Anda di halaman 1dari 14

6.

Pusat Koperasi Pedagang Pasar (PUSKOPPAS)

Gambar 19. Perkembaangan Kelembagaan dan Usaha PUSKOPPAS


Data pada grafik di atas memperlihatkan hanya terdapat perkembangan tentang jumlah anggota
dari Puskoppas Sulawesi Selatan dimana jumlah tersebut tetap selama lima tahun.
7. Pusat Koperasi Pondok Pesantrenn(PUSKOPPONTREN)

Gambar 20. Perkembangan Kelembagaan dan Usaha PUSKPPONTREN


Gambar di atas menunjukkan jumlah anggota Puskoppontren Sulawesi Selatan makin bertambah
dan jumlah unit usaha selama lima tahun terakhir adalah tetap. Modal luar juga menunjukkan
peningkatan sementara modal sendiri tidak diberikan data. SHU mula-mula meningkat namun
cenderung menurun kembali.
8. Pusat Koperasi Simpan Pinjam (PUSKSP)

Gambar 21. Perkembangan Kelembagaan da Usaha PUSKSP


Diagram di atas memperlihatkan bahwa jumlah anggota maupun jumlah unit usaha Puskopin Jawa
Timur dan NTB selama lima tahun terakhir tidak mengalami perubahan. Berdasarkan data di atas
terlihat tidak ada perkembangan kelembagaan berarti pada kedua Puskopin. Dalam hal ini
Puskopin mengalami perkembangan yang relative tetap atau tidak berubah.
9. Pusat koperasi Wanita (PUSKOPWAN)
Gamabar 22. Perkembangan Kelembagaan dan Usaha PUSKOPWAN
Data di atas memperlihatkan jumlah anggota Puskopwan Jawa Timur dan Sulawesi Selatan
mengalami peningkatan, masing masing 3 dan 4 anggota. Jumlah anggota Puskopwan Sumatera
Barat tetap selama lima tahun terakhir. Pada sisi modal, rata-rata modal sendiri maupun moda luar
ketiga Puskopwan mengalami peningkatan. Trend SHU Puskopwan Jawa Timur dan Sulawesi
Selatan menunjukkan perkembangan makin meningkat sementara SHU Puskopwan Sumatera
Barat tidak tersedia. Pada sisi usaha, perkembangan yang makin meningkat dari permodalan
koperasi, juga perkembangan SHU yang mengalami peningkatan serta perkembangan nilai-nilai
rasio keuangan meskipun menurun, tetapi bernilai positif memperlihatkan bahwa posisi keuangan
ketiga Puskopwan relative masih kuat.
10. Pusat Koperasi POLDA (PUSKOPPOLDA)
Gambar 23. Perkembangan Kelembagaan dan Usaha PUSKOPPOLDA
Gambar diatas menunjukkan untuk jumlah unit usaha, Puskoppolda NTT dan Puskopad Sulawesi
Selatan mengalami perkembangan makin meningkat, Puskoppolda Sumatera Barat dan Sumatera
Utara mengalami perkembangan yang menurun.Dari sisi usaha, jumlah permodalan yang
meningkat dan menunjukkan kemampuan pendanaan koperasi yang semakin membaik diikuti
dengan perkembangan SHU yang cenderung mengalami peningkatan serta trend solvabilitas,
rentabilitas, dan likuiditas masing masing koperasi yang bernilai diatas nol (positif)
mengindikasikan bahwa keragaan usaha PUSKOPPOLDA secara umum adalah baik dan potensial
untuk berkembang lebih baik lagi.
11. Pusat Koperasi Veteran

Gambar 24. Perkembangan kelembagaan dan Usaha PUSKOP Veteran


Koperasi sekunder yang terpilih sebagai sampel dari koperasi Veteran ini adalah Pusat Koperasi
Purnawirawan dan Warakawuri TNI & POLRI NTT. Dari gambar menunjukkan bahwa, jumlah
unit usaha yang dijalankan tidak mengalami perubahan.Jumlah permodalan koperasi mengalami
peningkatan, tetapi hanya untuk modal sendiri. Perkembangan modal luar tidak diketahui karena
tidak tersedia data. Dari teknis pelaksanaan usaha, penurunan SHU menunjukkan kondisi usaha
yang tengah dijalankan tidak berada dalam kondisi optimum. Hal ini didikung dengan trend
rentabilitas yang sedikit mengalami penurunan. Namun demikian, kondisi ini bukanlah kondisi
yang merugikan melainkan hanya berupa fluktuasi yang temporer yang dapat bangkit kembali.
Perkembangan solvabilitas dan likuiditas yang makin meningkat menunjukkan Puskop Veteran
masih mampu dalam menngembalikan utang.
12. Pusat Koperasi Serba Usaha (PKSU)
Gambar 25. Perkembangan Kelembagaan dan Usaha PKSU
Koperasi sekunder yang terpilih sebagai sampel dari Koperasi serba Usaha adalah PKSU dari NTB
dan Kalimantan barat. Dari gambar dapat dilihat bahwa jumlah anggota PKSU menunjukkan
peningkatan tetapi jumlah unit usaha tidak mengalami perubahan.Dari sisi usaha, jumlah
permodalan yang semakin meningkat menunjukkan kemampuan pendanaan koperasi semakin
membaik. Juga perkembangan SHU dan trend solvabilitas, rentabilitas, dan likuiditas masing-
masing koperasi yang makin meningkat mengindikasikan bahwa keragaan usaha PKSU secara
umum adalah baikdan sedang mengalami peningakatan.
Secara keseluruhan keragaan Koperasi Sekunder Tingkat Provinsi ditunjukkan pada tabel 10
berikut.
4.2.3 Keragaan Kelembagaan dan Usaha Koperasi Primer
Koperasi Primer anggota Koperasi Sekunder yang terpilih dalam penelitian ini berjumlah 107
koperasi. Jumlah ini dikategorikan menurut dua belas jenis koperasi Sekunder Tingkat Provinsi
dengan perincian: (1) KUD, 26 koperasi; (2) KUD susu, 4 koperasi; (3) KOPDIT, 11 koperasi; (4)
KUD MINA, 2 koperasi; (5) KPRI, 24 koperasi; (6) KOPPAS, 6 koperasi; (7) KOPPATREN, 1
koperasi; (8) KSP, 7 koperasi; (9) KOPWAN, 5 koperasi; (10) KOPPOLDA, 12 koperasi; dan
(110 KSU, 9 Koperasi. Pada umumnya sebagian koperasi primer mengalami perkembangan yang
makin maju, sebagian lagi tidak mengalami kemajuan berarti atau tetap statis dan sebagian lainnya
malah menurun.
Keragaan masing-masing golongan koperasi secara rata-rata selama lima tahun (tahun 2001-2005)
menurut urutan nilai terbesar dapat dilihat pada gambar 26.
Gambar 26. Keragaan Kelembagaan dan Usaha Koperasi Primer Anggota Sampel dari
Koperasi Sekunder Tingkat Provinsi
Dari sisi jumah angota, KUD Susu memiliki jumlah anggota lebih banyak dibanding yang lainnya.
Dari sisi modal, KUD memiliki modal terbesar mencapai Rp 11, 4 milliar jauh diatas koperasi
lainnya. Dari sisi rasio keuangan, KOPPOLDA, KSU, KPRI dan KUD mencapai nilai solvabilitas
dan likuditas yang lebih besar dalam artian memiliki kemampuan lebih baik dalam mengembalikan
utang.
1. Koperasi Primer Anggota PUSKUD

Tabel 11. Perkembangan Aspek-aspek Keragaan Koperasi Primer Anggota PUSKUD


Berdasarkan data diatas aspek usaha yaitu jumlah anggota dan jumlah unit usaha memiliki
presentase nilai pada trend meningkat. Dengan demikian secara umum Koperasi Primer anggota
PUSKUD memiliki keragaan usaha yang cerah, yakni makin berkembang dan berpeluang
mencapai produktivitas yang lebih tinggi.
2. Koperasi Primer Anggota GKSI Jateng
Tabel 12. Perkembangan Aspek-aspek Keragaan Koperasi Primer Anggota GKSI Jateng
Data ini menunjukkan separuh koperasi Primer Anggota GKSI memiliki kemampuan eksistensi
usaha meskipun ekspansi usaha banyak dianatara mereka yang berkurang anggotanya. Dapat
dikatakan bahwa keragaan kelembagaan Koperasi Primer anggota GKSI Jateng digolongkan
berpotensi mampu berkembang di masa datang. Pada aspek usaha, Koperasi Primer menglami
peningkatan pada modal sendiri, solvabilitas dan likuiditas. Namun mengenai efesiensi usaha
banyak koperasi primer yang mengalami penurunan SHU, dan bahkan semuanya mengalami
penurunan rentabilitas.
3. Koperasi Primer Anggota PUSKOPDIT

