Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial-spiritual yang unik dan


menerapkan sistem terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk
mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh
setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini
disebut sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam
mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungan. Klien masuk ke Rumah Sakit
dan dirawat mengalami stress fisik dan mental baik dari diri sendiri, keluarga,
maupun lingkungan. Pada Hieraki dalam kebutuhan Maslow dinyatakan bahwa
tingkat yang paling tinggi dalam kebutuhan manusia adalah tercapainya aktualisasi
diri. Untuk mencapai aktualisasi diri diperlukan konsep diri yang sehat.

Adapun pengertian dari konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai
yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri
berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya
dengan orang lain. Konsep diri terdiri dari beberapa komponen yaitu gambaran diri,
ideal diri, haraga diri, penampilan peran dan identitas. Tanda dan gejala seseorang
dengan gangguan konsep diri yaitu cenderung kurang percaya diri, malu
memandang dirinya sendiri, menganggap dirinya kurang berharga dan cenderung
menarik diri dari kontak sosial. Bila hal tersebut tidak segera ditangani akan
berdampak yang sangat negatif, seperti malas melakukan aktifitas perawatan diri,
resiko mencederai diri bahkan perilaku bunuh diri.

Melihat dampak yang diakibatkan sangat berbahaya, maka dalam hal ini dibutuhkan
peran perawat baik sebagai pendidik dan pelaksana dalam memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif dan berorientasi pada kebutuhan bio-psiko-sosial-
spiritual. Dalam fungsinya perawat juga berorientasi sebagai team kesehatan serta
mampu menempatkan keluarga klien sebagai support system dalam mencapai
tujuan yang maksimal.

1
Berdasarkan hal di atas maka kelompok tertarik untuk mengangkat kasus fiktif yaitu
”Asuhan Keperawatan pada Tn. T. dengan Gangguan Konsep Diri: Peran di Ruang
1 RSUP Fatmawati” sebagai judul makalah kelompok.

B. Tujuan penulisan

Tujuan Umum

1. Agar mahasiswa mampu memahami gangguan konsep diri: peran.


2. Tujuan Khusus

Diharapkam mahasiswa mampu :

a. Memahami konsep dasar psikososial


b. Menjelaskan pengkajian keperawatan pada klien dengan gangguan
kebutuhan psikososial
c. Menjelaskan diagnosa keperawatan dengan kebutuhan psikososial
d. Menjelaskan perencanaan keperawatan dengan kebutuhan psikososial
e. Menjelaskan intervensi keperawatan dengan kebutuhan psikososial
f. Menjelaskan evaluasi keperawatan dengan kebutuhan psikososial
C. Metode penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Metode Studi Kasus Fiktif

Berdasarkan dari kasus fiktif mengenai gangguan konsep diri: peran pada Tn. T di
ruang melati kamar 1 RSUP Fatmawati dengan post operasi kaki kiri.

2. Metode Kepustakaan

Dalam membahas kasus tersebut, penulis menggunakan studi kepustakaan dari


berbagai literatur yang berkaitan dengan kasus fiktif pada klien dengan gangguan
konsep diri.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Konsep Diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain (Stuart and Sundeen, 1991, hal. 372).

Termasuk persepsi individu akan sifat dan kemapuanny, interaksi dengan


orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan derngan pengalaman dan
objek, tujuan serta keinginannya. Beck, Willian dan Rawlin (1986,hal. 293) lebih
menjelaskan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara
utuh: fisikal, emosional, intelektual, sosial dan spiritual.

Secara umum disepakati bahwa konsep diri belum ada saat lahir. Konsep
diri t d secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan
orang lain. Perkembangan konsep diri terpacu cepat dengan perkembangan bicara.
Nama dan panggilan anak merupakan aspek bahasa yang utama dalam membantu
perkembangan indentitas. Dengan memanggil nama, anak mengartikan dirinya
istimewa, unik, dan mandiri.

Konsep diri dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan


dengan orang lain. Pandangann individu tentang dirinya dipengaruhi oleh
bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya.

Keluarga mempunyai peran yang penting dalam membantu perkembangan


konsep diri terutama pada pengalama masa kanak-kanak. Combs dan Snygg
(dikutip oleh Stuarrt and Sunden, 1991, hal. 373). Mengemukakan pengalaman
awal kehidupan dalam keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri.
Kelurga dapat memberikan:

1. Perasaan mampu atau mampu


2. Perasaan diterima atau ditolak
3. Kesempatan untuk di indentifikasi

3
4. Penghargaan yang pantas tentang tujuan, perilaku dan nilai

Suasana keluarga yang saling menghargai dan mempunyai pandangan yang positif
akan mendorong kreatifitas anak, menghasilkan perasaan yang positif dan berarti.
Penerimaan keluarga akan kemampuan anak sesuai kemampuan anak sesuai dengan
perkembangannya sangat mendorong aktualisasi diri dan kesadaran akan potensi
dirinya.

B. Kompenen Konsep Diri


1. Citra tubuh ( body image)

Sikap, keyakinan, dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar
terhadap tubuhnya: ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek
yang kontak secara terus-menerus (make-up, lensa mata, pakaian, kursi roda) baik
masa lalu maupun masa sekarang.

Gangguan citra tubuh : perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan


oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek
yang sering kontak dengan tubuh.

Misalnya :

 Penambahan BB pasca persalinan


 Post amputasi dan Struk

Tanda dan gejala:

 Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah


 Tidak menerima perubahan tubuh yang lelah/akan terjadi
 Menolak penjelasan perubahan fungsi tubuh
 Persepsi negatif terhadap tubuh
 Pre okupasi dengan bagian tubuh yang hilang
 Mengungkapkan keputusasaan
 Mengungkapkan ketakutan

4
Masalah keperawatan yang mungkin muncul :

 Gangguan citra tubuh


 Gangguan harga diri
 Keputusasaaan
 Ketidakberdayaan
 Kerusakan penyesuaian
2. Ideal Diri (self ideal)

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaiman ia harus berprilaku


sesuai dengan standar pribadi (stuart dan sundeen, 1991. Hal 375).

Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan atau


sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan
cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga, budaya) dean
kepada siapa ia ingi lakukan.

Ideal diri muali berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi


oarang yang penting pada dirinya yang memberikan tuntutan atau harapan. Pada
usia remaja, ideal diri akan dibentuk melaluai poses identifikasi pada orang tua,
guru dan teman.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri :

1. Kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya.


2. Faktor budaya akan mempengaruhi individu. Menetapkan ideal diri
kemudian standar ini dibandingkan dengan standar kelompok, teman.
3. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil; kebutuhan yang
realistis; keinginan untuk menghindari kegagalan ; perasaan cemas dan
rendah diri.

Semua faktor diatas mempengaruhi individu dalam menetapkan ideal diri.


Individu yang mampu berfungsi akan mendemontrasikan kecocokan antara
persepsi diri dan ideal diri, sehingga ia akan tampak menyerupai apa yang ia

5
inginkan. Ideal diri hendaknya ditetapakna tidak terlalu tinggi tapi masih lebih
tinggi dari kemamuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai.

Persepsi individu tentang bagaiman dia harus berprilaku berdasarkan


standar, tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu (cita-cita, keinginan, harapan
tentang diri sendiri).

Gangguan ideal diri : ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak
realistis. Ideal diri yang samar dan cenderung menuntut.

Tanda dan gejala:

 Mengungkapkan keputusasaan terhadap penyakitnya


 Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi

Masalh keperawatan yang mungkin muncul:

 Ideal diri tidak realistis


 Gangguan konsep diri : harga diri rendah
 Ketidakberdayaan
 Keputusasaan
4. Harga Diri (self esteem)

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (stuart dan sundeen, 1991 .
hal 376).

