Anda di halaman 1dari 42

Sistem Informasi Kesehatan dan

Sistem Dokumentasi
SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Pengertian Sistem Informasi
Kesehatan

Di dalam peraturan pemerintah RI no.46 tahun 2014 tentang


sistem informasi kesehatan, disebutkan bahwa suatu sistem
informasi kesehatan adalah seperangkat tatanan yang meliputi
data, informasi, indikator, prosedur, perangkat, teknologi dan
sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara
terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang
berguna dalam mendukung pembangunan kesehatan. Dan
untuk mendukung penyelenggaran pembangunan kesehatan
tersebut, diperlukan data, informasi dan indikator kesehatan
yang dikelola dalam sistem informasi kesehatan.
Penggunaan informasi kesehatan
harus menaati ketentuan tentang :

Hak atas kekayaan


intelektual yang sesuai
Kerahasiaan informasi dengan ketentuan
peraturan perundang-
undangan
Konsep-konsep Pengembangan
Sistem Informasi Kesehatan
1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi.
Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung pada penggunaan
teknologi komputer. Sistem informasi yang dimaksud disini adalah
sistem informasi yang berbasis komputer. Hal-hal yang penting
dalam pemanfaatan teknologi komputer/informasi dalam suatu
sistem informasi suatu organisasi adalah :
• Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.
• Informasi yang tersedia tidak relevan.
• Informasi yang ada tidak dimanfaatkan oleh manajemen.
• Informasi yang ada tidak tepat waktu.
• Terlalu banyak informasi.
• Informasi yang tersedia tidak akurat.
• Adanya duplikasi data (redundancy).
• Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.
2. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang
dinamis.
3. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti
siklus hidup sistem.
Sistem informasi memiliki umur layak guna, maksudnya
panjang pendeknya umur layak guna sistem informasi
ditentukan oleh :
A. Makin cepat organisasi tersebut berkembang, maka
kebutuhan informasi juga akan berkembang sedemikian
rupa sehingga sistem informasi yang sekarang digunakan
sudah tidak lagi memenuhi kebutuhan organisasi tersebut.
B. Perkembangan teknologi informasi yang cepat
menyebabkan perangkat keras maupun perangkat lunak
yang digunakan untuk mendukung beroperasinya sistem
informasi tidak bisa berfungsi secara efisien dan efektif.
C. Perkembangan tingkat kemampuan pengguna
(user) sistem informasi. Suatu sistem informasi
yang baik, akan dikembangkan berdasarkan
tingkat kemampuan dari para pengguna, baik
dari sisi :
• Tingkat pemahaman mengenai teknologi
informasi.
• Kemampuan belajar dari para pengguna.
• Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan
sistem.
4. Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas
sistem informasi itu sendiri.
5. Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada
strategi yang dipilih untuk pengembangan sistem tersebut.
6. Pengembangan sistem informasi organisasi harus menggunakan
pendekatan fungsi dan dilakukan secara menyeluruh.
Pengembangan dan penguatan sistem informasi kesehatan dilakukan
dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
• Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
• Keamanan dan kerahasiaan data.
• Kemudahan akses.
• Etika, integritas dan kualitas
7. Informasi telah menjadi aset organisasi.
Adapun yang dimaksud dengan Informasi kesehatan disini adalah
