Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan sangat penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, sebagai
petugas kesehatan khususnya perawat, memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan guna menunjang dalam memberikan pelayanan dengan
baik (Depkes, 2008). Perkembangan zaman saat ini, juga mempengaruhi gaya hidup
atau kebiasaan sehari-hari. Misalnya, kurang mengkonsumsi makanan berserat dalam
sehari-hari, diduga sebagai salah satu penyebab apendisitis (Sander, 2011).
Appendicitis adalah inflamasi appendiks vermiformis (kantong buntu di ujung
sekum). Sedangkan appendicitis akut adalah suatu keadaan darurat bedah yang paling
umum dijumpai pada anak (Sodikin, 2011). Apendicitis (umbai cacing) merpakan
perluasan sekum yang rata-rata panjangnya adalah 10 cm. Ujung apendiks dapat
terletak diberbagai lokasi, terutama di belakang sekum. Arteri apendisialis
mengalrkan darah ke apendiks dan merupakan cabang dari arteri ileokolika
(Gruendemann, 2006).
Apendicitis merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai faktor
pencetusnya, antara lain sumbatan lumen apendiks, hyperplasia jaringan limfoid,
tumor, apendiks, cacing askaris, erosi mukosa apendiks, pola makan serat rendah
mengakibatkan konstipasi serta menimbulkan apendisitis. World Hearth Organization
(WHO) menyatakan angka kematian akibat apendisitis di dunia adalah 0,2-0,8%.
Kejadian apendisitis di Indonesia menurut data yang dirilis oleh Kementrian
Kesehatan RI pada tahun 2009 sebesar 596.132 orang dengan persentase 3,36% dan
meningkat pada tahun 2010 menjadi 621.435 orang dengan persentase 3,53%.
Apendisitis merupakan penyakit tidak menular yang tertinggi kedua di Indonesia pada
rawat inap di rumah sakit pada tahun 2009 dan 2010.
Apendisitis dapat dikenal sebagai kondisi menyakitkan yang memiliki 50,1% skor
nyeri konsisten dengan sakit parah dan nyeri sedangan dengan skor 40,9%, dalam
nyeri sedang sampai berat pada usus buntu manajemen optimal adalah memberikan
analgetik (Robb, 2016).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri
adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri
terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan
diagnostik atau pengobatan (...). Terdapat dua bentuk nyeri yang secara umum
diketahui, yaitu nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut merupakan pengalaman
sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
aktual atau potenial atau yang digambarkan sebagai kerusakan (Intrernational
Association fot the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas
ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi. Sedangkan
nyeri kronis didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional tidak
menyenangkan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan
sebagai suatu kerusakan (International Association for the Study of Pain); awitan yang
tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga berat, terjadi konstan atau
berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung lebih
dari (>3) bulan (Nanda, 2015).
Penyakit apendisitis ini dimulai dari rasa nyeri pada abdomen, rasa nyeri akan
hilang apabila pasien buang angin maupun ada pergerakan rasa nyeri berawal di
epigastrium atau di daerah periumbilial kemudian berpindah di bagian kuadran kanan
bawah. Apendisitis dapat disebabkan dari benda asing, penyempitan, penyumbatan
lumen apendiks oleh peradangan atau neoplasma dari penyumbatan itu menyebabkan
mucus yang diproduksi semakin lama semakin banyak seperti bendungan.
Keterbatasan elastisitas dinding apendiks menyebabkan meningkatnya tekanan dan
appendisitis akut terjadi dengan nyeri yang dirasakan (Librianty, 2015). Data
penunjang apendisitis yaitu leukositosis naik dan disertai demam, lokasi nyeri
apendisitis di daerah kuadran kanan bawah, apabila melibatkan peritoniumregio. USG
abdomen untuk mengetahui indikasi penyebab organik maka USG abdomen
diperlukan (Rani, 2011).
Gejala klinis appendisitis biasanya adanya rasa nyeri dan tegangnya otot pada
bagian umbilikus yang menjalar bagian bawah kanan (Manuaba, 2007). Biasanya
pasien juga merasakan mual, muntah dan terdapat nyeri tekan pada bagian
periumbilikal, rasa sakit akan bertambah apabila pasien terlambat ditangani serta usus
dapat menjadi bengkan, busuk dan pecah (Wasis dan Yuli, 2008).
Dampak nyeri pada pasien post operasi akan meningkat dan mempengaruhi
penyembuhan nyeri. Kontrol nyeri yang penting setelah operasi, nyeri yang dapat
dibebaskan mengurangi kecemasan, pernafasan yang lebih mudah dan dalam, dan
mobilitas dengan cepat. Pengkajian nyeri dan obat analgesik dapat mengurangi nyeri
yang dirasakan (Faridah, 2015).
Dari permasalahan diatas, maka penulis memilih judul Asuhan Keperawatan pada
klien post op appendicitis dengan gangguan rasa nyeri akut.
1.2 Batasan Masalah
Masalah pada kasus ini dibatasi pada “Asuhan Keperawatan Pada Klien Post
Operasi Appendicitis dengan Gangguan Rasa Nyeri Akut di Ruang Diponegoro
RSUD Kanjuruhan.”
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam kasus ini adalah :
Bagaimana “Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Appendicitis dengan
Gangguan Rasa Nyeri Akut di Ruang Diponegoro RSUD Kanjuruhan.”
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Melakukan “Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi
Appendicitis dengan Gangguan Rasa Nyeri Akut di Ruang Diponegoro RSUD
Kanjuruhan.”
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian
2. Melakukan diagnosa
3. Melakukan intervensi
4. Melakukan implementasi
5. Melakukan evaluasi
1.5 Manfaat Penelitian

BAB 2

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi
2.2

2.3

2.4

Anda mungkin juga menyukai