Anda di halaman 1dari 24

BAB III

GAMBARAN KASUS

Tn. Am usia 19 tahun dirawat di ruang dahlia dirumah sakit Arifin Ahmad
Pekanbaru, pasien mengatakan 1 minggu sebelum dirawat diruma sakit pasien mengeluh
keluar darah dari hidung, hidung tersumbat kanan dan kiri, darah keluar jika mengeluarkan
ingus. Pasien mengatakan dari satu tahun yang lalu hidung pasien selalu mampet, seperti
ada ingus, sering pilek namun pasien biarkan saja. Saat dilakukan pengkajian pasien
mengatakan telah melakukan operasi ekstirpasi hari rawat ke tiga, kesadaran
composmentis, pasien saat ini mengeluhkan adanya nyeri dibagian bekas post operasi,
(mulut dan hidung), nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri meningkat saat pasien maun
makan ataupun minum. Pasien juga mengeluhkan susah untuk bernapas, apalagi saat tidur,
pasien mengatakan bernapas dibantu dengan mulut, saat ini pasien mendapatkan diet cair,
pasien merasakan berat badanya turun, karena nafsu makanya berkurang, pasien enggak
makan karena selain tidak bisa membaui makanan, pasien juga tidak menyukai makanan
cair, pasien juga mengatakan bahwa dia susah untuk menelan,untuk menelan sakit. Pasien
terpasang infus ditangan kiri cairan NaCl 0,9%. TTV: TD: 110/70 mmHg, N: 80x/m, RR:
23x/m S: 36,50C

Pengkajian
A. Identitas pasien

Tanggal Pengkajian :18-02-2019 Suku Bangsa : Batak


NamaInisial : Tn. AM Agama : Islam
Umur : 20 tahun Tanggal Masuk : 15-02-2019
Tanggal lahir : 17-08-1999 Hari rawat ke : Tiga
Jenis Kelamin : laki-laki Penanggung Jawab Biaya :BPJS
No. MR :
B. Keluhan utama
DiagnosaMedik:
Pasien post operasi ekstirpasi hari rawat ke tiga, kesadaran composmentis, pasien saat ini
mengeluhkan adanya nyeri dibagian bekas post operasi, (mulut dan hidung), nyeri
dirasakan hilang timbul, nyeri meningkat saat pasien maun makan ataupun minum.
Pasien juga mengeluhkan susah untuk bernapas, apalagi saat tidur, pasien mengatakan
bernapas dibantu dengan mulut, saat ini pasien mendapatkan diet cair, pasien merasakan
berat badanya turun, karena nafsu makanya berkurang, pasien enggak makan karena

13
selain tidak bisa membaui makanan, pasien juga tidak menyukai makanan cair, pasien
juga mengatakan bahwa dia susah untuk menelan,untuk menelan sakit. Pasien terpasang
infus ditangan kiri cairan NaCl 0,9%. TTV: TD: 110/70 mmHg, N: 80x/m, RR: 23x/m S:
36,50C
C. Riwayat penyakit yang diderita saat ini
Pasien mengatakan 1 minggu sebelum masuk rumah sakitk, keluar darah dari hidung,
hidung tersumbat kanan dan kiri, darah keluar jika mengeluarkan ingus
D. Riwayat kesehatan sebelumnya
Pasien mengatakan dari satu tahun yang lalu hidung pasien selalu mampet, seperti ada
ingus, sering pilek namun pasien biarkan saja

E. Riwayat kesehatan keluarga (genogram)

Ket:
: laki-laki
:perempuan
:pasien

Pasien anak kedua dari tiga bersaudara, didalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki
riwayat penyakit yang samadengan pasien

F. Keadaan umum
1. Kesadaran/GCS: Composmentis, E: 4 M: 6 V: 5, total GCS: 15

2. Tanda-tanda vital (Pukul: 14:00 WIB)


TD :110/70 mmHg , N : 80 x/menit
RR : 23 x/menit S : 36,5 °C,
3. BB/TB: TB: 165 cm, BB: 50 kg LILA : 23 cm

