TINJAUAN PUSTAKA
mm. Indeks bias kornea 1,375 dengan kekuatan pembiasan 80%. Sifat kornea
yang dapat ditembus cahaya ini disebabkan oleh struktur kornea yang uniform,
avaskuler dan diturgesens atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea yang
dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar
epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mencegah
dehidrasi, dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat daripada
cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel jauh menyebabkan sifat transparan
hilang dan edema kornea, sedangkan kerusakan epitel hanya menyebabkan edema
lokal sesaat karena akan menghilang seiring dengan regenerasi epitel (Roderick,
Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan
lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Jika kornea oedem
karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat
dari pembuluh-pembuluh darah limbus, humor aquaeus dan air mata. Kornea
dipersarafi oleh banyak serat saraf sensorik yang didapat dari percabangan
3
4
pertama (oftalmika) dari nervus kranialis V yang berjalan supra koroid, masuk
schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan didaerah limbus. Daya
regenerasi saraf sesudah dipotong didaerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.
Kornea merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan
dan terdiri atas lima lapisan dari anterior ke posterior yaitu: lapisan epitel (yang
Paulsen&Waschke, 2013).
selaput bening mata, bagian dari mata yang bersifat tembus cahaya, merupakan
lapis dari jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas :
1. Epitel
- Tebalnya 50 m, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih yang terdiri dari satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel
gepeng.
5
- Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke
depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel
gepeng, sel basal berkaitan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel
barrier.
2. Membran Bowman
yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma.
3. Stroma
- Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah
trauma.
6
4. Membran Descement
tebal 40 m.
5. Endotel
Kornea mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai medium refraksi dan
untuk memproteksi lensa intraokular. Kornea menjalankan dua fungsi utama ini
stroma dibentuk oleh pengaturan fisis special dari komponen – komponen fibril.
Walaupun indeks refraksi dari masing – masing fibril kolagen berbeda dari
substansi infibrilar, diameter yang kecil (300 A) dari fibril dan jarak yang kecil
endotel dan fungsi barrier dari epitel dan endotel. Kornea di jaga agar tetap berada
pada keadaan “basah” dengan kadar air sebanyak 78% (Sherwood, 2007).
7
sangatlah penting. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 43,25
dioptri dari total 58,6 kekuatan dioptri mata normal manusia, atau sekitar 74%
dari seluruh kekuatan dioptri mata normal. Hal ini mengakibatkan gangguan pada
kornea dapat memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam fungsi visus
seseorang. Kornea merupakan struktur vital dari mata dan oleh karenanya kornea
sangat sensitif. Saraf – saraf kornea masuk dari stroma kornea melalui membran
bowman dan berakhir secara bebas diantara sel – sel epithelial serta tidak
Sensasi taktil yang terkecil pun dapat menyebabkan refleks penutupan mata.
menyebabkan nyeri yang intens disertai dengan refleks lakrimasi dan penutupan
bola mata involunter. Trias yang terdiri atas penutupan mata involunter
Seperti halnya lensa, sklera dan badan vitreous, kornea merupakan struktur
Tiga lapisan film air mata prekornea memastikan bahwa kornea tetap lembut
dan membantu nutrisi kornea. Tanpa film air mata, permukaan epitel akan kasar
dan pasien akan melihat gambaran yang kabur. Enzim lisosom yang terdapat pada
film air mata juga melindungi mata dari infeksi (Wardenaar, 2012).
menurut lapisan kornea yang terkena yaitu keratitis superfisialis apabila mengenal
lapisan epitel atau bowman dan keratitis profunda atau interstisialis (atau disebut
2.4 Epidemiologi
5,9-20,7 per 100.000 orang tiap tahun. Insidensi keratitis pada tahun 1993 adalah
pemakaian lensa kontak dan perawatan lensa kontak yang buruk, penggunaan
lensa kontak yang berlebihan, Herpes genital atau infeksi virus lain, kekebalan
9
tubuh yang menurun karena penyakit lain, serta higienis dan nutrisi yang tidak
a. Virus
b. Bakteri
c. Jamur
d. Paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari atau sunlamps. Hubungan
ke sumber cahaya yang kuat lainnya seperti pengelasan busur
e. Iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak.
f. Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata robek atau tidak
cukupnya pembentukan air mata
g. Adanya benda asing di mata
h. Reaksi terhadap obat tetes mata, kosmetik, polusi, atau partikel udara
seperti debu, serbuk sari, jamur, atau ragi
i. Efek samping obat tertentu
2.6 Patofisiologi
terjadinya inflamasi pada kornea seperti blefaritis, perubahan pada barrier epitel
film air mata (lisosim), epitel hidrofobik yang membentuk barrier terhadap difusi
maupun dalam menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit ini diperhebat
oleh gesekan palbebra (terutama palbebra superior) pada kornea akan menetap
sampai sembuh. Karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan
terutama kalo letaknya dari pusat (Austin, 2017; Kanski, 2011; Lang, 2007).
Fotofobia pada penyakit kornea adalah akibat kontraksi iris beradang yang
sakit. Dilatasi pembuluh iris beradang yang sakit. Dilatasi pembuluh iris adalah
fenomena reflex yang disebabkan iritasi pda ujung saraf kornea. Fotofobia, yang
berat pada kebanyakan penyakit kornea, minimal pada keratitis herpes karena
hipestasi terjadi pada penyakit ini, yang merupakan tanda diagnosis berharga.
namun tidak ada sekret mata kecuali pada ulkus bakteri purulen.
ke dalam kornea. Pada saat epitel mengalami trauma, struma yang avaskuler dan
lapisan bowman menjadi mudah untuk mengalami infeksi dengan organisme yang
inokulasi yang berat atau pada host yang immunocompromised untuk dapat
superfisial, beberapa rantai kejadian tipikal akan terjadi, yaitu (Austin, 2017):
Hasilnya akan tampak gambaran opasitas pada kornea dan titik invasi
kornea
Iritasi dari bilik mata depan dengan hipopion (umumnya berupa pus yang
terjadi dan humor aquos akan keluar. Hal ini disebut ulkus kornea
akan menunjukkan gejala penurunan visus progresif dan bola mata akan
menjadi lunak.
adanya sensasi benda asing, mata merah, mata berair, penglihatan yang sedikit
Penderita akan mengeluh sakit pada mata karena kornea memiliki banyak serabut
yang sudah dalam menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit diperberat
12
oleh kuman kornea bergesekan dengan palpebra. Karena kornea berfungsi sebagai
media untuk refraksi sinar dan merupakan media pembiasan terhadap sinar yang
masuk ke mata maka lesi pada kornea umumnya akan mengaburkan penglihatan
yang meradang. Dilatasi pembuluh darah iris adalah fenomena refleks yang
disebabkan iritasi pada ujung serabut saraf pada kornea. Pasien biasanya juga
berair mata namun tidak disertai dengan pembentukan kotoran mata yang banyak
2.8 Klasifikasi
1. Keratitis Bakteri
a. Diplococcus pneumonia
b. Streptococcus haemoliticus
c. Pseudomonas aeruginosa
d. Klebsiella pneumonia
2. Keratitis Jamur
a. Candida
b. Aspergillus
c. Nocardia
d. Cephalosporum
3. Keratitis Virus
4. Keratitis Alergi
Subepitel)
2. Keratitis Marginal
3. Keratitis Interstisial
1. Keratitis Flikten
2. Keratitis Sika
3. Keratitis Neuroparalitik
4. Keratitis Numuralis
1. Keratitis Pungtata
infiltrat halus bertitik-titik pada permukaan kornea. Merupakan cacat halus kornea
atau keratitis marginal ini. Keratitis marginal kataral biasanya terdapat pada
3. Keratitis Interstitial
1. Keratitis Bakteri
- Faktor Risiko
Setiap faktor atau agen yang menciptakan kerusakan pada epitel kornea
adalah potensi penyebab atau faktor risiko bakteri keratitis, beberapa faktor
risiko terjadinya keratitis bakteri diantaranya:
Penggunaan lensa kontak
Trauma
Riwayat keratitis bakteri sebelumnya
Riwayat operasi mata sebelumnya
Gangguan defense mechanism
Perubahan struktur permukaan kornea
- Etiologi
- Manifestasi Klinis
Pasien keratitis biasanya mengeluh mata merah, berair, nyeri pada mata
- Pemeriksaan Laboratorium
dengan Gram.
Biopsy kornea dilakukan jika kultur negatif dan tidak ada perbaikan secara
- Terapi
- Etiologi
b. Jamur ragi (yeast) yaitu jamur uniseluler dengan pseudohifa dan tunas :
- Patologi
dengan edema serat kolagen dan keratosit. Reaksi inflamasi yang menyertai
ada yang terpisah pusat ulkus. Mikroabses yang multipel dapat mengelilingi
lesi utama. Hifa berpotensi masuk ke membran descemet yang intak dan
- Manifestasi Klinis
antigen jamur yang larut. Agen-agen ini dapat menyebabkan nekrosis pada
bagian kornea yang tidak meradang tampak elevasi keatas. Lesi satelit yang
stroma. Plak endotel dapat terlihat paralel terhadap ulkus. Cincin imun dapat
mengelilingi lesi utama, yang merupakan reaksi antara antigen jamur dan
respon antibodi tubuh. Sebagai tambahan, hipopion dan sekret yang purulen
dapat juga timbul. Reaksi injeksi konjungtiva dan kamera okuli anterior
pedoman berikut :
Lesi satelit
Tepi ulkus sedikit menonjol dan kering, tepi yang ireguler dan tonjolan
Plak endotel
- Pemeriksaan Penunjang
(sebaiknya dengan spatula Kimura) yaitu dari dasar dan tepi ulkus dengan
+ Tinta India.
Biopsi jaringan kornea dan diwamai dengan Periodic Acid Schiff atau
Methenamine Silver.
- Terapi
3. Keratitis Virus
- Etiologi
Herpes Simpleks Virus (HSV) merupakan salah satu infeksi virus tersering
rongga hidung, rongga mulut, vagina dan mata. Penularan dapat terjadi
melalui kontak dengan cairan dan jaringan mata, rongga hidung, mulut, alat
- Patofisiologi
superfisial.
stroma. Sel radang ini mengeluarkan bahan proteolitik untuk merusak virus
- Manifestasi Klinis
kabur, mata berair, mata merah, tajam penglihatan turun terutama jika
disertai keratitis epitelial dan dapat mengenai stroma tetapi jarang. Pada
dasarnya infeksi primer ini dapat sembuh sendiri, akan tetapi pada keadaan
22
tertentu di mana daya tahan tubuh sangat lemah akan menjadi parah dan
menyerang stroma
- Pemeriksaan Penunjang
raksasa, yang dihasilkan dari perpaduan dari sel-sel epitel kornea yang
- Terapi
Debridement
beban antigenic virus pada stroma kornea. Epitel sehat melekat erat pada
ditutup dengan sedikit tekanan. Pasien harus diperiksa setiap hari dan diganti
Terapi Obat
Vibrabin: sama dengan IDU tetapi hanya terdapat dalam bentuk salep
Asiklovir oral dapat bermanfaat untuk herpes mata berat, khususnya pada
orang atopi yang rentan terhadap penyakit herpes mata dan kulit agresif.
Terapi Bedah
dilakukan beberapa bulan setelah penyakit herpes non aktif (Ilyas, 2014;
Azher, 2017).
4. Keratitis Alergi
- Etiologi
Reaksi hipersensitivitas tipe I yang mengenai kedua mata, biasanya
rumputan.
- Manifestasi Klinis
- Terapi
Kompres dingin
Obat vasokonstriktor
5. Xeroftalmia
sering disertai Malnutrisi Energi Protein, yang banyak dijumpai pada anak,
utama di Indonesia.
