BANDUNG
DESEMBER 2017
SKRIPSI
STUDI EKSPERIMENTAL BETON GEOPOLIMER
BERBAHAN DASAR SLAG DENGAN VARIASI
MOLAR SODIUM HIDROKSIDA SEBAGAI
AKTIVATOR
PEMBIMBING
BANDUNG
DESEMBER 2017
PERNYATAAN
NPM : 2014410163
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul : Studi Eksperimental
Beton Geopolimer Berbahan Dasar Slag Dengan Variasi Molar Sodium
Hidroksida Sebagai Aktivator adalah karya ilmiah yang bebas plagiat. Jika
dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2014410163
STUDI EKSPERIMENTAL BETON GEOPOLIMER
BERBAHAN DASAR SLAG DENGAN VARIASI
MOLAR SODIUM HIDROKSIDA SEBAGAI
AKTIVATOR
Liesly Felicity Setiawan
NPM : 2014410163
ABSTRAK
Bahan konstruksi yang digunakan pada umumnya berbahan dasar beton yang memiliki bahan
dasar semen. Semen dianggap kurang ramah lingkungan dikarenakan pada proses pembuatannya
menghasilkan gas karbondioksida (CO2) yang mengakibatkan pemanasan global. Salah satu upaya
untuk mengatasi masalah ini adalah mencari bahan lain sebagai pengganti semen yang ramah
lingkungan. Slag sebagai bahan limbah dari hasil peleburan baja dapat gunakan sebagai binder untuk
membuat beton. Slag diaktifkan dengan larutan aktivator dengan senyawa sodium silikat dan sodium
hidroksida. Campuran dari slag, larutan aktivator, pasir, dan kerikil ini disebut beton geopolimer.
Pada studi eksperimental ini akan diteliti slag yang diaktifkan dengan 3 macam variasi molaritas
yaitu 8M, 10M, dan 12M. Campuran perbandingan antara binder : pasir : kerikil adalah 1 : 1,25 :
1,3. Binder teridri dari slag dan aktivator dengan perbandingan 0,65 : 0,35. Sementara perbandingan
aktivator yang terdiri dari NaOH : Na2SiO3 adalah 2 : 3. Parameter yang ditinjau dari beton
geopolimer adalah uji kuat tekan, uji kuat tarik belah, dan uji kuat geser. Pengujian kuat tekan
menggunakan 2 jenis benda uji silinder, pertama benda uji silinder berdimensi 50 mm x 100 mm
untuk mengetahui faktor umur sebanyak 36 benda uji yang diuji pada umur 7, 14, 21 dan 28 hari.
Kedua benda uji silinder berdimensi 100 x 200 mm untuk mengetahui kuat tekan 28 hari sebanyak
9 benda uji. Pengujian kuat tarik belah menggunakan benda uji silinder berdimensi 50 mm x 100
mm sebanyak 9 benda uji dan diuji pada umur 28 hari. Pengujian kuat geser menggunakan balok
berdimensi 150 mm x 100 mm x 50 mm sebanyak 9 benda uji dan diuji pada umur 28 hari.
Dari hasil pengujian diperoleh kuat tekan beton rata – rata pada umur 28 pada untuk benda uji
silinder berukuran 50 mm x 100 mm pada konsentrasi NaOH 8M, 10M dan 12M adalah masing-
masing 15,433 MPa, 16,091 MPa, dan 14,961 MPa. Untuk pengujian tekan dengan benda uji silinder
berukuran 100 mm x 200 mm pada konsentrasi NaOH 8M, 10M dan 12M masing-masing adalah
16,969 MPa, 13,381 MPa, dan 24,415 MPa. Nilai kuat tarik belah rata – rata untuk pengujian tarik
belah pada umur 28 hari pada konsentrasi 8M, 10 M dan 12M masing-masing adalah 1,526, 2,027,
dan 1,561. Nilai kuat geser rata – rata untuk pengujian kuat geser pada umur 28 hari pada konsentrasi
NaOH 8M, 10 M dan 12M masing-masing adalah 2,568 MPa, 2,425 MPa, dan 2,583 MPa.
Studi eksperimental beton geopolimer berbahan dasar slag dalam penelitian ini membuktikan
bahwa kuat tekan dan kuat geser yang optimum pada konsentrasi molaritas 12M, dan kuat tarik
belah optimum pada konsentrasi molaritas 10M.
Kata kunci: beton geopolimer, slag, binder, aktivator, kuat tekan, kuat tarik belah, kuat geser.
i
EXPERIMENTAL STUDY ON SLAG-BASED
GEOPOLYMER CONCRETE WITH MOLAR
VARIATIONS OF SODIUM HYDROXIDE AS AN
ACTIVATOR
Liesly Felicity Setiawan
NPM : 2014410163
ABSTRACT
The main construction material commonly is concrete, whose a main composition is cement.
Cement is not environmentally friendly because in the process of making cement produced carbon
dioxide (CO2) that causes global warming. To overcome this problem, we must find another material
to replace cement which is environmentally friendly. Slag as a waste material produced from blast
furnace of steel can be used as a binder when it was activated by an activator solution of sodium
silicate and sodium hydroxide. The mixture of slag, activator solution, fine aggregates, and coarse
aggregates is called geopolymer concrete.
In this experimental study, geopolymer concrete consist of 3 variations of activators molarity
which is 8M, 10M, and 12M. Composition of binder : fine aggregates : coarse aggregates is 1.0 :
1.25 : 1.3. Binder consists of slag and activator with a ratio of 0.65 : 0.35. The activator is made
from NaOH : Na2SiO3 with a ratio of 2 : 3. The parameter that will be observed from the geopolymer
concrete are compressive, tensile, and shear strength. The concrete’s compressive strength will be
tested from two types of cylinders specimen: firstly 50 mm x 100 mm with the total of 36 cylinders
specimen for age factor, on 7th, 14th, 21st, and 28th days, and secondly 100 mm x 200 mm of 9
cylinders specimen which is tested on 28th day. The splitting tensile strength will be tested with 50
mm x 100 mm of 9 cylinders specimen, tested on the 28th day. The shear strength will be tested with
150 mm x 100 mm x 50 mm beam sized, with the total of 9 beams tested on the 28th day.
As the result, the average compressive strength of 50 mm × 100 mm cylinder specimen on 28th
day with a NaOH concentration of 8M, 10M and 12M are 15.433 MPa, 16.091 MPa, and 14.961
MPa respectively. The average compressive strength of 100 mm × 200 mm cylinder specimen on
28th day with NaOH concentration of 8 M, 10M and 12M are 16.969 MPa, 13.381 MPa, and 24.415
MPa respectively. The average of splitting tensile strength for 28 days for NaOH concentration
variation of 8 M, 10M and 12M are 1.526 MPa, 2.027 MPa, and 1.561 MPa respectively. The
average shear strength of 8 M, 10M and 12M are 2.568 MPa, 2.425 MPa, and 2.583 MPa
respectively
This experimental study of slag-based geopolymer concrete shows that the compressive
strength and shear strength optimum for 12 M NaOH activator concentration and the splitting tensile
strength optimum for 10 M NaOH activator concentration.
Keywords: geopolymer concrete, slag, binder, activator, compressive strength, splitting tensile
strength, shear strength.
iii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
penyertaanNya selama penulis menjalani penyusunan skripsi yang berjudul Studi
Eksperimental Beton Geopolimer Berbahan Dasar Slag Dengan Variasi Molar
Sodium Hidroksida Sebagai Aktivator akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusunan skripsi ini merupakan syarat kelulusan studi S-1 Program Studi Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung tempat penulis
menjalankan studinya.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat kelulusan studi S-1
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Parahyangan,
Bandung. Mata kuliah skripsi ini merupakan mata kuliah wajib berbobot 6 sks dan
dapat ditempuh setelah lulus 120 sks.
Proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari hambatan, baik selama proses
persiapan, pelaksanaan, pengujian, maupun penulisan. Oleh karenanya penulis
sangat berterima kasih atas saran, kritik, serta dorongan yang diberikan oleh
berbagai pihak selama proses pembuatan skripsi ini hingga akhirnya skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Untuk itu penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang sedalam – dalamnya kepada :
v
5. Orang tua penulis Benyamin Setiawan dan Irenewati Puradisastra yang
senantiasa memberi dorongan semangat dan bantuan dalam proses penelitian
skripsi ini.
6. Timothy Hartono yang senantiasa membantu dalam persiapan, pengujian, dan
penyusunan skripsi ini.
7. Joey yang senantiasa membantu, menemani, dan menyemangati penulis
dalam membuat skripsi ini.
8. Bapak Ir. Teguh Farid dan Bapak Markus Didi yang banyak membantu dan
memberi arahan dalam persiapan bahan, pembuatan benda uji, dan uji
eksperimental di laboratorium.
9. Teman – teman seperjuangan skripsi, Fenita, Andreas, Fidelis, Henry, Ryan,
Felin dan Adrian yang senantiasa membantu dan memberikan semangat atas
penyusunan skripsi ini.
10. Teman – teman, Valencia, Devina, Vanessa L., Hanna, Jane, Felicia, Vanessa
N., Raymond N.S., dan yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas
dorongan semangat dalam pembuatan skripsi ini.
11. Sipil 2014 atas kebersamaannya selama studi di UNPAR.
12. Semua pihak yang telah membantu dan mendoakan yang tak bisa disebutkan
satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis
menerima segala bentuk saran dan kritik yang membangun dan berharap skripsi ini
dapat berguna untuk penelitian dan penerapan kelak di masa yang akan datang.
