Anda di halaman 1dari 23

KELOMPOK 4

NI KADEK NOVITA MADANI 1607531018


NI PUTU ESA KARISMA DEWI
NI PUTU EKA DEWAYANI 1607531092
KADEK GEYONG ADITYA GUMIYAR 1607531093
A.A.AYU DIKA PRABA PRADNYANI 1607531096

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
KEPAILITAN

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
LITERATUR
Pengertian dan Tujuan Kepailitan
 Kata pailit  bahasa Prancis; failite yang berarti kemacetan
pembayaran.
 Secara tata bahasa, kepailitan berarti segala hal yang
berhubungan dengan pailit. Istilah lain yang biasa
digunakan ialah bangkrut
 pailit bisa terjadi pada perusahaan yang kondisi
keuangannya sehat, perusahaan tersebut dipailitkan
karena tidak membayar utang yang telah jatuh tempo
dari salah satu atau lebih kreditornya.

 Kepailitan Menurut Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 37


Tahun 2004 Kepailitan adalah sita umum atas semua
kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan
pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah
pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.
Pengertian dan Tujuan Kepailitan

 Tujuan dari kepailitan sebagaimana tertuang dalam undang-undang antara lain :


• Menghindari perebutan harta debitor apabila dalam waktu yang sama ada
beberapa kreditor yang menagih piutangnya.
• Menghindari adanya kreditor pemegang hak jaminan kebendaan yang
menuntut haknya dengan cara menjual barang milik debitor tanpa
memperhatikan kepentingan Debitor atau para Kreditor lainnya.
• Mencegah agar Debitor tidak melakukan perbuatan yang dapat merugikan
kepentingan para Kreditor, atau debitor hanya menguntungkan kreditor
tertentu.
• Memberikan perlindungan kepada para kreditor konkuren untuk
memperoleh hak mereka sehubungan dengan berlakunya asas jaminan.
• Memberikan kesempatan kepada Debitor dan kreditor untuk berunding
membuat kesepakatan restrukturisasi hutang
Pengertian dan Tujuan Kepailitan

Pembentukan Undang-Undang sebagai dasar


hukum kepailitan didasarkan pada beberapa Asas Integrasi
asas antara lain :

Asas Keadilan

Asas
Kelangsungan
Usaha

Asas
Keseimbangan
Sejarah Hukum Kepailitan
Hukum kepailitan sudah ada sejak zaman Romawi. Kata “ bangkrut”,
dalam bahasa Inggris disebut “Bangkrupt” , berasal dari undang-undang Italia,
yaitu banca nipta . Sementara itu, di Eropa abad pertengahan ada praktik
kebangkrutan di mana dilakukan penghancuran bangku-bangku dari para
bankir atau pedagang yang melarikan diri secara diam-diam dengan
membawa harta para kreditor.
Bagi Negara-negara dengan tradisi hukum common law, di mana hukum
berasal dari Inggris Raya, tahun 1952 merupakan tonggak sejarah, karena
pada tahun tersebu hukum pailit dari tradisi hukum Romawi diadopsi ke negeri
Inggris.
Dasar Hukum (Pengaturan) Kepailitan di Indonesia

Dasar Hukum (Pengaturan) Kepailitan di Indonesia adalah:


 UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran;
 UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
 UU No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan
 UU No. 42 Tahun 1992 Tentang Jaminan Fiducia
 Pasal- Pasal yang Terdapat Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) yaitu
Pasal 1131-1134.
 Dan beberapa Undang-Undang Lainnya yang mengatur Mengenai BUMN (UU No.19
Tahun 2003), Pasar Modal( UU No. 8 Tahun 1995), Yayasan (UU No.16 Tahun 2001 )
Koperasi (UU No. 25 Tahun 1992).
Pihak yang Dapat Mengajukan Pailit:
 Atas permohonan debitur sendiri
 Atas permintaan seorang atau lebih kreditur
 Kejaksaan atas kepentingan umum
 Bank Indonesia dalam hal debitur merupakan lembaga bank
 Badan Pengawas Pasar Modal dalam hal debitur merupakan perusahaan efek.
Syarat-Syarat
Kepailitan
 Pasal 2 ayat (1)
menyebutkan bahwa debitor
yang mempunyai dua atau
lebih Kreditor dan tidak
membayar lunas sedikitnya
satu utang yang telah jatuh
waktu dan dapat ditagih,
dinyatakan pailit dengan
putusan Pengadilan, baik
atas permohonannya sendiri
maupun atas permohonan
satu atau lebih kreditornya.
Syarat-Syarat Kepailitan

1. Adanya utang
2. Minimal satu utang sudah jatuh tempo
3. Minimal satu utang dapat ditagih
4. Adanya debitor
5. Adanya kreditor
 Kreditor Khusus ( Separatis )
 Kreditor Istimewa ( Preferens)
 Kreditor Konkuren
6. Kreditor lebih dari satu
7. Pernyataan pailit dilakukan oleh pengadilan khusus yang disebut dengan
“Pengadilan Niaga”
8. Permohonan pernyataan pailit diajukan oleh pihak yang berwenang
9. Syarat-syarat yuridis lainnya yang disebutkan dalam Undang Undang
Kepailitan.
Langkah-Langkah dalam Proses Kepailitan
1. Permohonan pailit, syarat permohonan pailit telah diatur dalam UU No. 4 Tahun 1998,
seperti apa yang telah ditulis di atas.
2. Keputusan pailit berkekuatan tetap, jangka waktu permohonan pailit sampai keputusan
pailit berkekuatan tetap adalah 90 hari.
3. Rapat verifikasi, adalah rapat pendaftaran utang – piutang, pada langkah ini dilakukan
pendataan berupa jumlah utang dan piutang yang dimiliki oleh debitur.
4. Perdamaian, jika perdamaian diterima maka proses kepailitan berakhir, jika tidak maka
akan dilanjutkan ke proses selanjutnya.
5. Homologasi akur, yaitu permintaan pengesahan oleh Pengadilan Niaga, jika proses
perdamaian diterima.
6. Insolvensi, yaitu suatu keadaan dimana debitur dinyatakan benar – benar tidak mampu
membayar, atau dengan kata lain harta debitur lebih sedikit jumlah dengan hutangnya.
7. Pemberesan / likuidasi, yaitu penjualan harta kekayaan debitur pailit, yang dibagikan
kepada kreditur konkruen, setelah dikurangi biaya – biaya.
8. Rehabilitasi, yaitu suatu usaha pemulihan nama baik kreditur, akan tetapi dengan
catatan jika proses perdamaian diterima, karena jika perdamaian ditolak maka
rehabilitasi tidak ada.
9. Kepailitan berakhir.
Akibat Hukum Putusan Pengadilan
 Hal yang utama adalah dengan telah dijatuhkannya putusan kepailitan, si
debitur (si pailit) kehilangan hak untuk melakukan pengurusan dan penguasaan
atas harta bendanya. Pengurusan dan penguasaan harta benda tersebut beralih
ke tangan curator/Balai Harta Peninggalan.

Dikecualikan dari hal ini (kepalitan) adalah:


 Benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan sehubungan dengan
pekerjaannya, perlengkapannya yang dipergunakan oleh debitur dan
keluarganya, dan bahkan makanan untuk tiga puluh hari bagi debitur dan
keluarganya.
 Segala sesuatu yang diperoleh debitur dari pekerjaannya sendiri sebagai
penggajian suatu jabatan atau jasa, upah, uang tunggu, dan uang tunjangan,
sejauh yang dientukan oleh Hakim Pengawas
 Uang diberikan kepada debitur untuk memenuhi kewajibannya member
nafkah. (pasal 22 UU No. 37 tahun 2004)
Akibat Hukum Putusan Pengadilan
 Menurut Pasal 36 UU No. 37 Tahun 2004
 Dalam hal pada saat penyataan pailit diucapkan, terdapat perjanjian
timbal balik yang belum atau sebagian dipenuhi
 Dalam hal tidak tercapainya kesepakatan antara pihak tersebut
dengan curator mengenai jangka waktu di atas
 Apabila dalam jangka waktu yang telah ditetapkan curator
menyatakan kesanggupannya
 Diperjanjikan untuk menyerahkan benda dagangan yang biasa
diperdagangkan dalam jangka waktu tertentu
 Dalam hal debitur telah menyewa suatu benda, baik curator maupun
pihak yang menyewakan barang/benda dapat menghentikan
perjanjian sewa
 Pekerja/buruh yang bekerja pada debitur dapat memutuskan
hubungan kerja
 Warisan dan hibah yang selama kepailitan jatuh kepada debitur pailit
 hal yang terpenting sebagai akibat hukum
dijatuhkannya putusan kepailitan, adalah hal-hal
yang berkaitan dengan sebagai berikut:

1. Penghibahan. hibah yang dilakukan debitur dapat


dimintakan pembatalan apabila curator dapat
membuktikan bahwa pada saat hibah tersebut dilakukan,
debitur mengetahui atau patut mengetahui bahwa
tindakan tersebut akan mengakibatkankerugian bagi
kreditor (pasal 44 UU No. 37 Th 2004)
2. Pembayaran utang yang belum dapat ditagih (belum jatuh
tempo), atau debitur melakukan perbuatan yang tidak
wajiib, perbuatan itu dapat dibatalkan demi keselamatan
harta pailit. (pasal 45 UU No. 37 Th 2004).
Penundaan Pembayaran
Permohonan penundaan pembayaran itu harus diajukan oleh debitur kepada pengadilan dan
oleh penasihat Hukumnya, disertai dengan :
 Daftar-daftar para kreditor beserta besar piutangnya masing-masing;
 Daftar harta kekayaan (aktiva/pasiva) dari si debitur.
prosedur permohonan penundaan pembayaran
1. pengadilan menerima permohonan penundaan pembayaran, pengadilan untuk sementara
dengan memberikan izin penundaan pembayaran.
2. Hakim pengadilan paling lambat 45 hari memanggil para kreditor, debitur dan pengurus
untuk diadakan sidang
3. Menunggu hasil siding untuk mememutuskan apakah penundaan pembayaran tersebut
dikabulkan atau ditolak
4. lamanya waktu penundaan pembayaran paling lama 270 hari terhitung sejak penundaan
sementara ditetapkan.
5. lamanya waktu penundaan pembayaran paling lama 270 hari terhitung sejak penundaan
sementara ditetapkan.
6. Pengurus wajib segera mengumumkan putusan penundaan kewajiban pembayaran utang
7. pengadilan mengabulkan penundaan kewajiban pembayaran utang
Penundaan Pembayaran
Menurut (pasal 255 UU No. 37 Th 2004) penundaan kewajiban pembayaran utang
dapat diakhiri dengan alasan-alasan berikut :
 Debitur selama waktu penundaan kewajiban pembayaran utang bertindak
dengan iktikad tidak baik dala melakukan pengurusan terhadap hartanya.
 Debitur mencoba merugika para kreditornya
 Debitur tidak dapat melakukan tindakan kepengurusan atau memindahkan hak
atas sesuatu bagian dari hartanya
 Debitur lalai melakukan kewajiban yang ditentukan oleh pengadilan dan yang
disyaratkan oleh pengurus
 Keadaan harta debitur selama penundaan pembayaran tidak memungkinkan lagi
bagi debitur untuk melakukan kewajibannya pada waktunya
Dengan dicabutnya penundaan kewajiban pembayaran utang, hakim dapat
menetapkan si debitur dalam keadaan pailit sehingga ketentuan kepailitan berlaku
bagi si debitur.
Berakhirnya Kepailitan
1. Perdamaian
 pengadilan wajib menolak pengesahan
Debitur pailit berhak untuk menawarkan perdamaian apabila:
suatu perdamaian kepada semua kreditor.
Rencana perdamaian tersebut wajib
Harta debitur, termasuk benda untuk
dibicarakan dan diambil keputusan segera
mana dilaksanakan hak untuk menahan
setelah selesainya pencocokan piutang.
suatu benda, jauh lebih besar daripada
Keputusan rencana perdamaian diterima jumlah yang disetujui dalam perdamaian
apabila disetujui dalam rapat kreditor oleh Pelaksanaan perdamaian tidak cukup
lebih dari seperdua jumlah kreditor konkuren terjamin, dan
yang hadir dalam rapat dan yang mewakili Perdamaian itu terjadi karena penipuan,
paling sedikit dua pertiga dari jumlah seluruh atau persengkongkolan dengan satu atau
piutang konkuren yang diakui atau untuk lebih kreditor, atau karena pemakaian
sementara diakui oleh kreditor konkuren atau upaya lain yang tidak jujur dan tanpa
kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut. menghiraukan apakah debitur atau pihak
lain bekerja sama untuk mencapai
perdamaian. (pasal 159 ayat (2) UU
No.37 Th 2004).
Berakhirnya
Kepailitan
2. Insolvensi