Frekuensi pencapaian dan tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah
atau yang tinggi. Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah.

Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah
dicintai dan menerima penghargaan dari orng lain. Manusia cenderung bersikap
negatif walaupun ia cinta dan mengakui kemampuan orang lain namun jarang
mengekpresikannya. Sebagai seorang perawat sikap negatif harus dikontrol
sehingga setiap orang yang bertemu perawat dengan sipatnya yang positif merasa

6
dirinya berharga. Harga diri akan rendah jika kehilangan kasih sayang dan
penghargaan orang lain.

Penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalaisa seberapa


jauh prilaku sesuai dengan ideal diri, pencapaian cit-cita/ harapan/ideal diri
langsung menghasilkan perasaan berharga. HDR dapat terjadi secara:

Situasional ➔ rauma yang terjadi secara tiba-tiba misalnya : harus operasi, cerai,
PHK, malu akibat diperkosa, dipenjara tiba-tiba.

Pada klien yang dirawat di RS à HDR, karena:

 Privacy kurang diperhatikan


 Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi yubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/ sakit/ penyakit
 Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai dengan melalukan
tindakan tanpa persetujuan pasien

Kronik à perasaan negatif terhadap diri yang berlangsung lama. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.

Tanda dan gejala:

 Prasaan malu terhadap diri nya sendiri akibat penyakit atau tindakan dari
penyakit.
 Menyalahkan diri,mengejek,mengkritik diri sendiri
 Merendahkan martabat
 Gangguan hubungan sosial:menarik diri
 Kurang Pe De
 Mencederai diri

7
Masalah keperawatan yang mungkin muncul:

1. 1.gangguan konsep diri:HDR situasional atau kronik


2. 2.keputusaasaan
3. 3.isolasi sosial:menarik diri
4. 4.resiko perilaku kekerasan

4. Identitas (identity)

Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi
dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu
kesatuan yang utuh (stuart dan sundeen, 1991, hal 378).

Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan


memandang dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.
Kemandirian timbul dari perasaan berharga (respect pada diri sendiri), kemampuan
dan penguasaan diri seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerimanya.

Identitas berkembang sejak masih kanak-kanak bersamaan dengan


perkembangan konsep diri. Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin.
Identitas jenis kelamin berkembang sejak bayi secara bertahap muali dengan
konsep laki-laki dan wanta yang banyak dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan
masyarakat. Misalnya, anak wanita pasif dan menerima sehingga berkembanglah
asuhan yang tidak asertip.

Meier (dikutip oler stuart dan sundeen, 1991, hal 389) mengidentipikasi enam ciri
identitas ego:

1. Mengenal diri sendiri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari orang
lain.
2. Mengakui jenis kelamin sendiri
3. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasaan.
4. Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaiaian masyarakat .
5. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang
6. Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat direalisasikan.

8
Kesadaran akan keunikan diri sendiri yang bersumber dari penilaian dan observasi
diri, ditandai dengan kemampuan memandang diri sendiri berbeda dengan orang
lain, mempunyai percaya diri, mengontrol diri, mempunyai persepsi tentang peran
serta citra diri.

Klien yang dirawat di RS à gangguan identitas karena :

1. Tubuh klien dikontrol oleh orang lain


2. Ketergantungan terhadap orang lain
3. Perubahan peran dan fungsi

Tanda dan gejala

1. Tidak percaya diri


2. Sukar mengambil keputusan
3. Ketergantungan
4. Masalah dalam hubungan interpersonal
5. Ragu/tidak yakin terhadap keinginan
6. Projeksi (menyalahkan orang lain ).

Masalah keperawatan yang mungkin muncul:

1. Gangguan identitas personal


2. Perubahan penampilan peran
3. Ketidakberdayaan
4. Keputusasaan

5. Peran (role)

seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang berhubungan


dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial.

Gangguan penampilan peran: berubah atau berhenti fungsi peran yang


disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK.

