Disusun Oleh :
A. DEFINISI DEPRESI
Depresi adalah suatu kelainan alam perasaan berupa hilangnya minat atau kesenangan
dalam aktivitas-aktivitas yang biasa dan pada waktu yang lampau (Townsend,1998:179).
Rentang respon emosi individu dapat berfluktuasi dalam rentang respon emosi dari adaptif
sampai maladaptif. Respon depresi merupakan emosi yang maladaptif (Keliat,1996:2).
B. JENIS-JENIS DEPRESI
Penggolongan depresi dapat dibedakan (Wilkinson,1995:18 - 26):
1. Menurut gejalanya
a. Depresi neurotik
Depresi neurotik biasanya terjadi setelah mengalami peristiwa yang menyedihkan
tetapi yang jauh lebih berat daripada biasanya. Penderitanya seringkali dipenuhi
trauma emosional yang mendahului penyakit misalnya kehilangan orang yang
dicintai, pekerjaan, milik berharga, atau seorang kekasih. Orang yang menderita
depresi neurotik bisa merasa gelisah, cemas dan sekaligus merasa depresi. Mereka
menderita hipokondria atau ketakutan yang abnormal seperti agrofobia tetapi
mereka tidak menderita delusi atau halusinasi.
b. Depresi psikotik
Secara tegas istilah 'psikotik' harus dipakai untuk penyakit depresi yang berkaitan
dengan delusi dan halusinasi atau keduanya.
c. Psikosis depresi manik
Depresi manik biasanya merupakan penyakit yang kambuh kembali disertai
gangguan suasana hati yang berat. Orang yang mengalami gangguan ini
menunjukkan gabungan depresi dan rasa cemas tetapi kadang-kadang hal ini dapat
diganti dengan perasaan gembira, gairah, dan aktivitas secara berlebihan
gambaran ini disebut 'mania'.
d. Pemisahan diantara keduanya
Para dokter membedakan antara depresi neurotik dan psikotik tidak hanya
berdasarkan gejala lain yang ada dan seberapa terganggunya perilaku orang
tersebut.
2. Menurut Penyebabnya
a. Depresi reaktif
Pada depresi reaktif, gejalanya diperkirakan akibat stres luar seperti kehilangan
seseorang atau kehilangan pekerjaan.
b. Depresi endogenus
Pada depresi endogenous, gejalanya terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor lain.
c. Depresi primer dan sekunder
Tujuan penggolongan ini adalah untuk memisahkan depresi yang disebabkan
penyakit fisik atau psiatrik atau kecanduan obat atau alkohol (depresi 'sekunder')
dengan depresi yang tidak mempunyai penyebab-penyebab ini (depresi 'primer').
Penggolongan ini lebih banyak digunakan untuk penelitian tujuan perawatan.
3. Menurut arah penyakit
a. Depresi tersembunyi
Diagnosa depresi tersembunyi (atau atipikal) kadang-kadang dibuat bilamana
depresi dianggap mendasari gangguan fisik dan mental yang tidak dapat
diterangkan, misalnya rasa sakit yang lama tanpa sebab yang nyata atau
hipokondria atau sebaliknya perilaku yang tidak dapat diterangkan seperti wanita
lanjut usia yang suka mengutil.
b. Berduka
Proses kesedihan itu wajar dan merupakan reaksi yang diperlukan terhadap suatu
kehilangan. Proses ini membuat orang yang kehilangan itu mampu menerima
kenyataan tersebut, mengalami rasa sakit akibat kesedihan yang menimpa,
menderita putusnya hubungan dengan orang yang dicintai dan penyesuaian
kembali.
c. Depresi pascalahir
Banyak wanita kadang-kadang mengalami periode gangguan emosional dalam 10
hari pertama setelah melahirkan bayi ketika emosi mereka masih labil dan mereka
merasa sedih dan suka menangis. Seringkali hal itu berlangsung selama satu atau
dua hari kemudian berlalu.
d. Depresi dan manula
Usia tua merupakan saat meningkatnya kerentanan terhadap depresi. Namun,
kadang-kadang depresi pada manula ditutupi oleh penyakit fisik dan cacat tubuh
seperti penglihatan atau pendengaran yang terganggu. Oleh karena itu, sangatlah
penting untuk mengingat kemungkinan terjadinya penyakit depresi pada orang
tua.
C. FAKTOR PREDISPOSISI DEPRESI
Terdapat 2 teori untuk menjelaskan faktor pendukung terjadinya depresi:
1. Teori Biologis
a. Genetik. Dari sejumlah penyelidikan yang telah dilakukan ditemukan bahwa
terdapat dukungan keterlibatan herediter dalam penyakit depresi. Luasnya akibat
pada pokoknya tampak menjadi lebih tinggi diantara individu-individu yang
memiliki hubungan keluarga dengan kelainan tersebut daripada diantara populasi
umum (DSM-III-R, 1987).
b. Biokimia. Ketidakseimbangan elektrolit tampak memainkan peranan dalam
penyakit depresif. Suatu kesalahan hasil metabolisme dalam perubahan natrium
dan kalium di dalam neuron. Teori biokimia yang lainnya menyangkut biogenik
amin norepinefrin, dopamin, dan serotinin. Tingkatan zat-zat kimia ini mengalami
defisiensi dalam individu dengan penyakit depresif.
