Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

Halaman Judul
Daftar Isi .......................................................................................................................... i
Peta Konsep..................................................................................................................... ii
Pembahasan ..................................................................................................................... 1
2.1.Pengertian Teori Keagenan ................................................................................. 1
2.2.Biaya Keagenan ................................................................................................... 3
2.3.Struktur Kepemilikan .......................................................................................... 5
2.4.Konsep Teori Keagenan ...................................................................................... 5
2.5.Masalah Keagenan............................................................................................... 6
2.6. Cara Untuk Mengatasi Masalah Keagenan ........................................................ 7
Kesimpulan....................................................................................................................... 9
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 10

i
2.1 Pengertian Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai


kepentingan yang berbeda (Jensen dan Meckling, 1976). Perusahaan yang memisahkan
fungsi pengelolaan dan kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan (Lambert,
2001). Dalam model keagenan dirancang sebuah sistem yang melibatkan kedua belah
pihak, sehingga diperlukan kontrak kerja antara pemilik (principal) dan manajemen
(agent). Dalam kesepakatan tersebut diharapkan dapat memaksimumkan utilitas principal,
dan dapat memuaskan serta menjamin agen untuk menerima reward dari hasil aktivitas
pengelolaan perusahaan. Perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajemen terletak
pada maksimalisasi manfaat (utility) pemilik (principal) dengan kendala (constraint)
manfaat (utility) dan insentif yang akan diterima oleh manajemen (agent). Karena
kepentingan yang berbeda sering muncul konflik kepentingan antara pemegang saham/
pemilik (principal) dengan manajemen (agent).

Pada dasarnya agency theory merupakan model yang digunakan untuk


memformulasikan permasalahan (conflict) antara manajemen (agent) dengan pemilik
(principal). Model principal-agent dapat digambarkan dalam gambar-1 sebagai berikut
(Lambert, 2001):

Gambar-1

Model Principal-Agent

…………

Contract s(x,y) Agent selects Performance measures Agent is paid s(x,y)

Agreed Upon action (a) (x,y,etc.) observed Principal keeps x-


s(x,y)

Pada gambar tersebut “s” merupakan fungsi kompensasi yang akan dijadikan dasar
dan bentuk fungsi yang menghubungkan pengukuran kinerja dengan kompensasi agen; “y”
menunjukkan vector pengukuran kinerja berdasarkan kontrak. Berdasarkan kontrak tersebut
agen akan menyeleksi dan atau melakukan aktivitas (action “a”) yang meliputi kebijakan
operasional (operation decisions), kebijakan pendanaan (financing decision), dan kebijakan

1
investasi (investment decisions). Sedangkan “x” menunjukkan “outcome” atau hasil yang
diperoleh perusahaan, dan selanjutnya digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja dan
kompensasi agen.

Kinerja perusahaan yang telah dicapai oleh pihak manajemen diinformasikan kepada
pihak pemilik (principal) dalam bentuk laporan keuangan. Dalam sistem desentralisasi,
manajemen mempunyai informasi yang superior dibandingkan dengan pemilik, karena
manajemen telah menerima pendelegasian untuk pengambilan keputusan/kebijakan
perusahaan. Ketika pemilik tidak dapat memonitor secara sempurna aktivitas manajemen,
maka secara potensial manajemen dapat menentukan kebijakan yang mengarah pada
peningkatan level kompensasinya. Pada model hubungan principal-agent, seluruh tindakan
(actions) telah didelegasikan oleh pemilik (principal) kepada manajer (agent). Rajan dan
Saouma (2006) menunjukkan bahwa arus informasi hubungan antara principal-agent dapat
digambarkan pada gambar-2 berikut.

Gambar- 2

Urutan Arus Informasi - Model Hubungan Principal-Agent

Time Line

0 1 2 3

..…….......….
s contract contract efforts π compensation

revealed menu offered selected chosen realized made

by owner by manage

Berdasarkan gambar 2.2 tersebut, maka urutan arus informasi dapat dijelaskan berikut.
Pertama, pada periode nol (time 0) manajer menerima sinyal, s dan pada periode satu (time
1) pemilik menawarkan kepada manajer satu menu kontrak. Jika manajer setuju, maka
manajer mengkomunikasikan pilihan kontraknya kepada pemilik; sebaliknya jika manajer
menolak, maka hubungan berakhir. Kedua, pada periode dua (time 2), manajer memilih level
aktivitas (effort) dan konsekuensinya dengan profit yang dihasilkan (π). Ketiga, pada periode
tiga (time 3), pemilik membayar kompensasi kepada manajer berdasarkan kontrak yang telah
disepakati.

Model hubungan principal-agent diharapkan dapat memaksimumkan utilitas principal,


dan dapat memuaskan serta menjamin agen untuk menerima reward dari hasil aktivitas
pengelolaan perusahaan.
2
Ketika pemilik tidak dapat memonitor secara sempurna aktivitas manajemen, maka
secara potensial manajemen dapat menentukan kebijakan yang mengarah pada peningkatan
level kompensasinya. Rajan dan Saouma (2006) menyatakan bahwa besarnya kompensasi
yang diterima oleh pihak manajemen (agent) tergantung pada besarnya laba/ profit (π) yang
dihasilkan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati dengan pihak pemilik (owner).
Besarnya laba yang diinformasikan melalui laporan keuangan, tidak terlepas dari kebijakan
akuntansi yang dibuat oleh manajemen. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dinyatakan bahwa
besarnya kompensasi yang diterima oleh pihak manajemen (agent) tergantung pada besarnya
laba/ profit (π) yang dihasilkan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati dengan pihak
pemilik.

2.1 Biaya Keagenan (agency cost).

Biaya Keagenan (agency cost) adalah konsep ekonomi mengenai biaya pemilik (principal)
baik organisasi, perseorangan atau sekelompok orang, ketika pemilik (principal) memilih atau
menyewa seorang "agen" untuk bertindak atas namanya. Kedua belah pihak memiliki
kepentingan yang berbeda dan agen memiliki informasi lebih banyak , maka pemilik (principal)
tidak bisa secara langsung memastikan bahwa agennya selalu bertindak dalam kepentingan yang
terbaik bagi pemilik (principal).

Contoh dari biaya keagenan:

a. Biaya yang ditanggung oleh pemegang saham pemilik (principal) , ketika manajemen
perusahaan (agen) membeli perusahaan lain untuk memperluas kekuasaannya, atau
menghabiskan uang pada proyek-proyek yang lebih disukai bukannya
memaksimalkan nilai perusahaan.
b. Masyarakat sebagai pemilih dimana berperan sebagai principal ketika seorang
politisi/wakil rakyat sebagai (agen). Seringkali politisi tersebut yang lolos legislatif
selalu dibantu oleh "kontributor" besar untuk kampanye mereka daripada para
pemilihnya.

Sumber biaya
Biaya ini terdiri dari dua sumber utama:

3
a. Biaya inheren terkait dengan penggunaan agen (misalnya, risiko bahwa agen akan
menggunakan sumber daya organisasi untuk keuntungan mereka sendiri) dan
b. Biaya teknik yang digunakan untuk mengurangi masalah yang terkait dengan agen
menggunakan informasi -pertemuan lebih lanjut tentang apa yang dilakukan agen
(misalnya, laporan keuangan biaya produksi ) atau menggunakan mekanisme untuk
menyelaraskan kepentingan agen dengan principal ( misalnya kompensasi eksekutif
dengan pembayaran ekuitas seperti opsi saham ).

Biaya keagenan dalam tata kelola perusahaan


Asimetri informasi yang ada antara pemegang saham dan Chief Executive Officer (CEO)
umumnya dianggap sebagai contoh klasik dari masalah principal-agent . Agen (manajer)
bekerja atas nama principal (pemegang saham), yang tidak mengamati tindakan, atau banyak
tindakan, atau tidak menyadari dampak dari banyak tindakan agen. Yang paling penting,
bahkan jika tidak ada informasi asimetris, desain kontrak manajer akan menjadi sangat
penting untuk menjaga hubungan antara tindakan mereka dan kepentingan pemegang saham.
Asimetri informasi memberikan kontribusi untuk masalah moral hazard dan adverse
selection.
Biaya agensi terutama timbul karena biaya kontrak dan perbedaan kontrol, pemisahan
kepemilikan dan kontrol serta tujuan manajer.yang berbeda (bukan maksimalisasi pemegang
saham)
Manajemen
Kasus klasik agency cost perusahaan adalah profesional manajer-khususnya CEO-dengan
hanya sebagian kecil kepemilikan, memiliki kepentingan yang berbeda dari pemilik
perusahaan.
Alih-alih membuat perusahaan lebih efisien dan menguntungkan, CEO mungkin tergoda
untuk:

a. Membangun kerajaan (yaitu meningkatkan ukuran perusahaan, bukan ukuran dari


keuntungan, "yang biasanya meningkatkan prestise eksekutif ', tunjangan,
kompensasi", dll, tetapi dengan mengorbankan efisiensi dan nilai perusahaan);
b. Tidak memecat bawahan yang biasa-biasa saja atau bahkan yang tidak memiliki
kemampuan

4
c. mempertahankan uang dalam jumlah besar, boros, memberikan kemerdekaan dari
pasar modal
d. Maksimum kompensasi dengan meminimalkan "persyaratan" -tekanan
e. Melakukan Penipuan, manajemen bahkan mungkin memanipulasi angka-angka
keuangan untuk mengoptimalkan bonus dan harga saham yang berhubungan dengan
pilihan.

2.2 Struktur Kepemilikan (Ownership Structur)

Jensen dan Meckling (1976) telah menemukan bahwa kepemilikan manajerial yang lebih
besar akan menurunkan biaya keagenan. Dengan dimulai dengan menggambarkan perusahaan
yang dikelola oleh 100% pemiliknya sendiri, maka biaya keagenan bisa tidak ada.
Berdasarkan teori tata kelola perusahaan (corporate governance), pemilik atau pemegang
saham menjalankan peran penting dalam menciptakan tata kelola perusahaan. Tata kelola
perusahaan dapat dibagi menjadi dua mekanisme, mekanisme internal dan eksternal.
Mekanisme pencegahan kesalahan internal terdiri dari komite audit, komite pemantauan
risiko, audit internal, dan pemantauan risiko, yang membantu dewan komisaris (board) dalam
menciptakan sistem pengendalian. Mekanisme eksternal termasuk auditor eksternal, otoritas
regulasi, dan pemegang saham. Pemilik (shareholder) memegang peran penting dalam
penentuan struktur perusahaan, meliputi: ukuran dan jenis bisnis, arah pengembangan bisnis,
jumlah pemilik yang dominan, pertimbangan pajak, strategi perusahaan, kebijakan
penggunaan profesional, struktur modal perusahaan, pertimbangan pembiayaan perusahaan,
kebijakan investasi, alokasi risiko, dan bentuk pengendalian (Colley Jr dkk, 2003). Pemilik
dengan wewenang dan kuasanya, akan efektif dalam menentukan hal tersebut, selama tidak
terjadi masalah keagenan. Hal ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
mekanisme tata kelola internal.

2.3 Konsep Teori Keagenan

Konsep agency theory sendiri merupakan suatu hubungan antara principal sebagai
pemilik atau pemegang saham dengan manajemen yang bertindak sebagai agen. Principal

5
merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama principal,
sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh principal untuk menjalankan
perusahaan. Pengaplikasian agency theory dapat terwujud dalam sebuah kontrak kerja yang
mengatur proporsi hak dan kewajiban dari masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan
manfaatan secara keseluruhan. Kontrak kerja merupakan seperangkat aturan yang mengatur
mekanisme bagi hasil, baik berupa keuntungan, return maupun resiko-resiko yang telah disetujui
oleh prinsipal dan agen. Kontrak kerja menjadi optimal apabila dalam pelaksanaan kontrak dapat
fairness (mencapai keadilan) antara principal dan agen yang memperlihatkan pelaksanaan
kewajiban yang optimal oleh agen dan pemberian insentif imbalan khusus yang memuaskan dari
principal ke agen.

Eisenhard (1989), menyatakan bahwa teori keagenan dilandasi oleh 3 asumsi yaitu:

a. Asumsi tentang sifat manusia. Asumsi tentang manusia yang memiliki sifat
mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded
rationality), dan tidak menyukai resiko (risk aversion).
b. Asumsi tentang keorganisasian. Asumsi tentang adanya konflik antar anggota organisasi,
efisiensi sebagai kriteria produktivitas, serta adanya Asymmetric Information (AI) antara
prinsipal dengan agen.
c. Asumsi tentang informasi. Asumsi tentang informasi yang dipandang sebagai barang
komoditi yang dapat diperjualbelikan.