Insolvensi merupakan fase terakhir


kepailitan. Insolvensi adalah suatu kejadian
di mana harta kekayaan (boedel) pailit harus
dijual lelang di muka umum, yang hasil
penjualannya akan dibagikan kepada
kreditor sesuai dengan jumlah piutangnya
yang disahkan dalam akor.
Kurator
 Pengertian kurator adalah pihak yang diangkat oleh Pengadilan untuk mengurus dan
membereskan harta Debitor Pailit. Kurator ini dapat orang perorangan ataupun Balai Harta
Peninggalan (BHP). Syarat untuk menjadi kurator ialah sebagai berikut :
• orang perseorangan yang berdomisili di Indonesia, yang memiliki keahlian khusus yang
dibutuhkan dalam rangka mengurus dan/atau membereskan harta pailit;
• terdaftar pada pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, mengenai tata cara
pendaftaran kurator diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor M. 01-HT.05.10 Tahun 2005 tentang Pendaftaran Kurator dan
Pengurus
 Kurator yang telah diangkat oleh Pengadilan Niaga untuk perkara kepailitan,
wajib menyampaikan laporan tertulis kepada Direktur Jenderal yang terdiri atas :
 laporan pendahuluan
 laporan berkala pelaksanaan tugas setiap 6 (enam) bulan
 laporan akhir
Tugas dan Kewajiban Kurator
 Secara umum tugas kurator ialah mengurus dan membereskan harta Debitor Pailit.
Dalam menjalankan tugasnya Kurator tidak diharuskan memperoleh persetujuan dari
atau menyampaikan pemberitahuan terlebih dahulu kepada Debitor atau salah satu
organ Debitor, meskipun dalam keadaan di luar kepailitan persetujuan atau
pemberitahuan demikian dipersyaratkan. Untuk menghadap di muka Pengadilan
Kurator harus terlebih dahulu harus mendapat ijin dari Hakim Pengawas, kecuali
dalam hal :
• sengketa pencocokan piutang
• sengketa tentang kepastian kelanjtan pelaksanaan perjanjian timbal balik
yang belum atau baru sebagian dipenuhi
• sengketa tentang penghentian hubungan sewa yang dilakukan oleh debitor
pailit dengan pihak lain
• sengketa tentang pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan yang
bekerja pada debitor pailit
• sengketa tentang penuntutan penyerahan barang yang menjadi agunan,
tanpa mengurangi hak pemegang hak tersebut untuk memperoleh hasil
penjualan agunan tersebut.
Tugas dan Kewajiban Kurator
tugas kurator dalam kepailitan adalah sebagai berikut :
1. Pengurusan dan pemberesan harta 9. Berwenang memberi uang nafkah
pailit. bagi si pailit atas ijin hukum
2. Mengumumkan putusan hakim pengawas.
tentang pernyataan pailit dalam berita 10. Memindahtangankan harta pailit .
negara dan surat kabar yang 11. Menyimpan harta pailit.
ditetapkan hakim pengawas. 12. Membungakan uang tunai
3. Menyelamatkan harta pailit 13. Berwenang untuk membuat
4. Menyusun inventaris harta pailit perdamaian.
5. Menyusun daftar hutang dan piutang 14. Dapat melakukan pinjaman dari
harta pailit. pihak ketiga.
6. Melanjutkan usaha debitor (ijin 15. Kurator harus menyampaikan
kreditor) laporan (bersifat terbuka untuk
7. berwenang membuka surat yang umum) kepada hakim pengawas
ditujukan pada si pailit (yang mengenai keadaan harta pailit
berkaitan dengan harta pailit). dan pelaksanaan tugasnya setiap
8. Menerima pengaduan mengenai si 3 bulan.
pailit.
Imbalan Jasa Kurator
 imbalan jasa yang dibayarkan kepada kurator ditetapkan berdasarkan pedoman yang
ditetapkan dalam Keputusan Menteri yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di
bidang hukum dan perundang-undangan. Pedoman imbalan jasa kurator berpedoman
pada Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M. 09-HT.05.10 Tahun 1998 tentang
Pedoman Besarnya Imbalan Jasa Kurator dan Pengurus. Dalam Keputusan Menteri
itu, besarnya imbalan bagi kurator diatur sebagai berikut :
 Dalam hal Kepailitan berakir dengan perdamaian (accord)
• Sampai dengan Rp 50 M = 6 %
• Kelebihan di atas Rp 50 M s.d Rp 250 M = 4.5%
• Kelebihan di atas Rp 250 M s.d Rp 550 M = 3 %
• Kelebihan di atas Rp 500 M = 1.5 %
 Dalam hal kepailitan berakhir dengan pemberesan
• Sampai dengan Rp 50 M = 10 %
• Kelebihan di atas Rp 50 M s.d 250 M = 7.5 %
• Kelebihan di atas Rp 250 M s.d 550 M = 5 %
• Kelebihan di atas Rp 500 M = 2.5 %
 Dalam hal permohonan pernyataan pailit ditolak di tingkat kasasi atau
peninjauan kembali, besarnya imbalan jasa bagi kurator ditetapkan oleh
hakim dan dibebankan kepada debitor.
Thank you
Any Questions?

Anda mungkin juga menyukai