Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KELOMPOK 8

SISTEM INTELIJEN TRANSPORTASI

NAMA KELOMPOK :

1) ANDHIKA M BUTAR BUTAR


(20170621014011)
2) JENIVER M C BARENDS
(20170621014009)
3) NOPTIN H SIRAIT (20170621014015)
4) REWANI A SAROI (20170621014013)
5) FRITSON W KARUBABA
(20140611014029)

PROGRAM STUDI S1 JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam era komputer saat ini, hampir semua problema/permasalahan


yang dihadapi oleh manusia berusaha untuk dipecahkan dengan bantuan
komputer. Hal ini tidak meragukan lagi karena semakin kompleknya
permasalahan yang ada, sehingga manusia dengan kemampuannya sebagai
manusia (berpikir, bergerak, dsb), tidak akan mampu melakukannya.
Sebagai contoh: seorang pegawai bank tidak akan mungkin lagi
mendata nasabah bank secara konvensional karena jumlah nasabah yang sudah
sangat banyak, perhitungan matematik yang sangat rumit tidak akan dapat
lagi dilakukan secara manual, atau produksi dan kontrol sebuah pabrik
berskala besar tidak akan mungkin lagi dilakukan secara konvensional.
Dapat dikatakan bahwa sekarang komputer merupakan alat yang tidak akan
lepas dari kehidupan sehari-hari.
Permasalahan yang secara eksplisit dapat dikuantifikasi akan dengan mudah
dipecahkan dengan bantuan komputer, tidak ada lagi keterbatasan sumber daya
hardware maupun software. Dari sisi hardware pada tahun 1965, Gordon
Moore telah memberikan prediksi bahwa jumlah transistor pada IC akan
selalu berlipat dua setiap 18 bulan (Nugroho A.S., 2003), atau boleh
dikatakan bahwa kemampuan hardware setiap 18 bulan akan meningkat 2 kali
lipat. Dari sisi software terlihat bahwa banyak munculnya vendor-vendor baru,
atau dari sisi vendor lama kemampuan software semakin ditingkatkan
terlihat dari tingkat kemudah pengorasian dan kelengkapan fasilitasnya.
Perkembangan berikutnya adalah manusia berkeinginan agar komputer
secara menyeluruh dapat berdiri sendiri dan dapat berpikir dan beraktivitas
seperti manusia.

2
Sejak jaman penjajah Belanda hingga sekarang ini, kereta api merupakan alat
transportasi darat yang sangat dominan dan diandalkan di Indonesia, hal ini
karena merupakan angkutan masal yaitu rangkaian kereta api dengan satu
lokomotif dapat menarik sekitar 10 gerbong, jika kapasitas setiap gerbongnya
80 penumpang, maka dalam satu kali perjalanan mampu mengangkut kurang
lebih 800 penumpang. Dengan fungsinya ini menjadikan kereta api sebagai
sarana angkutan dengan biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat.
Dalam perkembangannya pengguna kereta api menjangkau kalangan yang
lebih luas mulai dari kalangan atas, menengah maupun bawah, hal ini karena
beberapa variasi tipe pelayanan mulai dari kelas ekonomi, eksekutif dan bisnis.
Berdasarkan referensi data yang ada penumpang kereta api di Indonesia selalu
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. untuk mengatasi permasalahan ini
karena untuk memperbaikinya sangat sulit karena umur alat yang memang
sudah tua dan untuk meperbaruinya perlu biaya investasi yang mahal.
GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan
penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini
didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga-dimensi serta informasi
mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia tanpa bergantung waktu dan
cuaca, bagi banyak orang secara simultan. Saat ini GPS sudah banyak
digunakan orang di seluruh dunia dalam berbagai bidang aplikasi yang
menuntut informasi tentang posisi, kecepatan, percepatan ataupun waktu yang
teliti.

GPS dapat memberikan informasi posisi dengan ketelitian bervariasi dari


beberapa millimeter (orde nol) sampai dengan puluhan meter. Hingga saat ini
GPS merupakan sistem satelit navigasi yang paling populer dan paling banyak
diaplikasikan di dunia, baik di darat, laut, udara, maupun angkasa. Disamping
aplikasi-aplikasi militer, bidang-bidang aplikasi GPS yang cukup banyak saat
ini antara lain meliputi survei pemetaan, geodinamika, geodesi, geologi,
geofisik, transportasi dan navigasi, pemantauan deformasi, pertanian,

3
kehutanan, dan bahkan juga bidang olahraga dan rekreasi. di Indonesia sendiri
penggunaan GPS sudah dimulai sejak beberapa tahun yang lalu dan terus
berkembang sampai saat ini baik dalam volume maupun jenis aplikasinya.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana penerapan system intelejen transportasi terhadap kerta api ?

