Anda di halaman 1dari 7

ZAT PEWARNA ALAMI TEKSTIL

DARI KULIT BUAH MANGGIS


Endang Kwartiningsih1, Dwi Ardiana Setyawardhani1, Agus Wiyatno2, Adi Triyono2
1
) Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UNS
2
) Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UNS

Abstract : Synthetic dyes are usually carcinogenic, thus it is necessary to use an alternative
dyes to reduce the application of synthetic dyes. In this research the peel of mangosteen was
studied for natural dyes. The peel of mangosteen contains antosianin and tanin pigment. It was
extracted in soxhlet equipment and in a stirred tank by ethanol as solvent. The next processing
were distillation, crystallization and drying. In a stirred tank the temperature was done between
30-70 oC with 10 oC interval. The higher temperature, the higher dyes result at the same time.
The process produced 19.45 % dyes powder by soxhlet equpiment and 13.15 % by stirred tank
at 70 oC. Then the dyes powder was tested in colouring and colour fading to the white cloth by
laundrymeter and crockmeter. The colour fading test for laundrying showed that the grey scale
value and the stainning scale value were 2-3 (less). But the colour fading test for polishing
showed that the stainning scale value were 3-4 (good enough) for dry polishing and 3 (enough)
for wet polishing.

Keywords : extraction, natural dyes, the colour fading, the peel of mangosteen.

PENDAHULUAN pewarna alami umumnya aman dan tidak


Pemanfaatan zat pewarna alam untuk menimbulkan efek samping bagi tubuh
tekstil menjadi salah satu alternatif pengganti (www.republika.co.id ).
zat pewarna berbahan kimia. Karena bahan – Kulit buah manggis mengandung pigmen
bahan pewarna kimia tersebut dapat antosianin yang berperan penting dalam
mencemari lingkungan serta diperkirakan akan pewarnaan. (Hidayat, N., & Saati, E. A., 2006).
mengakibatkan timbulnya penyakit kanker pada Dalam penelitian ini pengambilan zat
pemakainya. Sejak 1 Agustus 1996 negara – pewarna dari kulit buah manggis dilakukan
negara maju, seperti Jerman dan Belanda, melalui proses ekstraksi dalam alat soxhlet
telah melarang penggunaan zat pewarna maupun dalam tangki berpengaduk dengan
berbahan kimia. Larangan ini mengacu pada pelarut etanol. Selanjutnya ekstrak zat pewarna
CBI ( Centre for the Promotion of Imports from dipekatkan melalui proses distilasi dan
Developing Countries ) Ref.CBI/NB-3032 pengeringan sehingga terbentuk serbuk.
tertanggal 13 Juni 1996 tentang zat pewarna Serbuk zat pewarna yang dihasilkan kemudian
untuk produk clothing (pakaian), footwear (alas diuji melalui pewarnaan pada kain dan
kaki), bedsheet (sprei /sarung bantal). Air pengujian tahan luntur warna dalam alat
limbah industri tekstil yang menggunakan zat laundrymeter dan crockmeter dengan standar
pewarna sintesis jika pengolahan limbahnya grey scale maupun stainning scale.
kurang optimal dan dibuang ke sungai maka air
sungai menjadi tercemar dan tidak dapat TUJUAN PENELITIAN
dimanfaatkan lagi. Bahkan air sungai yang Penelitian ini bertujuan untuk
telah tercemar dapat meresap ke sumur-sumur memperoleh zat pewarna alami dari kulit
penduduk. Padahal sumur itu menjadi sumber manggis melalui proses ekstraksi baik dengan
air utama untuk keperluan hidup sehari- soxhlet maupun tangki berpengaduk, yang
hari.(www. gemaindustrikecil.com). selanjutnya dilakukan uji pewarnaan dan uji
Bahan pewarna alami dapat diperoleh tahan luntur warna pada kain.
dari tanaman ataupun hewan. Bahan pewarna
alami ini meliputi pigmen yang sudah terdapat LANDASAN TEORI
dalam bahan atau terbentuk pada proses Pigmen zat pewarna yang diperoleh dari
pemanasan, penyimpanan, atau pemrosesan. bahan alami antara lain (Hidayat, N., & Saati,
Beberapa pigmen alami yang banyak terdapat E.A., 2006) :
di sekitar kita antara lain: klorofil, karotenoid, a. Karoten, menghasilkan warna jingga sampai
tanin, dan antosianin. Umumnya, pigmen- merah, dapat diperoleh dari wortel, pepaya, dll.
pigmen ini bersifat tidak cukup stabil terhadap b. Biksin, menghasilkan warna kuning,
panas, cahaya, dan pH tertentu. Walau begitu, diperoleh dari biji pohon Bixa orellana

