Anda di halaman 1dari 14

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKes HANG TUAH PEKANBARU

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

(TB PARU)

Nama : Sulistiana

Nim : 18091031

A. Defenisi
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis.Kuman batang tahan aerobik dan tahan asam ini
dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit (Silvia A Price,
2005).Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis
(Smeltzer & Bare, 2001).Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi pada paru
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yaitu suatu bakteri yang tahan
asam (Suriadi, 2001).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Tuberculosis Paru
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis suatu
basil yang tahan asam yang menyerang parenkim paru atau bagian lain dari tubuh
manusia.

B. Klasifikasi
1. Klasifikasi di Indonesia dipakai berdasarkan kelainan klinis, radiologis, dan
makro biologis :
a. Tuberkulosis paru.

1
b. Bekas tuberkulosis paru.
c. Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam :
1) Tuberkulosis tersangka yang terobati : sputum BTA (-), tetapi tanda-
tanda lain (+).
2) Tuberkulosis tersangka yang tidak diobati: sputum BTA (-) dan
tanda-tanda lain juga meragukan.
2. Klasifikasi menurut WHO (1991) tuberkulosis dibagi dalam 4 kategori yaitu:
a. Kategori 1 ditujukan terhadap :
1) Kasus baru dengan sputum (+).
2) Kasus baru dengan bentuk tuberkulosis berat.
b. Kategori 2 ditujukan terhadap :
1) Kasus kambuh.
2) Kasus gagal dengan sputum BTA (+).
c. Kategori 3 ditujukan terhadap :
1) Kasus BTA (-) dengan kelainan paru yang luas.
2) Kasus tuberkulosis ekstra paru selain dari yang disebut dalam
kategori 1.
d. Kategori 4 ditujukan terhadap: tuberkulosis kronik (Sudoyo Aru,dkk,
2009)
3. Klasifikasi menurut American Thorax Society 2000
a. Class 0
Tidak ada jangkitan atau infeksi, riwayat terpapar, reaksi tuberkuin (-)
b. Class 1
Terpapar TBC, tidak ada bukti infeksi, reaksi kulit tak bermakna
c. Class 2
Ada infeksi TBC, reaksi kulit bermakna, pemeriksaan bakteri (-), tidak
tampak tanda gejala
d. Class 3

2
Sedang sakit, BTA (+), tes mantoux (+), rontgen toraks (+), lokasi :
pleura, limfatik, tulang atau sendi, menngitid, atau peritoneum
e. Class 4
Sedang sakit, ada riwayat pengobata, rontgen thoraks (+), tes mantoux
(+)
f. Class 5
Dicurigai TBC dan dalam masa pengobatan

4. Berdasarkan tipe penderita


Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi
beberapa tipe pasien, yaitu:
a. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
b. Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
c. Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
dengan BTA positif.
d. Kasus setelah gagal (Failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
e. Kasus pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB
lain untuk melanjutkan pengobatannya.
f. Kasus lain

3
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas.Dalam
kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.

C. Etiologi
Penyebab dari penyakit tuebrculosis paru adalah terinfeksinya paru oleh
mycobacterium tuberculosis yang merupakan kuman berbentuk batang dengan
ukuran sampai 4 mycron dan bersifat aerob.Sifat ini yang menunjukkan kuman
lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya, sehingga paru-
paru merupakan tempat prediksi penyakit tuberculosis.Kuman ini juga terdiri dari
asal lemak (lipid) yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih
tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.Penyebaran mycobacterium
tuberculosis yaitu melalui droplet nukles, kemudian dihirup oleh manusia dan
menginfeksi (Depkes RI, 2002).

D. Patofisiologi
Bakteri masuk melalui saluran pernapasan dan berada pada alveolus.Basil ini
langsung membangkitkan reaksi peradangan.Leukosit memfagosit bakteri namun
tidak membunuh, sesudah hari-hari pertama leukosit diganti dengan
makrofag.Alveoli yang terserang mengalami konsolidasi.Makrofag yeng
mengadakan infiltrasi bersatu menjadi sel tuberkel epiteloid.Jaringan mengalami
nekrosis keseosa dan jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa dan membentuk
jaringan parut kolagenosa, Respon radang lainnya adalah pelepasan bahan
tuberkel ke trakeobronkiale sehingga menyebabkan penumpukan
sekret.Tuberkulosis sekunder muncul bila kuman yang dormant aktif kembali
dikarenakan imunitas yang menurun (Price dan Lorraine, 2007; Amin dan Asril,
2007).

4
E. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala tuberculosis menurut Perhimpunan Dokter Penyakit
Dalam(2006) dapat bermacam-macam antara lain :
1. Demam
Umumnya subfebris, kadang-kadang 40-410C, keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman
tuberculosis yang masuk.
2. Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk radang.Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non
produktif).Keadaan setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum atau dahak).Keadaan yang lanjut berupa batuk darah
haematoemesis karena terdapat pembuluh darah yang cepat.Kebanyakan
batuk darah pada TBC terjadi pada dinding bronkus.
3. Sesak nafas
Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak
nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya
sudah setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai pada
pleura,sehingga menimbulkan pleuritis, akan tetapi, gejala ini akan jarang
ditemukan.
5. Malaise
Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun.Gejala malaise sering
ditemukan anoreksia, berat badan makin menurun, sakit kepala, meriang,
nyeri otot dan keringat malam.Gejala semakin lama semakin berat dan
hilang timbul secara tidak teratur.

5
F. Komplikasi
Menurut Suriadi (2006) kompliki dari TB Paru antara lain :
1. Meningitisas
2. Spondilitis
3. Pleuritis
4. Bronkopneumoni
5. Atelektasi

G. Pemeriksaan penunjang
Menurut Alsagaff dan Mukty (2006) pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan
tuberkulosis sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan dahak
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan
dahak dilakukan tiga kali yaitu : dahak sewaktu datang, dahak pagi dan
dahak sewaktu berkunjung hari kedua. Diagnosis tuberkulosis paru pada
remaja dan dewasa ditegakkan denganditemukannya kuman tuberkulosis
(BTA).Pada program tuberkulosis nasional, penemuan BTA melalui
pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.
b. Pemeriksaan Darah
Laju endap darah sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap
darah yang normal tidak dapat mengesampingkan proses tuberkulosis
aktif. Jumlah lekosit dapat normal atau sedikit meningkat pada proses
yang aktif. Dan pada penyakit tuberkulosis berat sering disertai dengan
anemia derajat sedang, bersifat normositik dan sering disebabkan
defisiensi besi.
c. Uji Tuberkulin

6
Uji tuberkulin merupakan pemeriksaan guna menunjukkan reaksi imunitas
seluler yang timbul setelah 4-6 minggu penderita mengalami infeksi
pertama dengan basil tuberkulosis. Banyak cara yang dipakai, tapi yang
paling sering adalah cara dari Mantoux. Lokasi penyuntikan uji mantoux
umumnya pada 1/2 bagian atas lengan bawah kiri bagian depan,
disuntikkan intracutan (di dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan
48-72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan
(indurasi) yang terjadi.
1) Pembengkakan (indurasi): diameter > 5 mm, uji mantoux negatif.
2) Pembengkakan (indurasi): diameter 5-10 mm, uji mantoux meragukan.
3) Pembengkakan (indurasi): diameter > 10 mm, uji mantoux positif.

2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi sebagai
berikut:
a. Hanya 1 dan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini
pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis
tuberkulosis paru BTA positif.
b. Ketiga spasimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak
SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT (non fluoroquinolon).
Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang
memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotoraks, pleuritis
eksudativa, efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang
mengalami hemaptisis berat.

H. Penatalaksanaan
1. Pencegahan

7
a. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang
bergaulerat dengan penderita tuberculosis paru BTA positif.
b. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan missal terhadap kelompok –
kelompok populasi tertentu misalnya : karyawan rumah sakit, siswa –
siswi pesantren.
c. Vaksinasi BCG
d. Kemofolaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6 – 12bulan
dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteriyang
masih sedikit.
e. Komunikasi, informasi, dan edukasi tentang penyakit tuberculosiskepada
masyarakat.
(Muttaqin, 2008)
2. Pengobatan
Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agen kemoterapi (agen
antituberkulosis) selama periode 6 sampai 12 bulan. Lima medikasi garis
depan digunakan adalah Isoniasid (INH), Rifampisin (RIF), Streptomisin
(SM), Etambutol (EMB), dan Pirazinamid ( PZ). Kapremiosin, kanamisin,
etionamid, natrium para-aminosilat, amikasin, dan siklisin merupakan obat –
obat baris kedua (Smeltzer & Bare, 2001).

I. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas diri pada klien
Nama, jenis kelamin, umur, tempat / tanggal lahir, alamat, dan
pekerjaan
b. Riwayat Kesehatan
1) Kesehatan sekarang
Keadaan pernafasan (nafas pendek), nyeri dada, batuk, sputum
2) Kesehatan dahulu

8
Jenis gangguan kesehatan yang baru saja di alami, cedera dan
pembedahan
3) Kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma, alergi
dan TB
c. Gejala yang berkaitan dengan masalah utama, misalnya:
Demam, menggigil, lemah , keringat dingin malam merupakan gejala
yang berkaitan dengan TB
d. Status perkembangan, misalnya:
1) Ibu yang melahirkan anak prematur perlu ditanyakan apakah
sewaktu hamil mempunyai masalah-masalah risiko dan apakah
usia kehamilan cukup
2) Pada usia lanjut perlu ditanya apakah ada perubahan pola
pernapasan, cepat lelah sewaktu naik tangga, sulit bernafas,
sewaktu berbaring atau apakah bila flu sembuhnya lama
e. Data pola pemeliharaan kesehatan, misalnya:
Tentang pekerjaan, obat yang tersedia di rumah, pola tidur-istirahat
dan strees
f. Pola keterlambatan atau pola peran-kekerabatan, misalnya:
1) Adakah pengaruh dari gangguan / penyakitnya terhadap dirinya
dan keluarganya.
2) Apakah gangguan yang dialami mempunyai pengaruh terhadap
peran sebagai istri / suami dan dalam melakukan hubungan seksual
g. Pola aktifitas / istirahat
Kelelahan umum dan kelemahan, napas pendek karena kerja, kesulitan
tidur pada malam atau demam malam hari, menggigil dan atau
berkeringat, takikardi, takipnea / dispnea pada kerja, kelelahan otot,
nyeri dan sesak (tahap lanjut)
h. Pola intergritas ego

9
Adanya / faktor stres lama, masalah keuangan, rumah, perasaan tidak
berdaya / tidak ada harapan, populasi budaya / etnik, menyangkal
(khususnya tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah terangsang
i. Makanan / cairan
Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan BB, turgor
kulit, buruk, kering / kulit bersisik, kehilangan otot / hilang lemak
subkutan
j. Nyeri / kenyamanan
Nyeri dada meningkat karena batuk berulang, perilaku distraksi,
gelisah
k. Pernapasan
Batuk produktif atau tidak produktif, napas pendek, riwaya TB /
terpanjang pada individu terinfeksi
1) Tanda :
a) Peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau fibrosis
parenkim paru dan pleura)
b) Perkusi pekak dan penurunan premitus. Bunyi napas menurun /
tidak ada secara bilateral / unilateral. Bunyi napas tubuler dan /
atau bisikan pektoral di atas lesi luas. Krekels tercatat di atas
apek paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels
pusttussic)
c) Karakteristik sputum adalah hijau / purulen, mukoid kuning
atau bercak darah
d) Deviasi trakeas (penyebaran bronkogenik)
e) Tidak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan
mental (tahap lanjut)
l. Keamanan
Adanya kondisi penekanan imun, contoh: AIDS, kanker, demam
rendah atau sakit panas akut

10
m. Interaksi sosial
Perasaan isolasai / penolakan karena penyakit menular, perubahan pola
biasa dalam tannggung jawab/ perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran
n. Penyuluhan dan pembelajaran
Riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum / status kesehatan
buruk, gagal untuk membaik / kambuhnya TB, tidak berpartisipasi
dalam terapi, pertimbangan : DRG menunjukkan rata-rata lama
dirawat adalah 6,6 hari, rencana pemulangan : Memerlukan bantuan
dengan / gangguan dalam terapi obat dan bantuan perawatan diri dan
pemeliharaan / perawatan rumah
o. Pemeriksaan penunjang
Rontgen dada, usap basil tahan asam BTA, kultur sputum, tes kulit
tuuberkulin (Wijaya & Yessie MP.2013.h.143).
2. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas, hemoptitis, kelemahan fisik,
hemoptitis, kelemahan fisik, upaya batuk buruk dan edema
trakeal/faringeal.
b. Ketidakefektifan pola pernafasan yang berhubungan dengan
menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan
dalam rongga pleura.
c. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan
penurunan jaringan efektif paru, atelektasis, kerusakan membran
alveolar-kapiler, dan edema bronchial.
d. Perubahan nutrisi; kurangnya asupan nutrusi dari kebutuhan ideal
tubuh yang berhubungan dengan keletihan,anoreksia, dispnea,dan
peningkatan metabolisme tubuh.
(Ardiansyah.2012. h. 323).

11
3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1 Bersihan jalan Status pernapasan : kepatenan jalan 1. Manajemen batuk
napas tidak efektif napas a. Tentukan kemampuan klien untuk batuk secara
berhubungan a. Sesak napas : 2 terganggu → 4 mandiri
dengan peningkatan gangguan minimal b. Anjurkan untuk meminum air hangat sebelum
secret atau mukus b. Kepatenan pernapasan : 2 melakukan batuk efektif
akibat inflamasi TB terganggu → 4 gangguan minimal c. Anjurkan untuk napas dalam beberapa kali dan
paru c. Frekuensi pernapasan : 2 deviasi diakhir inspirasi anjurkan untuk batuk dengan
cukup berat → 4 deviasi ringan kekuatan maksimal
d. Suara napas tambahan : 2 deviasi d. Anjurkan untuk melakukan batuk efektif
cukup berat → 4 deviasi ringan beberapa kali hingga terasa lega
e. Batuk: 2 deviasi cukup berat → 4 e. Anjurkan untuk istirahat
deviasi ringan 2. Fisioterapi dada
f. Penggunaan otot bantu pernapasan a. Kaji adanya kontra indikasi fisioterapi dada
: 2 deviasi cukup berat → 4 deviasi (PPOK eksasebrasi akut, pneumonia tanpa
ringan sputum berlebih, osteoporosis, kanker paru,
g. Akumulasi sputum : 2 deviasi edema serebral
cukup berat → 4 deviasi ringan b. Lakukan fisioterapi dada minimal 2 jam setelah
makan
c. Jelaskan tujuan dilakukan fisioterapi dada
d. Auskultasi bunyi paru abnormal yang
mengindikasikan adanya secret
e. Monitor status respirasi
f. Monitor jumlah dan karakteristik sputum
g. Tentukan segmen paru yang ada secret berlebih
h. Gunakan bantal untuk menopang posisi pasien
i. Tepuk dada dengan teratur dan cepat dengan
menggunakan telapak tangan yang dikuncupkan
di atas area yang ditentukan adanya secret
selama 3-5 menit
j. Lakukan getaran apply pneumatic
k. Getarkan dengan cepat dankuat dengan telapak
tangan ketika pasien akan batuk 3-4 kali atau
mengehembuskan napas
l. Anjurkan batuk selama dan sesudah tindakan
m. Anjurkan berada pada posisi semi fowler untuk
memaksimalkan ventilasi
2 Ketidakseimbangan Status nutrisi: Manajemen nutrisi:
nutrisi kurang dari a. Asupan gizi : 3 cukup a. Tentukan status gizi pasien
kebutuhan tubuh menyimpang → 5 tidak b. Identifikasi alergi makanan
berhubungan menyimpang c. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dapat
dengan penurunan b. Asupan makanan : 3 cukup dikonsumsi oleh klien
nafsu makan, mual menyimpang → 5 tidak d. Ciptakan lingkungan yang nyaman
dan muntah menyimpang e. Anjurkan pada keluarg auntuk membawakan
c. Asupan cairan : 3 cukup makanan favorit klien
menyimpang → 5 tidak f. Anjurkan makan sedikit tapi sering
menyimpang g. Sajikan makanan dalam bentuk yang menarik dan
dalam kondisi hangat
h. Beri suplemen untuk menambah nafsu makan

12
i. Tawarkan makanan ringan yang padat gizi
j. Anjurkan oral hygiene sebelum makan
3 Ketidakefektifan Perfusi jaringan: perifer Pengaturan hemodinamik:
perfusi jaringan a. Pengisian kapiler jari: 3 deviasi a. Lakukan penilaian komprehensif tentang status
perifer berhubungan sedang → 5 tidak ada deviasi hemodinamik
dengan penurunan b. Pengisian kapiler jari kaki: 3 deviasi b. Monitor tanda-tanda vital
kadar oksigen di sedang → 5 tidak ada deviasi c. Monitor keadaan umum pasien
dalam tubuh c. Kekuatan denyut nadi: 3 deviasi d. Pertimbangkan status cairan dan nutrisi klien
sedang → 5 tidak ada deviasi e. Tentukan status perfusi
d. Edema perifer : 3 deviasi sedang → f. Anjurkan meningkatkan asupan makanan
5 tidak ada deviasi g. Berikan produk darah jika perlu
e. Muka pucat: 3 deviasi sedang → 5 h. Lakukan asukultasi pada jantung
tidak ada deviasi i. Monitor resistensi sistemik atau paru
f. Kelemahan otot: 3 deviasi sedang → j. Monitor curah jantung
5 tidak ada deviasi k. Tinggikan kepala tempat tidur
l. Tinggikan kaki tempat tidur
m. Monitor kapiler
n. Jaga keseimbangan cairan elektrolit dengan
pemberian cairan IV
o. Minimalkan stressor lingkungan
4 Intoleransi aktifitas Tanda-tanda vital: Manajemen energy:
berhubungan a. Tingkat pernapasan: 3 deviasi a. Anjurkan pengungkapan secar averbal mengenai
dengan dyspnea sedang → 5 tidak ada deviasi keterbatasan yang dialami
akibat penurunan b. Irama pernapasan: 3 deviasi sedang b. Monitor intake asupan nutrisi untuk mengetahui
kadar oksigen yang → 5 tidak ada deviasi sumber energy yg adekuat
masuk ke dalam c. Tekanan darah: 3 deviasi sedang → c. Monitor system kardiorespirasi selama kegiatan
tubuh dan jaringan 5 tidak ada deviasi d. Anjurkan untuk istirahat
d. Kedalaman inspirasi: 3 deviasi e. Batasi aktifitas klien selama dalam perawatan
sedang → 5 tidak ada deviasi f. Batasi stimulasi lingkungan
e. Denyut nadi : 3 deviasi sedang → 5 g. Lakukan ROM aktif atau pasif
tidak ada deviasi h. Anjurkan tidur siang
i. Hindari kegiatan perawtaan selama klien tidur
j. Monitor respon oksigen klien
k. Anjurkan keluarga agar selalu membantu kegiatan
klien

13
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood dan Mukti, Abdul. 2006. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :
Airlangga University Press.

Depkes RI, 2005 dikutip Mutia, Anik. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang
Tuberkulosis dengan Kepatuhan Minum Obat di Puskesmas Banyuanyar
Surakarta.Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PKU Muhammadiyah :
Surakarta

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.

Prince dan Standridge, 2006 dikutip Setyaningsih, Tri.2012. Asuhan Keperawatan


Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Tn. S dengan Tuberkulosis Paru (TB
paru) di Ruang Mawar 1 RSUD Karanganyar.Skripsi : Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kusuma Husada : Surakarta.

Smeltzer, Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa Agung
Waluyo. Edisi 8.Jakarta : EGC.

Sudoyo, Aru, dkk. 2009. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA.Edisi Revisi jilid 2.Jakarta : EGC.

Suriadi, 2006. Penyakit Tuberkulosis. Jakarta : Media Aesculapius.

WHO, 2006 dikutip Andita, Nomi. 2010. Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat
(PMO) dengan Kesembuhan Pasien TB Paru Kasus Baru Strategi DOTS.
Skripsi. Fakuktas Kedokteran Universitas Sebelas Maret : Surakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai