PORTOFOLIO
LAPORAN KASUS
“ CA OVARIUM “
Nama : Sulistiana
NIM : 18091031
Institusi : STIKes Hang Tuah Pekanbaru
1. Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu penyakit kronis yang paling mematikan di dunia.
Menurut statistik Amerika Serikat, kanker menyumbang sekitar 23% dari total
jumlah kematian di negara tersebut dan menjadi penyakit kedua paling mematikan
setelah penyakit jantung (Anand, Kunnumakara, Sundaram, Harikumar, Tharakan,
Lai, dan Aggarwal, 2008). Setiap 11 menit ada satu orang penduduk dunia yang
meninggal karena kanker dan setiap tiga menit ada satu penderita kanker baru.
Fakta lain menunjukkan bahwa lima besar kanker yang diderita adalah kanker leher
rahim, kanker payudara, kanker ovarium, kanker kulit, dan kanker rektum (Rasjidi,
2009).
Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang
ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di
seluruh dunia dan 125.000 meninggal karena penyakit ini. Kanker ovarium
merupakan penyebab utama kematian wanita karena kanker dan merupakan
penyebab kelima kematian karena kanker di Amerika Serikat (AS). Satu diantara 78
wanita di AS (1.3%) diperkirakan akan mengalami kanker ovarium selama
hidupnya. Delapan puluh persen dari 14.000 kasus kanker ovarium di Amerika
Serikat yang terdiagnosis pertahunnya berasal dari sel epitel (Gubbels, 2010).
Menurut Indonesian Society of Gynecologic Oncology 2012, kanker ovarium
menduduki urutan kedua terbanyak setelah kanker serviks. Pada tahun 2012,
kejadian kanker ovarium di Indonesia sekitar 354 kasus. Angka kematian akibat
kanker ovarium di Departemen Obstetri dan Ginekologi RS Dr. Cipto
Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 1989-1992 sebesar 22,6% dari 327 kematian
kanker ginekologi. Penderita biasanya datang sudah dalam stadium II-IV (42,5%)
sehingga keberhasilan pengobatan sangat rendah. Parameter tingkat keberhasilan
pengobatan kanker adalah AKH 5 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
jumlah data penderita kanker ovarium yang dapat dianalisis sebanyak 218 orang
dan diperoleh rata-rata AKH 5 tahun sebesar 41,25%. Dari hasil analisis juga
diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi Angka Kemungkinan Hidup (AKH) 5
tahun kanker ovarium di RSCM Jakarta adalah stadium klinik dan jenis pengobatan
(Sihombing, 2007).
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa kanker ovarium adalah jenis
kanker yang paling sulit dideteksi dan diobati, hal ini diakibatkan karena pada tahap
awalnya kanker ovarium menunjukkan sedikit sekali gejala atau bahkan tidak ada
gejala sama sekali. Kondisi ini yang menyebabkan mereka yang terkena penyakit
ini ketika di diagnosis lebih dari setengahnya sudah berada pada tahap lanjutan
sehingga kegagalan pengobatan atau perawatannya lebih tinggi. Salah satu
pengobatan kanker ovarii yaitu dengan cara kemoterapi. Klien yang sudah
melakukan kemoterapi akan mengalami mual, muntah, nafsu makan menurun,
stomatitis, nefripenia, sehingga klien dengan kemoterapi baik sebelum dan sesudah
tindakan sangat memerlukan perawatan khusus sehingga efek dari therapy tersebut
dapat diminimalkan.
2. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum
Diketahuinya konsep Kanker Ovarium dan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Kanker Ovarium
2) Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami defenisi dari Kanker Ovarium
b. Mahasiswa mampu memahami etiologi/faktor Kanker Ovarium
c. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari Kanker Ovarium
d. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis dari Kanker Ovarium
e. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pemeriksaan penunjang pada pasien
dengan Kanker Ovarium
f. Mahasiswa mampu memahami komplikasi dari Kanker Ovarium
g. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan medis dan keperawatan dari
Kanker Ovarium
h. Mahasiswa mampu memahami dan mengerti dengan baik Asuhan Keperawatan
pasien dengan Kanker Ovarium
3. Manfaat Penulisan
a. Bagi Penulis
Penulis dapat mengetahui dan memahami konsep Kanker Ovarium dan dapat
mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Kanker Ovarium
b. Bagi Akademik
Laporan ini dapat dijadikan tambahan referensi di perpustakaan STIKes Hang
Tuah Pekanbaru terkait masalah pasien dengan Kanker Ovarium
c. Bagi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Laporan ini diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam menegakkan
asuhan keperawatan dan dapat menambahkan intervensi pada pasien dengan
Kanker Ovarium
d. Bagi Pembaca
Laporan ini diharapkan dapat menjadi sumber bacaan dan dapat dijadikan
sebagai tambahan referensi dalam menegakkan asuhan keperawatan pasien
dengan Kanker Ovarium
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Pemeriksaan fisik
a) Kesadaran
Kesadaran pasien tergantung kepada keadaan pasien, biasanya pasien
sadar, tekanan darah meningkat dan nadi meningkat dan pernafasan
dyspnea
b) Kepala dan rambut
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada benjolan, tidak ada hematom
dan rambut tidak rontok
c) Telinga
Simetris kiri dan kanan, tidak ada gangguan pendengaran dan tidak ada
lesi
d) Wajah
Pada mata konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek pupil +/+,
pada hidung tidak ada pernapasan cuping hidung, pada mulut dan gigi
mukosa tidak pucat dan tidak ada sariawan
e) Leher
Tidak ada pembendungan vena jugularis dan pembesaran kelenjer tiroid
f) Thoraks
Tidak ada pergerakan otot diafragma, gerakan dada simetris
g) Paru-paru
Inspeksi: Pernapasan dyspnea, tidak ada tarikan dinding dada
Palpasi: Fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi: Suara ketok sonor, suara tambahan tidak ada
Auskultasi: Vesikuler
h) Jantung
Pada pasien kanker ovarium biasanya tidak ada mengalami masalah pada
saat pemeriksaan di jantung
Inspeksi: Umumnya pada saat inspeksi, Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi: Pada pemeriksaan palpasi Ictus cordis teraba
Perkusi: Pekak
Auskultasi: Bunyi jantung S1 dan S2 normal. Bunyi jantung S1 adalah
penutupan bersamaan katup mitral dan trikuspidalis. Bunyi jantung S2
adalah penutupan katup aorta dan pulmanalis secara bersamaan
i) Payudara/mamae
Simetris kiri dan kanan, aerola mamae hiperpigmentasi, papila mamae
menonjol, dan tidak ada pembengkakan
j) Abdomen
Inspeksi: Pada stadium awal kanker ovarium, belum adanya perbesaran
massa, sedangkan pada stadium lanjut kanker ovarium, akan terlihat
adanya asites dan perbesaran massa di abdomen
Palpasi: Pada stadium awal kanker ovarium, belum adanya perbesaran
massa, sedangkan pada stadium lanjut kanker ovarium, di raba akan terasa
seperti karet atau batu massa di abdomen
Perkusi: Hasilnya suara hipertympani karena adanya massa atau asites
yang telah bermetastase ke organ lain
Auskultasi: Bising usus normal yaitu 5- 30 kali/menit
k) Genitalia
Pada beberapa kasus akan mengalami perdarahan abnormal akibat
hiperplasia dan hormon siklus menstruasi yang terganggu. Pada stasium
lanjut akan dijumpai tidak ada haid lagi
l) Ekstremitas
Tidak ada edema, tidak ada luka dan CRT kembali < 2 detik. Pada
stadium lanjut akan ditandai dengan kaki udema
2) Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan pada ovarium akibat
penyakit kanker ovarium
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan perubahan fungsi gastrointestinal
c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan pada vesika
urinaria
d. Gangguan eliminasi BAB: konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltic
3) Intervensi Keperawatan
DX NOC NIC
Dx 1 - Skala nyeri 2 → 4 Pemberian Analgesic
- Frekuensi nafas 3 → 5 Aktivitas:
- Tekanan darah 3 → 5 - Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
- Heart rate 3 → 5 derajat nyeri sebelum pemberian obat
- Meringis 3 → 5 - Cek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
- Ekspresi wajah 3→ 5 dan frekuensi
- Ketegangan otot 3 → 5 - Cek riwayat alergi
- Pilih analgesic yang diperlukan atau
- Panjang episode nyeri 3 →
kombinasi dari analgesic jika pemberian
5
analgesic lebih dari satu
- Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe
dan beratnya nyeri
- Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
- Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian anagesik pertama kal
- Berikan analgesic tepat waktu terutama saat
nyeri heba
Dx 2 - Asupan gizi 3 → 5 Terapi Nutrisi
- Asupan makanan 3 → 5 Aktivitas:
- Energi 3 → 5 - Monitor intake makanan dan cairan, hitung
- Hasrat/keinginan untuk masukan kalori perhari
makan 3 → 5 - Tentukan jumlah kalori dan tipe nutrisi yang
- Intake nutrisi 3 → 5 diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
- Rasio berat badan 3 → 5 nutrisi dengan berkolaborasi bersama ahli gizi
- Mual 3 → 5 - Kaji preverensi makanan yang sesuai dengan
budaya dan agama pasien
- Muntah 3 → 5
- Pilih suplemen nutrisi sesuai kebutuhan
- Inkontinensia urin 3 → 5
- Sediakan bagi pasien makanan dan minuman
- Inkontinensia usus 3 → 5 bernutrisi yang tinggi protein, tinggi kalori
- Pola eliminasi 3 → 5 dan mudah dikonsumsi, sesuai kebutuhan
- Kemudahan BAB 3 → 5 - Bantu pasien memilih makanan yang lunak,
lembut dan tidak mengandung asam, sexuai
kebutuhan
- Pastikan bahwa makanan megandung serat
untuk mencegah konstipasi
- Motivasi pasien untuk mengkonsumsi
makanan yang tinggi kalium, sesuai
kebutuhan
- Anjurkan untuk menghindari makanan yang
mengandung laktosa, sesuai kebutuhan
- Berikan perawatan mulut sebelum dan
sesudah makan
- Bantu pasien untuk duduk sebelum makan
atau minum
- Monitor hasil laboraturium
- Ciptakan lingkungan yang membuat suasana
menyenangkan dan menenangkan bagi pasien
- Rujuk untuk mendapatkan pendidikan
kesehatan terkait diet dan perencanaan diet,
sesuai kebutuhan
1. Web Of Caution (WOC)
BAB 3
GAMBARAN KASUS
Asuhan Keperawatan
A. Data Umum
Nama Klien : Ny. ISJ
TTL : 24 – 05 – 1957
Umur : 61 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
Pendidikan : SMP
Alamat : Komplek Widya Graha
No. MR : 591632
Tanggal Dirawat : 10 – 12 – 2018
Diagnosa Medis : Ca Ovarium
B. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a. Yang Lalu:
P4A0H4. Anak pertama perempuan berusia 40 tahun lahir normal, anak
kedua perempuan berusia 39 tahun lahir normal, anak ketiga perempuan
berusia 38 tahun lahir normal, anak keempat perempuan berusia 34 tahun
lahir norma. Keluarga pasien mengatakan tidak ada penyulit selama proses
persalinan
b. Saat Ini
Saat ini pasien sedang tidak hamil atau tidak sedang mengandung
2. Riwayat Perkawinan
Pasien mengatakan sudah menikah dengan suaminya selama 43 tahun
3. Riwayat Keluarga Berencana
Pasien mengatakan pernah memasang KB pil, suntik dan IUD selama 10
tahun lamanya
4. Riwayat Menstruasi
Pasien mengatakan awal mula pertama kali menstruasi usia 13 tahun, haid
teratur dengan siklus haid 28 hari. Pasien mengatakan menopause saat berusia
50 tahun
5. Riwayat Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan
Pasien mengeluhkan pusing, dan mengeluhkan mual muntah. Pasien
memiliki riwayat DM
b. Faktor Pencetus
Keluarga pasien mengatakan banyak faktor yang mencetus ibunya terkena
kanker ovarium, salah satunya bapak yang perokok aktif, dan kanker
ovarium ini asal mulanya karena kanker payudara
c. Lamanya Keluhan
Pasien mengatakan keluhan ini telah dirasakan sejak tahun 2010 yang
diawali dengan Kanker Payudara dan kemudian menjalar pada ovarium
6. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda Vital
TD: 99/56 mmHg RR: 20 x/i HR: 92 x/i T: 34,5 oC SpO2: 100%
2) Kepala dan Leher
Kepala: simetris, tidak teraba adanya benjolan, rambut rontok, beruban
dan sedikit rambut hitam
Mata: Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, mata berair
Hidung: Simetris, terpasang NGT dialirkan, terpasang nasal kanul
Mulut: Simetris, bibir pucat, kering, bau mulut (+), kondisi telinga bersih
Telinga: Simetris, tidak teraba adanya massa, kondisi telinga bersih
Leher: Simetris, tidak teraba adanya pembengkakan kelenjar tiroid, tidak
ada pembengkakan kelenjar getah bening
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan adanya masalah keperawatan
3) Thorax
Dada: Tidak simetris, terdapat keloid pada dada kiri
Jantung: Bj 1 dan Bj 2 intensitas normal, murmur (-), gallop (-)
Paru: Retraksi dinding dada simetris
Payudara: Tidak simetris, payudara kiri tidak ada (mastektomi) nipel
menonjol
ASI: Tidak ada produksi ASI saat ini
Masalah Keperawatan: Kerusakan integritas kulit
4) Abdomen: Abdomen supel, terdapat luka insisi yang ditutup perban, pada
luka insisi terpasang drain I yang disambungkan pada spuit, abdomen
kanan tertutup perban dan terpasang drain II yang dialirkan pada urin bag
5) Genitalia
Kebersihan: Kondisi kotor
Varises: Tidak ada varises
Keputihan: Tidak ada keputihan
Hemoroid: Tidak ada hemoroid
Masalah keperawatan: Tidak ditemukan adanya masalah keperawatan
6) Ekstremitas
Atas: Akral pucat, teraba hangat, tangan kanan terpasang infus NaCl
0,9%, tangan kiri terpasang Asering 20 tpm, tidak ada edema
Bawah: Akral pucat, teraba dingin, tidak ada edema, tidak ada varises
Masalah keperawatan: Tidak ditemukan adanya masalah keperawatan
7) Eliminasi
BAK: Pasien terpasangn catheter, frekuensi 600 mL, warna merah
bercampur kuning, bau pesing
BAB: Pasien terpasang rectal tube, frekuensi 50 mL, warna coklat
kehijauan
8) Istirahat dan Kenyamanan
Waktu tidur:
Lama tidur:
Keluhan istirahat dan tidur:
Masalah Keperawatan:
9) Mobilisasi dan Latihan
Tingkat mobilisasi: Pasien tirah baring
Latihan/Senam: Pasien tidak melakukan latihan/senam
10) Nutrisi dan Cairan
BB: 65 Kg TB: 155 cm
Asupan Nutrisi: Pasien belum dibolehkan makan, pasien mengeluh mual
muntah
Asupan Cairan: Intake: NaCl 0,9%, Asering 20 tpm, minum 1 sendok
setiap 15 menit
Masalah Keperawatan:
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko Infeksi
2. Kerusakan intergitas kulit berhubungan dengan tindakan insisi pasca
bedah
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa NOC NIC
Risiko infeksi - Respiratory function 5 Identifikasi Resiko
- Body temperature 5 Aktivitas:
- Skin integrity 4 → 5 - Kaji ulang riwayat kesehatan masa lalu dan dokumentasikan bukti yang menunjukkan adanya
- Antibody titers 4 → 5 penyakit medis, diagnose keperawatan serta perawatannya
- Mucosa integrity 5 - Identifikasi adanya sumber-sumber agensi untuk membantu menurunkan factor resiko
- Recurrent infections 5 - Pertimbangkan status pemenuhan kebutuhan sehari-hari
- Tumors 5 - Pertimbangkan pemenuhan terhadap perawatan dan medis dan keperawatan
- Weight loss 5 - Diskusikan dan rencanakan aktivitas-aktivitas pengurangan risiko berkolaborasi dengan individu
- Cronic fatigue 5 atau kelompok
- Medication interactions
5 Perlindungan Infeksi
Aktivitas:
- Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Pertahankan asepsis untuk pasien beresiko
- Periksa kulit dan selaput lender untuk adanya kemerahan, kehangatan ekstrim, atau drainase
- Periksa kondisi setiap sayatan bedah atau luka
- Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
- Anjurkan asupan cairan, dengan tepat
- Pantau adanya perubahan tingkat energy atau malaise
- Berikan agen imunisasi