2. Teori Psikososial
a. Psikoanalisa. Teori ini (Klein, 1934) melibatkan suatu ketidakpuasan dalam
hubungan awal ibu-bayi sebagai suatu predisposisi untuk penyakit depresif.
Kebutuhan bayi tidak terpenuhi, suatu kondisi yang digambarkan sebagai suatu
kehilangan. Respons berduka belum terpecahkan, dan kemarahan dan permusuhan
ditunjukkan kepada diri sendiri. Ego tetap lemah, sementara superego meluas dan
menjadi menghukum.
b. Kognitif. Ahli teori-teori ini (Beck et al, 1979) yakin bahwa penyakit depresif
terjadi sebagai suatu hasil dari kelainan kognitif. Kelainan proses pikir membantu
perkembangan evaluasi diri individu. Persepsi merupakan ketidakadekuatan dan
ketidakberhargaan. Pandangan untuk masa depan merupakan suatu kepesimisan
keputusasaan.
c. Teori Pembelajaran. Teori ini (seligman, 1973) mengemukakan bahwa penyakit
depresif dipengaruhi oleh keyakinan individu bahwa ada kurang kontrol atau
situasi-situasi kehidupannya. Ini dianggap bahwa keyakinan ini muncul dari
pengalaman-pengalaman yang mengakibatkan kegagalan (baik yang dirasakan
atau yang nyata). Setelah sejumlah kegagalan, individu merasa tidak berdaya
untuk berhasil dalam usaha-usaha yang keras, dan oleh karena itu berhenti
mencoba. Pembelajaran ketidakberdayaan ini digambarkan sebagai suatu
predisposisi untuk penyakit depresif.
d. Teori Kehilangan Objek. Teori ini (Bowly, 1973) menyatakan bahwa penyakit
depresif terjadi jika pribadi tersebut terpisah dari atau ditolak orang terdekat
selama 6 bulan pertama kehidupan. Proses ikatan diputuskan, dan anak menarik
diri dari orang lain dan lingkungan.
D. FAKTOR PENCETUS
Ada empat sumber utama stresor yang dapat mencetuskan gangguan alam perasaan
(Sundeen,Stuart,1998:260):
1. Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk kehilangan
cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Karena elemen aktual dan
simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi pasien merupakan hal yang
sangat penting.
2. Peristiwa besar dalam kehidupan sering dilaporkan sebagai pendahulu episode
depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekarang
dan kemampuan menyelesaikan masalah.
3. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan depresi,
terutama pada wanita.
4. Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik,
seperti infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik, dapat
mencetuskan gangguan alam perasaan.
E. PENGELOLAAN DEPRESI
1. Terapi fisik
a. Obat
Secara umum, semua obat antidepresan sama efektivitasnya. Pemilihan jenis antidepresan
ditentukan oleh pengalaman klinikus dan pengenalan terhadap berbagai jenis
antidepresan. Biasanya pengobatan dimulai dengan dosis separuh dosis dewasa, lalu
dinaikkan perlahan-lahan sampai ada perbaikan gejala.
b. Terapi Elektrokonvulsif (ECT)
Untuk pasien depresi yang tidak bisa makan dan minum, berniat bunuh diri atau retardasi
hebat maka ECT merupakan pilihan terapi yang efektif dan aman. ECT diberikan 1- 2 kali
seminggu pada pasien rawat nginap, unilateral untuk mengurangi confusion/memory
problem.Terapi ECT diberikan sampai ada perbaikan mood (sekitar 5 - 10 kali),
dilanjutkan dengan anti depresan untuk mencegah kekambuhan.
2. Terapi Psikologik
a. Psikoterapi
Psikoterapi individual maupun kelompok paling efektif jika dilakukan bersama-sama
dengan pemberian antidepresan. Baik pendekatan psikodinamik maupun kognitif
behavioursama keberhasilannya. Meskipun mekanisme psikoterapi tidak sepenuhnya
dimengerti, namun kecocokan antara pasien dan terapis dalam proses terapeutik akan
meredakan gejala dan membuat pasien lebih nyaman, lebih mampu mengatasi
persoalannya serta lebih percaya diri.
b. Terapi kognitif
Terapi kognitif - perilaku bertujuan mengubah pola pikir pasien yang selalu negatif
(persepsi diri, masa depan, dunia, diri tak berguna, tak mampu dan sebagainya) ke arah
pola pikir yang netral atau positif. Ternyata pasien usia lanjut dengan depresi dapat
menerima metode ini meskipun penjelasan harus diberikan secara singkat dan terfokus.
