Oleh :
MALANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai sekarang belum ada kesepakatan tentang definisi asma yang dapat diterima
semua ahli. Definisi yang banyak dianut saat ini adalah yang dikemukakan oleh The American
Thoracic Society yaitu asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakhea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang
luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan.
Asma adalah penyakit paru yang heterogen dengan obstruksi saluran pernapasan yang sembuh
sebagian atau total, spontan atau dengan terapi. Serangan umumnya singkat, walaupun jarang,
asma dapat berakibat fatal. Secara tradisional asma dapat diklasifikasikan dua kelompok yaitu
alergi ( ekstrinsik ) dan idiosinkrasi (intrinsik). Asma ekstrinsik merupakan asma yang dipicu oleh
alergen atau mediator IgE. Umumnya terdapat pada orang dan atau riwayat keluarga dengan
penyakit alergi. Sedangkan asma intrinsik jika tidak ditemukan alergen spesifik sebagai
pemicunya, dan terdapat pada pasien tanpa riwayat alergi dalam keluarganya
Prevalensi asma terjadi pada 4-8% populasi umum. Pada kehamilan prevalensinya 1-4%.
Di Indonesia prevalensi asma berkisar 5-7 %. Kepustakaan lain menyatakan asma berpengaruh
pada 1-9% wanita atau pada 200.000 - 376.000 kehamilan di Amerika setiap tahunnya. Rata - rata
morbiditas dan mortalitas pada wanita hamil sebanding dengan populasi umum. Rata - rata
mobilitas asma di Amerika adalah 2,1 per 100.000.
Asma bronkial merupakan salah satu penyakit saluran napas yang sering dijumpai
kehamilan dan persalinan. Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya serangan asma selalu sama
terhadap setiap penderita, bahkan pada seorang penderita asma, serangan tidak sama pada
kehamilan pertama dan berikutnya. Penyakit ini menimbulkan yang serius pada wanita hamil.
Asma yang tidak terkontrol dengan baik, dapat berpengaruh terhadap ibu dan janin.
Terdapat risiko yang jelas baik pada ibu maupun janin, bila gejala asma memburuk. Pada
penelitian menyatakan asma dihubungkan dengan meningkatnya kematian perinatal dua kali lipat.
Selain itu juga meningkatkan risiko komplikasi berupa hiperemesis, preeklampsia, dan perdarahan
pada pasien yang mengidap asma, begitupula halnya terjadi peningkatan angka kematian neonatal
dan persalinan prematur. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya penanganan aktif pasien hamil
untuk menghindari eksaserbasi akut asma bronkhial.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Laporan Pendahuluan Asma Bronkial pada Ibu hamil ?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Asma Bronkial pada Ibu hamil ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Laporan Pendahuluan Asma Bronkial pada Ibu hamil ?
2. Mengetahui Asuhan Keperawatan Asma Bronkial pada Ibu hamil ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
1. Asma bronchial merupakan penyakit pernapasan akut,yang disebabkan oleh allergen, oleh
perubahan mencolok pada suhu lingkungan atau oleh ketegangan emosi. Pada banyak kasus,
penyebab actual mungkin diketahui. Suatu riwayat alergi dalam keluarga dimiliki oleh sekitar
50 % individu dengan asma. Sebagai respons reaktivitas terhadap stimulus, jalan napas
menyempit, sehingga mempersulit pernafasan. Manifestasi klinisnya adalah mengi pada
ekspirasi, batuk, sputum yang kental dan dispneu.
2. Penyakit asma pada kehamilan kadang-kadang berat atau malah berkurang. Dalam batas wajar
penyakit asma yang berat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim melalui gangguan pertukaran gas oksigen dan carbondioksida. Pengawasan hamil dan
pertolongan persalinan dapat dilakukan dengan operasi.
3. Asma bronkial merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan yang sering dijumpai pada
kehamilan, mempengaruhi 1-4% wanita hamil. Pengaruh keamilan terhadap timbulnya asma
tidak selalu sama pada setiap penderita, bahkan pada seorang penderita asma serangannya
tidak selalu sama pada kehamilan pertama dan berikutnya. Kurag dari 1/3 penderita asma
kurang membaik dalam kehamilan lebih dari 1/3 akan menetap, kurang 1/3 lagi akan
bertambah buruk pada serangan bertambah berat. Biasanya serangan akan timbul pada usia
24-26 minggu dan pada akhir kehamilan jarang terjadi.
