Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

HIPERTENSI EMERGENCY

Zulmah Astuti.M.Kep

Di susun oleh:

Novia Narulita

Nur Risma Yanti

Winarti

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM KALIMANTAN TIMUR

AKADEMI KEPERAWATAN YARSI SAMARINDA

TAHUN 2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu
keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal yaitu
120/80 mmHg. Menurut WHO (Word Health Organization), batas tekanan darah
yang dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah
lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batas tersebut untuk orang dewasa di
atas 18 tahun) (Adib, 2009).

Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu hipertensi primer atau


esensial (90% kasus hipertensi) yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi
sekunder (10%) yang disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit
jantung dan gangguan ginjal. Menurut JNC VII Report 2003, diagnosis hipertensi
ditegakkan apabila didapatkan tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik (TDD) ≥ 90 mmHg pada dua kali pengukuran dalam waktu
yang berbeda (Bustan,2011).

Menurut WHO menyebutkan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring
dengan jumlah penduduk yang bertambah pada 2025 mendatang diperkirakan sekitar 29%
warga dunia terkena hipertensi. WHO menyebutkan negara ekonomi berkembang memiliki
penderita hipertensi sebesar 40% sedangkan negara maju hanya 35%, kawasan Afrika
memegang posisi puncak penderita hipertensi, yaitu sebesar 40%. Kawasan Amerika sebesar
35% dan Asia Tenggara 36%. Kawasan Asia penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang
setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita hipertensi. Sedangkan di
Indonesia cukup tinggi, yakni mencapai 32% dari total jumlah penduduk (Widiyani, 2013).
Menurut laporan Kemenkes (2013), bahwa hipertensi merupakan penyebab
kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, dimana proporsi kematiannya
mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2013 menunjukkan prevalensi
hipertensi secara nasional mencapai 25,8%. Penderita hipertensi di Indonesia
diperkirakan sebesar 15 juta tetapi hanya 4% yang hipertensi terkendali.

Hipertensi terkendali adalah mereka yang menderita hipertensi dan mereka


tahu sedang berobat untuk itu. Sebaliknya sebesar 50% penderita tidak menyadari
diri sebagai penderita hipertensi, sehingga mereka cenderung untuk menderita
hipertensi yang lebih berat. Hasil Riskesdas tahun 2013 melaporkan bahwa
prevalensi hipertensi di Sumatera Utara sebesar 45,69% pada kelompok umur di
atas 60 tahun untuk penderita rawat jalan. Berdasarkan penyakit penyebab
kematian pasien rawat inap di Rumah Sakit Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera
Utara, hipertensi menduduki peringkat pertama dengan proporsi kematian sebesar
27,02% (1.162 orang), pada kelompok umur ≥ 60 tahun sebesar 20,23% (1.349
orang) (Kemenkes RI, 2013).

Penyakit hipertensi tahun demi tahun terus mengalami peningkatan. Tidak


hanya di Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1
dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah
penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025.
Kurang lebih 10-30% penduduk dewasa di hampir semua negara mengalami
penyakit hipertensi, dan sekitar 50-60% penduduk dewasa dapat dikategorikan
sebagai mayoritas utama yang status kesehatannya akan menjadi lebih baik bila
dapat dikontrol tekanan darahnya (Adib, 2009).
Hipertensi Emergency adalah kenaikan tekanan darah mendadak (sistolik ≥
180 mmhg dan / atau diastolik ≥ 120 mmhg) dengan kerusakan organ target yang
bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera, dalam
hitungan menit sampai jam. (Runtukahu,2015)

