Anda di halaman 1dari 36

PRAKTIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKes HANG


TUAH PEKANBARU
TAHUN AJARAN 2018/2019

Ca Mammae

Nama : Muhammad Zulfadhli


NIM : 18091008
Institusi : STIKes Hangtuah Pekanbaru

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HANGTUAH PEKANBARU
PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas izin, kuasa
dan perlindungan-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas seminar mini
dengan judul “CA MAMMAE (Kanker Payudara)”.

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata Kuliah Profesi
Keperawatan Medikal Bedah yang diberikan kepada Penulis. Agar Penulis dapat
mengetahui serta memahami cara menyusun makalah dengan benar dan agar
dapat mengembangkan ilmu yang telah Penulis peroleh.

Saya sebagai penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini masih
belum sempurna. Oleh karena itu kami mohon saran dan kritik yang membangun
untuk perbaikan makalah ini .

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Ns.
Rani Lisa Indra, M.Kep., Sp.Kep.MB Selaku dosen yang memberikan tugas ini
juga yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat makalah
ini dan semua bentuk bimbingan serta pengajarannya yang kami terima dalam
menyelesaikan penulisan makalah ini.

Pekanbaru,19 November
2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Tujuan ......................................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 4
A. Definisi ......................................................................................... Error! Bookmark not defined.
B. Patofisiologi ................................................................................. Error! Bookmark not defined.
C. Pathway ....................................................................................................................................... 6
D. Etiologi ......................................................................................... Error! Bookmark not defined.
E. Faktor Resiko ............................................................................... Error! Bookmark not defined.
F. Klasifikasi .................................................................................... Error! Bookmark not defined.
G. Manifestasi Klinis ........................................................................ Error! Bookmark not defined.
H. Komplikasi ................................................................................... Error! Bookmark not defined.
I. Pemeriksaan Penunjang ............................................................... Error! Bookmark not defined.
J. Penatalaksanaan Medis ................................................................ Error! Bookmark not defined.
K. Diagnosa ..................................................................................................................................... 6
L. Intervensi............................................................................................................................... 14
BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 32
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 32
B. Saran ......................................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 33

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker payudara menjadi salah satu penyebab kematian utama di
dunia dan di Indonesia. Kanker ini dapat terjadi pada usia kapan saja dan
menyerang wanita umur 40-50 tahun, tapi saat ini sudah mulai ditemukan
pada usia 18 tahun (American Cancer Society, 2011). Kanker adalah salah
satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Dari total 58 juta
kematian di seluruh dunia pada tahun 2005, kanker menyumbang 7,6 juta
(atau 13%) dari seluruh kematian. Kanker Payudara menyebabkan 502.000
kematian per tahun. Lebih dari 70% dari semua kematian akibat kanker
pada tahun 2005 terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Kematian akibat kanker terus meningkat, dengan 9 juta orang
diperkirakan meninggal karena kanker pada tahun 2015 dan 11,4 juta
meninggal pada tahun 2030 (Parkway Cancer Centre, 2011).
Pada tahun 2008 di Indonesia, jumlah kasus kanker payudara sebesar
36,2% atau sebanyak 39.831 kasus, dengan jumlah kematian 18,6 per
100.000 penduduk (ChartBin, 2011). Pada tahun 2010 menurut data WHO
terakhir yang dipublikasikan pada bulan April 2011, kematian akibat
kanker payudara di Indonesia mencapai 20.052 atau sebesar 1,41%,
dengan tingkat kejadian sebesar 20,25 per 100.000 penduduk Indonesia
dan menempati urutan 45 di dunia (Indonesia Health Profile, 2011).
Jumlah kasus kanker payudara pada tahun 2005 di Provinsi Jawa Tengah,
sebanyak 3.884 atau (36,83%) dari 10.546 kasus kanker. Kasus penyakit
kanker yang ditemukan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar
24.204 kasus lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 2008 sebanyak
27.125 kasus, terdiri dari Ca. servik 9.113 kasus (37,65%), Ca. mamae
12.281 kasus (50,74%), Ca. hepar 2.026 (8,37%), dan Ca. paru 784 kasus
(3,24%). Prevalensi kanker payudara di Provinsi Jawa Tengah pada tahun