14
IMT :18,3 kg/m2
G. Pengkajian head to toe
1. Kepala
a. Rambut & kulit kepala:
Jelaskan: rambut berwarna hitam dan tebal, konndisi kulit kepala bersih, tekstur
kasar, bentuktulang kepala simetris,bentuk wajah simetris
b. Mata:
Jelaskan: kedua alis kiri dan kanan simetris dan tipis, bulu mata tipis, kedua mata
simetris, kondisi tulang orbital normal, kornea berwarna hitam,reflek
kornea (+), reflek pupil (+2) kanan dan kiri, pupil mengecil apabila
diberi rangsangan cahaya, konjungtiva sedikit anemis, sklera tidak
ikterik, pergerakan bola mata normal, tidak ada nyeri,lapang pandang
normal
c. Telinga:
Jelaskan: liang telinga sedikit kotor, tidak ada pembengkakan dan yeri tekan pada
tulang mastoid, tidak ada perdarahan,tidak ada gangguan pendengaran
d. Hidung:
Jelaskan: bentuk hidung besar tidak simetris, pada lubang hidung sebelah kanan
terdapat luka post operasi, dan terpasang tampon blok, indra penciuman
menurun,pasien tidak terpasang NGT dan alat bantu napas
e. Mulut:
Jelaskan: mulut simetris, warna kulit bibir hitam kecoklatan, tekstur lembab,
rongga mulut terdapat bekas luka post operasi yang dijahit dilangit-langit
mulut (palatum), terasa nyeri, gigi lengkap,kondisi lidah dan mulut
kurang bersih, terdapat reflek muntah, tidak menggunakan gigi palsu
2. Leher :
Jelaskan: otot leher tidak kaku, leher mampu digerakan kekanan dan kekiri, nodus
limfatikus tidak teraba, trakea simetris,arteri karotis teraba, tidak ada kaku
kuduk, tidak ada masa, dan pembengkakan, tidak terpasang trakeostomi
3. Dada
a. Paru-Paru
Inspeksi :Dada simetriskiri dan kanan, terdapat retraksi dinding dada/
menggunakan otot bantu pernapasan, bentuk dada normochest
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa, taktil fremitus teraba dikedua

15
lapang paru
Perkusi :Bunyi sonor
Auskultasi : Terdengar vesikuler
b. Jantung
Inspeksi :Tidak terdapat jejas, tidak ada hiperpigmentasi, iktus kordis tidak
terlihat
Palpasi :tidak ada pembesaran jantung, tidak teraba nyeri tekan dan masa, iktus
kordis teraba
Perkusi :redup pada bagian jantunng
Auskultasi :bunyi jantung vesikuler, S1-S2 normal
4. Payudara dan Aksila:
Jelaskan: payudara kiri dan kanan simetris, tidak ada hiperpigmentasi kulit, tidak ada
pembengkakan, nyeri tekan dan masa
5. Tangan:
Jelaskan:kedua tangan simetris, tidak ada pembengkakan, masa dan nyeri tekan, CRT
< 3 detik, tidak ada hiperpigmentasi kulit, akral teraba hangat, terpasang infus
ditangan kiri,tidak terdapat clubing finger
6. Abdomen
Inspeksi :Tidak ada asites, tidak ada jejas, tidak ada hiperpigmentasi warna
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan dan masa
Perkusi :Timpani
Auskultasi :Bising usus 15x/m
7. Genitalia dan Perkemihan:
Jelaskan: genitalia dan perkemihan tidak ada gangguan atau masalah
8. Rektum dan Anus:
Jelaskan:rektum dan anus bersih tidak ada gangguan
9. Kaki:
Jelaskan:kedua kaki simetris,akral teraba hangat, tidak ada jejas dan nyeri tekan,tidak
ada hiperpigmentasi warna
10. Punggung:
Jelaskan:turgor kulit elastis,kulit lembab, tidak ada nyeri tekan dan masa,tidak ada
gangguan pada tulang belakang

H. Pola istirahat dan tidur


16
Pola istirahat dan tidur tidak ada gangguan,pasien tidur nyenyak, tidur malam sekitar 6-7
jam, tidur siang sekitar 1 jam
I. Pola aktivitas harian (adl)
Pasien mampu melakukan ADL secara mandiri
J. Cairan, nutrisi,dan eliminasi
1. Intake Oral/Enteral
a. Jenis diit :susu diit
b. Jumlah kalori :tidak terkaji Kkal/hari
c. Makan Berat :tidak ada Kali/ hari-shift ( ml/shift)
d. Makanan Selingan :tidak ada Kali/hari-shift ( ml/shift)
Jelaskan: pasien hanya diberikan susudiit setiap hari, sebanyak 2 kali per shift
e. Minum : 600 ml/shift
f. Parenteral :500 ml/shift
2. Eliminasi
a. Urin:6-7 Kali/ shift (350ml/ shift)
b. BAB :1 Kali/hari
3. Balanca Cairan
Per shift
a. Cairan masuk :1,100 ml
b. Cairan Keluar :350 ml
c. IWL :145 ml
d. Balan cairan : 605 ml