Penangananan Hipertensi Emergensi adalah pasien hipertensi emergensi perlu


dirawat di rumah sakit untuk mendapat pengobatan dan pemantauan medis yang
ketat : Dokter akan memriksa kondisi fisik termasuk tekanan darah, serta
pemeriksaan penunjang seperti tes darah dan tes urien, juga pemeriksaan
penunjang lain untuk mengevaluasi kondisi penderita hipertensi emergensi.
Sertelah diagnosis dipastikan, tindakan pertama yang harus di dapat pasien
hipentensi emergensi adalah pemberian obat penurun tekanan darah, umumnya
diberikan melalui suntikan atau infus, namun pemberian obat minum juga bisa
ditambahkan. Pemberian obat harus dilakukan sesegera mungkin dalam kurun
waktu 24 jam, namun penurunan tekanan darah harus dilakukan secara bertahap.
Hal ini dilakukan untuk mencegah kerusakan organ yang lebih parah,
menlindungi fungsi organ, mencegah komplikasi, dan memperbaikan kondisi
tersebut akan ditangani sesuai dengan kerusakan yang terjadi. Beberapa jenis obat
yang digunakan untuk mengatasi hipertensi emergensi anatara lain sodium
nitroprusside, labetalol, nicardipine, fenoldopam, dan clevidipine. Jenis obat
tersebut disesuikan dengan kondisi pasein dan kondisi kerusakan organ yang
dialami pasien. ( Aronow,2017)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan emergency hipertensi
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian emergency hipertensi
b. Untuk mengetahui tanda dan gejala emergency hipertensi
c. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk
pertolongan pada pasien emergency hipertensi
d. Untuk mengetahui prognosis penyakit emergency hipertensi
e. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis untuk penderita
emergency hipertensi.
f. Untuk askep
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Penderita
Dengan penelitian ini penderita dapat menambah pengetahuannya
tentang hipertensi dalam kehidupan sehari-hari dan dapat meningkatkan
motivasi untuk memeriksakan diri dalam berobat

1.3.2 Manfaat Bagi Keluraga


jpengetahuan pada penderita hipertensi dan motivasi untuk
memeriksakan diri berobat.
1.3.3 Manfaat Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat bahwa pengetahuan
tentang hipertensi sangat dibutuhkan agar anggota keluarga terhindar dari
penyakit hipertensi serta memiliki motivasi yang kuat untuk hidup sehat dan
terhindar dari hipertensi.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Penyakit

A. Pengertian

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami


peningkatantekanan darah diatas normal yang ditunjukan oleh angka systolic
(bagian atas) dan bawah (diastolic). (Pudiastuti, 2011) Kondisi abnormal dari
hemodinamik, dimana menurut WHO tekanan sistolik ≥140 mmHg dan atau
tekanan diastolic >90 mmHg (untuk usia <60 tahun) dantekanan sistolik ≥160
mmHg dan atau tekanan diastolic >95 mmHg (untuk usia >60 tahun). (Nugroho,
2011).

Hipertensi emergency adalah keadaan gawat medis ditandai dengan tekanan


darah sistolik >180 mmHg, disertai kerusakan organ target akut (Aronow,
2017).Hipertensi emergency ditandai oleh peningkatan tekanan darah sistolik atau
distolik atau keduanya, yang tekait dengan tnada dan gejala kerusakan organ akut
(yaitu sistem saraf, kardiovakular, ginjal). Kondisi ini memerlukan pengurangan
tekanan darah segera untuk mlindungi fungsi organ fitl dengan pemberian obat
antihipertensi secara intraven (Nainggolan, 2012).

B. Klasifikasi

1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik atau sama dengan 140 mmHg dan
diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg

2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan
diastolik 91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.

Krisis hipertensi adalah suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang


mendadak (sistole ≥ 180 mmHg dan diastole ≥120 mmHg), pada penderita
hipertensi, yang membutuhkan penanggulangan segera yang di tandai oleh tekanan
darah yang sanagat tinggi dengan kemukinan timbulkan atau telah terjadi kelainan
organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).

C.Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik


(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai terjadi sebagai respon peningkatan cardiac
output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:

a. Genetik : Respon neurologi terhadap strees atau kelainan eksresi

b. Obesitas : Terkait dengan level insulin yang mengakibatkan tekanan


darah meningkat

c. Stress Lingkungan

d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arteroklerosis pada orang tua serta


pelebaran pembulu darah.

Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

a. Hipertensi Esensial (Primer)

Penyebab tidak diketahui namun banayak faktor yang mempengaruhi


seperti genetika, lingkungan hiperaktivitas, susunan saraf simpatik,
system renin angiotensis, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan
stress.
b. Hipertensi Sekunder

Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.


Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadi


perubahan-perubahan pada :

1. Elastisitas dinding aorta menurun

2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap


tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa dan memnurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.

4. Kehilangan elastistas pembuluh darah

Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembulu darah


perifer untuk oksigenasi meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer.