4. Asma Bronchial adalah suatu gangguan pada saluran bronchial dengan ciri bronkospasme
periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma merupakan penyakit kompleks yang
diakibatkan oleh faktor biokimia, endokrin, infeksi, otonomik dan psikologi. (Irman Somantri,
2008 : 43)
B. Etiologi
Sampai saat ini patogenesis maupun etiologi asma belum diketahui dengan pasti. Berbagai
teori tentang patogenesis telah diajukan, tetapi yang paling disepakati oleh para ahli adalah yang
berdasarkan gangguan saraf autonom dan sistem imun.
Asma saat ini dipandang sebagai penyakit inflamasi saluran napas. Adanya inflamasi
hiperaktivitas saluran napas dijumpai pada asma baik pada asma alergi maupun non-alergi. Oleh
karena itu dikenal dua jalur untuk mencapai keadaan tersebut. Jalur imunologi utama didominasi
oleh IgE dan jalur saraf otonom. Pada jalur IgE , masuknya allergen kedalam tubuh akan diolah
oleh APC (Antigen Presenting Cells), untuk selanjutnya hasil olahan alergen akan
dikomunikasikan kepada sel T helper (T penolong). Sel ini akan memberikan instruksi melalui
interleukin atau sitokin agar sel-sel plasma membentuk serta sel- sel radang lain seperti mastosit,
makrofag, sel epitel, eosinifil, neotrofil, trombosit, serta limfosit untuk mengeluarkan mediator-
mediator inflamasi seperti histamin prostaglandin (PG), leukotrin (LT), platelet activating factor
(PAF), bradikinin, tromboksin (TX) dan lain-lain akan mempengaruhi organ sasaran menyebabkan
peningkatan permeabilitas dinding vaskuler, edema saluran napas, infiltrasi sel-sel radang, sekresi
mukus, dan fibrosis sub epitel sehingga menimbulkan hiperreaktivitas saluran napas (HSN). Jalur
non- alergi selain merangsang sel inflamasi, juga merangsang sistem saraf otonom dengan hasil
akhir berupa inflamasi dan hiperreaktivitas saluran napas. Hiperreaktivitas saluran napas diduga
sebagian didapat sejak lahir. Berbagai keadaan dapat meningkatkan hiperreaktivitas saluran napas
yaitu : inflamasi saluran napas, kerusakan epitel, mekanisme neurologis, gangguan intrinsik, dan
obstruksi saluran napas.
Penyebab asma pada kehamilan antara lain :
1. Zat-zat alergi contohnya tepung, debu, bulu, dll.
2. Infeksi saluran pernapasan.
3. Pengaruh udara misalnya terlalu dingin, terlalu panas.
4. Factor psikis misalnya kelelahan, stress.
C. Patofisiologi
Pemeriksaan yang dilakukan oleh tim ahli asma kalifornia tahun 1983 pada 120 kasus
asma pada ibu hamil yang terkontrol baik, tedapat 90% dari penderita yag tidak pernah mendapat
serangan dalam persalinan, 2,2% menderita seragan ringan dan hanya 0,2% yang menderita asma
berat yang dapat diatasi dengan obat-obatan intravena. Pengaruh asma pada ibu hamil dan janin
sangat tergantung dari sering dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan
oksigen dan hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada janin
yang sering terjadi keguguran, persalinan premature dan berat janin tidak sesuai dengan usia
kehamilan atau gangguan perumbuhan janin.
Obstruksi saluran napas pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkus,
penyumbatan mukus, edema dan inflamasi dinding bronkus. Obstruksi bertambah berat selama
ekspirasi karena secara fisioiogis saluran napas menyempit pada fase tersebut. Hal ini
menyebabkan udara distal tempat terjadinya obstruksi terjebak tidak bisa diekspirasi. Selanjutnya
terjadi peningkatan volume residu, kapasitas residu fungsional (KRF), dan pasien akan bernapas
pada volume yang tinggi mendekati kapasitas paru total (KPT). Keadaan hiperinflasi ini bertujuan
agar saluran napas tetap terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar. Untuk mempertahankan
hiperinflasi ini diperlukan otot bantu napas.
Gangguan yang berupa obstruksi saluran napas dapat dinilai secara obyektif dengan VEP1
(Volume Ekspirasi Paksa detik pertama) atau APE (Arus Puncak Ekspirasi), sedang penurunan
KVP (Kapasitas Vital Paksa) menggambarkan derajat hiperinflasi paru. Penyempitan
saluran napas dapat terjadi, baik pada saluran napas besar, sedang maupun kecil. Gejala mengi
(wheezing) menandakan adanya penyempitan disaluran napas besar, sedangkan penyempitan pada
saluran napas kecil gejala batuk dan sesak lebih dominan dibanding mengi.
Perubahan fungsi paru pada kehamilan meliputi 20% karena peningkatan kebutuhan
oksigen dan metabolisme ibu, 40% peningkatan ventilasi semenit dan peningkatan tidal volume.
Terdapat sejumlah perubahan fisiologik dan struktural terhadap fungsi paru selama kehamilan.
Hiperemia, hipersekresi dan edema mukosa dan saluran pernapasan merupakan akibat dari
meningkatnya kadar estrogen. Pada uterus gravid terjadi peningkatan ukuran lingkar perut,
diafragma meninggi, dan semakin dalamnya sudut antar kosta. Wanita hamil mengalami
peningkatan tidal volume, volume residu, serta kapasitas residu fungsional, penurunan volume
balik ekspirasi, sementara kapasitas vital tidak berubah. Hiperventilasi alveolar terjadi bila PCO2
menurun dari 34-40 mmHg menjadi 27-34 mmHg, yang biasanya terlihat pada umur kehamilan
12 minggu. Seperti yang diperkirakan, frekuensi terjadinya serangan eksaserbasi asma puncaknya
pada umur kehamilan sekitar enam bulan, gejala yang berat biasanya terjadi antara umur
kehamilan 24 minggu - 36 minggu.
Jelasnya patofisiologi asma adalah sebagai berikut:
1. Kontraksi otot pada saluran napas meningkatkan resistensi jalan napas
2. Peningkatan sekresi mukosa dan obstruksi saluran napas
3. Hiperinflasi paru dengan peningkatan volume residu
4. Hiperaktivitas bronkial, yang diakibatkan oleh histamin, prostaglandin dan leukotrin.
Degranulasi sel mast menyebabkan terjadinya asma dengan cara pelepasan mediator
kimia, yang memicu peningkatan resistensi jalan napas dan spasme bronkus. Pada kasus kehamilan
alkalosis respiratori tidak bisa dipertahankan diawal berkurangnya ventilasi, dan terjadilah
asidosis. Akibat perubahan nilai gas darah arteri pada kehamilan (penurunan PCO2 dan
peningkatan pH). Pasien dengan perubahan nilai gas darah arteri secara signifikan merupakan
faktor risiko terjadinya hipoksemia maternal, hipoksia janin yang berkelanjutan. dan gagal napas.
D. Manifestasi Klinis
1. Tanda dan gejala utama asma adalah bunyi wheezing, dispnea, dan batuk.
2. Penggunaan otot bantu napas saat serangan.
3. Sputum dengan sedikit mucus.
4. Takikardi.
5. Berkeringat dingin.
6. Serangan berlangsung sekitar 70 menit sampai beberapa jam dan dapat hilang secara spontan.
7. Ronchi basah.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X dada
Hiperinflasi paru, mendatarnya diagfragma, peningakatan area udara retsosoternal, hasil
normal selama periode remisi.
2. Tes fungsi paru
3. Kapasitas inspirasi
4. GDA
PaO2 turun, PaCo2 meningkat.
5. Sputum
6. EKG dan tes stress.
F. Penatalaksanaan Medis
Panatalaksanaan pada penderita asma antara lain :
1. Mencegah adanya strees.
2. Menghindari factor pencetus yang sudah diketahui secara intensif.
3. Mencegah penggunaan aspirin karena dapat menimbulkan serangan.
4. Pada serangan ringan dapat digunakan obat inhalan.
5. Pada keadaan yang lebih berat penderita harus dirawat dan serangan dapat dihilangkan seperti
efinefrin/sc, oksigen, isoproerenol/Inhalasi, aminoplin/infuse, glukosa,Hidrokortison/ infuse
dektrose 10%.
Terapi asma bronchial memiliki dua tujuan : 1. Meredakan serangan yang akut dan 2.
