Anda di halaman 1dari 20

MKEK

Majelis Kehormatan
Etik Keperawatan
Pokok Bahasan
Pengertian
Landasan Hukum
Kedudukan dan Kewenangan
Penanganan Kasus Etik Oleh MKEK
PENGERTIAN
Majelis kehormatan Etik Keperawatan adalah:

Majelis yang dibentuk oleh organisasi profesi keperawatan untuk


memberikan bimbingan penanganan kasus etik di organisasi profesi
(sesuai tingkat organisasi)
LANDASAN HUKUM
Undang-undang no. 38 tahun 2014 tentang keperawatan
PMK No. 49 tahun 2013 tentang komite keperawatan
KEDUDUKAN DAN
KEWENANGAN
Kedudukan

Majelis kehormatan Etik Keperawatan berkedudukan sesuai tingkat


organisasi (PPNI)
Komisariat
DPD Kota/Kabupaten
DPD Propinsi
DPP
KEWENANGAN
Majelis Kehormatan Etik Keperawatan memiliki kewenangan (sesuai tingkat
organisasi).
◦ Melakukan peninjauan terhadap kejadian.
◦ Memanggil saksi
◦ Menentukan apakah perawat dinyatakan bersalah melaksanakan pelanggaran.
◦ Bila perawat dinyatakan bersalah dapat diberikan tindakan disiplin antara lain:
◦ Diberikan peringatan
◦ Menempatkan perawat dalam masa percobaan.
◦ Menolak pembaharuan ijin praktik.
◦ Menunda pemberian ijin praktik.
◦ Mencabut ijin praktik.
Batas waktu pelaksanaan tinjauan kasus paling lama 14 hari setelah
disampaikan pengaduan.
Penanganan Kasus Etik oleh MKEK

1. Tingkat bimbingan
2. Penangan kasus etik
1. Tingkat bimbingan

a. Pada keadaan/situasi yang jelas tidak ada


kegiatan yang melibatkan pelanggaran etik,
tingkat bimbingan adalah bersifat
menentukan dalam hal ini jelas dikatakan
kepada perawat dan yang lain-lain apa yang
secara etis adalah akseptabel (dapat diterima)
/ tidak.
b. Pada keadaan yang melibatkan masalah etis
atau dilemma, bimbingan adalah bersifat
pemberian nasihat. Tidak ada jawaban siap
yang dapat ditawarkan dan dibutuhkan
pertimbangan dengan pemikiran yang
matang untuk meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan yang etis.
c. Pada situasi yang secara etis mengalami kesulitan
karena menimbulkan perasaan bersalah,
kecemasan atau kebencian pada pihak perawat,
tingkat bimbingan adalah lebih terbatas, tetapi
perawat masih mempunyai tanggung jawab
untuk memeriksa situasi dipandang dari sudut
ketetapan- ketetapan dalam kode. Keputusan
sangat banyak dipengaruhi oleh keadaan
khusus dari situasi. Cerminan dan pertimbangan
etis dibutuhkan untuk menentukan
bagaimana pinsip dasar atau tanggung jawab
khusus diberlakukan dalam konteks
keperawatan yang khusus.
2. Mekanisme Penanganan
Kasus.
Tingkat Komisariat
Penanganan kasus dilakukan oleh panitia/tim etik keperawatan tingkat
komisariat yang merupakan bagian tim etik Rumah Sakit.
Adapun tinjauan kasus di tingkat komisariat adalah sebagai berikut:
- Melakukan peninjauan terhadap kejadian
- Memanggil saksi
- Menentukan apakah perawat dinyatakan bersalah melaksanakan
pelanggaran. Bila perawat dinyatakan bersalah dapat diberikan
tindakan disiplin antara lain:
a. Diberian peringatan.
b. Menempatkan perawat dalam masa percobaan.
- Batas waktu pelaksanaan tinjauan kasus paling lama 14 hari
setelah disampaikan pengaduan.
Tingkat Kabupaten/Kota
Apabila perawat tidak menerima keputusan yang diberikan oleh
panitia/tim etik Komisariat paling lama 14 hari yang bersangkutan dapat
mengajukan banding PPNI Kabupaten/Kota u.p. MKEK Kabupaten/Kota.
MKEK Kabupaten/Kota selanjutnya melakukan tinjauan kasus.
Tingkat Propinsi
Apabila perawat tidak menerima keputusan yang diberikan oleh MKEK
Kabupaten/Kota paling lambat 14 hari yang bersangkutan dapat
mengajukan banding ke PPNI Wilayah. U.p. MKEKep. Wilayah.
MKEKep. Wilayah selanjutnya melakukan tinjauan kasus.
Tingkat Pusat
Apabila perawat tidak menerima keputusan yang diberikan oleh MKEK
Wilayah paling lambat 14 hari yang bersangkutan dapat mengajukan
banding ke PPNI Pusat. U.p. MKEK Pusat.
MKEK Pusat selanjutnya melakukan tinjauan kasus.
Rehabilitasi

Apabila ternyata perawat penerima sanksi dinyatakan tidak


bersalah oleh MKEK Pusat. Maka keputusan tersebut
memuat pernyatan rehabilitasi disertai dengan permintaan
maaf kepada yang bersangkutan dengan tembusan kepada
kepada instansi tempatnya bekerja dan jika perlu
masayarakat umum. Penerbitan surat keputusan rehabilitasi
dilaksanakan oleh Pengurus PPNI atau pimpinan rumah
sakit sesuai tingakat penangan kasus.
Administrasi

Setiap surat pengaduan dianggap dan diperlakukan sebagai surat


rahasia.
Nama dan alamat serta identitas lainnya dari pengadu jika
dianggap perlu oleh Majelis Kode Etik Keperawatan dapat
dirahasiakan.
Pemanggilan terhadap pengadu, teradu dan saksi dilakukan
secara tertulis.
Pemanggilan dapat dilakukan sampai 3 (tiga) kali dalam
jangka waktu yang wajar. Apabila setelah pemanggilan
ketiga pengadu tetap tidak datang tanpa alasan yang sah,
maka pengaduan tersebut dinyatakan batal. Sebaliknya jika
pemanggilan ketiga teradu tetap tidak datang tanpa alasan
yang sah, penelaahan harus tetap dilanjutkan tanpa
kehadiran teradu.
Pengadu, teradu dan saksi yang dimintakan dalam sidang-sidang Majelis
Kehormatan Etik Keperawatan tidak diambil sumpah, melainkan diminta
untuk menandatangani pernyataan tertulis di depan Majelis
Kehormatan Etik Keperawatan, bahwa semua keterangan yang diberikan
adalah benar. Jika pengadu, teradu dan saksi menolak permintaan ini,
maka hal tersebut dicatat untuk bahan pertimbangan pada waktu
pengambilan keputusan.
Semua keterangan yang dipertunjukkan dalam sidang-sidang
Majelis Kehormatan Etik Keperawatan harus dicatat dalam risalah
sidang dan mendokumentasikan sebagai hak milik pengurus PPNI.
Risalah sidang Majelis Kehormatan Etik Keperawatan tersebut
tidak dibenarkan untuk diketahui dan diteruskan oleh pihak
ketiga, kecuali di dipaksa oleh ketentuan hukum yang lebih tinggi.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai