferiority (6 sampai 12 tahun)
Anak akan belajar untuk bekerjasama dan bersaing dengan anak
lainnya melalui kegiatan yang dilakukan baik dalam kegiatan akademik
maupun dalam pergaulan melalui permainan. Otonomi mulai berkembang
terutama awal usia 6 tahun perasaan sukses dicapai anak dengan dilandasi
dengan adanya motivasi internal untuk beraktivitas yang mempunyai
tujuan. Kemampuan anak untuk berinteraksi social lebih luas dengan
teman di lingkungannya dapat memfasilitasi perkembangan perasaan
sukses (sense of industry). Perasaan tidak adekuat dan rasa inferior atau
rendah diri akan berkembang apabila anak terlalu mendapat tuntutan dari
lingkungan dan anak tidak berhasil memenuhinya. Pujian atau penguatan
adalah hal yang penting pada fase ini.
5) Identitas Vs Kerancauan peran (12 sampai 18 tahun)

6
Anak remaja akan berusaha untuk menyesuaikan perannya sebagai
anak yang sedang berada pada fase transisi dari kanak – kank menuju
dewasa. Kejelasan identitas diperoleh apabila ada kepuasan yang diperoleh
dari orang tuanya atau lingkungan tempat ia berada yang membantunya
melalui proses pencarian identitas diri sebagai anak remaja. Sedangkan
ketidakmampuan dalam mengatasi konflik akan menimbulkan kerancuan
peran yang yang harus diselesaikan (Supartini, 2004).

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiology (Chest X-Ray) : teridentifikasi adanya penyebaran
(misal lobus dan bronchial), menunjukkan multiple abses/infiltrat, empiema
(Staphylococcus), penyebaran atau lokasi infiltrasi (bacterial),
penyebaran/extensive nodul infiltrat (viral).
2. Pemeriksaan laboratorium (DL, Serologi, LED) : leukositosis menunjukkan
adanya infeksi bakteri, menentukan diagnosis secara spesifik, LED biasanya
meningkat. Elektrolit : Sodium dan Klorida menurun. Bilirubin biasanya
meningkat.
3. Analisis gas darah dan Pulse oximetry : Menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan
O2.
4. Pewarnaan Gram/Cultur Sputum dan Darah : Untuk mengetahui oganisme
penyebab.
5. Pemeriksaan fungsi paru-paru : Volume mungkin menurun, tekanan saluran
udara meningkat, kapasitas pemenuhan udara menurun dan hipoksemia.

J. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi antibiotik
Merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan manifestasi apapun,
yang dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman penyebabnya.
2. Terapi suportif umum
a. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 %
berdasar pemeriksaan AGD.
b. Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental.

7
c. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk
dan napas dalam.
d. Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif
terhadap pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral.
e. Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis.
f. Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan
bila terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang disertai peningkatan
respiratoy distress dan respiratory arrest.

K. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Primer
a. Airway
1) Sumbatan atau penumpukan sekret
2) Wheezing atau krekles
b. Breathing
1) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
2) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
3) Ronchi, krekles
4) Ekspansi dada tidak penuh
5) Penggunaan otot bantu nafas
6) Retraksi dada
c. Circulation
1) Nadi lemah , tidak teratur
2) Takikardi
3) TD meningkat / menurun
4) Edema
5) Gelisah
6) Akral dingin
7) Kulit pucat, sianosis
8) Output urine menurun
2. Pengkajian Sekunder
a. Identitas Pasien

8
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Sesak napas.
2) Riwayat Keperawatan Sekarang
Didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas selama beberapa hari,
kemudian mendadak timbul panas tinggi, sakit kepala/dada (anak besar)
kadang-kadang pada anak kecil dan bayi dapat timbul kejang, distensi
addomen dan kaku kuduk. Timbul batuk, sesak, nafsu makan menurun.
Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau
batuk-batuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah
menurun apabila anak masuk dengan disertai riwayat kejang demam
(seizure).
c. Riwayat Keperawatan Sebelumnya
1) Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan atas.
2) Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering
terjadi dalam rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya penyakit
pneumonia.
3) Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat
memperberat klinis klien.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga, Tempat tinggal: Lingkungan dengan
sanitasi buruk beresiko lebih besar
d. Pemeriksaan Fisik : Thorak
1) Inspeksi :
a) Adanya PCH - Adanya sesak napas, dyspnea.
b) Sianosis sirkumoral - Distensi abdomen.
c) Batuk non produktif sampai produktif, dan adanya nyeri dada.
2) Palpasi : Fremitus raba meningkat disisi yang sakit, hati kemungkin
membesar.
3) Perkusi : Suara redup pada paru yang sakit
4) Auskultasi : Ronkhi halus, Ronkhi basah, Tachicardia.