Penulis,
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
PRAKATA .............................................................................................................. v
vii
2.4 Metode Pengujian Beton Geopolimer .................................................. 2-13
viii
BAB 4 ANALISIS HASIL PENGUJIAN ........................................................... 4-1
4.1.1 Analisis Faktor Umur Kuat Tekan Beton Geopolimer .................. 4-1
4.1.2 Analisis Kuat Tekan Beton Geopolimer Pada Umur 28 Hari ...... 4-11
ix
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN
α = Koefisien kuat tarik belah
𝑓𝑐 = Kuat tekan beton (MPa)
𝑓𝑐′ = Kuat tekan karakteristik beton (MPa)
𝑓𝑐𝑡 = Kuat tarik beton (MPa)
Fv = Kuat geser beton (MPa)
A = Luas permukaan benda uji tertekan (mm2)
Ar = Massa atom relatif
C = Gaya tekan beton (N)
D = Diameter benda uji (mm)
P = Panjang benda uji (mm)
S = Gaya geser beton
T = Tinggi benda uji (mm)
T = Gaya tarik belah beton
L = Lebar benda uji (mm)
n = Mol
M = Molaritas (M)
Mr = Massa atom relatif unsur
P = Beban (N)
V = Volume benda uji (mm2)
ACI = American Concrete Institute
AD = Air Dry
Al = Alumunium
Al2O3 = Alumunium Trioksida
ASTM = American Society for Testing and Material
C = Karbon
CaO = Kalsium Oksida
Cl = Klorida
CO2 = Karbon Dioksida
Cr2O3 = Krom (III) Oksida
xi
CTM = Compression Testing Machine
Fe = Besi
Fe2O3 = Besi (II) Trioksida
H = Hidrogen
H2O = Air
K2O = Kalium Dioksida
M = Alkali
MnO2 = Mangan (IV) Oksida
MgO = Magnesium Oksida
Na = Natrium
NaOH = Sodium Hidroksida
NaOH(l) = Sodium Hidroksida (liquid)
NaOH(s) = Sodium Hidroksida (solid)
Na2SiO3 = Sodium Silikat
Na2O = Sodium Oksida
OD = Oven Dry
PBI = Peraturan Beton Indonesia
S = Sulfat
SG = Specific Gravity
Si = Silika
SiO2 = Silikat Dioksida
SNI = Standar Nasional Indonesia
SO3 = Sulfat Trioksida
SP = Superplasticizer
SSD = Saturated Surface Dry
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Diagram Alir Penelitian .................................................................. 1-7
Gambar 2.1 Kondisi Kadar Air Agregat ............................................................. 2-6
Gambar 2.2 Diagram kadar slag dengan cementious material lainnya, Bentur
2002 ...................................................................................................................... 2-9
Gambar 2.3 Reaksi Kimia slag dengan Sodium Hidroksida, Aleem 2012 ....... 2-11
Gambar 2.4 Ilustrasi Pengujian Kuat Tarik Belah ............................................ 2-14
Gambar 3.1 Agregat Kasar Lolos Saringan ½ inci (9,5 mm) dan 3/8 inci (9,5
mm) ...................................................................................................................... 3-1
Gambar 3.2 Pasir dengan gradasi saringan No. 4 (4,75 mm), No. 8 (2,36 mm),
dan No. 16 (1,18 mm) .......................................................................................... 3-2
Gambar 3.3 Slag yang lolos saringan No. 200 (0.075 mm) ............................... 3-2
Gambar 3.4 Sodium Silikat ................................................................................. 3-3
Gambar 3.5 Sodium Hidroksida Cair ................................................................. 3-3
Gambar 3.6 Sodium Hidroksida Padat ............................................................... 3-3
Gambar 3.7 Superplasticizer Sika ViscoCrete 3115-N ...................................... 3-4
Gambar 3.8 Sampel Uji Kadar Air ..................................................................... 3-7
Gambar 3.9 Sampel Uji Silt & Clay ................................................................... 3-8
Gambar 3.10 Sampel Uji Silt & Clay Setelah Dicuci......................................... 3-8
Gambar 3.11 Sampel Uji Absorpsi ..................................................................... 3-9
Gambar 3.12 Sampel Uji Spesific Gravity........................................................ 3-10
Gambar 3.13 Berat Isi yang Dipadatkan .......................................................... 3-11
Gambar 3.14 Pengujian Berat Isi Lepas ........................................................... 3-11
Gambar 3.15 Pengujian Kadar Air ................................................................... 3-12
Gambar 3.16 Agregat Halus Ditambahkan Air ................................................ 3-13
Gambar 3.17 Sampel Setelah Air Dibuang ...................................................... 3-13
Gambar 3.18 Sampel SSD ................................................................................ 3-14
Gambar 3.19 Pengujian Spesific Gravity.......................................................... 3-15
Gambar 3.20 Pengujian Berat Isi Padat ............................................................ 3-16
Gambar 3.21 Pengujian Berat Isi Lepas ........................................................... 3-16
Gambar 3.22 Berat Slag dan Piknometer ......................................................... 3-17
Gambar 3.23 Slag Setelah Ditambahkan Air.................................................... 3-17
xiii
Gambar 3.24 Slag Diisi Air Penuh.................................................................... 3-18
Gambar 3.25 NaOH(s) dituangkan ke beaker glass dan ditimbang ................... 3-24
Gambar 3.26 Air Bersih Dituangkan ke beaker glass Berisi NaOH(s).............. 3-25
Gambar 3.27 Penimbangan Na2SiO3 ................................................................ 3-25
Gambar 3.28 Pengadukan NaOH(s) ................................................................... 3-25
Gambar 3.29 Larutan Aktivator yang Telah Didiamkan Selama 24 Jam ......... 3-26
Gambar 3.30 Bahan – Bahan yang Digunakan ................................................. 3-27
Gambar 3.31 Superplasticizer ........................................................................... 3-27
Gambar 3.32 Cetakan ........................................................................................ 3-27
Gambar 3.33 Campuran Agregat Halus dan Slag ............................................. 3-28
Gambar 3.34 Penuangan Aktivator ................................................................... 3-28
Gambar 3.35 Pasta Slag .................................................................................... 3-28
Gambar 3.36 Penumbukan dan Pengetukan Beton ........................................... 3-29
Gambar 3.37 Perataan Beton dengan Alat Perata ............................................. 3-29
Gambar 3.38 Benda Uji Umur 1 Hari Setelah Pengecoran............................... 3-30
Gambar 3.39 Benda Uji Umur 3 Hari Setelah Cetakan Dibuka ....................... 3-30
Gambar 3.40 Perawatan Kering Metode Membran .......................................... 3-31
Gambar 3.41 Benda Uji Sebelum Pengujian .................................................... 3-32
Gambar 3.42 Benda Uji Saat Diuji Tekan ........................................................ 3-32
Gambar 3.43 Hasil Pengujian ........................................................................... 3-33
Gambar 3.44 Benda Uji Setelah Pengujian ....................................................... 3-33
Gambar 3.45 Benda Uji Sebelum Pengujian .................................................... 3-37
Gambar 3.46 Monitor Hasil Pengujian ............................................................. 3-38
Gambar 3.47 Pengujian Tarik Belah ................................................................. 3-38
Gambar 3.48 Beton Setelah Pengujian Kuat Tarik Belah ................................. 3-38
Gambar 3.49 Beton Sebelum Dikeluarkan Dari Kantung Plastik ..................... 3-40
Gambar 3.50 Benda Uji yang Sudah Ditandai .................................................. 3-41
Gambar 3.51 Pengujian Geser .......................................................................... 3-41
Gambar 3.52 Hasil Pengujian ........................................................................... 3-41
Gambar 4.1 Perbandingan Umur Uji dan Faktor Umur Uji / Kuat Tekan 8M ..... 4-2
Gambar 4.2 Perbandingan Umur Uji dan Faktor Umur Uji / Kuat Tekan 10M . 4-3
Gambar 4.3 Perbandingan Umur Uji dan Faktor Umur Uji / Kuat Tekan 12M . 4-4
xiv
Gambar 4.4 Kuat Tekan dan Umur Uji Berdasakran Molaritas ......................... 4-7
Gambar 4.5 Estimasi Kuat Tekan 28 Hari 8M ................................................... 4-8
Gambar 4.6 Grafik Estimasi Kuat Tekan 28 Hari 10M...................................... 4-9
Gambar 4.7 Grafik Estimasi Kuat Tekan 28 Hari 12M.................................... 4-10
Gambar 4.8 Perbandingan Kuat Tekan ............................................................ 4-12
Gambar 4.9 Grafik Kuat Tekan 28 Hari Silinder 50 / 100 ............................... 4-13
Gambar 4.10 Grafik Kuat Tekan Karakteristik Silinder 50 / 100 .................... 4-14
Gambar 4.11 Grafik Kuat Tekan 28 Hari Silinder 100 / 200 ........................... 4-15
Gambar 4.12 Grafik Kuat Tekan Keseluruhan Pada Perbandingan Molaritas . 4-16
Gambar 4.13 Kuat Tarik Belah 8M .................................................................. 4-20
Gambar 4.14 Grafik Kuat Tarik Belah 10M..................................................... 4-21
Gambar 4.15 Koefisien Kuat Tarik Belah 12M ............................................... 4-22
Gambar 4.16 Kuat Tarik Belah Terhadap Molaritas ........................................ 4-23
Gambar 4.17 Kuat Geser 8M ............................................................................ 4-25
Gambar 4.18 Kuat Geser 10M .......................................................................... 4-26
Gambar 4.19 Kuat Geser 12M .......................................................................... 4-27
Gambar 4.20 Grafik Kuat Geser Terhadap Variasi Molaritas .......................... 4-28
Gambar LA.0.1 Wujud slag sebelum dihaluskan.................................................. 2
Gambar LA.0.2 Gradasi 1 kg slag setelah diayak di sieve shaker ........................ 2
Gambar LA.0.3 Gradasi kehalusan slag tiap saringan ayakan .............................. 3
Gambar LA.0.4 Alat penghalus slag ..................................................................... 3
Gambar LA.0.5 Slag setelah dihaluskan (agak berwarna kecoklatan karena profil
U baja agak berkarat) .............................................................................................. 4
Gambar LA.0.6 Gradasi 1 kg slag setelah dihaluskan .......................................... 4
Gambar LC.0.1 Mortar Slag Lolos Saringan No. 100 .......................................... 2
Gambar LC.0.2 Mortar Slag Lolos Saringan No. 50 (terjadi kesalahan penulisan
di benda uji)............................................................................................................. 2
Gambar LC.0.3 Mortar Slag Tidak Diayak ........................................................... 2
Gambar LC.0.4 Hasil Uji Mortar Slag Lolos Saringan No. 100 ........................... 2
Gambar LC.0.5 Hasil Uji Mortar Slag Tidak Diayak ........................................... 2
Gambar LC.0.6 Mortar Slag Campuran 2 ............................................................. 3
Gambar LC.0.7 Mortar Slag Campuran 1 ............................................................. 3
xv
Gambar LC.0.8 Hasil Pengujian Mortar Slag Campuran 2 ................................... 3
Gambar LC.0.9 Hasil Pengujian Mortar Slag Campuran 1 ................................... 3
Gambar LC.0.10 Hasil Sampel Setelah Pengujian ................................................ 4
Gambar LC.0.11 Beton Slag Campuran 2 ............................................................. 4
Gambar LC.0.12 Beton Slag Campuran 1 ............................................................. 4
Gambar LC.0.13 Hasil Pengujian Beton Slag Campuran 2 .................................. 5
Gambar LC.0.14 Hasil Pengujian Beton Slag Campuran 1 .................................. 5
Gambar LC.0.15 Kondisi Beton Slag Campuran 2 Setelah Pengujian ................. 5
Gambar LC.0.16 Kondisi Beton Slag Campuran 1 Setelah Pengujian ................. 5
Gambar LC.0.17 Beton Slag Trial Mix 4 .............................................................. 6
Gambar LC.0.18 Hasil Pengujian Beton Slag Trial Mix 4 .................................... 6