1.3 Manfaat penilitian

dapat mengetahui apa saja yang menjadi system intelijen transportasi pada

moda transportasi darat yaitu kereta api.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa pakar mendefinisikan sistem intelijen sebagai berikut: “The


study of the computations that make it possible to perceive, reason, and act”
(WinstonP.H., 1993). “Berbeda dengan pendekatan konvensional
hardcomputing ,softcomputing dapat bekerja dengan baik walaupun terdapat
ketidakpastian, ketidakakuratan maupun kebenaran parsial pada data yang
diolah. Hal inilah yang melatar belakangi fenomena dimana kebanyakan
metode softcomputing mengambil human-mind sebagai model.” (Prof. Lotfi A.
Zadeh, di homepage BISC [2] dalam Nugroho A.S, 2003).

Menurut Rusell S. dan Peter Novig, 2005, sebuah sistem intelijen memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:

1. System That Think Like Humans Ciri ini mengharapkan bahwa


sebuah sistem dalam komputer bukan lagi hanya merupakan sebuah
“circuit” tetapi sistem yang memiliki “knowledge”.
2. System That Think Rationally Diharapkan sistem dapat “berpikir”
secara logis berdasarkan situasi yang dihadapinya. Sehingga hasil yang
didapatkan tidak harus tepat tetapi dapat mencapai kondisi yang
optimum.
3. System That Act Like Humans Turing (1950) dalam “Computing
machinery and intelligence" telah mengilhami pertanyaan mendasarkan
yaitu: Can machines think?" yang berujung pada Can machines behave
intelligently?". Jika ini dapat dilakukan maka ciri aktivas manusia bisa
ada pada sebuah sistem.
4. System That Act Rationally Bertindak rasional adalah jika melakukan
sesuatu dengan benar, mencapai tujuan yang maksimum, dan
memberikan informasi yang akurat.

5
Kemampuan Sistem Intelijen

1. Pencarian (Searching) dan Pemecahan Masalah (Problem Solving/Matching)


a. Problem Type Menurut Rusell S. dan Peter Novig, 2005 dalam sistem
intelijen masalah yang akan dipecahkan dibagi menjadi 4 katagori yaitu:

• Single State Problem (Deterministic, fully observable): masalah yang sistem


akan mengetahui secara pasti statusnya.

• Conformant Problem (non observable): masalah dimana sistem tidak


mengetahui secara pasti statusnya, sistem akan melakukan penyesuaian
terhadap kondisi yang ada atau dengan kondisi sebelumnya.

• Contingency Problem (nondeterministic dan/atau partially observable):


masalah dimana sistem harus mengambil sebuah keputusan dengan
menyediakan sebuah informasi baru.

• exploration problem: masalah yang tidak pasti ruang lingkup statusnya. b.


Problem Solving Pemecahan masalah pada dasarnya menggunakan bantuan
suatu agent.

2.1 Defiisi Intelligent Transportation System (ITS)

Intelligent Transportation System dalam bahasa Indonesia berarti sistem


transportasi cerdas. Sistem ini mempunyai tujuan dasar untuk membuat
sistem transportasi yang mempunyai kecerdasan, sehingga dapat membantu
pemakai transportasi dan pengguna transportasi untuk:

 Mendapatkan informasi.
 Mempermudah transaksi.
 Meningkatkan kapasitas prasarana dan sarana transportasi.
 Mengurangi kemacetan atau antrian.
 Meningkatkan keamanan dan kenyamanan.
 Mengurangi polusi lingkungan.

6
 Mengefisiensikan pengelolaan transportasi.
Pengorganisasian ITS di negara-negara maju dilaksanakan secara
bersama oleh pemerintah, kepolisian, operator transportasi dan kalangan
industri. Selain masalah kebijakan, industri-industri terkait mendukung dari
segi riset dan pengembangan teknologi. Kalangan indurstri yang terkait
umumnya dari industri automotive, elektronika, komputer, telekomunikasi,
penerbangan, perhubungan dan jalan tol. Karena itu ITS menjadi
primadona dan dianggap sebagai masa depan transportasi. Lingkup
ITS dapat berbeda pada masing-masing negara tergantung kepada
kebijakan yang dibuat. Secara umum ITS mempunyai lingkup-lingkup
sebagai berikut:

a. Advanced Traveller Information System


Sistem ini secara prinsip adalah sistem informasi yang menjadi panduan
kendaraan untuk mendapatkan route jalan yang optimal. Pada
pengembangan selanjutnya sistem ini bahkan diharapkan mampu untuk
membantu pengemudi mengontrol kendaraan agar sampai ditujuan
dengan aman, nyaman dan lancar. Advanced Traveller Information
System merupakan terminologi dari ITS America, sedangkan pada ITS
Japan mengembangkan jenis Advances Navigation System. Teknologi
yang digunakan adalah peta digital berbasis Geographic Information
System (GIS), yang dipasang pada on board unit di kendaraan yang
mirip dengan PDA (Personal Digital Assistant).

b. Advanced Traffic Management System


Advanced Traffic Managent System digunakan oleh pengelola jalan
untuk memantau lalu lintas dan memberikan informasi real time kepada
pengguna jalan. Tujuan sistem ini agar lalu lintas dapat dioptimalkan
pada seluruh route alternatif yang ada, sehingga kemacetan dapat
dihindari atau dikurangi dengan memberikan saran kepada pemakai
jalan. Sistem ini juga memberikan informasi adanya hambatan atau

7
kecelakaan pada route yang akan ditempuh, sehingga pengemudi dapat
memakai alternatif route lain.

Input informasi di dapat dari sensor-sensor yang terpasang di ruas jalan,


misalkan: digital camera video atau cctv, traffic analyzer, traffic counter
dan sebagainya. Sedangkan untuk menyampaikan informasi kepada
pemakai jalan, dapat digunakan berbagai alternatif media, misalkan:
variable message sign atau electronic sign board, radio siaran khusus
pemakai jalan dan sebagainya.

c. Incident Management System.


Incident Management System adalah sistem informasi yang digunakan
untuk berbagai kejadian darurat, misalkan kecelakaan, longsor atau
bencana lainnya. Berdasarkan hasil pemantauan sensor-sensor pada
Traffic Management System, pengelola jalan atau pihak yang
berwenang dapat memperoleh informasi lebih awal. Informasi dapat
berupa besarnya kecelakaan, fatalitas kecelakaan, jumlah ambulans
yang diperlukan, tenaga medis yang harus dikirim, alat penolong yang
harus didatangkan dan sebagainya.

Informasi ini juga dapat diteruskan ke pihak-pihak lain yang terkait,


misalkan rumah sakit, pemadam kebakaran dan lainnya. Sistem ini juga
dapat memberikan informasi ke rumah sakit mana yang harus dituju
agar korban kecelakaan segra sampai dengan cepat. Selian itu kondisi
korban dapat terlebih dahulu disampaikan ke rumah sakit tersebut
sebelum korban sampai di tempat.

d. Electronic Toll Collection System


Persoalan klasik pada jalan tol adalah lama waktu yang diperlukan
untuk transaksi pelanggan di gerbang tol. Electronic Toll Collection
diterapkan untuk mempersingkat waktu transaksi di gerbang tol dengan
prinsip :

8
E-Payment atau Cashless Payment, yaitu pembayaran secara elektronis,
tanpa menggunakan uang tunai. Pemrosesan transaksi secara eletronis
menggunakan jalur telekomunikasi antar gerbang tol. Pada beberapa
negara seperti Jepang, Australia dan Amerika Serikat, proses transaksi
di gerbang tol dapat dilakukan tanpa kendaraan harus berhenti. Proses
transaksi dilakukan secara wireless antara unit elektronis yang ada di
kendaraan (on board unit) dengan computer network di jalan tol.
Sedangkan sebagian negara seperti malaysia, menggunakan metoda
yang masih memerlukan kendaraan untuk berhenti sebentar, karena
pemakai jalan masih harus melakukan scanning kartu pembayaran pada
reader yang tersedia di gardu tol.

e. Assistance For Safe Driving


Assistance for Safe Driving adalah bentuk dari ITS yang sangat maju.
Kendaraan dilengkapi dengan sejumlah sensor yang dapat mengarahkan
pengemudi unuk berkendara dengan aman. Sensor tersebut dihubungkan
dengan sebuah komputer yang terpasang pada kendaraan. Manfaat dari
sensor dan komputer pada kendaraaan adalah memberitahukan kepada
pengemudi jika tanpa sengaja sang pengemudi melakukan hal-hal:

 Jarak dengan kendaraan lain terlalu dekat.