Melalui latihan-latihan, tugas-tugas dan aktivitas tertentu terapi kognitif bertujuan
mengubah perilaku dan pola pikir.
c. Terapi keluarga
Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit depresi, sehingga
dukungan terhadap keluarga pasien sangat penting. Proses penuaan mengubah dinamika
keluarga, ada perubahan posisi dari dominan menjadi dependen pada orang usia lanjut.
Tujuan terapi terhadap keluarga pasien yang depresi adalah untuk meredakan perasaan
frustasi dan putus asa, mengubah dan memperbaiki sikap / struktur dalam keluarga yang
menghambat proses penyembuhan pasien.
d. Penanganan Ansietas (Relaksasi)
Teknik yang umum dipergunakan adalah program relaksasi progresif baik secara langsung
dengan instruktur (psikolog atau terapis okupasional) atau melalui tape recorder.Teknik
ini dapat dilakukan dalam praktek umum sehari-hari. Untuk menguasai teknik ini
diperlukan kursus singkat terapi relaksasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada usia
lanjut :
a. Obat-obatan
Beberapa jenis obat seperti digoksin, L-dopa, steroid, penyekat beta dan anti
hipertensi lainnya, pemberian benzodiazepin jangka panjang, fenobarbiton, dan
pemakaian neuroleptik jangka lama dapat mengakibatkan depresi.
b. Neurobiologik
Perubahan neuroendokrinologik seperti hormon, neurotransmiter (serotonin,
dopamin, dll) menyebabkan usia lanjut rentan terhadap depresi. Depresi pada usia
lanjut dapat diakibatkan oleh proses neurodegeneratif, misalnya depresi sebagai
gejala dari demensia.
c. Psikososial
- Kepribadian pasien sebelum sakit turut berperan dalam manifestasi gejala
depresi, misalnya orang yang pencemas semasa mudanya ketika mengalami
depresi di usia lanjut memperlihatkan gambaran depresi neurotik yang
menyolok.
- Dukungan sosial yang buruk, kapasitas membina keakraban yang lemah juga
berperan dalam terjadinya depresi.
- Berbagai peristiwa kehidupan seperti kematian pasangan, problem keuangan
yang berat, pindah rumah, peringatan peristiwa sedih, anak yang cacat
menanjak dewasa, dan sebagainya lebih sering terjadi pada pasien-pasien usia
lanjut dengan depresi dibandingkan dengan usia lanjut yang sehat.
F. DIAGNOSIS DEPRESI
Gangguan depresi dibedakan dalam depresi ringan, sedang dan berat sesuai dengan
banyak dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan seseorang.
Menurut ICD 10, pada gangguan depresi ada 3 gejala utama yaitu :
- Mood terdepresi (suasana perasaan hati murung / sedih),
- Hilang minat atau gairah,
- Hilang tenaga dan mudah lelah, yang disertai dengan gejala lain seperti :
- Konsentrasi menurun,
- Harga diri menurun,
- Perasaan bersalah,
- Pesimis memandang masa depan,
- Ide bunuh diri atau menyakiti diri sendiri,
- Pola tidur berubah,
- Nafsu makan menurun.
Tabel 1 Pedoman Berat Ringannya Depresi
Depresi Gejala Gejala lain Fungsi Keterangan
Utama
Berhubungan dengan faktor perkembangan : misalnya kehilangn orang tua pada masa anak,
perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang sangat dicintai. Individu tidak
berdaya mengatsi kehilangan.
d) Teori Kepribadian
Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang mengalami
depresi atau mania.
e) Teori Kognitif
Mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang dipengaruhi
oleh penilaian negative terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan.
f) Teori Belajar Ketidakberdayaan
Mengemukakan bahwa depresi dilmulai dari kehilangan kendali diri, lalu menjdi pasif dan
tidak mampu menghadapi masalah. Kemidian individu timbul dengan keyakinan akan
ketidakmampuam mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan
respon yang adaptif.
g) Model Perilaku
Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya pujian positif selama berinteraksi
dengan lingkungan.
h) Model Biologis
Mengemukakan bahwa depresi terjadi prubahan kimiawi, yaitu defisiensi
katekolamin, tidak berfungsi endokrin dan hipersekresi kortisol.
2) Faktor Presipitasi
Stresor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi faktor biologis,
psikologis, dan social budaya. Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis yang
disebabkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma
dan ketidakseimbangan metabolisme. Faktor psikologis meliputi kehilangan kasih
sayang, termasuk kehilangan cinta, seseorang dan kehilangan harga diri. Faktor social
budaya meliputi kehilangan peran, perceraian, kehilangan pekerjaan.
3) Perilaku dan Mekanisme Koping
Perilaku yang berhubungan dengan depresi bervariasi. Pada keadaan depresi kesedihan dan
kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi. Mekanisme koping yang digunakan
pada reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial dan supresi, hal ini untuk menghindari
tekanan yang hebat.
