Iwan Permana
Iwantatat.permana73@gmail.com
STIKES Kota Sukabumi
ABSTRAK
Latar Belakang : Masyarakat Indonesia saat ini mulai terlihat kecenderungan adanya perubahan
pola permintaan pelayanan kesehatan pada golongan masyarakat tertentu dari pelayanan kesehatan
tradisional di rumah sakit beralih ke pelayanan keperawatan di rumah disebabkan karena terjadinya
peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar dibanding sebelumnya (Depkes RI, 2004a, 2004b;
Sharkey, 2000; MacAdam, 2000). Sedangkan secara filosofis, saat ini telah terjadi perubahan
paradigma sakit yang menitikberatkan pada upaya kuratif ke arah paradigma sehat yang melihat
penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen, 1996). Sehingga
situasi tersebut dapat dijadikan peluang untuk mengembangkan program perawatan kesehatan
masyarakat dengan pendekatan upaya promotif dan preventif. Menurut hasil laporan LAKIP Dinas
Kesehatan Kota Sukabumi (2010) evaluasi pencapaian sasaran tahun 2009/2010 untuk cakupan
pelaksanaan perkesmas melalui kegiatan Klinik Terpadu Kesuma pada sasaran kelompok individu
adalah tidak baik ( 0%) dari pencapaian target sebesar 25 % dari jumlah kasus di Kota Sukabumi,
sedangkan cakupan perkesmas pada sasaran keluarga adalah baik dari target 15 % pencapaian
sebesar 56,6% dari jumlah kasus yang tangani. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan
menganalisa pelaksanaan program perkesmas di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi.
Metode : penelitian ini dilakukan pada tahun 2011 di di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi. Metode
yang digunakan adalah wawancara dan focus group discution kepada pemegang program
perkesmas, koordinator perkesmas, bagian perencanaan , dan bagian kepegawaian di tingkat Dinas
Kesehatan Kota Sukabumi.
Hasil : Hasil penelitian dengan melakukan analisa SWOT faktor internal dengan hasil kekuatan
kecil sebesar 2,59 dan faktor eksternal di atas rata – rata dengan nilai 3,2, setelah dilakukan
pembobotan. Hasil matrixs pada posisi Grow and Build. Strategi yang digunakan adalah strategi
intensif (market penetration, market development dan product development) dan strategi integratif
(backward ibtegration, foward integration dan hirizontal integration).
Permasalahan kesehatan yang dihadapi sampai saat ini juga yaitu upaya kesehatan belum
dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2007 diketahui penyebab kematian di Indonesia untuk semua umur, telah terjadi pergeseran
dari penyakit menular ke penyakit tidak menular, yaitu penyebab kematian pada untuk usia > 5
tahun, penyebab kematian yang terbanyak adalah stroke, baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Hasil Riskesdas 2007 juga menggambarkan hubungan penyakit degeneratif seperti sindroma
metabolik, stroke, hipertensi, obesitas dan penyakit jantung dengan status sosial ekonomi
masyarakat (pendidikan, kemiskinan, dan lain-lain). Prevalensi gizi buruk yang berada di atas rata-
rata nasional (5,4%) ditemukan pada 21 provinsi dan 216 kabupaten/kota. Sedangkan berdasarkan
gabungan hasil pengukuran gizi buruk dan gizi kurang Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa
sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di atas prevalensi nasional
sebesar 18,4%. Namun demikian, target rencana pembangunan jangka menengah untuk pencapaian
program perbaikan gizi yang diproyeksikan sebesar 20%, dan target Millenium Development Goals
sebesar 18,5% pada 2015, telah dapat dicapai pada 2007.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka Visi Rencana Strategi (Renstra) Kementrian
Kesehatan RI adalah “ Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan “ dengan Misi Renstra
Kementrian Kesehatan adalah Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani; Melindungi kesehatan masyarakat dengan
menjamin tersedianya upaya kesehatan paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan ; Menjamin
ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan; Menciptakan tata kelola keperintahan yang
baik. Guna mencapai visi dan misi tersebut kementrian kesehatan menetapkan strategi sebagai
berikut :
Guna mendukung pembangunan nasional dibidang kesehatan dan seiring dengan adanya
reformasi puskesmas pemerintah mengambil suatu kebijakan dalam upaya revitalisasi puskesmas
dimana keperawatan sebagai salah satu profesi di bidang kesehatan berkontribusi melalui
pengembangan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat termasuk pelayanan keluarga.