Baik prinsipal maupun agen, keduanya mempunyai bargaining position. Principal


sebagai pemilik modal memiliki hak atas akses terhadap informasi internal perusahaan,
sedangkan agen yang bertugas menjalankan operasional perusahaan memiliki informasi terhadap
kegiatan operasi dan kinerja perusahaan secara riil dan menyeluruh, namun agen tidak memiliki
wewenang mutlak dalam pengambilan keputusan dikarenakan pengambilan keputusan
merupakan wewenang dari principal selaku pemilik perusahaan.

2.4 Masalah Keagenan

Menurut Lins (2003) permasalahan keagenan yang terjadi antara pemegang saham
dengan manajer akan menimbulkan biaya keagenan ekuitas. Menurut Jesen dan Meckling (1976)
terdapat tiga macam biaya keagenan, yaitu monitoring oleh prinsipal, biaya bonding oleh agen,
dan residual loss. Biaya monitoring yang dikeluarkan oleh prinsipal bertujuan untuk membatasi

6
aktivitas agen yang berbeda dengan kepentingan prinsipal, selain itu agen juga akan
mengeluarkan sumber daya (bonding cost) untuk memberikan kepastian pada prinsipan bahwa
agen tidak akan melakukan tindakan yang akan merugikan investor. Masalah keagenan potensial
terjadi apabila bagian kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari seratus persen
(Masdupi, 2005). Dengan proporsi kepemilikan yang hanya sebagian dari perusahaan membuat
manajer cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk memaksimumkan
perusahaan, sehingga nantinya akan menyebabkan biaya keagenan (agency cost). Hampir
mustahil sebuah perusahaan memiliki zero agency cost yang dapat menjamin manajer dalam
mengambil keputusan yang optimal dari pandangan shareholders akibat adanya perbedaan
kepentingan diantara mereka. Terkadang untuk mencapai kepentingannya, manajemen dapat
bertindak menggunakan akuntansi sebagai alat untuk melakukan rekayasa. Perbedaan
kepentingan diantara principal dan agen atau yang sering disebut Agency Problem, salah satunya
disebabkan oleh adanya Asimmetric Information.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) masalahan keagenan dibagi menjadi :

a. Moral Hazard yaitu permasalahan yang muncul jika agen tidak melaksanakan hal-hal
yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja.
b. Adverse Selection yaitu keadaan dimana principal tidak dapat mengetahui apakah
keputusan yang diambil oleh agen benar-benar didasarkan atas informasi yang telah
diperolehnya atau dari kelalaian tugas.

Jensen dan Meckling (1976) menambahakan pendapatnya mengenai :

a. The monitoring expenditures by the principle merupakan biaya monitoring yang


dikeluarkan oleh prinsipal untuk memonitor prilaku agen melalui budget restriction,
compensation policies.
b. The bonding expenditures by the agent dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa
agen tidak akan menggunakan tindakan tertentu yang akan merugikan prinsipal atau
untuk menjamin bahwa prinsipal akan diberi kompensasi jika ia tidak mengambil banyak
tindakan.
c. The residual loss merupakan penurunan tingkat kesejahteraan prinsipal maupun agen
setelah adanya agency relationship.

7
2.5 Cara Untuk Mengatasi Masalah Keagenan

Pada suatu keadaan yang ekstrim, manajer perusahaan dapat bertindak sepenuhnya
berdasarkan perubahan harga saham sehingga mengakibatkan biaya agen amenjadi rendah
karena manajer memiliki insentif besar untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham,
dalam keadaan ini menyewa manajer berbakat di bawah ikatan kontrak dapat mengakibatkan
pendapatan perusahaan akan dipengaruhi oleh peristiwa ekonomi yang tidak berada di bawah
kendali manajerial.