informasi yang terdiri dari :
• Informasi upaya kesehatan.
• Informasi penelitian dan pengembangan kesehatan.
• Informasi pembiayaan kesehatan
• Informasi sumber daya manusia kesehatan.
Informasi disini harus memuat :
Jenis, jumlah, kompetensi, kewenangan dan
pemerataan sumber daya manusia kesehatan.
Sumber daya untuk pengembangan dan
pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan.
Penyelenggaraan pengembangan dan
pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan.
• Informasi sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan.
Informasi ini paling sedikit harus memuat :
 Jenis, bentuk, bahan, jumlah dan khasiat sediaan farmasi.
 Jenis, bentuk, jumlah, dan manfaat alat kesehatan.
 Jenis dan kandungan makanan.
• Informasi manajemen dan regulasi kesehatan
Informasi ini paling sedikit harus memuat :
 Perencanaan kesehatan.
 Pembinaan dan pengawasan kesehatan, penelitian dan pengembangan
kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan,
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, pemberdayaan
masyarakat.
 Kebijakan kesehatan dan
 Produk hukum.
• Informasi pemberdayaan masyarakat.
Meliputi informasi mengenai :
 Jenis organisasi kemasyarakatan yang peduli kesehatan.
 Hasil kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan, termasuk penggerakan masyarakat.
• Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan
struktur hirarkis yang mudah dipahami.
Oleh karena penjabaran sistem informasi cukup luas dan
menimbulkan kesulitan, maka dalam penjabarannya sering
digunakan istilah :
 Sistem
 Subsistem
 Modul
 Submodul
 dan aplikasi
Tujuan sistem informasi kesehatan
• Menjamin ketersediaan, kualitas dan akses terhadap
informasi kesehatan yang bernilai pengetahuan serta
dapat dipertanggungjawabkan.
• Memberdayakan peran serta masyarakat, termasuk
organisasi profesi dalam penyelenggaraan sistem
informasi kesehatan.
• Mewujudkan penyelenggaraan sistem informasi
kesehatan dalam ruang lingkup sistem kesehatan
nasional yang berdaya guna dan berhasil guna
terutama melalui penguatan kerja sama, koordinasi,
integrasi, dan sinkronisasi dalam mendukung
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang
berkesinambungan.
• Sistem informasi kesehatan di Indonesia wajib dikelola oleh :
 Pemerintah pusat untuk ruang lingkup berskala nasional dalam ruang
lingkup sistem kesehatan nasional.
 Pemerintah daerah provinsi untuk tingkat provinsi.
 Pemerintah daerah kabupaten/kota untuk skala kabupaten/kota,
 Fasilitas pelayanan kesehatan untuk pengelolaan sistem informasi
kesehatan dengan skala fasilitas pelayanan kesehatan.
• Semua pengelola sistem informasi kesehatan juga diwajibkan untuk :
 Memberikan data dan informasi kesehatan yang diminta oleh pengelola
sistem informasi kesehatan nasional, provinsi, dan/atau kabupaten/kota
 Menyediakan akses pengiriman data dan informasi kesehatan kepada
pengelola sistem informasi kesehatan nasional, provinsi, dan/atau
kabupaten/kota
 Menyediakan akses pengambilan data dan informasi kesehatan bagi
pengelola sister informasi kesehatan nasional, provinsi, dan/atau
kabupaten/kota
 Menyediakan akses keterbukaan informasi kesehatan bagi masyarakat
untuk informasi kesehatan yang bersifat terbuka.
Pengelolaan sistem informasi
kesehatan
Kerja sama dan koordinasi
dalam unsur kesehatan
Perencanaan program Pengorganisasian sendiri dan melalui lintas
sektor, termasuk melalui
jejaring global