1
2009 sebesar 0,037% dan tertinggi di Kota Surakarta sebesar 0,637%
(Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2010).
Jumlah yang diperkirakan 50% penderita kanker payudara di
Indonesia datang memeriksakan penyakit kanker yang dideritanya sudah
pada stadium lanjut. Deteksi dini kanker payudara merupakan langkah
awal yang baik untuk mengetahui adanya penyakit kanker payudara sedini
mungkin, yaitu dengan Periksa payudara Sendiri (SADARI).
Keterlambatan deteksi dini ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya
pengetahuan wanita tentang deteksi dini kanker payudara (Indonesian
Cancer Fondation, 2011)
Kurangnya pengetahuan dan fakta tentang kanker payudara karena
rendahnya tingkat pendidikan. Wanita tidak tahu cara mengakses informasi
yang akurat tentang kanker payudara. Mayoritas perempuan tidak tahu
rentang usia saat mamografi sebaiknya dilakukan juga tidak tahu
potensinya dalam mendeteksi kanker payudara dini (Aylin dkk, 2005).
Dalam jurnal Oxford Annals of Oncology (2010), ketika seseorang
dinyatakan menderita kanker, maka akan terjadi beberapa tahapan reaksi
emosional dan salah satunya yang sering terjadi adalah depresi.
Menyediakan informasi bagi pasien merupakan faktor penentu penting
bagi kepuasan pasien dan juga dapat mempengaruhi kualitas kesehatan,
tingkat kecemasan dan tingkat depresi penderita kanker. Depresi sering
kurang terdiagnosis karena banyak faktor, termasuk kurangnya penyediaan
pengetahuan tentang penilaian teknik dan pilihan pengobatan (Schwartz
dkk, 2009).
Menurut Miller (2008), sebanyak 16%-25% pasien menderita kanker
sekaligus depresi. Setelah pasien terdiagnosa kanker payudara pada tahun
pertama, 48% wanita mengalami kecemasan dan depresi. Dampak depresi
pada penderita kanker tidak hanya pada penderitanya saja, tetapi juga bisa
berakibat pada keluarganya, yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas
hidup penderita bila penanganannya tidak adekuat.

2
Konginan A (2008) menyebutkan, faktor risiko yang mempengaruhi
terjadinya depresi pada pasien kanker diantaranya stadium lanjut,
pengendalian nyeri dan keluhan yang tidak baik, riwayat depresi
sebelumnya, alkoholik, gangguan endokrin, gangguan neurologik, dan
obat-obatan salah satunya kemoterapi. Sedangkan Miller, (2008),
mengungkapkan faktor risiko terjadinya depresi diantaranya adalah pernah
mengalami depresi atau gangguan pikiran sebelumnya, sulit dalam
menerima atau menyesuaikan diri dengan diagnosa kanker, usia masih
muda, memiliki masalah dengan alcohol dan narkoba, kanker terjadi ketika
sedang mengalami kejadian lain yang menimbulkan stres, tidak
mendapatkan dukungan keluarga atau dukungan sosial, sebelumnya pernah
mengalami pengalaman buruk ketika anggota keluarga yang lain atau
teman dekatnya mengidap kanker, tidak memiliki keyakinan terhadap
efektifitas dari perawatan, perubahan fisik atau cacat fisik, perawatan yang
bisa menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan
Dari uraian di atas, penulis berminat untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai kejadian Ca Mamae atau kanker payudara darimulai pengertian
sampai asuhan keperawatan untuk pasien ca mamae.

B. Tujuan
1. Mengetahui konsep ca mamae,
2. Mengetahui asuhan keperawatan ca mamae
3. Mengetahui dan menjelaskan asuhan keperawatan pada klien ca
mamae

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal
dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak
termasuk kulit payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar
susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara.
(Medicastore, 2011)
Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel
normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel sel normal,
berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah.
(Sofian,2012)

B. Etiologi
Factor resiko terjadi kanker payudara:
1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara
2. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga
langsung) dari wanita dengan kanker payudara
3. Menarke dini
4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama
5. Menopous pada usia lanjut
6. Riwayat penyakit payudara jinak
7. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan
sebelum usia 30 tahun beresiko hamper 2 kali lipat
8. Obesitas-resiko terendah diantara wanita pascamenopouse
9. Kontrasepsi oral
10. Terapi pergantian hormone
11. Masukan alcohol
Tipe kanker payudara: (Smelzer, 2002)

4
1. Karsinoma duktal menginfiltrasi (75%)
karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang
menuju puting susu.
2. Karsinoma lobular menginfiltrasi (5-10%)
karsinoma lobuler mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, biasanya
terjadi setelah menopause
3. Karsinoma medular (6%)
kanker ini berasal dari kelenjar susu
4. Kanker musinus (3%)
5. Karsinoma inflamatori (1-2%)
6. Penyakit paget payudara (jarang Terjadi)