1. Data subyektif:
Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.Sering mengemukakan
keluhan somatik. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada
tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
2. Data obyektif:
Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap
yang merosot, ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang
diseret.Kadang-kadang dapat terjadi stupor. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu
makan, sukar tidur dan sering menangis. Proses berpikir terlambat, seolah-olah
pikirannya kosong, konsentrasi terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir,
tidak mempunyai daya khayal Pada pasien
psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk akal
(irasional), waham Data Obyektifsa, depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-kadang
pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable)
dan tidak suka diganggu.
b.Diagnosis Keperawatan
1. Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi
2. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping
maladaptif. c.Rencana dan Tindakan Keperawatan
1. Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.
2. Tujuan khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1. Perkenalkan diri dengan klien
2. Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empat
3. Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak
memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan
4. Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons sesuai dengan keinginanny
5. Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana dan mudah
dimengerti
6. Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang lain.
2. Klien dapat menggunakan koping adaptif
A. DEFINSI PSIKOTIK
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai
kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh.
Psikotik yang dibahas pada modul ini yaitu psikotik akut dan kronik.
Gambaran utama perilaku:
Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :
Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
Kebingungan atau disorientasi
Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan
berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa
serta marah-marah atau memukul tanpa alasa2. Pedoman diagnostik
B. DIAGNOSIS PSIKOTIK
Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai berikut :
Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya, mendengar
suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada bendanya)
Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh
kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh
tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang lain)
Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)
C. DIAGNOSIS BANDING
Selain diagnosis pasti, ada diagnosis banding untuk psikotik akut ini karena dimungkinkan
adanya gangguan fisik yang bisa menimbulkan gejala psikotik.
Epilepsi
Intoksikasi atau putus zat karena obat atau alkohol
Febris karena infeksi
Demensia dan delirium atau keduanya
Jika gejala psikotik berulang atau kronik, kemungkinan skizofrenia dan gangguan
psikotik kronik lain
Jika terlihat gejala mania (suasana perasaan meninggi, percepatan bicara atau proses
pikir, harga diri berlebihan), pasien mungkin sedang mengalami suatu episode maniak
Jika suasana perasaan menurun atau sedih, pasien mungkin sedang mengalami depresi
F. PENGOBATAN
Program pengobatan untuk psikotik akut :
1. Berikan obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik :
• Haloperidol 2-5 mg, 1 sampai 3 kali sehari, atau
• Chlorpromazine 100-200 mg, 1 sampai 3 kali sehari
Dosis harus diberikan serendah mungkin untuk mengurangi efek samping,
walaupun beberapa pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi
(2). Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika untuk
mengendalikan agitasi akut (misalnya: lorazepam 1-2 mg, 1 sampai 3 kali sehari)
(3). Lanjutkan obat antipsikotik selama sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah gejala hilang.
Apabila saudara menemukan pasien gangguan jiwa di rumah dengan perilaku di bawah
ini, lakukan kolaborasi dengan tim untuk mengatasinya.
• Kekakuan otot (Distonia atau spasme akut), bisa ditanggulangi dengan suntikan
benzodiazepine atau obat antiparkinson
• Kegelisahan motorik berat (Akatisia), bisa ditanggulangi dengan pengurangan dosis
terapi atau pemberian beta-bloker
• Gejala parkinson (tremor/gemetar, akinesia), bisa ditanggulangi dengan obat antiparkinson
oral (misalnya, trihexyphenidil 2 mg 3 kali sehari)
Penatalaksanaan
1. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga.
tentang asuhan keperawatan pada pasien halusinasi, waham, isolasi sosial, defisit perawatan
diri. Beberapa informasi yang dapat saudara sampaikan pada pasien dan keluarga antara lain :
1. Gejala penyakit jiwa (perilaku aneh dan agitasi)
2. Antisipasi kekambuhan
3. Penanganan psikosis akut
4. Pengobatan yang akan mengurangi gejala dan mencegah kekambuhan
5. Perlunya dukungan keluarga terhadap pengobatan dan rehabililtasi pasien
6. Perlunya organisasi kemasyarakatan sebagai dukungan yang berarti bagi pasien dan
keluarga
Konseling pasien dan keluarga
Beberapa topik yang dapat menjadi fokus konseling adalah :
1. Pengobatan dan dukungan keluarga terhadap pasien
2. Membantu pasien untuk berfungsi pada taraf yang optimal dalam pekerjaan dan
kegiatan sehari-hari
3. Kurangi stress dan kontak dengan stres
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, E. dkk. 2009. Askep Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Hawari, D. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: EGC
Keliat, B.A. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Jackson, M & Jackson, L. 2011. Seri Panduan Praktis Keperawatan Klinis. Jakarta:
Erlangga.
Kaplan, H. I. dkk. 1997. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara.
Maramis, W. F. 1900. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.
Format Pengkajian Keperawatan menurut ISDA
(Format Pengkajian Awal)
Disusun oleh: Intansari Nurjannah
Staff Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Gadjah Mada
B. Data Medik
I. Dikirim oleh :
o UGD
o Dokter praktik
II. Diagnosa Medis :
- Saat masuk : Depresi dengan gejala Psikotik
- Saat pengkajian : F32.3 (Major depressive disorder, single episode, severe with psychotic features)
C. Riwayat Kesehatan Sekarang
3 thSMRS pasien mulai muncul perubahan tingkah laku. 1 thSMRS pasien menunjukkan perilaku mengamuk, halusinasi, riwayat sulit
tidur, ingin bunuh diri, merasa tidak berguna. Pasien mengamuk dan memukul keluarga.
Apakah klien memakai alat bantu (berjalan, melihat, gigi palsu, dll)? Sebutkan
Tidak ………………………………..
Ya ⃝ TT ⃝
C. Pengkajian Adakah klien baru masuk RS/pindah bangsal? : Ya Tidak TT ⃝ Data lanjutan dan
situasi Adakah akan dilakukan pembedahan? Sebutkan Tidak
: Ya ⃝ TT ⃝ ……………………... dignose
khusus Adakah klien menggunakan ventilator mekanik? Tidak
: Ya ⃝ TT ⃝ keperawatan yang
ISDA Apakah klien sedang hamil? Tidak
: Ya ⃝ TT ⃝ ditegakkan: -
Halaman 9 Jika Ya, lanjutkan pengkajian khusus ibu hamil (ISDA halaman 10-12)
D. Pengkajian Pengkajian sistem gastrointestinal (ISDA Halaman 13) Tidak Data lanjutan dan
Fungsi Apakah ada masalah dalam menelan? : Ya ⃝ TT ⃝ dignose
Tubuh Apakah ada masalah dalam rongga mulut? Sebutkan : Ya ⃝ Tidak TT ⃝ …..……….. keperawatan yang
Adakah ada masalah dengan gigi? Tidak
: Ya ⃝ TT ⃝
ditegakkan: -
Adakah masalah dengan buang air besar/defekasi Tidak
: Ya ⃝ TT ⃝
Jika ada ya pada salah satu masalah di atas lanjutkan pengkajian resiko GI system (ISDA halaman 13)
Pengkajian sistem perkemihan (ISDA Halaman 14-15) Tidak , Jika ya lanjutkan pengkajian
di bawah ini
Dysuria : Ya ⃝ Tidak ⃝ TT ⃝
Frequency : Ya ⃝ Tidak ⃝ TT ⃝
Hesitancy : Ya ⃝ Tidak ⃝ TT ⃝
Nocturia : Ya ⃝ Tidak ⃝ TT ⃝
Urgency : Ya ⃝ Tidak ⃝ TT ⃝
Inkontinensi : Ya ⃝ Tidak ⃝ TT ⃝
Enuresis : Ya ⃝ Tidak ⃝ TT ⃝
Jika terdapat jawaban ya untuk salah satu pengkajian di atas dapat dilanjutkan ke pengkajian lebih
fokus (Pengkajian sistem perkemihan ISDA halaman 15)
Apakah klien mengalami Immobilitas (penyebab apapun) Ya Tidak Jika ya, lanjutkan
⃝
Pengkajian aktifitas
Mengikuti aktifitas/olah raga yang berlebihan Ya ⃝ Tidak TT ⃝
Pengkajian istirahat
ISDA halaman Apakah klien mengekspresikan untuk peningkatan rasa kepuasan? Tidak Ya ⃝
TT
17 Apakah klien mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan relaksasi?Ya Tidak ⃝ TT ⃝
Edema Ya Tidak TT ⃝
Muskuloskeletal
G. Pengkajian Apakah klien melaporkan merasa lapar Ya ⃝ Tidak TT ⃝ Data lanjutan dan
nutrisi Apakah ada alasan untuk makan selain karena lapar? Ya ⃝ Tidak TT ⃝ dignose
ISDA halaman Sebutkan ……………………………….. keperawatan yang
18 Apakah klien memiliki pola makan teratur? Ya ⃝ Tidak TT ⃝ ditegakkan:
Apakah makan adalah alat untuk merasa nyaman/ hadiah? Ya ⃝ Tidak TT ⃝
Hopelessness
Apakah konsentrasi makan pada malam menjelang tidur Ya ⃝ Tidak TT ⃝
Sebutkan ………………………….
Apakah perilaku makan sesuai dengan tujuan kesehatan? Ya ⃝ Tidak TT ⃝
Sebutkan ………………………….
Apakah perilaku minum sesuai dengan tujuan kesehatan? Ya Tidak ⃝ TT ⃝
Sebutkan ………………………….
Apakah nafsu makan klien berlebihan? Tidak Ya ⃝ TT ⃝
Sebutkan ………………………….