Pengelolaan data dan informasi kesehatan,


meliputi kegiatan pencatatan, pengumpulan,
Penguatan sumber daya
standarisasi, pengolahan, penyimpanan,
penyebarluasan, dan penggunaan
Pendayagunaan dan
pengembangan sumber daya, Pengoperasian
meliputi perangkat keras, sistem elektronik
perangkat lunak, sumber daya kesehatan
manusia dan pembiayaan

Pengembangan
Pemantauan dan
sistem informasi
evaluasi
kesehatan

Pembinaan dan
pengawasan
Untuk menyelenggarakan pengelolaan
pembangunan kesehatan diperlukan komponen
yang dikelompokkan dalam tujuh subsistem, yaitu :
• Upaya kesehatan.
• Penelitian dan pengembangan kesehatan.
• Pembiayaan kesehatan.
• Sumber daya manusia kesehatan.
• Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan.
• Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan.
• Pemberdayaan masyarakat.
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilakukan oleh
semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya dapat terwujud, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomi.
Kondisi Sistem Informasi Kesehatan di
Indonesia

Masalah yang dihadapi sistem informasi kesehatan saat ini, terutama


belum adanya persepsi yang sama diantara penyelenggara kesehatan
terutama penyelenggara sistem informasi kesehatan terhadap sistem
informasi kesehatan. Penyelenggaraan sistem informasi kesehatan masih
belum efisien, terjadi redundant data dan duplikasi kegiatan, dan kualitas
data yang dikumpulkan masih rendah, bahkan ada yang tidak sesuai
dengan kebutuhan, ketepatan waktu juga masih rendah, sistem umpan
balik tidak optimal, pemanfaatan data informasi di tingkat daerah untuk
advokasi, perencanaan program, monitoring dan manajemen masih
rendah serta tidak efisiennya penggunaan sumber daya, juga pengelolaan
data informasi belum terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik.
Sistem Informasi Kesehatan Nasional
• Departemen Kesehatan telah membangun sistem
informasi kesehatan yang disebut SIKNAS (sistem
informasi kesehatan nasional) yang melingkupi
sistem informasi kesehatan mulai dari kabupaten
sampai ke pusat. Sistem yang dibangun adalah
sistem informasi kesehatan yang terintegrasi, baik
di dalam sektor kesehatan, dan di luar sektor
kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan informasi
pemerintah daerah dan jaringan informasi di
pusat.
• Model sistem informasi kesehatan yang
terintegrasi terdiri dari 7 komponen yang
saling terhubung dan saling terkait
Sumber data manual
Merupakan kegiatan pengumpulan data dari
sumber data yang masih dilakukan secara
manual atau secara komputerisasi offline
 Sumber data komputerisasi
Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang
sudah dilakukan secara komputerisasi online
 Sistem informasi dinas kesehatan
Merupakan sistem informasi kesehatan yang dikelola oleh dinas
kesehatan baik kabupaten/kota dan provinsi
 Sistem informasi pemangku kepentingan
Merupakan sistem informasi yang dikelola oleh pemangku
kepentingan terkait kesehatan
 Bank data kesehatan nasional
Mencakup semua data kesehatan dari sumber data (fasilitas
kesehatan)
 Penggunaan data oleh kementerian kesehatan
Data kesehatan yang sudah diterima di bank data kesehatan
nasional dapat dimanfaatkan oleh semua unit-unit program di
Kementerian Kesehatan dan UPT-nya serta dinas kesehatan dan
UPT/D-nya
 Pengguna data
Dengan sistem informasi kesehatan yang terintegrasi berbasis
elektronik, akan meringankan beban pencatatan dan pelaporan
petugas kesehatan di lapangan
Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan

 Pengembangan kebijakan dan standar dilaksanakan dalam rangka mewujudkan


sistem informasi kesehatan yang terintegrasi.
 Pengembangan dan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan dilakukan
dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan termasuk lintas sektor dan
masyarakat
 Penetapan kebijakan dan standar sistem informasi kesehatan dilakukan dalam
kerangka desentralisasi di bidang kesehatan.
 Penataan sumber data dan penguatan manajemen sistem informasi kesehatan
pada semua tingkat sistem kesehatan dititik beratkan pada ketersediaan
standar operasional yang jelas, pengembangan dan penguatan kapasitas SDM
dan pemanfaatan TIK, serta penguatan advokasi bagi pemenuhan anggaran.
 Pengembangan SDM pengelola data dan informasi kesehatan dilaksanakan
dengan menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi dan lintas sektor terkait
serta terpadu dengan pengembangan SDM kesehatan lainnya.
 Peningkatan penyelenggaraan sistem pengumpulan, penyimpanan,
diseminasi dan pemanfaatan data/informasi dalam kerangka kebijakan
manajemen data satu pintu.
 Pengembangan Bank Data Kesehatan harus memenuhi berbagai kebutuhan
dari pemangku-pemangku kepentingan dan dapat diakses dengan mudah,
serta memperhatikan prinsip-prinsip kerahasiaan dan etika yang berlaku di
bidang kesehatan dan kedokteran.
 Peningkatan kerjasama lintas program dan lintas sektor untuk meningkatkan
statistik vital melalui upaya penyelenggaraan registrasi vital di seluruh
wilayah Indonesia dan upaya inisiatif lainnya.
 Peningkatan inisiatif penerapan eHealth untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan dan meningkatkan proses kerja yang efektif dan efisien.
 Peningkatan budaya penggunaan data melalui advokasi
terhadap pimpinan di semua tingkat dan pemanfaatan forum-
forum informatika kesehatan yang ada.
 Peningkatan penggunaan solusi-solusi mHealth dan
telemedicine untuk mengatasi masalah infrastruktur,
komunikasi dan sumber daya manusia.
Perkembangan Sistem
Pendokumentasian

Proses mendokumentasikan perawatan pasien telah dilakukan sejak jaman


Florence Nightingale yang menulis tentang pentingnya komunikasi diantara
pemberi layanan keperawatan dan merupakan pelopor dalam
pengembangan format yang digunakan dalam memfasilitasi proses
komunikasi tersebut.

