Disusun Oleh :
JONI KURNIAWAN
183203016
DisusunOleh :
JONI KURNIAWAN
183203016
Telahdisetujuipada
Hari :
tanggal :
2
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN
A. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan
perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart & Sundeen, 2010).
Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi
atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang
belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga menggambarkan rasa tidak
aman, kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan pada orang lain.
MenurutYosep (2009) perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi
yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau amarah. Hal ini
didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian
penting dari keadaan emosional yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, ke
dalam diri atau secara destruktif. Sedangkan menurut Aziz (2014) perilaku
kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.
Adaptif Maladapti
f
3
D. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan timbulnya perilaku kekerasan,
yaitu:
1. Faktor psikologis
a. Psychoanalitical Theory, teori ini mendukung bahwa perilaku agresif
merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat bahwa
perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting. Pertama, insting hidup
yang diekspresikan dengan seksualitas dan kedua, insting kematian yang
diekspresikan dengan agresivitas.
b. Frustation aggresion theory, teoriinimenyatakanbahwa bila usaha
seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan maka akan
timbul dorongan agresif yang akan memotivasi perilaku yang dirancang
untuk melaukai orang atau objek yang menyebabkan frustasi.
2. Faktorsosialbudaya
Teoriinimengemukakan bahwa agresi tidak berbeda dengan respon-respon
yang lain. Agresi dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi., dan
semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan
untuk terjadi. Jadi seseorang akan berespon terhadap kebangkitan
emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya.
Kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat
membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang dapat diterima atau
tidak dapat diterima. Sehingga dapat membantu individu untuk
mengekspresikan marah dengan cara yang asertif.
3. Faktor biologis
Penelitian neurobiologi berpendapat bahwa adanya pemberian stimulus
elektris ringan pada hipotalamus (yang berada di tengah sistem limbik),
perangasangan terutama diberikan pada nukleus periforniks hipotalamus.
Jadi kerusakan fungsi sistem limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus
frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal ( untuk interpretasi
indera penciuman dan memori). Neurotransmiter yang sering dikaitkan
4
dengan perilaku agresif adalah: serotonin, dopamin, norepinephrine,
acetilkolim, dan asam amino GABA.
E. Faktor presipitasi
Secara umum, seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya
terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih
dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang. Ketika
seseorang merasa terancam, mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa yang
menjadi sumber kemarahannya. Oleh karena itu, baik perawat maupun klien
harus bersama-sama mengidentifikasinya.
Bila dilihat dari sudut perawat-klien, maka faktor yang mencetuskan terjadinya
perilaku kekerasan terbagi dua, yaitu:
1. Klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kurang percaya
diri.
2. Lingkungan: ribut, kehilangan orang/ objek yang berharga, konflik interaksi
sosial
F. Pohon masalah
Causa
PerubahanPersepsiSensori :Halusinasi
5
G. Tanda dan Gejala
1. Fisik: mata melotot/ pamdangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,
wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal: mengancam, mengumpat, dengan kata-kata kotor, berbicara dengan
nada keras, kasar, dan ketus.
3. Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri/ orang lain, merusak
lingkungan, amuk/agresif.
4. Emosi: tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual: mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak
jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual: merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak
bermoral, dan kreativitas terhambat.
7. Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan
sindiran.
8. Perhatian: melarikan diri dan melakukannya penyimpangan.
H. Penatalaksanaan medis
1. Psikofarmaka
a) Chlorpromazine: obat anti psikotik tipikal untuk menenangkan klien.
b) Haloperidol: obat anti psikotik tipikal untuk mengendalikan perilaku
agitasi, agresif.
c) Diazepam: obat anti anxietas untuk menenangkan dan merelaksasi otot
karena menurunkan kecemasan.
d) Olanzapine (xiprexa): obat anti psikotik atipikal untuk mengatasi agitasi
dan kegelisahan motorik.
e) Risperidon: obat antipsikotik atipikal untuk menghilangkan gejala positif
dan negatif skizofrenia
6
2. Seclusion (pengekangan fisik)
Merupakan tindakan keperawatanyang terakhir. Ada dua macam
pengekangan fisik secara mekanik (menggunakan manset, sprei pengekang)
atau isolasi (menempatkan klien dalam suatu ruangan di mana klien tidak
dapat keluar atas kemauannya sendiri).