C. Manifestasi klinik
Tanda carsinoma Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang
khas, mirip pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk
bulat dan elips, Gejala carsinoma Kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya
keluaran dari puting susu, puting eritema, mengeras, asimetik, inversi,
gejala lain nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya
metastase. (Price & Sylvia, 2006)

5
D. Pathway
Faktor predisposisi dan
resiko tinggi hiperplasi Mendesak sel saraf Interupsi sel saraf
pada sel mamae

nyeri

Mendesak jaringan Mensuplai nutrisi ke Mendesak pembuluh darah


sekitar jaringan ca

Aliran darah terhambat

Menekan jaringan Hipermetabolisme


pada mammae ke jaringan
hipoksia

Peningkatan konsistensi  hipermetabolisme


mammae jar lain BB turun Necrosis jaringan

Ketidakseimbangan Bakteri patogen


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Resiko Infeksi

Ukuran mammae
Mammae membengkak
abnormal

Massa tumor Mammae asimetrik


Defisiensi pengetahuan
mendesak ke jar luar ansietas

Gangguan citra
tubuh

Perfusi jaringan Infiltrasi pleura


terganggu perietale

ulkus
Ekspansi paru
menurun

Kerusakan integritas Ketidakefektifan pola


kulit/ jaringan nafas

E. Komplikasi
Komplikasi potensial dari Ca payudara adalah limfederma. Hal ini
terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi
umum tidak berfungsi dengan adekuat. Jika nodus eksilaris dan sistem
limfe diangkat, maka sistem kolateral dan aksilaris harus mengambil alih

6
fungsi mereka. Apabila mereka diinstruksikan dengan cermat dan
didorong untuk meninggikan, memasase dan melatih lengan yang sakit
selama 3-4 bulan. Dengan melakukan hal ini akan membantu mencegah
perubahan bentuk tubuh dan mencegah kemungkinan terbukanya
pembengkakan yang menyulitkan.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium meliputi:
a. Morfologi sel darah
b. Laju endap darah
c. Tes faal hati
d. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum
atau plasma
e. Pemeriksaan sitologik
f. Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan
yang keluar spontan dari putting payudar, cairan kista atau cairan
yang keluar dari ekskoriasi
2. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi
secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk
mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada
tahap awal. Mammografi pada masa menopause kurang bermanfaat
karean gambaran kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak.
3. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat
pada mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor
sulit dengan kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
4. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae
atau mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas
karena peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang
lebih tinggi.
5. Xerodiography

7
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara
pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan
peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
6. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau
ganas, dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa
definitif terhadap massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan
dan seleksi terapi.
7. CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada
organ lain
8. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada
peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.
G. Penatalaksanaan Medis
1. Pembedahan
a. Mastectomy radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai
otot pectoralis mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak
diangkat namun otot pectoralis minor bisa jadi diangkat atau
tidak diangkat.
b. Mastectomy total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan
lapisan otot pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak
disayat dan lapisan otot dinding dada tidak diangkat.
c. Lumpectomy/tumor
Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak
turut diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm
jaringan payudara normal yang berada di sekitar tumor
tersebut.
d. Wide excision/mastektomy parsial.
Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal.

8
e. Ouadranectomy.
Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan
otot pectoralis mayor.
2. Radiotherapy
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak
jarang pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping:
kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi
pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorokan.
3. Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar
dalam aliran darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang
nafsu makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.
4. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang
sudah bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral
oophorectomy. Dapat juga digabung dengan therapi endokrin
lainnya.
H. Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya
benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi.
Sebelum menstruasi, payudara agak membengkak sehingga menyulitkan
pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :
1. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada
payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak
terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat
keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat
kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah
pergi ke dokter.
2. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua
payudara.

9
3. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa
lagi.
4. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang
kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri
dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada
payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau
pembengkakan pada ketiak kiri.
5. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya
kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa
kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras
dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya).
Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah
pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan
untuk sembuh secara sempurna. Lakukan hal yang sama untuk
payudara dan ketiak kanan
I. Discharge planning
1. Terapi non bedah: penyinaran, kemoterapi, terapi hormone dan
endokrin
2. Lakukan pemeliharaan kulit/diri dengan benar (menggunakan sabun
ringan dengan penggosokan minimal, hindari sabun berparfum atau
berdeodoran, gunakan lotion hidrofilik untuk kekeringan, gunakan
sabun aveno jika terjadi pruritus, dan hindari pakaian yang ketat,
kutang dengan kawat penyangga, dan suhu yang berlebihan atau
cahaya ultraviolet.
3. Hindari mencuci rambut setiap hari dan gunakan sampo ringan untuk
mengihindari kerontokan
4. Biarkan rambutmongeringsecara ajami danjangan menyikatrambut
5. Konsultasikan dengan dokter untuk pemakaian terapi hormonal
6. Makan makanan yang bergizi sihingga dapat meningkatkan
kekebaiantubuh
7. Istirahatcukup dan olahraga secara teratur