D. Tanda dan Gejala

a. Tekanan darah sangat tinggi

b. Peningkatan tekanan darah terjadi secara mendadak

c. Sakit kepala bagian belakang

d. Kaku kuduk

e. Sulit tidur
f. Gelisah

g. Kepala pusing

h. Dada berdebar-debar

i. Lemes

j. Sesak nafas

k. Berkeringat dingin

l. Pusing

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Penunjang menurut Murwani (2009)

a. Mengukur tekanan darah, pada kedua tangan ketika pasien terlentang dan
tegak setiap 1-2 jam sekali.

b. Mengukur berat badan, tinggi badan ( BB ideal, gemuk, obesitas )

c. Pemeriksaan khusus:

1. Jantung (pada gagal jantung kanan terjadi oedema perifer, sesak


nafas).

2. Foto Thor1ax

3. Echocardiogram

4. Pada mata fundus copi (pembulu darah pada retina menjadi tipis)

d. Pemeriksaan darah : cholesterol, uric acid, gula darah, creatinin, ureum,


clearance, trigliserida dan electrolit.
F. Prognosis Penyakit

Sebelum ditemukannya obat anti-hipertensi yang efektif harapan hidup


penderita hipertensi maligna kurang dari 2 tahun, dengan penyebab kematian
tersering adalah stroke, gagal gunjal, dan gagal jantung, kematian disebabkan
oleh uremia (19%), gagal jantung kongestif (13%), cerebro vascular accident
(20%), gagal jantung kongestif disertai uremia (48%), infark miokard (1%) dan
diseksi aorta (1%). Prognosis menjadi lebih baik berkat ditemukannya obat yang
efektif dan penanggulangan yang tepat pada dekade terakhir. Data yang ada
melaporkan bahwa dampak dari emergensi hipertensi biasanya memberikan hasil
yang buruk.

G. Penatalaksanaan medis

a. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan causal.

b. Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurukan tekanan darah


dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya
komplikasi.

c. Upaya menurukan tekanan darah dilakukan dengan mengunakan obat anti


hipertensi selain dengan gaya hidup.

d. Pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang dengan


memunkikan besar untuk seumur hidup.
e. Terapi :

1) Diet rendah garam

2) Penurunan berat badan, olahraga, latihan jiwa (yoga,dll.)

3) Diuretic

4) Penghambat adrenergic

5) Vasodilator

6) Penghambat ACE

7) Penghambat kalsium

f. Penyulit :

1) Pendarahan otak, pendarahan retina, dekompensasi cordis.

2) Stroke, penyakit jantung, gagal ginjal

g. Lama perawatatan : 1 minggu


2. Asuhan keperawatan Gawat Darurat
A. Triase

Triage adalah perawatan terhadap pasien yang di dasarkan pada prioritas


pasien (atau korban selama bencana) bersumber pada penyakit, tingkat cedera, tingkat
keparahan, prognosis dan ketersediaan sumber daya. Dengan triage dapat ditentukan
kebutuhan terbesar pasien/korban untuk segera menerima perawatan secepat
mungkin. Triage sebagai pintu gerbang perawatan pasien memegang peranan penting
dalam pengaturan darurat melalui pengelompokan dan memprioritaskan pasien secara
efisien sesuai dengan tampilan medis pasien. Tujuan dari triage adalah untuk
mengidentifikasi pasien yang membutuhkan tindakan resusitasi segera, menetapkan
pasien ke area perawatan untuk memprioritaskan dalam perawatan dan untuk
memulai tindakan diagnostik atau terapi (Lee, Et al, 2011)