- Instruksikan pasien untuk minum antibiotic yang diresepkan
- Jangan mencoba pengobatan antibiotic untuk infeksi-infeksi virus
- Ajarkan keluarga pasien mengenai perbedaan-perbedaan antara infeksi virus dan infeksi bakteri
- Ajarkan keluarga gejala tanda infeksi dan bagaimana melaporkannya kepada tenaga kesehatan
Kerusakan - Sensasi 3 → 5 Perawatan Luka
intergitas kulit - Integritas kulit 3 → 5 Aktivitas:
berhubungan - Nekrosis 5 - Angkat balutan dan plester perekat
dengan - Jaringan parut 5 - Cukur rambut disekitar daerah yang terkena, sesuai kebutuhan
tindakan insisi - Lesi pada kulit 4 → 5 - Ukur luas luka
pasca bedah - Pigmentasi abnormal 4 - Bersihkan dengan normal saline
→5 - Berikan rawatan insisi pada luka
- Granulasi 4 → 5 - Berikan perawatan ulkus pada kulit
- Peradangan 4 → 5 - Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka
- Bau busuk 3→ 5 - Pertahankan tekhnik balutan steril ketika melakukan perawatan luka, dengan tepat
- Drainase 4 → 5 - Ganti balutan sesuai dengan jumlah eksudat dan drainase
- Periksa luka setiap kali perubahan balutan
- Reposisi pasien setidaknya setiap 2 jam
- Dorong cairan, yang sesuai
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN dan EVALUASI
No. Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
1. Selasa, 11 Risiko Infeksi 22.00 S=
Desember - Melakukan pemantauan adanya tanda gejala infeksi Pasien mengatakan
2018 dan 12 - Melakukan pemantauan tanda-tanda vital pasien terimakasih karena telah
Desember TD: 99/56 mmHg RR: 20 x/i HR: 92 x/i T: 34,5 oC memandikannya
2018 06.00
- Memandikan pasien O=
06.25 Pasien tampak bersih, pasien
- Mengganti baju pasien tampak tenang
06.30
- Merapikan tempat tidur pasien A=
08.30 Masalah risiko infeksi
- Menganjurkan keluarga untuk mengunjungi pasien tidak terlalu banyak belum teratasi
- Menganjurkan keluarga untuk tidak meletakkan barang-barang terlalu
banyak didekat pasien P=
Intervensi dilanjutkan:
kolaborasi medikasi dan
penerapan evidancebase
(DBP II)
2. Kamis, 13 Kerusakan 08.30 S=
Desember Integritas - Mengikat selang NGT dan menyuapi susu dengan menggunakan sendok Pasien mengatakan sudah
2018 Kulit untuk pasien makan dan minum (Penerapan Evidancebase) tidak mual, muntah dan
09.30 tidak pusing lagi. Pasien
- Mengikat selang NGT dan menyuapi susu dengan menggunakan sendok mengatakan sedikit nyeri
untuk pasien makan dan minum (Penerapan Evidancebase) saat dibersihkan lukanya
- Mengikat selang NGT dan menyuapi susu dengan menggunakan sendok
untuk pasien makan dan minum (Penerapan Evidancebase)
10.30 O=
- Melakukan persiapan alat untuk ganti perban Pasien sudah dapat diajak
10.40 berkomunikasi, pasien
- Melakukan cuci tangan tampak tenang, luka tampak
- Memasang handscoon bersih tertutup rapi
11.00
- Membuka balutan yang kotor A=
- Mengangkat supratul yang menempel Masalah kerusakan
11.15 integritas kulit belum
- Melihat luas luka teratasi
Luka jahitan sudah menutup, tidak ada kemerahan, tidak tampak adanya
pus P=
11.20 Intervensi dihentikan: Pasien
- Mengganti handscoon steril pindah ruangan Bougenvile
- Melakukan perawatan luka dengan tekhnik steril
11.35
- Menutup luka dengan kassa steril
- Menutup luka dan kassa dengan hipafix
11.45
- Merapikan pasien
- Merapikan alat-alat
- Mencuci tangan
BAB 4
PEMBAHASAN
Pengkajian terfokus pada pasien dengan kanker ovarium secara teori dan
secara kasus tidak jauh berbeda, bedanya secara teori disebutkan bahwa pasien
dengan kanker ovarium akan mengalami tekanan darah tinggi dan nadi yang ceoat
sedangkan, secara kasus tidak ditemukan tekanan darah pasien yang tinggi.
Pemeriksaan payudara, nipel menonjol tetapi pada pasien ditemukan mastektomi
dan adanya keloid pada dada sebelah kiri. Diagnosa keperawatan yang diangkat
berbeda dengan teori, pada pasien penulis mengangkat diagnosa utama yaitu
risiko infeksi dan kerusakan integritas kulit, sedangkan teori mengangkat nyeri
kronis. Penulis tidak dapat mengangkat diagnosa nyeri karena saat dilakukan
pengkajian penulis tidak menemukan keluhan nyeri pasien.
Intervensi yang dilakukan pada pasien yang ditemukan adalah perlindungan
infeksi dan perawatan luka untuk mengatasi kerusakan integritas kulit sekaligus
mengatasi terjadinya risiko infeksi. Implementasi dilakukan selama 2 hari, hari
pertama tanggal 11 Desember 2018 dengan memantau tanda-tanda vital pasien,
memantau tanda gejala infeksi serta menganjurkan keluarga untuk menganjurkan
keluarga untuk mengunjungi pasien tidak terlalu banyak dan menganjurkan
keluarga untuk tidak meletakkan barang-barang terlalu banyak didekat pasien
untuk mencegah terjadi infeksi dan hari kedua pada tanggal 13 Desember 2018
dengan melakukan perawatan luka menggunakan tekhnik steril.
Penulis juga menerapkan implementasi berdasarkan evidancebase yang
ditemukan terkait nutrisi untuk proses peyembuhan luka pada pasien post operasi
laparotomi yang dilakukan oleh Ahmad Alvin Dictara, Dian Isti Angraini, Sofyan
Musyabiq (2018) dijelaskan bahwa pada pasien dengan post operasi laparotomi
memiliki jenis diet yang berbeda, pada pasien yang penulis kelola, penulis
menerapkan makanan diet pasca-bedah II (DPB II) dengan memberikan susu pada
pasien setiap 15 menit sekali. Pada penelitian dijelaskan DPB IIyaitu makanan
bentuk cair kental, berupa kaldu jernih, sirup, sari buah, sup, susu, dan puding
rata-rata delapan sampai 10 kali sehari selama pasien tidak tidur. Jumlah cairan
yang diberikan tergantung keadaan dan kondisi pasien. Selain itu dapat diberikan
makanan parenteral bila diperlukan. Diet pasca-bedah IIdiberikan untuk waktu
sesingkat mungkin karena zat gizinya kurang. Makanan yang tidak boleh
diberikan pada DPB II adalah air jeruk dan minuman yang mengandung
karbondioksida. Diet pasca-bedah II diberikan kepada pasien pasca bedah besar
saluran cerna atau sebagai perpindahan dari DPB I. Saat ini, pasien telah
dipindahkan keruangan Bougenvile dan kondisi pasien saat ini sudah tidak mual
muntah, pasien juga sudah tidak pusing lagi, dan pasien mulai belajar untuk lepas
dari terapi oksigen (nassal kanul).
BAB 5
PENUTUP
1. Kesimpulan
Ovarium merupakan organ berbentuk seperti buah badam (almond) dengan
ukuran sekitar 4 cm dan melekat pada uterus melalui ligamen ligamen ovarii yang
berjalan di dalam mesovarium. Ovarium memiliki 2 hubungan, ligamen
infundibulopelvikum (ligamentum suspensorium ovari) yang berjalan melewati
pembuluh-pembuluh darah ovarium dan limfatik dari dinding pelvis dan
ligamentum ovarii yang melalui kornu uterus (Ellis, 2006).
Pasien yang menderita kanker ovarium biasanya tidak merasa ada keluhan
(95%) dan keluhan yang timbul pun tidak spesifik seperti perut terasa membesar,
dispareunia, berat badan meningkat akibat adanya massa atau asites. Tanda paling
penting adanya kanker ovarium adalah ditemukannya massa tumor di pelvis.
Keganasan perlu dicurigai apabila terdapat massa tumor yang padat, ireguler, dan
terfiksir ke dinding panggul. Keganasan dapat dipastikan apabila terdapat massa
disertai asites di bagian atas abdomen (Prawirohardjo, 2010).
2. Saran
1) Mahasiswa
Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan
dan sumber referensi terkait kasus pasien dengan Kanker Ovarium
2) Ruangan Camar 2
Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan pedoman untuk menerapkan
intervensi-intervensi yang tepat agar meningkatkan kualitas pelayanan di RSUD
Arifin Achmad ruang Camar 2 khususnya pasien dengan Kanker Ovarium
3) Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sumber bacaan diperpustakaan kampus STIKes Hang Tuah
Pekanbaru agar dapat menambah wawasan dan referensi bagi pembaca yang
tertarik tentang kasus pasien dengan Kanker Ovarium