10
8. Jika menginginkan kehamijan konsultasikan dengan dokter karena
kebanyakan diminta menunggu selama 2 tahun
9. Sadari .Tata cara sadari (periksa payudara sendiri)
a. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan
pada payudara, Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya
juga tidak terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah
terdapat keriputj lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila
terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting
susu, segeralah pergi ke dokter.
b. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali
kedua payudara. Kemudian bungkukkan badan hingga payudara
tergantung ke bawah, & periksa lagi.
c. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang
kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara
kiri dengan telapak jari- jari kanan. Periksalah apakah ada
benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada
benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.
d. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada urnumnya
ketenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan
terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan
terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan
dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjoian sebesar 1 cm
atau lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin dini penanganan,
semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna.
Rekomendasi American Cancer Sociaty (2001) untuk deteksi dini
kanker
J. Asuhan Keperawatan Ca Mammae
a. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Sekarang

2. Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya


benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna
merah dan mengeras, bengkak dan nyeri.

11
3. Riwayat Kesehatan Dahulu

4. Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada


mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami
sakit pada bagian dada sehingga pernah mendapatkan
penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap penyakit
kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

6. Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh


pada kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun
keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti
kanker ovarium atau kanker serviks.

7. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala


umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior
dan oksipital dibagian posterior.

b. Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering,


tidak terlalu berminyak.

c. Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi


mata. Mata anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.

d. Telinga : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada


tanda-tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi
pendengaran.

e. Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan


nyeri tekan.

f. Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.

g. Leher : biasanya terjadi pembesaran KGB.

h. Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange,


dumpling, ulserasi atau tanda-tanda radang.

12
i. Hepar : biasanya tidak ada pembesaran hepar.

j. Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.

b. Diagnosa
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pembedahan, mis; anoreksia
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan
bedah jaringan
4. Ansietas berhubungan dengan diagnosa, pengobatan, dan
prognosanya .
5. Kurang pengetahuan tentang Kanker mammae berhubungan
dengan kurang pemajanan informasi
6. Gangguan body image berhubungan dengan kehilangan bagian
dan fungsi tubuh
7. Potensial disfungsi seksual berhubungan dengan kehilangan
bagian tubuh, perubahan dalam citra diri

13
c. Intervensi

DIAGNOSA KEP. NOC NIC

Nutrisi kurang dari NOC : NIC :


kebutuhan tubuh v Nutritional Status : food Nutrition Management
berhubungan dengan and Fluid Intake § Kaji adanya alergi makanan
pembedahan, mis; anoreksia Kriteria Hasil : § Kolaborasi dengan ahli gizi
v Adanya peningkatan berat untuk menentukan jumlah
badan sesuai dengan tujuan kalori dan nutrisi yang
v Berat badan ideal sesuai dibutuhkan pasien.
dengan tinggi badan § Anjurkan pasien untuk
v Mampu mengidentifikasi meningkatkan intake Fe
kebutuhan nutrisi § Anjurkan pasien untuk
v Tidak ada tanda tanda meningkatkan protein dan
malnutrisi vitamin C
v Tidak terjadi penurunan § Berikan substansi gula
berat badan yang berarti § Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
§ Berikan makanan yang
terpilih ( sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
§ Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
§ Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
§ Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
§ Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring

14
§ BB pasien dalam batas
normal
§ Monitor adanya penurunan
berat badan
§ Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
§ Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
§ Monitor lingkungan selama
makan
§ Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
§ Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
§ Monitor turgor kulit
§ Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
§ Monitor mual dan muntah
§ Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
§ Monitor makanan kesukaan
§ Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
§ Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
§ Monitor kalori dan intake
nuntrisi
§ Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
§ Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :

15
dengan proses pembedahan v Pain Level, Pain Management
v Pain control, § Lakukan pengkajian nyeri
v Comfort level secara komprehensif termasuk
Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik, durasi,
v Mampu mengontrol nyeri frekuensi, kualitas dan faktor
(tahu penyebab nyeri, presipitasi
mampu menggunakan § Observasi reaksi nonverbal
tehnik nonfarmakologi dari ketidaknyamanan
untuk mengurangi nyeri, § Gunakan teknik komunikasi
mencari bantuan) terapeutik untuk mengetahui
v Melaporkan bahwa nyeri pengalaman nyeri pasien
berkurang dengan § Kaji kultur yang
menggunakan manajemen mempengaruhi respon nyeri
nyeri § Evaluasi pengalaman nyeri
v Mampu mengenali nyeri masa lampau
(skala, intensitas, frekuensi § Evaluasi bersama pasien dan
dan tanda nyeri) tim kesehatan lain tentang
v Menyatakan rasa nyaman ketidakefektifan kontrol nyeri
setelah nyeri berkurang masa lampau
v Tanda vital § Bantu pasien dan keluarga
dalam rentang normal untuk mencari dan menemukan
dukungan
§ Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
§ Kurangi faktor presipitasi
nyeri
§ Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi
dan inter personal)
§ Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
§ Ajarkan tentang teknik non

16
farmakologi
§ Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
§ Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
§ Tingkatkan istirahat
§ Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
§ Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration
§ Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
§ Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
§ Cek riwayat alergi
§ Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
§ Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
§ Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
§ Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
§ Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian

17
analgesik pertama kali
§ Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri hebat
§ Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
Kerusakan integritas kulit NOC : Tissue Integrity : NIC : Pressure Management
berhubungan dengan Skin and Mucous Anjurkan pasien untuk
pengangkatan bedah Membranes menggunakan pakaian yang
jaringan Kriteria Hasil : longgar
v Integritas kulit yang baik Hindari kerutan padaa tempat
bisa dipertahankan (sensasi, tidur
elastisitas, temperatur, Jaga kebersihan kulit agar tetap
hidrasi, pigmentasi) bersih dan kering
v Tidak ada luka/lesi pada Mobilisasi pasien (ubah posisi
kulit pasien) setiap dua jam sekali
v Perfusi jaringan baik Monitor kulit akan adanya
v Menunjukkan kemerahan
pemahaman dalam proses Oleskan lotion atau
perbaikan kulit dan minyak/baby oil pada derah
mencegah terjadinya sedera yang tertekan
berulang Monitor aktivitas dan
v Mampu melindungi kulit mobilisasi pasien
dan mempertahankan Monitor status nutrisi pasien
kelembaban kulit dan
perawatan alami
Ansietas berhubungan NOC : NIC :
dengan diagnosa, v Anxiety control Anxiety Reduction
pengobatan, dan v Coping (penurunan kecemasan)
prognosanya . Kriteria Hasil : · Gunakan pendekatan
v Klien mampu yang menenangkan
mengidentifikasi dan · Nyatakan dengan jelas
mengungkapkan gejala harapan terhadap pelaku pasien
cemas · Jelaskan semua prosedur
v Mengidentifikasi, dan apa yang dirasakan selama

18
mengungkapkan dan prosedur
menunjukkan tehnik untuk · Temani pasien untuk
mengontol cemas memberikan keamanan dan
v Vital sign dalam batas mengurangi takut
normal · Berikan informasi
v Postur tubuh, ekspresi faktual mengenai diagnosis,
wajah, bahasa tubuh dan tindakan prognosis
tingkat aktivitas · Dorong keluarga untuk
menunjukkan berkurangnya menemani anak
kecemasan · Lakukan back / neck rub
· Dengarkan dengan
penuh perhatian
· Identifikasi tingkat
kecemasan
· Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
· Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
· Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
· Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
Kurang pengetahuan tentang NOC : Teaching : Dissease Process
penyakit, v Kowlwdge : disease- Kaji tingkat pengetahuan klien
perawatan,pengobatan process dan keluarga tentang proses
kurang paparan terhadap v Kowledge : health penyakit
informasi Behavior -Jelaskan tentang patofisiologi
Kriteria Hasil : penyakit, tanda dan gejala serta
v Pasien dan keluarga penyebabnya
menyatakan pemahaman-Sediakan informasi tentang
tentang penyakit, kondisi, kondisi klien
prognosis dan program-Berikan informasi tentang
pengobatan perkembangan klien