K. Psiko-sosial-spiritual
Pasien mengatakan ia selalu berdoa supaya cepat sembuh dan semangatuntuk sembuh

L. Pengkajian refleks dan saraf kranial


1. Refleks
a. Biseps :normal (+2)
b. Triseps : normal (+2)
c. Brakioradialis : normal (+2)
d. Patella : normal (+2)
e. Achiles : normal (+2)
f. Babinski : normal (+2)

17
2. Saraf Kranial
No Saraf Kranial Hasil
1 Olfaktorius Indra pembau menurun
2 Optikus Pasien mampu melihat dengan baik
3 Okulomotor Mampu menggerakan bola mata
4 Troklear Mampu menggerakan mata kekiri dan kebawah
5 Trigeminus Tidak mampu mengunyah
6 Abdusen Mampu menggerakan mata kesamping kekanan
7 Fasial Ekspresi wajah ada, mampu menyeringai dan tersenyum
8 Vestibulokoklear Pendengaran baik
9 Glosofaringeus Mampu membedakan rasa
10 Vagus Susah untuk menelan
11 Aksesorius Mampu menggerakan kepala dan memutarnya
12 Hipoglosus Mampu mendrong pipi menggunakan lidan

M. Hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik


1. Hasil Labororatorium
Tanggal Hasil Nilai normal
04-02-2019 Hemoglobin : 14,8 g/dl ( L ) 14.0-18.0
Leukosit :9,82 10^3/L ( H ) 4.80-10.80
Trombosit :322 10^3/L 150-450

Eritrosit :5,03 10^6/L (L) 4.70-6.10

Hematokrit :43,5 % (L) 42.0-52.0

16-02-2019 Hemoglobin : 12.8 g/dl ( L ) 14.0-18.0

Leukosit :14.06 10^3/L ( H ) 4.80-10.80


150-450
Trombosit :119 10^3/L
4.70-6.10
Eritrosit :4,49 10^6/L (L)
42.0-52.0
Hematokrit :38,3 % (L)

18
2. Hasil Radiologi (07-02-2019)
CT Scan nasofaring tanpa dan dengan kontras:
Tampak gambaran masa solid, inhomogen dicoana dextra yang meluas kecavum nasi
anterior,bentuk oval batas tegas, tepi lian ukuran 3.43x2.67x4.181x cm post
pemberian
Tampak enhancement inhomogen
Tampak masa meluas keposterior hampir menutupi lumen nasofaring
Tampak masa juga menmpel ditorus tubarius dextra
Torus tubarius dan fosa ronsemulier simetris
Parapharingeal space tak tampak menyempit
Tak tampakbone dekstruksi maupun erosi disekitar masa
Sinus paranasal tampak normodens
Tak tampak hypertofi chonca nasalis
Septum nasi relatif ditengah tak terdeviasi
Tak tampak kelainan diintracerebri yang tervisualisasi
Tak tampakpembesaran kelenjar limfe regio colli dextra maupun sinistra
Kesan:
Masa solid inhomogen dicoana yang meluas ke cavum nasi interior dan hampir
menutupi lumen nasofaring sertamenempelketorus tubarius dextra curiga benigna
dd/polyp tak tampak limfadenopati diregio colli bilateral

N. Medikasi
No Nama obat dan dosis Rute Indikasi Kontraindikasi
1 Cefotaxim 2x1 mg IV Obat antibiotic untuk Kelainan darah, diare,
membunuh bakteri gangguan ginjal dan
penyebab infeksi sum-sum tulang
2 Ketorolac 3x1 mg IV Obat untuk mengobati Ibu menyusui dan ibu
nyeri sedang-berat hamil
3 Tranexamic acid 2x1 IV Obat untuk membantu Gagal ginjal,
mg menghentikan tromboemboli,
perdarahan seperti gangguan penglihatan
mimisan, postpartum warna,perdarahan
subarachnoid

19
O. Analisa data

No Data Etiologi Masalah


keperawatan
1 DS: Angiofibroma Ketidakefektifan
Pasien mengatakan pola napas
susah untuk bernapas terpasang tampon blok dihidung
karena dibalut dengan
kasa, dan ada yang nafas lewat mulut, RR meningkat,
mengganjal,pasien adanya retraksi otot bantu napas
mengatakan bernapas
menggunakan mulut ketidakefektifan pola napas
DO:
Pasien tampak susah
bernapas,bernapas lewat
mulut, terdapat retraksi
dinding dada
TTV:
TD:110/70mmHg,
N: 80x/m
RR: 23x/m
S: 36,50C