Ada lima faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dengan peran (stuart
dan sundeen, 1991), yaitu :

9
1. Kejelasan prilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
2. Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran individu
3. Keseimbangan dan kesesuaian antara peran yang dilakukan
4. Keselarasan harapan dan kebudayaan dengan peran
5. Kesesuaian situasi yang dapat mendukung pelaksanaan peran

Tanda dan gejala :

1. mengingkari ketidak mampuan menjalankan peran


2. ketidak puasan peran
3. kegagalan menjalankan peran baru
4. ketergantungan menjalankan peran baru
5. kurang bertanggung jawab
6. apatis / bosan / putus asa dan jenuh.
C. Rentang respon Konsep Diri

1. Aktualisasi diri adalah Pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman yang sukses.
2. Konsep diri yang positif Apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam peerwujudan dirinya.
3. Harga diri rendah Perasaan yang negatif terhadap diri sendri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
4. Kerancuan identitas suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan
berbagai identifikasi masa kanak-kanak dalam kepribadian psikososial
dewasa yang harmonis.

10
5. Depersonalisasi adalah suatu perasan tidak realistis dan keasingan dengan
diri sendiri à mengalami kesulitan untuk membedakan diri sendiri dari orang
lain dan tubuhnya sendiri merasa tidak nyata dan asing baginya.
6. -----------------------ASKEP-----------------

11
BAB III

ASKEP

A. Pengkajian
1. Faktor predisposisi
a. Harga diri : penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis,
gagal berulang kali, ideal diri yang tidak realistis

Faktor yang mempengaruhi harga diri

Ex: pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan faktor kontribusi pada


gangguan atau masalah konsep diri. Anak sangat peka terhadap perlakuan dan
respon orang tua. Orang tua yang kasar, membenci dan tidak menerima akan
mempunyaci keraguan atau ketidakpastian diri. Anak yang tidak menerima kasih
sayang maka anak tersebut akan gagal mencintai dirinya dan menggapai cinta orang
lain. Individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan kehidupan akan gagal
menerima tanggung jawab untuk diri sendiri. Ia akan tergantung pada orang lain
dan gagal mengembangkan kemampuan diri. Ia mengingkari kebebasan
mengekspresikan sesuatu, termasuk kemungkinan berbuat kesalahan dan menjadi
tidak sabar, kasar dan banyak menuntuk diri sendiri. Ideal diri yang ditetapkan tidak
dapat dicapai.

b. Peran : streotipik peran seks, tuntutan peran kerja, harapan peran kultural

Faktor yang mempengaruhi penampilan peran.

Peran sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh
masyarakat, misalnya wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri. Kurang
objektif dan kurang rasional dibandingkan pria. Pria dianggap kurang sensitif,
kurang hangat, kurang ekspresif dibandingkan wanita. Sesuai dengan standar
tersebut, jika waninta atau pria berperan tidak seperti lazimnya maka dapat
menimbulkan konflik didalam diri maupun hubungan sosial. Misalnya, wanita yang
secara tradisional harus tinggal dirumah saja, jika ia mulai ke luar rumah untuk
sekolah atau kerja akan menimbulkan masalah.

12
Konflik peran dan peran yang tidak sesuai muncul dari faktor biologis dan harapan
masyarakat terhadap wanita atau pria. Peran yang berlebihan muncul pada wanita
yang mempunyai sejumlah peran.

c. Identitas personal : ketidak percayaan orang tua, tekanan dari kelompok


sebaya, perubahan dalam struktus sosial

Faktor yang mempengaruhi identitas diri

Orang tua selalu curiga pada anak akan menyebabkan kurang percaya diri pada
anak. Anak akan ragu apakah yang ia pilih tepat, jika tidak sesuai dengan keinginan
orang tua maka timbul rasa bersalah. Kontrol orang tua yang tetap pada anak remaja
akan menimbulkan perasaan benci anak pada orang tua. Teman sebaya merupakan
faktor lain yang mempengaruhi identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan, di
inginkan dan dimiliki oleh kelompoknya.