19
v Pasien dan keluarga-Diskusikan perubahan gaya hidup
mampu melaksanakan yang mungkin diperlukan
prosedur yang dijelaskan untuk mencegah komplikasi di
secara benar masa yang akan datang dan
v Pasien dan keluarga atau kontrol proses penyakit
mampu menjelaskan-Jelaskan alasan dilaksanakannya
kembali apa yang dijelaskan tindakan atau terapi
perawat/tim kesehatan-Gambarkan komplikasi yang
lainnya mungkin terjadi
-Anjurkan klien untuk mencegah
efek samping dari penyakit
-Gali sumber-sumber atau
dukungan yang ada
-Anjurkan klien untuk melaporkan
tanda dan gejala yang muncul
pada petugas kesehatan
Gangguan body image 1) Klien tidak malu Diskusikan dengan klien
berhubungan dengan dengan keadaan dirinya. atau orang terdekat respon
kehilangan bagian dan 2) Klien dapat menerima klien terhadap penyakitnya.
fungsi tubuh efek pembedahan. Rasional : membantu dalam
memastikan masalah untuk
memulai proses pemecahan
masalah
Tinjau ulang efek
pembedahan
Rasional : bimbingan antisipasi
dapat membantu pasien
memulai proses adaptasi.
Berikan dukungan emosi
klien.
Rasional : klien bisa menerima
keadaan dirinya.
Anjurkan keluarga klien
untuk selalu mendampingi
klien.

20
Rasional : klien dapat merasa
masih ada orang yang
memperhatikannya.

21
BAB III
GAMBARAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. SS Umur : 54 tahun
Tanggal lahir : 07-12-1963 Jenis kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Dari/rujukan : Datang sendiri
Tanggal pengkajian : 19-11-2018 Nomor medical : 99.99.17
Diagnose medic : Ca Mamae
Pengkajian pre op
A. Keluhan utama
Pasien mengeluhkan nyeri pada payudara sebelah kanan
B. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien masuk ke Rumah sakit dengan Ca Mamae, pasien saat ini akan di
dilakukan pembedahan dengan tindakan Radikal mastektomy. Pasien tidak
mengalami penurunan kesadaran dan GCS 15.
C. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah operasi batu ginjal pada bulan maret 2019 lalu
D. Riwayat kesehatan keluarga
Ayah klien memiliki riwayat hipertensi dan saudara kandung nomor dua
riwayat DM
E. Pemeriksaan fisik
1. Kesadaran/GCS
Koposmentis/ E: 4 V: 5 M: 6 = 15
2. Tanda-tanda vital
TD : 137/87 mmHg
N : 103 x/i
S : 370C
RR : 20 x/i
3. Kepala
a. Rambut : rambut pasien tampak lebat hitam dan panjang
b. Mata : alis mata dan bulu mata terdistribusi dengan baik

22
c. Hidung : tidak terpasang alat bantu napas, tidak terpasang NGT,
tidak ada perdarahan, jalan napas paten
d. Mulut : tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada gangguan
menelan, pergerakan lidah baik
e. Telinga : tidak ada perdarahan pada telinga, tidak ada gangguan
pendengaran, tidak menggunakan alat pendengaran, kemampuan
mendengar baik
4. Leher
Tidak terpasang trakeostomi, tidak ada pembengkakan pada leher, dan
tidak ada jejas atau massa
5. Dada
Inspeksi : terdapat ca pada payudara sebelah kanan, belum pecah.
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi : suara nafas vesikuler, terdengar suara S1 dan S2 dan tidak
ada suara tambahan pada jantung
6. Tangan
Tidak ada fraktur, tidak ada luka atau jejas, akral teraba hangat, CRT < 3
detik
7. Abdomen
Inspeksi : warna kulit tampak putih, ada bekas luka pembedahan pada
samping kanan abdomen
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : terdengar redup pada hepar, terdengar timpani pada lambung
Auskultasi : bising usus 8 x/i
8. Genitalia
Pasien tidak ada terpasang kateter
9. Kaki
Tidak ada fraktur, tidak ada luka atau jejas
10. Punggung
Tidak ada decubitus pada punggung, tidak ada lesi

23
Pengkajian Intra op
Pasien dilakukan tindakan radikal mastektomi dengan anastesi umum via
intubasi dengan status ASA 3, posisi pasien saat dilakukan tindakan adalah
terlentang, TD 116/70 mmHg, HR 75 x/i, pasien terpasang ett non king king
nomor 6,5 oral, OPA nomor 9, terpasang ventilator, operasi berlangsung kurang
lebih 2 jam, operasi radikal mastektomi berhasil dilakukan dan pasien terpasang
selang drain 2 buah.
Pengkajian post op
A. Keluhan utama
- Pasien mengatakan pusing
B. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien saat ini pasca post op mastektomi payudara sebelah kanan.
C. Riwayat kesehatan dahulu
-
D. Riwayat kesehatan keluarga
-
E. Pemeriksaan fisik
1. Aldrete Score 9
2. Tanda-tanda vital
TD : 170/84 mmHg
HR : 92 x/i
S : 35,50C
RR : 20 x/i
3. Kepala
f. Rambut : rambut pasien tampak lebat hitam dan panjang
g. Mata : alis dan bulu mata terdistribusi dengan baik
h. Hidung : terpasang NRM 9 L, tidak ada perdarahan
i. Mulut : tidak menggunakan gigi palsu
j. Telinga : tidak ada perdarahan pada telinga, tidak menggunakan
alat pendengaran
4. Leher