2 DS: Angiofibroma Nyeri akut


P:pasien mengeluh nyeri
dibagian post op Post operasi
dihidung
Q:nyeri seperti disayat- Terputusnya kontinuitas jaringan
sayat Respon nyeri
R:nyeri dibagian hidung
menyebar kelangit-langit Nyeri akut
(palatum)
S:skala nyeri 5

20
T:nyeri dirasakan hilang
timbul duraskurang lebih
5 menit
DO:
Pasien tampak meringis,
terpasang tampon blok
pada hidung kanan,
pasien tampak susah
untuk berbicara
3 DS: Angiofibroma Resiko
pasien mengatakan darah perdarahan
keluar lewat hidung, Luka post operasi
darah yang keluar kental
DO: Resiko perdarahan
Tampak terpasang
tampon blok dihidung
sebelah kanan, tampak
darah yang merembes
pada tampon, saat
operasi pasien
kehilangan darah 500 cc,
Pasien diberikan darah
satu kantong jumlah 500
cc
4 DS:- Angiofibroma Resiko infeksi
DO:
Tampak luka yang Luka post operasi
dibalut denga tampon
Leukosit:14.06 10^3/L Diskontinuitas jaringan
(H)
Hemoglobin : 12.8 g/dl Port dee entri kuman
(L)
Resiko infeksi

21
P. Diagnosa
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hipoventilasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ( luka post operasi)
3. Resiko perdarahan
4. Resiko infeksi
Q. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Menejemen jalan napas
berhubungan tindakan keperawatan Aktifitas:
dengan agen 2x8 jam diharapkan 1. Posisikan pasien untuk
cedera fisik ( luka pola napas teratur meminimalkan ventilasi
post operasi) dengan criteria hasil: 2. Motifasi pasien untuk bernafas
dengan pelan dan dalam
3. Auskultasi suara napas tambahan
kemudian catat adanya suara napas
tambahan
Monitor pernapasan
Aktifitas:
1. Monitor tanda tanda vital
2. Monitor
kecepatan,irama,kedalaman dan
kesulitas bernapas
3. Catat pergerkan dada

2 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri


berhubungan tindakan keperawatan Aktifitas:
dengan agen 2x8 jam diharapkan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
cedera fisik ( luka nyeri teratasi dengan komprehensif meliputi lokasi,
post operasi) kriteria hasil: karakteristik, durasi, frekuensi,
4. Mampu mengontrol kualitas, intensitas atau beratnya
nyeri (tahu nyeri dan faktor pencetus
penyebab nyeri, 2. Observasi adanya reaksi nonverbal

22
mampu dan ketidaknyamanan
menggunakan tehnik 3. Gunakan teknik komunikasi
nonfarmakologi terapeutik untuk mengetahui
untuk mengurangi pengalaman nyeri pasien
nyeri, mencari 4. Gali bersama pasien faktor yang
bantuan) 3-5 dapatmenurunkan dan memperberat
5. Melaporkan bahwa nyeri
nyeri berkurang 5. Meningkatkan istirahat
dengan 6. Ajarkan teknik nonfarmakologis
menggunakan untuk mengurangi nyeri
manajemen nyeri 3- 7. Kolaborasi dengan dokter
5 pemberian analgesik untuk
6. Mampu mengenali menurunkan nyeri
nyeri (skala,
intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri) 3-5
7. Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang 3-5

3 Resiko Setelah dilakukan Pencegahan perdarahan


perdarahan tindakan keperawatan Aktivitas:
2x8 jam diharapkan 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
perdarahan tidak terjadi menetap
dengan kriteria hasil: 2. Monitor tanda tanda vital
3. Catat HB dan HT sebelum dan
setelah pasien kehilangan darah
4. Jangan masukan benda apapun pada
lubang sumber perdarahan
5. Instruksikan pasien dan keluarga
untuk memonitor tanda-tanda
perdarahan dan mengambil tindakan
yangtepat jika terjadi perdarahan

23
(misalnya lapor kepada tenaga
kesehatan)
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan Perlindungan infeksi
tindakan keperawatan Aktifitas:
2x8 jam diharapkan 1. Monitor adanya tanda dan gejala
infeksi tidak terjadi infeksi
dengan kriteria hasil: 2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
3. Periksa kondisi setiap sayatan bedah
atau luka
4. Tingkatkan asupan nutrisi yang
cukup
5. Anjurkan asupan cairan dengan tepat
6. Anjurkan istirahat
7. Ajarkan pasien dan keluarga tanda-
tanda infeksi dan kapan harus
melapor kepada pemberipelayanan
kesehatan
8. Ajarkan pasien dan keluarga cara
menghindari infeksi
9. Kolaborasi pemberian antibiotic
untuk mencegah masuknya kuman
kedalam tubuh yang akan
menginfeksi tubuh