Zat Warna Alami Tekstil dari Kulit Buah Manggis 41


(Endang Kwartiningsih, Dwi Ardiana Setyawardhani, Agus Wiyatno, dan Adi Triyono)
c. Karamel, menghasilkan warna coklat gelap warna kuning yang berasal dari dua metabolit
merupakan hasil dari hidrolisis karbohidrat, gula yaitu alfa-mangostin dan -mangostin yang
pasir, laktosa, dll. berhasil diisolasi. Ditemukan metabolit baru
d.Klorofil, menghasilkan warna hijau, diperoleh yaitu 1,3,6,7-tetrahidroksi-2,8-di (3-metil-
dari daun suji, pandan, dll. 2butenil) xanton yang diberi nama a-
e.Antosianin, menghasilkan warna merah, mangostanin dari kulit buah Garcinia
oranye, ungu, biru, kuning, banyak terdapat mangostana (manggis). (www.pikiran-
pada bunga dan buah-buahan seperti buah rakyat.com).
anggur, strawberry, duwet, bunga mawar, kana, Kulit buah manggis juga mengandung
rosella, pacar air, kulit manggis, kulit flavan-3,4-diols yang tergolong senyawa tanin
rambutan, ubi jalar ungu, daun bayam merah, berupa pigmen kuning sampai coklat.
dll (www.suara merdeka.com).
f.Tanin, menghasilkan warna coklat, terdapat Pengambilan zat pewarna alami
dalam getah. dilakukan dengan proses ekstraksi. Ekstraksi
Manggis (Garcinia mangostana) merupakan proses pemisahan suatu komponen
merupakan buah asli daerah Asia Tenggara, dari suatu bahan yang terdiri dari dua atau lebih
tepatnya Semenanjung Malaya. Kini daerah komponen dengan jalan melarutkan salah satu
tumbuhnya sudah tersebar sampai ke beberapa komponen dengan pelarut yang sesuai.
negara tropis, di antaranya Myanmar, Indocina, Sebagai bahan dapat digunakan berbagai
Indonesia, Filipina, dan Thailand. Manggis macam pelarut organik. Senyawa organik yang
belum banyak dimanfaatkan secara ekonomis. sering digunakan tersebut adalah air, etanol,
Padahal, masyarakat banyak menyukai buah petroleum eter, dan lain–lain.
eksotis yang mempunyai rasa enak, yaitu Pelarut sangat mempengaruhi proses
campuran antara rasa manis, asam, dan agak ekstraksi. Pemilihan pelarut pada umumnya
sepat. Rasa buahnya ini pulalah yang menjerat dipengaruhi faktor – faktor antara lain :
lidah warga asing sehingga menggemari buah 1. Selektivitas, yaitu pelarut harus dapat
tropis ini. melarutkan semua zat yang akan diekstrak
Berdasarkan taksonomi tumbuhan, dengan cepat dan sempurna.
