Bersainglah pada diri kita sendiri, HANYA dengan diri kita sendiri,bukan dengan
orang lain. Berusahalah mengalahkan diri sendiri dengan membuat target2 kemudian
berusaha mengalahkan target tersebut…. Serahkan semua ketentuan pada ALLAH
SWT.
“Barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, dia celaka. Barang
siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, dia merugi. Dan barang siapa yang
hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia lah yang beruntung”.
Bersaing yang baik adalah bersaing dengan diri sendiri … untu apa dan apa faedah
gunanya menjatuhkan orang lain atau menganggap orang lain sebagai pesaing kita.
Saudara=saudariku yg terkasih, bersaing hanya dalam berbuat kebaikan (fastabiqul
khoirot)
Setiap orang pada hakekatnya menjalankan takdirnya masing-masing. Takdir kita tidak
akan tertukar dengan takdir orang lain. Jadi mengapa kita harus dengki terhadap
keberhasilan orang lain dan sombong dengan keberhasilan kita padahal semua itu
terjadi semata-mata karena takdir Allah bukan? Apakah kita beranggapan keberhasilan
kita itu karena kecerdasan kita? Apakah karena kepintaran,kecerdasan kita yg tinggi?
Atau karena posisi kita kedudukan kita mulia dilingkungan kita ??? Saudara-saudariku
seharusnya kita sadar dan paham, semua itu tidak akan tercapai jika tanpa ada
pertolonga, ijin dan kehendak Allah … jadi sesungguhnya keberhasilan kita juga adalah
karena pertolongan Allah… campur tangan Allah… karena apapun dan bagaimanapun
semua adalah kehendak Allah. Berpikir lebih baik dari orang lain akan menyebabkan
kita jatuh kepada kesombongan…. Sedang apa bila kita berpikir lebih buruk dari orang
lain akan menyebabkan rasa minder dan rendah diri….. Kita hanya perlu berada di titik
nol,tanpa bangga ataupun malu. Bagi kita semua yang penting bukan di hadapan
manusia,tapi bagaimana dan sejauh mana usaha kita mendekatkan diri kita kepada
Allah… karena itu tidak perlu melihat kepada kiri kanan kita,cukup melihat ke dalam diri
kita sendiri saja,sudah lebih baikkah segala perbuatan dan sikap kita sendiri hari
kemarin hingga hari ini? Ada beberapa penyakit yg berbahaya… antara lain adalah…..
sering merasa paling benar sendiri? …. sering merasa lebih baik dari yg lain? ….
senang menyakiti perasaan orang lain?…. suka mencela orang lain?…. suka tertawa
atas celaan rekan anda pada yg lainnya?….. tertawa atas kesulitan atau kekurangan
orang lain?…. biasa makan enak sampai kehilangan selera makan?… suka marah2
mencari kesalahan orang lain? apakah benci kepada seseorang ? apakah sulit
menangis, terutama saat sendiri dan dalam sholat? apakah hati kita tidak bergetar atau
merinding saat mendengar nama Allah atau ayat Allah?…. sholat dengan terburu2 dan
tidak hormat atau tidak penuh mau berharap? Atau mungkin suka lebih banyak
mengingat hal lain selain Allah dalam hidup yg diberikan Allah ini? Atau mungkin kita
belum bisa menerima seluruh ayat dalam alquran? Lalu tak punya rasa takut lagi saat
bermaksiat? Merenunglah saudara saudariku yg kukasihi… Bila masih “ YA
“,berarti kita harus lebih banyak zikir dan istigfar untuk membersihkan hati kita….
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ingat hal ini
diulang dalam surat arrahman sebanyak 31 kali)
Betapa sedikitnya kita ini menginfakkan rejeki yg kita dapat di jalan Allah,betapa jarang
kita menggunakan mata ini untuk membaca ayat2 alquran atau membaca buku2 ilmu
pengetahuan dan agama,betapa jarang mulut ini mengatakan yang baik2 bahkan malah
mengatakan hal2 buruk tentang sesama manusia, bahkan menjatuhkan martabat
keluarga sendiri,betapa kuping kita masih lebih sering mendengarkan fitnah, adu
domba orang lain bahkan kuping ini lebih suka mendengarkan musik2 duniawi
ketimbang mendengarkan ceramah2 dan pengajian serta majelis2 ilmu.
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (Q.s. an-Nahl: 18).
Apakah sudah pantas diri menyebut diri kita sebagai hambaNYA yang pandai
bersyukur? kalau baru sebatas syukur di hati atau di lisan saja,itu belumlah sempurna
di mata Allah. beginikah cara kita membalas segala nikmat dan kebaikan yg telah Allah
berikan? lalu apakah kita pantas bila kita masih mau menuntut surga atas ibadah2 yg
telah kita lakukan selama ini? padahal tidak diberi surga pun rahmat Allah sudah
melebihi segala amal ibadah kita kepadaNYA? belum lagi jika amal2 tersebut dikurangi
dengan dosa2 kita selama didunia ini, Astagfirullah… bisa jadi kita ini sepantasnya
menjadi penghuni neraka….
Di zaman Bani Israil, ada cerita tentang seseorang yang sejak kecil hingga akhir
hidupnya, selalu dipenuhi dengan ibadah, waktunya tidak ada yang terbuang percuma,
ia berkhalwat menjauhkan diri dari keramaian dunia semata mata untuk beribadah,
maka bisa dibayangkan betapa banyak pahala yang dia peroleh. Ketika dia wafat,
Allahpun memasukkannya ke Surga dengan rahmat-Nya. Setelah si Fulan ini tahu
bahwa ia masuk surga bukan karena amalnya tetapi karena rahmat Allah semata,
diapun “protes” kepada Allah. “Ya Allah, mengapa saya masuk surga karena rahmat-
Mu, kenapa bukan karena amal saya. Bukankah saya telah menghabiskan umur hanya
untuk beribadah dan seharusnya saya masuk surga karena pahala2 yang saya peroleh
dari amal-amal saya ? Allah berfirman, “Rupanya kamu tidak puas dengan apa yang
telah Aku berikan kepadamu ? Baiklah, sekarang Aku akan hitung amal-amal ibadah
yang telah kamu lakukan. Memang pahala yang kamu peroleh sangat besar bahkan
lebih besar dari gunung, tetapi ada beberapa kewajiban yang belum kamu laksanakan
diantaranya mensyukuri segala nikmat-nikmat-Ku. Pertama mulai kuhitung dari mata.
Bukankah dengan rahmat-Ku berupa mata kamu bisa melihat dan membaca sehingga
kamu memperoleh ilmu yang bisa kamu gunakan untuk ibadah. Dengan mata pula
kamu bisa melihat-lihat kebesaran-Ku sehingga kamu memuji-Ku yang menyebabkan
kamu mendapat limpahan pahala dari-Ku. Sekarang seberapa syukurmu atas nikmat-
Ku yang berupa mata tadi. Bukankah pahala ibadahmu yang melebihi gunung tadi
belum sebanding dengan nikmat yang Kuberikan ?,meski itu baru ditimbang hanya
dengan nikmat mata saja ?, belum yang lain. Jika tumpuanmu ke surga-Ku adalah
hanya amalmu, bukankah neraka lebih pantas menjadi tempatmu ? Orang itu kemudian
memohon ampun kepada Allah seraya mengakui bahwa dia masuk surga hakekatnya
adalah karena rahmat Allah Swt. semata
Dikagumi oleh manusia itu bisa jadi baik,namun bisa jadi juga membuat kita jadi
sombong dan angkuh, membusungkan dada karena ke akuan,dan ini tentu tidak
baik, apa untungnya dikagumi manusia dilingkungannya sendiri?? Apakah ada
yg mengenal kita diluar lingkungan kita…. SADARLAH….Berlombalah baik di
hadapan Allah…..
Yang penting memang bukan dikagumi oleh manusia ,tapi dikagumi oleh Allah.
karena kita hidup yg menilai bukan manusia tetapi Allah yg maha menilai dan
maha menghakimi.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dia berkata: Rasulullah Saw pernah bersabda,
“Jika kamu tertimpa suatu kemalangan, maka janganlah kamu mengatakan
‘Seandainya tadi aku berbuat begini dan begini pasti akan begini dan begini’,tetapi
katakanlah, ‘Itu sudah takdir Allah dan apa yang dikehendaki- Nya pasti dilaksanakan-
Nya.’ karena sesungguhnya ’seandainya’ akan membukakan jalan bagi perbuatan
setan”.
Lakukanlah suatu amalan hati ,yang ringan dan mudah dilaksanakan ,namun berat
timbangannya di sisi Allah,yaitu berzikir Subhanallah dalam hati. hal ini insya Allah akan
jadi pegangan saya seumur hidup sampai maut memanggil saya kelak.
Rasulullah bersabda: Dua kalimat yang ringan diucapkan dan amat berat di dalam
timbangan serta dicintai oleh ar-Rahman adalah Subhanallah wa Bihamdihi (Maha
Suci Allah dan dengan memujiNya) dan Subhanallahil Azim (Maha Suci Allah
yang Maha Agung)
Sebagaimana ahlinya bicara ilmu hati yaitu Imam Ghazali ,maka hampir saja saya
terjebak kepada kesalehan pribadi seperti di era beliau ,dimana saya hanya mau saleh
sendirian dengan berencana tinggal di sanggar. inilah juga salah satu sebabnya kitab
Imam Ghazali (Ihya Ullumuddin) sempat dilarang pada jamannya dulu. karena banyak
orang yang jadi pada menyepi dari dunia dan sibuk mengurus diri sendiri,tanpa
memperdulikan dunia. (yang benar itu adalah ternyata hanya hatinya yang hijrah,yaitu
hati mencintai akhirat ,tapi fisik tetap bekerja di dunia dengan sebaik2nya,dengan
menggunakan dunia sebagai alat untuk menggapai akhirat.)
Nah hikmah kedua adalah,setelah saya belajar ilmu hati ini,saya merasakan ada
peningkatan yang lebih dalam ibadah2 saya ,mulai dari sholat yg penuh penghayatan,
ataupun puasa yang lebih bermakna. ternyata semua itu tempatnya di hati. jadi kalau
misalnya berzinah itu bukan hanya berhubungan seks,tapi dalam hal ini mata bisa
berzinah ,pikiran bisa berzinah,karena semua itu tempatnya ada di hati.
Rupanya menjaga dari hal2 yg dapat merusak hati….. hati kalau saya baca2 sifatnya
mirip2 seperti alam bawah sadar bukan ??? Alam bawah sadar tidak dapat memproses
mana yg benar mana yg salah,alam bawah sadar hanya tau yg sering dirasakan indra2
kita,dan alam bawah sadar tidak dapat membaca kata negatif…. Kedua hikmah ini saja
sudah cukup buat kita untuk benar2 yakin keputusan kita itu tidak salah selama ini….
karena itu tambahkanlah keyakinan yg ada pada diri kita ,bahwa Allah selalu
menunjukkan jalanNYA kepada kita dalam keadaan apapun. Kita memang bebas
memilih,tapi ingat kita takkan lepas dari takdir Allah yang menyertai dalam setiap pilihan
yang kita buat.
Dan ingatlah yg satu ini bahwa takdir dari Allah,itu pasti yg terbaik buat kita
semua…. Penyesalan terbesar dalam hidup bukanlah kalah ,tapi tidak pernah tau
apakah kita bisa menang atau tidak karena tidak berani mengambil kesempatan
baik yang ada di hadapan kita…. Dan selalu mensyukuri apa yg menjadi ketentua
Allah ….
Mencintai Allah berarti memikirkanNYA lebih banyak dari segala hal lain yg dapat
melalaikan kita. Jangan bilang kita cinta Allah kalau kita lebih banyak memikirkan hal
lain selain Allah dalam kehidupan sehari2….. Allah memberikan kita sehari 24 jam,
berapa waktu kita untuk mengingatNYA dan beribadah kepadaNYA dari waktu yg telah
diberikanNYA kepada kita? Bukankah disetiap nafas kita ada hak Allah? oleh karena itu
mengingat Allah sama pentingnya dengan bernafas….
Kadang kita diberi cobaan yang rasanya sungguh berat…namun dengan pasrah dan
menyerahkan diri pada Allah swt agar diberi kekuatan dan dapat melampaui cobaan
itu..maka hasilnya sungguh tak bisa dibayangkan…. Jika menengok ke belakang,
banyak sekali hal-hal yang sebelumnya tak pernah terpikirkan untuk dapat kita lalui…..
Sungguh rencana Allah swt adalah rencana yang sempurna….
Layaknya orang hidup ,semua pasti punya masalah,kalau gak punya masalah lagi
berarti udah mati. karena kita selalu diuji sepanjang hidup kita,nggak ada orang yang
luput nggak diuji. orang kaya diuji dengan hartanya,orang miskin juga diuji dengan
kemiskinannya. memang demikian karena hidup ini memang adalah ujian dari Tuhan.
Nah saat kita merasa masalah kita paling berat ,coba deh kita lihat kehidupan orang yg
lebih susah dari kita,yg jauh lebih susah banyak…,yg jauh lebih miskin juga
banyak,dan tentu saja selalu ada yg lebih dari kita diatas dan dibawah kita. kalau mau
mencari orang yg lebih susah dari kita gampang, Yakini dan syukuri saja hidup kita jauh
lebih enak dari mereka2 yg ada disana saat ini….
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah;
dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk
kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu ( QS 64 : 11)
Semoga Bermanfaat untuk kita semua…. Ada kurang lebihnya mohon maaf.
Dalam perjalanan mengikuti aliran air, saya duduk termangu dalam kepenatan. Dengan
kaki kuluruskan merata dengan tanah menyentuh rerumputan. Saat wajahku diterpa
angin sepoi, meskipun di bawah terik sinar matahari, sangat terasa kehidupan yang
damai. Bunyi air yang gemericik, sangat menghibur hati yang gundah. Sebagai obat
penyembuh dahaga.Hati ini tertegun, ketika mata menatap tumbuhan kangkung yang
tumbuh di pinggiran sungai. Meliuk-liuk diterpa air arus kecil yang beriak. Pepatah
mengatakan “Air beriak, tanda tak dalam”. Justru karena kangkung tumbuh di air
yang dangkal, itu yang membuat saya tercengang, ketika saya mencabut salah satu
batang kangkung. Ternyata batang kangkung itu kosong, tidak ada isinya. Tapi
mengapa batang itu mampu menopang dedaunan yang tumbuh di atasnya.
Subhanallah, Maha Besar Allah ..! Yang telah memberikan ilmu kehidupan lewat
tumbuhan kangkung. Tapi hati saya kembali tergelitik, mengapa Tuhan selalu
menyembunyikan makna ajaran-ajarannya di alam dan di lingkungan sekitar kita. Tuhan
adalah ‘Causa Prima’, dzat yang ‘Murba ing dumadi’ adalah awal dari segalanya.
Memang sudah menjadi tugas kita untuk menggali dan mencari kajian makna yang
tersembunyi di baliknya. Tanpa hati yang bersih dan pikiran jernih, sangat tidak
mungkin kita dapat memahami makna-makna yang tersembunyi di balik kehidupan kita
ini.
Sesaat kemudian, saya dikejutkan oleh teriakan burung-burung bangau yang sedang
mencari makan di persawahan. Bagaikan penari yang meliuk-liuk dengan indah,
mereka berpesta pora sambil bersendau gurau, mencari mangsa. Katak-katak kecil
berlarian menghindari sergapan burung bangau yang kelaparan. Tetapi apalah daya,
takdir mereka, hidup mereka memang sudah ditakdirkan untuk menjadi santapan sang
bangau. Kehidupan yang mereka jalani, mereka sumbangkan bagi kelangsungan
kehidupan makhluk lain. Subhanallah, Maha Besar Allah. Banyak diantara kita yang
mengeluh karena hanya harus berkorban harta untuk orang lain. Seekor katak akan
lebih berharga di mata Allah, jika hidup kita tidak kita hiasi dengan amal perbuatan yang
terpuji.
Setelah puas bersantap dan merasa kenyang, kawanan bangau pun mulai beterbangan
memenuhi angkasa. Mereka terbang dengan ritmis. Sesuai dengan hitungan algoritma
yang sangat pasti. Mungkin karena mereka sudah melakukannya selama bertahun-
tahun. Tetapi hati saya terkesima melihat bagaimana mereka menerapkan hitungan-
hitungan tersebut dengan sangat tepat. Dan yang lebih mencengangkan lagi, mereka
mampu pergi meninggalkan tempat tanpa meninggalkan jejak. Kita tidak akan mampu
melihat jejak seekor burung bangau yang terbang di udara. Sungguh rahasia Allah
sangat banyak. Dan Allah Maha Mengetahui. Mereka terbang beriringan dengan
menggunakan formasi yang menyerupai anak panah. Satu di depan sebagai leader,
dan diikuti dua ekor bangau dibelakangnya, dan tiga, empat dan seterusnya sambung
menyambung di belakangnya. Saya ingat “Pascal” seorang ahli matematika. Apakah
hukum yang diciptakan juga terinspirasi oleh sekawanan bangau yang terbang di
langit? Allah Maha Adil, Binatang pun dikaruniai sebuah instink yang sangat tajam.
Kadang kita sebagai manusia kalah dalam survive menjalani kehidupan di alam yang
kejam ini. Tuhan memberikan manusia akal, itu yang membedakan manusia lebih
dibandingkan makhluk lain. Akal kita harus diasah setajam mungkin, rasa kita harus
ditumbuk sehalus mungkin. Tuhan mengajari kita ilmu dan hukum-hukum Allah, melalui
binatang, tumbuhan dan lingkungan alam dimana kita hidup. Alam kehidupan mereka
tersembunyi hukum-hukum Allah yang Maha Benar. Tergantung kita dapat melihat dan
dapat memaknai atau tidak. Itu semua bergantung pada kemampuan kita sendiri.
Semakin dekat kita dengan Tuhan, semakin besar pula cobaan yang akan kita terima.
Kembali saya merenungkan keberadaan tumbuhan kangkung dan burung bangau.
Kangkung yang tumbuh di tempat kotor, berlumpur dan hina, namun kangkung
mengajari kita pada kehidupan yang hakiki. Batang kangkung tidak berisi (tidak
berkambium), (jw. tanpa galih). Disitulah letak hakekat kehidupan, seperti galih
kangkung. Dalam ilmu hakekat, kehidupan ini harus kita kosongkan, kita harus
meniadakan segala macam bentuk hawa nafsu dan berbagai keinginan yang
menguasai jiwa kita. Begitu juga dengan tapak burung bangau yang terbang di
angkasa. “Sejatine ora ono, Ora ono opo-opo”. Jika kita bisa mengetahui rahasia galih
kangkung dan tapak burung bangau, saat itu pula kita akan mengetahui rahasia
hakekat kehidupan yang sebenarnya.
https://songgobuwono.wordpress.com/2011/04/20/suwung-ora-ono-opo-opo-oleh-
bunda-lia/
An-Nuur:035
َ الز َجا َجةه َكأَنَ َها ك أَوكَب دهري يهوقَ هد م أن
ش َج َرة صبَاح أالم أ
ُّ صبَا هح في هز َجا َجة س َم َوات َو أاْل َ أرض َمث َ هل نهوره كَم أشكَاة في َها م أ َ ور ال ّللاه نه ه
َ
ّللاه َ اركَة زَ أيتهونَة َال ش أَرقيَة َو َال غ أَربيَة يَكَا هد زَ أيت ه َها يهضي هء َولَ أو لَ أم ت أَم َس أسهه نَار نهور َعلَى نهور يَ أهدي
َ ّللاه لنهوره َم أن يَشَا هء َويَضأربه َ َهمب
ش أيء َعليم َ أاْل َ أمثَا َل للنَاس َو
َ ّللاه ب هكل
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah
seperti sebuah lubang yang tak tembus , yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di
dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang
dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang
tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya) , yang
minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di
atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia
kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu..
satriya piningit...ia terpingit direlung kalbu sanubari setiap insan..terkurung didinding
pagar aneka warna dari maujudnya...saripati tanah air angin dan api...dialah sang
penggembala nafsu insani dari amarah,aluamah .sufiah dan mutmainah...duduk
ditengah diantara mahligai sareat .torekot.hakekat.makrifat.
figur bocah angon hadir di setiap zaman yang mana di zaman itu keadaan sudah rusak
parah di segala aspek..dizaman yang serba rusak inilah ALLAH membimbing cahaya-
nya kepada mereka yang di kehendaki...geliat semesta bukan karena disebabkan
murkanya SANG MAHA KASIH..namun alam di dalam diri manusiannya itu sendiri yang
.merusaknya....maka geliat alam adalah proses menuju kesempurnaan ..menata
kembali keseimbangan-nya.sholatu
l ilmi seorang hamba adalah menata kembali keseimbangan makro dan mikro kosmos
jagad AGUNG jagad alit...didalam dirinnya....dan tentu..sudah bisa dibayangkan akibat
dari itu...maha cinta menarikan bintang gemintang.
2.BAYI UMUR 2 WULAN AKSORONE (Y0)di sebut KOAT GHAIB, banyune nur
buat,segarane r...ante arane KISMO DJATI.
Hm ..hehehe yo wes yuk di lanjutkan lagi....suwe2 dungkap 7 wulan aku yoso omah
cagak papat lawang songo wis dadi,ugo komlit ubo rampene arupo. 1.. balung
2.sungsum 3.otot 4.getih ...5.daging 6.kulit 7.wulu.ibu banjur gawe tenger reno
pitu.kang sabanjure diarani PITONAN (LINGKEPAN) artine alat-alate omahhku pitung
warno wis jangkep/kenno diarani bumi lapis pitu cagak papat lawange songo....
Aku umur 9 wulan .ibu gawe bubur procot apem lan gedang kang diarani PROCOTAN
LAN MEGENGAN. procotan tegese: lahirku karebpe ben gangsar procot ora ono
alangan sawiji opo. megengan tegese: duk naliko aku arep lahir uwal soko ibu,tansah
MEGENG NAPAS.sak teruse tangggal 1 poso slametan MEGENGAN,GEDANG APEM.
URIP kang ono badan wadag iku dununge ono ing TELENGE ATI..,kang kuwoso murbo
amiseso omahku (jagad cilik).sak banjure tanggal 1 syawal ibu kurban sego punar,sing
di arani SYAWALAN.tegese:aku wis uwal soko guwo garba dadi utusane GUSTI
nindakake wajib'e URIP ono ing alam gumelar.
wiwit ono kadutane ibu nganti teko dino kelahiran mau,ugo isih duwe panguwoso jogo
lan nylametake badan wadagku,semono ugo aku isih nguwasanii trimurti (GIRI
LOKA,HENDRO LOKA,JANALOKA). bareng wis 5 dino utowo sepasar,panguwasaku
kang ono GIRI LOKA di endih dene sadulurku papat limo pancer,kang kedadeyan soko
cahyo patang prakoro,dewek'e nglungguhi ono ing KUPING,MRIPAT,IRUNG,LAN
CANGKEM,anguwasani lawangan pitu(7)kang ono GIRILOKA.YOIKU BOLONGAN
KUPING 2,MRIPAT2.IRUNG2.CANGKEM 1.LAN YEN ONO ING TOTO LAHIR
DIARANI DINO PITU.
dewek'e duwe pangroso 5 prakoro iarani PONCO DRIYO.yoiku
1.pamireng
2.paningal
3.pangggondo
4.pangucap
sak banjur mlebu kumpul dadi siji ono ing kratone ROSO,ono ing
HENDROLOKA,mapan ono sakjeroning ATI SANUBARI .BARENG AKU UMUR 35
DINO IBU KURBAN SEGO TUMPENG LAN IWEL2 diarani
SELAPANAN.tegese:panguuwas aku kraton telu wis ddi selapi (diendih) karo sedulur
papat limo pancer.
bareng aku umur 105 dino ibu ugo kurban sego tumpeng lan iwel-iwel diarani TELUNG
LAPAN,tegese: panguwasaku ono ing telu2ne atunggal yo iku (CIPTO,ROSO,KARSO)
wis di kuwasani karo PONCODRIYO.
yo wiwit dino iku aku wis ora duwe panguwoso babar ppisan,wiwit soko kraton 3 tekan
badan wadag lapis pitu(7) wis di aku kabeh dening sedulur papat limo
pancer,kahananku banjur soyo ambles manjero.mapan ono ing TELENGE ATI
SANUBARI,dene omahku di enggoni lan di kuwasani,di atur olan dijogo dewe deneg
seduluur papat limo pancer.
koyo mangkono kahananku aku tansah urip kablenggu dening sedulurku dewe,.aku
tansah urip kablenggu dening sedulurku dewe,papanku rumit banget ,panguasaku
mung kari kanggo nguripi badan wadag,tujuanku urip kanggo memayu hyuning bawono
ilang babar pisan ..kamongko ing tembe ..aku kudu nanggung jawab ake dewe marang
GUSTI KANG MOHO KUWOSO...
Pangkal dari ngelmu bukanlah kehendak manusia ,tetapi penyerahan diri manusia
terhadap ARTI KEHIDUPAN.
Keheningan yang sejati adalah terang rohani dalam SEMU,Dengan NING Maka kita
bisa mengerti sesuatu tanpa Memikir dan Tanpa merasa.
Segala sesuatu dalam SEMU..adalah pengalaman yang oleh Aku-Suto belum pernah
dialami.
Kalau kita memang anggugu ing semu agar kita bisa MANDIRENG PRIBADI.. Tidak
tergantung kepada apapun dan tidak tergantung kepada siapapun ,itulah dewasa
rohani.
karena itu semu adalah katon,dan semu adalah maton,siapa anggugu ing semu mbayu
mili manuto kang nyoto lan ono,menerima adanya seperti adanya,lepas dari aku dan
kamu.lepas dari dulu dan besok adalah anggugu ing semu,itulah kesederhanaan yang
tidak bisa di tuju,dan kesunyian yang tidak bisa di buat,
Menuju sesuatu itu tentu berpangkal dari aku,ingsun tidak memiliki kebutuhan yang
berpangkal dari nafsu hangganya.ingsun hanya anggugu ing semu menghidupi
KARSA.Disini dan sekarang lepas dari waktu dan ruang adalah KEJATEN.
Disini lukar dari dunung dan sekarang lukar dari waktu adalah KARSA yang
MAWANA.Rohaniwan yang sudah bisa mangana dalam SEMU,maka anggugu adalah
satu satunya pandangan rohaninya,
kita tidak bisa menjadi putra bapak-ibu yang berkenan, kalau kita tidak anggugu kepada
semua kehendak bapak dan ibu,anggugu adalah sikap anak terhadap orang
tuannya..Demikian pulalah para rohaniwan yang telah mampu lukar dari BUSANA
JALMI.
Dengan INGSUN dalam NING maka mereka menjadi kanak kanak yang bisa percaya
YA dan menggantungkan segala sesuatu kepada KANG MURBENG DUMADI.akibat
lukar dari busana jalmi jadi bukannya suatu status yang hampa pengertian.tetapi suatu
pertumbuhan diri dalam kemurnian dan kesederhanaan.
anggugu minta disadari dan ditrima oleh Para abdi SEMU ,karena anggugu bersifa khas
untuk masing masing abdi,anggugu,sebagai pandangan rohani adalah khas sesuai
dengan watak sifat serta ciri pembawaan setiap abdi semu
Rohaniwan SEMU tidak lagi egoistis,karena kehampaan dari nafsu keakuan sudah bisa
dilampaui .bebas dari kebutuhan yang berpangkal dari aku -suto adalah syarat mutlak
untuk bisa anggugu ing SEMU.Percaya YA adalah percaya dengan SUMARAH ING
KAREP,dan SUMELEH ING PAMIKIR.
pertumbuhan dari rasa percya YA dalam semu akan menemukan klimaksnya.kalau kita
dalam rasa percaya YA sudah bisa bebas dari rasa sayang ,bebas dari rasa sayang
akan segala sesuatu yangada diluar dan di dalam diri kita ,pertumbuhan dari rasa
percaya menjadi rasa percaya YA ini kita hayati pertama tama dalam penyesuaian
diri,INGSUN yang karna kurnia baru mampu melewati kekosongan AKU-nya harus
menyesuaikan diri dengan pandangan dan pengalaman baru dalam semu,Kasunyatan
dalam semu hendaknya bisa kita sadari ,agar kita mempunyai pengertian yang wajar
tentang anggugu .
Bebandan rasa sudah bisa dilalui WANGKIT-nya,didalam NING maka kita mulai
mampu menghayati RASA PERCAYA YA.percaya YA jadi bisa kita anggap sebagai
dasar untuk anggugu ing SEMU.Tanpa percaya YA tidak bisa ada anggugu ,karena
emoh anggugu berarti ada sisa rasa pembinaan rasa keakuan.anggugu ing semu tidak
bisa di emohi,didalam anggugu tidak terdapat rasa WAS,Kalau dalam anggugu masih
timbul rasa canggung ,maka itu merupakan pembawaan kita sendiri ,raga kita minta
waktu untuk bisa menyesuaikan diri .
kita harus rela lukar dari busana JALMI,agar mampu ngrasuk busana JATI mulai masa
ini hendaknya kita membuka hati untuk bisa menyadari arti kata CINTA atau
SAYANG,Sebab didalam rasa cinta atau sayang akan banyak kita temukan pangkal
bebandan ,ing WANGKIT RASA DAN WANGKIT PAMIKIR tumbuhlah NING,Klau
kitakarena kurnia bisa lukar dari BUSANA JALMI dan mampu ngrasuk BUSANA JATI
maka kita akan menghayati SEMU diluar kedirian kita.kita menghidupi suatu kahanan
yang berbeda,dan demikian pula kitamengalamai perubahan dalam pandangan
ROHANI .Di dalam NING kita bisa menerima anggugu,
dan anggugu sebagai pandangan rohani dan sikap hidup hendaknya kita mengerti dan
kita GUGU ,Agar kita bisa lukar dari bebandan rasa sayang,Pada masa ini rasa sayang
juga menempati peranan penting dalam anggugu yang minta kesadaran dan kerelaan
hati untuk bisa menerima pengertian tentang kebebasannya,lukar dari rasa asih atau
sayang tdak bisa terjadi dengan sekaligus ,walaupun dengan dan karena anggugu, di
dalam SEMU manusia sebagai DUMADI Masih belum lukar dari
kelemahannya.ROHANIWAN ngelmu tidak bisa anggege mangsa,segala sesuatu
memang minta banyak pengertian dan kesediaan hati ..
karena itu hendaknya kita waspada agar; jangan sampai anggege mangsa,tetapi
jangan sampai tak acuh,jangan sampai terlalu berani,tetapi jangan sampai bersifat
takut,jangan sampai mengatakan mustahil,tetapi jangan sampai memandang
mudah,jangan sampai merasa bisa,tetapi jangan sampai merasa tidak
mampu.menerima pengertian tentang sesuatu tanpa memikir dan merasa itu adalah
khayal bagi kawerh dan ngelmu yang bukanmerupakan NGELMU
KASAMPURNAN,Tetapai didalam daya ghaib GUSTI Segala sesuatu bisa terjadi.
memang kemapuan kaweruhdan kemampuan ngelmu itu tidak mampu melampaui
WANGKIT-NYA.Manusia itu tidak bisa mengerti sesuatu dengan tidak memakai
pemikiran atau gagasannya,pengertian tentang semu baru ada dalam diri manusia kalu
kita bisa lukar dari BUSANA JALMI yaitu kemampuan untuk MERASA,Hanya dalam
kehheningan yangg sejati kita bisa menyadari bahwa semu itu KATON DAN
MATON,Hanya dalam NING Kita bisa anggugu ing semu,lukar dari bebandan bebrayan
hendaknya kita renungkan dan kita dalami,sebab di dalam benar tidaknya kita anggugu
ing semu pada masa ini letak kemungkinan kita bisa lukar sebagai warga bebrayan dan
menjadi warga KEHIDUPAN dalam tata KAHANAN,dan semua itu hanya bisa kita capai
dengan ANGGU ING SEMU.
.
SUWUNG SAJRONING ASEPI
Besok tanggal 07 Juni 2013 adalah Hari JUMAT PAHING. Setiap kali memasuki hari
tersebut, pikiran dan hati saya selalu tergayut kepada Seorang Tokoh yang sangat saya
kagumi yang meninggal di hari Jumat Pahing, 08 Februari 1952. Beliau adalah Raden
Mas Panji Sosrokartono.
Untuk itu ijinkanlah saya mendedikasikan tulisan dan coretan yang berinspirasikan dari
berbagai sumber untuk mengenang, mengingat dan memuliakan beliau yang tlah
mengabdikan hidupnya, jiwa dan raganya, untuk sesama dengan tulus dan ikhlas.
SUWUNG ing pamrih.
SUWUNG adalah sebuah pengalaman mistis, spiritual yang berada pada puncak intuisi
yang efektif dan transendental. Ini hanya bisa dialami apabila seseorang itu menggeser
semesta kesadarannya dari yang inderawi menuju ke atasnya. Dalam SUWUNG itulah,
dunia inderawi ditinggalkan dan digantikan oleh semesta yang lain, sehingga sampai
pada satu titik keseimbangan semua dimensi di Jagad Raya.
Kata "SUWUNG" yang berasal dari bahasa Jawa ini mengandung makna paradoks.
Bila kita membayangkan sebuah garis linier imajinatif, SUWUNG menduduki tiga titik
yang berbeda-beda pada garis linier imaginatif tersebut.
Pada titik yang paling dekat dengan imajinasi pikir kita, SUWUNG berarti gila, kurang
waras, “gendheng” atau yang lebih populer disebut “kenthir”. Orang yang menderita
gangguan kejiwaan sering mengalami hilang ingatan. Dia tidak tahu siapa dirinya, apa
keinginannya, atau untuk apa dia hidup. Pendek kata, kesadaran akan diri dan
lingkungannya tidak terdapat dalam dirinya alias SUWUNG atau gendheng itu tadi.
Pada titik yang lebih seimbang, yang terletak di tengah garis linier imajinatif ini,
SUWUNG dapat dimaknai sebagai kosong, nihil, tanpa bentuk dan abstrak. Seseorang
yang berada dalam kondisi SUWUNG, dia mengalami kenihilan dalam alam pikir dan
kehendaknya. Kekosongan ini menjadikan dirinya netral, tidak berpihak, tidak
berkemauan untuk menonjolkan diri, mengikuti arus, dan membiarkan segala yang
berada di sekitarnya berjalan sebagaimana alam menghendakinya. Dirinya sendiri tidak
ikut serta dalam hiruk pikuk di sekitarnya. Dia berdiam diri, berkontemplasi dan
menyibukkan dengan diri sendiri. Kalau ada gejolak di luar, dia memahami namun tidak
bereaksi.
Pada ujung garis linier imajinatif yang jauh dari kita, SUWUNG memiliki makna yang
berkebalikan dengan titik yang terdekat dengan kita. Kata ini mengandung makna
kekosongan yang bernuansa pengendalian diri yang sempurna dan kesadaran sejati
akan diri. Seseorang yang berada dalam kondisi SUWUNG jenis ini, dia mencapai
tahapan akhir dalam pengendalian diri yang luar biasa dan mampu mengontrol diri
secara sempurna sehingga dia mengetahui secara pasti kapan dia harus berbuat dan
kapan dia harus menahan diri. Kesempurnaan pengendalian diri ini menjadikan dirinya
memiliki kemerdekaan yang hakiki atas hidup.
Manusia SUWUNG jenis ini mengetahui secara pasti peran dirinya dalam jagad
semesta. Dia mampu menempatkan dirinya secara tepat. Dia menjalin komunikasi yang
intens dengan diri sendiri, dengan manusia, tumbuhan, dan hewan, dengan semesta,
dan juga dengan yang Maha Kuasa. Kekosongan ini membuat dia mampu
mengendalikan nafsu, keinginan, dan hasrat ragawi manusia. Manusia SUWUNG jenis
ini seperti seorang petapa yang proaktif. Pertapaannya tidak dilakukan di gunung tinggi,
belantara sunyi, atau di gua yang dalam, tetapi di jagad raya yang hiruk-pikuk ini.
Dirinya berada dalam kekosongan yang berisi, bahkan meluap dengan buah-buah
kebajikan dan pelayanan yang nyata kepada sesama.
Sayangnya, manusia SUWUNG jenis terakhir ini sangat langka. Jauh lebih langka
ketimbang Harimau Sumatra yang mendekati titik kepunahan. Bila kita melihat kondisi
sekarang, mata kita lebih sering disuguhi oleh berbagai ke-SUWUNG-an jenis yang
pertama.
Lihatlah betapa pongahnya para pemimpin dan elit politik kita mempertontonkan
kesuwungan jenis yang pertama ini di televisi. Mereka mempertontonkan berbagai
perilaku nyleneh yang sering tidak dapat diterima akal sehat. Mengemplang duit pajak
atau duit rakyat (korupsi) dianggap biasa. Menyuap atau disuap demi pangkat, jabatan,
dan kedudukan dianggap sudah sewajarnya. Layaknya para pengidap gangguan
kejiwaan, mereka tertawa penuh kebanggaan (baca: kegilaan) bila berhasil mengelabui
penegak hukum.
Atau, apakah virus SUWUNG jenis pertama ini sudah pula menyebar sedemikian
sempurnanya ke aparat hukum kita sehingga perilaku mereka dianggap normal, wajar,
dan sudah semestinya? Sebagian besar dari kita menjadi marah, gregetan, dan
sekaligus geli atas perbuatan mereka. Namun karena sering tidak berdaya, kita hanya
dapat menertawakan mereka. Barangkali tertawa menjadi terapi ampuh bagi kita agar
tidak terjerumus dalam SUWUNG jenis pertama ini. Lagi pula, menertawakan orang gila
kan biasa.
Masalahnya, apabila mereka yang memimpin menderita sakit jiwa, bagaimana dengan
mereka yang dipimpin? Tentu, lama-kelamaan rakyat ikut gila juga. Sepertinya, jaman
edan telah mewujud nyata dalam kehidupan bermasyarakat kita: tidak ikut edan,
bakalan tidak kebagian. Tetapi jangan lupa bahwa hanya yang “eling lan waspada” lah
yang akan mendapat kemuliaan. Orang yang ingat dan waspada inilah yang sementara
ini mengalami ke-SUWUNG-an yang berada di tengah garis linier imajinatif di atas.
Saat ini mereka melihat, mengamati, dan menunggu. Nanti, di saat yang tepat, mereka
akan mendapat kesadaran baru dan menjelma menjadi manusia-manusia SUWUNG
jenis terakhir di atas. Mereka inilah yang akan membawa gelombang pembaharuan
dalam masyarakat kita dan menggilas mereka yang gila. SUWUNG jugakah Anda?
Raden Mas Panji Sosrokartono lahir di Mayong pada hari Rabu Pahing tanggal 10 April
1877 M. Beliau adalah putera R.M. Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Semenjak
kecil beliau sudah mempunyai keistimewaan, beliau cerdas dan mempunyai
kemampuan membaca masa depan.
Kakak dari ibu kita Kartini ini, setelah tamat dari Eropesche Lagere School di Jepara,
melanjutkan pendidikannya ke H.B.S. di Semarang. Pada tahun 1898 meneruskan
sekolahnya ke negeri Belanda. Mula-mula masuk di sekolah Teknik Tinggi di Leiden,
tetapi merasa tidak cocok, sehingga pindah ke Jurusan Bahasa dan Kesusastraan
Timur. Beliau merupakan mahasiswa Indonesia pertama yang meneruskan pendidikan
ke negeri Belanda, yang pada urutannya disusul oleh putera-putera Indonesia lainnya.
