Anda di halaman 1dari 10

A.

Konsep Dasar Keluarga


1. Definisi
Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam
kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat (Mubarak, dkk .2009). Depkes R.I (1988)
mendefinisikan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yaitu terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tingggal disuatu tempat dibawah satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.
Dari kedua pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh pertalian darah, kelahiran, perkawinan dan adopsi
yang tinggal dalam satu rumah tangga yang terdiri dari kepala keluarga dalam keadaan saling
ketergantungan.

2. Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga:

1. Tahap I ( keluarga pasangan baru/ beginning family) Keluarga baru di mulai pada saat
masing-masing individu, yaitu suami istri membentukkeluarga melalui perkawinan
yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologis keluarga
tersebut sudah memiliki keluarga baru. (Harmoko, hal 52; 2012).
2. Tahap II ( keluarga dengan kelahiran anak pertama/ child bearing family)Tahap II
mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan.
3. Tahap III (keluarga dengan anak prasekolah/ families with prescholl)Tahap III
siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2 tahun dandiakhiri
ketika anak berusia 5 tahun.
4. Tahap IV ( keluarga dengan anak sekolah/ families with children) Tahap ini dimulai
pada saat anak tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun
dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai jumlah an
ggotakeluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk.
5. Tahap V ( keluarga dengan anak remaja/ families with teenagers )Ketika anak
pertama berusia 13 tahun, tahap V dari siklus atau perjalanan kehidupankeluarga
dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun.
walaupundapat lebih singkat jika anak meningglakan keluarga lebih awal atau lebih
lama jika anaktetap tinggal di rumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun.
6. Tahap VI ( keluarga dengan anak dewasa/ launching center families) Tahap ini
dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lama tahap
ini bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluar
ga dan tetap tinggal bersama orangtua.
7. Tahap VII ( keluarga usia pertengahan/ middle age families) Tahapan ini dimulai pada
saat anak yang terakhir meningglakan rumah dan berakhirsaat pensiun atau salah satu
pasangan meninggal. Beberapa pasangan pada fase ini akan dirasakan sulit karena
masalah usia lanjut, perpisahan dengan anak, dan perasaan gagalsebagai orang tua.
8. Tahap VIII ( keluarga usia lanjut)Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai
dengan pensiun salah satu atau
kedua pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan lainnya.

3. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004: 13), secara umum fungsi keluarga adalah
sebagi berikut :
a. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement
function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan
sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar
rumah.
c. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi (the economic function) adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function) yaitu fungsi
untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi.
B. Konsep Keperawatan Keluarga
1. Pengertian
Perawatan kesehatan keluarga adalah perawatan kesehatan yang ditujukan atau
dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai
tujuannya yang dilakukan oleh seorang perawat yang profesional dengan proses keperawatan
yang berpedoman pada standart praktik keperawatan dengan berlandaskan etik dan etika
keperawatan dalam lingkup dan wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Setiadi,
2008). Sedangkan menurut Suprajitno (2004) asuhan keperawatan keluarga adalah suatu
rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga
yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keperawatan keluarga
adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan melalui praktik keperawatan
keluarga yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.

2. Tujuan
Menurut Suprajitno (2004: 27-28) tujuan keperawatan keluarga terdiri dari :
a. Tujuan umum
Ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya secara
mandiri

b. Tujuan khusus
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
2) Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga
3) Melakukan tindakan keperawatan kesehatan kepada anggota keluarga yang sakit,
mempunyai gangguan fungsi tubuh dan atau yang membutuhkan bantuan sesuai dengan
kemampuan keluarga.
4) Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis dan sosial) sehingga
dapat menunjang peningkatan kesehatan keluarga
5) Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat misalnya: puskesmas, puskesmas
pembantu, kartu sehat dan posyandu untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai
kebutuhan keluarga.
3. Tahap-tahap proses keperawatan keluarga
Tahap-tahap proses keperawatan keluarga menurut Setiadi (2008: 45-46) adalah sebagai
berikut :
a. Pengkajian
Tahap pengkajian ini merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan daata dari
berbagai sumber untuk mengevaluasi daan memodifikasi status kesehatan .
b. Perumusan diagnosa keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga mengenai masalah
kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai
tujuan asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan kewenangan perawat.
c. Penyusunan perencanaan keperawatan keluarga
Perencanaan adalah senagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan
keluarga yang meliputi penentuan tujun perawatan (jangka panjang atau jangka pendek),
penetapan standart dan kriteria serta menentukan perencanaan untuk mengatasi masalah
keluarga.
d. Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga
Tindakan adalah pengeolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan.
e. Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan keluarga mencapai tujuan.