tanaman manggis diklasifikasikan sebagai 2. Pelarut harus mempunyai titik didih yang
berikut (www.deptan.go.id) : cukup rendah agar pelarut mudah diuapkan
Divisio : Spermatophyta tanpa mengunakan suhu tinggi.
Subdivisio : Angiospermae 3. Pelarut harus bersifat inert sehingga tidak
Klas : Dicotyledonae bereaksi dengan komponen lain.
Keluarga : Guttiferae 4. Pelarut harus mempunyai titik didih seragam,
Genus : Garcinia dan jika diuapkan tidak tertinggal dalam produk.
Spesies : Garcinia mangostana L. 5. Harga pelarut harus semurah mungkin.
Pada umumnya masyarakat 6. Pelarut harus tidak mudah terbakar (Guenter,
memanfaatkan tanaman manggis karena 1987 ).
buahnya yang menyegarkan dan mengandung Rini H. dan Wahyu Tri M. (2004) telah
gula sakarosa, dekstrosa, dan levulosa. mengekstraksi zat warna dari serbuk biji buah
Komposisi bagian buah yang dimakan per 100 pinang menggunakan pelarut berupa air.
gram meliputi 79,2 gram air, 0,5 gram protein, (Hidayati R.., Wahyu dan Marfu’ah, T.W.,
19,8 gram karbohidrat, 0,3 gram serat, 11 mg 2004). Percobaan ekstraksi zat warna dari biji
kalsium, 17 mg fosfor, 0,9 mg besi, 14 IU kesumba telah dilakukan oleh Efin S. dan
vitamin A, 66 mg vitamin C, vitamin B (tiamin) Endah K (Sulfiani,E., dan Kurniawati, E., 2007),
0,09 mg, vitamin B2 (riboflavin) 0,06 mg, dan demikian juga rimpang kunyit kering (Yuliani,
vitamin B5 (niasin) 0,1 mg. Kebanyakan buah A., dan Ferlina F., 2005).
manggis dikonsumsi dalam keadaan segar, Proses pewarnaan tekstil secara
karena olahan awetannya kurang digemari oleh sederhana meliputi mordanting, pewarnaan,
masyarakat. fiksasi, dan pengeringan. Mordanting adalah
Selain buah, kulit buah manggis juga perlakuan awal pada kain yang akan diwarnai
dimanfaatkan sebagai pewarna alami Kulit agar lemak, minyak, kanji, dan kotoran yang
buah mengandung antosianin seperti cyanidin- tertinggal pada proses penenunan dapat
3-sophoroside, dan cyanidin-3-glucoside. dihilangkan. Pada proses ini kain dimasukkan
Senyawa tersebut berperan penting pada ke dalam larutan tawas yang akan dipanaskan
pewarnaan kulit manggis. Kulit kayu, kulit buah, sampai mendidih. Proses pewarnaan dilakukan
dan lateks kering Garcinia mangostana dengan pencelupan kain pada zat warna.
(manggis) juga mengandung sejumlah zat Proses fiksasi adalah proses mengunci warna

42 E K U I L I B R I U M Vol. 8. No. 1. Januari 2009 : 41 –47


kain. Proses ini dapat dilakukan dengan standar putih dan abu – abu, yang setiap
menggunakan air atau tawas (Moerdoko, pasang menunjukkan perbedaan atau
1975). kekontrasan warna yang sesuai dengan nilai
Pada pencelupan bahan tekstil dengan penodaan warna. Gambar stainning scale
zat warna alam dibutuhkan proses fiksasi yaitu dapat dilihat pada gambar 2.
proses penguncian warna setelah bahan
dicelup dengan zat warna alam agar memiliki
ketahanan luntur yang baik. Ada tiga jenis
larutan fixer yang biasa digunakan yaitu tunjung
(FeSO4), tawas (Al2(SO4)3, dan kapur tohor
(CaCO3). Untuk itu sebelum melakukan
pencelupan kita perlu menyiapkan larutan fixer
terlebih dahulu dengan cara melarutkan 50
gram kapur tohor dalam tiap liter air yang
digunakan. Biarkan mengendap dan ambil
larutan beningnya (www.batikyogya.com).
Penilaian tahan luntur warna pada tekstil
dilakukan dengan mengamati adanya Gambar 1. Grey Scale
perubahan warna asli dari contoh uji sebagai :
tidak berubah, ada sedikit perubahan dan sama
sekali berubah. Di samping dilakukan pengujian
terhadap perubahan warna yang terjadi juga
dilakukan penilaian penodaan terhadap kain
putih setelah kain yang diuji dimasukkan dalam
alat laundrymeter dan crockmeter.
Penilaian secara visual dilakukan dengan
membandingkan perubahan warna yang terjadi
dengan suatu standar perubahan warna. Gambar 2. Stainning Scale
Standar yang dikenal adalah standar yang
dikeluarkan oleh International Standar Standar penilaian perubahan warna pada
Organization (I.S.O), yaitu standar skala abu – skala abu – abu dapat dilihat pada tabel 1,
abu untuk menilai perubahan warna contoh uji sedangkan standar penilaian perubahan warna
dan standar skala penodaan untuk menilai pada skala penodaan dapat dlihat pada tabel 2.
penodaan warna pada kain putih. Ada 2
standar dalam uji tahan luntur yaitu (Moerdoko, Tabel 1. Penilaian Warna Pada Standar Skala
1975) : Abu – abu (Grey Scale)
1. Standar Skala Abu – abu(Grey Scale )
Standar skala abu – abu digunakan untuk Nilai Perbedaan Penilaian
menilai perubahan warna pada uji tahan luntur tahan warna
warna. Standar skala abu – abu terdiri dari 5 luntur ( dalam
pasang lempeng standar abu –abu dan setiap warna suatu CD )
pasang menunjukkan perbedaan atau 5 0 Baik sekali
kekontrasan warna yang sesuai dengan nilai
tahan luntur warnanya. Nilai skala abu–abu 4–5 0,8 Baik
menentukan tingkat perbedaan atau 4 1,5 Baik
kekontrasan warna dari tingkat terendah 3–4 2,1 Cukup baik
sampai tertinggi. Tingkat nilai tersebut adalah 5,
3 3,0 Cukup
4, 3, 2 dan 1. Gambar grey scale dapat dilihat
pada gambar 1. 2–3 4,2 Kurang
2.Standar Skala Penodaan (Stainning Scale). 2 6,0 Kurang
Standar skala penodaan dipakai untuk 1–2 8,5 Jelek
menilai penodaan warna pada kain putih yang
digunakan dalam menentukan tahan luntur 1 12,.0 Jelek
warna. Seperti pada standar skala abu – abu, Keterangan : CD = Color Difference
penilaian penodaan pada kain adalah 5, 4, 3, 2
dan 1 yang menyatakan perbedaan penodaan
terkecil sampai tersebar. Standar skala
penodaan terdiri dari 5 pasang lempeng

Zat Warna Alami Tekstil dari Kulit Buah Manggis 43


(Endang Kwartiningsih, Dwi Ardiana Setyawardhani, Agus Wiyatno, dan Adi Triyono)
Tabel 2. Penilaian Warna Pada Standar Skala Ekstrak zat pewarna yang dihasilkan
Penodaan (Stainning Scale) selanjutnya dipekatkan dalam alat distilasi
Nilai Perbedaan Penilaian untuk memisahkan etanol dan pigmen zat
tahan warna warna, selanjutnya dikeringkan. Rangkaian alat
luntur ( dalam distilasi dapat dilihat pada gambar 5.
warna suatu CD )
5 0.0 Baik sekali
4–5 2.0 Baik
4 8
4 4.0 Baik
8 2
3–4 5.6 Cukup baik 3 5
3 8.0 Cukup
2–3 11.3 Kurang
1
2 16.0 Kurang
1–2 22.6 Jelek 6
1 32.6 Jelek
Keterangan : CD = Color Difference 7
( Moerdoko, dkk., 1975 ).
Keterangan gambar :
1. labu leher tiga 6. thermometer
METODOLOGI PENELITIAN 2. motor pengaduk 7. water bath
Bahan baku utama yang digunakan adalah kulit 3. pengaduk merkuri 8. kompor listrik
manggis dan etanol sebagai pelarut. 4. pendingin balik 9. statif + klem
Sedangkan bahan pembantu yang digunakan
untuk pewarnaan dan uji tahan luntur arna Gambar 4. Rangkaian alat ekstraksi
terhadap pencucian dan gosokan adalah tawas, dalam tangki berpengaduk
soda abu, detergent, kain putih dan aquadest.
Proses ekstraksi dilakukan dalam alat soxhlet
dan dalam tangki berpengaduk yang
divariasikan pada suhu 30, 40, 50, 60 dan
70ºC. Rangkaian alat dapat dilihat pada
gambar 3 dan 4.