2. Faktor presipitasi

trauma

ketegangan peran :

a. transisi peran perkembangan

Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap


tahap perkembangan harus dilalui individu dengan menyelesaikan tugas
perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stressor bagi konsep
diri.

b. transisi peran situasional

Transisi situasional dapat terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau


berkurang orang yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya berkurang
atau bertambahnya anggoata keluarga atau status sendiri menjadi berdua atau
menjadi orang tua.

Perubahan status menyebabkan perubahan peran yang dapat menimbulkan


ketegangan peran, yaitu konflik peran, peran tidak jelas atau peran berlebihan.

13
c. transisi peran sehat – sakit

stressor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan


berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua
kompenen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri.
Misalnya pergeseran dari keadaan sehat menjadi sakit

3. Perilaku

Data yang dikumpulkan oleh perawat hendaknya data yang objektif dan
dapat diamati. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah, identitas
diri yang kacau, dan depersonalisasi yang dapat dilihat (stuart dan Sundeen, 1991)

1. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah:


a. kritik diri sendiri dan orang lain
b. produktifitas menurun
c. destruktif pada orang lain
d. gangguan berhubungan
e. perasaan dirinya penting yang berlebih-lebihan
f. perasaan tidak mampu
g. rasa bersalah
h. mudah marah atau iritabel
i. perasaan negatif terhadap diri sendiri
j. pandangan hidup yang pesimis
k. keluhan fisik
l. pandangan hidup yang terpolarisasi
m. menolak kemampuan diri
n. mengejek diri sendiri
o. merusak diri
p. isolasi sosial
q. gangguan penggunaan zat
r. menarik diri dari realitas
s. khawatir

14
t. ketegangan pera
2. perilaku yang berhubungan dengan identitas yang kacau terjadi karena
kegagalan mengintegrasikan berbagai identifikasi pada masa kanak-kanak
secara selaras dan harmonis. perilaku yang berhubungan dengan identitas
kabur adalah hubungan interpersonal yang kacau atau masalah hubungan
intim. Klien mengalami kesukaran tampil sesuai dengan jenis kelaminnya.

Perilaku yang berhubungan dengan identitas kabur :

a. Tidak mengindahkan moral


b. Kontradiksi ciri kepribadian
c. Mengurangi hubungan interpersoanal
d. Perasaan kosong
e. Perasaan tentang diri yang berubah-ubah
f. Kekacauan identitas seksual
g. Kecemasan yang tinggi
h. Tidak mampu berempati pada orang lain
i. Kurang keyakinan diri
j. Cinta diri sendiri yang patologi
k. Masalah dalam hubungan intim
l. Kekacauan dan kehilangan identitas sesaat
m. Identitas diri tidak realistis
3. Prilaku berhubungan dengan depersonalisasi.
 Afektif

1) Mengalami kehilangan identitas

2) Perasaan asing terhadap diri sendiri

3) Perasaan tidak aman, rendah diri, takut, malu

4) Tidak realistis

5) Merasa terisolasi

6) Tidak ada perasaan berkesinambungan

15
7) Tidak ada rasa puas

 Persepsi

1) Halusinasi pendengaran dan penglihatan

2) Ragu akan jenis seksualnya

3) Sukar membedakan diri dengan orang lain

4) Gangguan gambaran diri

5) Merasakan dunia sebagai mimpi

 Kognitif

1) Kacau

2)Disorientasi waktu

3) Disorientasi pikiran

4) Gangguan daya ingat

5) Gangguan penilaian

 Perilaku

1) Afek tumpul

2) Pasif dan tidak berespon

3) Komunikasi yang tidak selaras

4) Tidak spontan

5) Tidak dapat mengontrol impuls

6) Tidak ada inisiatip dan tidak mampu mengambil keputusan

7) Menarik diri dari hubungan sosial

16
4. Mekanisme koping

Mekanisme koping pada gangguan konsep diri dapat dibagi dua, yaitu koping
jangka pendek dan koping jangka panjang (stuart dan sundeen , 1991, hlm. 391).