Jika ada jawaban ‘ya’ bisa dilanjutkan pengkajian nutrisi lanjutan (ISDA halaman 18)
H. Pengkajian Terkait dengan pengambilan keputusan, klien melaporkan: Data lanjutan dan
Kondisi Tidak mampu melaksanakan pilihan tindakan/keputusannya sendiri TT Ya ⃝ Tidak ⃝ dignose
Psikologis Ketidakpastian mengenai tindakan/keputusan yang akan diambil TT Ya ⃝ Tidak ⃝ keperawatan yang
ISDA Tidak bisa mengambil keputusan TT Ya ⃝ Tidak ⃝ ditegakkan:
Halaman Terlambat dalam mengambil keputusan TT Ya ⃝ Tidak ⃝ Risk for suicide
19-20 Hopelessness
Apakah klien pernah mengalami pengalaman tidak menyenangkan? Ya Tidak ⃝ TT ⃝
Inefective Coping
Kegagalan/Sebutkan Ya ⃝ Tidak TT ⃝ ………………….
Perilaku konyol atau merasa lebih baik dari orang lain Ya Tidak
⃝ TT ⃝
Sebutkan ……………………
I. Pengkajian Marah Tidak Ya ⃝ TT ⃝ Data lanjutan dan
status Kecewa Tidak Ya ⃝ TT ⃝ dignose
emosi Cemas Tidak Ya ⃝ TT ⃝ keperawatan yang
ISDA Iritabel Tidak Ya ⃝ TT ⃝ ditegakkan:
halaman Takut Tidak Ya ⃝ TT ⃝ Hopelessness
21 Bingung Ya Tidak ⃝ TT ⃝
Risk for suicide
Bosan Tidak Ya ⃝ TT ⃝
Sedih Tidak Ya ⃝ TT ⃝
Frustrasi Tidak Ya ⃝ TT ⃝
Tertekan Tidak Ya ⃝ TT ⃝
Ketidakpastian Tidak Ya ⃝ TT ⃝
Cinta Tidak Ya ⃝ TT ⃝
Kepuasan Tidak Ya ⃝ TT ⃝
Memaafkan Tidak Ya ⃝ TT ⃝
Kebebasan Tidak Ya ⃝ TT ⃝
Ketidaksabaran Ya Tidak TT ⃝
Ketegangan Tidak Ya ⃝ TT ⃝
Keputusasaan Ya Tidak ⃝ TT ⃝
Bermusuhan Ya Tidak TT ⃝
Tidak memiliki control Ya ⃝ Tidak TT ⃝
Jika ada ‘ya’ di salah satu jawaban di atas, lanjutkan pengkajian menggunakan ISDA halaman 21 dan Data lanjutan dan
2 dignose
2
keperawatan yang
ditegakkan: -
Kemampuan berpikir
Sulit dalam berkonsentrasi Ya ⃝ Tidak TT ⃝
Delusi Ya ⃝ Tidak TT ⃝
Persepsi yang tidak realistic dari kejadian dan kompetensi diri Ya Tidak ⃝ TT ⃝
Pola persepsi atau ide tentang diri yang cukup untuk kesejahteraan dan dapat ditingkatkan
Ya ⃝ TT Tidak ⃝
Mempertanyakan prinsip moral, aturan, kepercayaan personal, nilai personal pada saat mengambil
keputusan Ya ⃝ Tidak
Untuk diagnosa resiko terkait dengan religiosity dapat dilihat di halaman 24 buku ISDA
Pengkajian lanjutan diagnosa resiko untuk perilaku dapat dilihat di ISDA halaman 27
Pola partnership yang tidak menguntungkan dan tidak mampu memenuhi kebutuhan
satu dengan yang lain Ya ⃝ Tidak TT ⃝
Role ambivalence Ya ⃝ TT
Tidak ⃝
Kebingungan peran Ya ⃝ TT
Tidak ⃝
Konflik peran Ya ⃝ TT
Tidak ⃝
Pengingkaran peran Ya ⃝ TT
Tidak ⃝
Q. Pengkajian Apakah klien memiliki dukungan social yang cukup? Ya Tidak ⃝ TT ⃝ Data lanjutan dan
Dukungan Apakah klien memiliki dukungan financial yang cukup? Ya Tidak ⃝ TT ⃝ dignose
social/sum Apakah klien mampu mengakses sumber daya yang ada? Ya Tidak ⃝ TT ⃝ keperawatan yang
ber Apakah klien memiliki transportasi? Ya Tidak ⃝ TT ⃝
ditegakkan: -
ISDA Apakah klien pakaian klien mencukupi kebutuhan berpakaian klien? Ya Tidak ⃝ TT ⃝
S. Pengkajian Prosedur perawatan/medis yang dilakukan terhadap klien: Data lanjutan dan
prosedur - Restrain dignose
ISDA - Injeksi Obat keperawatan yang
halaman - Isolasi ditegakkan:
42 Risk for Acute
Confusion
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn M.S.