Keterangan :
1.Pipa bengkok 7. pendingin lurus
2.Klem 8. pipa bengkok
3.Labu leher satu 9. erlenmeyer
4.Pemanas mantel 10.air pendingin keluar
5.Bangku 11. air pendingin masuk
6. statif
Gambar 5. Rangkaian Alat Destilasi

Serbuk zat pewarna yang dihasilkan


Keterangan :
1.Statif
selanjutnya diuji melalui proses pewarnaan
2.Air pendingin keluar pada kain yang melipui proses mordanting,
3.Pendingin bola pewarnaan, fiksasi, dan pengeringan.
4.Air pendingin masuk Selanjutnya kain yang telah diwarnai diuji tahan
5.Klem
6.Soxhlet
luntur warnanya terhadap pencucian dengan
7.Bahan yang diekstraksi alat laundrymeter dan terhadap gosokan
8.Labu leher satu dengan alat crockmeter. Foto alat laundrymeter
9.Pemanas mantel dan crockmeter dapat dilihat pada gambar 6
Gambar 3. Rangkaian Alat Soxhlet dan 7.

44 E K U I L I B R I U M Vol. 8. No. 1. Januari 2009 : 41 –47


diperoleh (%) pada berbagai suhu dapat dilihat
pada gambar 8.

Tabel 3. Data percobaan berat zat pewarna


yang diperoleh pada berbagai suhu selama 2
jam waktu ekstraksi
Suhu Berat zat Kadar zat
( oC) pewarna pewarna
yang yang
diperoleh diperoleh
(gram) (%)
30 1,12 5,60
Gambar 6. Laundrymeter
40 1,50 7,50
50 2,19 10,95
60 2,58 12,90
70 2,63 13,15

14

kadar zat pewarna yang


12

diperoleh (%)
10
8
6
4
2
0
0 20 40 60 80
suhu (C)
Gambar 7. Crockmeter

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambar 8. Grafik hubungan antara suhu (oC)
Pada ekstraksi dengan soxhlet, 20 gram vs kadar zat pewarna yang diperoleh (%)
kulit manggis yang telah kering dipotong-potong
dan dibungkus dengan kertas saring lalu Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa
dimasukkan ke dalam alat soxhlet dengan 200 semakin tinggi suhu maka semakin besar pula
mL etanol untuk diekstraksi. Ekstraksi zat pewarna yang diperoleh. Hal ini disebabkan
dihentikan sampai sudah tidak ada zat pewarna kelarutan zat pewana dipengaruhi oleh suhu.
yang larut dalam etanol lagi, ditandai dengan Pada kenaikan suhu dari 60 - 70 oC, kenaikan
etanol yang keluar dari soxhlet sudah bening. zat pewarna yang dieroleh tidak begitu
Zat pewarna yang dihasilkan berupa zat warna signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kuning kecoklatan. Berat serbuk zat pewarna suhu optimum pada ekstraksi zat pewarna kulit
yang dihasilkan dalam ekstraksi dengan soxhlet manggis dengan pelarut etanol ini berada pada
ini sebesar 3,89 gram, sehingga kadar zat kisaran 60 - 70 oC.
pewarna yang dihasilkan sebesar 3,89/200 x Jika dibandingkan ekstraksi dengan
100% = 19,45 %. soxhlet dan tangki berpengaduk, maka
Pada ekstraksi dengan tangki ekstraksi dengan soxhlet jauh menghasilkan zat
berpengaduk, suhu divariasikan pada kisaran pewarna yang lebih besar. Hal itu disebabkan
30-70 oC dengan kenaikan suhu 10 oC, pada karena pada ekstraksi dengan soxhlet suhu
kecepatan pengadkan 500 rpm. Kulit manggis pelarut /etanol berada pada titik didihnya yaitu
yang telah kering dan dipotong kecil-kecil 78 oC dan pada saat mengekstraksi etanol
dimasukkan dalam labu leher tiga yang telah selalu dalam keadaan murni, bebas dari zat
diisi 200 mL etanol. Proses ekstraksi dilakukan pewarna, sebaliknya dalam tangki berpengaduk
selama 2 jam karena setelah 2 jam pada saat mengekstraksi etanol masih
menunjukkan sudah tidak ada zat pewarna bercampur dengan zat pewarna. Tetapi pada
yang larut lagi. Data percobaan berat zat setiap sirkulasi ekstraksi dengan soxhlet
pewarna yang dihasilkan pada berbagai suhu membutuhkan panas yang cukup besar untuk
ekstraksi dapat dilihat pada tabel 3. Sedangkan menguapkan pelarutnya, apalagi untuk skala
grafik hubungan antara kadar zat pewarna yang yang lebih besar, sehingga dalam penelitian ini