R. Implementasi
Hari pertama
Hari/tgl/jam D Implementasi SOAP Ttd
X
Senin 1 1. Memposisikan pasien S:
18-02-2019 semifowler untuk Pasien mengatakan lebih
14:00 meminimalkan ventilasi nyaman dan bisa bernapas
Hasil: pasien tampak lebih dengan sedikit setelah posisi
nyaman dan rilex tempat tidurnya setengah

24
2. Memotifasi pasien untuk duduk
bernafas dengan pelan dan O:
dalam Pasien terlihat lebih tenang,
3. Mengauskultasi suara napas mampu bernapas dengan
tambahan kemudian catat tenang, pasien masih
adanya suara napas tambahan bernapas lewat mulut, tidak
Hasil: bunyi napas vesikuler ada suara tambahan,
4. Memonitor tanda tanda vital Ttv:
TD: 120/80mmHg TD: 120/80mmHg
N: 83x/m N: 83x/m
RR: 20x/m RR: 20x/m
S: 36,50C S: 36,50C
5. Memonitor kecepatan, irama, A:
kedalaman dan kesulitas Masalah teratasi sebagian
bernapas P:
Hasil: cepat dan dangkal, pasien Intervensi dipertahankan
tampak kesulitan bernapas dan dengan melakukan tindakan
napas menggunakan mulut dan 4-7
otot bantu pernapasan
6. mencatat pergerkan dada
hasil: terdapat retraksi dinding
dada
7. Memonitor pola napas
Hasil: pola napas teratur
14:00 WIB 2 1. Melakukan pengkajian nyeri S:
secara komprehensif meliputi Pasien mengatakan nyeri
lokasi, karakteristik, durasi, berkurang sekalanya 4
frekuensi, kualitas, intensitas O:
atau beratnya nyeri dan faktor Pasien tampak sedikit
pencetus tenang
P:pasien mengeluh nyeri Ttv:
dibagian post op dihidung TD: 120/80mmHg
Q:nyeri seperti disayat-sayat N: 83x/m

25
R:nyeri dibagian hidung RR: 20x/m
menyebar kelangit-langit S: 36,50C
(palatum) A:
S:skala nyeri 5 Masalah belum teratasi
T:nyeri dirasakan hilang timbul P: Intervensi dipertahankan
duraskurang lebih 5 menit dengan melakukan tindakan
2. Mengobservasi adanya reaksi 5-7
nonverbal dan ketidaknyamanan
Hasil: pasien tampak kurang
nyaman karena nyeri, pasien
tampak gelisah
3. Menggali bersama pasien faktor
yang dapat menurunkan dan
memperberat nyeri
Hasil: pasien tampak rilex saat
tempat tidur diposisikan
semifowler dan nyeri meningkat
saat rahang digerakan
4. Meningkatkan istirahat
5. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
6. Mngkolaborasi dengan dokter
pemberian analgesik untuk
menurunkan nyeri
Hasil: diberikan obat penurun
nyeri yaitu ketorolac 3x1 mg

14:00 WIB 3 1. Memonitor tanda dan gejala S:-


perdarahan menetap O: Tampak ada rembesan
2. Memonitor tanda tanda vital darah ditampon pasien
TD: 120/80mmHg Hemoglobin : 12.8 g/dl ( L )
N: 83x/m Hematokrit :38,3 % (L)

26
RR: 20x/m Ttv:
S: 36,50C TD: 120/80mmHg
3. Mencatat HB dan HT sebelum N: 83x/m
dan setelah pasien kehilangan RR: 20x/m
darah S: 36,50C
Hasil : hb dan ht sebelum A: masalah belum teratasi
perdarahan: P:intervensi dilanjutkan
Hb: 14,8 g/dl dengan melakukan tindakan
Ht: 43,5% 1-3
Sesudah perdarahan
Hemoglobin : 12.8 g/dl ( L )
Hematokrit :38,3 % (L)
4. Menginstruksikan pasien dan
keluarga untuk memonitor
tanda-tanda perdarahan dan
mengambil tindakan yang tepat
jika terjadi perdarahan
(misalnya lapor kepada tenaga
kesehatan)
Hasil:pasien tampak paham
kapan waktunya kepelayanan
kesehatan saat terjadi
perdarahan
16:00 4 1. Memonitor adanya tanda dan S:-
gejala infeksi O:
2. Memonitor kerentanan terhadap Terdapat luka post operasi
infeksi pada bagian hidung sebelah
3. Memeriksa kondisi setiap kanan
sayatan bedah atau luka Leukosit :14.06 10^3/L
4. Meningkatkan asupan nutrisi ( H )
yang cukup A:masalah belum teratasi
Hasil: Pasien minum susu cair P:intervensi dilanjutkan
5. Menganjurkan istirahat dengan melakukan