4. Peran perawat keluarga dalam asuhan keperawatan keluarga


Menurut Mubarak,dkk (2010: 74-75) peran perawat dalam melakukan perawatan
kesehatan keluarga antara lain :
a. Pendidik (educator)
Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga agar keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri
dan bertnggungjawab terhadap masalah kesehatan keluarganya.
b. Koordinator
Praktik keperawatan komunitas merupakan praktik keperawatan yang umum,
menyeluruh, daan berlanjut.
c. Pelaksana perawatan dan pengawas perawatan langsung
d. Pengawas kesehatan
e. Konsultan atau penasehat
f. Kolaborasi
Perawat keluarga juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota
tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.
g. Advokasi
Sebagai advokat klien, perawat berkewajiban untuk melindungi hak keluarga.
h. Fasilitator
Peran perawat disini adalah membantu keluarga meningkatkan derajat kesehatannya.
i. Penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi masalah
kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan penyakit atau wabah.
j. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah
maupun lingkungan masyarakat, sehingga tercipta lingkungan yang sehat.

C. Konsep Penyakit Tuberculosis dan Asuhan Keperawatan


1. Pengertian
TB paru (Tuberculosis paru) merupakan penyakit infeksi menular pada sistem
pernapasan yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat mengenai bagian
paru (Hidayat, 2008).
Smeltzer dan Bare (2001) mendefinisikan TB paru (Tuberkulosis paru) adalah penyakit
infeksius yang terutama menyerang parenkim paru, dengan agen infeksius
utama Mycobacterium tuberculosis.
Sedangkan Menurut Price dan Wilson (2005) TB paru adalah penyakit infeksi menular
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.

2. Etiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, kuman batang aerobik dan
tahan asam (BTA) (Price dan Wilson, 2005: 852). Kuman TB cepat mati dengan sinar
matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan
lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun
(Judarwanto, 2009).

3. Klasifikasi
TB (Tuberculosis) paru dalam Hidayat (2008: 79) dikelompokkan menjadi dua kelompok,
yaitu :
a. Tuberculosis paru primer yang sering terjadi pada anak. Proses ini dapat dimulai dari
proses yang disebut droplet nuclei yaitu suatu proses terinfeksinya partikel yang
mengandung dua atau lebih kuman tuberculosis yang hidup dan terhirup serta
diendapkan pada permukaan alveoli. Kemudian terjadi eksudasi dan dilatasi pada
kapiler, pembengkakan sel endotel dan alveolar, keluar fibrin, makrofag ke dalam
ruang alveolar.
b. Tuberculosis pascaprimer, terjadi pada klien yang sebelumnya terinfeksi oleh
kuman Mycobacterium tuberculosa.

4. Patofisiologi
Penularan TBC terjadi karena individu rentan yang menghirup udara yang
mengandung Mycobacterium tuberculosis. Segera setelah menghirup basil tuberkulosis hidup
ke dalam paru-paru, maka terjadi eksudasi dan konsolidasi yang terbatas disebut fokus
primer. Basil tuberkulosis akan menyebar, histosit mulai mengangkut organisme tersebut ke
kelenjar limpe regional melalui saluran getah bening menuju kelenjar regional sehingga
terbentuk komplek primer dan mengadakan reaksi eksudasi terjadi sekitar 2-10 minggu (6-8
minggu) pasca infeksi.
Bersamaan dengan terbentuknya kompleks primer terjadi pula hypersensitivitas terhadap
tuberkuloprotein yang dapat diketahui melalui uji tuberkulin. Masa terjadinya infeksi sampai
terbentuknya kompleks primer disebut masa inkubasi.
Pada anak yang mengalami lesi dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama di perifer
dekat pleura, tetapi banyak terjadi di lapangan bawah paru dibanding lapangan atas. Juga
terdapat pembesaran kelenjar regional serta penyembuhannya mengarah ke kalsifikasi dan
penyebarannya lebih banyak terjadi melalui hematogen.
Pada reaksi radang dimana lekosit polimorfonuklear tampak pada alveoli dan
memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian basil menyebar ke limfe dan
sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit T menjadi sensitif terhadap organisme TB dan
membebaskan limfokin yang merubah makrofag atau mengaktifkan makrofag. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler
ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa nekrosis yang tertinggal, atau
proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang diak di dalam sel.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis pada bagian sentral
memberikan gambaran yang relatif padat pada keju, yang disebut nekrosis kaseosa.
Masa keju dapat mencair dan Mycobacterium tuberculosis dapat berkembang biak
ekstra selular sehingga dapat meluas di jaringan paru dan terjadi pneumonia, lesi
endobronkial, pleuritis atau Tb milier. Juga dapat menyebar secara bertahap menyebabkan
lesi di organ-organ lain. (Setiawati, dkk., 2012).

5. Manifestasi Klinik
Gejala TB paru antara lain :
a. Dapat bersifat asimptomatik atau menimbulkan bermacam-macam gejala
yaitu :
1) Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi
saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam.
2) Malaise
3) Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik
(failure to thrive) dengan adekuat.
4) Penurunan berat badan atau malnutrisi tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam
1 bulan dengan penanganan gizi.
5) Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama bermingu-minggu sampai
berbulan-bulan)
6) Nyeri menusuk dan rasa sesak didada
7) Haemoptisis