24
Tidak terpasang trakeostomi, tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada jejas
pada leher, trakea simetris
5. Dada
Inspeksi : luka post op mastektomi sebelah kanan
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
6. Tangan
Tidak ada fraktur, tidak ada luka atau jejas, akral teraba hangat, CRT < 3
detik
7. Abdomen
Inspeksi : kulit berwarna putih, tidak ada lesi
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
8. Genitalia
Pasien tidak terpasang terpasang kateter
9. Kaki
Tidak ada fraktur, tidak ada luka atau jejas,
10. Punggung
Tidak ada decubitus pada punggung, tidak ada lesi

F. Hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostic


1. Radiologi 03 November 2018
X- foto torax :
Cor : besar dan bentuk normal
Pulmo : corakan bronkovaskular normal
Infiltrat (-)
Tidak tampak gambaran coin lesion.
Diafragma dan sinus kostofrenikus normal.
Kesan:
Cor : dalam batas normal

25
Pulmo : tidak tampak metastase
G. Medikasi obat-obatan yang diberikan saat ini
H. Analisa data
Data Etiologi Masalah keperawatan
Pre op Ds : Nyeri
- Pasien
mengeluhkan nyeri
pada payudara
sebelah kanan
- Pasien mengatakan
nyeri seperti
ditusuk-tusuk
jarum
Do :
- Pasien tampak
meringis
- Skala nyeri 5
- TD : 137/87
- N : 103 x/i
- RR : 20 x/i
- S : 36,5 0C
Intra op Ds : Resiko perdarahan
-
Do :
- TD 116/170
mmHg
- HR 75 x/i
- Pasien dilakukan
pembedahan
mastektomi
Post op Ds : Hipotermi
-

26
Do:
- S: 35,5C
- Pasien terpasang
blanket warm

I. Diagnosa keperawatan
Pre op
1. Nyeri b.d agen injury
Intra op
1. Resiko perdarahan
Post op
1. Hipotermi b.d paparan lingkungan yang dingin
J. Intervensi
Diagnosa NOC NIC
Pre Nyeri b.d agen Tujuan : setelah 1. Pertahankan posisi
op injury dilakukan tindakan atau immobilisasi
keperawatan, klien pada bagian yang
mampu menunjukkan terkait.
adanya penurunan rasa 2. Monitor dan kaji
nyeri. karakteristik dan
Kriteria hasil : lokasi nyeri.
- wajah dan ekspresi 3. Ajarkan pada klien
tenang beberapa teknik
- tidak gelisah relaksasi napas dalam
- frekuensi nadi normal 4. Observasi TTV dan
(60 80 x/menit) keluhan nyeri.
Post Hipotermi b.d Termoregulasi Regulasi Temperatur
op paparan - Suhu tubuh dalam 1. Monitor TD, nadi,
lingkungan yang rentang normal dan RR
dingin - Nadi dan RR dalam 2. Selimuti pasien
rentang normal untuk mencegah
hilangnya

27
kehangatan tubuh
3. Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
4. Rencanakan
monitoring suhu
secara kontinyu

K. Implementasi
Hari/tgl/ Diagnosa Implementasi SOAP T
jam t
d
Senin,
P Nyeri b.d 1. Memonitor dan S : pasien fadhli
19-11-
r agen injury mengkaji mengatakan
2018/09:
e karakteristik dan nyeri sedikit
00 WIB lokasi nyeri berkurang
o - Nyeri pada O :
p payudara - Skala nyeri
- Nyeri skala 5 5
2. Mengajarkan pada - TD 137/87
klien teknik mmHg
relaksasi napas - HR 103 x/i
dalam - 20 x/i
- Memberi A : Masalah
contoh dengan belum teratasi
menarik napas P : Pasien akan
dalam dilakukan
menghembuska tindakan

