HIPERTENSI EMERGENCY
Zulmah Astuti.M.Kep
Di susun oleh:
Novia Narulita
Winarti
TAHUN 2019
BAB 1
PENDAHULUAN
Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu
keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal yaitu
120/80 mmHg. Menurut WHO (Word Health Organization), batas tekanan darah
yang dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah
lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batas tersebut untuk orang dewasa di
atas 18 tahun) (Adib, 2009).
Menurut WHO menyebutkan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring
dengan jumlah penduduk yang bertambah pada 2025 mendatang diperkirakan sekitar 29%
warga dunia terkena hipertensi. WHO menyebutkan negara ekonomi berkembang memiliki
penderita hipertensi sebesar 40% sedangkan negara maju hanya 35%, kawasan Afrika
memegang posisi puncak penderita hipertensi, yaitu sebesar 40%. Kawasan Amerika sebesar
35% dan Asia Tenggara 36%. Kawasan Asia penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang
setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita hipertensi. Sedangkan di
Indonesia cukup tinggi, yakni mencapai 32% dari total jumlah penduduk (Widiyani, 2013).
Menurut laporan Kemenkes (2013), bahwa hipertensi merupakan penyebab
kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, dimana proporsi kematiannya
mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2013 menunjukkan prevalensi
hipertensi secara nasional mencapai 25,8%. Penderita hipertensi di Indonesia
diperkirakan sebesar 15 juta tetapi hanya 4% yang hipertensi terkendali.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Penyakit
A. Pengertian
B. Klasifikasi
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik atau sama dengan 140 mmHg dan
diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan
diastolik 91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.
C.Etiologi
c. Stress Lingkungan
d. Kaku kuduk
e. Sulit tidur
f. Gelisah
g. Kepala pusing
h. Dada berdebar-debar
i. Lemes
j. Sesak nafas
k. Berkeringat dingin
l. Pusing
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Mengukur tekanan darah, pada kedua tangan ketika pasien terlentang dan
tegak setiap 1-2 jam sekali.
c. Pemeriksaan khusus:
2. Foto Thor1ax
3. Echocardiogram
4. Pada mata fundus copi (pembulu darah pada retina menjadi tipis)
G. Penatalaksanaan medis
3) Diuretic
4) Penghambat adrenergic
5) Vasodilator
6) Penghambat ACE
7) Penghambat kalsium
f. Penyulit :
B. Pengkajian
1. airway
a. Yakinkan kepatenan jalan nafas
b. Berikan alat bantu nafas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
c. Jika terjadi penurunan fungsi pernafasan segera kontak ahli anastesi dan bawa
segera ke ICU.
2. Bretahing
a. Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk
mempertahankan saturasi .92%.
b. Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.
c. Pertimbangkan untuk mendapatkan bag valve-mask ventilation.
d. Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2.
e. Kaji jumlah pernafasan/uskultasi pernafasan.
f. Lakukan pemeriksaan system pernafasan
g. Dengarkan adanya bunyi krakles/mengi yang mengindikasikan kongesti paru
3. Circulation
a. Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengar suara gallop
b. Kaji peningkatan JVP
c. Monitoring tekanan darah
d. Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:
a) Sinus tachikardi
b) Adanya suara terdengar jelas pada S4 dan S3
c) Right bundle branch block (RBBB)
d) Right axis deviation (RAD)
e) Lakukan IV akses dextros 5%
f) Pasang kateter
g) Lakukan pemeriksaan darah lengkap
h) Jika ada kemungkinan KP berikan Nifedipin Subl9ngual
i) Jika pasien mengalamai syok berikan secara bolus Diazoksid,
Niotroprusid
4. Disability
a. Kaji tingkat kesdaran dengan menggunakan AVPU
b. Penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim
dan membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di
ICU
5. Exposure
a. Selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan Kp
b. Jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan
fisik lainnya.