Mencegah atau membatasi serangan yang dating. Pada semua individu yang menderita asma,
allergen yang diketahui harus dieliminasi dan suhu harus dipertahankan nyaman didalam rumah.
Infeksi pernafasan harus diobati dan inhalasi uap atau kabut diterapkan untuk
mengencerkan.lendir. terapi asma bronchial diberikan. Episode akut membutuhkan steroid,
aminofilin, oksigen, dan koreksi ketidakseimbangan cairan-elektrolit. Tindakan pencegahan
khusus untuk obstetric meliputi hal-hal berikut :
Jangan gunakan morfin dalam persalinan karena obat ini dapat menyebabkan bronkospasme.
Meperidin (Demerol) biasanya akan meredakan bronkospasme.
Hindari atau batasi penggunaan efedrin dan kortikosteroid (obat-obatan penekan) pada klien
dengan preeklamsi dan eklamsia.
Pilih kelahiran per vaginam serta penggunaan anestesi local atau anestesi regional setiap kali
ada kesempatan
H. Komplikasi
1. Hipoksia janin dan ibu.
2. Abortus.
3. Persalinan premature.
4. BBLR.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA IBU HAMIL DENGAN ASMA BRONKIAL
A. Pengkajian
1. Identitas klien.
a. Pengkajian mengenai nama, umur dan jenis kelamin perlu di kaji pada penyakit status
asthmatikus.
b. Alamat menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien berada, dapat mengetahui
kemungkinan faktor pencetus serangan asma.
c. Gangguan emosional yang timbul dalam keluarga atau lingkungan merupakan faktor pencetus
serangan asma
d. Gekerjaan, serta bangsa perlu juga digaji untuk mengetahui adanya pemaparan bahan alergen.
e. Hal lain yang perlu dikaji tentang : Tanggal MRS, Nomor Rekam Medik, dan Diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Pasien akan mengeluh sesak yang bertambah berat pada usia kehamilan 24-36 minggu.
3. Riwayat penyakit sekarang.
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan dengan keluhan, terutama sesak napas
yang hebat dan mendadak kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain yaitu : Wheezing,
Penggunaan otot bantu pernapasan, Kelelahan, gangguan kesadaran, Sianosis serta perubahan
tekanan darah. Perlu juga dikaji kondisi awal terjadinya serangan.
4. Riwayat penyakit dahulu.
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti infeksi saluran napas atas, sakit
tenggorokan, amandel, sinusitis, polip hidung. Riwayat serangan asma frekuensi, waktu, alergen-
alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk
meringankan gejala asma (Tjen Daniel, 1991)
5. Riwayat kesehatan keluarga.
Pada klien dengan serangan status asthmatikus perlu dikaji tentang riwayat penyakit asma atau
penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitifitas pada penyakit asma
ini lebih ditentukan oleh faktor genetik oleh lingkungan, (Hood Alsagaf, 1993)
6. Riwayat psikososial
Gangguan emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus bagi serangan asma baik
ganguan itu berasal dari rumah tangga, lingkungan sekitar sampai lingkungan kerja. Seorang yang
punya beban hidup yang berat berpotensial terjadi serangan asma. yatim piatu, ketidakharmonisan
hubungan dengan orang lain sampai ketakutan tidak bisa menjalankan peranan seperti semula,
(Antony Croket, 1997 dan Tjen Daniel, 1991).
D. Diagnosa Keperawatan
Intervensi Keperawatan
6. Hindari terhadap
pemajanan iritan. 6. Menghindari factor
penyebab asma
Resiko hipoksia Tujuan : mencegah 1. Observasi kondisi 1. Mengetahui tingkat
janin berhubungan terjadinya hipoksia janin ibu dan janin. kesehatan ibu dan janin
dengan suplai Kriteria Hasil :
oksigen inadekuat 1. Tidak terjadi gejala-gejala 2. Ringankan gejala- 2. Mengurangi gejala agar
asma gejala yang tidak jatuh pada kondisi
2. Menghindarkan factor timbul. yang lebih buruk
pencetus terjadinya asma
3. Perbaiki kondisi 3. Mempertahankan
ibu. kesehatan ibu
Evaluasi
Noer, Sjaifoellah. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid Kesatu. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
9. Jakarta : EGC.