Zat Warna Alami Tekstil dari Kulit Buah Manggis 45


(Endang Kwartiningsih, Dwi Ardiana Setyawardhani, Agus Wiyatno, dan Adi Triyono)
dipelajari juga ekstraksi dalam tangki Setelah pengujian ketahanan zat warna
berpengaduk. terhadap gosokan selesai, selanjutnya
Hasil uji tahan luntur warna dari serbuk dilakukan analisis terhadap kain penggosok
zat pewarna dari kulit buah manggis terhadap dengan menggunakan Stainning Scale ( SS).
pencucian dan gosokan dapat dilihat pada tabel Hasil analisis untuk gosokan kering dapat
4-7. dilihat pada tabel 6,sedangkan untuk gosokan
Pengujian ketahanan zat warna terhadap basah dapat dilihat pada tabel 7.
pencucian dilakukan dengan menggunakan
Laundrymeter. Setelah proses pengujian Tabel 6. Hasil analisis SS untuk pengujian
selesai, maka kain pelapis dianalisis terhadap gosokan kering
menggunakan Stainning Scale ( SS), Percobaan Stainning Color
sedangkan kain berzat warna yang telah diuji Scale Difference
dianalisis menggunakan Grey Scale (GS). Hasil ( SS) ( CD )
analisis dari pengujian ketahanan zat pewarna 1 3-4 5,6
terhadap pencucian dapat dilihat pada tabel 4 2 3-4 5,6
dan 5. 3 3-4 5,6
4 3 8,0
Tabel 4. Hasil analisis GS untuk pengujian 5 3-4 5,6
terhadap pencucian 6 3 8,0
Percobaan Gray Color 7 3-4 5,6
Scale Difference 8 3-4 5,6
(GS) ( CD ) Rata-rata 6,20
1 2-3 4,2
2 2-3 4,2 Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa hasil
3 2-3 4,2 analisis SS untuk uji ketahanan terhadap
4 2 6,0 gosokan kering diperoleh nilai CD rata-rata
5 2-3 4,2 6,20. Dengan melihat tabel 2, dari nilai CD rata-
Rata-rata 4,56 rata tersebut diperoleh nilai tahan luntur 3-4
yang berarti “cukup baik”.
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa hasil Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa hasil
analisis GS untuk uji ketahanan terhadap analisis SS untuk uji ketahanan terhadap
pencucian diperoleh nilai CD rata-rata 4,56. gosokan basah diperoleh nilai CD rata-rata
Dengan melihat tabel 1, dari nilai CD rata-rata 9,24, dengan melihat tabel 2 dari nilai rata-rata
tersebut diperoleh nilai tahan luntur 2-3, yang CD tersebut diperoleh nilai tahan luntur 3 yang
berarti “kurang”. berarti “cukup”.
Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil
analisis SS untuk uji ketahanan terhadap Tabel 7. Hasil analisis SS untuk pengujian
pencucian diperoleh nilai CD rata-rata 11,3. terhadap gosokan basah
Dengan melihat tabel 2 dari nilai CD rata-rata Percobaan Stainning Color
tersebut diperoleh nilai tahan luntur 2-3 yang Scale Difference
berarti “kurang”. ( SS) ( CD )
1 2-3 11,3
Tabel 5. Hasil analisis SS untuk pengujian 2 3 8,0
terhadap pencucian 3 2-3 11,3
Percobaan Scanning Color 4 2-3 11,3
Scale (SS) Difference 5 3 8,0
( CD ) 6 3 8,0
1 2-3 11,3 7 3 8,0
2 2-3 11,3 8 3 8,0
3 2-3 11,3 Rata-rata 9,24
4 2-3 11,3
5 2-3 11,3 KESIMPULAN
Rata-rata 11,3 Kulit buah manggis dapat dibuat zat
pewarna alami dengan cara ekstraksi
Pengujian terhadap gosokan dilakukan menggunakan pelarut etanol. Kadar zat
dengan menggunakan chrockmeter yang pewarna kulit buah manggis yang diperoleh
meliputi gosokan basah dan gosokan kering. sebesar 19,45 % dengan menggunakan