Sampai suatu ketika terdengar berita tentang sakitnya seorang anak berumur ± 12
tahun. Anak itu adalah anak dari kenalannya yang menderita sakit keras, yang tak
kunjung sembuh meki sudah diobati oleh beberapa dokter. Dengan dorongan hati yang
penuh dengan cinta kasih dan hasrat yang besar untuk meringankan penderitaan orang
lain, saat itu juga beliau menjenguk anak kenalannya yang sakit parah itu.
Sesampainya di sana, beliau langsung meletakkan tangannya di atas dahi anak itu dan
terjadilah sebuah keajaiban. Tiba-tiba si bocah yang sakit itu mulai membaik dengan
hitungan detik, dan hari itu juga ia pun sembuh.
Beliau kecewa, karena di sana beliau hanya dapat mengikuti mata kuliah yang sangat
terbatas, tidak sesuai dengan harapan beliau. Di sela-sela hati yang digendam kecewa,
datanglah ilham untuk kembali saja ke tanah airnya. Di tanah airnyalah beliau harus
mencurahkan segenap tenaga dan pikiran untuk mengabdikan diri kepada rakyat
Indonesia. Sesampainya di indonesia, beliau bertempat tinggal di Bandung, beliau
menjadi sang penolong sesama manusia yang menderita sakit jasmani maupun rohani.
Pada hari JUMAT PAHING, tanggal 8 Februari 1952 di rumah Jl. Pungkur No. 19
Bandung, yang terkenal dengan sebutan Dar-Oes-Salam, Drs. R.M.P. Sosrokartono
kembali ke Sang Pencipta dengan tenang, tentram.
menerima apa saja dengan penuh kepasrahan. Tidak sekedar menerima, tapi perlu ada
kepasrahan. Untuk menghilangkan rasa takut, maka seseorang dianjurkan untuk
mengosongkan hatinya dari pamrih.
Dapat diterjemahkan “Keabadian yang tak diselimuti perasaan susah maupun senang”.
Derita, kesedihan, dan kesusahan pun tak lagi ada. Begitu pun dengan perasaan
senang, dalam hal ini pun dianggap tiada.
lebih mengarah pada suasana batin yang selalu tenang, konsen, selamat dari kotoran-
kotoran nafsu, dan kuat dari segala bentuk ujian dan cobaan. Ketenangan, kearifan,
khusyu’ beribadah, terselamatkan dari godaan nafsu, dan kebahagiaan hidup di akhirat
kelak adalah lebih baik dari setiap sesuatu di dunia yang baik.
Ia mencari kebenaran dengan pikiran yang terbuka ( seek the truth with open mind).
Jiwanya tidak kerdil, bukan pula pengkhianat atau penjilat, ia benci kepada sifat
pengecut. Dalam usahanya mencari nafkah, sangat terpuji.
Ia menyadari bahwa dalam hidup ini penuh kesulitan ( ing donya mung kebak kangelan,
sing sopo oran gelem kangelan, ojo ana ing donya). Kesulitan harus diatasi. Kalau
kesulitan sudah dipecahkan maka isinya adalah kebahagiaan.
Ia tahu makna pengorbanan, namun dilakukan dengan ikhlas. Setiap saat ia akan kena
fitnah. Ia merasakan hal itu. Betapa pun bersihnya manusia seperti salju dan betapa
pun putihnya seperti kapas, namun manusia tidak akan lepas dari fitnahan. Tapi kalau
ini terjadi, dan dilakukan pengusutan, maka yang muncul adalah kebenaran. Kebenaran
itu kadang-kadang terdesak, tapi tidak pernah musnah. Kebenaran selalu ada pada
orang yang “ SUWUNG pamrih, tebih ajrih”.
Ia sudah menyatu dengan Tuhannya, karena itu ia digdaya tanpo aji. Payung kula Gusti
kula, tameng kula inggih Gusti kula. Karena kesediaannya untuk berkorban, menolong
sesama, manusia yang susah, yang sakit, bukan dengan tekad pamrih, melainkan
dengan tekad “asih”. “Ajini pun inggih boten sanes namung aji tekad , ilmuni pun ilmu
pasrah, rapalipun adiling Gusti. Sinau melu susah, melu sakit, tegesipun: sinau ngudi
raos lan batos, sinau ngudi kamanungsan. Ganjarane, ayu lan arume sesami”.
Ia akan diterima dengan baik, di mana pun ia berada. Ia bersahabat dengan siapa pun.
Dari orang melarat yang hina sampai pada orang-orang besar dan berpangkat, serta
orang-orang kaya. Ia tidak suka membeda-bedakan. Ia melihat bukan kepada apa yang
nampak secara lahiriah, bukan materi yang dinilai, bukan pula kedudukan yang
dihargai. Ia melihat semuanya dengan wajar. Bukankah semua itu manusia juga,
dengan segala kelemahan danketerbatasannya.
Ia bersifat lapang dada, lebih suka mengampuni dari pada menghukum, lebih
bersemangat membimbing daripada menghancurkan.
Ia seorang yang bijaksana, beliau pernah berkata : “ nanging kulo mboten kenging nilar
patokan waton kulo piyambak, utawi supe dateng maksud lan ancasipun agesang,
inggih punika: Ngawula dateng kawulaning Gusti, lan memayu ayuning urip”
Ia punya sahabat di mana-mana, siapa pun ingin bersahabat dengan beliau, sebab
ketika berdekatan dengan beliau, mereka merasakan adanya getaran hidup sampai ke
relung hatinya yang paling dalam. Getaran hidup yang memancarkan rasa tentrem,
langgeng tan ana susah tan ana bungah, anteng manteng sugeng jeneng.
SUWUNG pamrih, tebih ajrih. Orang yang punya pamrih sama dengan orang yang
lemah.
Orang yang punya pamrih, akan mendapatkan sesuatu, jadilah ia berhutang budi
kepada orang yang memberi sesuatu kepadanya. Maka sulit dan sangat sulit bagi
orang yang sudah berhutang budi dapat bertindak adil.
Artinya,
Ikhlas terhadap apa yang telah terjadi.
Menerima apa yang dijalani.
Pasrah terhadap apa yang akan ada.
Jadi, selain bergandengan dengan ilmu sabar, ilmu pasrah dan ilmu trimah juga
bergandengan dengan ilmu ikhlas, tidak mencari pamrih, tidak karena ingin dipuji, tidak
pamer kepada orang lain. Apa yang telah terjadi, biarlah terjadi, karena kepasrahan
akan membawa keridhaan, dan keridhaan akan membawa keikhlasan, dan itulah sabar,
sebuah sifat yang sangat disukai oleh Tuhan.
juga dapat diartikan bahwa manusia hanya dapat berusaha, sedangkan Tuhanlah yang
menentukan segalanya. Oleh karena itu, janganlah terlalu menyesali nasib, karena
dibalik derita ada bahagia, dibalik kesusahan ada kemudahan. Yang pasrah akan
mendapat kemudahan, yang ridha akan mendapatkan ganti, yang sabar akan
mendapatkan kemuliaan dan yang ikhlas akan mendapat ketenangan dan kebahagiaan
hati.
Artinya :
Artinya,
Ketika anda menangis, menangislah karena syukur dan ikhlas, bukan karena
menginginkan imbalan yang tak kunjung tiba. Apalah artinya menantikan imbalan, jika
semua yang ada tak mengizinkan. Apalah artinya tangisan hanya gara-gara ingin dipuji,
dibalas atau diberi, jika kemuliaan jauh dari kita. Yang terpenting adalah kedamaian,
ketentraman, aman, kebahagiaan dan kemuliaan.
Pamrih itu hanya membuat seseorang menjadi penakut, picik, menderita, menjenuhkan,
bahkan dapat membuat orang menjadi hina.
Masyarakat Jawa tidak akan gampang melupakan sastrawan dan pujangga besar
bernama Raden Ngabehi (R. Ng.) Ronggowarsito. Tokoh yang hidup pada masa ke-
emasan Keraton Surakarta tersebut adalah pujangga besar yang telah meninggalkan
‘warisan tak terharga’ berupa puluhan serat yang mempunyai nilai dan capaian estika
menakjubkan. Ketekunannya pada sastra, budaya, teologi serta ditunjang bakat,
mendudukkan ia sebagai pujangga terakhir Keraton Surakarta.
R. Ng. Ronggowarsito terlahir dengan nama kecil Bagus Burham pada tahun 1728 J
atau 1802 M, putra dari RM. Ng. Pajangsworo. Kakeknya, R.T. Sastronagoro yang
pertama kali menemukan satu jiwa yang teguh dan bakat yang besar di balik kenakalan
Burham kecil yang memang terkenal bengal. Sastronagoro kemudian mengambil
inisiatif untuk mengirimnya nyantri ke Pesantren Gebang Tinatar di Ponorogo asuhan
Kyai Kasan Besari.
Pertama mengabdi pada keraton Surakarta Hadiningrat dengan pangkat Jajar. Pangkat
ini membuatnya menyandang nama Mas Panjangswara. Semasa kecil beliau diasuh
oleh abdi yang amat kasih bernama Ki Tanudjaja. Hubungan dan pergaulan keduanya
membuat Ranggawaraita memiliki jiwa cinta kasih dengan orang-orang kecil (wong
cilik). Ki Tanudjaja mempengaruhi kepribadian Ranggawarsita dalam penghargaannya
kepada wong cilik dan berkemampuan terbatas. Karena pergaulan itu, maka
dikemudian hari, watak Bagus Burham berkembang menjadi semakin
bijaksana. Ranggawarsita wafat pada tanggal 24 Desember1873 bulan Desember hari
Rabu pon.
Sejatine Ingsun anata malige ana sajroning Betal Muharram,
iku omah enggoning lalaranganing Ingsun,
jumeneng ana dhadhaning Adam,
kang ana sajroning dhadha iku ati,
kang ana antaraning ati iku jantung,
sajroning jantung iku budi,
sajroning budi iku jinem,
iya iku angen-angen,
sajroning angen-angen iku rahsa,
sajroning rahsa iku Ingsun,
ora ana Pangéran amung Ingsun Dat kang anglimputi kahanan jati.
Artinya :
Artinya :
Bagaimanakah bentuk "apresiasi kultural yang luarbiasa" terhadap teks sakral tersebut?
Pertama, teks tersebut "dinaikkan derajatnya" dari teks tembang macapat menjadi teks
janturan (Sukatno 1993: 90). Berikut adalah sebagian dari teks janturan :
Artinya :
Artinya :
Artinya :
Seseorang yang berada dalam kondisi SUWUNG jenis ini, dia mencapai tahapan akhir
dalam pengendalian diri yang luar biasa dan mampu mengontrol diri secara sempurna
sehingga dia mengetahui secara pasti kapan dia harus berbuat dan kapan dia harus
menahan diri.
Kalender Jawa menunjukkan perputaran hidup antara manusia dimana hidup itu
diciptakan oleh Gusti, pencipta Jagat Raya, Tuhan Yang Maha Kuasa.
TAHUN
Terdapat delapan nama dari tahun Jawa, misalnya tahun internasional 1999 sama
dengan tahun Jawa, Ehe 1932 yang dimulai sejak bulan Sura, bulan pertama.
Kedelapan tahun itu membentuk kalimat ”ada-ada tumandang gawe lelakon urip bola-
bali marang SUWUNG” yang artinya : mulai melaksanakan aktifitas untuk proses
kehidupan dan selalu kembali kepada kosong (SUWUNG). Tahun dalam bahasa Jawa
itu wiji (benih), kedelapan tahun itu menerangkan proses dari perkembangan wiji
(benih) yang selalu kembali kepada kosong yaitu lahir-mati, yang selalu berputar.
BULAN
Satu tahun terdiri dari 12 bulan yang menunjukkan sangkan paraning dumadi (asalnya
dari mana dan akan pergi kemana), disini ada 12 proses yaitu :
Setiap eksistensi dari hidup manusia baru dimulai dengan Rijal (sinar hidup yang
diciptakan oleh kekuatan gaib dari Gusti Tuhan). Perputaran hidup manusia adalah dari
rijal kembali ke rijal melalui SUWUNG (kosong).
Dari bulan pertama sampai dengan bulan ke sembilan manusia baru tersebut berada di
kandungan ibu dalam proses untuk mengambil bayi hidup yang sempurna, siap untuk
lahir; dari bulan kesepuluh dia menjadi seorang manusia yang hidup didunia ini. Bulan
kesebelas melambangkan akhir dari pada eksistensinya didunia ini yaitu, wusana
artinya sesudahnya.
Yang terakhir adalah SUWUNG artinya kosong, hidup pergi kembali dari mana hidup itu
datang. Dengan kehendak Gusti hidup itu kembali lagi menjadi rijal, inilah perputaran
hidup karena hidup itu abadi.
Seorang yang telah mencapai SUWUNG itu tidak akan merasa rugi meski kehilangan
barang yang dicintainya. Karena yang ada dalam jiwanya hanya Tuhan.
Dalam Serat Wedhatama diterangkan bahwa alam semesta yang dihuni oleh makhluk
hidup dibedakan menjadi dua alam yakni alam yang selalu berubah (fana’) dan alam
yang tetap (abadi). Konsep mengenai hal tersebut antara lain termuat dalam pupuh
pangkur bait ke 14 yang berbunyi :
Sejatine Kang mangkana
Wus kakenan nugrahaning Hyang Widhi
Bali alaming nga-SUWUNG,
Tan karem karameyan
Ingkang sipat wisesa winisesa wus,
Mulih mula mulanira
Mulane wong anom sami.
Artinya:
Sebenarnya yang demikian itu
Sudah mendapat anugerah
TuhanKembali ke alam kosong,
Tidak mabuk keduniawian
Yang bersifat kuasa menguasai,
Kembali ke asal mula
Oleh karena itu wahai anak muda
Dari kutipan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa disamping alam tempat hidup
manusia sekarang ini, dalam Serat Wedhatama berpandangan bahwa ada suatu alam
lainnya yang disebut sebagai ALAM SUWUNG. Ini merupakan tempat asal dan
sekaligus tempat kembalinya manusia yang dapat memperoleh karunia Tuhan.
Alam sekarang ini disebut pula alam kinaot (pupuh gambuh bait ke 13) yakni alam yang
tinggi tingkatannya atau alam yang sangat istimewa indahnya. Oleh karena
kesempurnaan hidup merupakan tujuan utama bagi setiap manusia agar tercapai
kebahagiaan hidup sejati baik pada kehidupan ini (fana’) maupun kehidupan setelah
mati.
Kebahagiaan hidup sejati didunia ini bukan diukur dari keadaan terpenuhinya
kebutuhan materil secara melimpah tetapi sebaliknya berupa pemenuhan kebutuhan
yang wajar, adil dan seimbang bagi keperluan jasmani serta rohaninya Disamping itu
ALAM SUWUNG pun disebut alam lama maot yang terdapat pada pupuh gambuh bait
ke 17 yaitu:
Artinya:
Alam lama amot (maot) secara harfiah bermakna alam yang dapat memuat dalam
waktu yang lama atau dengan perkataan lain langgeng atau abadi. Dapat pula diartikan
sebagai alam baka atau alam akhir.
Dalam alam akhir inilah kita akan mengalami kehidupan akhirat sebagai lawan
kehidupan dunia dan kehidupan akhirat adalah kehidupan yang berjangka panjang, dan
jauh, kehidupan ini akan dialami oleh semua manusia tanpa terkecuali sesudah mati,
kehidupan ini tidak bisa dijelaskan secara keilmuwan, karena diluar jangkauan
keilmuwan sehingga untuk memahami realitas kehidupan akhirat harus melalui
perenungan yang transenden, yang melintasi batas-batas dimensi fisik, ruang dan
waktu yang terbatas.
Melalui pengembaraan iman yang cerdas, yang secara ghaib menembus dinding dan
pembatas yang berada dalam ruang dan waktu yang bersifat fisik, hakikat kehidupan ini
tidak berada pada kepentingan-kepentingan duniawi yang sifatnya sementara seperti
permainan yang segera berakhir.
Oleh karena itu hakikat kehidupan adalah kehidupan akhirat kehidupan jangka panjang
yang hanya bisa dicapai dengan menekan "keakuan" dititik rendah, sebuah perjalanan
yang amat panjang, yang hanya dapat dihayati dengan menjauhkan diri dari
kesombongan.
Dari uraian diatas maka jelaslah bahwa bagi Serat Wedhatama ada kehidupan yang
abadi yakni ALAM SUWUNG yang merupakan alam asal dan tempat kembalinya
manusia yang mendapat karunia Tuhan. Disamping itu alam suwung ini pun merupakan
tempat bersemayamnya Tuhan itu sendiri. Hal ini diungkapkan dalam pupuh pocung
bait ke 12 :
“…Hyang Wisesa sana pasenedan suci…" yang bermakna bahwa yang maha kuasa itu
bersemayam dialam yang suci.
Dari kehidupan dunia yang fana’ ini manusia akan menuju ke alam akhirat yaitu alam
keabadian.
Dalam Islam kehidupan akhirat adalah kehidupan yang berjangka panjang dan jauh
yaitu sebuah perjalanan yang mengharuskan melalui tahapan-tahapan, baik untuk
istirahat, membersihkan diri atau mengisi dan membawa bekal untuk perjalanan
berikutnya yaitu harus mengalami, hari kiamat, kebangkitan, pengadilan, hukuman dan
pembalasan, baik sorga ataupun neraka adalah bagian dari kehidupan akhirat itu
sendiri.
Pada hakikatnya kehidupan akhirat adalah perjalanan panjang menuju Tuhan, bukan
perjalanan menuju sorga atau menghindari neraka. Karena sesungguhnya kita semua
berasal dari Tuhan dan akan kembali juga kepadanya, perjalanan panjang menuju Allah
dalam kehidupan akhirat dilakukan manusia pada tahapan nafsu dan nafs pada
hakikatnya adalah transendental dari nafs yang terbatas menuju nafs yang tak terbatas
(Tuhan).
Salam Katresnan,
Pangkal dari ngelmu bukanlah kehendak manusia ,tetapi penyerahan diri manusia
terhadap ARTI KEHIDUPAN.
Keheningan yang sejati adalah terang rohani dalam SEMU,Dengan NING Maka
kita bisa mengerti sesuatu tanpa Memikir dan Tanpa merasa.
Kalau kita memang anggugu ing semu agar kita bisa MANDIRENG PRIBADI..
Tidak tergantung kepada apapun dan tidak tergantung kepada siapapun ,itulah
dewasa rohani.
karena itu semu adalah katon,dan semu adalah maton,siapa anggugu ing semu
mbayu mili manuto kang nyoto lan ono,menerima adanya seperti adanya,lepas
dari aku dan kamu.lepas dari dulu dan besok adalah anggugu ing semu,itulah
kesederhanaan yang tidak bisa di tuju,dan kesunyian yang tidak bisa di buat,
Menuju sesuatu itu tentu berpangkal dari aku,ingsun tidak memiliki kebutuhan
yang berpangkal dari nafsu hangganya.ingsun hanya anggugu ing semu
menghidupi KARSA.Disini dan sekarang lepas dari waktu dan ruang adalah
KEJATEN.
Disini lukar dari dunung dan sekarang lukar dari waktu adalah KARSA yang
MAWANA.Rohaniwan yang sudah bisa mangana dalam SEMU,maka anggugu
adalah satu satunya pandangan rohaninya,
kita tidak bisa menjadi pura bapak-ibu yang berkenan, kalau kita tidak anggugu
kepada ssemua kehendak bapak dan ibu,anggugu adalah sikap anak terhadap
orang tuannya..Demikian pulalah para rohaniwan yang telah mampu lukar dari
BUSANA JALMI.