c. Jangaan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload,
vasokontraksi, hipertrofi/rigditas ventrikuler, iskemia miokard
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen
3. Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral
4. Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan
Contoh kasus:
1. Identitas pasien
Nama : Ny.G
Umur : 68 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Nomor RM : 346043
Agama : Islam
2. Riwayat kesehatan pasien
Pasien datang ke iGD Rumah Sakit Daerah Sragen pada tanggal 11 Juli 2012
pada pukul 12.10 WIB dengan keluhan 4 hari sebelum masuk rumah sakit
pasien jatuh terpeleset di kamar mandi, mengalami penurunan kesadaran,
kelemahan anggota gerak sebelah kiri sejak 2 hari yang lalu, pasien tidak
dapat berkomunikasi. Keluarga pasien mengatakan ini merupakan pertama
kalinya pasien dbawa ke Rumah Sakit karena stroke. Keluarga mengatakan
pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak ±10 tahun. Keluarga pasien
mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit
keturunan seperti DM, Asma dan Hipertensi.
3. Pengkajian primer
Target penurunan tekanan darah sistolik dalam 1 jam pertama sebesar 10-15 % dari
tekanan darah sistolik awal jika kondisi pasien cukup stabil maka target teknan darah
dalam 2-6 jam selanjutnya sekitar 160/100 mmHg, selanjutnya pantau TTV 1x 24
jam hingga tekanan sitoliknya 140 mmHg. Pemberian cairan kristaloid akan
memperbaiki perfusi organ dan mencegah menurunkan tekanan darah yang drastis
akibat efek obat antihipertensi yang diberikan, pemberian cairan sebaiknya diberikan
setelah target penurunan tekanan darah dalam 1 jam telah tercapai dan perlu
pemantauan yang tepat. Pada saat target tekanan darah yang diharapkan telah tercapai
maka pemberian obat-obat oral antihipertensi dapat dimulai, dan obat intravena dapat
diturunkan perlahan-lahan hingga dihentikan.
F. Discharge Planning
1. Minum obat secara teratur sesuai dengan peyakit yang sudah dilanjutkan serta
memperhatikan 5 benar yaitu:
a. Benan nama (orang yang akan minum obat sesuai dengan yang terkait
di obat)
b. Benar dosis (dosis yang akan diminum sesuai dengan dosis yang
dianjurkan)
c. Benar waktu (waktu pemberian obat sesuai dengan waktu yang
dianjurkan)
d. Benar cara masuk (cara minum obat sesuai dengan yang dinjurkan)
e. Benar obat ( obat yang akan diminum sesuai dengan yang dianjurkan)
2. Rajin mengontrol kesehatan pasien kepada tenaga kesehatan (Rumah Sakit,
Puskesmas) setiap kali obat habis
3. Lakukan aktivitas secara bertahap seperti mandi dengan seka kemudian jika
sudah cukup mampu/kuat baru mandi dikamar mandi
4. Hiduplah dengan pola hidup sehat:
a. Makan makanan empat sehat lima sempurna tetapi yang mengandung
rendah garam dan rendah kolestrol serta perbanyak makan buah dan
sayur
b. Rajin berolah raga setiap hari, minimal jalan sehat selama 30 menit
sehari
c. Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah
legemukan)
d. Usahakan tidur nyenyak minimal 6 jam sehari agar meredam stres.
Atau usahakan tidur semu (tiduran, tidak bergerak, penjamkan mata,
usahakan melepas semua masalah)
e. Meninggalkan kebiasaan lama yang buruk: merokok, minum-
minuman keras, terlalu banyak pikiran/stress, makan-makanan yang
asin, minum kopi dll.
BAB 3
PENUTUP
1. Kesimpulan
c. Stress Lingkungan
Adib., M., (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi Jantung dan
Stroke.Dianloka Dianloka Pustaka Populer, Yogyakarta.
Bustan, M.N., (2011). Epidemilogi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta, Jakarta.
Lee, Et al. (2011). The Validity of the Canadion Triage and Acuity Scale in predicting
resource utilization and the need for immediate life-saving interentions in
elderly emergency departement pasients. Scandinivian of Jurnal Trauma,
Resuciation and Emergency Mediciene, 19:68.p 1-8.