27
6. Mengajarkan pasien dan 1-5 dan 8
keluarga tanda-tanda infeksi dan
kapan harus melapor kepada
pemberi pelayanan kesehatan
Hasil: pasien tampak telah
mengetahui tanda-tanda infeksi
7. Mengajarkan pasien dan
keluarga cara menghindari
infeksi
Hasil: pasien tampak telah
paham cara mencegah infeksi
salah satunya perban jangan
sampai basah dan kotor
8. Mengkolaborasi pemberian
antibiotik untuk mencegah
masuknya kuman kedalam
tubuh yang akan menginfeksi
tubuh
Hasil: memberikan obat
Cefotaxim 2x1 mg kepada
pasien

Hari kedua
Hari/tgl/jam D Implementasi SOAP Ttd
X
Selasa 1 4. Memonitor tanda tanda vital S:
19-02-2019 TD: 120/80mmHg Pasien mengatakan bernapas
21:00 WIB N: 85x/m dibantu mulut
RR: 20x/m O:
S: 36,50C Ttv:
22:30 WIB 5. Memonitor kecepatan, irama, TD: 120/80mmHg
kedalaman dan kesulitas N: 85x/m
bernapas RR: 20x/m

28
Hasil: lambat dan dalam, pasien S: 36,50C
napas menggunakan mulut dan A:
22:30 WIB otot bantu pernapasan Masalah teratasi sebagian
6. mencatat pergerkan dada P:
hasil: terdapat terdapat retraksi Intervensi dipertahankan
22:30 WIB dinding dada dengan melakukan tindakan
7. Memonitor pola napas 4-6
Hasil: pola napas teratur
21:00 WIB 2 1. Melakukan pengkajian nyeri S:
secara komprehensif meliputi Pasien mengatakan nyeri
lokasi, karakteristik, durasi, berkurang sekalanya 3
frekuensi, kualitas, intensitas O:
atau beratnya nyeri dan faktor Pasien tampak sedikit
pencetus tenang
P:pasien mengeluh nyeri TD: 120/80mmHg
dibagian post op dihidung N: 85x/m
Q:nyeri seperti berdenyut RR: 20x/m
R:nyeri dibagian hidung S: 36,50C
menyebar kelangit-langit A:
(palatum) Masalah belum teratasi
S:skala nyeri 4 P: Intervensi dipertahankan
T:nyeri dirasakan hilang timbul dengan melakukan tindakan
durasi kurang lebih 5 menit 1-4 dan 5
2. Mengobservasi adanya reaksi
nonverbal dan ketidaknyamanan
Hasil: pasien tampak kurang
nyaman karena nyeri,
Menggali bersama pasien faktor
yang dapat menurunkan dan
memperberat nyeri
Hasil: pasien tampak rilex saat
tempat tidur diposisikan
semifowler dan nyeri meningkat

29
saat rahang digerakan
3. Meningkatkan istirahat
5. Mengkolaborasi dengan dokter
pemberian analgesik untuk
menurunkan nyeri
Hasil: diberikan obat Ketorolac
3x1 mg untuk menurunkan nyeri

21:00 WIB 3 1. Memonitor tanda dan gejala S: pasien mengatakan saat


perdarahan menetap dibuka tamponya
2. Memonitor tanda tanda vital mengeluarkan darah yang
TD: 120/80mmHg kental
N: 85x/m O: Tampak ada rembesan
RR: 20x/m darah ditampon pasien
S: 36,50C Hemoglobin : 12.8 g/dl ( L )
3. Mencatat HB dan HT sebelum Hematokrit :38,3 % (L)
dan setelah pasien kehilangan TD: 120/80mmHg
darah N: 85x/m
Hasil : hb dan ht sebelum RR: 20x/m
perdarahan: S: 36,50C
Hb: 14,8 g/dl A: masalah belum teratasi
Ht: 43,5% P:intervensi dilanjutkan
Sesudah perdarahan dengan melakukan tindakan
Hemoglobin : 12.8 g/dl ( L ) 1-2
Hematokrit :38,3 % (L)
21:00 WIB 4 1. Memonitor adanya tanda dan S:-
gejala infeksi O:
2. Memonitor kerentanan terhadap Terdapat luka post operasi
infeksi pada bagian hidung sebelah
3. Memeriksa kondisi setiap kanan
sayatan bedah atau luka Leukosit :14.06 10^3/L
4. Meningkatkan asupan nutrisi ( H )
yang cukup A:masalah belum teratasi