Dengan INGSUN dalam NING maka mereka menjadi kanak kanak yang bisa
percaya YA dan menggantungkan segala sesuatu kepada KANG MURBENG
DUMADI.akibat lukar dari busana jalmi jadi bukannya suatu status yang hampa
pengertian.tetapi suatu pertumbuhan diri dalam kemurnian dan kesederhanaan.
anggugu minta disadari dan ditrima oleh Para abdi SEMU ,karena anggugu
bersifa khas untuk masing masing abdi,anggugu,sebagai pandangan rohani
adalah khas sesuai dengan watak sifatserta ciri pembawaan setiap abdi semu
Bebandan rasa sudah bisa dilalui WANGKIT-nya,didalam NING maka kita mulai
mampu menghayati RASA PERCAYA YA.percaya YA jadi bisa kita anggap
sebagai dasar untuk anggugu ing SEMU.Tanpa percaya YA tidak bisa ada
anggugu ,karena emoh anggugu berarti ada sisa rasa pembinaan rasa
keakuan.anggugu ing semu tidak bisa di emohi,didalam anggugu tidak terdapat
rasa WAS,Kalau dalam anggugu masih timbul rasa canggung ,maka itu
merupakan pembawaan kita sendiri ,raga kita minta waktu untuk bisa
menyesuaikan diri .
Kita harus rela lukar dari busana JALMI,agar mampu ngrasuk busana JATI mulai
masa ini hendaknya kita membuka hati untuk bisa menyadari arti kata CINTA atau
SAYANG,Sebab didalam rasa cinta atau sayang akan banyak kita temukan
pangkal bebandan ,ing WANGKIT RASA DAN WANGKIT PAMIKIR tumbuhlah
NING,Klau kita karena kurnia bisa lukar dari BUSANA JALMI dan mampu ngrasuk
BUSANA JATI maka kita akan menghayati SEMU diluar kedirian kita.kita
menghidupi suatu kahanan yang berbeda,dan demikian pula kita mengalami
perubahan dalam pandangan ROHANI .Di dalam NING kita bisa menerima
anggugu,
Dan anggugu sebagai pandangan rohani dan sikap hidup hendaknya kita
mengerti dan kita GUGU ,Agar kita bisa lukar dari bebandan rasa sayang,Pada
masa ini rasa sayang juga menempati peranan penting dalam anggugu yang
minta kesadaran dan kerelaan hati untuk bisa menerima pengertian tentang
kebebasannya,lukar dari rasa asih atau sayang tdak bisa terjadi dengan sekaligus
,walaupun dengan dan karena anggugu, di dalam SEMU manusia sebagai
DUMADI Masih belum lukar dari kelemahannya.ROHANIWAN ngelmu tidak bisa
anggege mangsa,segala sesuatu memang minta banyak pengertian dan
kesediaan hati ..
karena itu hendaknya kita waspada agar; jangan sampai anggege mangsa,tetapi
jangan sampai tak acuh,jangan sampai terlalu berani,tetapi jangan sampai
bersifat takut,jangan sampai mengatakan mustahil,tetapi jangan sampai
memandang mudah,jangan sampai merasa bisa,tetapi jangan sampai merasa
tidak mampu.menerima pengertian tentang sesuatu tanpa memikir dan merasa itu
adalah khayal bagi kawerh dan ngelmu yang bukanmerupakan NGELMU
KASAMPURNAN,Tetapai didalam daya ghaib GUSTI Segala sesuatu bisa terjadi.
walau kadhang kala aku diberi penglihatan tentang segala hal ,namun aku tiada
sanggup mengungkapkannya padamu, biarlah engkau sendiri yang
meyatakannya akan sebuah peristiwa yang terjadi...biarlah kan kusimpan qudsi
pribadiku tentang segala rahasia..tutup mata tutup telinga .saatnya MAHENING
SUCI MENGIRING LANGKAHMU
Kaweruh Kebatinan
SANGKAN PARANING DUMADI
ROSO Yo Iku Pirantine Urip... ROS ROSING ROSO Yo Iku Getetane Tetenger
(Utowo Pilah-Pilah Ing Roso) Tegese Roso Iki ,Roso Ngene,Roso Ngono,Roso
Mau Kabeh..Kawengku Ing Roso Sawutuh,
(ROSO SEJATI)
Pilah- Pilahing Roso Sarono Ros- Rosing Roso.....Roso Mau Kabeh Kelet Lengket
Ing Badan Alus Lan Wadag..
Conto..Roso Kecut ,Legi ,Pedes ,Asin,Getir ,Pahit ,Gurih ,Lan Liyane Iku Roso
Ono Ing Rosone Ilat,Termasuk Roso Ing Badan Wadag..
Ono Ing Kene Krasan Ono Ing Kono Krasan ..Ono Ngendi-Ngendi Krasan,
Semono Ugo Roso Gething,Roso Tresno,Gemes ,Pegel ,Dendam,
Susah,Bungah,Iku Mau Ono Ing ROSONING ATI (Manah)
HANANGING YEN KAKUKUT, SANG Jiwo Angringkes Badan Wadag Lumebu Sak
Jeroning JIWO,
1.Sepi Howo
2.Sepi Ing Pamuring
3.Sepi Ing Pepinginan
4. Anane Mung Urip Sak Lumrahe Manungso Lumrah.
NGELMU Iku Kelakone Kanti Lelaku ..Ngono Iku Cetho Banget Lan Wenteh. Yen
Wis Ngerti Kudu Di Lakoni/Ditindak Ake,Yen To Ora Banjur Aran ORA
KELAKON...Ateges Muspro Ngelmune,Kasare Rembug Ono Unen Unen PINTER
CRITO NANGING TINDAKE CACAT ORA RUMONGSO..Opo To Sejatine Ngelmu
Iku.?
Lha Yen Wis Katindakake Kudu Kanthi Mantepe Budi,Nelukake Angkoro Murko
Ninggal Tindak Kang Sarwo Olo.
(BAB GUSTI)
GUSTI iku soko tembung bagus ati utowo (bagusing ati) ati kang bagus iku ati
kang resik suci/dumunung ono hyang widhi (gusti kang akaryo jagat ) mulo
manungso yen biso nyucek ake atine lurus tumindak e luhur budine ,temen
suci,/resik. ateges biso njumbuhake lahir lan bathine yo iku sing di arani
Manunggale Kawulo lan Gusti.
kang di arani tembung ghaib iku tegese sawijining barang kang SAMAR. barang
kang samar iku tegese,sawijining barang kang ora keno di grayang nganggo
tangan,kang ora keno di deleng nganggo mripat,kang di arani cedak tanpo
senggolan wadoh tanpo wangenan,gedene sak mrico binubut.
1.tetenger:(jeneng/asmo/asma/nami/nama/aran/juluk/tetenger)
2.ingsun:(AKU)rogo wadag(rogo sawutuh)
3. urip: (ALLAH)
CONTO:sembahyang semedi
ONGKO 0 = nol ,tegese nunjuk ake yen kosong,lungguhe ono bocah cilik isih
kosong durung duweni kaweruh/pangerten opo opo/wang -wung.
ONGKO 1 = SIJI , tegese soko tembung isi lan aji (isine aji) dudu ajine mas picis
rojo brono.nanging ajine DIRI PRIBADI, dununge wong kang becik diri pribadine
bakal di aji 2 karo sak podo padane mulo siji lungguhe ono ing GUSTI soko
tembung BAGUSING ATI sing mujudake ongko siji (1) iku ongko 0 (nol) utowo
ujude ongko siji iku soko ongko nol.
ONGKO 2 = (LORO), dununge ono bopo lan biyung,lungguhe isi donyo iku loro
cacahe,ono bungah ono susah,ono rogo ono sukmo,ono awan ono bengi,ono
lanang ono wadon..lan sakteruse.
ONGKO 5-(LIMO) dununge ono keblat papat limo pancer/lungguhe yen ono toto
lahir ono ing ZISIM lan sing mikul pendoso.
ONGKO 6=(NEM) soko tembung= nemu dununge ono sedulur papat limo pancer
6,ono ing ayang2an ,
ONGKO 8 =(WOLU) tegese ojo uwal marang barang kang sing perlu ,tamtunipun
tindak ingkang sae sampun ngatos lirwa ake ,lungguhe ono SEWINDHU 8 wolong
tahun (WALI WOLU).
ONGKO 9- (SONGO) iku pangertene bayi iku topo ono guwo garbane ibu suwene
9 sasi (umumipun),
ONGKO 10=(SEPULUH) dumadi soko ongko 1 lan 0...ongko iki wis paring sasmito
marang manungso yoiku kumpule kawulo lan gusti,kang diarani SILIH -
SINILIHAN.tegese= urip yen ora nyilih/nganggo ROGO biso mobah mosik
kasampar kasandung prasasat tanpo aji.semono ugo ROGO yen wis dioncati
dening URIP yo yo wis ora mobah mosik,tanpo aji,terange maneh,ongko 1,(siji)
yen ora nganggo ongko nol (0) ora biso muni ongko sepuluh.
ONGKO 12 =(RO LAS) 1.SIJI tegese URIP 2. tegese lanang /wadon yo bopo yo
biyung pangertene 12 (rong elas) UTOWO RONG IJI / URIP 1 SIJI ngerong ono /
manggon ono wong 2 (loro)yo bopo biyung.
Ongko 13= (telulas) tegese URIP iku nguripi telung prakoro, dununge
1.nguripi manungso.
2. nguripi kewan2.
1.NGURIPI BANYU.
2.NGURIPI GENI.
3. NGURIPI ANGIN.
4.NGURIPI LEMAH.
1.NGURIPI KUPING.(PANGRUNGU)
2.NGURIPI MRIPAT.(PANDELENG)
3.NGURIPI IRUNG.(PANGAMBU)
5.NGURIPI ILAT(PENGECAP)
ONGKO 16=(ENEM BELAS) tegese URIP NGURIPI 6 PRAKORO.
1.NGURIPI MUTMAINAH
2.NGURIPI AMARAH.
3.NGURIPI SUPIAH
4.NGURIPI ALUAMAH
5.NGURIPI AYANG-AYANGAN
1.NGURIPI WULU
2.NGURIPI KULIT
3.NGURIPI DAGING.
4.NGURIPI BALUNG.
5. NGURIPI SUNGSUM.
6. NGURIPI OTOT.
7. NGURIPI GETIH.
ONGKO 18 -(WOLU LAS) tegese URIP IKU NGURIPI WALI 8 KAJOBO NGURIPI
ROGONE UGO NGURIPI KALUHURANE/ASMANE. contone... nganti sak iki isi
NGGONDO ARUM KALUHURANE LAN ASMANE.
buktine nganti sak iki akeh wong kang podo sujud sumungkem ono ing
PASAREANE. koyo ngono iku contone yen titah iku biso ngemong marang URIP
KANG SEJATI.
.------------
JUMLAH...............................................9 (SONGO)
tegese.. URIP IKU NGERONG ONO BOPO LAN BIYUNG WONG LORO KANGGO
NGERONG URIP 1 (SIJI) DADI LORO LORONING ATUNGGAL TOTO LAIR ONO
ING KONO MULO IKU JEJERE MANUNGSO KENO DI ARANI (SASTRO JENDRO
YUNINGRAT) .
HA: HURIP
NA: NUR
CA:CAHYO
RO:ROH
KA:KUMPUL
DA :DAT
TA : TES
SA: SIJI
WA:WUJUD
LA:LANGGENG
PA:PAPAN
DHA:DHAWUH
DJA :DJASAD
YA :NYAGUHI
MA:MARGO/DALAN
GA:GAIB
BA:BABAR
THA:TUKUL
NGA:NGALAM GUMILANG
BAB AKSORO 20 KANG DI GANDENG NGAREP LAN MBURI,WIWITAN ANTUK
PUNGKASAN
DA+NYA:DANYAtegese :donyo/dunia
HAWA NAFSU : tegese :angkoro murko kang kasurung dening kekuatane syetan.
conto: ono wong goreng gerih.mripat dulung weruh nanging irung wis
weruh,,buktine mambu.yen dinyatakke jebul yo nggoreng gerih temenan.ewo
semono isih biso goroh.
conto: trasi ambune ora enak nanging yen di pangan rasane enak,buktine di
butuh ake wong akeh.
conto maneh: kembang iku ambune wangi nanging yen di pangan rasane pahit.
4. ALUAMAH :lungguhe ono ing waduk dene waduk iku gedonge panganan.yen
usus gedonge kotoran.ALUAMAH Wujud lemah rupane ireng .wateke seneng
ngrasak ake panganan sing enak2 butuhe mung seneng/lan enak2 lawangane ono
ing CANGKEM mulo biso ciloko yo soko cangkem soko tembunge dewe.mulo
CANGKEM duwe teges: CANCANGEN SUPOYO MINGKEM, tembung olo lan becik
iku manggone podo wae mulo tinimbang guneman tembung sing olo olo aluwung
sing becik2.
a.BAITUL MAKMur
BIBIT DUMADI
2.BAYI UMUR 2 WULAN AKSORONE (Y0)di sebut KOAT GHAIB, banyune nur
buat,segarane rante arane KISMO DJATI.
5.BAYI UMUR 5 WULAN AKSORONE (GO) disebut DJO KUMOLO , banyune NUR
KISMOYO, segarane IMOLOYO, arane SANG HYANG BRAHMO wujude SEDULUR
5(LIMO).
yen angkoro pinuju ono ing GURU LOKA (PIKIR)manungso kepingin DRAJAD-
SEMAT-KRAMAT.
yen angkoro pinju ono ing DJONO LOKA yo iku SYAHWAT yen krodo ngidap-
ngidapi jer triloka mau kasebut papan KEDHATONE GUSTI, yen ngantiyo JAGAD
TETELU mau kabeh kaleker ing (dene) angkoro prasasat manungso urip iku
ngingu DOSO MUKO lha yen mangkono kito kabeh banjur rugi ora biso nompo
PEPADHANGING GUSTI yen mangkono mau tansah kito umbar mesti bakal dadi
rubedaning ing NGAGESANG (URIP) yo koyo mangkono iku yen manungso LURU
ILMU TANPO LAKU.
SAMPURNANING DUMADI
TIRTO = BANYU.
PAWITRO = PANGURIPAN.
MAHENING=WENING/BENING.
SUCI =RESIK.
iku dumunung ono ing DIRI PRIBADINE dewe dewe.carane kudu laku ono alam
lakyono yo ALAM MATI SAK JERONING URIP ngungak menyang ALAM
LOKANTORO/ALAM JATI/ALAM LANGGENG.
LOKANTORO tegese wates/antoro. wates antarane ALAM ALUS lan ALAM
KASAR. ing kono ono wewujudankoyo dene gumuk TAWON GOLEK JUMONO yo
iku wewujudane sedulur kito kang aran,KAWAH -ARI ARI. golek jumono ,gatrane
bakal manungso,ing kono bakal anyurupi dalan prapatan yo wewujudan 4
prakoro .yo cahyo 4 prakoro.
MANUNGSO mbesuk yen bali ,tetep kudu milih SUCI dalan kang putih ,ing kono
bakal biso sowan mring GUSTI KANG MOHO SUCI.
.mugi krenteg e manah meniko tansah hambegawan cipto ning ..lan sedoyo
ingkang kawedar wau tansah andadosaken pangenget khususipun ten diri pribadi
kulo meniko..
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------
4.assalamualaikum sedulur pribadiku sing manggon ono ing kidul abang rupane
asal usule soko sari patine geni kang duweni sifat amarah kang aran(...........)
1.assalamualaikum sedulur pribadiku kang aran(......) sing mangon ono ing epek2
tangan loro lan sikil loro.
3.assalamualaikum sedulur pribadiku kang aran (......)sing manggon ono ing wulu
sakm kojur awak.
telenging kalbu.
hyang sukmo sejati seksenono ingsun kirim gondo arum kang dak kirim
sedulurku kang lahir bareng sedino kang dak sebut kakang kawah -adi ari ari
kakang mbarep adine wuragil...kang adoh tanpo wangenan cedak tanpo
senggolan yo iku titipane wong tuwaku lanang lan wadon ,kakang kawah- adi ari
ari moro tampanono kiriman gondo arum iki,dak suwun jumbuh dadi siji karo
syang hyang sukmo sejati..
BIBIT SANGKAN PARANING DUMADI
tes putih soko bopo tes abang soko biyung wujud gedong cagak papat lawange
songo gumantung tanpo centelan isen isene HYANG SUKMO SEJATI..lungguhe
ono batinku kang suci ,kanggonan wekasan URIP SEJATI,kang aran DAT lan
SIFAT weruh sakdurunge winarah tetep madhep manthep langgeng sak kodrat
ingsung dadio sak ciptaningsun..
UGERE URIP
---------------
TRI PRAKORO
------------------
dununge ono=WIRYO,HARTA,TRI WINASIS
------------------------------------------------------
1.WIRYA
-----------
tegese ngaluhur/trahe wong gede,dununge ing kene sing luhur lan gede-iku
BUDINE LAN DRAJAT URIPE nanging ing kene mowo pangerten trahing ngaluhur
durung mesti yen luhur,darahe biso ugo luhur nanging watak e biso ugo jahat.
BEGAWAN DURNO iku pandito(resi) ugo putro BEGAWAN BARAT WOJO keno
opo watake culiko palsu lan drengki..
2.HARTA.
-----------
tegese donyo brono/sugih/nanging pangerten ing kene ora mung sugih ROJO
BRONO nanging sing perlu sugih KAWERUH sugih NGELMU.iku bakal sugih
pangapuro sugih panarimo sugih sabar sugih temen sugih pangati ati sugih
sedulur rukun sak podo podo jalaran kaweruhe warno2 biso mumpuni lan akeh
kadang kadange..
3.WASIS
-----------
ing kene mowo teges PINTER,wong pinter lan akeh kaweruhe iku ora bakal susah
lan kuwatir ing mburine,pokok pintere mau ora kango minteri konco -kancane
utowo kanggo tumindak sanubarang kang ora apik/nerak angger- anggere
ngaurip, dadi telu -telu mau kabeh kito biso ngregem/kadunungan/nanging-yen
telu2 mau/telung prakoro/sirno tilasing jalmo ateges sirno manungsane sing kari
amung sifat kewane.koyo mangkono mau yen manungso ora merlokake
UGER2ING NGAURIP termasuk ora waspdo marang sifate TRI
PRAKORO(WIRYO,HARTO,TRI WINASIS).
mugi krenteg e manah meniko tansah hambegawan cipto ning ..lan sedoyo
ingkang kawedar wau tansah andadosaken pangenget khususipun ten diri pribadi
telu warnane, ugo telu katone.ugo telu pakartine,nanging tungal yo kang murbo-
lan waseso yoiku gusti kang moho tunggal.
1.suryo sakliyane duwe doyo panguwoso panguripan ugo duwe doyo panas,lan
doyo panas mau biso mujudake geni ,kang sakteruse tibo ing awang-uwung
antarikso.
2.condro sakliyane duwe doyo panguwoso angayomi ugo duwe doyo adem sak
banjure doyo adem mau biso awujud banyu,wusanane ugo tiboing awang-uwung
antarikso....
wewujudan 3 telung warno mau sakteruse kumpul dadi siji ono ing
antarikso,katiup ing angin soko duwur-mangisor,soko kidul-mangalor,soko etan -
mangulon,suwe-suwe geni,banyu,howo mau mandeg,ono ing tengah2e
jagad,GUMANTUNG TANNPO CANTELAN,yo wewujudan iku mau kang di arani
MAHMA.
SUWE2 MAHMA mau banjur nngintip (ngerak)dene intip mau mujudake
pamelikan,koyo to wesi ,waja,emas,perak,lan liyo liyane..suwe2 pamelikan mau
ugo ngremboko mujudake watu,watu ngrembbooko mujud ake pasir,pasir ugo
ngremboko mujud ake lemah,
sarehne mahma mau wewujudan kang panas banget kamongko dibuntel dene
watu pasir lan lemah,suwene suwe banjur nguap..mujud ake banyu lan ngrembes
menyang pasir nganti tekan lemah.sak teruse lemah kang karembesan banyu lan
keno kasunaran dayane suryo suwe2 ing lapisane bumi biso nukulake tetukulan
kang warno2...
yo kahanan wewujudan kang koyo mangkono mau ing sakteruse di arani BUMI
LAPIIS PITU.BUMI SAP PITU).