28
n perlahan mastektomi
melalui mulut
- Pasien menarik
napas dalam
kemudian
menghembuska
n perlahan dari
mulut
3. Observasi TTV
dan keluhan nyeri
- TD 137/87
mmHg
- HR 103 x/i
- 20 x/i
Senin
P Hipotermi 1. Memonitor suhu S : - fadhli
19-11-
o b.d paparan pasien O:
2018/12:
s lingkungan 2. Memberikan - Suhu
30 WIB
t yang dingin pasien blanket 37,80C
warm agar pasien - Kulit
o tidak hipotermi teraba
p hangat
A : masalah
teratasi
P : pasien
pindah ruang
rawat inap

29
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Perbandingan Askep Teori dan Kasus


1. Pengkajian
Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya penulis melaksanakan
asuhan keperawatan. Dengan menerapkan proses keperawatan dimana
pengkajian dilaksanakan pada hari ke 1 pasien masuk ke ruang operasi. Untuk
mendapatkan data yang menunjang baik secara objektif maupun subyektif,
penulis melakukan wawancara dengan klien, pemeriksaan fisik, mempelajari
catatan keperawatan, catatan medis dan hasil pemeriksaan penunjang pada
saat dilakukan pengkajian penulis tidak menemukan adanya kesenjangan atau
perbedaan antara tinjauan teori dengan kasus yang ada.
2. Diagnosa Keperawatan
Penulis menegakkan 3 Diagnosa yang timbul pada kasus yaitu:
b. Nyeri b.d agen injury
c. Resiko perdarahan
d. Hipotermi b.d paparan lingkungan yang dingin
3. Intervensi Keperawatan
Pada perencanaan tindakan keperawatan pada Ny. SS menggunakan
prioritas masalah dengan mempertimbangkan dasar-dasar kebutuhan
manusia untuk menyelesaikan 1 diagnosa yang di tegakan. Dalam
menetapkan rencana asuhan keperawatan penulis berusaha
menjalankannya secara sistematis, berkesinambungan dan efisien.
Penulis juga berusaha agar perencanaan ini dapat mencapai tujuan
asuhan keperawatan yang dibuat sesuai dengan prioritas masalah dan
dapat mengatasi diagnosa keperawatan yang ditetapkan.
4. Implementasi
Dalam tahap implementasi, penulis bekerjasama klien, perawat ruangan
dan tim kesehatan sesuai prioritas masalah dan kondisi klien.
a. Intervensi yang dilakukan pada diagnosa Nyeri b.d agen injury
adalah Pertahankan posisi atau immobilisasi pada bagian yang

30
terkait, Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri, Ajarkan pada
klien beberapa teknik relaksasi napas dalam, Observasi TTV dan
keluhan nyeri.
b. Intervensi yang dilakukan pada diagnosa Hipotermi b.d paparan
lingkungan yang dingin Monitor TD, nadi, dan RR , Selimuti pasien
untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh, Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan yang diperlukan, Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu

5. Evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi proses dan evaluasi hasil pada klien
dilaksanakan pada saat sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan.

31
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara
yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk
benjolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau
terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian
tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak
ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di
tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005, hal : 39-40)
Suatu keadaan di mana sel kehilangan kemampuannya dalam
mengendalikan kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya.Normalnya,
sel yang mati sama dengan jumlah sel yang tumbuh. Apabila sel tersebut
sudah mengalami malignansi/ keganasan atau bersifat kanker maka sel
tersebut terus menerus membelah tanpa memperhatikan kebutuhan,
sehingga membentuk tumor atau berkembang “tumbuh baru” tetapi tidak
semua yang tumbuh baru itu bersifat karsinogen. (Daniele gale 1996).

B. Saran
Dari kesimpulan di atas penulis dapat sedikit memberi saran
kepada beberapa pihak agar kualitas pelayanan kesehatan Indonesia
semakin meningkat, diantaranya sebagai berikut:
a. Keluarga klien
Keluarga klien diharapkan dapat memberikan perawatan dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari anggota keluarga dengan masalah Ca
mammae serta mampu menjaga mulai dari pola makan, sampai pola
aktivitas sehingga anggota keluarga lain terhindar dari penyakit ca
mammae.
b. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep dan
memberikan Asuhan Keperawatan pasien dengan ca mammae.

32
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Aziz H, 2007. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika
Bylander, A., dkk. 2007. Journal of Children Microbiology
Djaafar, Z.A., Helmi, Restuti, R.D., 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Revai, R, et al. 2007. Incidence of Acute Otitis Media and Sinusitis Complicating
Upper Respiratory Tract Infection. Journal of The American Academy
Pediatrics
Rahajoe, N. 2012. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: Balai Penerbit IDAI

33

Anda mungkin juga menyukai