Gambar LC.0.19 Kondsi Beton Slag Trial Mix 4 Setelah Pengetesan .................. 6
Gambar LC.0.20 Beton Slag Trial Mix 5 .............................................................. 7
Gambar LC.0.21 Hasil Pengujian Beton Slag Trial Mix 5 .................................... 7
Gambar LC.0.22 Kondisi Beton Slag Trial Mix 5 Setelah Pengetesan ................. 7
Gambar LC.0.23 Beton slag Trial Mix 6 .............................................................. 8
Gambar LC.0.24 Kondisi Beton Slag Trial Mix 6 Setelah Pengetesan ................. 8
Gambar LC.0.25 Hasil Pengujian Beton Slag Trial Mix 6 .................................... 8
Gambar LC 0.26 Beton slag Trial Mix 7 .............................................................. 9
Gambar LE.0.1 Hasil Uji Kuat Tekan 8M Umur 14 Hari Sampel A-14C* .......... 2
Gambar LE.0.2 Hasil Uji Kuat Tekan 8M Umur 7 Hari Sampel A-7C* .............. 2
Gambar LE.0.3 Hasil Uji Kuat Tekan 8M Umur 28 Hari Sampel A-28C* .......... 3
Gambar LE.0.4 Hasil Uji Kuat Tekan 8M Umur 21 Hari Sampel A-21C* .......... 3
Gambar LE.0.5 Hasil Uji Kuat Tekan 8M Umur 28 Hari Sampel A-28C ............ 4
Gambar LE.0.6 Hasil Uji Kuat Tekan 10M Umur 7 Hari Sampel B-7C* ............ 5
Gambar LE.0.7 Hasil Uji Kuat Tekan 10M Umur 14 Hari Sampel B-14C* ........ 5
Gambar LE.0.8 Hasil Uji Kuat Tekan 10M Umur 21 Hari Sampel B-21C* ........ 6
Gambar LE.0.9 Hasil Uji Kuat Tekan 10M Umur 28 Hari Sampel B-28C* ........ 6
Gambar LE.0.10 Hasil Uji Kuat Tekan 10M Umur 28 Hari Sampel B-28C ........ 7
Gambar LE.0.11 Hasil Uji Kuat Tekan 12M Umur 7 Hari Sampel C-7C* .......... 8
Gambar LE.0.12 Hasil Uji Kuat Tekan 12M Umur 14 Hari Sampel C-14C* ...... 8
Gambar LE.0.13 Hasil Uji Kuat Tekan 12M Umur 28 Hari Sampel C-28C* ...... 9
xvi
Gambar LE.0.14 Hasil Uji Kuat Tekan 12M Umur 21 Hari Sampel C-21C* ...... 9
Gambar LE.0.15 Hasil Uji Kuat Tekan 12M Umur 28 Hari Sampel C-28C ...... 10
Gambar LE.0.16 Hasil Uji Kuat Tarik Belah 10M Umur 28 Hari Sampel B-28T
............................................................................................................................... 11
Gambar LE.0.17 Hasil Uji Kuat Tarik Belah 8M Umur 28 Hari Sampel A-28T 11
Gambar LE.0.18 Hasil Uji Kuat Tarik Belah 12M Umur 28 Hari Sampel C-28T
............................................................................................................................... 12
Gambar LE.0.19 Hasil Uji Kuat Geser 8M Umur 28 Hari Sampel A-28S ......... 13
Gambar LE.0.20 Hasil Uji Kuat Geser 10M Umur 28 Hari Sampel B-28S ....... 13
Gambar LE.0.21 Hasil Uji Kuat Geser 12M Umur 28 Hari Sampel C-28S ....... 14
xvii
DAFTAR TABEL
xix
Tabel 4.12 Massa Jenis Beton Geopolimer 8M ................................................. 4-17
Tabel 4.13 Massa Jenis Beton Geopolimer 10M ............................................... 4-18
Tabel 4.14 Massa Jenis Beton Geopolimer 12M ............................................... 4-18
Tabel 4.15 Kuat Tarik Belah dan Koefisien Kuat Tarik Belah 8M ................... 4-20
Tabel 4.16 Kuat Tarik Belah dan Koefisien Kuat Tarik Belah 10M ................. 4-21
Tabel 4.17 Kuat Tarik Belah dan Koefisien Kuat Tarik Belah 12M ................. 4-22
Tabel 4.18 Kuat Geser dan Koefisien Kuat Geser 8M ...................................... 4-25
Tabel 4.19 Kuat Geser dan Koefisien Kuat Geser 10M .................................... 4-26
Tabel 4.20 Kuat Geser dan Koefisien Kuat Geser 12M .................................... 4-27
Tabel LB.0.1 Mix Design Trial Mix 1 ..............................................................LB-2
Tabel LB.0.2 Mix Design Trial Mix 2 ..............................................................LB-3
Tabel LB.0.3 Mix Design Trial Mix 3 ..............................................................LB-4
Tabel LB.0.4 Mix Design Trial Mix 4 ..............................................................LB-4
Tabel LB.0.5 Mix Design Trial Mix 5 ..............................................................LB-5
Tabel LB.0.6 Mix Design Trial Mix 6 ..............................................................LB-6
Tabel LB.7 Mix Design Trial Mix 7 .................................................................LB-7
Tabel LD.0.1 Mix Design Beton 50 mm x 100 mm 8M .................................. LD-2
Tabel LD.0.2 Mix Design Beton 50 mm x 100 mm 10M ................................ LD-2
Tabel LC.0.3 Mix Design Beton 50 mm x 100 mm 12M ................................ LD-2
Tabel LD.0.4 Mix Design Beton 100 mm x 200 mm 8M ................................ LD-3
Tabel LD.0.5 Mix Design Beton 100 mm x 200 mm 10M .............................. LD-3
Tabel LD.0.6 Mix Design Beton 100 mm x 200 mm 12M .............................. LD-3
Tabel LD.0.7 Mix Design Beton 50 mm x 100 mm x 150 mm 8M................. LD-4
Tabel LD.0.8 Mix Design Beton 50 mm x 100 mm x 150 mm 10M............... LD-4
Tabel LD.0.9 Mix Design Beton 50 mm x 100 mm x 150 mm 12M............... LD-4
Tabel LF.0.1 Uji Kadar Air Agregat Halus ...................................................... LF-2
Tabel LF.0.2 Uji Kadar Silt and Clay Agregat Halus ...................................... LF-2
Tabel LF.0.3 Uji Spesific Gravity Agregat Halus ............................................ LF-3
Tabel LF.0.4 Uji Absorpsi Agregat Halus ....................................................... LF-3
Tabel LF.0.5 Uji Berat Isi Agrgeat Halus ........................................................ LF-4
Tabel LF.0.6 Uji Kadar Air Agregat Kasar ...................................................... LF-5
Tabel LF.0.7 Uji Spesific Gravity Agregat Kasar ............................................ LF-5
xx
Tabel LF.0.8 Uji Absorpsi Agregat Kasar ....................................................... LF-6
Tabel LF.0.9 Uji Silt and Clay Agregat Kasar ................................................. LF-6
Tabel LF.0.10 Uji Berat Isi Lepas Agrgeat Kasar ........................................... LF-7
Tabel LF.0.11 Uji Berat Isi Padat Agregat Kasar ............................................ LF-7
Tabel LF.0.12 Uji Spesific Gravity Slag .......................................................... LF-8
xxi
BAB 1
PENDAHULUAN
1-1
1-2
troposfer dan membuat lapisan yang menyelimuti bumi. Energi dari radiasi
matahari yang telah di absorpsi oleh permukaan bumi akan dipantulkan kembali
yang berupa radiasi infra merah tertahan oleh gas karbondioksida (CO2) yang ada
di troposfer sehingga dipantulkan kembali ke permukaan bumi yang membuat suhu
permukaan bumi menjadi naik atau dengan istilah lainnya pemanasan global.
Untuk mengatasi masalah gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dalam
proses pembuatan semen yang berdampak buruk pada lingkungan, dengan
seiringnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Prof. Joseph Davidovits
menemukan material yang lebih ramah lingkungan untuk menggantikan semen
yang disebut dengan geopolimer. Material tersebut disebut dengan geopolimer
karena merupakan sintesis dari bahan-bahan alam non-organik yang melewati
proses polimerisasi. Material yang digunakan juga harus banyak mengandung
alumunium (Al) dan silika (Si) untuk memperkuat ikatan polimerisasi ketika
diaktifkan oleh aktivator.
Material geopolimer ini banyak terdapat pada hasil limbah perindustrian seperti
fly ash dan slag. Slag adalah hasil residu terak dari pembakaran tanur tinggi dengan
suhu 1500 derajat celcius dari peleburan baja. Setelah proses peleburan wujud slag
berupa cairan kemudian langsung didinginkan dengan menggunakan air dengan
jumlah yang besar. Proses pendinginan ini penting karena untuk mengoptimalkan
sifat-sifat semen dan menghasilkan butiran yang mirip dengan pasir kasar (D.
Suresh & K. Nagaraju, 2005). Kemudian slag akan dikeringkan dan dihaluskan lagi
menjadi butiran serbuk halus.
Agar slag dapat dijadikan sebagai binder untuk beton, perlu ditambahkan
larutan alkali (aktivator) untuk mengaktifkan Al dan Si yang terkandung dalam slag
agar terjadi ikatan polimerisasi yang kuat. Aktivator yang dapat digunakan adalah
yang mengandung unsur alkali (Golongan 1A). Dalam sehari-hari unsur yang
mudah didapatkan yaitu Natrium (Na) dengan aktivator berupa Sodium Silikat
(Na2SiO3) dan Sodium Hidroksida (NaOH). Sodium Hidroksida (NaOH) termasuk
dalam kategori aktivator yang efektif untuk slag (Collins & Sanjayan, 1998; Li
Yongde & Sun Yao, 2000; Song, et al., 2000). Pada umumnya Sodium Hidroksida
(NaOH) 8M sampai 14M dengan Sodium Silikat (Na2SiO3) dengan perbandingan
0,4 sampai 2,5 yang digunakan sebagai aktivator (Hardjito,2005).
1-2
1-3
1-3
1-4
1-4
1-5
1-5
1-6
1-6
1-7
1-7
1-8
1-8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beton
Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidrolik yang lain,
agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang
membentuk massa padat (SNI-03-2847-2002). Agregat halus yang digunakan
biasanya adalah pasir alam maupun pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah
batu, sedangkan agregat kasar yang dipakai biasanya berupa batu alam maupun
batuan yang dihasilkan oleh industri pemecah batu. Seiring dengan penambahan
umur, beton akan semakin mengeras dan akan mencapai kekuatan rencana (f’c)
pada umur 28 hari.
Campuran antara agregat kasar, agregat halus, dan pasta semen, apabila dituangkan
dan diaduk ke dalam suatu cetakan kemudian didiamkan untuk beberapa saat akan
menjadi keras seperti batuan. Proses pengerasan ini terjadi karena proses
pengikatan antara air dan semen terhadap agregat. Proses pengerasan ini juga
berlangsung dari waktu ke waktu sehingga semakin lama umur beton, semakin juga
bertambah kekuatan beton karena proses pengerasan yang semakin kuat.
Jenis – jenis beton dapat diklasifikasikan menurut sifat dan karakteristiknya sebagai
berikut :
1. Jenis Semen
a. Semen portland
b. Semen epoxy kalsium aluminat
c. Geopolimer
2. Berat Isi
a. Beton ringan (< 1900 kg/m3)
b. Beton normal (2200 – 2500 kg/m3)
c. Beton berat (2900 – 6100 kg/m3)
3. Kuat Tekan
a. Beton mutu rendah (fc’ < 20 MPa)
b. Beton mutu sedang (fc’ 21 MPa – 40 MPa)
c. Beton mutu tinggi (fc’ > 41 MPa)
2-1
2-2
4. Kegunaan
a. Beton struktural
b. Beton non – structural (beton isolasi / beton arsitektural)
c. Beton pelidung radiasi
5. Bahan Tambahan
a. Beton serat
b. Beto polimer
c. Beton abu terbang
d. Beton lateks
6. Agregat
a. No – fines concrete (tanpa agregat halus)
b. Micro concrete (tanpa agregat kasar)
c. Gap – graded concrete (gradasi terputus)
7. Tulangan
a. Beton polos (non reinforced concrete)
b. Beton bertulang (reinforced concrete)
c. Prategang penuh (fully prestressed)
d. Prategang parsial (partially prestressed)
Keuntungan beton sebagai bahan konstruksi yaitu sebagai berikut :
1. Dapat dicetak sesuai dengan bentuk dan ukuran yang telah direncanakan.
2. Ekonomis karena tidak membutuhkan pekerja yang ahli, bahan yang diperoleh
relatif mudah, tidak memerlukan alat-alat canggih, dan dapat dibuat di pabrik
secara precast.
3. Tahan terhadap panas api.
4. Dapat dibuat langsung di tempat pelaksanaan.
5. Lebih awet karena hampir tidak memerlukan pemeliharaan dalam jangka
waktu yang panjang.
Sementara kerugian beton sebagai bahan konstruksi adalah :
1. Memiliki sifat getas karena beton tidak kuat terhadap kuat tarik sehingga perlu
penulangan dengan baja.
2. Daktilitasnya rendah.
2-2
2-3
3. Volume dapat mengalami susut pada suhu normal karena adanya pembebanan
dalam waktu jangka panjang, suhu tinggi, atau pengaruh reaksi kimia.
4. Memerlukan pengendalian mutu pada saat pembuatan untuk mencapai
kekuatan rencana yang diinginkan.
2-3
2-4
2.3.1 Air
Air merupakan senyawa yang penting untuk berbagai hal di bumi, mulai untuk
memenuhi kebutuhan tubuh hingga digunakan dalam pembuatan konstruksi
bangunan khususnya beton dan mortar. Satu molekul air mengandung dua atom
hidrogen dan satu atom oksigen dalam ikatan kovalen. Air bersifat tidak berwarna,
tidak berbau, dan tidak berasa. Pada konstruksi beton, air digunakan untuk bereaksi
dengan semen agar semen dapat mengikat aggregat halus dan kasar. Pada penelitian
ini, air digunakan untuk melarutkan NaOH(s) agar menjadi NaOH(l) dengan
molaritas yang telah ditentukan di pembatasan masalah pada penelitian ini.