30
Hasil: Pasien tampak minum P:intervensi dilanjutkan
susu cair dengan melakukan
5. Menganjurkan istirahat 1-5 dan 8
8. Mengkolaborasi pemberian
antibiotik untuk mencegah
masuknya kuman kedalam
tubuh yang akan menginfeksi
tubuh
Hasil: memberikan obat
Cefotaxim 2x1 mg kepada
pasien

Hari ketiga
Hari/tgl/jam D Implementasi SOAP Ttd
X
Rabu 1 4. Memonitor tanda tanda vital S:
19-02-2019 TD: 110/70mmHg Pasien mengatakan sudah
08:00 WIB N: 80x/m mampu bernapas melalui
RR: 20x/m hidung sebelah kiri
S: 36,50C O:
5. Memonitor kecepatan, irama, Ttv:
kedalaman dan kesulitas TD: 110/70mmHg
bernapas N: 80x/m
Hasil: lambat dan dalam, pasien RR: 20x/m
napas S: 36,50C
6. mencatat pergerkan dada A:
hasil: tidak terdapat retraksi Masalah teratasi
dinding dada P:
Intervensi dihentikan
08:00 WIB 2 1. Melakukan pengkajian nyeri S:
secara komprehensif meliputi Pasien mengatakan nyeri
lokasi, karakteristik, durasi, berkurang sekalanya 3
frekuensi, kualitas, intensitas O:

31
atau beratnya nyeri dan faktor Pasien tampak tenang
pencetus TD: 110/70mmHg
P:pasien mengeluh nyeri N: 80x/m
dibagian post op dihidung RR: 20x/m
Q:nyeri seperti berdenyut S: 36,50C
R:nyeri dibagian hidung A:
menyebar kelangit-langit Masalah belum teratasi
(palatum) P: Intervensi dipertahankan
S:skala nyeri 3 dengan melakukan tindakan
T:nyeri dirasakan hilang timbul 1-4 dan 5
durasi kurang lebih 5 menit
2. Mengobservasi adanya reaksi
nonverbal dan ketidaknyamanan
Hasil: pasien tampak kurang
nyaman karena nyeri,
Menggali bersama pasien faktor
yang dapat menurunkan dan
memperberat nyeri
Hasil: pasien tampak rilex saat
tempat tidur diposisikan
semifowler dan nyeri meningkat
saat rahang digerakan
3. Meningkatkan istirahat
membayangkan hal yang indah-
indah dan postif
5. Mengkolaborasi dengan dokter
pemberian analgesik untuk
menurunkan nyeri
Hasil: diberikan obat Ketorolac
3x1 mg untuk menurunkan nyeri
08:00 WIB 3 1. Memonitor tanda dan gejala S: pasien mengatakan darah
perdarahan menetap sudah tidak keluar
2. Memonitor tanda tanda vital O: Tampak ada rembesan

32
TD: 110/70mmHg darah ditampon pasien
N: 80x/m Hemoglobin : 12.8 g/dl ( L )
RR: 20x/m Hematokrit :38,3 % (L)
S: 36,50C TD: 110/70mmHg
N: 80x/m
RR: 20x/m
S: 36,50C
A: masalah belum teratasi
P:intervensi dipertahankan
dengan melakukan tindakan
1-2
08:00 WIB 4 1. Memonitor adanya tanda dan S:-
gejala infeksi O:
2. Memonitor kerentanan terhadap Terdapat luka post operasi
infeksi pada bagian hidung sebelah
3. Memeriksa kondisi setiap kanan
sayatan bedah atau luka Leukosit :14.06 10^3/L
4. Meningkatkan asupan nutrisi ( H )
yang cukup A:masalah belum teratasi
Hasil: Pasien tampak minum P:intervensi dilanjutkan
susu cair dengan melakukan
5. Menganjurkan istirahat 1-5 dan 8
8. Mengkolaborasi pemberian
antibiotik untuk mencegah
masuknya kuman kedalam
tubuh yang akan menginfeksi
tubuh
Hasil: memberikan obat
Cefotaxim 2x1 mg kepada
pasien