Pelayanan kesehatan masyarakat termasuk keperawatan keluarga merupakan bentuk pelayanan
kesehatan yang diharapkan dapat mendukung terciptanya kemandirian klien dalam mengatasi
masalah kesehatannya. Pelayanan kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan sasaran pelayanan
individu, keluarga, kelompok dengan penekanan upaya promotif, preventif dengan tidak
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Kemudian berdasarkan UU kesehatan no 36 tahun
2009 pasal 53 ayat 1 dinyatakan bahwa Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan dan keluarga kemudian pada UU
Rumah Sakit no: 44 tahun 2009 dinyatakan bahwa tugas dan fungsi rumah sakit adalah memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Sementara itu pada Kepmenkes 279 tahun 2006
dinyatakan bahwa lingkup pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat di puskesmas lebih
difokuskan pada upaya promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitaif yang ditujukan pada sasaran pelayanan indvidu, keluarga kelompok dan masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut berarti pelayanan kesehatan masyarakat dapat melakukan upaya kesehatan
perorangan maupun upaya pelayanan kesehatan masyarakat.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) di tetapkan sub sistem upaya kesehatan yang
terdiri dari dua unsur utama yaitu upaya kesehatan perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM). UKM terutama diselenggarakan oleh pemerintah dengan peran serta aktif
masyarakat dan swasta, sedangkan UKP dapat diselenggarakan upaya kesehatan harus bersifat
menyeluruh, terarah, terencana, terpadu, berkelanjutan, terjangkau, berjenjang, professional dan
bermutu, (Kemenkes, 2006c) .
Kota Sukabumi mempunyai Misi pembangunan dibidang jasa perdagangan, pendidikan dan
kesehatan. Adapun Tujuan yang ingin dicapai dari Visi dan Misi bidang Kesehatan yaitu :
Terlindunginya Kota Sukabumi dari masalah kesehatan melalui pelayanan kesehatan yang
profesional dengan melibatkan peran aktif masyarakat sehingga terwujud masyarakat yang Sehat,
Cerdas, dan Sejahtera. Pewujudan visi dan misi Dinas Kesehatan tersebut diaplikasikan dalam
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Bidang Pelayanan Kesehatan yang terdiri dari 3 seksi, yakni
Kesehatan Komunitas, Kesehatan Khusus dan Kesehatan Gizi. Dinas Kesehatan Kota Sukabumi
sudah berupaya melakukan Visi dan Misi dalam upaya mencapai pembangunan kesehatan yakni
kesehatan komunitas dengan melakukan penerapan keperawatan kesehatan masyarakat melalui
Klinik Terpadu Kesuma yang dilaksanakan di seluruh Puskesmas wilayah Kota Sukabumi sesuai
dengan komitmen Dinas Kesehatan dengan melakukan kebijakan melalui Keputusan Kepala Dinas
Kesehatan Kota Sukabumi agar setiap Puskesmas melaksanakan kegiatan perkesmas melalui Klinik
Terpadu Kesuma dengan dasar rujukan Kepmenkes No. 279/MENKES/SK/IV/2006. Klinik
Terpadu Kesuma yaitu klinik yang ada di Puskesmas dengan ruangan khusus sebagai rujukan dari
poliklinik Puskesmas atau dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang komprehensif,
holistic, terintegrasi dan berkesinambungan.
Namun menurut hasil laporan LAKIP Dinas Kesehatan Kota Sukabumi (2010) evaluasi
pencapaian sasaran tahun 2009/2010 untuk cakupan pelaksanaan perkesmas melalui kegiatan Klinik
Terpadu Kesuma pada sasaran kelompok individu adalah tidak baik ( 0%) dari pencapaian target
sebesar 25 % dari jumlah kasus di Kota Sukabumi, , sedangkan cakupan perkesmas pada sasaran
keluarga adalah baik dari target 15 % pencapaian sebesar 56,6% dari jumlah kasus yang tangani.
Metode
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan teknik pengumpulan data menggunakan angket
yang dilakukan dengan cara wawancara dan focus group discusion (FGD). Sampel digunakan
dengan purposive sampling yaitu pemegang program perkesmas, koordinator perkesmas, bagian
perencanaan, bagian kepegawaian dan bagian pelayanan kesehatan. Data yang di kumpulkan
dengan menggunakan analisa SWOT.
1) Adanya visi dan misi Dinas Kesehatan Kota Sukabumi yang jelas akan
memberikan kekuatan atau energi semua komponen struktural maupun fungsional
untuk menunjukan kinerja yang optimal bagi peningkatan program keperawatan
komunitas/perkesmas/klinik kesuma
2) Kebijakan Kepala Dinas Kesehatan untuk perbaikan program perkesmas yang akan
menjadi modal pendorong untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik
3) Penanggung jawab perkesmas adalah seorang perawat yang akan bisa memahami
masalah dan kecenderungan mampu melakukan analisis situasi dengan cermat
4) Adanya seksi kesehatan komunitas dalam organisasi dinas kesehatan yang dapat
mendukung kegiatan perkesmas
5) Sudah adanya kebijakan dinas kesehatan ke tingkat puskesmas dalam pelaksanaan
perkesmas.
b. Kelemahan ( Weaknes )
1) Biaya operasional pelaksanaan perkesmas tidak tersendiri dan besaran biaya rendah
sebesar 0,05 % dari total anggaran kesehatan di tingkat dinas kesehatan.
2) Jumlah/ mutu/ kinerja SDM yaitu jumlah kebutuhan perawat D III, dan S1 belum
maksimal akan menggaggu pelayanan pada masyarakat yang pada gilirannya
menyebabkan tidak puas dan mencari pelayanan lain
3) SOP dan aturan serta metoda pelaksanaan perkesmas di tingkat dinas kesehatan
belum ada yang akan berakibat pada praktik pelayanan dibawah standar.
4) Kurangnya pengembangan SDM melalui pelatihan perkesmas dan pelatihan
kemampuan dasar keperawatan di tingkat dinas kesehatan
5) Penempatan tenaga/rotasi yang terlalu cepat yang pada akhirnya penanggungjawab
perkesmas belum bekerja secara penuh
6) Bagian/ program penelitian dan pengembang tidak ada sehingga pengembangan
pegawai atau karyawan stagnan dan tidak ada inovasi-inovasi baru yang dihasilkan
untuk pelayanan dan manajemen serta sebagai indikator lemahnya penerapan
praktik berdasarkan bukti (evidence-base practice) di dinaskesehatan
7) SIK dinas kesehatan belum ada yang menyebabkan saluran komunikasi manajemen
yang kurang , fungsi-fungsi manajemen yang tidak berjalan di dinas kesehatan
8) Evaluasi pencapaian sasaran tahun 2010 dalam Cakupan perkesmas individu tidak
baik
9) Belum adanya sumber daya alat, bahan, sarana prasarana khusus perkesmas seperti
: PHN Kit, alat dan bahan pertolongan darurat.
10) Belum adanya penunjukan perawat penyelia dengan tugas dan fungsi yang jelas
2. Analisis Eksternal
Berdasarkan hasil analisa di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi secara eksternal diperoleh
hasil sebagai berikut :
a. Peluang ( Opurtunity )
1) Merupakan daerah transit antar daerah dengan luas wilayah yang sangat kecil
sehingga mudah mengakses pelayanan kesehatan dan terbuka peluang kerjasama
dengan instansi pemerintah maupun swasta dalam memberi pelayanan kesehatan
serta mudah untuk memperoleh informasi dan teknologi terbaru baik dibidang
manajemen maupun pelayanan kesehatan
2) Visi dan Misi Kota Sukabumi adalah di bidang jasa pelayanan kesehatan,
perdagangan dan pendidikan hal ini akan membantu proses penyelesaian masalah
kesehatan
3) Adanya peningkatan jumlah kebutuhan tenaga perawat dan pengembangan tingkat
pendidikan tenaga keperawatan
4) Adanya 3 lembaga pendidikan kesehatan ( Poltekes Yapkesbi, Universitas
Sukabumi dan SITKES Sukabumi)
5) Adanya kebijakan dinas kesehatan profinsi untuk melaksanakan kegiatan program
keperawatan komunitas melalui Nursing Center (NC) untuk dilakasanakan di setiap
kota/kabupaten
6) Adanya aturan Permenkes No. 279 tentang pelaksanaan perkesmas
7) Adanya program desa siaga dan RW siaga
8) Adanya bantuan dana dari tingkat profinsi, APBN dan DAK yang dapat mendukung
kegaiatan program serta BOK untuk puskesmas.
Faktor Internal Kekuatan (strengths) Kelemahan (weaknesses) :
:
b. Ancaman ( Treath )
1. Tuntutan pelayanan kesehatan masyarakat makin dinamis dan variatif yang tidak
diimbangi oleh peningkatan kinerja pemberi pelayanan kesehatan yang baik serta mutu
pelayanan kesehatan di dinkes akan berdampak pelayanan kurang bermutu dan kinerja
tenaga kurang baik.