1.MAHMA.
2.PAMELIK'AN
3.WATU.
4.PASIR
5.LEMAH..
6.BANYU
7.TETUKULAN.
dene bumi iku anduweni cahyo ireng koyo mangkono iku asal usule JAGAD
AGUNG.
lan mobah musik'e bumi kuwi di atur marang doyo panguwasane suryo,lan keno
di arani TOTO SURYO...LENGKAPIPUN ALAM SEMESTA MENIKO kadunungan
cahhyo SEMBURAT PAPAT WARNANE yo iku..
sarehne cahyyo papat mau sing ora biso mantulake cahyane mung cahyo
ireng,mulo cahyo abang,putih lan kuning mantulake cahyane marang cahyo kang
ireng yo cahyaning bumi yo iki kang sinebut DUMADINE JAGAD
AGUNG..........SANGKAN PARANING DUMADI.
ing bab gumelaring jagad agung wis kito mangerteni yen kedadeyane bumi iku
asal soko geni sing cahyane abang lan dayane panas,banyu sing cahyane kuning
sing dayane addem,angin sing cahyaning putih sing duwe doyo hampa (netral).
kumpule geni-banyu lan angin(hawa) mujudake MAHMA,yo iku uripe bumi sing
biso ngremboko mujud ake wadah bumi lapis pitu. kumpule doyo panas adem lan
angin (hampa) mujudake CIPTO,ROSO,LAN KARSO. kumpule DAT ,yo iku
bebakalane URIP SAGUNG DUMADI.
doyo panas,adem,lan hawa(netral) sak durunge manunggal dadi siji wujud DAT,
doyo kasebut sumebar ngebak'i antarikso (AWANG-UWUNG)utowo yen sak iki
diarani(ATOM,ELEKTRON,NEUTRON).
kumpule cahyo 4 (papat) warno mujud ake NAFSU ,yoiku sing digunakake dene
URIPe manungso abadan wadag.cahyo mau rupane abang,kuning,putih lan ireng.
kumpule sari-sarine geni banyu angin lan bumi mujudake badan wadag (badan
kasar) yoiku sing digunakake manungso urip abadan wadag.
sak durunge jagad gumelar iki kadunungan titah abadan wadag,sing ono luwih
disik titah abadan alus yoiku,SUKSMO,dene titah tiah mau ing zaman semono
diarani dewo-dewi,betoro-betari,jin priprayangan lan sakpinunggalane.
KAHANAN MAU NGANTI PIRANG2 ATUS TAUN ..suwe2 ono salah sawijine dewo
lan batoro ingkang nandang kalepatan gede marang gusti,soko panguwasane
syang hyang tunggal dewo mau kasabdo dadi MANUNGSO ABADAN
WADAG...lan manggon ing bumi.lan sak teruse hukume nganggo hukum
kelahiran (KODRAT KELAHIRAN )dene dewo-dewi kang kasabdo mau keno
diiarani MANU.
jeneng MANU mau manut hukume kodrat soko panjelmane poro dewo/batoro
kang abadan wadag.dene jeneng MANUNGSO adedasar hukume kodrat,tang
tumangkare,MANU dadi MANUNGSO LUMRAH.adedeasar hukum kelahiran..
dene poro MANU kang numangkarakake manungso wiwitan adedasar hukume
kodrat kelahiran diarani SWAYAMBU MANU.
mung bedane yen sucine GUSTI ngebaki Bawono (Jagad) dene DAT SUCINE
mung ngebaki Badan Wadag sak kojur ,gusti sing moho AGUNG nguwasani jagad
sak isine dene DAT nguwasani badan wadag sak isine.iyo DAT mau sing dadi
utusane GUSTI ,supoyo MEMAYU HAYUNING BAWONO,sak isine sarono hukum
kelahiran lan hukum sabda.
hukum sabda nggunakake badan alus SUKSMO. yen DAT nandang kaluputan
(keno karmo) tumuli dadi utusan liwat hukum sabdo nganggo badan SUKSMO.
kabeh panggawe kang asal soko pikiran ,iku mesti nguwoh. panggawe apik ,uwoh
apik,ngunduh apik,,panggawe olo nguwoh olo ngunduh olo koyo mangkono mau
mungguh lungguhe hukum KARMA kabeh manungso kari ngunduh wohing
pakarti (PANGGAWE)
SREHNE datt mau (dat abadan suksmo) nandang karma (olo utawi apik) mulo
DAT kudu dadi utusan,liwat panjilman miturut hukum kelahiran.dadi yen ngono
kabeh manungso urip sing dilahirake ing alam gumelar iku mesti nandang karma
(dosa)sebab yen ora nandang karma/dosa ora bakal dilahirake manehing alam
gmelar abadan wadag miturut hukum kelahiran,yen ora keno karma ateges isih
saliro abadan alus/batara,ono ing alam alus/kadewatan miturut hukum sabda.
kaweruh bab iki manut dawuh-dawuh utowo ujare poro leluhur koyo ing nggisor
iki..
dek jamane sadurunge aku ono,bopo isih joko,ibu isih prawan,aku sejatine wis
ono.
aku dumunung ono ing CIPTO,ROSO LAN KARSANE BAKAL BOPO LAN IBU,den
arani SIR (GRENJET).
bareng bakal bopo lan ibu wis kadunungan SIR sakteruse SIRE bopo lan ibu
nukulake BUDI.
sakwise bopo la ibu nukulake budine aku banjur mapan ono ing JONOLOKANE
BOPO+IBU WIS SACUMBONO(SARESMI) aku metu liwat kono.wujudku putih
moyo-moyo asal soko campure cahyo abang ,kuning lan putih yoiku sing diarani
MANI (SPERMA).MADI ,WADI,MANINGKEM,SUKSMO,ROSO,DAT KANG MOHO
SUCI.
TELU -TELUNE ATUNGGAL IKU SEJATINE YO INGSUN (URIP) langgeng tan keno
pati yo DAT ing GUSTI KANG MOHO SUCI.arep yoso badan wadag ono ing
sakjeroning guwo garbane ibu,kanggo omahku urip abadan wadag ono ing alam
gumelar nindakake kuwajiban URIP pinongko utusane GUSTI KANG MOHO
KUWOSO.
Aku ono kandutane ibu umur sakwulan ,anggonku yoso badan wadag,ibu banjur
kandeg (ora bulanan,sak banjure ibu gawe pakurbanan,(slametan) bubur
suro,sakteruse angger tanggal 1 syuro kaum ibu podo ngaweruhi sarana
pakurbanan bubur suro
ujude bubur suro iku digawe soko bubur putih kang di tumpangi rajangan lombok
abang lan rajangan dadar kuning iku mowo teges :kahananku,bakal badan
wadagku kang telung warno,abang soko sari-sarine Geni,kuning soko sari-sarine
Angin,putih soko sari-sarine Banyu,ing wektu iku bakal badan wadagku
katambahan warno ireng soko sari2ne bumi liwat ppanggonan singg didahar ibu
lan rumesep ing ari2 (wadahe pangan).
aku umur 2 wulan, badan wadagku ujudte wis pating grendul,ibu banjur gawe
jenang grendul/jenang sapar/kang yektine diarani SAPARAN.
1.sirah
2.gembung
3.tangan.
4.sikil
5..mripat
6.tutuk.
7.kuping
8.irung
9.wadi.yo wis katon.dene papan (kraton) telu ugo wis dadi kang disebut.
1.GIRI LOKA.
2.HENDRO LOKA.
3.JANALOKA.
suwe-suwe dungkap 7 wulan aku yoso omah cagak papat lawang songo wis
dadi,ugo komplit ubo rampene arupo.
1.. balung
2.sungsum
3.otot
4.getih
5.daging
6.kulit
aku umur 9 wulan .ibu gawe bubur procot apem lan gedang kang diarani
PROCOTAN LAN MEGENGAN.
procotan tegese: lahirku karebpe ben gangsar procot ora ono alangan sawiji opo.
megengan tegese: duk naliko aku arep lahir uwal soko ibu,tansah MEGENG
NAPAS.sak teruse tangggal 1 poso slametan MEGENGAN,GEDANG APEM.
URIP kang ono badan wadag iku dununge ono ing TELENGE ATI ,kang kuwoso
murbo amiseso omahku (jagad cilik).sak banjure tanggal 1 syawal ibu kurban
sego punar,sing di arani SYAWALAN.tegese:aku wis uwal soko guwo garba dadi
utusane GUSTI nindakake wajib'e URIP ono ing alam gumelar.
wiwit ono kadutane ibu nganti teko dino kelahiran mau,ugo isih duwe panguwoso
jogo lan nylametake badan wadagku,semono ugo aku isih nguwasanii trimurti
(GIRI LOKA,HENDRO LOKA,JANALOKA). bareng wis 5 dino utowo
sepasar,panguwasaku kang ono GIRI LOKA di endih dene sadulurku papat limo
pancer,kang kedadeyan soko cahyo patang prakoro,dewek'e nglungguhi ono ing
KUPING,MRIPAT,IRUNG,LAN CANGKEM,anguwasani lawangan pitu(7)kang ono
GIRILOKA.YOIKU BOLONGAN KUPING 2,MRIPAT2.IRUNG2.CANGKEM 1.LAN
YEN ONO ING TOTO LAHIR DIARANI DINO PITU.
1.pamireng
2.paningal
3.pangggondo
4.pangucap
sak banjur mlebu kumpul dadi siji ono ing kratone ROSO,ono ing
HENDROLOKA,mapan ono sakjeroning ATI SANUBARI .BARENG AKU UMUR 35
DINO IBU KURBAN SEGO TUMPENG LAN IWEL-IWEL diarani
SELAPANAN.tegese:panguuwasaku kraton telu wis di selapi (diendih) karo
sedulur papat limo pancer.
bareng aku umur 105 dino ibu ugo kurban sego tumpeng lan iwel-iwel diarani
TELUNG LAPAN,tegese: panguwasaku ono ing telu-telune atunggal yo iku
(CIPTO,ROSO,KARSO) wis di kuwasani karo PONCODRIYO.
yo wiwit dino iku aku wis ora duwe panguwoso babar pisan,wiwit soko kraton 3
tekan badan wadag lapis pitu(7) wis di aku kabeh dening sedulur papat limo
pancer,kahananku banjur soyo ambles manjero.mapan ono ing TELENGE ATI
SANUBARI,dene omahku di enggoni lan di kuwasani,di atur olan dijogo dewe
deneng seduluur papat limo pancer.
koyo mangkono kahananku aku tansah urip kablenggu dening sedulurku
dewe,papanku rumit banget,pangguwasaku mung kari kango nguripi badan
wadag,tujuanku urip kanggo memayu hayuning bawono ilang babar
pisan,kamongko ing tembe aku kudu nanggung jawab-ake dewe marang GUSTI
KANG MOHO KUWOSO.
22.67. Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari'at tertentu yang mereka
lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan
(syari'at) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-
benar berada pada jalan yang lurus
mugi krenteg e manah meniko tansah hambegawan cipto ning ..lan sedoyo
ingkang kawedar wau tansah andadosaken pangenget khususipun ten diri pribadi
satu titik di bawah huruf ba...yg asal mulanya hampa...adalah titik pusat alam
semesta.
1,dari nur ilahi...memancar nur muhammad dan nur tajali...
2.nur muhammad (jasmaniah) awal terjadinya zat...d sebut juga zattullah..
3,nur tajali...(ruh)ruhaniyah..awal terjadinya sifat...atau d sebut sifatullah..
4.dari nur muhammad memancar bentangan2 magnetis..yg menghasilkan lima
daya...suara,aroma ,hawa.rasa.dan warna...d sebut bumi yg pertama....
5.dari nur tajali..memancarkan..bentangan2 magnetis yg d sebut naluri...d sebut
langit pertama...dalm silsilah..mahluk..
6.dari nur muhammad...1. magnet..2. aeter 3.partikel..4.atom..5 unsur..6.molekul..7
organ..terjadilah (raga)
7.dari nur tajali..1.naluri..2.panca indra yg mempunyai lima daya 3.akal yg
mempunyai tiga daya..4. emosi 5. ambisi 6.ilusi 7.halusinasi..terjadilah..(jiwa )7
aspek jiwa..atau d sebut 7 lapis langit.
8.jiwa dan raga..keduannya dari nur tajali dan nur muhammad...berpadu satu..d
sebut..nur alam..(sifatu nabi rosullullah).
11.enam masa ini berbentuk kurva sederhana untuk selanjutnnya muncul kurva2
spektakuler,seperti sosok tumbuhan, hewan,manusia, galaxi,dsb..dan d luar
dinding kosmos alam semesta...d namakan..arsy.
12.satu titik di bawah huruf ba...yg asal mulanya hampa...adalah titik pusat alam
semesta.
istirahatlah wahai diriku dengan menyebut satu asmanya yg paling rahasia yg ia sukai..
An-Nuur:035
ْالزجَاجَةُ َكأَنَّهَا ك َْوكَب د ُِري يُو َق ُد ِمن
ُّ ح فِي ُزجَاجَة ُ صبَا ْ صبَاح ا ْل ِمْ شكَاة فِيهَا ِم ْ ور ِه ك َِم ِ ت َو ْاْل َ ْر
ِ ُض َمثَ ُل ن ِ س َم َوا ُ َُللاُ ن
َّ ور ال َّ
ْ
ور ِه َمن يَشَا ُء ُ
ِ َللاُ ِلن
َّ على نور َي ْهدِيُ َ ُ َ
َ سه نار نور ُ ْ س َ َ َ ُ َ َ َ َ َ
َ اركَة ز ْيت ُونة ل ش َْرقِيَّة َول غ ْربِيَّة يَكَا ُد ز ْيتهَا يُ ِضي ُء َول ْو ل ْم ت ْم َ َ َشج ََرة ُمب
َ
ع ِليم
َ ش ْيء ُ
َ َللاُ بِك ِل
َّ اس َو َّ َ َ ْ
ِ َللاُ اْل ْمثا َل ِللن
َّ ب ْ
ُ َويَض ِر
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah,
adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus , yang di dalamnya ada pelita
besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang
bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang
berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan
tidak pula di sebelah barat(nya) , yang minyaknya (saja) hampir-hampir
menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis),
Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah
memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.
mugi krenteg e manah meniko tansah hambegawan cipto ning ..lan sedoyo
ingkang kawedar wau tansah andadosaken pangenget khususipun ten diri pribadi
kulo lan panjenengan sami..
MASKOT JATAYU( LAMBANG KERAJAAN KAHURIPAN DI ZAMAN AIR LANGGA)
pada 4 sisi... terdapat di pintu gerbang MASJID AULIA SETONO GEDHONG MAKAM
WALI-WALI KEDIRI
monggo nderekaken minggah ing sanggar pamujan hanetepi darmaning agesang
nggayuh pakarti luhur manungso jati ,mahening suci lungguhing pribadi,mawas
raos sak jeroning batos,madhep manthep,manther,manembah mring gusti
engkang moho suci.
Roso adalah alat untuk hidup, dan ruas-ruasnya (ros-rosing roso) adalah penggalan-
penggalannya yang diberi nama, artinya ada rasa begini, ada rasa begitu (asin, manis,
pahit, dingin, panas, dll) dan itu semua adalah termasuk dalam rasa seutuhnya (roso
sejati). Roso sejati adalah rasa tidak dapat berubah.
Ruas-ruas dari rasa itu semua tadi akan lengket menempel di badan halus maupun
badan kasar kita. Ruas-ruas rasa yang lain seperti: kerasan, kesepian, cinta, dendam,
bahagia itu juga merupakan bagian dari ruas-ruas rasa yang akan menempel pada hati
(perasaan).
Sedangkan rasa mujur, sengsara, ingat, waspada, curiga, kasihan, menyesal, ikhlas itu
dimana-mana ada (di batin, di budi, di badan), dan itu dinamakan rasa pikiran (rosoning
pikir).
Sebagai contoh: misalnya ketika membuat sayur dan ternyata rasanya hambar kurang
garam, itu kan cukup diberi garam, bukannya lantas bertengkar. Bila hanya masalah
sayur yang kurang garam saja menjadikan sebuah pertengkaran itu namanya belum
tahu (mengerti) tentang rasa.
Artinya reh mangukut ialah jiwa yang mengukut raga atau jiwa yang meringkes raga
(badan), keadan biasa seperti ini maka badan atau raga ada di luar sedangkan jiwa ada
di dalam, dan sebaliknya apabila terkukut maka jiwa akan meringkes raga dengan kata
lain raga akan masuk kedalam jiwa. Yang dimaksud jiwa disini adalah badan halus, dan
hal inilah yang dilambangkan sebagaiwarongko manjing curigo.
Banyak ahli kebatinan kasampurnan yang menginginkan hal seperti ini. Apabila
seseorang sudah memahami apa yang disebut reh mangukut ini maka bisa
dianggap Sarjono / Sujono atau juga Sesepuh (liring sepuh) yang dimaksud
adalah: sepi howo (tanpa kemauan), sepi ing pamuring (tanpa amarah) dan sepi ing
pepengin (tanpa keinginan). Jadi menjalani hidup dengan menjadi manusia biasa yang
sebiasa-biasanya (sepi howo awas loroning atunggal).
C. Tentang Kebatinan.
Aetinya olah batin yaitu menjalankan hal-hal yang baik-baik saja dan meninggalkan
semua yang jelek-jelek. Berkata harus jujur, sama antara yang diucapkan dan yang
dilakukan. Hal ini adalah agar manusia itu selamat dan sempurna hidupnya di dunia
dan akherat.
D. Tentang Ngelmu.
Ngelmu iku kelakone kanthi laku. Sebuah pepatah Jawa namun banyak sekali orang
yang tidak mengerti artinya. Tetapi mungkin ini berbeda dengan hal itu.Ngelmu itu
sendiri adalah sesuatu penglihatan yang didapatkan secara batiniah. Jadi bukan ilmu
yang biasa kita sebut sebagai Ilmu Pengetahuan (IPA/IPS). Sebuah ngelmu mestinya
orang harus mendapatkannya dengan syarat-syaratlaku atau yang sering disebut
sebagai laku prihatin. Namun demikian banyak orang mendapatkan ilmu itu dengan
cara membeli atau dengan bahasa halusmahar. Maka bila kita ibaratkan orang yang
melamar pekerjaan dengan menggunakan ijazah palsu, saat diwawancarai maka akan
dijawab dengan lancar karena memang yang diketahui hanya kulitnya saja. Namun
demikian apabila orang itu sudah mendapatkan kerjaan yang sesungguhnya apapun
yang dikerjakan rasanya tidak benar alias ngawur. Demikian pula halnya ngelmu yang
tidak diperoleh dengan laku.
E. Tentang Gusti.
Gusti itu berasal dari kata bagus ing ati. Hati yang bagus itu adalah hati yang selalu
bersih dari kotoran alias suci yang berarti pula berada pada hyang widhi(pencipta alam
semesta). Maka dari itu manusia yang dapat membersihkan hatinya dari kotoran dan
selalu berbuat kebaikan disebut pula sebagai orang yang telah dapat menyatukan
antara lahir dan batin, dan itulah yang disebutmanunggaling kawulo lan gusti.
F. Tentang Ghaib.
Yang disebut ghaib adalah sesuatu yang samara, tidak dapat diraba dengan tangan,
tidak dapat dilihat dengan mata. Hal ini juga yang dikatakan dekat tanpa singgungan
dan jauh tak terhingga yang ukurannya sebesar mrica dibubut.
Sedangkan teluning atunggal adalah bersemayam pada: nama (jeneng/ asmo/ asma/
nami/ aran/ juluk/ tetenger), ingsun (aku/ rogo/ wadag) dan urip (ALLAH).
Sembah rogo adalah sembah yang dilakukan dengan raga, misalnya: sembahyang dan
semedi. Sembah cipto (kalbu) adalah sembah dengan pikiran/akal. Sembah jiwa adalah
sembah dengan mental atau budi (karakter). Yang terakhir sembah rasa adalah alat
untuk hidup dimana selalu ada korban perasaan.
H. Pengetahuan Tentang Angka Nol (0) Sampai Dengan Angka Duapuluh (20)
Angka 0 (nol), artinya itu memberitahukan bila kosong, bersemayam pada anak kecil
yang belum tahu apa-apa (wang-wung).
Angka 1 (satu/siji), dari kata isine aji, tetapi bukan untuk barang-barang berharga
seperti mas berlian tetapi ajining diri, yang berada pada orang-orang yang baik
pribadinya yang akan dihormati oleh sesama, maka dari itu angka satu itu bersemayam
pada gusti yang berasal dari kata bagusing ati yang menjadikan angka satu berasal dari
angka nol.
Angka 2 (dua/loro), berada pada ayah dan ibu, yang bersemayam pada isi dunia yang
selalu berpasangan, ada bahagia ada sedih, ada raga ada jiwa, ada siang ada malam,
ada pria ada wanita, dsb.
Angka 3 (tiga/telu), adanya manusia yang selalu mempunyai sifat tiga perkara, hidup,
rasa dan raga atau berkarya. Makan dan mati, dan bagi rumah tangga ada bapak, ibu
dan anak.
Angka 4 (empat/papat), menurut kepercayaan Jawa manusia mempunyai empat
saudara: mutmainah (putihnya air), amarah (merahnya darah), supiah (kuningnya
angin) dan aluamah (hitamnya tanah). ONGKO 4= (PAPAT) , dununge.manungso due
sedulur papat, atau mingkin dapat juga diberi namakeblat papat.
Angka 5 (lima/limo), berada pada keblat papat limo pancer, bersemayam bila dijabarkan
maka terdapat pada jenazah dan empat orang yang membawa/memikul keranda.
Angka 6 (enam/nem), tang berasal dari kata nemu, bersemayam pada sedulur papat
limo pancer, yang ke-enam adalah bayangannya, dan bila diutarakan maka menjadi
arah mata angin: Timur, Barat, Utara, Selatan, bawah dan atas.
Angka 7 (tujuh/pitu), bersemayam pada tujuh nama hari: Senin, Selasa, Rabo, Kamis,
Jum’at, sabtu dan Minggu. Bisa juga dengan adanya rambut, kulit, daging, tulang,
sunsum, urat dan darah.
Angka 10 (sepuluh), terdiri dari angka 1 dan 0. Angka ini sudah memberikan sasmita
kepada manusia, bahwa itu merupakan bersatunya antara kawulo dan gusti, yang bisa
dikatakan sebagai pinjam-meminjam. Artinya hidup itu apabila tidak meminjam raga
tidak dapat bergerak sedikitpun dan tidak berarti apa-apa, demikian pula raga apabila
sudah tidak bernyawa mau apa lagi. Lebih sederhananya begini: angka satu (1) apabila
tanpa angka nol (0) tidak bisa berbunyi sepuluh.
Angka 11 (sebelas/sewelas), menjelmanya angka sebelas ini adalah perlambang
kepada kita ketika bapak/ibu bersanding di pelaminan.
Angka 13 (tigabelas/telulas), artinya hidup itu menghidupi tiga perkara: manusia, hewan
dan tumbuh-tumbuhan.
Angka 14 (empatbelas/patbelas), artinya hidup itu mempunyai empat unsur: air, api,
udara dan tanah.
Angka 15 (limabelas/limolas), artinya hidup itu menggunakan lima macam alat yang
disebut panca indra: telinga, mata, hidung, mulut dan lidah (indra perasa termasuk
kulit).
Angka 16 (enambelas/nembelas), artinya hidup itu terdiri dari enam bagian: mutmainah,
amarah, supiah, aluamah, bayangan dan badan kasar.
Tulising gusti kang cetho dumunung ono wujud ing manungso lanang lan wadon. mulo
manungso bisane nggayuh budi luhur/rahayuning wiwitan lan pungkasan, senajan
manungso iku diwenangake duwe karep nggayuh donyo brono kudu manut marang
krenteg-ke ati kang resik, biso-o ngemong urip kang suci, nuli biso sampurno lair lan
batine.
(Sabda dari YME yang terang benderang ada pada manusia itu sendiri sebagai laki-laki
dan perempuan, maka dari itu apabila manusia mempunyai keinginan untuk berbudi
luhur (selamat dari permulaan hingga akhir), meskipun manusia itu sudah digariskan
untuk mempunyai keinginan kebendaan duniawi, namun demikian haruslah mengikuti
hati kecil (hati kecil biasanya selalu jujur) yang bersih, sebisa mungkin mengemban
hidup yang suci, dan nantinya akan bisa sempurna lahir dan batin)
Huruf Jawa (dasar) itu ada 20 macam, yaitu: ho no co ro ko, do to so wo lo, po dho jo
yo nyo dan mo go bo tho ngo. Ke-20 macam huruf ini mempunyai sifat masing-masing
yang bila diterjemahkan adalah sebagai jari-jari manusia, dan masing-masing
mempunyai arti sendiri-sendiri.
Huruf pertama dan huruf ke-9 adalah ho wo. Howo adalah udara, dan sifat ini ada pada
laki-laki karena laki-laki mempunyai lobang jumlah sembilan. Dan apabila 20 dikurangi
sembilan (9) akan ada sebelas (11), sifat itu ada pada wanita karena wanita mempunyai
11 lobang, selisih dua dengan laki-laki yaitu pada puting susu.
Hawa artinya angkara murka, nafsu adalah daya kekuatan. Jadi hawa-nafsu secara
keseluruhan berarti angkara murka yang didorong oleh kekuatan syetan.
1. Mutmainah: bersemayam di jantung berwujud air berwarna putih, dengan watak yang
suci dan sungguh-sungguh, pintunya ada di hidung. Hidung adalah alat atau panca
indra yang tak pernah bohong. Contoh: ketika hidung mencium bau ikan asin maka bisa
dipastikan du dapur ada yang memasaknya meskipun mata belum malihat. Ketika
hidung mencium bau trasi yang kagak enak, tetapi tetap juga dimakan atau dibutuhkan
meski sekedar hanya sebagai bumbu. Ketika hidung mencium bau harumnya kembang
toh ketika dimakan rasanya tidak enak, pahit.
2. Amarah: bersemayam di empedu, berwarna merah dan berwatak keras, angkara
murka, dan pintunya ada di telinga. Keterangannya: manusia bisa merasakan baik dan
buruk karena mempunyai telinga, dan ketika mempunyai keinginan yang jahat atau
yang baik maka itu karena darah yang berwarna merah. Darah itulah yang
menyebabkan manusia bisa berbuat sesuatu, dan manusia tanpa darah yang berwarna
merah itu maka dunia ini akan sepi dan tidak akan seperti sekarang ini.
3. Supiyah: bersemayam di lobang tali plasenta (wudel), berwujud angin yang berwarna
kuning, berwatak mengumbar hawa nafsu (mau menangnya sendiri), pintunya ada di
mata. Maka dari itu mata bisa dikatakan lanange jagad (yang paling berkuasa). Mata
dipakai untuk melihat semua hal yang tergelar, maka manusia mempunyai keinginan
karena mata melihat. Supiah pintunya ada di mata tetapi berwujud angin kuning yang
akan keluar dari hidung.
5. Pelengkap agar menjadi lima adalah hidup, yaitu yang menghidupi empat perkara
yang diatas tadi. Atau yang disebut sedulur papat kalimo pancer, ya hidup itu adalah
pancernya. Jadi mutmainah, amarah, supiyah dan alumah semua dipinyai oleh hidup.
Manusia mempunyai tangan kanan, tangan kiri, kaki kanan, kaki kiri dan yang ke-lima
adalah teluning atunggal, yaitu: baitul makmur, baitul mukarom dan baitul mukodas.
M. Bibit Dumadi
1. Bayi umur sebulan dilambangkan dengan huruf jo, disebut nukat ghaib, airnyanur
mani, laut berupa layar putih, bangunannya kumalah yang berarti juga riris tangis.
2. Bayi umur dua bulan dilambangkan dengan huruf yo, disebut koat ghaib, airnyanur
buat, lautnya rantai yang disebut juga kismo djati.
3. Bayi umur tiga bulan dilambangkan dengan huruf nyo, disebut rijalolah ghaib,
airnya nur roso, lautnya kumolah, yang berarti juga Hyang Widhi.
4. Bayi berumur empat bulan dilambangkan dengan huruf mo, disebut rikmo djati.
Airnya nur kumoro djati, lautnya bindari suci yang disebut juga Sang Hyang Adji.
5. Bayi berumur lima bulan dilambangkan dengan huruf go, disebut jo kumolo,
airnya nur kismoyo, lautnya imoloyo, yang disebut juga Sang Hyang Brahma yang
berwujud sedulur limo.
6. Bayi berumur 6 bulan dilambangkan dengan huruf bo, disebut roso hendro moyo,
airnya nur cahyo, lautnya kumoro danu, yang disebut sebagai manu maningkem
manunggale kawulo lan gusti dengan wujud rasa yang enam itu.
7. Bayi berumur 7 bulan dilambangkan dengan huruf tho, disebut waringin sungsang,
airnya tali roso, lautnya madu nirmolo, yang berarti Heru Seto Jinggo Moyo Jati.
Berwujud air ketuban dan ari-ari.
8. Bayi berumur 8 bulan dilambangkan dengan huruf ngo, disebut mayang kumoro sari,
airnya manik gito, lautnya cupu purbo miseso yang disebut jugaJono Loko Jati,
berwujud kakak tertua dan si bontot.
9. Bayi berumur 9 bulan dilambangkan dengan huruf wo, disebut Hendro Loko Jati,
airnya nur tirto moyo, lautnya tak bertepi yang disebut pula Sastro Jendro
Hayuningrat dengan wujud sadad tanpa sabdu.
Setelah itu bayi akan lahir dan melihat terangnya dunia yang dilambnagkan dengan
Bintang Johar sebagai kelahiran (dumadi ingsun), yang disebut pula bintang Al
Ghoniyyu.
Triloko (Jagat Telu) terbagi menjadi 3 yaitu: Guru Loko (ada di otak), Indro Loko(ada di
hati) dan Jono Loko (ada di syahwat/dzakar). Apabila nafsu angkara itu baru berada di
otak (pikiran) maka keinginan orang itu adalah: drajat/ pangkat/ semat/ kramat. Bila
nafsu angkara itu berada di Indro Loko (panca indra) maka orang itu akan mempunyai
keinginan untuk menjadi yang paling unggul/ paling kuat (menange dewe). Dan ketika
nafsu angkara itu berada di syahwat maka bisa dipastikan orang itu mempunyai tenaga
yang super (sangat kuat). Dan yang terakhir apabila ketiga nafsu itu menyerang
bersama-sam pada manusia, maka bisa diibaratkan manusia itu hidup dengan
memelihara Dosomuko (seorang tokoh jahat dalam cerita Ramayana). Artinya kita
semua akan merugi karena tidak akan bisa menerima wahyu/ wangsit / pepadanging
Gusti, dan tentunya akan menjadi penghalang dalam menjalani kehidupan ini. Dan
inilah yang bisa terjadi apabila manusia itu menjalankan /mencari ngelmu tanpa laku.
(Ada pepatah jawa:Ngelmu iku kalakone kanthi laku.)
O. Sempurnanya Dumadi.
Manusia itu harus dapat mengetahui keberadaan tirto pawitro mahening suci(air
kehidupan yang bersih dan suci). Dimana sebenarnya itu berada dalam diri sendiri
masing-masing. Dengan cara harus menempuh jalan lakyono yo (mati di dalam hidup)
dan harus juga menengok ke alam lokantoro (antoro = batas), yaitu perbatasan antara
alam halus dan alam kasar. Maka disana akan kita jumpai perwujudan yang
menyerupai gumuk (rumah rayap yang membesar)/ tawon golek jumono, yaitu
perwujudan dari saudara kita yang disebut kawah ari-ari (air ketuban). Golek
jumono yaitu suatu perlengkapan hidup manusia, disana akan dijumpai persimpangan
jalan (perempatan) yang merupakan wujud dari 4 cahaya:
Dan apabila nanti manusia itu kembali kepada Gusti maka harus tetap memilih jalan
suci, artinya akan dapat kembali kepada Gusti Yang Maha Suci.
Hyang Sukmo Sejati, seksenono ingsun kirim gondo arum kang dak kirim sedulurku
kang lahir bareng sedino kang dak sebut kakang kawah adi ari-ari, kakang mbarep
adine wuragil. Kang adoh tanpo wangenan cedak tanpo senggolan, yo iku titipane wong
tuwaku lanang lan wadon. Kakang kawah adi ari-ari moro tampanono kiriman gondo
arum iki, dak suwun jumbuh dadi siji karo Sang Hyang Sukmo Sejati.
(Hyang Sukma Sejati, saksikanlah aku mengirim wewangian yang aku alamatkan
kepada saudara yang terlahir bersamaku yang saya sebut sebaga kakang kawah adi
ari-ari, kakang sebagai si sulung dan adik sebagai bontot. Yang jauh tanpa wewangian
dan yang dekat tanpa singgungan, yaitu titipan dari kedua orang tuaku laki-laki dan
perempuan. Kakang kawah adi ari-ari segera terimalah kiriman wewangian ini, dan
saya minta agar menyatu dengan Sang Hyang Sukma Sejati.)
Q. Bibit Sangkan Paraning Dumadi.
Tes putih soko bopo, tes abang soko biyung, wujud gedong cagak papat lawange
songo, gumantung tanpo centhelan isen-isene Hyang Sukmo Sejati. Lungguhe ono
batinku kang suci, kanggonan wekasan urip sejati, kang aran dzat lan sifat weruh sak-
durunge winarah, tetep madhep mantep langgeng sak kodrat ingsung, dadio sak
ciptaningsun.
(Bijih putih dari bapak dan bijih merah dari ibu, berwujud bangunan dengan tiang empat
dan sembilan pintu, tergantung tanpa cantelan dan berisi Hyang Sukma Sejati.
Bersemayam di batinku yang suci, sebagai awal hidup sejati, yang mempunyai dzat dan
sifat weruh sak-durunge winarah, tetap setia dan taat bersamaan dengan diriku, dan
jadilah apa yang kukehendaki.)
Ngerti sak-durunge winarah adalah pepatah Jawa yang kira-kira berarti: dapat mengerti
tentang beberapa hal sebelum ada yang memberi tahu.
Sebenarnya banyak sekali pedoman hidup untuk manusia di Jawa ini (lihat: Ki Demang
Sokowaten), namun demikian disini mencoba untuk meringkasnya. Dengan itu
pedoman hidup bisa digolongkan menjadi 3, yaitu: Wiryo, Harta dan Tri Winasis.
1. Wirya.
Begawan Wisrowo adalah seorang biksu yang luhur, dan dipercaya oleh Prabu Sumali,
tetapi anakanya yang bernama Dosomuko tidak juga menjadi anak yang berbakti (luhur
budi) malahan menjadi kekecewaan di dunia, mejadi sampah dunia.
Begawan Durno, adalah seorang Pandito/Resi dan juga anak dari Begawan Barat
Wojo, tetapi dalam cerita wayang (versi Jawa) selalu menjadi orang yang berwatak
angkara murka dan bermuka dua, selalu bersikap memuji kepada Pandawa di
depannya, tetapi akan berusaha untuk menghancurkan Pandawa demi membela
Kurawa.
Santrin Kinono adalah orang sangat sudra dengan anggota badan yang kurang
lengkap, tetapi mempunyai hati yang lurus, dan berbudi luhur. Adalah ketika dia bisa
menolong kepada Pandawa dan terhindar dari marabahaya kebakaran yang diciptakan
oleh Kurawa. Jadi makna sebenarnya disini tentang berbudi luhur itu bukan pada
turunannya, tetapi ada pada budi yang dibawa masing-masing.
2. Harta.
Arti sebenarnya adalah kaya akan harta benda, tetapi pengertian disini bukan hanya itu
saja, yang penting adalah kaya akan ilmu pengetahuan. Dengan kaya akan ilmu
pengetahuan maka bisa dipastikan akan menjadi pemaaf, menjadi orang yang
menerima (nrimo), penyabar, sangat sungguh-sungguh, sangat berhati-hati dan banyak
mempunyai teman yang rukun terhadap sesame, karena keilmuannya itu dapat
bermanfaat buat semua saudara maupun teman-teman semua.
3. Wasis
Yang dimaksud wasis disini adalah kepintaran (pandai). Orang yang pintar/pandai akan
mempunyai banyak pengetahuan, dan orang yang banyak mempunyai pengetahuan
tidak akan pernah kesusahan, yang penting agar kepandaiannya itu bukan untuk
mengakali orang atau teman-temannya sendiri, atau juga bukan untuk malakukan hal-
hal yang menyimpang dari pedoman hidup.
Jadi ketiga diatas tadi mestinya harus bisa menjangkaunya, dan apabila ketiga diatas
tadi sama sekali tidak punya, maka kan hilanglah sifat manusia tadi, dan yang tertinggal
hanya sifat hewani saja. Ya begitu itulah manusia, apabila tidak mengindahkan akan
pedoman hidup dan juga tidak waspada terhadap Tri Prakoro (Wirya, Harta, Wasis).
Permulaan terjadinya jagat raya ini, adalah ketika jaman masih awang-uwung(tidak ada
apa-apa sama sekali) yang ada hanya Gusti Allah sendiri. Keadaan yang tanpa apa-
apa itu tidak dapat terlihat oleh mata (tan keno kinoyo ngopo), tetapi ada, karena
adanya kekuasaan dari Gusti Allah. Kemudian diciptakannyalah tiga perwujudan dan
kemudian juga menyatu kepada ketiga perwujudan tadi yang disebut
sebagai Trimurti (telu-teluning atunggal).
Tiga warnanya, juga tiga kelihatannya dan tiga macam pula pekerjaannya, tetapi satu
yaitu Gusti (Tuhan) Yang Maha Esa.
3. Perwujudan yang ketiga adalah Kartiko sebagai Bintang yang mempunyai daya
keadilan dan mati, dengan tugas menghilangkan semua perwujudan yang bersifat tidak
kekal.
Ketiga daya penguasaan tadi selalu beredar (hanyokro manggilingan), berputar terus
berganti-ganti tanpa ada putusnya. Suryo yang membuat hidup, dipelihara dan dirawat
oleh Condro, dan akhirnya dimusnahkan oleh Kartiko, begitulah seterusnya.
Perwujudan yang tiga warna tadi seterusnya berkumpul menjadi satu di antariksa,
tertiup angin dari atas kebawah, dari Selatan ke Utara, dari Timur ke Barat, lama-lama
api, air dan angin tadi berhenti berhenti di tengah-tengah jagad raya, dangumantung
tanpa canthelan (tergantung tanpa penyangga) dan perwujudan akhir ini yang disebut
sebagai maghma..
Lama kelamaan maghma tadi menjadi berkerak dan berwujud sebagai mineral, besi,
baja, emas, perak, dan lain-lain. Mineral-mineral tadi terus berkembang menjadi batu,
dan batu berkembang menjadi pasir, pasir berkembang menjadi tanah. Karena
maghma tadi adalah perwujudan yang sangat panas dan terbungkus oleh batu, pasir,
tanah dan sebagainya maka lama-kelamaan akan menguap dan air akan meresap
kedalam tanah. Tanah yang basah oleh air dan mendapat sinar matahari lama-
kelamaan di bumi ini terjadi berbagai macam tumbuhan yang beraneka warna.
Ya keadaan seperti itulah yang kemudian dinamakan bumi sap pitu (lapis tujuh):
Maghma, Mineral, Batu, Pasir, Tanah, Air dan Tumbuh-tumbuhan. Dan bumi sendiri itu
mempunyai cahaya yang berwarna hitam. Itu semua tadi adalah asal-usul jagad raya
(Jagad Agung) ini.