pertahanan jangka pendek :

Logan { dikutip dari stuart dan Sundeen } membagi empat katagori koping jangka
pendek, khususnya pada krisis identitas, yaitu :

 pelarian sementara dari krisis identitas. Misalnya, pemakaian obat, ikut musik
rock, balap motor atau mobil, olah raga berat atau obsesi nonton televisi.
 memberikan identitas pengganti sementara. Misalnya ikut kelompok tertentu
untuk mendapatkan identitas yang sudah dimiliki kelompok.
 menguatkan perasaan diri sementara. Misalnya, aktivitas yang kompetisi yaitu
olah raga, prestasi akademik, kontes.
 Aktivitas yang memberi atri dari kehidupan. Misalnya penjelasan tentang
keisengan akan menurunkan kegairahan dan tidak berarti pada diri sendiri atau
pada orang lain.
 pertahanan jangka panjang
 penutupan identitas à adposi identitas permatur yang diinginkan oleh orang
yang penting bagi indivudu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan
potensi.
 Identitas negatif à asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh
nilai dan harapan masyarakat.

Pertahanan ego à pantasi, disosiasi, isolasi, projeksi, displacment, berbalik marah


terhadap diri sendiri, amuk.

B. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan gambaran diri
2. Gangguan Harga diri
3. Gangguan penampilan peran
4. Gangguan identitas

17
C. Perencanaan

Tujuan umum:

Adalah meningkatkan aktualisasi diri pasien dengan menbantu


menumbuhkan, mengembangkan, menyadari potensi sambil mencari kompenasi
dari ketidak mampuan yang dimiliki.

Tujuan khusus :

Adalah agar pasien dapat mengenal dukungan yang dibutuhkan dalam


menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan konsep diri dan membantu pasien
agar lebih mengerti akan dirinya secara tepat.

Tindakan keperawatan:

Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah membantu pasien


mengidentifikasi situasi dan perasaan yang terkait guna meningkatkan penilaian
dirinya sehingga dapat merubah perilakunya. Pendekatan penyelesaian masalah ini
memerlukan tindakan bertahap.

Fokus tindakan adalah pada tingkat penilaian kognitif terhadap kehidupan,


yang terdiri dari persepsi, keyakinan dan pendirian. Kesadaran klien akan emosi
dan perasaanya juga hal yang penting.

Setelah mengevaluasi penilaian kognitif dan kesadaran perasaan, klien mulai


menyadari masalah dan kemudian merubah prilaku.

Prinsip asuhan yang diberikan adalah pemecahan masalah yang terlihat dari
kemajuan klien meningkat dari satu tingkat ketingkat berikutnya.

Tindakan keperawatan dibagi menjadi 5 tingkat (stuart and sundeen, 1991):

1. Memperluas kesadaran diri (expanded self awareness)


2. Menyelidiki atau eksplorasi diri (self exploration)
3. Mengevaluasi diri (self evalution)

18
4. Perencanaan realistis (realistic planning)
5. Tangguan jawab bertindak (commitment to action)

Memperluas kesadaran diri (expanded self awareness)

NO PRINSIP RASIONAL TINDAKAN KEPERAWATAN

Meningkatkan Menurunkan ancaman dari 1. Dengarkan klien


keterbukaan dan sikap perawat terhadap klien
1. 2. Dorong lien mendiskusikan
hubungan saling dan membantu klien
pikiran dan perasaan klien
percaya memperluas dan menerima
semua aspek kepribadiannya 3. Beri respon yang tidak
menghakimi
Bekerja dengan
1. Identifikasi kemampuan
2. klien pada tingkat Tingkat kemampuan klien
yang dimiliki klien
kemampuan yang diperlakukan sebagai dasar
dimiliki klien asuhan keperawatan 2. Pendekatan yang tidak
menuntut

3. Terima dan coba


mengklarifikasi komunokasi
verbal dan non verbal

4. Beri batasan dalam prilaku


yang tidak sesuai

1. Secara bertahap tingkatkan


Maksimalkan peran Kerjasama penting bagi
peran serta klien dalam
3. serta klien dalam klien untuk menerima
mengambil keputusan tentang
hubungan terapetik tangguang jawab terhadap
asuhannya.
dirinya dan respon koping
yang maladaptif 2. Tunjukan bahwa klien orang
yang bertangguang jawab.

19
Menyelidiki Diri

No Prinsip Rasional Tindakan Keperawatan


1, Membantu klien Jika perawat 1. Dorong klien untuk
untuk menerima memperlihatkan perhatian mengekpresikan emosi,
perasaan dan dan penerimaan terhadap keyakinan, perilaku dan pikiran
pikirannya perasaan dan pikiran klien, secara verbal dan non verbal.
maka klien juga 2. Gunakan komunikasi
melakukannya terapetik dan respon empati
3. Catat pikiran logis dan tidak
logis
2. Menolong klien Keterbukaan dan pengertian 1. Peroleh persepsi akan
untuk menjelaskan tentang persepsi sendiri kekuatan dan kelemahan
konsep dirinya dan adalah prasarat untuk 2. Bantu klien untuk
hubungannya berubah menguraikan ideal diri
dengan orang lain 3. Identifikasi kritik diri
melaluai 4. Bantu untuk menguraikan
keterbukaan hubungnnya dengn orang lain
3. Memberi respon Simpati menguatkan 1. Pakai cara-cara empati,
empati, bukan pandangan negatif klien, evaluasi diri tentang simpati
simpati, dan perawat harus mengatakan 2. Menguatkan klien bahwa ia
tekankan bahwa bahwa kehidupan klien berguna dalam memecahkan
kekuatan untuk harus berada dibawah masalahnya
berubah ada pada kontrolnya 3. Tunjukan secara verbal dan
klien prilaku bahwa klien
bertangguang jawab terhadap
perilakunya termasuk respon
maladaptif dan adaptif

20
Mengevaluasi Diri

No Prinsip Rasional Tindakan Keperawatan


1. Membantu klien Hanya dengan mengetahui 1. Identifikasi stresor dengan
untuk menetapkan masalah secara jelas, usaha klien dan bagaiman penilaian
masalah secara atau alternatif pemecahan klien
jelas dapat dilaksanakan 2. Jelaskan bahwa keyakinan
klien mempengaruhi perasaan
dan prilaku
3. Bersama identifikasi
keyakinan yang salah, ilusi,
tujuan yang tidak realistis
4. Bersama mengidentipikasi
kekuatan klien
5. Teliti sumber koping yang
dimiliki klien
2. Teliti koping klien Penting untuk memerikasa 1. Uraikan pada klien bahwa
yang adaptif pilihan klien terhadap koping koping bebas dipilih dan koping
terhadap masalah dan mengevaluasi yang positif ada yang positif dan negatif
yang dihadapi dan negatif 2. Bandingkan respon adaptif
dan maladaptif
3. Diskusikan akibat respon
yang maladaptif

Perencanaan Realistis

No Prinsip Rasional Tindakan Keperawatan


1. Bantu klien Hanya dengan mengevaluasi 1. Bantu klien mengerti
mengidentifikasi semua alternatif, pemecahan bahwa hanya klien yang dapt
alternatif pemecahan dapat merubah secara efektif merubah, bukan orang lain.