B. Pengkajian
1. airway
a. Yakinkan kepatenan jalan nafas
b. Berikan alat bantu nafas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
c. Jika terjadi penurunan fungsi pernafasan segera kontak ahli anastesi dan bawa
segera ke ICU.
2. Bretahing
a. Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk
mempertahankan saturasi .92%.
b. Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.
c. Pertimbangkan untuk mendapatkan bag valve-mask ventilation.
d. Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2.
e. Kaji jumlah pernafasan/uskultasi pernafasan.
f. Lakukan pemeriksaan system pernafasan
g. Dengarkan adanya bunyi krakles/mengi yang mengindikasikan kongesti paru
3. Circulation
a. Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengar suara gallop
b. Kaji peningkatan JVP
c. Monitoring tekanan darah
d. Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:
a) Sinus tachikardi
b) Adanya suara terdengar jelas pada S4 dan S3
c) Right bundle branch block (RBBB)
d) Right axis deviation (RAD)
e) Lakukan IV akses dextros 5%
f) Pasang kateter
g) Lakukan pemeriksaan darah lengkap
h) Jika ada kemungkinan KP berikan Nifedipin Subl9ngual
i) Jika pasien mengalamai syok berikan secara bolus Diazoksid,
Niotroprusid
4. Disability
a. Kaji tingkat kesdaran dengan menggunakan AVPU
b. Penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim
dan membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di
ICU
5. Exposure
a. Selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan Kp
b. Jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan
fisik lainnya.
c. Jangaan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload,
vasokontraksi, hipertrofi/rigditas ventrikuler, iskemia miokard
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen
3. Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral
4. Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan

D. Rencana Keperawatan Resusitasi

Contoh kasus:

1. Identitas pasien

Nama : Ny.G

Umur : 68 Tahun

Agama : Islam

Alamat : Doro RT 24 Banyu Urip,Jaenar,Sragen

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Tani

Nomor RM : 346043

Penanggung jawab : Ny.I

Umur : 46 Tahun (Anak)

Agama : Islam
2. Riwayat kesehatan pasien

Pasien datang ke iGD Rumah Sakit Daerah Sragen pada tanggal 11 Juli 2012
pada pukul 12.10 WIB dengan keluhan 4 hari sebelum masuk rumah sakit
pasien jatuh terpeleset di kamar mandi, mengalami penurunan kesadaran,
kelemahan anggota gerak sebelah kiri sejak 2 hari yang lalu, pasien tidak
dapat berkomunikasi. Keluarga pasien mengatakan ini merupakan pertama
kalinya pasien dbawa ke Rumah Sakit karena stroke. Keluarga mengatakan
pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak ±10 tahun. Keluarga pasien
mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit
keturunan seperti DM, Asma dan Hipertensi.

3. Pengkajian primer

a) Airway: Terdapat secret, lidah tidak jatuh ke belakang, pasien


kesulitan bernafas, suara nafas ronchi.
b) Breathing: Terlihat pengembangan dada, teraba hembiusan nafas,
pasien kesulita untuk bernafas, RR: 28x menit, iranmma nafas tidak
teratur, terlihat adanya penggunaan otot bantu rongga dalam,
pernafasan cepat dan pendek,
c) Cirulasi: TD: 230/110 mmHg, N: 92x menit, terdengar suara jantung
S1 dan S2 reguler, tidak ada bunyi jantung tambahan, cappilary refiile
kembail ,3 detik, akral hangat,
d) Disability: kesadaran pasien sopor dengan GCS (E4, V2, M4),
keadaan umum lemah, pasien mengalami penurunan kesadaran, saat
dirumah pasien bicara pasien pelo, Exposure: Rambut dan kulit
kepala tampak bersih tidak terdapat hemtoma, tidak terdapat luka pada
tubuh pasien.
4. Program Terapi

Terapi O2 nasal 4 lpm, infus RL 20 ptm, injeksi citicolin 500 mg/12


jam, injeksi ceftiaxone 1 gr/24 jam, injeksi furosemid 40 mg/12 jam.
Pemasangan NGT dan DC pada pasien. Pemeriksaan GDS dengan
hasil: 152 mg/dl dan pemeriksaan EKG dengan hasil: Sinus Takikardi.

No Diagnosa keperawatan Intervensi keperawatan resusitasi


1. Ketidakefektifan perfusi 1. pengkajian Circulasi dan Disability:
jaringan cerebral perfusi jaringan otak dapat tercapai
berhubungan dengan secara optimal dengan kriteria hasil :
perdarahan intra cerebral.  Pasien tidak gelisah
 TTV dalam batas normal
(TD:Sistole <130 dan Diastol <85
mmHg, 36,5-37,5 C, RR:18-
24x/menit, N: 60-100x/menit).
 Komunikasi jelas
 GCS normal E4V5M6
 Kesadaran composmentis
2. Kaji keadaan umum dan TTV
3. Berikan posisi kepala lebih tinggi 30
derajat.
4. Catat perubahan pasien dalam
merespon stimulus
5. Anjurkan pasien bedrest total
6. Ciptakan lingkungan nyaman dan
batasi pengunjung
7. Kolaborasi dengan dokter pemberian
obat.