Berdasarkan SK-SNI 04-1989-F, Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A),
penggunaan air untuk campuran dalam pembuatan beton sebaiknya memenuhi
syarat sebagai berikut:
a. Air harus bersih.
b. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat
dilihat secara visual. Benda-benda tersuspensi ini tidak boleh lebih dari 2
gram/liter.
c. Tidak mengandung garam yang dapat larut dan dapat merusak beton (asam,
zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.
d. Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
e. Tidak mengandung senyawa sulfat (sebagai SO3) lebih dari 1 gram/liter.
2-4
2-5
saringan 3/8 inci (9,5 mm). Ukuran agregat kasar yang diambil didasarkan pada
penelitian yang terlebih dahulu yang menggunakan agregat kasar paling besar
berdimensi 10 mm. Agregat kasar yang baik memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
1. Butiran agregat tidak berpori dan indeks kekasaran (tergores) tidak boleh
melebihi 5% karena apabila lebih dari itu maka agregat bersifat lunak.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%.
3. Tidak boleh mengandung zat – zat yang reaktif terhadap alkali.
4. Butiran agregat yang panjang dan pipih tidak boleh melebihi 20% dari berat
agregat seluruhnya, karena akan membutuhkan binder yang lebih banyak (PBI
pasal 3.4.2 hal 24).
Hal lainnya yang perlu diperhatikan pada agregat yaitu kadar air. Kadar air pada
agregat akan berubah – ubah dengan seiring waktu dan kondisi sekitar. Untuk
merancang beton geopolimer dimana agregat dianggap dalam kondisi SSD (Surface
Saturated Dry) yaitu kondisi dimana agregat halus jenuh dengan air tetapi
permukaannya kering. Pembagian kadar air dapat dibedakan menjadi beberapa
tingkat, yaitu :
1. Kondisi Kering Tungku (Oven Dry)
Kondisi seperti ini di dapat apabila agregat dimasukkan ke dalam oven
dengan suhu lebih dari 100 derajat celcius. Akibat air yang dikandung oleh
agregat menguap semuanya, maka kadar airnya = 0 %.
2. Kondisi Kering Udara (Air Dry)
Kondisi yang terjadi apabila agregat ditempatkan dalam ruangan terbuka,
maka sebagian air yang terdapat dalam agregat akan mengalami penguapan.
Penguapan tersebut tidak akan menghabiskan air yang dikandungnya.
Kondisi seperti ini yang dinamakan dengan kondisi kering udara. Biasanya
pada musim kemarau agregat dalam kondisi ini.
3. Kondisi Jenuh Kering Permukaan atau SSD (Surface Saturated Dry)
Pada tingkat ini adalah kondisi dimana agregat didalamnya jenuh dengan air,
tetapi bagian permukaannya kering, kondisi ini tercapai apabila agregat yang
telah basah dan jenuh dengan air dikeringkan dengan lap bagian
permukaannya.
2-5
2-6
Dalam penelitian ini, agar didapatkan kondisi agregat kasar pada kondisi SSD,
agregat kasar akan direndam terlebih dahulu di dalam ember berisi air seluruhnya
selama 24 jam. Kemudian agregat kasar akan di lap sehingga dicapainya kondisi
SSD.
2-6
2-7
2.3.4 Slag
Slag merupakan hasil residu peleburan baja tanur tinggi bersuhu 1500 derajat
celcius, yang pada awalnya berwujud cair atau liquid kemudian didinginkan dengan
menggunakan air dengan volume yang banyak, lalu slag dihaluskan menjadi butiran
– butiran yang lebih halus menyerupai pasir ataupun semen demi mengoptimalkan
kandungan – kandungan alumunium dan silika yang ada di dalamnya (D. Suresh &
K. Nagaraju, 2005). Alumina dan silika yang terkandung dalam slag dapat
diaktifkan dengan larutan alkali sehingga dapat bereaksi membentuk ikatan polimer
melalui proses polimerisasi untuk mengikat agregat. Slag dapat digunakan sebagai
pengganti semen dalam campuran beton karena pembuatan semen menghasilkan
gas karbondioksida (CO2) yang tidak ramah lingkungan serta membutuhkan energi
yang lebih banyak dalam proses pembuatan semen. Dalam proses pembuatan
portland semen juga menggunakan bahan dasar slag untuk mendapatkan silika,
alumina, dan besi.
Keuntungan menggunakan slag sebagai pengganti semen adalah sebagai berikut
menurut Concrete and Concrete Making Materials :
1. Kekuatan pada umur awal (early strength) lebih tinggi dibandingkan dengan
semen.
2. Lebih tahan terhadap reaksi sulfat di perairan laut karena bereaksi dengan
Ca(OH)2, sehingga membentuk ikatan C-S-H yang mengurangi permeabilitas
dari beton.
2-7
2-8
Berikut adalah komposisi slag yang telah diuji oleh PT. Purna Baja Heckett :
Tabel 2.1 Komposisi slag PT. Purna Baja Hecket
Parameter Hasil
Besi (Fe) 28,47 %
Besi (II) Trioksida (Fe2O3) 40,71 %
Alumunium Trioksida (Al2O3) 4, 79%
Kalsium Oksida (CaO) 31, 24%
Magnesium Oksida (MgO) 8, 03%
Mangan (IV) Oksida (MnO2) 1,75 %
Krom (III) Oksida (Cr2O3) 0,25 %
Natrium Oksida (Na2O) 0,09 %
Kalium Oksida (K2O) 0,01 %
Silikon Dioksida (SiO2) 10, 44 %
2-8
2-9
Berikut adalah gambaran kadar slag apabila dibandingkan dengan semen, fly ash,
dan material cementious lainnya :
Gambar 2.2 Diagram kadar slag dengan cementious material lainnya, Bentur
2002
Slag lebih memiliki persamaan dengan fly ash kelas C karena lebih miliki CaO yang
lebih banyak dibandingkan dengan fly ash kelas F yang lebih miliki kadar SiO2
yang lebih banyak.
2.3.5 Aktivator
Larutan aktivator diperlukan untuk mereaksikan unsur – unsur alumunium (Al) dan
silika (Si) yang terkandung di dalam slag agar dapat membuatan ikatan polimer
untuk mengikat agregat. Aktivator yang dapat digunakan pada slag menurut
Glukhovsky (1980) dapat dibagi menjadi 3 kelompok, dengan M merupakan unsur
kimia golongan 1A (alkali) :
2-9
2-10
1. Sodium Hidroksida
Sodium Hidroksida pada umumnya lebih dikenal dengan soda kaustik atau soda api
yang merupakan komponen inorganik. Sifatnya sangat mudah larut di dalam air dan
mudah menyerap kelembaban pada air dan karbon dioksida di udara. Wujud zat
dari Sodium Hidroksida yaitu padat dan berwarna putih. Sodium Hidroksida perlu
dilarutkan di dalam air agar dapat mencapai molaritas pada penelitian ini yaitu 8M,
10M, dan 12M. Molaritas sendiri merupakan perbandingan antara jumlah mol
terlarut suatu zat dalam suatu campuran dan volume campuran tersebut.
Reaksi – reaksi kimia yang terjadi dalam pengaktifan dengan Sodium Hidroksida
adalah sebagai berikut :
2-10
2-11
Gambar 2.3 Reaksi Kimia slag dengan Sodium Hidroksida, Aleem 2012
Slag yang mengandung unsur alumunium dan silika (Al2O2 dan Si2O5) apabila
direaksikan dengan silikat yang juga terkandung di dalam slag, dan direaksikan
dengan larutan Sodium Hidroksida yang telah dicampur dengan air sesuai dengan
molaritasnya, apabila ketiganya direaksikan akan menghasilkan ikatan geopolymer
awal (geopolymer precursor) yang kemudian bereaksi lagi dengan Sodium
Hidroksida yang akan menghasilkan ikatan geopolimer yang kuat.
Untuk mencapai molaritas larutan Sodium Hidroksida yang sesuai dengan batasan
dalam penelitian ini, digunakan rumus – rumus di bawah ini :
𝒏
𝑴= (2.1)
𝑽
𝒎
𝒏= (2.2)
𝑴𝒓
2. Sodium Silikat
Sodium Silikat pertama kali ditemukan pada tahun 1640 sebagai cairan yang terbuat
dari pasir kuarsa yang dicampur dengan larutan alkali. Sekarang ini, Sodium Silikat
yang lebih dikenal dengan waterglass berwujud cair (aqueous) dan padat, yang
2-11
2-12
berwarna putih agak pucat, serta mempunyai massa jenis berkisar 1,4 gram/cm3
hingga 1,6 gram/cm3. Pada umunya, digunakan dalam semen berbahan khusus,
proteksi kebakaran, tekstil, pembuatan sabun cair dan detergen, dll. Selain itu,
natrium silikat juga dapat dimanfaatkan sebagai inhibitor korosi, katalis dan
koagulan dalam pengolahan air limbah (Fauzan, 2013).
Produksi Sodium Silikat yang berwujud cair adalah dari Sodium Hidroksida
yang direaksikan dengan pasir kuarsa (SiO2) dan air dalam suatu tangki yang besar
lalu dimasukan ke dalam reaktor yang panas bersuhu 1600 derajat celcius. Namun
saat ini natrium silikat juga dapat diproduksi melalui proses ekstraksi bahan-bahan
yang mengandung silika dengan senyawa alkali pada suhu yang relatif rendah yaitu
95-105°C (Uhlmann dan Kreidl, 1980). Produksi Sodium Silikat yang berwujud
padat direaksikan dari Sodium Karbonat (Na2CO3) dan Sodium Sulfat (Na2SO4)
dengan temperatur yang lebih rendah daripada reaksi Sodium Silikat cair yaitu pada
suhu 900 derajat celcius.
Kegunaan dari Sodium Silikat dalam reaksi pada beton geopolimer adalah untuk
mempercepat reaksi – reaksi kimia antara alumunium dan silikat. Akan tetapi,
penggunaan Sodium Silikat harus digabungkan dengan Sodium Hidroksida, apabila
tidak akan terjadi retakan – retakan mikrostruktur.
2.3.6 Superplasticizer
Menurut ASTM C494 dan British Standard 5075, superplasticizer adalah bahan kimia
tambahan pengurang air yang sangat effektif. Superplasticizer juga dapat membuat
sifat beton menjadi lebih encer karena memperbaiki workabilitas sehingga beton dapat
memiliki kemampuan mengalir yang tinggi dan sifat mengalir (self compacting) yang
tahan lama dan beton dapat memadat dengan sendirinya. Akan tetapi, dalam beton
geopolimer berbahan slag, superplasticizer tidak akan membuat beton slag menjadi
self compacting, melainkan hanya akan mengurangi rasio aktivator dan slag (Palacios
& Puertas, 2004).
Pada umumnya, kadar superplasticizer yang digunakan pada beton adalah 0,8 – 2,0 %
dari berat binder pada campuran beton. Pada penelitian ini, digunakan superplasticizer
jenis Sika ViscoCrete 3115-N. Kadar superplasticizer yang digunakan pada penelitian
ini yaitu 2%.
2-12
2-13
2-13
2-14
2-14
2-15
campuran beton dan juga untuk menjaga beton agar tidak terjadi susut yang
berlebihan karena kehilangan kelembaban yang dapat menyebabkan retak – retak.
Perawatan yang baik juga diharapkan dapat mengoptimalkan kekuatan beton.
Ada empat jenis metoda perawatan yang dapat dilakukan terhadap beton
geopolimer, antara lain:
1. Perawatan normal, yaitu dengan merawat dengan cara memberi air secara
terus menerus, atau dengan merendam dalam air pada suhu 23 ± 2° C.
2. Perawatan dengan membran, dilakukan dengan cara menutup permukaan
beton dengan lapisan tipis berupa plastik yang tidak dapat ditembus oleh air.
Tujuannya untuk melindungi air dalam beton supaya tidak cepat menguap
keluar.
