Anda di halaman 1dari 2

Cacing dan Protein

Elfizon Amir

Cacing. Tidak ada yag tidak kenal cacing. Semua oran mengenalnya mulai dari anak-anak sampai kakek
nenek. Namun ternyata cacing juga punya banyak jenis. Ada cacing yang bermanfaat di dunia
pertanian untuk penggemburan tanah, namun ada juga yang malah sangat ditakuti karena penyakit
yang ditimbulkannya.

Cacing tanah bahkan dibuat sebagai mainan untuk menghilangkan kejenuhan. Dengan menggunakan
sebatang lidi, cacing dicongkel, diangkat dan tidak jarang dijadikan sebagai bahan candaan untuk
menggoda mereka yang jijik dan takut cacing.

Cacing tanah juga sering dijadikan sebagai umpan untuk memancing ikan di sungai. Cacing merupakan
umpan yang murah, meriah dan mudah mendapatkannya. Bagi yang akan memancing, cukup hanya
menggali tanah di pinggir sungai, cacing bisa diperoleh. Jika tidak jijik, bisa ratusan cacing
dikumpulkan dan dapat dibagi dengan teman.

Namun cacing juga jadi makhluk yang mengerikan bagi para ibu. Cacing ini adalah cacing yang menjadi
parasit pada tubuh manusia. Setiap kali datang ke puskesmas, ibu selalu dapat peringatan. Hampir
disetiap sudut terpampang “Awas. Cacing akan menggerogoti kesehatan anak anda. Periksakan segera
dan berikan obat anti cacing secara teratur”. Jika cacing dibiarkan bersarang dalam tubuh, sedikit
demi sedikit darah akan dihisapnya dan makanan yang dimakan akan diambilnya. Akibatnya,
penderita cacingan akan mengalami kekurangan gizi dan kurang darah. Maka tinggal hanya kulit
pembalut tulang dengan perut buncit dan mata cekung.

Namun beberapa waktu yang lalu saat di ruang rapat Komisi XI DPR RI, mengomentari ditemukannya
cacing pada makanan ikan kaleng, mentri kesehatan menyatakan bahwa cacing adalah sumber
protein. Cacing tidak akan menimbulkan bahaya jika diolah dengan benar. Setelah di masak cacingnya
akan mati dan makanannya jadi steril ujar menkes berkilah.

BPOM menyatakan bahwa cacing yang ditemukan dalam makanan kaleng tersebut adalah jenis Cacing
parasit anisakis sp. Cacing ini akan menimbulkan masalah jika tidak dimasak dengan benar. Tubuh
cacing yang mengandung protein, bisa saja mengandung zat tertentu yang bersifat sebagai alergen
dan dapat menimbulkan reaksi alergi pada orang tertentu. Walaupun dimasak dan cacingnya mati,
namun reaksinya alergi berupa gatal-gatal atau bahkan bisa reaksi alergi yang berat bisa saja terjadi.

Meski disebutkan bahwa cacing tersebut sudah dalam keadaan mati, namun bahaya yang diakibatkan
patut tetap diperhitungkan. Standar makanan kaleng, tidak ada cacingnya, artinya kalau ada cacing
berarti tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, kata Direktur Inspeksi dan Sertifikasi
Pangan BPOM, Tetty Helfery Sihombing.

Meskipun cacing mengandung protein, namun estetikanya mengkomsumsi cacing sebagai sumber
protein sangat tidak mungkin. Jangankan memakannya, melihatnya saja di tengah makanan, sudah
menjijikkan dan menghilangkan selera makan. (Elfizon Amir)

Anda mungkin juga menyukai