46 E K U I L I B R I U M Vol. 8. No. 1. Januari 2009 : 41 –47


soxhlet. Sedangkan jika ekstraksi dilakukan Gitopadmojo, I., 1978, ” Pengantar Kimia Zat
dalam tangki berpengaduk, suhu optimum Warna”, Institut Teknologi.
berkisar antara 60 – 70 0C dengan kadar zat Guenter, E., 1987, “ Minyak Atsiri “, jilid 1, UI
pewarna yang diperoleh sebesar 13,15% dari Press, Jakarta.
berat bahan kering pada suhu 70 0C. Pada Hidayat, N., & Saati, E. A., 2006, ”Membuat
pengujian tahan luntur warna terhadap Pewarna Alami”, Penerbit Trubus
pencucian diperoleh nilai Grey Scale (GS) dan Agrisarana, Surabaya.
Stainning Scale (SS) masing-masing 2-3 Hidayati, R. dan Marfu’ah, T.W., 2004,”Laporan
(kurang). Tetapi pada pengujian terhadap Tugas Akhir Pembuatan Ekstrak Zat
gosokan diperoleh nilai Stainning Scale ( SS) 3- Warna Alami Tekstil dari Biji Buah
4 (cukup baik) untuk gosokan kering dan 3 Pinang”, UNS, Surakarta.
(cukup) untuk gosokan basah. Indisari.,SD, 2006, “ Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian “
SARAN www.pustaka-deptan.go.id.
Perlu dipelajari pengaruh jenis pelarut Khusniati, M., 2007, Kulit Manggis Pewarna
pada proses ekstraksi dan perlu dianalisis lebih Alami Batik, www.suaramerdeka.com.
lanjut zat warna antosianin dan tanin yang Mc Cabe, W. L., Smith, J. C. dan Harriot, 1993,
terambil. Selain itu perlu ditambahkan zat “ Operasi Teknik Kimia “, Erlangga,
penguat zat warna pada proses pewarnaan dan Jakarta.
penguncian (fiksasi) untuk mengurangi Moerdoko, W., 1975, “ Evaluasi Tekstil Bagian
kelunturan zat warna terhadap pencucian. Kimia “, Institut Teknologi Tekstil,
Bandung.
DAFTAR PUSTAKA Sulfiani, E. dan Kurniawati, E., 2007,” Laporan
Boga., 2006, ” Pewarna Makanan Manakah Tugas Akhir Ekstraksi Zat Warna dari Biji
yang Aman Kesumba”, UNS, Surakarta.
Dikonsuumsi,www.republika.co.id. Treyball, R.e., 1987, “ Mass Transfer Operation
Editisari, P. dan Widyati, W., 2007,”Laporan “, 3th edition, Mc.grawhill, Singapura.
Tugas Akhir Ekstraksi Zat Warna Alami Triyono, A. dan Wiyatno, A., 2008,” Laporan
untuk Tekstil dari Daun Jambu Biji”, Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna
UNS, Surakarta. Tekstil dari Kulit Buah Manggis”, UNS
Fitrihana., Noor, 2007, ” Teknik Eksplorasi Zat Surakarta.
Pewarna Alam dari Tanaman Di Sekitar Yuliani, A. dan Ferlina, F., 2005,” Laporan
Kita Untuk Pencelupan BahanTekstil” Tugas Akhir Pembuatan Ekstrak Zat
www.batikyogya.com. Warna Alami Tekstil dari Kunyit”, UNS,
Gema Industri Kecil., 2007, ” Pemanfaatan Zat Surakarta.
Warna Alam Untuk Bahan Tekstil dan
Tenun ” www.gemaindustrikecil.com.

Zat Warna Alami Tekstil dari Kulit Buah Manggis 47


(Endang Kwartiningsih, Dwi Ardiana Setyawardhani, Agus Wiyatno, dan Adi Triyono)

Anda mungkin juga menyukai