 Berada di lajur jalan yang salah.
 Kecepatan terlalu tinggi.
 Terlalu dekat dengan tepi jalan, dsb.

9
f. Support for Public Transportation

ITS jenis ini diterapkan pada moda transpotasi umum, misalnya:


pesawat terbang, bus, kapal laut, ferri, monorail dan kereta api. Selain
diterapkan pada wahana transportasi publik, sistem ini juga diterapkan
pada pada prasarana transportasi publik seperti: stasiun kereta api,
terminal bus, shelter bus, pelabuhan dan bandara.

2.2 Modul Reciever Global Positioning System( GPS)


GPS adalah sebuah sistem navigasi radio yang jangkauannya sangat luas, yang
terbentuk dari kumpulan 24 satelit dan stasiun monitornya di bumi. Terdapat 5
stasiun monitor di bumi yaitu : Hawaii, Ascension Island, Diego Garcia,
Kwajalein, and Colorado Springs.
Stasiun-stasiun ini bertugas mengawasi kedudukan satelit – satelit di luar
angkasa dan operasionalnya (Abidin ZA, 2002)
Pesawat penerima GPS menggunakan sinyal satelit untuk melakukan
triangulasi posisi yang hendak ditentukan dengan cara mengukur lama
perjalanan waktu sinyal dikirimkan dari satelit, kemudian mengalikannya
dengan kecepatan cahaya untuk menentukan secara tepat berapa jauh pesawat
penerima GPS dari setiap satelit.
Dengan menggunakan sinyal yang ditransmit oleh satelit minumum 3 sinyal
dari satelit yang berbeda, pesawat penerima GPS dapat menghitung posisi tetap
sebuah titik yaitu posisi Lintang dan Bujur bumi (Latitude & Longitude) atau
sering disebut dengan 2D fix.
Penggunaan sinyal satelit yang keempat membuat pesawat penerima GPS dapat
menghitung posisi ketinggian titik tersebut terhadap muka laut rata-rata (Mean
Sea /Level) atau disebut 3D fix dan keadaan ini yang ideal untuk melakukan
navigasi.

10
Berikut ini diberikan beberapa kajian pustaka GPS yang memiliki kaitan
dengan penelitian yang akan dilakukan:
a) Teknologi satelit navigasi GPS menjadi suatu teknologi yang relative
murah, dan mudah untuk mewujudkan posisi geografis dan waktu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil survey GPS terutama
adalah: Jenis Peralatan, metode pengukuran, serta metode pengolahan
data yang digunakan (Seeber, 1998).
b) Peralatan penerima sinyal GPS(receiver) bervariasi dari kelas rakitan
sendiri, kelas navigasi dengan ketelitian 20 meter, sampai kelas geodetic
yang mampu mengukur sampai ketelitian millimeter. Variasi receiver
ini terutama berkaitan dengan jenis jam atom (clock) yang dipakai dan
jenis data (kode dan gelombang pembawa) yang bisa direkam (Seeber,
1998).
c) Metode pengukuran GPS ada dua jenis yaitu pengukuran statik dan
pengukuran kinematik. Metode pengukuran statik mengasumsikan
bahwa antenna receiver tidak bergerak terhadap kerangka referensi,
sedangkan metode pengukuran kinematik menggunakan asumsi bahwa
antenna receiver bergerak terhadap titik referensi (Abidin ZA, 2002).
d) Metode pengolahan data hasil pembacaan GPS dibedakan menjadi
pengolahan satu titik (absoulute positioning) dan pengolahan baseline
(differential positioning dan relative positioning) (Hutapea, 2001).

2.3 Global System for Mobile Phone Communication (GSM)


GSM (Global System for Mobile Communication) adalah sebuah sistem
telekomunikasi terbuka, tidak ada pemilikan (non-proprietary) yang
berkembang secarapesat dan konstan.
Keunggulan utamanya adalah kemampuannya untuk internasinal roaming.
Ini memberikan sebuah sistem yang standart tanpa batasan hubungan pada lebih
dari 159 negara. dengan GSM satelit roaming, pelayanan juga dapat mencapai
daerah daerah yang terpencil. SMS diciptakan sebagai bagian dari standart

11
GSM. Seluruh operator GSM network mempunyai Message Centre (MS), yang
bertanggung jawab terhadap pengoperasian atau manajemen dari berita-berita
yang ada.