Xeroftalmia, menjadi;
b) Stadium I = Hemeralopia
kornea.
25
6. Keratitis Neuroparalitik
tumor fosa posterior cranium, peradangan atau keadaan lain atau keadaan
sedikit lapisan epitel kornea yang sehat di dekat limbus (Ilyas, 2014).
Pada keadaan ini pengobatan diberikan dengan air mata buatan dan
salep untuk menjaga kornea tetap basah, sedangkan untuk mencegah infeksi
1. Keratitis Flikten/Skrofulosa/Eksemtosa
ulkus. Ulkus ini dapat sembuh atau tanpa meninggalkan sikatrik. Adapula
sikatrik sedangkan bagian tengah nya masih aktif, yang disebut wander
kemudian kambuh lagi di tempat lain bila penyebabnya masih ada dan dapat
2. Keratitis Sika
Gejala klinis yang sering timbul yaitu mengeluh mata terasa gatal,
benang (filamen) yang sebenarnya sekret yang menempel, karena itu, disebut
Pemberian air mata tiruan apabila yang berkurang adalah komponen air.
Penyulit keratitis sika adalah ulkus kornea, kornea tipis, infeksi sekunder
3. Keratitis Numularis
Diduga dari virus. Pada klinis, tanda-tanda radang tidak jelas, terdapat
disebut halo (diduga terjadi karena resorpsi dari infiltrat yang dimulai di
tengah). Tes fluoresen (-). Keratitis ini kalau sembuh meninggalkan sikatrik
4. Keratitis Disiformis
Disebut juga sebagai keratitis sawah, karena merupakan peradangan
padat dari pada di tepi dan terletak subepitelial. Tes Fluoresin (-).
2.9 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, gejala klinik dan hasil
adanya riwayat penyakit kornea, misalnya pada keratitis herpetic akibat infeksi
herpes simpleks sering kambuh, namun erosi yang kambuh sangat sakit dan
29
Anamnesis mengenai pemakaian obat lokal oleh pasien, karena mungkin telah
fungi, atau virus terutama keratitis herpes simpleks. Juga mungkin terjadi
flouresent dapat menggambarkan lesi epitel superfisial yang mungkin tidak dapat
dalam pemeriksaan kornea, apabila tidak terdapat alat tersebut dapat digunakan
sebuah loup dan iluminasi yang terang. Pemeriksaan harus melihat jalannya
kornea. Dengan cara ini area yang kasar sebagai indikasi dari defek kornea dapat
terlihat. Dapat pula dilakukan pemeriksaan lain pada mata, seperti (Pavan, 2002) :
seberkas sinar
kornea
sensibilitas kornea
30
7. Tes metilen biru : tes untuk melihat adanya kerusakan saraf pada kornea
8. Tes fistel : tes untuk memeriksa adanya fistel atau kebocoran pada kornea
9. Tes seidel : tes untuk mengetahui letak kebocoran pada luka operasi pasca
bedah intraocular.
memperbaiki ketajaman penglihatan. Ada beberapa hal yang perlu dinilai dalam
ketratitis pada prinsipnya adalah diberikan sesuai dengan etiologi (Austin, 2017).
2.11 Komplikasi
berakhir dengan pembentukan jaringan parut yang dapat berupa nebula, makula,
leukoma, leukoma adherens dan stafiloma kornea. Namun, dapat juga terjadi
komplikasi lain seperti penipisan kornea sehingga dapat terjadi perforasi kornea
Nebula : bentuk parut kornea berupa kekeruhan yang sangat tipis dan hanya
lamp.
31
Makula : parut yang lebih tebal berupa kekeruhan padat yang dapat dilihat
(sinekia anterior).
2.12Prognosis
Keratitis dapat sembuh dengan baik jika ditangani dengan tepat dan jika
tidak diobati dengan baik dapat menimbulkan ulkus yang akan menjadi sikatriks
Virulensi organisme