b. Sejalan dengan perkembangan


1) Peningkatan frekuensi napas
2) Ekspansi paru buruk pada tempat yang sakit
3) Bunyi napas hilang dan ronki kasar
4) Pekak pada saat perkusi
5) Demam persisten
6) Pucat, anemia, kelemahan dan penurunan berat badan.
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk TB menurut Sulaifi (2010) adalah sebagai berikut :
a. Uji Mantoux atau Tuberkulin
Ada 2 macam tuberkulin yaitu Old tuberkulin dan Purified Protein Derivat(PPD).
Caranya adalah dengan menyuntikkan 0,1 ml tuberkulin PPD intrakutan di volar lengan
bawah. Hasilnya dapat dilihat 48 – 72 jam setelah penyuntikan. Berniai positif jika
indurasi lebih dari 10 mm pada anak dengan gizi baik atau lebih dari 5 mm pada anak
dengan gizi buruk.
b. Reaksi cepat BCG
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa kemerahan
lebih dari 5 mm, maka anak dicurigai terinfeksi Mycobaterium tbc.
c. Laju Endap Darah
Pada TB, terdapat kenaikan Laju Endap Darah (LED).
d. Pemeriksaan mikrobiologis
Pemeriksaan BTA pada anak dilakukan dari bilasan lambung karena sulitnya
menggunakan hasil dahak.
e. Pemeriksaan BTA cara baru seperti: PCR (Polymerase Chain Reaction),Bactec,
ELISA, PAP dan Mycodots masih belum banyak dipakai dalam klinis praktis
f. Pemeriksaan radiologis
1) Gambaram x-foto dada pada TB paru tidak khas
2) Paling mungkin kalau ditemukan pembesaran kelenjar hilus dan kelenjar paratrakeal.
3) Foto lain : milier, atelektasis, infiltrat, bronkiektasis, efusi pleura,
konsolidasi, destroyed lung dan lain-lain.

7. Komplikasi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 588) komplikasi TB mencakup :
a. Malnutrisi
b. Efek samping terapi obat-obatan : hepatitis, ruam kulit, gangguan gastrointestinal.
c. Resistensi banyak obat
d. Penyebaran infeksi TB (TB miliaris)
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Obat harus diminum teratur, setiap hari, dan dalam waktu yang cukup lama. Dosis obat
harus disesuaikan dengan berat badan. Menurut Setiawati, dkk. (2012) secara garis besar
dapat dibagi menjadi tata laksana untuk :
1) TB Paru tidak berat
Pada TB paru yang tidak berat cukup diberikan 3 jenis obat anti b tuberkulosis (OAT)
dengan jangka waktu terapi 6 bulan. Tahap intensif terdiri dari isoniazid (H), Rifampisin (R)
dan Pyrazinamid (Z) selama 2 bulan diberikan setiap hari (2HRZ). Tahap lanjutan terdiri dari
Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) selama 4 bulan diberikan setiap hari (4HR).
2) TB paru berat atau TB ekstrapulmonal
Pada TB berat (TB milier, meningitis, dan TB tulang) maka juga diberikan
Streptomisin atau Etambutol pada permulaan pengobatan. Jadi pada TBC berat biasanya
pengobatan dimulai dengan kombinasi 4-5 obat selama 2 bulan, kemudian dilanjutkan dengan
Isoniazid dan Rifampisin selama 10 bulan lagi atau lebih, sesuai dengan perkembangan
klinisnya. Kalau ada kegagalan karena resistensi obat, maka obat diganti sesuai dengan hasil
uji resistensi, atau tambah dan ubah kombinasi OAT.
Obat anti Tuberculosis yang digunakan adalah :
1) Isoniazid (INH) : selama 6-12 bulan
a) Dosis terapi : 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari
b) Dosis profilaksis : 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari
c) Dosis maksimum : 300 mg/hari

2) Rifampisin ( R ) : selama 6-12 bulan


a) Dosis : 10-20 mg/kgBB/hari sekali sehari
b) Dosis maksimum : 600 mg/hari

3) Pirazinamid (Z) : selama 2-3 bulan pertama


a) Dosis : 25-35 mg/kgBB/hari diberikan 2 kali sehari
b) Dosis maksimum : 2 gram/hari

4) Etambutol (E) : selama 2-3 bulan pertama


a) Dosis : 15-20 mg/kgBB/hari diberikan sekali atau 2 kali sehari
b) Dosis maksimum : 1250 mg/hari
5) Streptomisin (S) : selama 1-2 bulan pertama
a) Dosis : 15-40 mg/kg/hari diberikan sekali sehari intra muskular
b) Dosis maksimum : 1 gram/hari
Kortikosteroid diberikan pada keadaan khusus seperti : Tb milier, meningitis Tb,
endobronkial Tb, pleuritis Tb, perikarditis Tb, peritonitis Tb. Boleh diberikan prednison 1-2
mg/kg BB/hari selama 1-2 bulan

b. Penatalaksanaan perawatan
Penatalaksanaa perawatan untuk klien ditujukan agar :
1) Klien dapat mempertahankan jalan napas dengan mengeluarkan secret tanpa bantuan.
2) Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
3) Kebutuhan istirahat tidur klien dapat terpenuhi
4) Klien dapat beraktivitas secara efektif/
5) Klien dapat lebih mendapatkan pengetahuan tentang TB
6) Klien tidak terjadi infeksi terhadap penyebaran penyakitnya ke organ lain.

Anda mungkin juga menyukai