2.4 Mikrokontroler AVR ATMEGA 8535


Teknologi Mikrokontroller sudah cepat berkembang seiring dengan kebutuhan
pasar yang membutuhkan suatu piranti yang dapat mendukung perangkat yang
canggih namun dengan biaya yang murah. Mikrokontroller merupakan
teknologi semikonduktor dengan kandungan transistor yang lebih banyak
namun hanya membutuhkan ruang yang kecil.
Produsen mikrokontroller berlomba-lomba membuat inovasi baru dalam
memenuhi permintaan pasar.
Mikrokontroller adalah suatu komponen semikonduktor yang
didalamnya sudah terdapat suatu sistem mikroprosessor seperti ALU, ROM,
RAM dan port I/O dan dibedakan menjadi dua jenis /tipe, yaitu:
1. Tipe CISC atau Complex Instruction Set Computing, yaitu tipe
yang mempunyai banyak instruksi namun fasilitas internal
secukupnya saja.
2. Tipe RISC atau Reduced Instruction Set Computing yaitu tipe
yang mempunyai banyak fasilitas internal namun jumlah
instruksi lebih sedikit.

Salah satu pabrikan mikrokontroller yang cukup terkenal dan sudah banyak
digunakan adalah ATMEL, dengan perkembangan terakhir, yaitu generasi AVR
(Alf and Vegard’s Risc processor), teknologi AVR membuat para desainer
sistem elektronika dan kendali telah diberi suatu teknologi yang memiliki
kapabilitas yang amat maju, tetapi dengan biaya ekonomis yang cukup
minimal.

12
2,5 PALANG PINTU OTOMATIS DENGAN COUNTDOWN

Palang Pintu kereta api merupakan suatu otomatisasi yang diterapkan


pada jalur transportasi Kereta Api guna menutup pintu jalan yang membatasi
atau menghentikan jalur lalu lintas agar kendaraan berhenti sementara untuk
mendahulukan kereta api yang akan lewat.

Prinsip sensor yang digunakan untuk mendeteksi kereta datang dan pergi maka
diletakkan sensor "cahaya terhalang" menggunakan pasangan LED INFRARED
& PHOTODIODA yang biasanya digunakan sebagai transmiter & receiver
untuk remote TV. Kedua led ini diposisikan berhadap-hadapan (sebaiknya
diberi casing/ penghalang cahaya dari samping) sehingga ketika tanpa halangan,
dengan rangkaian tambahan resistor pull down dan anoda ke 5v , photodioda
akan memberikan logika 1 (seperti tehubung langsung ke 5v).

Kondisi ketika sinar infre merah terhalang maka photo dioda akan memutus
hubungan dari 5V dan rangkaian menjadi logika 0 karena terhubung melalui
resistor 10k ohm menuju ground (0v).

13
Untuk mendeteksi kedatangan kereta api, maka sensor "kedatangan" akan
mendeteksi perubahan dari 1 ke 0 (falling edge) sehingga dalam script
ditunjukkan dengan INTERUPT 0 yang diinisialisasikan sebagai falling edge.
Sedangkan sensor untuk "kereta sudah lewat" menggunakan logika interupt
rising edge (0 ke 1), dimana ketika kereta masih berada di perlintasan akan
menghalangi sinar led infra (kondisi logika 0). Setelah semua rangkaian lewat
maka sinar akan kembali mengaktifkan logika 1 pada photodioda.
MCUCR |= (1<<ISC01) | (0<<ISC00) |(1<<ISC11) | (1<<ISC10);
Sensor yang ketiga merupakan sensor posisi awal dari palang pintu, diletakkan
pada posisi palang pintu terbuka penuh (90 derajat) , sehingga ketika alat
dihidupkan atau direset maka motor stepper akan bergerak ke kiri sampai posisi
palang pintu menghalangi sinar led menuju photodioda ke 3.

14
BAB III

PEMBAHASAN

Sistem intelijen transportasi pada kereta api berupa

3.1 Palang Pintu Kereta Api Otomatis Berbasis Sensor Ultrasonik Dengan
Countdown.

Metode yang dilakukan dalam pengembangan “Palang Pintu Kereta Api


Otomatis Berbasis Sensor Ultrasonik Dengan Countdown” menggunakan
pendekatan penelitian pengembangan atau Research and Development. Tahap-
tahap penelitian mengacu pada model penelitian pengembangan model Borg
dan Gall.