Florence Nightingale mengetahui bahwa pengumpulan data dalam


perawatan kesehatan baik secara individu, maupun dalam kelompok besar
pasiendengan sistematik adalah digunakan untuk di analisis sebagai data
statistik (Nightingale 1860 ; 1862)
• Kedua tipe pengumpulan data dan registrasi sangatlah
penting untuk digunakan sebagai sumber informasi dan
alat komunikasi yang dapat memberikan informasi
mengenai kondisi pasien baik untuk perawat, dokter
dan pembuat kebijakan.
• Meskipun bentuk pendokumentasian keperawatan
telah berkembang dari waktu ke waktu untuk
memenuhi kebutuhan perubahan dalam perawatan
kesehatan, namun perubahan yang terjadi tidak
membawa pengaruh besar dalam proses dokumentasi
hingga diperkenalkannya komputer dalam kesehatan di
akhir abad 20 (Turpin, 2005).Penggunaan komputer
dalam dokumentasi asuhan keperawatan
diperkenalkan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahu
1970-an (Dawn Gapko, 2005)
Manfaat Dokumentasi Keperawatan
Secara Manual

• Sebagai wahana komunikasi antar tim keperawatan


dan dengan tim kesehatan lain
• Sebagai bagian yang permanen dari rekaman
medik
• Sebagian dokumen yang legal dan dapat diterima
di pengadilan
Prinsip-Prinsip Dokumentasi
Keperawatan Manual

• Tersedia format untuk dokumentasi.


• Dokumentasi dilakukan oleh orang yang melakukan tindakan atau
mengobservasi langsung.
• Dokumentasi dibuat segera setelah melakukan tindakan.
• Catatan dibuat kronologis.
• Penulisan singkatan dilakukan secara umum.
• Mencantumkan tanggal, waktu tanda tangan, dan inisial penulis.
• Dokumentasi akurat, benar, komplit jelas, dapat dibaca dan ditulis
dengan tinta
• Tidak dibenarkan menghapus tulisan pada catatan menggunakan tip-ex.
penghapus tinta atau bahan lainnya.
Sistem Pencatatan Keperawatan
Secara Manual

Lembar pengkajian

Catatan perawat berbentuk narasi


Deskripsi informasi klien dalam bentuk naratif

• Catatan bentuk SOAP


Pencatatan SOAP digunakan dengan catatan
medik yang berorientasi pada masalah klien
(Problem Oriented Medical Record) yang
menggambarkan kemajuan klien yang terus
menerus ke arah resolusi masalah
• Catatan Fokus

Perawat mencatat masalah berfokus pada masalah yang spesifik yang


terdiri dari komponen diagnosa keperawatan, data subyektif dan
obyektif yang mendukung, tindakan keperawatan, respon klien terhadap
intervensi keperawatan dan penyuluhan.

• Grafik dan Flow sheet

Catatan flow sheet dan grafik menggambarkan data berulang klien yang
harus senantiasa dipantau oleh perawat, seperti nadi, tekanan darah,
obat-obatan, masukan dan pengeluaran
Komputer
3 karakteristik dasar
• Cepat, mampu menyajikan dan menampilkan
data yang diperlukan secara cepat
• Dapat diandalkan karena ketika kita
membutuhkan suatu data kita hanya tinggal
menekan tombol dan seluruh data yang
dibutuhkan akan muncul
• Kemampuan menyimpan data dalam jumlah
besar dimana data bisa dimunculkan secara
efisien.
Aplikasi Software Asuhan
Keperawatan
• Menurut Allan dan Englebright (2000) dengan sistem
pendokumentasian dengan komputer, efektifitas
pendokumentasian bisa dipertahankan dimana
perawat mampu melakukan analisa terhadap asuhan
keperawatan yang telah diberikan karena mereka
dengan mudah bisa menentukan status diagnosa atau
masalah keperawatan pada pasien. Selain itu, dengan
menggunakan komputer seluruh asuhan keperawatan
bisa tersimpan dengan baik, maka perawat bisa
melakukan pengukuran terhadap intervensi
keperawatan yang telah mereka berikan.
Pengembangan Dokumentasi Berbasis
Tekhnologi Komunikasi
Beberapa hal yang harus
diperhatikan