Dan berputarnya bumi itu diatur oleh kekuasaan Surya maka kemudian dinamakan Tata
Surya. Dan secara lengkap alam semesta ini mempunyai empat macam cahaya, yang
masing-masing berwarna: merah (dari surya), kuning (dari condro), putih (dari kartiko)
dan hitam (dari bumi). Tetapi karena dari keempat tadi hanya cahaya hitam yang tidak
tampak dan tidak bisa memancar, maka cahaya merah, kuning dan putih akan
memancar kan cahayanya ke bumi, dan inilahDumadine Jagad Agung, Sangkan
Paraning Dumadi.
Pada uraian diatas tentang terjadinya Jagad Agung, sudah dipahami bahwa bumi
berasal dari api yang cahayanya merah dengan daya panas, dari air yang cahayanya
kuning dan punya daya dingin, serta angin yang cahayanya putih dan bersifat netral.
Berkumpulnya api. Air dan angin tadi akan menjadi maghma, yaitu pusat bumi yang
dapat memberikan wadah sebagai bumi lapis tujuh. Berkumpulnya daya panas, dingin
dan hampa (angin) akan mewujudkan cipta, rasa, dan karsa, adalah berkumpulnya dzat
yang merupakan asal-usulnya kehidupan. Berkumpulnya tiga macam warna (merah,
kuning dan putih) adalah mewujudkan sukma, yaitu badan halus yang juga dianggap
sebagai para dewa, dewi, bathara, jin, peri, dsb.
Day panas, dingin dan netral tadi sebelum menyatu menjadi dzat maka akan memenuhi
antariksa (awang-wung) dan dalam pengetahuan modern hal ini disebut sebaga:
proton, elektron dan netron, yang bersatu membentuk dzat yang dinamakan atom.
Berkumpulnya 4 macam cahaya tadi akan mewujudkan nafsu, yaitu yang akan
dipergunakan sebagai syarat mutlak untuk hidup manusia. Sedangkan berkumpulnya
sari-sari dari api, air, angin dan tanah (bumi), akan menjadi badan kasarnya manusia.
Dan sebelum di jagad raya ini terdapat makhluk-makhluk berbadan kasar, maka terlebih
dahulu yang ada adalah makhluk-makhluk berbadan halus, yaitu suksma, dan pada
waktu itu semua makhluk itu yang dinamakan sebagai dewa-dewi, bethoro-bethari, jin,
peri, prayangan, dsb. Dari kesemua macam titah (makhluk) yang berbadan halus itu
maka dewa-dewi, bethoro-bethari dianggap yang paling tinggi kedudukannya, dan
kehidupan dari makhluk-makhluk itu tanpa menyentuh tanah, dan perkembang-
biakannya tidak menggunakan hukum-hukum kelahiran tetapi dengan sabda (kun
fayakun).
Keadaan seperti itu berlangsung hingga beribu-ribu tahun lamanya, dan akhirnya pada
suatu waktu salah satu dewa dan bethoro yang baru saja melakukan kesalahan-
kesalahan besar terhadap Gusti (Tuhan YME), maka atas kekuasaan Sang Hyang
Tunggal dewa tadi disabda menjadi manusia, yaitu makhluk berbadan kasar dan harus
menghuni bumi. Dan setelah itu maka kemudian berlangsung hukum kelahiran, dan
dewa-dewi yang disabda mau bisa disebut sebagai manu.
Yang dikatakan manu adalah karena menurut hukum kodrat dari penjelmaan para
dewa/bethoro yang berbadan kasar. Dan manusia adalah menurut hukum kodrat
sebagaimana manusia biasa, artinya berkembang biak dengan hukum-hukum
kelahiran. Para manu tadi yang menurunkan manusia yang berasal mula dari hukum
kodrat kelahiran disebut sebagai swayambu manu.
Berkumpulnya rasa, cipta dan karsa yang akhirnya mewujudkan dzat yang asalnya dari
Trimurti (Surya, Candra dan Kartika), yaitu dzat yang suci yang kesuciannya hampir
menyamai Yang Maha Suci, karena memang dzat tadi berasal dari daya Gusti Kang
Moho Suci dan bisa disebut sebagai Dzatullah.
Perbedaannya sucinya Gusti akan memenuhi jagad raya, sedangkan sucinya dzat tadi
hanya dapat memenuhi badan satu saja, Gusti Yang Maha Agung akan menguasai
jagad dan seisinya, maka dzat itu hanya menguasai badan kasar dan seisinya. Dan
dzat tadi yang menjadi utusan Gusti untuk memayu hayuning bawono dan seisinya
dengan hukum-hukum kelahiran dan hukum-hukum sabda. Hukum kelahiran
menggunakan badan kasar dan hukum sabda menggunakan badan hakus
atau suksma. Apabila dzat melakukan kesalahan (mendapat karma) maka akan
menjadi utusan lewat hukum sabda dengan sarana badan halus (suksma). Karma
berasal dari kata karya manah (perbuatan hati).
Semua perbuatan yang berasal dari pikiran itu pasti akan berbuah. Perbuatan yang baik
juga akan berbuah kebaikan dan sebaliknya maka perbuatan yang buruk juga akan
berbuah keburukan. Maka ada pepatah Jawa mengatakan:ngundhuh wohing pakarti.
Dan itulah hukum karma, semua manusia hanya tinggal memetik hasil perbuatannya.
Karena dzat (badan kasar yang ditempati suksma) adalah selalu meiliki karma (baik
maupun buruk), maka dzat itu harus menjadi utusan melalui penjelmaannya dengan
hukum-hukum kelahiran. Dengan begitu semua orang (manusia) hidup yang dilahirkan
ke alam dunia akan mempunyai dosa (karma), dan apabila tidak mempunyai karma
maka tidak akan dilahirkan. Juga apabila tidak mempunyai karma berarti masih
berbadan halus (alam kedewaan) dan yang berlaku adalah hukum sabda.
Penjelmaan dzat hidup dari alam kedewaan ke manusia adalah melalui hukum-hukum
kelahiran, jadi haruslah melewati perseteruan antara pri dan wanita. Mungkin kisah
berikut ini bisa menjabarkan hal tersebut.
Dan kala itu, ketika ibu masih gadis dan bapak masih jejaka, sebenarnya diriku sudah
ada. Saya berada (bersemayam) di cipta rasa dan karsa dari kedua orang-tuaku, dan
bisa disebut sebagai sir atau grenjet. Dan setelah bapak dan ibu
mendapatkan sir selanjutnya sire bapak dan ibu membuahkan budi. Dan setelah itu
bapak dan ibu menabur benih budi dan disemayamkan di jonoloko yang disebut guwo
garbo (kandungan). Saya keluar dengan warna putih suci yang beasal dari warna
cahaya merah, kuning dan putih, ya itulah yang disebut air mani (sperma), wadi,
suksmo, roso, dzat yang maha suci.
Telu-telune atunggal, yaitulah saya (hidup) kekal yang tidak mati, yaitu dzat dari Gusti
Yang Maha Suci, dan akan membangun badan kasar di dalam guwo garboibu, sebagai
rumahku untuk hidup di alam raya untuk menjalankan kewajiban hidup sebagai utusan
dari Gusti Yang Maha Kuasa.
Aku di dalam kandunga ketika berumur sebulan di dalam membentuk badan kasar itu,
maka ibuku terus berhenti (tidak datang bulan) kemudian ibu akan selamatan bubur
suro. Selanjutnya setiap tanggal 1 Suro maka para ibu-ibu akan membuatkan Bubur
Suro. Bubur Suro ini merupakan beras biasa yang akan dihias dengan irisan cabe
merah dan telor dadar berwarna kuning. Itu mempunyai arti: bahwa keadaanku (yang
akan menjadi badan kasar) adalah berasal dari tiga macam warna, merah berasal dari
sarinya api, kuning dari sarinya angin dan putih dari sarinya air. Dan pada waktu itu
saya juga mendapatkan sarinya warna hitam yang berasal dari bumi yaitu makanan
yang dimakan ibu dan meresap melalui tali plasenta (sumber makanan bayi).
Ketika kandungan sudah berumur 2 bulan, maka wujud badan kasarku bisa
dikatakan pating grendhul, maka dari itu kemudian diselamati dengan membuatjenang
grendhul. Jenang grendhul ini juga dinamakan jenang sapar atau Saparan.
Ketika kandungan sudah berumur 3 bulan, maka badan sudah berwujud. Maka sudah
ada bagian kepala, bagian perut, bagian tangan, bagian kaki, bagian mata, bagian
telinga, bagiaan hidung dan bahkan bagian kelamin sudah ada. Dan maka dari itu
ketiga.tempat sudah terbentuk juga yang disebut: giriloko, indroloko danjonoloko. Maka
dari itu kemudian dibuatkan selamatan telonan yang berarti: kadaton yang tiga tempat
itu sudah jadi, yaitu sebagai arah atas, tengah dan bawah (otak, hati dan kelamin).
Lama setelah kandungan menginjak umur tujuh bulan, maka rumah yang dibilangcagak
papat lawang songo sudah jadi dan komplit dengan segala ornamenya: tulang,
sungsum, urat, darah, otot, kulit dan rambut (bulu). Maka dari itu kemudian dibuatkan
tanda dengan selamatan tujuh bulanan (mitoni, lingkepan) yang mempunyai arti bahwa
rumah yang tujuh warna atau bumi yang tujuh lapis itu sudah lengkap, yang
keseluruhan berbunyi: bumi lapis pitu cagak papat lawang songo.
Kandungan umur 9 bulan adalah sudah waktunya untuk lahir (mrocot), maka dibuatkan
selamatan berupa: bubur procot, kue apam dan pisang. Selamatan tadi disebut
dengan procotan lan megengan. Procotan yang mengandung arti agar kelahiranku
kelak akan mudah tanpa suatu halangan apapun, dan megeng adalah ketika saya akan
lahir ke dunia keluar dari perut ibu, maka ibu akan megeng(meregang) napas, dan
selanjutnya setiap tanggal 1 Poso akan diadakan selamatan megengan.
Hidup yang ada di badan kasar ini adalah bersemayam di telenging ati (pusat hati, ada
yang mengatakan hati kecil), yang mempunyai kekuasaan untuk membuat baaik atau
buruk bangunan rumah itu (jagad cilik). Dan setelah itu maka setiap 1 Syawal kan
dibuatkan sego punar yang dinamakan syawalan. Artinya, saya sudah terpisah dari
badan ibu (guwo garbo, kandungan) menjadi utusan Gusti dan berkewajiban
menjalankan hidup di alam raya ini.
Mulai dari awal kandungan hingga hari kelahiran ibu juga masih mempunyai kekuasaan
untuk menyelamatkan badan kasar, dan begitu juga saya masih berkuasa dalam
Trimurti. Dan setelah lima hari (sepasaran) kekuasaan yang ada di giriloko akan pindah
ke sedulur papat limo pancer, yang berasal dari cahaya yang empat macam itu. Mereka
akan bersemayam di telinga, hidung dan mulut, dan menguasai 7 pintu, maka
kemudian disebutkan sebagai tujuh hari. Mereka mempunyai lima kekuasaan yang
disebut sebagai panca indra, yaitu: indra pendengar, indra penglihat, indra pencium,
indra pengucap dan indra perasa. Dan disebut sebagai pasaran limo.
Setelah masuk kedalam kedaton roso (rasa) yang ada di indraloka dan bersemayam di
hati-sanubari. Umur 35 hari (selapanan, dimana misalnya lahir hari Jum’at dan pasaran
Legi maka hari itu adalah sama) kemudian dibuatkan selamatan selapanan. Mempunyai
arti bahwa kekuasaanku yang kedaton ketiga itu sudah diambil-alih (selapi) oleh sedulur
papat limo pancer.
Seorang anak yang sudah berumur 105 hari (tiga selapanan) akan dibuatkan selamatan
nasi tumpeng yang diberi nama telung lapan. Ini mempunyai arti: bahwa kekuasan
yang telu-telune atunggal (cipta, rasa dan karsa) sudah dikuasai oleh pancaindra. Dan
sejak saat itulah maka kekuasaan di tiga kedaton itu sudah tidak ada sama sekali, mulai
dari Trimurti hingga bumi lapis tujuh semuanya sudah diakui oleh sedulur papat limo
pancer, dan keadaanku makin merasuk kedalam makin dalam ada di pusat hati
(telenging ati), dan rumahku sendiri sudah ditempati, dikuasai, diatur dan dijaga oleh
saudara sendiri sedulur papat limo pancer.
Seperti itulah keadaan rumahku yang harus hidup terbelenggu oleh saudara sendiri,
dengan tempat yang sangat rumit, dan kekuasaan hanya tinggal bagaimana untuk
menghidupi badan kasar ini, dengan tujuan hidup untukmemayu hayuning bawono,
tetapi semua sudah hilang, dan pada akhirnya nanti harus dipertanggung-jawabkan di
depan Gusti Kang Moho Kuwoso.
http://agungpambudi72-sangkanparaningdumadi.blogspot.com/2010/10/sangkan-
paraning-dumadi.html
Besok tanggal 07 Juni 2013 adalah Hari JUMAT PAHING. Setiap kali memasuki hari
tersebut, pikiran dan hati saya selalu tergayut kepada Seorang Tokoh yang sangat saya
kagumi yang meninggal di hari Jumat Pahing, 08 Februari 1952. Beliau adalah Raden
Mas Panji Sosrokartono.
Untuk itu ijinkanlah saya mendedikasikan tulisan dan coretan yang berinspirasikan dari
berbagai sumber untuk mengenang, mengingat dan memuliakan beliau yang tlah
mengabdikan hidupnya, jiwa dan raganya, untuk sesama dengan tulus dan ikhlas.
SUWUNG ing pamrih.
SUWUNG adalah sebuah pengalaman mistis, spiritual yang berada pada puncak intuisi
yang efektif dan transendental. Ini hanya bisa dialami apabila seseorang itu menggeser
semesta kesadarannya dari yang inderawi menuju ke atasnya. Dalam SUWUNG itulah,
dunia inderawi ditinggalkan dan digantikan oleh semesta yang lain, sehingga sampai
pada satu titik keseimbangan semua dimensi di Jagad Raya.
Kata "SUWUNG" yang berasal dari bahasa Jawa ini mengandung makna paradoks.
Bila kita membayangkan sebuah garis linier imajinatif, SUWUNG menduduki tiga titik
yang berbeda-beda pada garis linier imaginatif tersebut.
Pada titik yang paling dekat dengan imajinasi pikir kita, SUWUNG berarti gila, kurang
waras, “gendheng” atau yang lebih populer disebut “kenthir”. Orang yang menderita
gangguan kejiwaan sering mengalami hilang ingatan. Dia tidak tahu siapa dirinya, apa
keinginannya, atau untuk apa dia hidup. Pendek kata, kesadaran akan diri dan
lingkungannya tidak terdapat dalam dirinya alias SUWUNG atau gendheng itu tadi.
Pada titik yang lebih seimbang, yang terletak di tengah garis linier imajinatif ini,
SUWUNG dapat dimaknai sebagai kosong, nihil, tanpa bentuk dan abstrak. Seseorang
yang berada dalam kondisi SUWUNG, dia mengalami kenihilan dalam alam pikir dan
kehendaknya. Kekosongan ini menjadikan dirinya netral, tidak berpihak, tidak
berkemauan untuk menonjolkan diri, mengikuti arus, dan membiarkan segala yang
berada di sekitarnya berjalan sebagaimana alam menghendakinya. Dirinya sendiri tidak
ikut serta dalam hiruk pikuk di sekitarnya. Dia berdiam diri, berkontemplasi dan
menyibukkan dengan diri sendiri. Kalau ada gejolak di luar, dia memahami namun tidak
bereaksi.
Pada ujung garis linier imajinatif yang jauh dari kita, SUWUNG memiliki makna yang
berkebalikan dengan titik yang terdekat dengan kita. Kata ini mengandung makna
kekosongan yang bernuansa pengendalian diri yang sempurna dan kesadaran sejati
akan diri. Seseorang yang berada dalam kondisi SUWUNG jenis ini, dia mencapai
tahapan akhir dalam pengendalian diri yang luar biasa dan mampu mengontrol diri
secara sempurna sehingga dia mengetahui secara pasti kapan dia harus berbuat dan
kapan dia harus menahan diri. Kesempurnaan pengendalian diri ini menjadikan dirinya
memiliki kemerdekaan yang hakiki atas hidup.
Manusia SUWUNG jenis ini mengetahui secara pasti peran dirinya dalam jagad
semesta. Dia mampu menempatkan dirinya secara tepat. Dia menjalin komunikasi yang
intens dengan diri sendiri, dengan manusia, tumbuhan, dan hewan, dengan semesta,
dan juga dengan yang Maha Kuasa. Kekosongan ini membuat dia mampu
mengendalikan nafsu, keinginan, dan hasrat ragawi manusia. Manusia SUWUNG jenis
ini seperti seorang petapa yang proaktif. Pertapaannya tidak dilakukan di gunung tinggi,
belantara sunyi, atau di gua yang dalam, tetapi di jagad raya yang hiruk-pikuk ini.
Dirinya berada dalam kekosongan yang berisi, bahkan meluap dengan buah-buah
kebajikan dan pelayanan yang nyata kepada sesama.
Sayangnya, manusia SUWUNG jenis terakhir ini sangat langka. Jauh lebih langka
ketimbang Harimau Sumatra yang mendekati titik kepunahan. Bila kita melihat kondisi
sekarang, mata kita lebih sering disuguhi oleh berbagai ke-SUWUNG-an jenis yang
pertama.
Lihatlah betapa pongahnya para pemimpin dan elit politik kita mempertontonkan
kesuwungan jenis yang pertama ini di televisi. Mereka mempertontonkan berbagai
perilaku nyleneh yang sering tidak dapat diterima akal sehat. Mengemplang duit pajak
atau duit rakyat (korupsi) dianggap biasa. Menyuap atau disuap demi pangkat, jabatan,
dan kedudukan dianggap sudah sewajarnya. Layaknya para pengidap gangguan
kejiwaan, mereka tertawa penuh kebanggaan (baca: kegilaan) bila berhasil mengelabui
penegak hukum.
Atau, apakah virus SUWUNG jenis pertama ini sudah pula menyebar sedemikian
sempurnanya ke aparat hukum kita sehingga perilaku mereka dianggap normal, wajar,
dan sudah semestinya? Sebagian besar dari kita menjadi marah, gregetan, dan
sekaligus geli atas perbuatan mereka. Namun karena sering tidak berdaya, kita hanya
dapat menertawakan mereka. Barangkali tertawa menjadi terapi ampuh bagi kita agar
tidak terjerumus dalam SUWUNG jenis pertama ini. Lagi pula, menertawakan orang gila
kan biasa.
Masalahnya, apabila mereka yang memimpin menderita sakit jiwa, bagaimana dengan
mereka yang dipimpin? Tentu, lama-kelamaan rakyat ikut gila juga. Sepertinya, jaman
edan telah mewujud nyata dalam kehidupan bermasyarakat kita: tidak ikut edan,
bakalan tidak kebagian. Tetapi jangan lupa bahwa hanya yang “eling lan waspada” lah
yang akan mendapat kemuliaan. Orang yang ingat dan waspada inilah yang sementara
ini mengalami ke-SUWUNG-an yang berada di tengah garis linier imajinatif di atas.
Saat ini mereka melihat, mengamati, dan menunggu. Nanti, di saat yang tepat, mereka
akan mendapat kesadaran baru dan menjelma menjadi manusia-manusia SUWUNG
jenis terakhir di atas. Mereka inilah yang akan membawa gelombang pembaharuan
dalam masyarakat kita dan menggilas mereka yang gila. SUWUNG jugakah Anda?
Kakak dari ibu kita Kartini ini, setelah tamat dari Eropesche Lagere School di Jepara,
melanjutkan pendidikannya ke H.B.S. di Semarang. Pada tahun 1898 meneruskan
sekolahnya ke negeri Belanda. Mula-mula masuk di sekolah Teknik Tinggi di Leiden,
tetapi merasa tidak cocok, sehingga pindah ke Jurusan Bahasa dan Kesusastraan
Timur. Beliau merupakan mahasiswa Indonesia pertama yang meneruskan pendidikan
ke negeri Belanda, yang pada urutannya disusul oleh putera-putera Indonesia lainnya.
Sampai suatu ketika terdengar berita tentang sakitnya seorang anak berumur ± 12
tahun. Anak itu adalah anak dari kenalannya yang menderita sakit keras, yang tak
kunjung sembuh meki sudah diobati oleh beberapa dokter. Dengan dorongan hati yang
penuh dengan cinta kasih dan hasrat yang besar untuk meringankan penderitaan orang
lain, saat itu juga beliau menjenguk anak kenalannya yang sakit parah itu.
Sesampainya di sana, beliau langsung meletakkan tangannya di atas dahi anak itu dan
terjadilah sebuah keajaiban. Tiba-tiba si bocah yang sakit itu mulai membaik dengan
hitungan detik, dan hari itu juga ia pun sembuh.
Beliau kecewa, karena di sana beliau hanya dapat mengikuti mata kuliah yang sangat
terbatas, tidak sesuai dengan harapan beliau. Di sela-sela hati yang digendam kecewa,
datanglah ilham untuk kembali saja ke tanah airnya. Di tanah airnyalah beliau harus
mencurahkan segenap tenaga dan pikiran untuk mengabdikan diri kepada rakyat
Indonesia. Sesampainya di indonesia, beliau bertempat tinggal di Bandung, beliau
menjadi sang penolong sesama manusia yang menderita sakit jasmani maupun rohani.
Artinya,
menerima dengan tawakal
tiada pamrih jauh dari takut,
abadi tiada duka tiada suka,
tenang memusat bahagia bertakhta.
menerima apa saja dengan penuh kepasrahan. Tidak sekedar menerima, tapi perlu ada
kepasrahan. Untuk menghilangkan rasa takut, maka seseorang dianjurkan untuk
mengosongkan hatinya dari pamrih.
Dapat diterjemahkan “Keabadian yang tak diselimuti perasaan susah maupun senang”.
Derita, kesedihan, dan kesusahan pun tak lagi ada. Begitu pun dengan perasaan
senang, dalam hal ini pun dianggap tiada.
lebih mengarah pada suasana batin yang selalu tenang, konsen, selamat dari kotoran-
kotoran nafsu, dan kuat dari segala bentuk ujian dan cobaan. Ketenangan, kearifan,
khusyu’ beribadah, terselamatkan dari godaan nafsu, dan kebahagiaan hidup di akhirat
kelak adalah lebih baik dari setiap sesuatu di dunia yang baik.
Bagi seseorang yang tak punya pamrih, ia tak punya rasa takut. Apa pun
kedudukannya, betapa pun jabatannya. Ia berjalan di atas kebenaran dan keadilan. Ia
tak digentarkan oleh keadaan, dan kesulitan-kesulitan yang kelah dihadapinya, karena
sikapnya yang konsekuen dan konsisten. Ia berani dan bersedia menanggung akibat
perbuatannya atau keputusannya. Bahkan ia menyadari segala perbuatan dan
keputusannya juga dipertanggung jawabkannya di hadapan Tuhannya.
Ia mencari kebenaran dengan pikiran yang terbuka ( seek the truth with open mind).
Jiwanya tidak kerdil, bukan pula pengkhianat atau penjilat, ia benci kepada sifat
pengecut. Dalam usahanya mencari nafkah, sangat terpuji.
Ia menyadari bahwa dalam hidup ini penuh kesulitan ( ing donya mung kebak kangelan,
sing sopo oran gelem kangelan, ojo ana ing donya). Kesulitan harus diatasi. Kalau
kesulitan sudah dipecahkan maka isinya adalah kebahagiaan.
Ia tahu makna pengorbanan, namun dilakukan dengan ikhlas. Setiap saat ia akan kena
fitnah. Ia merasakan hal itu. Betapa pun bersihnya manusia seperti salju dan betapa
pun putihnya seperti kapas, namun manusia tidak akan lepas dari fitnahan. Tapi kalau
ini terjadi, dan dilakukan pengusutan, maka yang muncul adalah kebenaran. Kebenaran
itu kadang-kadang terdesak, tapi tidak pernah musnah. Kebenaran selalu ada pada
orang yang “ SUWUNG pamrih, tebih ajrih”.
Ia sudah menyatu dengan Tuhannya, karena itu ia digdaya tanpo aji. Payung kula Gusti
kula, tameng kula inggih Gusti kula. Karena kesediaannya untuk berkorban, menolong
sesama, manusia yang susah, yang sakit, bukan dengan tekad pamrih, melainkan
dengan tekad “asih”. “Ajini pun inggih boten sanes namung aji tekad , ilmuni pun ilmu
pasrah, rapalipun adiling Gusti. Sinau melu susah, melu sakit, tegesipun: sinau ngudi
raos lan batos, sinau ngudi kamanungsan. Ganjarane, ayu lan arume sesami”.
Ia akan diterima dengan baik, di mana pun ia berada. Ia bersahabat dengan siapa pun.
Dari orang melarat yang hina sampai pada orang-orang besar dan berpangkat, serta
orang-orang kaya. Ia tidak suka membeda-bedakan. Ia melihat bukan kepada apa yang
nampak secara lahiriah, bukan materi yang dinilai, bukan pula kedudukan yang
dihargai. Ia melihat semuanya dengan wajar. Bukankah semua itu manusia juga,
dengan segala kelemahan danketerbatasannya.
Ia bersifat lapang dada, lebih suka mengampuni dari pada menghukum, lebih
bersemangat membimbing daripada menghancurkan.
Ia seorang yang bijaksana, beliau pernah berkata : “ nanging kulo mboten kenging nilar
patokan waton kulo piyambak, utawi supe dateng maksud lan ancasipun agesang,
inggih punika: Ngawula dateng kawulaning Gusti, lan memayu ayuning urip”
Ia punya sahabat di mana-mana, siapa pun ingin bersahabat dengan beliau, sebab
ketika berdekatan dengan beliau, mereka merasakan adanya getaran hidup sampai ke
relung hatinya yang paling dalam. Getaran hidup yang memancarkan rasa tentrem,
langgeng tan ana susah tan ana bungah, anteng manteng sugeng jeneng.
SUWUNG pamrih, tebih ajrih. Orang yang punya pamrih sama dengan orang yang
lemah.
Orang yang punya pamrih, akan mendapatkan sesuatu, jadilah ia berhutang budi
kepada orang yang memberi sesuatu kepadanya. Maka sulit dan sangat sulit bagi
orang yang sudah berhutang budi dapat bertindak adil.
Konsep “trimah mawi Pasrah”, oleh Drs. R. M. P. Sosrokartono, diperjelas dengan apa
yang pernah beliau katakan di bawah ini :
Ikhlas marang apa sing wes kelakon.
Trimah apa kang dilakoni.
Pasrah marang apa bakal ana.
Artinya,
Ikhlas terhadap apa yang telah terjadi.
Menerima apa yang dijalani.
Pasrah terhadap apa yang akan ada.
Jadi, selain bergandengan dengan ilmu sabar, ilmu pasrah dan ilmu trimah juga
bergandengan dengan ilmu ikhlas, tidak mencari pamrih, tidak karena ingin dipuji, tidak
pamer kepada orang lain. Apa yang telah terjadi, biarlah terjadi, karena kepasrahan
akan membawa keridhaan, dan keridhaan akan membawa keikhlasan, dan itulah sabar,
sebuah sifat yang sangat disukai oleh Tuhan.
juga dapat diartikan bahwa manusia hanya dapat berusaha, sedangkan Tuhanlah yang
menentukan segalanya. Oleh karena itu, janganlah terlalu menyesali nasib, karena
dibalik derita ada bahagia, dibalik kesusahan ada kemudahan. Yang pasrah akan
mendapat kemudahan, yang ridha akan mendapatkan ganti, yang sabar akan
mendapatkan kemuliaan dan yang ikhlas akan mendapat ketenangan dan kebahagiaan
hati.
Artinya :
Tiada pamrih, tiada takut,
hanya mencari sesuatu yang baik,
semua saya serahkan kepada Tuhan.
Artinya :
Artinya,
Ketika anda menangis, menangislah karena syukur dan ikhlas, bukan karena
menginginkan imbalan yang tak kunjung tiba. Apalah artinya menantikan imbalan, jika
semua yang ada tak mengizinkan. Apalah artinya tangisan hanya gara-gara ingin dipuji,
dibalas atau diberi, jika kemuliaan jauh dari kita. Yang terpenting adalah kedamaian,
ketentraman, aman, kebahagiaan dan kemuliaan.
Pamrih itu hanya membuat seseorang menjadi penakut, picik, menderita, menjenuhkan,
bahkan dapat membuat orang menjadi hina.
SUWUNG menurut R. Ng. Ronggowarsito
Masyarakat Jawa tidak akan gampang melupakan sastrawan dan pujangga besar
bernama Raden Ngabehi (R. Ng.) Ronggowarsito. Tokoh yang hidup pada masa ke-
emasan Keraton Surakarta tersebut adalah pujangga besar yang telah meninggalkan
‘warisan tak terharga’ berupa puluhan serat yang mempunyai nilai dan capaian estika
menakjubkan. Ketekunannya pada sastra, budaya, teologi serta ditunjang bakat,
mendudukkan ia sebagai pujangga terakhir Keraton Surakarta.
R. Ng. Ronggowarsito terlahir dengan nama kecil Bagus Burham pada tahun 1728 J
atau 1802 M, putra dari RM. Ng. Pajangsworo. Kakeknya, R.T. Sastronagoro yang
pertama kali menemukan satu jiwa yang teguh dan bakat yang besar di balik kenakalan
Burham kecil yang memang terkenal bengal. Sastronagoro kemudian mengambil
inisiatif untuk mengirimnya nyantri ke Pesantren Gebang Tinatar di Ponorogo asuhan
Kyai Kasan Besari.
Pertama mengabdi pada keraton Surakarta Hadiningrat dengan pangkat Jajar. Pangkat
ini membuatnya menyandang nama Mas Panjangswara. Semasa kecil beliau diasuh
oleh abdi yang amat kasih bernama Ki Tanudjaja. Hubungan dan pergaulan keduanya
membuat Ranggawaraita memiliki jiwa cinta kasih dengan orang-orang kecil (wong
cilik). Ki Tanudjaja mempengaruhi kepribadian Ranggawarsita dalam penghargaannya
kepada wong cilik dan berkemampuan terbatas. Karena pergaulan itu, maka
dikemudian hari, watak Bagus Burham berkembang menjadi semakin
bijaksana. Ranggawarsita wafat pada tanggal 24 Desember1873 bulan Desember hari
Rabu pon.
Sejatine Ingsun anata malige ana sajroning Betal Muharram,
iku omah enggoning lalaranganing Ingsun,
jumeneng ana dhadhaning Adam,
kang ana sajroning dhadha iku ati,
kang ana antaraning ati iku jantung,
sajroning jantung iku budi,
sajroning budi iku jinem,
iya iku angen-angen,
sajroning angen-angen iku rahsa,
sajroning rahsa iku Ingsun,
ora ana Pangéran amung Ingsun Dat kang anglimputi kahanan jati.
Artinya :
Mengenai kaitan antara filsafat rasa dan keindahan sastra, ada peristiwa tekstual-
kultural yang sangat menarik. Yaitu, adanya teks tembang yang mengalami apresiasi
kultural yang luar biasa. Teks itu adalah bagian dari pupuh Pangkur (pupuh pertama)
dalam Serat Wedhatama, tepatnya pada atau bait ke-13. Teks itu layak disebut sebagai
"teks sakral," yang lengkapnya adalah sebagai berikut:
Artinya :
Bagaimanakah bentuk "apresiasi kultural yang luarbiasa" terhadap teks sakral tersebut?
Pertama, teks tersebut "dinaikkan derajatnya" dari teks tembang macapat menjadi teks
janturan (Sukatno 1993: 90). Berikut adalah sebagian dari teks janturan :
Artinya :
Artinya :
Artinya :
Seseorang yang berada dalam kondisi SUWUNG jenis ini, dia mencapai tahapan akhir
dalam pengendalian diri yang luar biasa dan mampu mengontrol diri secara sempurna
sehingga dia mengetahui secara pasti kapan dia harus berbuat dan kapan dia harus
menahan diri.
Kalender Jawa menunjukkan perputaran hidup antara manusia dimana hidup itu
diciptakan oleh Gusti, pencipta Jagat Raya, Tuhan Yang Maha Kuasa.
TAHUN
Terdapat delapan nama dari tahun Jawa, misalnya tahun internasional 1999 sama
dengan tahun Jawa, Ehe 1932 yang dimulai sejak bulan Sura, bulan pertama.
Kedelapan tahun itu membentuk kalimat ”ada-ada tumandang gawe lelakon urip bola-
bali marang SUWUNG” yang artinya : mulai melaksanakan aktifitas untuk proses
kehidupan dan selalu kembali kepada kosong (SUWUNG). Tahun dalam bahasa Jawa
itu wiji (benih), kedelapan tahun itu menerangkan proses dari perkembangan wiji
(benih) yang selalu kembali kepada kosong yaitu lahir-mati, yang selalu berputar.
BULAN
Satu tahun terdiri dari 12 bulan yang menunjukkan sangkan paraning dumadi (asalnya
dari mana dan akan pergi kemana), disini ada 12 proses yaitu :
Setiap eksistensi dari hidup manusia baru dimulai dengan Rijal (sinar hidup yang
diciptakan oleh kekuatan gaib dari Gusti Tuhan). Perputaran hidup manusia adalah dari
rijal kembali ke rijal melalui SUWUNG (kosong).
Dari bulan pertama sampai dengan bulan ke sembilan manusia baru tersebut berada di
kandungan ibu dalam proses untuk mengambil bayi hidup yang sempurna, siap untuk
lahir; dari bulan kesepuluh dia menjadi seorang manusia yang hidup didunia ini. Bulan
kesebelas melambangkan akhir dari pada eksistensinya didunia ini yaitu, wusana
artinya sesudahnya.
Yang terakhir adalah SUWUNG artinya kosong, hidup pergi kembali dari mana hidup itu
datang. Dengan kehendak Gusti hidup itu kembali lagi menjadi rijal, inilah perputaran
hidup karena hidup itu abadi.
Seorang yang telah mencapai SUWUNG itu tidak akan merasa rugi meski kehilangan
barang yang dicintainya. Karena yang ada dalam jiwanya hanya Tuhan.
Dalam Serat Wedhatama diterangkan bahwa alam semesta yang dihuni oleh makhluk
hidup dibedakan menjadi dua alam yakni alam yang selalu berubah (fana’) dan alam
yang tetap (abadi). Konsep mengenai hal tersebut antara lain termuat dalam pupuh
pangkur bait ke 14 yang berbunyi :
Sejatine Kang mangkana
Wus kakenan nugrahaning Hyang Widhi
Bali alaming nga-SUWUNG,
Tan karem karameyan
Ingkang sipat wisesa winisesa wus,
Mulih mula mulanira
Mulane wong anom sami.
Artinya:
Sebenarnya yang demikian itu
Sudah mendapat anugerah
TuhanKembali ke alam kosong,
Tidak mabuk keduniawian
Yang bersifat kuasa menguasai,
Kembali ke asal mula
Oleh karena itu wahai anak muda
Dari kutipan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa disamping alam tempat hidup
manusia sekarang ini, dalam Serat Wedhatama berpandangan bahwa ada suatu alam
lainnya yang disebut sebagai ALAM SUWUNG. Ini merupakan tempat asal dan
sekaligus tempat kembalinya manusia yang dapat memperoleh karunia Tuhan.
Alam sekarang ini disebut pula alam kinaot (pupuh gambuh bait ke 13) yakni alam yang
tinggi tingkatannya atau alam yang sangat istimewa indahnya. Oleh karena
kesempurnaan hidup merupakan tujuan utama bagi setiap manusia agar tercapai
kebahagiaan hidup sejati baik pada kehidupan ini (fana’) maupun kehidupan setelah
mati.
Kebahagiaan hidup sejati didunia ini bukan diukur dari keadaan terpenuhinya
kebutuhan materil secara melimpah tetapi sebaliknya berupa pemenuhan kebutuhan
yang wajar, adil dan seimbang bagi keperluan jasmani serta rohaninya Disamping itu
ALAM SUWUNG pun disebut alam lama maot yang terdapat pada pupuh gambuh bait
ke 17 yaitu:
Artinya:
Alam lama amot (maot) secara harfiah bermakna alam yang dapat memuat dalam
waktu yang lama atau dengan perkataan lain langgeng atau abadi. Dapat pula diartikan
sebagai alam baka atau alam akhir.
Dalam alam akhir inilah kita akan mengalami kehidupan akhirat sebagai lawan
kehidupan dunia dan kehidupan akhirat adalah kehidupan yang berjangka panjang, dan
jauh, kehidupan ini akan dialami oleh semua manusia tanpa terkecuali sesudah mati,
kehidupan ini tidak bisa dijelaskan secara keilmuwan, karena diluar jangkauan
keilmuwan sehingga untuk memahami realitas kehidupan akhirat harus melalui
perenungan yang transenden, yang melintasi batas-batas dimensi fisik, ruang dan
waktu yang terbatas.
Melalui pengembaraan iman yang cerdas, yang secara ghaib menembus dinding dan
pembatas yang berada dalam ruang dan waktu yang bersifat fisik, hakikat kehidupan ini
tidak berada pada kepentingan-kepentingan duniawi yang sifatnya sementara seperti
permainan yang segera berakhir.
Oleh karena itu hakikat kehidupan adalah kehidupan akhirat kehidupan jangka panjang
yang hanya bisa dicapai dengan menekan "keakuan" dititik rendah, sebuah perjalanan
yang amat panjang, yang hanya dapat dihayati dengan menjauhkan diri dari
kesombongan.
Dari uraian diatas maka jelaslah bahwa bagi Serat Wedhatama ada kehidupan yang
abadi yakni ALAM SUWUNG yang merupakan alam asal dan tempat kembalinya
manusia yang mendapat karunia Tuhan. Disamping itu alam suwung ini pun merupakan
tempat bersemayamnya Tuhan itu sendiri. Hal ini diungkapkan dalam pupuh pocung
bait ke 12 :
“…Hyang Wisesa sana pasenedan suci…" yang bermakna bahwa yang maha kuasa itu
bersemayam dialam yang suci.
Dari kehidupan dunia yang fana’ ini manusia akan menuju ke alam akhirat yaitu alam
keabadian.
Dalam Islam kehidupan akhirat adalah kehidupan yang berjangka panjang dan jauh
yaitu sebuah perjalanan yang mengharuskan melalui tahapan-tahapan, baik untuk
istirahat, membersihkan diri atau mengisi dan membawa bekal untuk perjalanan
berikutnya yaitu harus mengalami, hari kiamat, kebangkitan, pengadilan, hukuman dan
pembalasan, baik sorga ataupun neraka adalah bagian dari kehidupan akhirat itu
sendiri.
Pada hakikatnya kehidupan akhirat adalah perjalanan panjang menuju Tuhan, bukan
perjalanan menuju sorga atau menghindari neraka. Karena sesungguhnya kita semua
berasal dari Tuhan dan akan kembali juga kepadanya, perjalanan panjang menuju Allah
dalam kehidupan akhirat dilakukan manusia pada tahapan nafsu dan nafs pada
hakikatnya adalah transendental dari nafs yang terbatas menuju nafs yang tak terbatas
(Tuhan).
Salam Katresnan,
http://gedhangawohpakel.blogspot.com/2013/06/suwung-sajroning-asepi.html