Berdasar survei, PT KAI dan petugas penjaga palang pintu kereta api,
kebutuhan sistem palang pintu kereta api yaitu mampu memberikan kepastian
60 detik sebelum kereta api melewati persimpangan, palang pintu kereta api
harus sudah ditutup dan 30 detik setelah kereta api lewat palang pintu harus
dibuka.

Setelah dilakukan analisis kebutuhan, selanjutnya dilakukan perancangan alat.


Untuk mengimplementasikan alat tersebut dibutuhkan komponen:

1) Relay, sebagai piranti saklar yang menentukan nyala dan mati alat.

15
2) Motor DC, digunakan untuk mengatur palang.
3) Sensor Ultrasonik, sebagai alat pengukur jarak, jarak diukur per detik
sehingga dapat diketahui kecepatan kereta.
4) Seven Segment, berfungsi untuk menampilkan output countdown
kedatangan kereta.
5) Mikrokontroler, sebuah piranti elektronika digital yang terintegrasi dalam
sebuah chip.

ini adalah blok diagram sistem secara lengkap

Diagram 1. perancangan alat

Palang Pintu Otomatis dengan Countdown sebagai Upaya Menghindari


Kecelakaan di Perlintasan Kereta Alat Palang Pintu Kereta Otomatis
(PAPINKA) dikendalikan oleh sebuah mikrokontroler yang mendapat input
dari sensor ultrasonik pada saat kereta melintasi gate. Sensor ultrasoik
memantulkan sinyal ke badan kereta, kemudian pantulan dari sinyal akan
diterima receiver sehingga diketahui jarak kereta, proses ini diulang kembali
setelah beberapa detik ketika kereta sudah mengalami perpindahan, selisih
pengukuran jarak pertama dan kedua jika dibagi dengan selisih waktu
pemancaran sinyal maka akan didapatkan kecepatan.
Kemudian setelah sensor mendeteksi kecepatan kereta secara otomatis
sensor diangkat oleh motor steper sehingga posisi sensor menghadap ke bawah

16
dan mendeteksi panjang kereta, setelah kereta melewati gate maka sensor akan
kembali pada posisi semula.
Data dari sensor berupa informasi kecepatan dan panjang kereta dikirim ke
mikrokontroler berupa data elektronik dan ditampilkan pada layar LCD yang
telah terpasang pada gate. Selanjutnya mikrokontroler akan menghitung waktu
mundur yang diperkirakan kedatangan kereta di pintu perlintasan. Setelah itu
informasi waktu mundur ditampilkan melalui seven segment di pintu
perlintasan kereta api.
Untuk memastikan rancangan sudah dapat bekerja maka dilakukan simulasi
dengan software Proteus, sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam
pembuatan.
1) Setelah rancangan alat jadi, tahap selanjutnya adalah pembuatan alat
yang terdiri dari: Pembelian alat dan bahan yang dibutuhkan.
2) Pembuatan Mekanik Palang pintu.
3) Pembuatan rangkaian Sensor Ultrasonik Mikrokontroler Seven Segment
Palang Pintu Kereta Api Layar LCD Gambar 3. Rancangan Rangkaian
elektronik,
4) Penyusunan alat secara lengkap,
5) Pengemasan alat. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah
masing-masing bagian alat sudah sesuai yang diharapkan atau belum,
jika belum maka dilakukan perbaikan pada alat supaya alat bekerja
sesuai yang diharapkan. Penerapan alat dilaksanakan jika alat yang
dibuat bekerja dengan baik dan mendapatkan rekomendasi dari pihak
yang berwenang, yaitu dari pihak PT. KAI.

3.1.1 Sistem Kerja Pintu Pengaman Jalur Perlintasan Kereta Api

Pintu pengaman jalur kereta api dipasang pada jalur pertemuan antara
jalan dan rel kereta api. Pintu pengaman ini akan bekerja untuk menghentikan
kendaraan yang berada pada jalan agar tidak melintas di rel dikarenakan kereta
api akan melintas.

17
Gambar di bawah ini menunjukan sistem kerja pintu perlintasan jalur
kereta api, dimana datangnya kereta api dari dua arah,baik dari arah utara
mupun dari arah selatan yang dilengkapi sensor photoelektrik.