21
2. Jika klien mempunyai
persepsi yang tidak konsisten,
bantu ia melihat bahwa ia dapat
merubahnya sebagai berikut:
a. Keyakinan dan ide dapat
membawa ia pada kenyataan
b. Lingkungan dapat
membuat konsisten karena
keyakinan klien
3. Jika konsep diri tidak
konsisten dengan prilaku, ia
akan berubah sebagai berikut:
a. Perilakunya disesuaikan
dengan konsep diri
b. Keyakinan yang melatar
belakangi konsep diridisertakan
pada prilaku
4. Bersama memandang
bagaimana sumber koping
dapat lebih baik dipergunakan
2. Bantu klien Menetapkan tujuan termasuk 1. Dorong klien merumuskan
mengkonseptualisasi mendefinisikan dengan jelas tujuannya sendiri
tujuan yang realistis harapan berubah 2. Bersama mendiskusikan
konsekuensi emosi, prakteknya,
dasar realitas dari tiap tujuan
3. Bantu klien untuk
menetapkan dengan jelas
perubahan yang diharapkan
4. Dorong klien untuk
memulai pengalaman baru

22
untuk berkembang secara
potensial

Tanggung jawab bertindak

No Prinsip Rasional Tindakan Keperawatan


1. Bantu klien Tujuan akhir adalah klien 1. Sediakan kesemapatan
melakukan menggantikan koping yang untuk sukses
tindakan yang perlu maladaptif dengan koping 2. Kuatkan dan akui
untuk merubah yang adaptif kekuatan, keterampilan dan
respon maladptif aspek yang sehat dari
dengan koping kepribadian klien
yang adaptif 3. Bantu klien mendapatkan
bantuan yang diperlukan
4. Pakai kelompok yang
dapat memberi harga diri pada
klien
5. Beri waktu yang cukup
untuk berubah
6. Sediakan dukunagn yang
positif pada klien untuk
membantu mempertahankan
kemajuannya.

D. Evaluasi

Beberapa hal yang perlu dievaluasi dalam asuhan keperawatan pasien dengan
gangguan konsep diri adalah :

1. Apakah perasaan aman pasien terhadap ancaman integritas fisik, atau harga
dirinya telah kembali ketarap normal, baik dalam integritas maupun
waktunya.

23
2. Apakah perilaku klien menunjukan bahwa harga diri, penerimaan dirinya
sudah meningkat, serta perasaan bersalahnya sudah hilang.
3. Apakah pasien telah mampu memperluas kesadaran dirinya serta
mengevaluasi dirinya dengan tepat
4. Apakah pasien mempunyai sumber koping yang kuat dan sudah
dimobilisasi
5. Apakah pasien telah memiliki koping yang adaptif
6. Apakah pasien telah memanfaatkan peningkatan pemahaman dirinya untuk
meningakatkan perubahan dan pertumbuhan kepribadiannya.

24
BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan
semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam
berhubungan dengan orang lain. Sangatlah penting bagi seorang perawat untuk
memahami konsep diri terlebih dahulu harus menanamkan dalam dirinya sendiri
sebelum melayani klien, sebab keadaan yang dialami klien bisa saja mempengaruhi
konsep dirinya, disinilah peran penting perawat selain memenuhi kebutuhan dasar
fisiknya yaitu membantu klien untuk memulihkan kembali konsep dirinya.
Ada beberapa komponen konsep diri yaitu identitas diri yang merupakan
intenal idividual, citra diri sebagai pandangan atau presepsi, harga diri yang menjadi
suatu tujuan, ideal diri menjadi suatu harapan, dan peran atau posisi di dalam
masyarakat.Untuk membangun konsep diri kita harus belajar menyukai diri sendiri,
mengembangkan pikiran positif, memperbaiki hubungan interpersonal ke yang
lebih baik, sikap aktif yang positif, dan menjaga keseimbangan hidup.
Semua yang kita lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam memahami
konsep diri, kita menjadi bangga dengan diri sendiri, percaya diri penuh, dapat
beradaptasi dengan lingkungan, dan mencapai sebuah kebahagiaan dalam hidup.

25
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Doenges, M.E, dkk.1996. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC

Keliat, B.A. 1992. Gangguan Konsep Diri. Buku Kedokteran. Jakarta : EGC

Stuart G.W, dkk. 1995. Keperawatan Jiwa, Buku Kedokteran. Jakarta : EGC

Tarwoto dan Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.

26

Anda mungkin juga menyukai