Umur : 24 tahun 8 bulan
Tanggal masuk : 15 Februari 2016
No. RM : 0.08.13.50
C. DIAGNOSA MEDIS
Axis I: depresi dengan psikotik
Axis II: cenderung schizoid
Axis III: buelum ada
Axis IV:tidak jelas
Axis V: sedang
D. LABORATORIUM
Ureum 186 Monosit 7%
Kreatinin 0,92 Eritrosit 5,83 juta
Hb 15,8 mg/dL Hematokrit 47,3%
Leukosit 10.000 Trombosit 243
KED 7 HBsAg negative
Eosinofil 1 %
Basofil 0%
Neutrofil Batang 0%
Neutrofil Segment 77%
Limfosit 15%
E. PROSEDUR/TINDAKAN
Restrain Ekstremitas atas dan bawah
Injeksi Obat
Monitor perilaku
F. PENGOBATAN YANG TELAH DIDAPATKAN
No Nama Obat Rute Dosis
1 Lodomer Intramuskular 5mg
2 Diazepam Intramuskular
G. SKOR CCS
No Variabel Skor
1 Ide Bunuh Diri /Menciderai diri atau 50
orang lain
2 Komunikasi 14
3 Interaksi Sosial 5
4 ADL:
Makan 10
Mandi 7
Berpakaian 7
5 Tidur/Istirahat 7
6 Pengobatan oral/Injeksi 10
7 Kemampuan mengikuti instruksi:
Makan 10
Mandi 7
Berpakaian 7
TOTAL 134
INTERPRETASI : kategori krisis (>120)
H. Proses Keperawatan Tahap awal (Berdasarkan Data Awal Masuk Rumah Sakit):
Tangga Prediksi Pengkajian fokus lanjutan untuk Konfirmasi Diagnosa dan Label
Data Subyektif dan Obyektif diagnosa/DD
l mengklarifikasi DDx (Formasi, PES, PE dan P )
x
16-02- DO: Risk for other DO: Pasien terlihat memberontak saat P: Risk for other directed violence
2016 - Riwayat kekerasan pada orang directed ditawari minum obat dan ditawari makan E: Halusination, psychotic disorder
lain (memukul keluarga) violence DS: Pasien mengatakan mendengar suara
- Kognitif Kemampuan berpikir (00138) kakaknya, pasien tidak mengetahui
tampak mengalami halusinasi keberadaannya
- Persepsi terhadap diri
Kesulitan dalam mempersepsikan
realitas
- Tingkah laku Menolak minum
obat, mengabaikan instruksi
16-02- DO: klien mengalami penurunan Hopelessness DO: Pasien terlihat agak gelisah P: Putus Asa
2016 nafsu makan, kurang partisipasi (00124) DS: Pasien mengatakan “saya tidak berguna”, E: isolasi sosial
dalam terapi tidak mau makan dan tidak mau minum obat. S: penurunan nafsu makan, gangguan
tidur,
DS:
Menilai diri negative
Menyatakan „saya tidak bisa‟
Menolak perhatian perawatan
kesehatan
16-02- DS: Pasien pernah mengalami Risk for DO: Pasien merupakan seorang laki-laki P: Risk for suicide
2016 pengalaman tidak menyenangkan suicide young adult (dewasa muda, 24 tahun), Pasien E: Halusination, Depression
kehilangan kemandirian (00150) terlihat putus asa
DO: Keputusasaan DS: Pasien meminta untuk ditikam, pasien
mengatakan orang tua telah mengambil
asset/uang miliknya, padahal ia berencana
untuk hidup mandiri.
16-02- DO: Risk for DO: Pasien seorang laki-laki terlihat P: Risk for acute confusion
2016 - Memiliki masalah tidur acute direastrain ekstremitas. Mata pasien terlihat E:Restrain
fluktuasi siklus tidur bangun confusion sayu dan mengantuk
- Pasien dilakukan restrain (00173) DS: Pasien mengatakan ingin dilepas dari
tindakan restrain
I. Perencanaan NOC dan NIC untuk Hasil Pendiagnosisan berdasarkan Alasan masuk RS
Kode Diagnosa
Keperawatan/ NOC, Indicator serta Baseline Score dan
Kolaboratif – NIC and Activities Chosen in NIC
Target
ditegakkan/Co
nfirmed
Risk for other Agression Self Restrain 1. Bantuan Kontrol Marah (anger control assistance)
directed Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 3x 24 a. Bina hubungan saling percaya
violence jam, klien menunjukkan mengontrol diri sendiri terhadap - prinsip komunikasi terapetik
membahayakan orang lain yang ditandai dengan indikator: - pertahankan sikap yang konsisten : menepati janji, sikap terbuka,
No Indikator Awal Target kongruen, hindari sikap non verbal yang dapat menimbulkan kesan
1 Menghindari 1 3 negatif.
mengganggu orang lain b. Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.
2 Menahan diri m 1 3 c. Bantu klien mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan :
membahayakan orang - Emosi : jengkel, marah, persaan ingin merusak/memukul
lain
3 Mengontrol impuls 1 3 - Fisik : mengepalkan tangan, muka marah, mata melotot, pandangan
tajam, rahang tertutup,dsb.