GAMBAR 1. SISTEM KERJA PINTU PERLINTASAN KERETA API

Sensor photoelektri dipasang sebelum dan sesudah palang pintu


pengaman (lihat gambar 1).
Terdapat lima sensor yang dipasang sepanjang rel perlintasn kereta api.
Sensor pertama (XA1 dan XA2) dipasang pada jarak 300 meter sebelum dan
sesudah pintu pengaman. Sensor pertama digunakan untuk mendeteksi
kedatangan kereta api, baik dari arah utara maupun arah selatan.
Sensor kedua (XB1 dan XB2) dipasang pada jarak 200 meter sebelum dan
sesudah pintu pengaman. Sensor kedua ini digunakan untuk mendeteksi kereta
api saat meninggalkan jalur perlintasan.
Sensor ketiga (XC) dipasang tepat pada pintu perlintasan kereta api.
Sensor ketiga ini digunakan untuk mengaktifkan sensor kedua dan mengunci
sensor pertama.
Setiap sensor dipasang pada sebuah tiang dengan mata sensor ganda.
Tujuan dibuat dua mata sensor pada setiap tiang sensor adalah untuk
menghindari pembacaan yang salah pada objek yang melintasi sensor selain
kereta api, dengan demikian sensor hanya dapat bekerja jika kedua mata sensor
pada tiang terhalangi oleh kereta api.

18
Mata sensor hanya dipasang pada salah satu tiang sedangkan tiang
pasanganya adalah sebuah reflektor untuk memantulkan sinar dari sensor.
Kedua tiang ditegakkan saling berhadapan dan berseberangan terhadap rel
dengan jarak sejauh 4 meter.

Gambar dibawah menunjukan rancangan tiang sensor yang dipasang dua


buah mata sensor serta pemasanganya di jalur rel kereta api.

GAMBAR 2. BENTUK DAN PEMASANGAN SENSOR

Sistem pemasangan palang pintu, motor, sirine dan lampu tanda dilakukan
sama seperti pemasangan standar palang pintu kereta api pada umumnya.

GAMBAR 3. PEMASANGAN PALANG PINTU PERLINTASAN KERETA API

19
Palang pintu perlintasan kereta api di atas akan bekerja ketika sebuah
kereta api yang terdeteksi oleh sensor photoelektrik. Kemudian palang pintu
berlahan menutup. Pada kondisi yang sama, lampu merah dan sirine akan
menyala. Sirine akan berhenti berbunyi ketika palang sudah menutup
sedangkan lampu merah tetap menyala.
Setelah kereta api selesai melintasi pintu jalur perlintasan dan
mengaktifkan sensor photoelektrik yang lainya, palang pintu perlintasan
berlahan membuka. Pada saat yang sama lampu tanda berubah menjadi hijau.
Kondisi ini akan terus berulang terus selama kereta api hendak melintasi pintu
jalur perlintasan, baik kereta yang datangnya dari jalur yang satu maupun jalur
yang lainya.

3.2 Sistem Pensinyalan Transportasi Kereta Api dengan Visualisasi Posisi


menggunakan Teknologi GPS (Global Positioning System)

Pada proses perancangan sistem, peneliti akan merancang perangkat keras


dan perangkat lunak yang dibutuhkan sistem. Secara garis besar sistem dibagi
menjadi dua bagian yaitu bagian di kereta api dan bagian di stasiun, yang meliputi
bagian GPS, bagian kendali sistem pensinyalan, dan antarmuka informasi GPS
dengan komputer melalui ponsel, serta antarmuka dari komputer dengan peralatan
sistem pensinyalan.

20
3.2.1 Tahap Perakitan perangkat keras dan Pengkodean perangkat lunak.
Setelah desain selesai, akan dilakukan implementasi perangkat keras dan
perangkat lunak. Pada perangkat keras dibuat rangkaian sistem minimum
mikrokontroler dua buah. Sistem minimum mikrokontroler yang pertama
untuk
menerima masukan hasil pembacaan GPS di kereta api. Sedangkan sistem
minimum yang kedua dipasang di stasiun, digunakan untuk menerima
informasi dari pesawat handphone dan mengendalikan peralatan pensinyalan.
Rangkaian lain yang diperlukan adalah rangkaian serial handphone ke
mikrokontroler dan rangkaian serial GPS ke mikrokontroler.
Karena port serial mikrokontroler dipakai untuk ponsel dan GPS maka perlu
dibuat rangkaian pensaklaran untuk memilih hubungan yang dipakai.