3. Perawatan dengan oven. Memasukkan beton geopolimer ke dalam oven
dengan menaikkan temperaturnya, sehingga mempercepat proses hidrasi dan
kekuatan pada beton.
4. Perawatan dengan uap, yaitu memasukkan beton ke dalam ruangan uap. Suhu
yang tinggi pada uap akan mempercepat proses hidrasi, tanpa ada kehilangan
air, metode ini dapat dilakukan dengan uap bertekanan tinggi, atau tanpa
tekanan.
Pada penelitian ini dilakukan perawatan beton dengan metode membran
menggunakan plastik kedap udara.
2-15
2-16
2-16
BAB 3
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENGUJIAN
1. Agregat Kasar
Agregat kasar yang digunakan dalam penelitian ini merupakan batu yang
berasal dari gunung Galunggung. Gradasi agregat kasar yang digunakan dalam
penelitian ini adalah agregat kasar yang lolos saringan 3/8 inci (9,5 mm).
2. Agregat Halus
Agregat halus yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pasir yang
berasal dari gunung Galunggung. Gradasi agregat halus yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pasir yang lolos saringan No. 4 (4,75 mm) sebanyak 15%,
pasir lolos saringan No. 8 (2,36 mm) sebanyak 15%, dan pasir lolos saringan
No. 16 (1,18 mm) sebanyak 70%.
3-1
3-2
Gambar 3.2 Pasir dengan gradasi saringan No. 4 (4,75 mm), No. 8 (2,36
mm), dan No. 16 (1,18 mm)
3. Slag
Slag yang digunakan dalam penelitian ini merupakan slag yang berasal dari
PT. Purna Baja Heckett yang berasal dari peleburan baja dari PT. Krakatau
Steel. Slag yang akan dijadikan binder sudah dihaluskan terlebih dahulu karena
butiran slag yang didapatkan berdimensi 0,4 – 0,6 mm. Kemudian slag yang
telah dihaluskan diayak sampai butiran yang lolos saringan No. 200 (0,075
mm). Slag yang digunakan berwarna kehitam – hitaman.
Gambar 3.3 Slag yang lolos saringan No. 200 (0.075 mm)
3-2
3-3
4. Sodium Silikat
Sodium Silikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sodium silikat yang
berwujud cair dan memiliki warna putih ke abu – abuan dan bersifat kental.
5. Sodium Hidroksida
Sodium hidroksida yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sodium
hidroksida yang berwujud padat dan berbentuk serpihan dengan kadar 98%.
Lalu sodium hidroksida padat (NaOH(s)) dilarutkan dengan air sehingga akan
menjadi sodium hidroksida cair (NaOH(l)) dengan molaritas yang telah
ditetapkan dalam penelitian ini.
3-3
3-4
6. Air Bersih
Air bersih yang digunakan dalam penelitian ini berfungsi untuk melarutkan
sodium hidroksida padat (NaOH(s)) agar menjadi sodium hidroksida cair
(NaOH(l)). Air yang digunakan merupakan air tanah yang terdapat di
Laboratorium Teknik Struktur Universitas Katolik Parahyangan Bandung.
7. Superplasticizer
Superplasticizer yang digunakan dalam campuran beton geopolimer pada
penelitian ini adalah Sika ViscoCrete 3115-N. Superplasticizer berfungsi untuk
mengurangi rasio antara liquid dan solid dalam campuran beton geopolimer.
Berdasarkan aturan pemakaian pada brosur Sika ViscoCrete 3115-N dosis
pemakaian superplasticizer yang dianjurkan untuk beton adalah 1 – 2 % dari
berat binder. Dalam penelitian ini dosis superplasticizer yang digunakan
adalah 2%.
3-4
3-5
3-5
3-6
3-6
3-7
b. Peralatan Pengujian:
- 3 buah container
- Oven
- Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr
c. Langkah Pengujian:
1. Timbang berat container.
2. Ambil sampel pada keadaan asli 200 gr (X gr).
3-7
3-8
3. Cuci sampel
3-8
3-9
3-9
3-10
7. Sampel lain direndam dalam air pada gelas ukur hingga sampel
mencapai volume 500 ml dan bagian luar dari gelas kering.
3-10
3-11
Gambar 3.14 Pengujian Berat Isi Gambar 3.13 Berat Isi yang
Lepas Dipadatkan
b. Peralatan Pengujian:
- 3 buah container
- Oven
- Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr
c. Langkah Pengujian:
1. Timbang berat container.
2. Ambil sampel pada keadaan asli 100 gr (X gr).
3. Sampel dikeringkan dalam oven selama 24 jam.
3-11
3-12
b. Peralatan Pengujian:
- 3 buah container
- 3 buah gelas ukur
- Kaca pengaduk
- Oven
c. Langkah Pengujian:
1. Timbang berat container.
2. Ambil sampel kering dalam oven seberat 100 gr (X gr).
3. Masukan sampel ke dalam gelas ukur lalu tambahkan air sampai
tinggi air kira-kira 12 cm diatas permukaan pasir
3-12
3-13
3-13
3-14
b. Peralatan Pengujian:
- 3 buah container
- 3 buah gelas ukur
- Kaca pengaduk
- Timbangan
- Kerucut SSD dan penumbuknya
- Oven
c. Langkah pengujian:
1. Ambil sampel dalam ember 2 kg dan rendam selama 24 jam.
2. Air dibuang, sampel ditaburkan pada permukaan penyerap air di
bawah sinar matahari.
3. Buat sampel kering permukaan menggunakan kerucut SSD dan
penumbuknya. Pengujian SSD dilakukan dengan cara:
- Isi kerucut SSD 1/3 bagian dengan pasir, kemudian tumbuk 5 kali.
Ulangi langkah tersebut hingga kerucut SSD terisi 3/3 bagian.
- Isi kerucut SSD hingga penuh, kemudian ditumbuk 1 kali.
- Lepaskan kerucut SSD.
- Apabila pasir runtuh sebagian menandakan bahwa pasir tersebut
telah mencapai kondisi SSD, apabila pasir tidak runtuh
menandakan bahwa pasir tersebut masih dalam kondisi basah, dan
apabila seluruh pasir runtuh menandakan bahwa pasir tersebut
terlalu kering.
4. Ambil dua bagian sampel dengan berat masing-masing 100 gr (A gr).
3-14
3-15
7. Sampel lain direndam dalam air pada gelas ukur hingga sampel
mencapai volume 500 ml dan bagian luar dari gelas kering.
3-15
3-16
Gambar 3.21 Pengujian Berat Isi Gambar 3.20 Pengujian Berat Isi
Lepas Padat
b. Peralatan Pengujian:
- Piknometer
- Corong
- Pipet
- Sendok
- Container
- Timbangan ketelitian 0,01 gram
c. Langkah pengujian:
1. Ambil ±100 gram slag.
3-16
3-17
3-17
3-18
3-18
3-19
o Ukuran benda uji silinder dengan diameter 100 mm dan tinggi 200 mm
o Koreksi volume 15%
o Agregat Kasar : Agregat Halus = 1,3 : 1,25
o Perbandingan Agregat Halus lolos No. 4 : No. 8 : No. 16 = 0,15 : 0,15 :
0,7
o Molaritas NaOH = 10 M
o Superplasticizer 2 %
o Campuran beton geopolimer dengan perbandingan agregat : binder = 2,55
:1
o Campuran beton geopolimer dengan aktivator Na2SiO3:NaOH = 3 : 2
o Slag : Aktivator = 0,65 : 0,35
o Koreksi Aktivator 15%
3-19
3-20
3-20
3-21
WNaOH(s) = 𝑀 𝑥 𝑉 𝑥 𝑀𝑟
dengan:
WNaOH(s) = Berat NaOH(s) yang dibutuhkan
M = Molaritas = 10 M
Mr = Massa atom relatif unsur
V = Volume air (lt) = (1 cm3 air = 1 gram air)
Mr NaOH = 𝐴𝑟 𝑁𝑎 + 𝐴𝑟 𝑂 + 𝐴𝑟 𝐻
Mr NaOH = 23 + 26 + 1 = 4
3-21
3-22
maka:
WNaOH(s) = 𝑀 𝑥 𝑉 (𝑙𝑡) 𝑥 𝑀𝑟
𝑊𝑁𝑎𝑂𝐻(𝑙)−𝑊𝑁𝑎𝑂𝐻(𝑠)
WNaOH(s) = 𝑀 ∙ 𝑀𝑟 ∙ 1000
𝑀 ∙ 𝑀𝑟 ∙ 𝑊𝑁𝑎𝑂𝐻(𝑠) 𝑊𝑁𝑎𝑂𝐻(𝑙)
WNaOH(s) + = 𝑀 ∙ 𝑀𝑟 ∙
1000 1000
𝑀 ∙ 𝑀𝑟 ∙ 𝑊𝑁𝑎𝑂𝐻(𝑙)
1000
WNaOH(s) = 𝑀 ∙ 𝑀𝑟
1+
1000
10 ∙ 40 ∙ 196,6
1000
WNaOH(s) = 10 ∙ 40
1+
1000
3-22
3-23
Slag SP
(gr) (gr)
793,8 24,4
= 2,40
3-23
3-24
3-24
3-25
3-25
3-26
3-26
3-27
- Pipet
c. Langkah pencampuran bahan dan pengecoran:
1. Siapkan bahan - bahan yang akan digunakan dalam pengecoran seperti :
agregat kasar, agregat halus, slag, larutan aktivator, dan superplasticizer.
2. Menyiapkan masing – masing bahan mangkok terpisah sesuai dengan
proporsi yang telah dihitung, untuk superplasticizer disiapkan di
mangkok kecil beserta pipet.
3. Siapkan cetakan yang telah diolesi oli dan pastikan baut pada cetakan
telah dikencangkan. Untuk pengujian geser, pastikan bekisting sudah
terpaku dengan kencang.
3-27
3-28
3-28
3-29
3-29
3-30
3-30
3-31
geopolimer berbahan dasar slag yang cocok adalah perawatan kering pada suhu
sekitar 30 derajat celcius.
3-31
3-32
- Timbangan
c. Langkah uji kuat tekan beton:
1. Pengujian dilakukan pada benda uji beton geopolimer yang telah di
curing dengan membran. Benda uji dikeluarkan dari dalam plastik kedap
air dan tunggu hingga 1 jam.
3-32
3-33
4. Mesin akan menekan permukaan atas benda uji sampai benda uji hancur
atau pada beban maksimum. Nilai beban maksimum tersebut dicatat dan
diperhitungkan untuk kekuatan tekan beton.
Berikut adalah data hasil pengujian beserta hasil perhitungan kuat tekannya:
3-33
3-34
Tabel 3.2 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Geopolimer A-7C*, A-14C*, A-21C*, A-28C*
Diameter Diameter Rata-rata Luas Kuat Kuat Tekan
Umur Massa Beban
1 2 diameter Permukaan Tekan Rata-Rata
(hari) (gr) (mm) (mm) (mm) (mm2) (kN) (MPa) (MPa)
512 51,2 51,2 51,2 2058,874 19,7 9,568
7 491 50,7 50,5 50,6 2010,902 17,9 8,901 9,867
579 49,6 53,2 51,4 2074,991 23,1 11,133
Tabel 3.3 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Geopolimer B-7C*, B-14C*, B-21C*, B-28C*
3-34
3-35
Tabel 3.4 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Geopolimer C-7C*, C-14C*, C-21C*, C-28C*
3-35
3-36
3-36
3-37
3-37
3-38
3-38
3-39
Tabel 3.8 Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Beton Geopolimer A-28T
Kuat
Rata- Rata-
Panjang Panjang Kuat Tarik
Umur Massa D1 D2 rata rata Beban
1 2 Tarik Rata-
diameter Panjang
Rata
(hari) (gr) (mm) (mm) (mm) (mm2) (mm) (mm) (kN) (MPa) (MPa)
500 50,5 50,7 50,6 102 101,9 101,95 11,9 1,466
28 503 49,95 51,5 50,725 101,75 102 101,875 11,5 1,395 1,526
483 49,8 49,5 49,65 101,6 102 101,8 13,6 1,718
Tabel 3.9 Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Beton Geopolimer B-28T
Kuat
Rata- Rata-
Panjang Panjang Kuat Tarik
Umur Massa D1 D2 rata rata Beban
1 2 Tarik Rata-
diameter Panjang
Rata
(hari) (gr) (mm) (mm) (mm) (mm2) (mm) (mm) (kN) (MPa) (MPa)
487 53,7 53,1 53,4 104,8 105,3 105,05 13,5 1,541
28 484 50,3 50,1 50,2 100,1 100,25 100,175 17,5 2,22 2,027
Tabel 3.10 Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Beton Geopolimer C-28T
Kuat
Rata- Rata-
Panjang Panjang Kuat Tarik
Umur Massa D1 D2 rata rata Beban
1 2 Tarik Rata-
diameter Panjang
Rata
(hari) (gr) (mm) (mm) (mm) (mm2) (mm) (mm) (kN) (MPa) (MPa)
525 52 52,6 52,3 101,7 101,6 101,65 14,3 1,703
28 509 50,7 50,6 50,65 102 101,7 101,85 12,2 1,507 1,561
506 50,5 50,6 50,55 102,9 102 102,45 12,0 1,474
3-39
3-40
3-40
3-41
4. Atur letak dari pembebanan hingga lurus dan tidak miring yang
bertujuan untuk menghindari ketidakakuratan dalam pengujian kuat
geser.
5. Setelah semua terpasang, mulai diberi beban dengan kecepatan yang
konstan dan relatif sedang pada balok beton geopolimer sampai
timbulnya retakan dan kegagalan sehingga balok tidak dapat lagi
menahan beban.
6. Baca nilai akhir beban hancur yang tertera pada komputer alat UTM.
3-41
3-42
3-42
BAB 4
ANALISIS HASIL PENGUJIAN
4.1 Analisis Uji Kuat Tekan
Pengujian kuat tekan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui mutu dari benda
uji beton geopolimer dan untuk mengetahui pengaruh molaritas pada NaOH
(Sodium Hidroksida) terhadap kekuatan beton geopolimer. Selain itu, pengujian
kuat tekan dilakukan untuk mengetahui pengaruh slag yang diaktifkan sebagai
100% pengganti semen dimana belum ada standar yang mengatur hal ini dan
pengaruh molaritasnya. Pengujian kuat tekan ini terdiri dari 45 benda uji yang
terdiri dari 2 macam ukuran yang terdiri dari masing – masing variasi molaritas
yaitu 8M, 10M, dan 12M. Pertama adalah silinder berdimensi 50 x 100 mm
sebanyak 36 benda uji untuk analisis faktor umur yang diuji pada umur 7, 14, 21,
dan 28 hari. Kedua adalah silinder berdimensi 100 x 200 mm sebanyak 9 benda uji
untuk analisis kuat tekan umur 28 hari.
Pada pengujian kuat tekan beton geopolimer akan didapatkan hasil Sample Peak
Load yang merupakan beban maksimum yang dapat dipikul beton sebelum
mengalami keruntuhan. Data hasil pengujian kuat tekan tersebut kemudian diolah
dengan memperhitungkan faktor luas penampang yang pada akhirnya akan
menghasilkan persamaan regresi yang dapat dilihat di bawah ini :
4-1
4-2
Tabel 4.1 Nilai Faktor Umur/Kuat Tekan 8M
2,2
1,8
Umur Uji (X) / Kuat Tekan (Y')
1,6
1,4
y' = 0,054x + 0,4554
1,2
1 X VS X/Y
0,8
0,6
Linear (X VS X/Y)
0,4
0,2
0
7 14 21 28
Umur Uji (X)
Gambar 4.1 Perbandingan Umur Uji dan Faktor Umur Uji / Kuat Tekan 8M
4-2
4-3
2,5
Umur Uji (X) / Kuat Tekan (Y)
2
y = 0,0489x + 0,5025
1,5
X VS X/Y
1
0
7 14 21 28
Umur Uji (X)
Gambar 4.2 Perbandingan Umur Uji dan Faktor Umur Uji / Kuat Tekan 10M
4-3
4-4
2,4
2,2
2
Umur Uji (X) / Kuat Tekan (Y')
1,8
y' = 0,0532x + 0,4505
1,6
1,4
1,2
1
X VS X/Y
0,8
0,6 Linear (X VS X/Y)
0,4
0,2
0
7 14 21 28
Umur Uji (X)
Gambar 4.3 Perbandingan Umur Uji dan Faktor Umur Uji / Kuat Tekan 12M
4-4
4-5
Tabel – tabel di atas menunjukan data antara umur uji dengan faktor antara umur
uji dan kuat tekan pada setiap molaritas. Data tersebut kemudian diolah kedalam
grafik sehingga akan menghasilkan persamaan regresi. Persamaan regresi tersebut
dapat digunakan untuk mencari estimasi kuat tekan. Berikut adalah contoh
perhitungan untuk mencari estimasi kuat tekan pada 10 M :
Persamaan regresi faktor umur uji dan kuat tekan :
𝑦 ′ = 0,0489𝑥 + 0,5025
Persamaan regresi kuat tekan :
𝑥
𝑦=
0,0489𝑥 + 0,5025
Dengan :
X = Umur Uji (hari)
Y = Kuat Tekan Beton Regresi (MPa)
Dari persamaan kuat tekan regresi, maka akan didapatkan estimasi kuat tekan
beton geopolimer berdasarkan umur beton geopolimer serta grafik hubungan kuat
tekan regesi terhadap umur uji. Faktor umur uji dan grafiknya dapat dilihat di
bawah berikut ini :
4-5
4-6
4-6
4-7
Berikut ini adalah grafik perbandingan antara kuat tekan regresi dan umur uji :
16
14
12
Kuat Tekan (MPa)
10
8M
8
10M
6
12M
4
0
0 7 14 21 28
Umur Uji (Hari)
Grafik di atas menunjukan kuat tekan beton geopolimer terhadap umur uji pada
ketiga molaritas yaitu 8M, 10M, dan 12M. Dari hasil grafik diatas dapat diamati
bahwa perkembangan kuat tekan beton geopolimer pada umumnya memiliki pola
yang mirip. Secara keseluruhan seiring bertambahnya umur uji, semakin tinggi juga
kuat tekan yang didapatkan sesuai dengan bertambahnya faktor umur. Pada umur
awal yaitu umur 7 hari pola kekuatan yang cenderung sama pada ketiga molaritas
dilihat dari kecendrungan mengumpul di satu titik. Kemudian pada umur 14, 21,
dan 28 hari nilai kuat tekan untuk setiap molaritas mulai menyebar. Untuk molaritas
10M memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan molaritas 8M dan
12M dimulai dari umur 14 hari hingga umur 28 hari. Pada umur 28 hari molaritas
10M memiliki kuat tekan tertinggi, kemudian molaritas 12M, dan molaritas 8M
memiliki kuat tekan yang terendah. Dapat disimpulkan bahwa molaritas tidak
berbanding lurus dengan kuat tekan beton geopolimer.
4-7
4-8
Tabel 4.8 Estimasi Kuat Tekan 28 Hari & Kuat Tekan Karakteristik 8M
Estimasi Kuat Tekan 28
Benda Umur Kuat Tekan fc Faktor
Hari : Fcb = fc/faktor
Uji (Hari) (MPa) Umur
umur (MPa)
A-7C*-1 9,568 16,213
A-7C*-2 7 8,901 0,590 15,083
A-7C*-3 11,133 18,863
A-14C*-1 13,797 16,990
A-14C*-2 14 9,087 0,812 11,190
A-14C*-3 10,316 12,704
A-21C*-1 11,374 12,251
A-21C*-2 21 13,169 0,928 14,185
A-21C*-3 11,420 12,301
A-28C*-1 17,059 17,059
A-28C*-2 28 14,313 1 14,313
A-28C*-3 14,928 14,928
Rata – Rata Estimasi Kuat Tekan 28 Hari 14,673
Standar Deviasi 2,219
Kuat Tekan Karakteritsik
11,700
(fcb rata – rata – 1,34*SD)
20
18
16
14
Kuat Tekan (MPa)
Estimasi
12 Kuat Tekan
28 Hari
10
8 Kuat Tekan
Karakteritsik
6
4 Linear (Kuat
Tekan
2 Karakteritsik
0 )
7 14 21 28
Umur (Hari)
4-8
4-9
Tabel 4.9 Estimasi Kuat Tekan 28 Hari & Kuat Tekan Karakteristik 10M
Estimasi Kuat Tekan 28
Benda Umur Kuat Tekan fc Faktor
Hari : Fcb = fc/faktor
Uji (Hari) (MPa) Umur
umur (MPa)
B-7C*-1 9,339 16,860
B-7C*-2 7 9,996 0,554 18,047
B-7C*-3 9,784 17,664
B-14C*-1 10,834 13,742
B-14C*-2 14 8,012 0,788 10,163
B-14C*-3 11,986 15,204
B-21C*-1 12,806 13,952
B-21C*-2 21 18,228 0,918 19,859
B-21C*-3 13,016 14,181
B-28C*-1 11,202 11,202
B-28C*-2 28 18,011 1 18,011
B-28C*-3 19,060 19,060
Rata – Rata Estimasi Kuat Tekan 28 Hari 15,662
Standar Deviasi 2,957
Kuat Tekan Karakteritsik
11,699
(fcb rata – rata – 1,34*SD)
25
20
Kuat Tekan (MPa)
Estimasi Kuat
15 Tekan 28
Hari
Kuat Tekan
10 Karakteristik
5 Linear (Kuat
Tekan
Karakteristik)
0
7 14 21 28
Umur (Hari)
4-9
4-10
Tabel 4.10 Estimasi Kuat Tekan 28 Hari & Kuat Tekan Karakteristik 12M
Estimasi Kuat Tekan 28
Benda Umur Kuat Tekan fc Faktor
Hari : Fcb = fc/faktor
Uji (Hari) (MPa) Umur
umur (MPa)
C-7C*-1 8,219 13,945
C-7C*-2 7 9,626 0,589 16,331
C-7C*-3 9,745 16,533
C-14C*-1 11,283 13,903
C-14C*-2 14 12,828 0,812 15,807
C-14C*-3 9,423 11,612
C-21C*-1 12,087 13,023
C-21C*-2 21 16,450 0,928 17,723
C-21C*-3 12,116 13,054
C-28C*-1 17,261 17,261
C-28C*-2 28 15,047 1 15,047
C-28C*-3 12,576 12,576
Rata – Rata Estimasi Kuat Tekan 28 Hari 14,735
Standar Deviasi 1,911
Kuat Tekan Karakteritsik
12,174
(fcb rata – rata – 1,34*SD)
20
18
16
14 Estimasi Kuat
Kuat Tekan (MPa)
Tekan 28
12 Hari
10
Kuat Tekan
8 Karakteristik
6
Linear (Kuat
4 Tekan
Karakteristik)
2
0
7 14 21 28
Umur (Hari)
4-10
4-11
Dari tabel 4.8 didapat kuat tekan karakteristik pada molaritas 8M sebesar 11,700
MPa, kemudian dari tabel 4.9 didapat kuat tekan karakteristik pada molaritas 10M
sebesar 11,699 MPa, dan dari tabel 4.10 didapat kuat tekan karakteristik pada
molaritas 12M sebesar 12,174 MPa. Estimasi kuat tekan umur 28 hari pada ketiga
molaritas umumnya melampaui batas kuat tekan karakteristik masing – masing
molaritas. Hal ini terjadi karena banyaknya benda uji untuk setiap variasi molaritas
hanya berjumlah 12 benda uji, sehingga persentil kegagalan 5% nya adalah nol.
4-11
4-12
Berikut ini adalah grafik perbandingan antara kuat tekan 28 hari rata – rata silinder
berdimensi 100 x 200 mm (fc 10), kuat tekan 28 hari rata – rata silinder berdimensi
50 x 100 mm (fc 5), dan kuat tekan karakteristik silinder berdimensi 50 x 100 mm
(fc’5) :
25 24,415
20
16,969
16,091
Kuat Tekan (MPa)
15,433 14,961
15 13,381
11,700 11,699 12,174
Fc 100/200
10 Fc 50/100
Fc' 50/100
0
8M 10M 12M
Molaritas
Dari gambar 4.8 dapat dilihat grafik pada umumnya kuat tekan 28 hari pada silinder
berdimensi 100 x 200 mm memiliki nilai yang tertinggi kecuali pada molaritas
10M. Menurut studi literatur seharusnya kuat tekan berbanding lurus dengan
molaritas yang artinya semakin besar molaritas, maka akan semakin tinggi juga
kuat tekannya. Kuat tekan umur 28 hari rata – rata pada silinder 100 x 200 mm
tertinggi terdapat pada molaritas 12M sebesar 24, 415 MPa. Rentang kuat tekan 28
hari silinder berdimensi 100 x 200 mm adalah 11,035 MPa, rentang ini cukup jauh
yang memungkinkan adanya human error atau ketidaksempurnaan pada saat
pengecoran silinder 100 x 200 mm pada molaritas 10M. Tetapi pada molaritas 10M
nilai kuat tekan tertingginya adalah kuat tekan 28 hari rata – rata dengan silinder
berdimensi 50 x 100 mm dengan kuat tekan rata – rata adalah 16,091 MPa. Rentang
kuat tekan 28 hari silinder berdimensi 50 x 100 mm adalah 1,129 MPa. Kemudian
untuk kuat tekan karakteristik silinder berdimensi 50 x 100 mm yang tertinggi
adalah pada molaritas 12 M. Rentang kuat tekan karakteristik ini adalah 0,474 MPa.
Dapat disimpulan, pada umumnya kuat tekan tertinggi dimiliki oleh molaritas 12M.
4-12
4-13
Apabila dilihat dari dimensi benda uji, pada molaritas 8M dan 12M dapat dilihat
kuat tekan silinder yang berdimensi 100 x 200 mm memiliki nilai kuat tekan yang
lebih tinggi daripada silinder yang berukuran 50 x 100 mm. Hal ini menunjukan
bahwa semakin besar dimensi silinder yang digunakan, akan semakin tinggi juga
kuat tekannya. Hal ini sesuai dengan studi literatur bahwa semakin besar benda uji
silinder maka akan semakin besar juga kuat tekannya.
19
18,5
18
17,5
Kekuatan (MPa)
17
16,5 y = 17.542e-0.008x 8
16 10
12
15,5
15
14,5
14
8 10 12
Molaritas
Gambar 4.9 menunjukan bahwa kuat tekan 28 hari rata – rata pada silinder
berdimensi 50 x 100 mm pada molaritas 10M adalah kuat tekan tertinggi dan pada
molaritas 12M merupakan kuat tekan terendah. Apabila dianalisis menggunakan
regresi eksponensial dapat dilihat kuat tekan 28 hari rata – rata silinder berdimensi
4-13
4-14
50 / 100 cenderung menurun apabila molaritas semakin tinggi. Rentang kuat tekan
28 hari rata – rata silinder berdimensi 50 x 100 memiliki rentang yang sangat jauh
yaitu sebesar 3 MPa. Hal ini mengakibatkan kurang akuratnya hasil regresi
eksponensial karena rentang data yang terlalu jauh.
14
13,5
13
Kekuatan (MPa)
12,5
y = 10.735e0.0099x
12
8
11,5 10
12
11
10,5
10
8 10 12
Molaritas
4-14
4-15
26
24
22
Kekuatan (MPa)
20
y = 7.1265e0.091x
18
8
16 10
12
14
12
8 10 12
Molaritas
Gambar 4.11 menunjukan grafik antara kuat tekan 28 hari rata 0 rata silinder
berdimensi 100 x 200 mm dengan perbandingan molaritas. Pada molaritas 12M
didapatkan kuat tekan 28 hari rata – rata tertinggi, sementara pada molaritas 10M
kuat tekan 28 hari rata – ratanya terendah. Rentang data kuat tekan 28 hari rata –
rata adalah 11, 035 MPa. Apabila diregresi dengan regresi eksponensial, data
menunjukan kecendrungan untuk naik dengan seiringnya bertambahnya molaritas.
4-15
4-16
24,42
25
20 18,52
16,97
15,43 14,96
Kekuatan (MPa)
15 13,38
11,70 12,17 Fc
11,70
10/20
Fc
10 5/10
Fc'
5/10
0
8 10 12
Molaritas
Gambar 4.12 Grafik Kuat Tekan Keseluruhan Pada Perbandingan Molaritas
4-16
4-17
Dalam penelitian ini juga didapatkan data massa dan ukuran dari benda uji silinder.
Data – data tersebut diolah sehingga didapatkan massa jenis beton geopolimer.
Volume silinder didapatkan dari diameter dan tingginya. Massa jenis beton
geopolimer dihitung dengan membagi massanya dengan volumenya. Berikut
adalah data massa jenis beton geopolimer :
Massa
Massa T1 T2 Trata D1 D2 Drata Volume
Benda Uji Jenis
(gr) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm3)
(gr/cm3)
2,460
A-7C*-1 512 100,4 101,8 101,1 51,2 51,2 51,2 208,152
2,444
A-7C*-2 491 100 99,8 99,9 50,7 50,5 50,6 200,889
2,644
A-7C*-3 579 105,9 105,2 105,55 49,6 53,2 51,4 219,015
2,438
A-14C*-1 515 99,4 99,5 99,45 51,6 52,4 52 211,204
2,488
A-14C*-2 492 99,75 99,5 99,625 50,3 50,25 50,275 197,771
2,497
A-14C*-3 499 100,6 100,5 100,55 49,7 50,9 50,3 199,806
2,451
A-21C*-1 513 101 100,75 100,875 51,7 51,1 51,4 209,315
2,488
A-21C*-2 490 101,1 101,5 101,3 49,5 50 49,75 196,918
2,459
A-21C*-3 499 100,2 100,45 100,325 51,1 50,4 50,75 202,942
2,478
A-28C*-1 508 102,9 102,8 102,85 50,75 50 50,375 204,986
2,439
A-28C*-2 492 102,3 101,7 102 50,1 50,25 50,175 201,681
2,440
A-28C*-3 493 101 100,75 100,875 50,4 50,6 50,5 202,049
2,461
A-28C-1 3904 200 200,5 200,25 100,35 100,5 100,425 1586,157
2,450
A-28C-2 3877 200 201 200,5 100 100,5 100,25 1582,607
2,461
A-28C-3 3910 200 201 200,5 100,9 100 100,45 1588,928
Massa Jenis Rata - Rata 2,473
4-17
4-18
Massa
Berat T1 T2 Trata D1 D2 Drata Volume
Benda Uji Jenis
(gr) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (cm3)
(gr/cm3)
2,458
B-7C*-1 491 101,9 102 101,95 49,9 50 49,95 199,778
2,472
B-7C*-2 510 100,8 100,4 100,6 51 51,2 51,1 206,314
2,474
B-7C*-3 517 99,9 99,6 99,75 51,5 51,8 51,65 208,999
2,444
B-14C*-1 484 100,1 100,4 100,25 49,9 50,4 50,15 198,023
2,466
B-14C*-2 487 100,9 100,7 100,8 49,4 50,5 49,95 197,525
2,496
B-14C*-3 492 99,65 99,75 99,7 50,3 50,05 50,175 197,133
2,437
B-21C*-1 494 101,35 101,5 101,425 50,6 50,3 50,45 202,748
2,559
B-21C*-2 518 99,55 101 100,275 50 51,4 50,7 202,441
2,487
B-21C*-3 489 101,3 101,8 101,55 49,3 50 49,65 196,611
2,880
B-28C*-1 580 101,2 101,1 101,15 50,35 50,34 50,345 201,358
2,507
B-28C*-2 488 100,8 100,7 100,75 49,6 49,6 49,6 194,670
2,523
B-28C*-3 504 100 99,9 99,95 50,7 50,2 50,45 199,800
2,480
B-28C-1 3890 200 199 199,5 99,85 100,25 100,05 1568,437
2,485
B-28C-2 3890 198 200 199 99,9 100,25 100,075 1565,288
2,463
B-28C-3 3905 200 201 200,5 100,3 100,4 100,35 1585,766
Massa Jenis Rata - Rata 2,509
Massa
Berat T1 T2 Trata D1 D2 Drata Volume
Benda Uji Jenis
(gr) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (cm3)
(gr/cm3)
C-7C*-1 485 100,7 100,8 100,75 50,7 49,8 50,25 199,805 2,427
C-7C*-2 486 101,3 101,4 101,35 49 49,4 49,2 192,683 2,522
C-7C*-3 493 101,2 101,3 101,25 50 49,65 49,825 197,415 2,497
C-14C*-1 479 99,6 99,4 99,5 49,65 51,35 50,5 199,295 2,403
C-14C*-2 505 100,9 101,3 101,1 50,6 51 50,8 204,913 2,464
C-14C*-3 479 100,2 100,3 100,25 50,4 50,4 50,4 200,002 2,395
C-21C*-1 490 102,1 101,85 101,975 50,35 50 50,175 201,631 2,430
C-21C*-2 509 101,2 101,4 101,3 51,9 51 51,45 210,606 2,417
C-21C*-3 485 101,5 101,4 101,45 49,6 50 49,8 197,606 2,454
C-28C*-1 512 101,9 101,8 101,85 51,1 51,1 51,1 208,878 2,451
C-28C*-2 501 102,2 102,4 102,3 50,5 50,1 50,3 203,283 2,465
C-28C*-3 509 102,3 102,1 102,2 51,4 52 51,7 214,547 2,372
C-28C-1 3933 210 210 210 99,7 101,4 100,55 1667,529 2,359
C-28C-2 3939 210 210 210 99,65 100,5 100,075 1651,811 2,385
C-28C-3 3946 210 210 210 100 99,65 99,825 1643,569 2,401
Massa Jenis Rata - Rata 2,430
4-18
4-19
Dari tabel 4.9 sampai tabel 4.11 dapat dilihat bahwa massa jenis rata – rata beton
geopolimer 8M adalah 2,473 gr/cm3. Sementara untuk variasi molaritas 10M adalah
2,509 gr/cm3 dan pada variasi molaritas 12M adalah 2,430 gr/cm3. Menurut SNI
03-2384-2000 untuk massa jenis beton normal berkisar antara 2,2 gr/cm3 – 2,5
gr/cm3. Hal ni berarti beton geopolimer berbahan dasar slag termasuk dalam beton
normal karena massa jenisnya berkisar antara 2,2 – 2,5 gr/cm3.
Pada pengujian kuat tarik belah, benda uji beton geopolimer akan menghasilkan
data yang diperoleh dari alat CTM. Data tersebut merupakan data besarnya gaya
tarik maksimal (Sample Peak Load) yang dapat ditahan pada tiap benda uji hingga
mencapai keruntuhan pada saat dilakukan uji kuat tarik belah.
Nilai kuat tarik belah yang diperoleh dari CTM akan diolah dan dihitung dengan
rumus 2.4 beserta dengan dimensi yang diukur saat pengujian. Nilai kuat tekan yang
digunakan adalah nilai kuat tekan karakteristik yang telah dihitung pada tabel 4.8
sampai tabel 4.10. Pada grafik dibawah ini merupakan nilai kuat tarik belah (fct).
Nilai koefisien kuat tarik belah didapatkan dari pembagian antara nilai kuat tarik
belah (fct) dengan akar dari kuat tekan karakteristik beton (fc’). Analisis pengujian
kuat tarik belah dapat dilihat dibawah ini :
4-19
4-20
Tabel 4.15 Kuat Tarik Belah dan Koefisien Kuat Tarik Belah 8M
Berdasarkan gambar 4.13 dapat dilihat pada benda uji ketiga didapatkan nilai kuat
tarik maksimum yaitu sebesar 1,718 MPa. Pada benda uji kedua didapatkan nilai
kuat tarik minimum sebesar 1,395 MPa. Didapatkan rata – rata uji kuat tarik belah
untuk variasi 8M adalah 1,526 MPa. Nilai koefisien kuat tarik belah variasi
molaritas 8M adalah 0,446.