Tabel 13. Perkembangan Aspek-aspek Keragaan Koperasi Primer Anggita PUSKOPDIT


Data ini menunjukkan semua Koperasi Primer anggota PUSKOPDIT lenih dominan menambah
jumlah anggota dan tidak dominan di dalam menambah atau meningkatkan jumlah unit usahanya.
Pada aspek usaha, Koperasi Primer Anggota PUSKOPDIT mengalami peningkatan modal sendiri
dan modal luar seta permodalannya. Namun tidak diikuti kemampuan mengembalikan utang
dimana Koperasi Primer mengalami penurunan solvabilitas dan likuiditas. Dari segi SHU koperasi
primer mengalami peningkatan. Sedangkan, rentabilitasnya mengalami penurunan ini berarti
koperasi tersebut mengalami penurunan efisiensi usaha.
4. Koperasi Primer Anggota PUSKUD MINA

Tabel 14. Perkembangan Aspek-aspek Keragaan Koperasi Primer Anggota PUSKUD MINA
Data ini menunjukkan Koperasi Primer anggota PUSKUD MINA hanya berkemabang dalam hal
menambah jumlah anggota, tetapi tidak atraktif dalam perluasan usaha. Sesuai dengan data yang
ditunjukkan, terdapat kecenderungan hanya bertahan bahkan berpotensi mengalami kemunduran
dalam pegembangan usaha-usaha baru.
Pada keragaan usaha, kemampuan pemupukan modal dari Koperasi Primer meningkat tetapi tidak
diikuti dengan makin kuatnya kemampuan pengembalian utang dilihat dari penurunan solvabilitas
dan likuiditas hanya meningkat 50%. Sementara rentabilitasnya mengalami peningkatan. Indikasi
yang ditunjukkan adalah usaha-usaha Koperasi Primer Anggota PUSKUD MINA tidak mengalami
efisiensi dan kemungkinan semakin menurun.
5. Koperasi Primer Anggota PKP-RI

Tabel 15. Perkembangan Aspek-aspek Keragaan Koperasi Primer Anggota PKP-RI


Data ini menunjukkan bahwa Koperasi Primer anggota PKP-RI agak berkembang dalam jumkah
anggota tetapi hanya mempertahankan jumlah usaha yang ada tanpa adanya upaya perluasan
usaha-usaha baru.
Pada sisi usaha, makin kuat kemampuan permodalan koperasi primer tetapi kemapuan
mengembalikan utang relative tetap karena hamper seimbang antara jumlah koperasi yang
mengalami peningkatan kemampuan dan yang mengalami penurunan kemampuan.
6. Koperasi Primer Anggota PUSKOPPAS

Tabl 16. Perkembangan Aspek-aspek Keragaan Koperasi Primer Anggota PUSKOPPAS


Data ini menunjukkan , Koperasi Primer anggota mampu dalam menambah jumlah anggotanya,
tetapi didalam unit usaha, tidak memiliki dinamika ekspansi usaha yakni tidak ada upaya perluasan
pada usaha-usaha baru.
Pada sisi usaha, kemampuan permodalan Koperasi Primer makin menunjukkan peningkatan dan
diikuti dengan peningkatan kemampuan mengembalikan utang. Secara keseluruhan SHU mungkin
tidak mengalami perkembangan meningkat dan cenderung tetap karena separuh Koperasi Primer
megalami peningakatan SHU, dan yang lainnya mengalami penurunan. Namun presentase
rentabilitas menunjukkan bahwa koperasi-koperasi tersebut dominan di dalam memperoleh
kemampua lebih tinggi menghasilkan keuangan bersih.

Anda mungkin juga menyukai