Keterangan: - Sosial : kasar pada orang lain
1: never demonstrated - Intelektual : mendominasi
2: rarely demonstrated - Spiritual : lupa dengan Tuhan
3: sometimes demonstrated d. Jelaskan pada klien rentang respons marah
4: often demonstrated
5: consistently demonstrated e. Dukung dan fasilitasi klien untuk mencari bantuan saat muncul marah
2. Manajemen Lingkungan (environmental Manajemen)
Impuls Self Control a. Jauhkan barah yang dapat membahayakan klien dan dimanfaatkan klien.
Setelah dilakukan interaksi dengan 3x24 jam, b. Lakukan pembatasan (seklusi) terhadap perilaku kekerasan klien baik
klien dapat mengenal lebih awal tanda-tanda akan perilaku verbal maupun non verbal agar tidak menyakiti atau melukai
terjadi perilaku kekerasan dengan indikator/ orang lain.
kriteria hasil : c. Tempatkan klien pada lingkungan yang restrictive (isolasi : untuk
observasi)
No Indikator Awal Target d. Diskusikan bersama keluarga tentang tujuan tindakan seklusi
1 Mampu 1 3 3. Latihan Mengontrol Rangsang (Impulse Control Training)
a. Jelaskan pada klien manfaat penyaluran energi marah
menyebutkan tanda- b. bantu klien memilih sendiri cara marah yang adaptif
tanda akan c. bantu klien mengambil keputusan untuk mengeluarkan energi
melakukan marah/perilaku kekerasan yang adaptif
kekerasan, seperti d. beri kesempatan pada klien untuk mendiskusikan cara yang dipilihnya
perasaan ingin e. anjurkan klian mempraktikkan cara yang dipilihnya
marah, jengkel, ingin f. beri kesempatan pada klien untuk mendiskusikan cara yang telah
merusak, memukul, dipraktikan
dll g. evaluasi perasaan klien tentang cara yang dipilih dan telah dipraktikkan
2 mengidentifikasi 1 3 4. Libatkan keluarga dalam perawatan/penanganan klien (family
dampak dari marah movilization)
3 melaporkan kepada 1 3 a. Identifikasi peran, kultur, dan situasi keluarga dalam pengaruhnya
petugas kesehatan teryadap perilaku klien
setiap muncul tanda- b. Berikan informasi yang tepat tentang penanganan klien dengan perilaku
tanda akan marah/kekerasan
melakukan c. Ajarkan ketrampilan koping efektif yang digunakan untuk pengangan
kekerasan klien marah/perilaku kekerasan
Keterangan: d. Bantu keluarga memilih/menentukan bantuan dalam menghadapi klien
marah/perilaku kekerasan
1: never demonstrated e. Berikan konseling pada keluarga
2: rarely demonstrated f. Fasilitasi pertemuan keluarga dengan career/pemberi perawatan
3: sometimes demonstrated
4: often demonstrated g. Beri kesempatan pada keluarga untuk mendiskusikan cara yang dipilih
5: consistently demonstrated h. Anjurkan kepada keluarga untuk menerapkan cara yang dipilih.
1: never demonstrated
2: rarely demonstrated
3: sometimes demonstrated
4: often demonstrated
5: consistently demonstrated
1: severely compromised
2: substantially compromised
3: moderately compromised
4: mildly compromised
5: not compromised
Kode Diagnosa
Keperawatan/ Evaluation Compare Baseline Score with
Kolaboratif – Tanggal Implementation
Target (Tanggal)
ditegakkan/
Confirmed
Risk for other 16 08.00 S: Pasien mengatakan tidak mau makan, tidak
directed violence Februari Bina hubungan saling percaya mau minum obat, pasien mendengar suara
2015 Prinsip komunikasi terapetik suara dan menganggap itu suata kakaknya
Mengukur tekanan darah O: pasien masih terlihat gelisah, berada di
ruang isolasi,
08.15 Tekanan darah 137/97mmHg, nadi 107x/menit
Pertahankan sikap yang konsisten: menepati janji, sikap A:
terbuka, kongruen, hindari sikap non verbal yang dapat No Indikator A T C
menimbulkan kesan negatif. 1 Menghindari 1 3 1
Menjauhkan barang yang membahayakan pasien dan mengganggu orang lain
2 Menahan diri 1 3 1
dimanfaatkan klien. membahayakan orang
Melakukan pembatasan (seklusi) lain
Mempatkan pasien di ruang isolasi : untuk observasi 3 Mengontrol impuls 1 3 1
Keterangan:
09.00 1: never demonstrated
Memonitor pasien 2: rarely demonstrated
3: sometimes demonstrated
Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien 4: often demonstrated
5: consistently demonstrated
10.00
Menawari minum pasien
11.00 P: melanjutkan intervensi
18 08.00 S: -
Februari Bina hubungan saling percaya O: Pasien terlihat lebih tenang
2016 Interaksi dengan pasien dengan prinsip komunikasi A:
terapetik No Indikator A T C
1 Rasa percaya diri 1 3 2
10.00 2 Harga diri 1 3 2
Menjauhkan objek atau benda-benda yang dapat 3 Kontrol impulse 1 3 2
digunakan untuk melukai diri sendiri dan orang lain Keterangan: