Anda di halaman 1dari 30

PRAKTIK PROFESI NERS KEPERAWATAN MATERNITAS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

PORTOFOLIO
LAPORAN KASUS
“ CA OVARIUM “

Nama : Sulistiana
NIM : 18091031
Institusi : STIKes Hang Tuah Pekanbaru

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
HANG TUAH PEKANBARU
2018/2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu penyakit kronis yang paling mematikan di dunia.
Menurut statistik Amerika Serikat, kanker menyumbang sekitar 23% dari total
jumlah kematian di negara tersebut dan menjadi penyakit kedua paling mematikan
setelah penyakit jantung (Anand, Kunnumakara, Sundaram, Harikumar, Tharakan,
Lai, dan Aggarwal, 2008). Setiap 11 menit ada satu orang penduduk dunia yang
meninggal karena kanker dan setiap tiga menit ada satu penderita kanker baru.
Fakta lain menunjukkan bahwa lima besar kanker yang diderita adalah kanker leher
rahim, kanker payudara, kanker ovarium, kanker kulit, dan kanker rektum (Rasjidi,
2009).
Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang
ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di
seluruh dunia dan 125.000 meninggal karena penyakit ini. Kanker ovarium
merupakan penyebab utama kematian wanita karena kanker dan merupakan
penyebab kelima kematian karena kanker di Amerika Serikat (AS). Satu diantara 78
wanita di AS (1.3%) diperkirakan akan mengalami kanker ovarium selama
hidupnya. Delapan puluh persen dari 14.000 kasus kanker ovarium di Amerika
Serikat yang terdiagnosis pertahunnya berasal dari sel epitel (Gubbels, 2010).
Menurut Indonesian Society of Gynecologic Oncology 2012, kanker ovarium
menduduki urutan kedua terbanyak setelah kanker serviks. Pada tahun 2012,
kejadian kanker ovarium di Indonesia sekitar 354 kasus. Angka kematian akibat
kanker ovarium di Departemen Obstetri dan Ginekologi RS Dr. Cipto
Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 1989-1992 sebesar 22,6% dari 327 kematian
kanker ginekologi. Penderita biasanya datang sudah dalam stadium II-IV (42,5%)
sehingga keberhasilan pengobatan sangat rendah. Parameter tingkat keberhasilan
pengobatan kanker adalah AKH 5 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
jumlah data penderita kanker ovarium yang dapat dianalisis sebanyak 218 orang
dan diperoleh rata-rata AKH 5 tahun sebesar 41,25%. Dari hasil analisis juga
diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi Angka Kemungkinan Hidup (AKH) 5
tahun kanker ovarium di RSCM Jakarta adalah stadium klinik dan jenis pengobatan
(Sihombing, 2007).
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa kanker ovarium adalah jenis
kanker yang paling sulit dideteksi dan diobati, hal ini diakibatkan karena pada tahap
awalnya kanker ovarium menunjukkan sedikit sekali gejala atau bahkan tidak ada
gejala sama sekali. Kondisi ini yang menyebabkan mereka yang terkena penyakit
ini ketika di diagnosis lebih dari setengahnya sudah berada pada tahap lanjutan
sehingga kegagalan pengobatan atau perawatannya lebih tinggi. Salah satu
pengobatan kanker ovarii yaitu dengan cara kemoterapi. Klien yang sudah
melakukan kemoterapi akan mengalami mual, muntah, nafsu makan menurun,
stomatitis, nefripenia, sehingga klien dengan kemoterapi baik sebelum dan sesudah
tindakan sangat memerlukan perawatan khusus sehingga efek dari therapy tersebut
dapat diminimalkan.

2. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum
Diketahuinya konsep Kanker Ovarium dan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Kanker Ovarium
2) Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami defenisi dari Kanker Ovarium
b. Mahasiswa mampu memahami etiologi/faktor Kanker Ovarium
c. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari Kanker Ovarium
d. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis dari Kanker Ovarium
e. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pemeriksaan penunjang pada pasien
dengan Kanker Ovarium
f. Mahasiswa mampu memahami komplikasi dari Kanker Ovarium
g. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan medis dan keperawatan dari
Kanker Ovarium
h. Mahasiswa mampu memahami dan mengerti dengan baik Asuhan Keperawatan
pasien dengan Kanker Ovarium
3. Manfaat Penulisan
a. Bagi Penulis
Penulis dapat mengetahui dan memahami konsep Kanker Ovarium dan dapat
mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Kanker Ovarium
b. Bagi Akademik
Laporan ini dapat dijadikan tambahan referensi di perpustakaan STIKes Hang
Tuah Pekanbaru terkait masalah pasien dengan Kanker Ovarium
c. Bagi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Laporan ini diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam menegakkan
asuhan keperawatan dan dapat menambahkan intervensi pada pasien dengan
Kanker Ovarium
d. Bagi Pembaca
Laporan ini diharapkan dapat menjadi sumber bacaan dan dapat dijadikan
sebagai tambahan referensi dalam menegakkan asuhan keperawatan pasien
dengan Kanker Ovarium
BAB 2
TINJAUAN TEORI