Didalam memotivasi manajer dan pemegang saham agar berperilaku untuk memajukan
tujuan perusahaan, Burdett dapat memberikan rekomendasi kepada dewan direksi berupa :

a. Penilaian terhadap kinerja manajer dibuat dengan kontrak yang jelas sehingga agen
termotivasi untuk bekerja dengan kepentingan terbaik principal
b. Principal memberikan pilihan rencana insentif jangka pendek dan jangka panjang
sedangkan agen diberikan keleluasan dengan batasan yang menguntungkan
kepentingan para pemegang saham.

Untuk mencegah terjadinya konflik dapat dilakukan beberapa cara berikut :

a. Menyusun standar yang jelas mengenai jabatan fungsional maupun struktural


ataupun posisi tertentu yang dianggap strategis dan kritis serta diiringi dengan
sosialisasi dan implementasi tanpa ada pengecualian yang tidak masuk akal.
b. Diadakan tes kompetensi dan kemampuan untuk mencapai suatu jabatan tertentu
dengan adil dan terbuka.
c. Akuntabilitas dan transparansi dalam setiap proses bisnis agar memungkinkan
monitoring dari setiap pihak sehingga adanya penyimpangan dapat diketahui dan
diberikan sanksi tanpa kompromi.

8
KESIMPULAN

Teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai


kepentingan yang berbeda (Jensen dan Meckling, 1976). Perusahaan yang memisahkan
fungsi pengelolaan dan kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan (Lambert,
2001). Dalam model keagenan dirancang sebuah sistem yang melibatkan kedua belah pihak,
sehingga diperlukan kontrak kerja antara pemilik (principal) dan manajemen (agent).

Biaya Keagenan (agency cost) adalah konsep ekonomi mengenai biaya pemilik
(principal) baik organisasi, perseorangan atau sekelompok orang, ketika pemilik (principal)
memilih atau menyewa seorang "agen" untuk bertindak atas namanya.

Jensen dan Meckling (1976) telah menemukan bahwa kepemilikan manajerial yang
lebih besar akan menurunkan biaya keagenan. Dengan dimulai dengan menggambarkan
perusahaan yang dikelola oleh 100% pemiliknya sendiri, maka biaya keagenan bisa tidak
ada. Berdasarkan teori tata kelola perusahaan (corporate governance), pemilik atau
pemegang saham menjalankan peran penting dalam menciptakan tata kelola perusahaan.
Tata kelola perusahaan dapat dibagi menjadi dua mekanisme, mekanisme internal dan
eksternal.

Konsep agency theory sendiri merupakan suatu hubungan antara principal sebagai
pemilik atau pemegang saham dengan manajemen yang bertindak sebagai agen. Principal
merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama
principal, sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh principal untuk
menjalankan perusahaan.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) masalahan keagenan dibagi menjadi, Moral
Hazard dan Adverse Selection, kemudian ditambahkan The monitoring expenditures by the
principle, The bonding expenditures by the agent, dan The residual loss

Untuk mencegah terjadinya konflik dapat dilakukan beberapa cara berikut,


Menyusun standar yang jelas mengenai jabatan fungsional, diadakan tes kompetensi dan
kemampuan, dan akuntabilitas dan transparansi dalam setiap proses bisnis.

9
DAFTAR PUSTAKA

Sukartha, I Made. 2007.” Pengaruh Manajemen Laba, Kepemilikan Manajerial, dan Ukuran
Perusahaan Pada Kesejahteraan Pemegang Saham Perusahaan Target Akuisisi”. Disertasi
Untuk Memperoleh derajat Doktor dalam Ilmu Ekonomi, Program Pascasarjana UGM,
Yogyakarta

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/132577-T%2027743-Analisa%20pengaruh-
Tinjauan%20literatur.pdf .Wendy Endrianto, FE UI, 2010.

Jensen & Meckling, 1976, Theory of The Firm: Manajerial Behaviour, Agency Cost, and
Ownership Structure, Journal Of Financial and Economics,3:305-360
Sunarto,2009, Teori Keagenan dan Manajemen Laba, Kajian Akuntansi. Vol. 1 No.1 13. 10-15.
Zelmiyanti,Riri. 2016. Pendekatan teori keagenan pada kinerja keuangan daerah dan belanja
modal (Studi Pada Provinsi di Indonesia). JRAK. Vol 1. 7

10

Anda mungkin juga menyukai