2. Pola napas tidak efektif 1. Pengkajian Breathing : pola napas


berhubungan dengan menjadi efektif dengan kriteria hasil:
penurunan tingkat RR dalam batas normal (16-
kesadaran. 24x/menit), irama napas teratur.
2. Kaji karakteristik pola napas
(frekuensi, kedalaman,irama)
3. Kaji penggunaan otot bantu
pernafasan
4. Berikan posisi kepala lebih tinggi 30
derajat
5. Ajarkan relaksasi nafas dalam
6. Kolaborasi dengan dokter pemberian
O2.
3. Resiko aspirasi berhubungan 1. Pengkajian Airway: Tidak terjadi
dengan penurunan tingkat aspirasi pada pasien dengan kriteria
kesadaran. hasil:
 Dapat bernaas dengan mudah
 Mampu menelan
 Mengunyah tanpa terjadi aspirasi\
2. Monitor tingkat kesadaran
3. Reflek batuk dan kemampuan
menelan
4. Pelihara jalan nafas
5. Lakukan saction bila diperlukan
6. Haluskan makanan yang akan
diberikan
7. Haluskan obat sebelum pemberian.
4. Hambatan mobilitas fisik 1. Pengkajian Disability: Mobilitas
berhubungan dengan pasien dapat meningkat dengan
kelemahan otot. kriteria hasil :
 Tidak terjadi atropi otot
 Sendi tidak kaku
2. Kajian kemampuan pasien terhadap
pergerakan
3. Ubah posisi pasien tiap 2 jam
4. Ajarkan pasien melakukan ROM
aktif pada ekstremitas yang tidak
sakit dan ROM pasif pada
ekstremitas yang sakit
5. Pasang side rill dikanan kiri tempat
tidur pasien.

E. Rencana Keperawatan Stabilisasi

Target penurunan tekanan darah sistolik dalam 1 jam pertama sebesar 10-15 % dari
tekanan darah sistolik awal jika kondisi pasien cukup stabil maka target teknan darah
dalam 2-6 jam selanjutnya sekitar 160/100 mmHg, selanjutnya pantau TTV 1x 24
jam hingga tekanan sitoliknya 140 mmHg. Pemberian cairan kristaloid akan
memperbaiki perfusi organ dan mencegah menurunkan tekanan darah yang drastis
akibat efek obat antihipertensi yang diberikan, pemberian cairan sebaiknya diberikan
setelah target penurunan tekanan darah dalam 1 jam telah tercapai dan perlu
pemantauan yang tepat. Pada saat target tekanan darah yang diharapkan telah tercapai
maka pemberian obat-obat oral antihipertensi dapat dimulai, dan obat intravena dapat
diturunkan perlahan-lahan hingga dihentikan.
F. Discharge Planning
1. Minum obat secara teratur sesuai dengan peyakit yang sudah dilanjutkan serta
memperhatikan 5 benar yaitu:
a. Benan nama (orang yang akan minum obat sesuai dengan yang terkait
di obat)
b. Benar dosis (dosis yang akan diminum sesuai dengan dosis yang
dianjurkan)
c. Benar waktu (waktu pemberian obat sesuai dengan waktu yang
dianjurkan)
d. Benar cara masuk (cara minum obat sesuai dengan yang dinjurkan)
e. Benar obat ( obat yang akan diminum sesuai dengan yang dianjurkan)
2. Rajin mengontrol kesehatan pasien kepada tenaga kesehatan (Rumah Sakit,
Puskesmas) setiap kali obat habis
3. Lakukan aktivitas secara bertahap seperti mandi dengan seka kemudian jika
sudah cukup mampu/kuat baru mandi dikamar mandi
4. Hiduplah dengan pola hidup sehat:
a. Makan makanan empat sehat lima sempurna tetapi yang mengandung
rendah garam dan rendah kolestrol serta perbanyak makan buah dan
sayur
b. Rajin berolah raga setiap hari, minimal jalan sehat selama 30 menit
sehari
c. Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah
legemukan)
d. Usahakan tidur nyenyak minimal 6 jam sehari agar meredam stres.
Atau usahakan tidur semu (tiduran, tidak bergerak, penjamkan mata,
usahakan melepas semua masalah)
e. Meninggalkan kebiasaan lama yang buruk: merokok, minum-
minuman keras, terlalu banyak pikiran/stress, makan-makanan yang
asin, minum kopi dll.
BAB 3