 Tahap pengujian:
Setelah tahapan implementasi perakitan perangkat keras dan perangkat
lunak selesai selanjutnya dilakukan pengujian kinerja alat dan
troubleshooting, hingga sistem berkerja sempurna seperti yang
direncanakan.
Sistem aplikasi ini merupakan perangkat lunak berbasis website
yang berfungsi sebagai media pembantu bagi pelanggan jasa kereta api
untuk memudahkan dalam mengetahui informasi dan posisi kereta api
secara realtime dengan menggunakan modul GPS dan SMS gateway
sebagai piranti pendukungnya. Sebelumnya system pemantauan kereta
api hanya dapat diketahui oleh petugas kereta api.

21
Gambar 4. System keamanan kereta api dengan menggunakan gps

 Identifikasi Perancangan

Identifikasi persyaratan dilakukan untuk mendefinisikan


persyaratan sistem yang akan dibuat. Identifikasi persyaratan
digunakan untuk mendeskripsikan setiap kebutuhan yang terlibat
dalam sistem yang dibuat.
Sistem aplikasi yang dibuat dibagi kedalam
dua bagian penggunaan, bagian pertama dari sisi administrator
dan bagian kedua dari sisi penumpang atau pelanggan jasa kereta
api. Perancangan Sistem Merupakan arsitektur sistem yang akan
dikembangkan, pengguna (admin dan pelanggan) dapat
menggunakan aplikasi ini melalui web browser.

Pada skema sistem ini terdapat dua komponen pendukung yaitu:


1. Gammu SMS daemon
Gammu SMS daemon merupakan aplikasi untuk SMS gateway
berfungsi sebagai penghubung antara sistem basis data dan piranti SMS
gateway.
Gammu SMS daemon mempunyai peranuntuk membaca, menyimpan
informasiyang masuk kedalam SMS Gateway dan mengirimkan informasi
yang tersimpan didalam basis data. Mekanisme pengiriman pesan Gammu
dengan mencocokan waktu penggiriman yang telah ditentukan dengan waktu

22
saat ini. ketika terjadi kecocokan antara waktu pengiriman dengan waktu
saat ini atau waktu saat ini melebihi waktu pengiriman maka Gammu akan
mengirimkan pesan tersebut menuju nomor tujuan.
Untuk mekanisme penerimaan, setiap informasiyang masuk kedalam
SMS gateway akan tersimpan pada table inbox didalam basisdata server.

2. GPS Tracker.
Mempunyai fungsi untukmenerima request dari server danmengirimkan
respon berupa informasikoordinat saat itu, respon tersebut akan dikirimkan
menuju server melalui SMSGateway.
Dalam pengembangan sistem inimemanfaatkan fitur inbox pada Gammu
sebagai sumber masukan posisi. Setiap masukan informasi yang ditermia
oleh SMSgateway akan tersimpan dalam basis data danakan langsung
diproses menjadi informasi koordinat dan akan disimpan kedalam table
koordinat posisi. Media perantara yang digunakan untuk menghubungkan
modul GPS dan SMS Gateway menggunakan layanan jaringan GSM.
Untuk melakukan akses aplikasi pelanggan membutuhkan koneksi internet
untuk membaca koordinat pada peta google maps.

23
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan diskusi kelompok kami, kesimpulan yang dapat kami ambil


yaitu terdapat dua macam sistem intelijen transportasi pada kereta api. dengan
berbagai kegunaannya.
- salah satu contoh pada sistem palang pintu Kereta Api otomatis.
manfaatnya dengan adanya sistem ini, PT. KAI sebagai induk perkereta
apian di indonesia akan sangat terbantu baik dari segi ketepatan, tenaga,
dan ekonomi dan juga keselamatan
Sistem yang telah dilengkapi oleh countdown ini akan memberikan
peringatan lebih awal bagi pengguna jalan, sehingga pengguna jalan
bisa memperkirakan waktu tertutupnya palang pintu di perlintasan
kereta api. dengan begitu tidak ada lagi kecelakaan yang terjadi antara
pengguna jalan pada saat kereta api sedang melintas.

- Manfaat aplikasi GPS tracking system yaitu memberikan kemudahan


dalam melakukan pengawasan terhadap perjalanan kereta api secara
keseluruhan selain itu pelanggan jasa kereta api dapat mengetahui
informasi kereta api dengan melakukan akses terhadap website aplikasi.
Informasi yang didapat didalam website aplikasi tersebut berupa
informasi posisi, kecepatan, waktu update, informasi terbaru dan profil
kereta api.

24

Anda mungkin juga menyukai