• Catatan kesehatan elektronik klien adalah


kumpulan informasi kesehatan pribadi satu
individu yang diberikan oleh penyedia layanan
kesehatan dan disimpan secara elektronik di
bawah pengamanan ketat.
• Dokumentasi dalam catatan keperawatan
elektronik harus komprehensif, akurat, tepat
waktu, dan jelas mengidentifikasi pemberi
perawatan
• Entri data dilakukan oleh orang yang melaksanakan perawatan dan bukan oleh
staf yang lain.
• Masukan data yang dibuat dan disimpan dalam catatan keperawatan elektronik
dianggap sebagai bagian permanen dari rekaman dan tidak dapat dihapus
 Pedoman penyimpanan dokumen klien antara lain:
• Catatan yang berisi referensi darah atau produk darah harus dipertahankan
selama-lamanya. Dengan kata lain, catatan tersebut harus disimpan selamanya.
• Catatan primer klien misalnya, catatan dokter, catatan keperawatan, konsultasi,
resume, dan pemberitahuan kematian disimpan selama 10 tahun
• Sekunder dokumen misalnya hasil pemeriksaan diagnostik, catatan pengobatan
disimpan selama enamtahun
• Catatan sementara misalnya laporan diet, bagan grafik disimpan selama satu
tahun
 Pedoman yang dapat digunakan oleh perawat dalam menggunakan
dokumentasi elektronik adalah sebagai berikut:
• Tidak pernah mengungkapkan atau mengizinkan orang lain menggunakan
nomor identifikasi pribadi (password) dan menginformasikan kepada
atasan langsung jika ada kecurigaan bahwa kode identifikasi sedang
digunakan oleh orang lain
• Mengubah password pada interval yang sering dan teratur (sesuai
kebijakan lembaga)
• Memilih password yang tidak mudah diuraikan dan melakukan log off bila
tidak menggunakan sistem atau ketika meninggalkan sistem
• Menjaga kerahasiaan semua informasi, termasuk semua salinan cetak
dari informasi dan melindungi informasi klien yang ditampilkan pada
monitor misalnya dengan penggunaan screen saver, mengatur lokasi
monitor, dan menggunakan privasi layar
• Menggunakan sistem hanya pada layanan
akses yang aman untuk membuka ke informasi
klien
• Melakukan akses hanya pada informasi klien
yang diperlukan untuk memberikan pelayanan
keperawatan pada klien tersebut.
• Mengakses informasi klien untuk tujuan selain
memberikan asuhan keperawatan merupakan
pelanggaran kerahasiaan.
Kelebihan dan Kekurangan
• Kelebihan:
Waktu pendokumentasian lebih singkat,
kemudahan dalam pembacaan dan akses dokumen
dan memungkinkan sebagai sarana belajar,Lebih
akurat, komplit (lengkap), legibel (dapat
dipertanggungjawabkan).
• Kekurangan :
Kemampuan perawat dalam melaksanakan proses
keperawatan dan keterampilan perawat
menggunakan komputer
Cara Kerja Dokumentasi Keperawatan
Elektronik

• Hidupkan computer sesuai prosedur


• Buka aplikasi ICNP yang sudah di install dan di setting
sedemikian rupa
• Persiapkan pasien yang sudah siap untuk dilakukan asuhan
keperawatan
• Mulai pengkajian dengan menanyakan apa masalahnya,
setelah mendapatkan masalah itu. Misal mendapat penyakit
DM
• Kemudian langsung klik pada kanan atas Pencarian, ketik
“penyakit Diabetes militus"
• Setelah itu akan muncul soft file pengisian table untuk
penyakit DM mulai dari pengkajian-evaluasi
• Kemudian check kembali pengisian, untuk memastikan benar
dan tepat
• Setelah itu simpan data yang telah dilakukan tadi, sebagai
bukti legal telahmendokumentasikan keperawatan terhadap
klien
• Selanjutnya memberi salam kepada klien atas kesediaanya
untuk di kaji.
Peran Perawat Dalam Dokumentasi
Keperawatan Elektronik

Penelitian dalam bidang keperawatan berperan dalam mengurangi


kesenjangan penguasaan teknologi di bidang kesehatan, karena
temuan penelitian lebih memungkinkan terjadinya transformasi
ilmu pengetahuan dan teknologi, selain itu penting dalam
memperkokoh upaya menetapkan dan memajukan profesi
keperawatan. Dalam hal ini perawat bisa mengembangkan
penelitian mengenai penerapan ICPN sebagai wadah untuk
membantu proses pendokumentasian secara global.

Anda mungkin juga menyukai