33
BAB IV
PEMBAHASAN

Pengkajian terfokus pada pasien dengan angiofibroma secara teori dan secara kasus tidak
jauh berbeda, bedanya secara teori disebutkan bahwa pasien dengan angiofibroma akan
mengalami otitis media dan gangguan penglihatan serta gangguan penciuman sedangkan,
secara kasus tidak ditemukan otitis media, gangguan penglihatan serta gangguan penciuman.
Diagnosa keperawatan yang diangkat berbeda dengan teori, pada pasien penulis mengangkat
4 diagnosa yaitu ketidakefektifan pola napas, nyeri akut, resiko perdarahan dan resiko infeksi
dan diagnosa utamanya yaitu ketidakefektifan pola napas, sedangkan teori mengangkat
diagnose utamanya yaitu nyeri. Peneliti tidak mengangkat diagnosa utamanya nyeri karena
menurut penulis pola napas itu yang paling penting dibandingkan dengan nyeri
Intervensi yang dilakukan pada pasien yang ditemukan adalah manajemen jalan napas,
manajemen nyeri, serta mencegah perdarahan dan perlindungan terhadap infeksi karena
pasien post operasi. Implementasi dilakukan selama 3 hari, dimana penulis
mengimplementasikan ke empat diagnosa yang didapatkan yaitu pertama ketidakefektifan
pola napas, penulis melakukan tindakan dengan cara memantau tanda-tanda vital, pola
napas,iram,kedalaman napas,dan adanya otot bantu pernapasan, peneliti juga mengubah
posisi pasien semi fowler untuk meminimalkan ventilasi. Implementasi yang kedua nyeri
akut, penulis melakukan tindakan dengan cara mengajarkan teknik distraksi iguided imageri
dan pemberian obat ketorolac untuk mengurngi nyeri, implementasi ketiga resiko perdarahan,
penulis memonitor adanya perdarahan yang menetap, dan memonitor tanda-tanda vital, dan
memberikan obat tranexamic acid untuk menghentikan perdarahan, implementasi keempat
resiko infeksi penulis memantau tanda-tanda vital pasien, memantau tanda gejala infeksi dan
memantau hasillab seperti hasil leukosit, dan memberikan obat cefotaxim untuk membunuh
bakteri penyebab infeksi.
Penulis juga menerapkan implementasi berdasarkan evidancebase yang ditemukan terkait
pemberian posisi semifowler terhadap kestabilan pola napas pada pasien tb paru Di Irina C5
Rsup Prof Dr. R. D. Kandou manado Aneci et all (2013). Pada saat penulis menerapkan
evidanbased tersebut, pasien tampak pola napasnya lebih baik dibandingkan posisi berbaring.
Dari semua implementasi yang penulis lakukan, evaluasi intervensi yang dipertahankan ada
tiga yaitu pada diagnosa kedua dan keempat, sedangkan intervensi yang dihentikan pada hari
ketiga yaitu diagnosa pertama
BAB V
34
PENUTUP

A. Kesimpulan
Angiofibroma adalah sebuah tumor jinak pembuluh darah yang berada pada
nasofaring yang cenderung menimbulkan perdarahan yang sulit dihentikan dan terjadi
pada laki-laki prepubertas dan remaja (Nicolai et al, 2012). Angiofibroma nasofaring
belia merupakan neoplasma vaskuler yang terjadi hanya ada laki-laki, biasanya selama
masa prepubertas dan remaja. Angiofibroma nasofaring belia umumnya muncul sebagai
sumbatan hidung unilateral, epistaksis dan adanya massa di nasofaring. Umumnya
terdapat pada rentang usia 7 s/d 21 tahun dengan insidens terbanyak antara usia 14-18
tahun dan jarang pada usia diatas 25 tahun. Tumor ini merupakan tumor jinak nasofaring
terbanyak dan 0,05% dari seluruh tumor kepala dan leher.Tanda dan gejalanya yang
paling sering terjadi adalah keluar darah dari hidung, gangguan penglihatan dikarenakan
perluasan tumor ke dalam rongga nasal, pembengkakan pipi, dan gangguan penciuman.
Komplikasinya yaitu anemia berat akibat epistaksis yang berulang, otitis media akibat
sumbatan astium tuba eustachius, sinusitis akibat sumbatan astium sinus.

35
36

Anda mungkin juga menyukai