9
L. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebihan.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membar aleveolar-
kapiler.
3. Hipertermia berhubungan dengan meningkatnya laju metabolisme.

10
M. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa NOC (Tujuan Keperawatan) NIC (Intervensi Keperawatan)

1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24jam diharapkan Manajemen Jalan Nafas
bersihan jalan nafas ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi dengan kriteria hasil: Definisi: Fasilitasi kepatenan jalan nafas.
berhubungan dengan Domain: Kesehatan Fisiologis 1. Monitor status pernafasan dan oksigenasi
mukus berlebihan. Kelas: Jantung Paru 2. Auskultasi suara nafas, catat ada atau tidaknya suara tambahan.
Status Pernafasan: Kepatenan Jalan nafas 3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
1. Klien mampu mengeluarkan sekret. 4. Lakukan fisioterapi dada, sebagaimana mestinya.
2. Frekuensi nafas normal 5. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau
3. Irama nafas reguler menyedot lendir.
4. Tidak ada batuk 6. Kelola pengobatan dengan nebulizer, sebagaiamana mestinya.
5. Tidak ada ansietas 7. Ajarkan pasien bagaimana cara melakukan batuk efektif.
6. Tidak ada penggunaan otot bantu nafas 8. Kolaborasi dengan tenaga medis lain dalam pemberian bronkodilator
7. Tidak ada suara nafas tambahan

2 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24jam diharapkan Terapi Oksigen
gas berhubungan gangguan pertukaran gas dapat teratasi dengan kriteria hasil: Definisi: Pemberian oksigen dan pemantauan mengenai efektifitasnya.
dengan perubahan Domain: Kesehatan Fisiologis 1. Monitor aliran oksigen.
membar aleveolar- Kelas: Jantung Paru 2. Monitor efektifitas terapi oksigen.
kapiler Status Pernafasan: Pertukaran Gas 3. Pertahankan kepatenan jalan nafas.

11
1. Tekanan parsial oksigen di darah arteri (PaO2) dalam rentang 4. Amati tanda-tanda hipoventilasi induksi oksigen.
normal. 5. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan.
2. Tekanan parsial karbondioksida di darah arteri (PaCO2) dalam 6. Ajarkan pasien mengenai penggunaan perangkat oksigen yang
rentang normal. memudahkan mobilitas.
3. pH arteri dalam rentang normal. 7. Kolaborasikan dengan tenaga medis lain mengenai pembenggunaan
4. Saturasi oksigen dalam rentang normal. oksigen tambahan selama kegiatan/tidur.
5. Tidak ada dyspnea saat istirahat.
6. Tidak ada sianosis

3 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24jam diharapakan Perawatan Demam
berhubungan dengan hipertermia dapat teratasi dengan kriteria hasil: Definisi: Manajemen gejala dan kondisi terkait yang berhubungan dengan
meningkatnya laju Domain: Kesehatan Fisiologis peningkatan suhu tubuh dimediasi oleh pirogen endogen.
metabolisme Kelas: Regulasi Metabolik 1. Monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya.
Termoregulasi 2. Monitor warna kulit dan suhu.
1. Denyut nadi radial dalam rentang normal 3. Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan yang
2. Tingkat pernafasan dalam rentang normal tak dirasakan.
3. Melaporkan kenyamanan suhu 4. Fasilitasi istirahat. Terapkan pembatasan aktivitas jika diperlukan.
4. Tidak ada peningkatan suhu kulit 5. Mandikan pasien dengan spons hangat secara hati-hati.
5. Tidak ada perubahan warna kulit 6. Lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering.
7. Kolaborai pemberian obat antipiretik.

12
Daftar Pustaka

Brunner and Suddarth, S. (2008). Text Book Of Medical Surgical Nursing eleventh
edition. United States Of America: Lippincott Raven Publishers.

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC) (6 ed.). St. Louis: Elsevier Mosby.

Hockenberry and Wilson. (2007). Wong’s Nursing Care of Infants and Childern eight
edition. Canada: Mosby Elsevier.

Ignatavicius and Workman.(2010). Medical-Surgical Nursing Patient-Centered


Collaborative Care sixth edition. United States Of America: Saunders Elsevier.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classifications (NOC) (5 ed). St. Louis: Elsevier Mosby.

Nurarif, A.H. & Kusuma, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action.

Sylvia, A.Price. (2006). Patofisiolog Kosep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:


EGC.

WHO and UNICEF. (2004). Joint Statement on Management of Pneumonia in the


Community. New York. Available.

William, Linda S. and Hopper, P.D. (2007). Understanding Medical Surgical Nursing
third edition. Philadelphia: E A. Davis Company.

13

Anda mungkin juga menyukai