1. Definisi Kanker Ovarium


Ovarium merupakan organ berbentuk seperti buah badam (almond) dengan
ukuran sekitar 4 cm dan melekat pada uterus melalui ligamen ligamen ovarii yang
berjalan di dalam mesovarium. Ovarium memiliki 2 hubungan, ligamen
infundibulopelvikum (ligamentum suspensorium ovari) yang berjalan melewati
pembuluh-pembuluh darah ovarium dan limfatik dari dinding pelvis dan
ligamentum ovarii yang melalui kornu uterus (Ellis, 2006).Wanita pada umumnya
memiliki dua indung telur kanan dan kiri, yangdengan mesovarium menggantung
di bagian belakang ligamentum latum, kiri dankanan. Ovarium adalah kurang
lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuranpanjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal
kira-kira 1,5 cm.
Kanker ovarium atau kanker indung telur adalah tumor ganas yang terjadi
pada ovarium dan paling banyak ditermukan pada waita berusia 50 – 70 tahun.
Kanker ovarium dapat menyebar kebagian lain seperti panggul dan perut melalui
sistem getah bening dab melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hari hingga
ke paru-paru, Penyakit ini dianggap berbahaya karena pada tahap awal hampir
tidak menimbulkan gejala sehingga sulit untuk terdeteksi secara dini (Subagja,
2014).
2. Faktor Resiko/Faktor Predisposisi Kanker Ovarium
Beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya kanker ovarium
antara lain menurut (Prawairohardjo, 2010):
1) Usia
Kanker ovarium jarang ditemukan pada wanita yang memiliki usia
bertambahnya usia. Diperkirakan dari 15-16 per 100.000 orang pada usia 40-
44 tahun meningkat menjadi 57 per 100.000 orang pada usia 70-74 tahun
2) Paritas
Jumlah kelahiran janin hidup di luar rahim menentukan penurunan risiko
terjadinya kanker ovarium. Penurunan risiko kasus ovarium lebih tinggi
setelah kelahiran pertama dibandingkan kelahiran berikutnya, akan tetapi
penelitian lainnya menunjukkan terjadi perlindungan terhadap kanker
ovarium setelah kelahiran kedua
3) Indeks Massa Tubuh (IMT)
Studi analisis multivariat terhadap wanita dengan kelebihan berat badan
(IMT: 25-29,9), obesitas (IMT: 30-39,9), dan morbidly obese (IMT: >35)
memiliki nilai kelangsungan hidup yang buruk bila dibandingkan dengan
wanita dengan imt normal. Terdapat perbedaan yang signifikan antara
kelompok overweight dengan morbidly obese. Terjadi peningkatan risiko
kematian sebesar 3% pada peningkatan 5 unit IMT di atas 18,5 kg/m²
4) Usia Menarche
Insidensi kanker ovarium pada penelitian di RSUP Haji Adam Malik pada
tahun 2008-2011 didapatkan angka yang tinggi pada kelompok usia menarche
12-14 tahun, yaitu 176 orang dengan persentase 52,2%
5) Kontrasepsi
Pil kontrasepsi oral memiliki hubungan terhadap penurunan faktor risiko
kanker ovarium.Wanita yang pernah menggunakan kontrasepsi oral memiliki
faktor risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang tidak
menggunakannya Durasi penggunaan kontrasepsi oral yang lama juga
berhubungan terhadap penurunan faktor risiko kanker ovarium. Penggunaan
kontrasepsi oral lebih dari 10 tahun memiliki 45% faktor risiko yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan penggunaan kurang dari 1 tahun

3. Patofisiologi Kanker Ovarium


Patogenesis kanker ovarium belum diketahui secara jelas, tetapi sudah
terdapat beberapa teori yang menunjukkan proses terjadinya kanker ini. Setelah
melewati siklus ovulasi, epitel permukaan ovarium banyak mengalami kerusakan
dan perbaikan. Proliferasi selsel epitel semakin besar, sehingga meningkatkan
kemungkinan terjadi mutasi secara tiba-tiba. Selama proses ovulasi, sel dapat
terperangkap pada jaringan ikat yang mengelilingi ovarium dan kemudian
membentuk kista. Jika hal ini terjadi maka sel epitel dapat membentuk lingkungan
mikro pro-inflamasi yang menyebabkan peningkatan kerusakan DNA dan risiko
terjadinya kanker. Banyak kejadian kanker ovarium terjadi tanpa diketahui
sebelumnya, meskipun 5-10% kasus berkembang akibat predisposisi genetic.
Akhir-akhir ini, disfungsi gen BRCA1 dan BRCA2 diketahui dapat menyebabkan
karsinoma stadium lanjut (World America Cancer Institute, 2014).

4. Manifestasi Klinis Kanker Ovarium


Pasien yang menderita kanker ovarium biasanya tidak merasa ada keluhan
(95%) dan keluhan yang timbul pun tidak spesifik seperti perut terasa membesar,
dispareunia, berat badan meningkat akibat adanya massa atau asites. Tanda paling
penting adanya kanker ovarium adalah ditemukannya massa tumor di pelvis.
Keganasan perlu dicurigai apabila terdapat massa tumor yang padat, ireguler, dan
terfiksir ke dinding panggul. Keganasan dapat dipastikan apabila terdapat massa
disertai asites di bagian atas abdomen. Menurut Piver, kista ovarium berdiameter
>5 cm harus mendapat perhatian khusus karena pada 95% kasus kanker ovarium
tumornya berukuran >5 cm (Prawirohardjo, 2010).

5. Pemeriksaan Penunjang Kanker Ovarium


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan kanker
ovarium adalah sebagai berikut menurut (Nurlailiyani, 2013):
1) Laparoskopi
Laparoskopi Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui letak kanker di
ovarium atau tidak. Selain itu untuk mengetahui sifat-sifat tumor tersebut
2) Ultrasonografi (USG)
Pemakaian USG transvaginal dapat meningkatkan diagnosis karena mampu
untuk menunjukkan morfologi tumor ovarium secara tegas baik tumor kistik
maupun tumor padat. Morfologi tumor ovarium yang diperiksa terdiri dari
tiga kategori, yaitu volume tumor, struktur dinding tumor, dan struktur
septum tumor. Penggunaan USG transvaginal color Doppler dapat
membedakan antara tumor jinak dengan tumor ganas. Analisis gelombang
suara Doppler (resistance index atau RI, pulsality index atau PI, dan velocity)
dapat menunjukkan keganasan apabila RI <0,4
3) Pemeriksaan Tumor Markers
Pemeriksaan penanda tumor CA 125 (Cancer Antigen 125) dilakukan dengan
memeriksa antigen yang dihasilkan oleh epitel coelom dan epitel amnion.
Permukaan epitel ovarium akan menghasilkan CA 125 bila terdapat kista
inklusi, metaplasia permukaan epitel, dan pertumbuhan papiler. Kadar normal
CA 125 yang disepakati adalah 35 U/ml. Akan tetapi, pemeriksaan kadar CA
125 memiliki spesifisitas dan positive predictive value yang rendah karena
pada kanker lain (kanker pankreas, kanker mammae, kanker kandung kemih,
kanker hati, kanker paru) kadar CA 125 juga meningkat
4) Computed Tomography Scanning (CT-Scan)
Pemeriksaan menggunakan CT-scan untuk diagnosis sangat bermanfaat.
Melalui pemeriksaan ini dapat diketahui ukuran tumor primer, adanya
metastasis ke hepar dan kelenjar getah bening, asites, dan penyebaran ke
dinding perut. Akan tetapi, CT-scan kuang disenangi karena memiliki risiko
radiasi, reaksi alergi terhadap zat kontras, kurang tegas dalam membedakan
tumor kistik dengan tumor padat, dan biayanya yang mahal
5) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemeriksaan menggunakan MRI tidak lebih baik dalam hal diagnostik,
penjalaran, dan lokasi tumor di abdomen atau pelvis. Penggunaan CT-scan
lebih banyak dianjurkan

6. Klasifikasi Stadium Kanker Ovarium


Berikut merupakan stadium kanker ovarium berdasarkan International
menurut Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) 2014:
Stadium I = Tumor terbatas ovarium
Tumor terbatas pada 1 ovarium, kapsul utuh, tidak ada pertumbuhan di
IA
permukaan luar, negative washing
Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, kapsul intak, tidak ada tumor
IB
dipermukaan luar
IC1 Surgical Spill
IC2 Kapsul pecah sebelum pembedahan atau tumor pada permukaan ovarium
Asites berisi sel ganas atau bilasan peritoneum positif (peritoneal
IC3
washing)
Stadium II = Pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium dengan perluasan ke
panggul (di bawah pelvic brim) atau kanker peritoneal primer
IIA Perluasan dan/atau metastasis ke uterus dan/atau tuba falopi
IIB Perluasan ke jaringan pelvis intraperitoneal
Stadium III = Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implan di
peritoneum di luar pelvis dan/atau kgb (kelenjar getah bening) retroperitoneal
atau inguinal positif
IIIA1 Hanya kgb retroperitoneal yang positif
IIIA1 (i) Metastasis ≤ 10 mm
IIIA1 (ii) Metastasis > 10 mm
Mikroskopik, ekstrapelvis (di atas brim) peritoneal ± kgb retroperitoneal
IIIA2
positif
Makroskopik, ekstrapelvis, metastasis peritoneal ≤ 2 cm ± kgb
IIIB
retroperitoneal positif, perluasan sampai ke kapsul hepar/spleen
Makroskopik, ekstrapelvis, metastasis peritoneal > 2 cm ± kgb
IIIC
retroperitoneal positif, perluasan sampai ke kapsul hepar/spleen
Stadium IV = Metastasis jauh tidak termasuk metastasi peritoneal
IVA Efusi pleura dengan hasil sitologi positif
Metastasis parenkim hepar dan/atau spleen, metastasis ke organ ekstra-
IVB
abdominal (termasuk kgb inguinal dan kgb diluar kavitas abdominal)

7. Komplikasi Kanker Ovarium


8. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan Kanker Ovarium
1) Penatalaksanaan Medis
Menurut Prawirohardjo (2010), Penatalaksanaan kanker ovarium sangat
ditentukan oleh stadium, derajat diferensiasi, fertilitas, dan keadaan umum
penderita. Pengobatan utama adalah dengan melakukan operasi pengangkatan
tumor primer dan metastasisnya, dan apabila perlu diberikan terapi adjuvant
seperti kemoterapi, radioterapi (intraperitoneal radiocolloid atau whole abdominal
radiation), imunoterapi/terapi biologi, dan terapi hormon (
2) Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Brunner & Suddarth (2001), penatalaksanaan keperawatan yang
dapat dilakukan pada pasien dengan kanker ovarium adalah sebagai berikut:
a. Perawat harus mengubah posisi pasien dengan sering untuk memastikan
pendistribusian menyeluruh dari obat dalam rongga peritoneal
b. Tempat pemasangan kateter, harus diobservasi terhadap adanya infeksi,
demikian juga dengan tempat port tertanam yang digunakan untuk
memberikan preparat ini.
c. Jika nyeri, atasi dengan melakukan massase, distraksi, kompres hangat,
relaksasi, dan imaginasi
d. Infeksi, melakukan ganti balutan, melakukan perawatan luka dan
pertahankan tekhnik steril

9. Asuhan Keperawatan Kanker Ovarium Secara Teori


1) Pengkajian
Anamnesis
a. Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, dan pekerjaan orang tua.
Keganasan kanker ovarium sering dijumpai pada usia sebelum menarche
atau di atas 45 tahun
b. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Biasanya mengalami perdarahan abnormal atau menorrhagia pada
wanita usia subur atau wanita diatas usia 50 tahun / menopause untuk
stadium awal. Pada stadium lanjut akan mengalami pembesaran massa
yang disertai asites)
b) Riwayat kesehatan sekarang
- Gejala kembung, nyeri pada abdomen atau pelvis, kesulitan makan
atau merasa cepat kenyang dan gejala perkemihan kemungkinan
menetap
- Pada stadium lanjut sering berkemih, konstipasi, ketidaknyamanan
pelvis, distensi abdomen, penurunan berat badan dan nyeri pada
abdomen
c) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu pernah memiliki kanker kolon, kanker
payudara dan kanker endometrium
d) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang pernah mengalami kanker payudara
dan kanker ovarium yang beresiko 50 %
e) Riwayat haid/status ginekologi Biasanya akan mengalami nyeri hebat
pada saat menstruasi dan terjadi gangguan siklus menstruasi
f) Riwayat obstetri
Biasanya wanita yang tidak memiliki anak karena ketidakseimbangan
sistem hormonal dan wanita yang melahirkan anak pertama di usia >
35 tahun
g) Data keluarga berencana
Biasanya wanita tersebut tidak menggunakan kontrasepsi oral
sementara karena kontrasepsi oral bisa menurunkan risiko ke kanker
ovarium yang ganas
h) Data psikologis
Biasanya wanita setelah mengetahui penyakitnya akan merasa cemas,
putus asa, menarik diri dan gangguan seksualitas
i) Data aktivitas/istirahat
Pasien biasanya mengalami gejala kelelahan dan terganggu aktivitas
dan istirahat karena mengalami nyeri dan ansietas
j) Data sirkulasi
Pasien biasanya akan mengalami tekanan darah tinggi karena cemas
k) Data eliminasi
Pasien biasanya akan terganggu BAK akibat perbesaran massa yang
menekan pelvis
l) Data makanan/cairan
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam nutrisi tetapi kalau
dibiarkan maka akan mengalami pembesaran lingkar abdomen
sehingga akan mengalami gangguan gastrointestinal
m) Data nyeri/kenyamanan
Pasien biasanya mengalami nyeri karena penekanan pada pelvis

Pemeriksaan fisik
a) Kesadaran
Kesadaran pasien tergantung kepada keadaan pasien, biasanya pasien
sadar, tekanan darah meningkat dan nadi meningkat dan pernafasan
dyspnea
b) Kepala dan rambut
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada benjolan, tidak ada hematom
dan rambut tidak rontok
c) Telinga
Simetris kiri dan kanan, tidak ada gangguan pendengaran dan tidak ada
lesi
d) Wajah
Pada mata konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek pupil +/+,
pada hidung tidak ada pernapasan cuping hidung, pada mulut dan gigi
mukosa tidak pucat dan tidak ada sariawan
e) Leher
Tidak ada pembendungan vena jugularis dan pembesaran kelenjer tiroid
f) Thoraks
Tidak ada pergerakan otot diafragma, gerakan dada simetris
g) Paru-paru
Inspeksi: Pernapasan dyspnea, tidak ada tarikan dinding dada
Palpasi: Fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi: Suara ketok sonor, suara tambahan tidak ada
Auskultasi: Vesikuler
h) Jantung
Pada pasien kanker ovarium biasanya tidak ada mengalami masalah pada
saat pemeriksaan di jantung
Inspeksi: Umumnya pada saat inspeksi, Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi: Pada pemeriksaan palpasi Ictus cordis teraba
Perkusi: Pekak
Auskultasi: Bunyi jantung S1 dan S2 normal. Bunyi jantung S1 adalah
penutupan bersamaan katup mitral dan trikuspidalis. Bunyi jantung S2
adalah penutupan katup aorta dan pulmanalis secara bersamaan
i) Payudara/mamae
Simetris kiri dan kanan, aerola mamae hiperpigmentasi, papila mamae
menonjol, dan tidak ada pembengkakan
j) Abdomen
Inspeksi: Pada stadium awal kanker ovarium, belum adanya perbesaran
massa, sedangkan pada stadium lanjut kanker ovarium, akan terlihat
adanya asites dan perbesaran massa di abdomen
Palpasi: Pada stadium awal kanker ovarium, belum adanya perbesaran
massa, sedangkan pada stadium lanjut kanker ovarium, di raba akan terasa
seperti karet atau batu massa di abdomen
Perkusi: Hasilnya suara hipertympani karena adanya massa atau asites
yang telah bermetastase ke organ lain
Auskultasi: Bising usus normal yaitu 5- 30 kali/menit
k) Genitalia
Pada beberapa kasus akan mengalami perdarahan abnormal akibat
hiperplasia dan hormon siklus menstruasi yang terganggu. Pada stasium
lanjut akan dijumpai tidak ada haid lagi
l) Ekstremitas
Tidak ada edema, tidak ada luka dan CRT kembali < 2 detik. Pada
stadium lanjut akan ditandai dengan kaki udema

2) Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan pada ovarium akibat
penyakit kanker ovarium
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan perubahan fungsi gastrointestinal
c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan pada vesika
urinaria
d. Gangguan eliminasi BAB: konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltic

3) Intervensi Keperawatan
DX NOC NIC
Dx 1 - Skala nyeri 2 → 4 Pemberian Analgesic
- Frekuensi nafas 3 → 5 Aktivitas:
- Tekanan darah 3 → 5 - Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
- Heart rate 3 → 5 derajat nyeri sebelum pemberian obat
- Meringis 3 → 5 - Cek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
- Ekspresi wajah 3→ 5 dan frekuensi
- Ketegangan otot 3 → 5 - Cek riwayat alergi
- Pilih analgesic yang diperlukan atau
- Panjang episode nyeri 3 →
kombinasi dari analgesic jika pemberian
5
analgesic lebih dari satu
- Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe
dan beratnya nyeri
- Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
- Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian anagesik pertama kal
- Berikan analgesic tepat waktu terutama saat
nyeri heba
Dx 2 - Asupan gizi 3 → 5 Terapi Nutrisi
- Asupan makanan 3 → 5 Aktivitas:
- Energi 3 → 5 - Monitor intake makanan dan cairan, hitung
- Hasrat/keinginan untuk masukan kalori perhari
makan 3 → 5 - Tentukan jumlah kalori dan tipe nutrisi yang
- Intake nutrisi 3 → 5 diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
- Rasio berat badan 3 → 5 nutrisi dengan berkolaborasi bersama ahli gizi
- Mual 3 → 5 - Kaji preverensi makanan yang sesuai dengan
budaya dan agama pasien
- Muntah 3 → 5
- Pilih suplemen nutrisi sesuai kebutuhan
- Inkontinensia urin 3 → 5
- Sediakan bagi pasien makanan dan minuman
- Inkontinensia usus 3 → 5 bernutrisi yang tinggi protein, tinggi kalori
- Pola eliminasi 3 → 5 dan mudah dikonsumsi, sesuai kebutuhan
- Kemudahan BAB 3 → 5 - Bantu pasien memilih makanan yang lunak,
lembut dan tidak mengandung asam, sexuai
kebutuhan
- Pastikan bahwa makanan megandung serat
untuk mencegah konstipasi
- Motivasi pasien untuk mengkonsumsi
makanan yang tinggi kalium, sesuai
kebutuhan
- Anjurkan untuk menghindari makanan yang
mengandung laktosa, sesuai kebutuhan
- Berikan perawatan mulut sebelum dan
sesudah makan
- Bantu pasien untuk duduk sebelum makan
atau minum
- Monitor hasil laboraturium
- Ciptakan lingkungan yang membuat suasana
menyenangkan dan menenangkan bagi pasien
- Rujuk untuk mendapatkan pendidikan
kesehatan terkait diet dan perencanaan diet,
sesuai kebutuhan
1. Web Of Caution (WOC)
BAB 3
GAMBARAN KASUS

Asuhan Keperawatan
A. Data Umum
Nama Klien : Ny. ISJ
TTL : 24 – 05 – 1957
Umur : 61 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
Pendidikan : SMP
Alamat : Komplek Widya Graha
No. MR : 591632
Tanggal Dirawat : 10 – 12 – 2018
Diagnosa Medis : Ca Ovarium

B. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a. Yang Lalu:
P4A0H4. Anak pertama perempuan berusia 40 tahun lahir normal, anak
kedua perempuan berusia 39 tahun lahir normal, anak ketiga perempuan
berusia 38 tahun lahir normal, anak keempat perempuan berusia 34 tahun
lahir norma. Keluarga pasien mengatakan tidak ada penyulit selama proses
persalinan
b. Saat Ini
Saat ini pasien sedang tidak hamil atau tidak sedang mengandung
2. Riwayat Perkawinan
Pasien mengatakan sudah menikah dengan suaminya selama 43 tahun
3. Riwayat Keluarga Berencana
Pasien mengatakan pernah memasang KB pil, suntik dan IUD selama 10
tahun lamanya
4. Riwayat Menstruasi
Pasien mengatakan awal mula pertama kali menstruasi usia 13 tahun, haid
teratur dengan siklus haid 28 hari. Pasien mengatakan menopause saat berusia
50 tahun
5. Riwayat Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan
Pasien mengeluhkan pusing, dan mengeluhkan mual muntah. Pasien
memiliki riwayat DM
b. Faktor Pencetus
Keluarga pasien mengatakan banyak faktor yang mencetus ibunya terkena
kanker ovarium, salah satunya bapak yang perokok aktif, dan kanker
ovarium ini asal mulanya karena kanker payudara
c. Lamanya Keluhan
Pasien mengatakan keluhan ini telah dirasakan sejak tahun 2010 yang
diawali dengan Kanker Payudara dan kemudian menjalar pada ovarium
6. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda Vital
TD: 99/56 mmHg RR: 20 x/i HR: 92 x/i T: 34,5 oC SpO2: 100%
2) Kepala dan Leher
Kepala: simetris, tidak teraba adanya benjolan, rambut rontok, beruban
dan sedikit rambut hitam
Mata: Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, mata berair
Hidung: Simetris, terpasang NGT dialirkan, terpasang nasal kanul
Mulut: Simetris, bibir pucat, kering, bau mulut (+), kondisi telinga bersih
Telinga: Simetris, tidak teraba adanya massa, kondisi telinga bersih
Leher: Simetris, tidak teraba adanya pembengkakan kelenjar tiroid, tidak
ada pembengkakan kelenjar getah bening
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan adanya masalah keperawatan
3) Thorax
Dada: Tidak simetris, terdapat keloid pada dada kiri
Jantung: Bj 1 dan Bj 2 intensitas normal, murmur (-), gallop (-)
Paru: Retraksi dinding dada simetris
Payudara: Tidak simetris, payudara kiri tidak ada (mastektomi) nipel
menonjol
ASI: Tidak ada produksi ASI saat ini
Masalah Keperawatan: Kerusakan integritas kulit
4) Abdomen: Abdomen supel, terdapat luka insisi yang ditutup perban, pada
luka insisi terpasang drain I yang disambungkan pada spuit, abdomen
kanan tertutup perban dan terpasang drain II yang dialirkan pada urin bag
5) Genitalia
Kebersihan: Kondisi kotor
Varises: Tidak ada varises
Keputihan: Tidak ada keputihan
Hemoroid: Tidak ada hemoroid
Masalah keperawatan: Tidak ditemukan adanya masalah keperawatan
6) Ekstremitas
Atas: Akral pucat, teraba hangat, tangan kanan terpasang infus NaCl
0,9%, tangan kiri terpasang Asering 20 tpm, tidak ada edema
Bawah: Akral pucat, teraba dingin, tidak ada edema, tidak ada varises
Masalah keperawatan: Tidak ditemukan adanya masalah keperawatan
7) Eliminasi
BAK: Pasien terpasangn catheter, frekuensi 600 mL, warna merah
bercampur kuning, bau pesing
BAB: Pasien terpasang rectal tube, frekuensi 50 mL, warna coklat
kehijauan
8) Istirahat dan Kenyamanan
Waktu tidur:
Lama tidur:
Keluhan istirahat dan tidur:
Masalah Keperawatan:
9) Mobilisasi dan Latihan
Tingkat mobilisasi: Pasien tirah baring
Latihan/Senam: Pasien tidak melakukan latihan/senam
10) Nutrisi dan Cairan
BB: 65 Kg TB: 155 cm
Asupan Nutrisi: Pasien belum dibolehkan makan, pasien mengeluh mual
muntah
Asupan Cairan: Intake: NaCl 0,9%, Asering 20 tpm, minum 1 sendok
setiap 15 menit
Masalah Keperawatan:

7. Obat-Obatan yang digunakan saat ini:


Tanggal 11 – 12 – 2018
Obat Dosis Kegunaan
Ampicilyn Jam 19.00, 03.00, 11.00 Antibiotik
Gentamicyn Jam 19.00 Antibiotik
Metronidazole Jam 19.00, 07.00 Antibiotik
Kalnex Jam 19.00, 03.00, 11.00 Mencegah perdarahan
Ranitidin Jam 19.00, 07.00 Mencegah penyakit perut pen↑asam lambung
Ketorolac Jam 19.00, 03.00, 11.00 Mengatasi kekuranagn vit B1

8. Hasil pemeriksaan laboratorium/penunjang:


Tanggal 11 – 12 – 2018
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hb 11,5 gr/dL ↓ 12,0 – 16,0 gr/dL
Leukosit 15,54 10^3/µL ↑ 4,80 – 10,80 10^3/µL
Trombosit 111 10^3/µL ↓ 150 – 450 10^3/µL
Eritrosit 3,87 10^6/µL ↓ 4,20 – 5,40 10^6/µL
Hematokrit 35,3% ↓ 2,0 – 4,0 %
Eosinofil 0,0% ↓ 50 – 70 %
Neutrofil 94,3% ↑ 2,0 – 8,0 %
Limfosit 1,7% ↓ 25,0 – 40,0 %
C. ANALISA DATA
Data Pasien Etiologi Masalah Keperawatan
DS: Ca ovarium Risiko Infeksi
- Pasien mengatakan ↓
kepala pusing, mual dan Post operasi
muntah ↓
Tindakan invasif
DO: ↓
- Pasien selalu mual dan Terdapat luka insisi
muntah ↓
- Tampak luka insisi pada Pintu masuknya patogen
abdomen yang ditutup ↓
perban Risiko Infeksi
- Hb = 11,5 gr/dL ↓
- Pasien memiliki riwayat
DM
- Suhu: 34,5oC
DS: Ca ovarium Kerusakan Integritas
- Tidak ada keluhan ↓ Kulit
Post operasi
DO: ↓
- Luka insisi tertutup Tindakan invasif
perban ↓
- Post mastektomi Terdapat luka insisi
- Terdapat keloid pada ↓
dada kiri Bekas luka mastektomi
- Luka insisi pada ↓
abdomen kiri dan Kerusakan Integritas Kulit
terpasang drain yang
dialirkan ke urin bag

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko Infeksi
2. Kerusakan intergitas kulit berhubungan dengan tindakan insisi pasca
bedah
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa NOC NIC
Risiko infeksi - Respiratory function 5 Identifikasi Resiko
- Body temperature 5 Aktivitas:
- Skin integrity 4 → 5 - Kaji ulang riwayat kesehatan masa lalu dan dokumentasikan bukti yang menunjukkan adanya
- Antibody titers 4 → 5 penyakit medis, diagnose keperawatan serta perawatannya
- Mucosa integrity 5 - Identifikasi adanya sumber-sumber agensi untuk membantu menurunkan factor resiko
- Recurrent infections 5 - Pertimbangkan status pemenuhan kebutuhan sehari-hari
- Tumors 5 - Pertimbangkan pemenuhan terhadap perawatan dan medis dan keperawatan
- Weight loss 5 - Diskusikan dan rencanakan aktivitas-aktivitas pengurangan risiko berkolaborasi dengan individu
- Cronic fatigue 5 atau kelompok
- Medication interactions
5 Perlindungan Infeksi
Aktivitas:
- Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Pertahankan asepsis untuk pasien beresiko
- Periksa kulit dan selaput lender untuk adanya kemerahan, kehangatan ekstrim, atau drainase
- Periksa kondisi setiap sayatan bedah atau luka
- Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
- Anjurkan asupan cairan, dengan tepat
- Pantau adanya perubahan tingkat energy atau malaise
- Berikan agen imunisasi
- Instruksikan pasien untuk minum antibiotic yang diresepkan
- Jangan mencoba pengobatan antibiotic untuk infeksi-infeksi virus
- Ajarkan keluarga pasien mengenai perbedaan-perbedaan antara infeksi virus dan infeksi bakteri
- Ajarkan keluarga gejala tanda infeksi dan bagaimana melaporkannya kepada tenaga kesehatan
Kerusakan - Sensasi 3 → 5 Perawatan Luka
intergitas kulit - Integritas kulit 3 → 5 Aktivitas:
berhubungan - Nekrosis 5 - Angkat balutan dan plester perekat
dengan - Jaringan parut 5 - Cukur rambut disekitar daerah yang terkena, sesuai kebutuhan
tindakan insisi - Lesi pada kulit 4 → 5 - Ukur luas luka
pasca bedah - Pigmentasi abnormal 4 - Bersihkan dengan normal saline
→5 - Berikan rawatan insisi pada luka
- Granulasi 4 → 5 - Berikan perawatan ulkus pada kulit
- Peradangan 4 → 5 - Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka
- Bau busuk 3→ 5 - Pertahankan tekhnik balutan steril ketika melakukan perawatan luka, dengan tepat
- Drainase 4 → 5 - Ganti balutan sesuai dengan jumlah eksudat dan drainase
- Periksa luka setiap kali perubahan balutan
- Reposisi pasien setidaknya setiap 2 jam
- Dorong cairan, yang sesuai
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN dan EVALUASI
No. Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
1. Selasa, 11 Risiko Infeksi 22.00 S=
Desember - Melakukan pemantauan adanya tanda gejala infeksi Pasien mengatakan
2018 dan 12 - Melakukan pemantauan tanda-tanda vital pasien terimakasih karena telah
Desember TD: 99/56 mmHg RR: 20 x/i HR: 92 x/i T: 34,5 oC memandikannya
2018 06.00
- Memandikan pasien O=
06.25 Pasien tampak bersih, pasien
- Mengganti baju pasien tampak tenang
06.30
- Merapikan tempat tidur pasien A=
08.30 Masalah risiko infeksi
- Menganjurkan keluarga untuk mengunjungi pasien tidak terlalu banyak belum teratasi
- Menganjurkan keluarga untuk tidak meletakkan barang-barang terlalu
banyak didekat pasien P=
Intervensi dilanjutkan:
kolaborasi medikasi dan
penerapan evidancebase
(DBP II)
2. Kamis, 13 Kerusakan 08.30 S=
Desember Integritas - Mengikat selang NGT dan menyuapi susu dengan menggunakan sendok Pasien mengatakan sudah
2018 Kulit untuk pasien makan dan minum (Penerapan Evidancebase) tidak mual, muntah dan
09.30 tidak pusing lagi. Pasien
- Mengikat selang NGT dan menyuapi susu dengan menggunakan sendok mengatakan sedikit nyeri
untuk pasien makan dan minum (Penerapan Evidancebase) saat dibersihkan lukanya
- Mengikat selang NGT dan menyuapi susu dengan menggunakan sendok
untuk pasien makan dan minum (Penerapan Evidancebase)
10.30 O=
- Melakukan persiapan alat untuk ganti perban Pasien sudah dapat diajak
10.40 berkomunikasi, pasien
- Melakukan cuci tangan tampak tenang, luka tampak
- Memasang handscoon bersih tertutup rapi
11.00
- Membuka balutan yang kotor A=
- Mengangkat supratul yang menempel Masalah kerusakan
11.15 integritas kulit belum
- Melihat luas luka teratasi
Luka jahitan sudah menutup, tidak ada kemerahan, tidak tampak adanya
pus P=
11.20 Intervensi dihentikan: Pasien
- Mengganti handscoon steril pindah ruangan Bougenvile
- Melakukan perawatan luka dengan tekhnik steril
11.35
- Menutup luka dengan kassa steril
- Menutup luka dan kassa dengan hipafix
11.45
- Merapikan pasien
- Merapikan alat-alat
- Mencuci tangan
BAB 4
PEMBAHASAN

Pengkajian terfokus pada pasien dengan kanker ovarium secara teori dan
secara kasus tidak jauh berbeda, bedanya secara teori disebutkan bahwa pasien
dengan kanker ovarium akan mengalami tekanan darah tinggi dan nadi yang ceoat
sedangkan, secara kasus tidak ditemukan tekanan darah pasien yang tinggi.
Pemeriksaan payudara, nipel menonjol tetapi pada pasien ditemukan mastektomi
dan adanya keloid pada dada sebelah kiri. Diagnosa keperawatan yang diangkat
berbeda dengan teori, pada pasien penulis mengangkat diagnosa utama yaitu
risiko infeksi dan kerusakan integritas kulit, sedangkan teori mengangkat nyeri
kronis. Penulis tidak dapat mengangkat diagnosa nyeri karena saat dilakukan
pengkajian penulis tidak menemukan keluhan nyeri pasien.
Intervensi yang dilakukan pada pasien yang ditemukan adalah perlindungan
infeksi dan perawatan luka untuk mengatasi kerusakan integritas kulit sekaligus
mengatasi terjadinya risiko infeksi. Implementasi dilakukan selama 2 hari, hari
pertama tanggal 11 Desember 2018 dengan memantau tanda-tanda vital pasien,
memantau tanda gejala infeksi serta menganjurkan keluarga untuk menganjurkan
keluarga untuk mengunjungi pasien tidak terlalu banyak dan menganjurkan
keluarga untuk tidak meletakkan barang-barang terlalu banyak didekat pasien
untuk mencegah terjadi infeksi dan hari kedua pada tanggal 13 Desember 2018
dengan melakukan perawatan luka menggunakan tekhnik steril.
Penulis juga menerapkan implementasi berdasarkan evidancebase yang
ditemukan terkait nutrisi untuk proses peyembuhan luka pada pasien post operasi
laparotomi yang dilakukan oleh Ahmad Alvin Dictara, Dian Isti Angraini, Sofyan
Musyabiq (2018) dijelaskan bahwa pada pasien dengan post operasi laparotomi
memiliki jenis diet yang berbeda, pada pasien yang penulis kelola, penulis
menerapkan makanan diet pasca-bedah II (DPB II) dengan memberikan susu pada
pasien setiap 15 menit sekali. Pada penelitian dijelaskan DPB IIyaitu makanan
bentuk cair kental, berupa kaldu jernih, sirup, sari buah, sup, susu, dan puding
rata-rata delapan sampai 10 kali sehari selama pasien tidak tidur. Jumlah cairan
yang diberikan tergantung keadaan dan kondisi pasien. Selain itu dapat diberikan
makanan parenteral bila diperlukan. Diet pasca-bedah IIdiberikan untuk waktu
sesingkat mungkin karena zat gizinya kurang. Makanan yang tidak boleh
diberikan pada DPB II adalah air jeruk dan minuman yang mengandung
karbondioksida. Diet pasca-bedah II diberikan kepada pasien pasca bedah besar
saluran cerna atau sebagai perpindahan dari DPB I. Saat ini, pasien telah
dipindahkan keruangan Bougenvile dan kondisi pasien saat ini sudah tidak mual
muntah, pasien juga sudah tidak pusing lagi, dan pasien mulai belajar untuk lepas
dari terapi oksigen (nassal kanul).
BAB 5
PENUTUP

1. Kesimpulan
Ovarium merupakan organ berbentuk seperti buah badam (almond) dengan
ukuran sekitar 4 cm dan melekat pada uterus melalui ligamen ligamen ovarii yang
berjalan di dalam mesovarium. Ovarium memiliki 2 hubungan, ligamen
infundibulopelvikum (ligamentum suspensorium ovari) yang berjalan melewati
pembuluh-pembuluh darah ovarium dan limfatik dari dinding pelvis dan
ligamentum ovarii yang melalui kornu uterus (Ellis, 2006).
Pasien yang menderita kanker ovarium biasanya tidak merasa ada keluhan
(95%) dan keluhan yang timbul pun tidak spesifik seperti perut terasa membesar,
dispareunia, berat badan meningkat akibat adanya massa atau asites. Tanda paling
penting adanya kanker ovarium adalah ditemukannya massa tumor di pelvis.
Keganasan perlu dicurigai apabila terdapat massa tumor yang padat, ireguler, dan
terfiksir ke dinding panggul. Keganasan dapat dipastikan apabila terdapat massa
disertai asites di bagian atas abdomen (Prawirohardjo, 2010).

2. Saran
1) Mahasiswa
Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan
dan sumber referensi terkait kasus pasien dengan Kanker Ovarium
2) Ruangan Camar 2
Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan pedoman untuk menerapkan
intervensi-intervensi yang tepat agar meningkatkan kualitas pelayanan di RSUD
Arifin Achmad ruang Camar 2 khususnya pasien dengan Kanker Ovarium
3) Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sumber bacaan diperpustakaan kampus STIKes Hang Tuah
Pekanbaru agar dapat menambah wawasan dan referensi bagi pembaca yang
tertarik tentang kasus pasien dengan Kanker Ovarium

Anda mungkin juga menyukai