2. Adanya universal coverarage yang mana harus menyediakan pelayanan masyarakat tidak
mampu
3. Terjadinya peningkatan teknologi pelayanan keperawatan/kedokteran
4. Menngkatnya IPTEK di bidang komputerisasi
5. Meningkatnya Penyakit tropis dan penyakit infeksi
BAGAN MATRIXS TOWS
Tabel : Internal Factor Evaluation (IFE
Matrix)
5 Kerjasama lintas program yang baik 0,08 3 0,24 Potensi pelayanan akan
berkembang
Kelemahan :
1 Biaya operasional pelaksanaan perkesmas tidak tersendtiri dan 0,10 1 0,10 Menghambat pelayanan
besaran biaya rendah sebesar 0,05 % dari total anggaran kesehatan perkesmas
di tingkat dinas kesehatan.
2 Jumlah/ mutu/ kinerja SDM yaitu jumlah kebutuhan perawat D III, dan 0,04 2 0,08 Gangguan proses
S1 belum maksimal akan menggaggu pelayanan pada masyarakat pelayanan perkesmas
yang pada gilirannya menyebabkan tidak puas dan mencari
pelayanan lain. yaitu S1 keperawatan 9 orang, D III keperawatan 84
orang dan SPK 25 orang.
3 SOP dan aturan serta metoda pelaksanaan perkesmas di tingkat 0,05 1 0,05 Menghambat pelayanan
dinas kesehatan belum ada yang akan berakibat pada praktik perkesmas
pelayanan dibawah standar.
4 Kurangnya pengembangan SDM melalui pelatihan perkesmas dan 0,06 2 0,12
pelatihan kemampuan dasar keperawatan di tingkat dinas kesehatan
secara rutin
5 Penempatan tenaga/rotasi yang terlalu cepat yang pada akhirnya 0,03 1 0,03
penanggungjawab perkesmas belum bekerja secara penuh
7 Bagian/ program penelitian dan pengembang tidak ada sehingga 0,08 1 0,08 Potensi pengembangan
pengembangan pegawai atau karyawan stagnan dan tidak ada program pelayanan
inovasi-inovasi baru yang dihasilkan untuk pelayanan dan manajemen kesehatan lebih rasional
serta sebagai indikator lemahnya penerapan praktik berdasarkan
bukti (evidence-base practice) di dinas kesehatan
8 SIK dinas kesehatan belum ada yang menyebabkan saluran 0,04 2 0,08 Pengembangan program
komunikasi manajemen yang kurang , fungsi-fungsi manajemen yang perkesmas tidak
tidak berjalan di dinas kesehatan terprogram
9 Belum adanya penunjukan perawat penyelia dengan tugas dan fungsi 0,05 1 0,05 Pelaksanaan program
yang jelas perkesmas tidak optimal
10 Belum adanya sumber daya alat, bahan, sarana prasarana khusus 0,02 2 0,04
perkesmas seperti : PHN Kit, alat dan bahan pertolongan darurat.
1,0 2,59
Keterangan :
1 = kelemahan besar 3 = kekuatan kecil
2 = kelemahan kecil 4 = kekuatan besar
Tabel : External Factor Evaluation (EFE Matrix)
N Critical Succes Factor Bobot AS Scor Keterangan
o e
Peluang :
1 Merupakan daerah transit antar daerah dengan luas wilayah yang sangat kecil 0,10 3 0,30 Alternatif
sehingga mudah mengakses pelayanan kesehatan dan terbuka peluang kerjasama pengembang
dengan instansi pemerintah maupun swasta dalam memberi pelayanan kesehatan an program
serta mudah untuk memperoleh informasi dan teknologi terbaru baik dibidang yankes
manajemen kesehatan maupun pelayanan kesehatan perkesmas
2 Visi dan Misi Kota Sukabumi adalah di bidang jasa pelayanan kesehatan, 0,15 4 0,60 Mendukung
perdagangan dan pendidikan hal ini akan membantu proses penyelesaian masalah program
kesehatan perkesmas
dan terposisi
dengan baik
3 Adanya peningkatan jumlah kebutuhan tenaga perawat dan pengembangan tingkat 0,10 3 0,30 Membantu
pendidikan tenaga keperawatan pelayanan
perkesmas
4 Adanya 3 lembaga pendidikan kesehatan ( Poltekes Yapkesbi, Universitas Sukabumi 0,08 3 0,24
dan SITKES Sukabumi)
5 Adanya kebijakan dinas kesehatan profinsi untuk melaksanakan kegiatan program 0,08 3 0,24 Pendukung
keperawatan komunitas melalui Nursing Center (NC) untuk dilaksanakan di setiap kecepatan/
kota/kabupaten akurasi
sistem
pelayanan
kesehatan
dan
memerlukan
inovasi
6 Adanya aturan Permenkes No. 279 tentang pelaksanaan perkesmas 0,08 4 0,32 Memperkuat
pelaksanaaa
n perkesmas
2 Adanya universal coverarage yang mana harus menyediakan pelayanan masyarakat 0,03 2 0,06 Masih
tidak mampu dipertanyaka
n
3 Terjadinya peningkatan teknologi pelayanan keperawatan/kedokteran 0,03 2 0,06
5 Meningkatnya jumlah lansia, Penyakit tidak menular dan penyakit menular (penyakit 0,08 4 0,32 Perlu
tropis, penyakit infeksi) serta multi bourden desease peningkatan
pelayanan
kesehatan
berbasis
masyarakat
1,0 3,2
Keterangan :
1 = dibawah rata-rata
2 = rata-rata
3 = diatas rata-rata
4 = Sangat bagus
BAGAN MATRIXS INTERNAL EXSTERNAL TOTAL IFE
2,59
kuat
I II III
3,2
3,0
Sedang IV V VI
2,0
1,0
Dari gambar matrixs diatas diperoleh hasil posisi Grow and Build. Strategi yang digunakan adalah
strategi intensif (market penetration, market development dan product development) dan strategi
integratif (backward ibtegration, foward integration dan hirizontal integration).
B. Rencana Strategi
1. Peningkatan biaya operasional pelaksanaan perkesmas
2. Peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan perkesmas secara rutin
3. Pengembangan perkesmas disetiap puskesmas
4. Penyediaan fasilitas dan sarana prasarana : ruangan khusus, PHN Kit minimal 1/desa, PPGD Kit
5. Pengembangan program layanan kesehatan berbasis komputerisasi (Sistem Informasi Kesehatan )
6. Pengembangan pelayanan kesehatan melalui penelitian dan penerapan praktik berdasarkan bukti
(evidence-base practice)
7. Ditetapkan adanya perawat penyelia Kab/Kota di Tk. Dinkes
8. Ditetapkannya SOP/standar/pedoman pelaksanaan kegiatan perkesmas
9. Pengembangan dukungan administrasi
10. Pengembangan kerjasama dengan lembaga pendidikan kesehatan
Kesimpulan
Hasil penelitian dengan melakukan analisa SWOT faktor internal dengan hasil kekuatan kecil
sebesar 2,59 dan faktor eksternal di atas rata – rata dengan nilai 3,2, setelah dilakukan pembobotan.
Hasil matrixs pada posisi Grow and Build. Strategi yang digunakan adalah strategi intensif (market
penetration, market development dan product development) dan strategi integratif (backward
ibtegration, foward integration dan hirizontal integration).
Saran
Referensi
American Nurses Association. (2004). Scope and Standards for Nurses Administrator. 2
Edition. Washington: Nursesbooks.org.
American Public Health Association, Public Health Nursing Section.(1996). Essential of
Master's Level Nursing Education for Advance Community/Public Health Nursing
Practice. New York: Association of Community Health Nurse Educator.
Anderson. McFarlane (2000). Community As Partner : Theory and Practice ini Nursing.
3th.ed. Philadelhia. Lippincott
Arikunto, S. (1998:229-230). Prosedur penelitian suatu pendekatan Praktek,Edisi Revisi,
cetakan kesebelas. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
_________. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
_________. (2002). Evaluasi Program Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: PT.Rhineka
Cipta
Azrul, A. (2001). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara.
Azwar, S. (2009). Sikap Manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka pelajar
Offset.
Bacal, R. (2002:149). How To Manage Performance Management. New York: McGraw-
Hill Companies.Inc.
Barbara L. Paterson1, L. D.-L., Kathleen Cruttenden3. (2009). contextual Factors
Influencing the Evolution of Nurses' Roles in a Primary Health Care. public Health
Nursing,DOI: 10.1111/j.1525-1446.2009.00800.x.
Bernadin, H. d. J. R. (1993). Human Resource Management. Singapore: MacGraw Hill.Inc.
Budiarto, E. (2001). Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC.
Brockopp, D.Y (2000). Dasar - Dasar Riset Keperawatan. Alih Bahasa; Yasmin, Aniek.
Ed.2. Jakarta: EGC