PENUTUP

1. Kesimpulan

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami


peningkatantekanan darah diatas normal yang ditunjukan oleh angka systolic
(bagian atas) dan bawah (diastolic). (Pudiastuti, 2011). Hipertensi emergency
adalah keadaan gawat medis ditandai dengan tekanan darah sistolik >180
mmHg, disertai kerusakan organ target akut. Hipertensi emergency ditandai
oleh peningkatan tekanan darah sistolik atau distolik atau keduanya, yang
tekait dengan tanda dan gejala kerusakan organ akut (yaitu sistem saraf,
kardiovakular, ginjal). Kondisi ini memerlukan pengurangan tekanan darah
segera untuk mlindungi fungsi organ fitl dengan pemberian obat antihipertensi
secara intraven.

Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:

a. Genetik : Respon neurologi terhadap strees atau kelainan eksresi

b. Obesitas : Terkait dengan level insulin yang mengakibatkan tekanan


darah meningkat

c. Stress Lingkungan

d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arteroklerosis pada orang tua serta


pelebaran pembulu darah.
2. Saran

Penyakit hipertensi tahun demi tahun terus mengalami peningkatan. Tidak


hanya di Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia
atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan
jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang
tahun 2025. Kurang lebih 10-30% penduduk dewasa di hampir semua negara
mengalami penyakit hipertensi, dan sekitar 50-60% penduduk dewasa dapat
dikategorikan sebagai mayoritas utama yang status kesehatannya akan
menjadi lebih baik bila dapat dikontrol tekanan darahnya.

a. Mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini hipertensi


secara aktif.

b. Meningkatkan akses penderita terhadap pengobatan hipertensi melalui


revitalisasi puskemas untuk pengendalian melalui peningkatan sumber
daya tenaga kesehatan yang profesional dan kompenten dalam upaya
pengendalian khususnya tatalaksana di fasilitas pelayanan kesehatan
dasar seperti puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA

Adib., M., (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi Jantung dan
Stroke.Dianloka Dianloka Pustaka Populer, Yogyakarta.

Aronow, W. NCBI (2017). Treatment of Hypertensive Emergencien. Annals of


Translational Medicine

Bustan, M.N., (2011). Epidemilogi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta, Jakarta.

Kemenkes RI, (2013). “Direktorat Jenderal PPM&PLP, Pemberantasan Penyakit


Menular dan Penyehatan Lingkungan” Jakarta.

Lee, Et al. (2011). The Validity of the Canadion Triage and Acuity Scale in predicting
resource utilization and the need for immediate life-saving interentions in
elderly emergency departement pasients. Scandinivian of Jurnal Trauma,
Resuciation and Emergency Mediciene, 19:68.p 1-8.

Murwani, A. (2009). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Mitra Cendikia.


Yogyakarta.

Nurgroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakit


Dalam. Nuha Medika : Yogyakarta.

Nainggolan, DFP. (2012). “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diit


Rendah Garam dan Keteraturan Kontrol Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi. di Poliklinik RSUD Tugurejo Semarang”. Jurnal Ilmu Keperawatan
dan Kebidanan. 1(2) Desember.

Pudiastuti, R.D. (2011). Penyakit Pemicu Stroke. Nuha Medika : Yogyakarta

Runtukahu, R.F. (2015). “Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kepatuhan Melaksanakan Diet Pada Penderita Hipertensi. di Wilayah Kerja
Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan Timur”. Ejournal Keperawatan (e-
Kp). 3(2) Mei.

Widiyani, R., (2013). “Penderita Hipertensi Terus Meningkat”.


http://health.kompas.com/read/2013/04/05/1404008/Penderita.Hipertensi.Terus.
Meningkat . Tanggal akses 21 Nopember 2014

Anda mungkin juga menyukai