Jenis pengekangan mekanik:
a) Kamisol (baju pengekang)
b) Manset untuk pergelangan tangan
c) Manset untuk pergelangan kaki
d) Menggunakan sprei
Indikasi pengekangan:
a) Perilaku amuk yang membahayakan diri sendiri atau orang lain
b) Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan
c) Ancaman terhadap integritas fisik yang berhubungan denganpenolakan
klien untuk beristirahat, makan, dan minum
d) Permintaan klien untuk pengendalian perilaku eksternal. Pastikan
tindakan ini telah dikaji dan berindikasi terapeutik.
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Seorang perawat harus berjaga-jaga terhadap adanya penigkatan agitasi
pada klien, hirarki perilaku agresif dan kekerasan. Di samping itu perawat
harus mengkaji efek lain yang berhubungan dengan perilaku
agresif.Pengkajiankeperawatankesehatanjiwa:
a) Identitasklien
b) Keluhanutama/ alasanmasuk
c) Faktorpredisposisi
d) Aspekfisik/ biologis
e) Aspekpsikososial
f) Status mental
g) Kebutuhanpersiapanpulang
7
h) Mekanismekoping
i) Masalahpsikososialdanlingkungan
j) Pengetahuan
2. Masalah keperawatan (diagnosa keperawatan)
a) Risiko perilaku kekerasan
8
RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana Tindakan
No. Diagnosis Tujuan
Tindakan (Pasien) Tindakan (Keluarga)
1 Risiko Perilaku TUM : Tindakan Psikoterapeutik SP I
Kekerasan 1) Bina hubungan saling percaya. 1. Diskusikan masalah yg
Setelah dilakukan tindakan 2) Adakan kontak sering dan singkat dirasakan dalam merawat
keperawatan, klien mampu secara bertahap. pasien.
mengontrol perilaku kekerasan. 3) Observasi tingkah laku klien. 2. Jelaskan pengertian, tanda &
TUK: 4) Tanyakan keluhan yang dirasakan gejala, dan proses terjadinya
klien. PK (gunakan booklet).
Setelah melakukan interaksi dengan 5) Lakukan strategi pelaksanaan 3. Jelaskan cara merawat PK.
klien selama … s.d. …. kali, klien psikoterapeutik : 4. Latih satu cara merawat PK
dapat mengontrol perilaku SP I dengan melakukan kegiatan
kekerasan dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi penyebab, tanda & fisik: tarik nafas dalam dan
gejala, PK yang dilakukan, akibat pukul kasur dan bantal.
PK. 5. Anjurkan membantu pasien
TUK SP 1 : Klien dapat membina
2. Jelaskan cara mengontrol PK: fisik, sesuai jadwal dan memberi
hubungan saling percaya dengan
obat, verbal, spiritual. pujian.
perawat, klien dapat
3. Latihan cara mengontrol PK secara
mengidentifikasi perilaku
fisik: tarik nafas dalam dan pukul
kekerasan, klien dapat
kasur dan bantal.
mempraktikan cara mengontrol
4. Masukan pada jadwal kegiatan
perilaku kekerasan dengan latihan
untuk latihan fisik.
fisik (nafas dalam, memukul
bantal, dll).
9
TUK SP 2 : Klien dapat SP II SP II
mempraktikan dan memasukkan 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik. Beri 1. Evaluasi kegiatan keluarga
cara mengontrol perilaku kekerasan pujian. dalam merawat/melatih
dengan obat dalam kegiatan harian. 2. Latih cara mengontrol PK dengan pasien fisik. Beri pujian.
obat (jelaskan 6 benar: jenis, guna, 2. Jelaskan 6 benar cara
dosis, frekuensi, cara, kontinuitas memberikan obat.
minum obat). 3. Latih cara
3. Masukkan pada jadual kegiatan memberikan/membimbing
untuk latihan fisik dan minum obat. minum obat.
4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadual dan memberi
pujian.
10
TUK SP 4 : Klien dapat SP IV SP IV
mempraktikan dan memasukkan 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik & 1. Evaluasi kegiatan keluarga
cara mengontrol perilaku kekerasan obat & verbal. Beri pujian. dalam merawat/melatih
dengan spiritual dalam kegiatan 2. Latih cara mengontrol spiritual (2 pasien fisik, memberikan
harian. kegiatan). obat, latihan bicara yang baik
3. Masukkan pada jadual kegiatan & kegiatan spiritual. Beri
untuk latihan fisik, minum obat, pujian.
verbal dan spiritual. 2. Jelaskan follow up ke
RSJ/PKM, tanda kambuh,
rujukan.
3. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadual dan
memberikan pujian.
11
DAFTAR PUSTAKA
Keliat Budi Anna. (2013). Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: penerbit
buku kedokteran EGC.
Stuart, GW dan Sundeen, S.J, (2010). Buku Saku Keperawatan Jiwa. edisi 3.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.