4-20
4-21
Tabel 4.16 Kuat Tarik Belah dan Koefisien Kuat Tarik Belah 10M
Berdasarkan gambar 4.14 dapat dilihat pada benda uji ketiga didapatkan nilai kuat
tarik belah maksimum sebesar 2,321 MPa. Sementara pada benda uji pertama
didapatkan nilai kuat tarik belah minimum sebesar 1,541 MPa. Rata – rata kuat tarik
belah untuk variasi molar 10M adalah 2,027. Nilai rata – rata kuat tarik belah untuk
variasi molar 10M ini lebih tinggi daripada nilai rata – rata kuat tarik belah variasi
molar 8M. Nilai koefisien kuat tarik belah variasi molaritas 10M adalah 0,592. Nilai
koefisien kuat tarik belah variasi molaritas 10M ini lebih tinggi daripada nilai
koefisien kuat tarik belah variasi molaritas 8M.
4-21
4-22
Tabel 4.17 Kuat Tarik Belah dan Koefisien Kuat Tarik Belah 12M
Berdasarkan gambar 4.15 dapat dilihat pada benda uji pertama didapatkan nilai kuat
tarik belah maksimum sebesar 1,703 MPa. Sementara benda uji ketiga didapatkan
nilai kuat tarik belah minimum sebesar 1,474 MPa. Rata – rata dari nilai kuat tarik
belah untuk variasi molar 12M adalah 1,561. Nilai rata – rata kuat tarik belah untuk
variasi molar 12M berada di bawah nilai kuat tarik belah rata – rata variasi molar
10M. Nilai koefisien kuat tarik belah variasi molaritas 12M adalah 0,447. Nilai
koefisien kuat tarik belah pada molaritas 12M cukup mirip dengan nilai koefisien
kuat tarik belah molaritas 8M. Nilai koefisien kuat tarik belah variasi molaritas 12M
ini lebih tinggi daripada nilai koefisien kuat tarik belah variasi molaritas 8M, tetapi
lebih rendah daripada nilai koefisien kuat tarik belah variasi molaritas 10M.
4-22
4-23
Pada gambar 4.16 dapat dilihat bahwa pada molaritas 10M didapatkan nilai kuat
tarik belah rata – rata sebesar 2,03 MPa. Sementara rata – rata nilai kuat tarik belah
pada molaritas 8M adalah 1,53 MPa dan untuk variasi molar 12M dengan nilai yang
tidak terlalu signifikan dari molaritas 8M sebesar 1,56 MPa. Dapat disimpulkan,
bahwa kuat tarik belah yang optimum terdapat pada variasi molaritas 10M. Hal ini
menunjukan bahwa untuk pengujian tarik belah, molaritas tidak berbanding lurus
dengan kuat tarik belah beton dikarenakan pada molaritas 10M didapatkan hasil
yang lebih tinggi daripada molaritas yang lebih tinggi yaitu 12M.
4-23
4-24
Pada pengujian kuat geser akan didapatkan nilai maksimum yang dapat ditahan oleh
beton sesaat sebelum runtuh yang akan dihitung dan diolah dengan rumus 2.5. Luas
permukaan pada bidang geser ini merupakan lebar dan tinggi dari beton geopolimer
yang merupakan bidang yang terbelah. Nilai kuat tekan yang digunakan adalah nilai
kuat tekan karakteristik yang telah dihitung pada tabel 4.8 sampai tabel 4.10. pada
grafik dibawah ini merupakan nilai kuat geser (fv). Nilai koefisien kuat geser
didapatkan dari pembagian antara nilai kuat geser (fv) dengan akar dari kuat tekan
karakteristik beton (fc’). Analisis pengujian kuat geser dapat dilihat di bawah ini :
4-24
4-25
Berdasarkan gambar 4.17 dapat dilihat pada benda uji ketiga didapatkan nilai kuat
geser maksimum yaitu sebesar 2,799 MPa. Pada benda uji kedua didapatkan nilai
kuat geser minimum untuk variasi molaritas 8M sebesar 2,374 MPa. Rata – rata
nilai kuat geser untuk molaritas 8M adalah 2,568 MPa. Nilai koefisien kuat geser
untuk variasi molaritas 8M adalah 0,751.
4-25
4-26
Berdasarkan gambar 4.18 dapat dilihat pada benda uji kedua didapatkan nilai kuat
geser maksimum sebesar 2,831 MPa. Sementara pada benda uji ketiga didapatkan
nilai kuat geser minimum sebesar 1,91 MPa. Rata – rata nilai kuat geser untuk
variasi molaritas 10M adalah 2,425 MPa. Nilai rata – rata kuat geser untuk variasi
molaritas 10M ini lebih tinggi daripada nilai rata – rata kuat geser variasi molart
8M. Nilai koefisien kuat geser untuk variasi molaritas 10M adalah 0,709. Nilai
koefisien kuat geser untuk variasi molaritas 10M lebih rendah daripada nilai
koefisien kuat geser untuk variasi molaritas 8M.
4-26
4-27
Berdasarkan gambar 4.19 dapat dilihat pada benda uji pertama didapatkan nilai
geser maksimum sebesar 2,809 MPa. Sementara pada benda uji ketiga didapatkan
nilai kuat geser minimum sebesar 2,428 MPa. Rata – rata nilai kuat geser untuk
variasi molar 12M ini adalah 2,583 MPa. Nilai rata – rata kuat geser untuk variasi
molaritas 12M ini lebih tinggi daripada nilai rata – rata kuat geser untuk variasi
molaritas 8M dan 10M. Nilai koefisien kuat geser untuk variasi molaritas 12M
adalah 0,74. Nilai koefisien kuat geser ini lebih tinggi daripada nilai koefisien kuat
geser untuk variasi molar 10M. Tetapi nilai koefisien kuat geser untuk variasi molar
12M lebih rendah daripada nilai koefisien rata – rata untuk variasi molar 8M.
4-27
4-28
Pada gambar 4.20 dapat dilihat bahwa pada molaritas 12M didapatkan nilai kuat
geser rata – rata sebesar 2,583 MPa. Sementara nilai rata – rata kuat geser pada
molaritas 8M adalah 2,568 Mpa dan untuk variasi molaritas 10M adalah 2,425.
Dapat disimpulkan, bahwa nilai kuat geser maksimum terdapat pada variasi
molaritas 12M dikarenakan pada molaritas 12M kadar sodium hidroksida semakin
pekat sehingga sodium hidroksida akan membentuk ikatan polimer yang lebih kuat
daripada molaritas lainnya. Hal ini menunjukan bahwa untuk pengujian kuat geser,
molaritas berbanding lurus dengan kuat geser beton dikarenakan pada molaritas
12M didapatkan hasil yang lebih tinggi daripada variasi molaritas lainnya.
4-28
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari studi eksperimental beton geopolimer
berbahan dasar slag adalah sebagai berikut :
1. Pada penelitian ini, slag yang diaktifkan dengan aktivator NaOH dan Na2SiO3
berhasil dapat menggantikan 100% semen.
2. Pada umumnya semakin tinggi molaritas NaOH maka akan semakin tinggi juga
nilai kekuatannya baik kuat tekan maupun kuat geser.
3. Perkembangan umur beton geopolimer pada umur awal memiliki faktor umur
yang yang cukup tinggi sebesar 0,59 dan meningkat dengan seiringnya
bertambahnya umur beton.
4. Nilai kuat tekan umur 28 hari rata – rata benda uji silinder berukuran 50 x 100
mm yang paling optimum adalah pada molaritas 10M sebesar 16,091 MPa.
Sementara untuk kuat tekan karakteristik silinder berukuran 50 x 100 mm yang
paling optimum adalah pada molaritas 12M sebesar 12,174 MPa. Sementara
pada nilai kuat tekan umur 28 hari rata – rata silinder berukuran 100 x 200 mm
yang paling optimum adalah pada molaritas 12M sebesar 24,415 MPa.
5. Nilai kuat tekan beton geopolimer berbahan slag tertinggi yaitu pada molaritas
12M dengan silinder berukuran 100 mm x 200 mm dengan kuat tekan sebesar
25,337 MPa.
6. Nilai koefisien kuat tarik belah rata – rata pada molaritas 8M, 10M, dan 12M
masing – masing adalah : 0.446, 0.592, dan 0.447 yang berarti bahwa koefisien
kuat tekan karakteristik dibawah koefisien beton normal. Sementara untuk kuat
tarik belah yang paling optimum terdapat pada molaritas 10M sebesar 2,027
MPa.
7. Nilai koefisien kuat geser rata – rata pada molaritas 8M, 10M, dan 12M masing
– masing adalah : 0.751, 0.709, dan 0.74 yang berarti bahwa koefisien kuat
geser berada di atas koefisien geser beton normal. Sementara untuk kuat geser
yang paling optimum terdapat pada molaritas 12M sebesar 2,583 MPa.
5-1
5-2
8. Massa jenis beton geopolimer berkisar antara 2,430 gr/cm3 sampai 2,509
gr/cm3. Hal ini menunjukan bahwa variasi molaritas tidak berpengaruh banyak
terhadap massa jenis.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari studi eksperimental beton geopolimer berbahan
dasar slag adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendapatkan hasil kekuatan beton yang lebih optimum dan lebih
merata, sebaiknya dilakukan pengecoran tidak secara manual melainkan
melalui mesin atau mixer. Karena pengecoran manual akan mengakibatkan
ketidaksempurnaan pengecoran sehingga mengakibatkan hasil kekuatan yang
fluktuatif.
2. Untuk menghindari gelembung – gelembung udara yang terperangkap di dalam
beton sebaiknya pada saat pengecoran digunakan vibrator untuk meratakan
hasil pengecoran.
3. Dapat dilakukan untuk penelitian selanjutnya dengan menggunakan variasi
molaritas di atas 12M agar didapatkan hasil yang lebih optimum walaupun
workability turun dan kesulitan pada saat pengecoran.
4. Sebaiknya ukuran butiran slag dapat lebih halus lagi dan diketahui gradasi
dibawah saringan No. 200, sehingga gradasi butiran slag dapat diketahui
karena butiran yang sangat halus akan mengikat agregat beton lebih kuat lagi.
5. Perawatan atau curing beton sebaiknya dilakukan di udara terbuka bersuhu
sekitar 24 ± 2 derajat celcius dengan kelembaban rata – rata 65%.
6. Aktivator sebaiknya diletakan di dalam wadah berbahan dasar kaca, dan tidak
dalam wadah berbahan dasar plastik, dengan pertimbangan dapat terjadi reaksi
kimia antara bahan kimia dengan bahan plastik
DAFTAR PUSTAKA
ASTM C 496 / C 496M - 11. Standard Test Method for Splitting Tensile Strength
Adam, A.A. 2009. Strength and Durability Properties of Alkali Activated Slag and
Suresh, D., and Nagaraju, K. 2015. Ground Granulated Blast Slag (GGBS) In
Concrete – A Review.
6-1
6-2
Kothari, A. 2017. Effects of Fly Ash on the Properties of Alkali Activated Slag
Internationals, US.
Kim, H., Park, J., An, Y., and Bae, J. 2011. Activation of Ground Granulated Blast
Maret, Surakarta.
Africa.
LAMPIRAN A
Pengayakan Slag
LA-1
LA-2
Material slag yang diberi oleh PT. Baja Purna Heckett, mempunyai diameter
berdimensi 0.6 mm – 0.4 mm, untuk melakukan penelitian ini diameter ukurannya
perlu diperkecil dan diperhalus agar dapat mengikat agregat. Karena ketika diayak
oleh sieve shaker, slag yang lolos saringan No. 200 (0.075 mm) hanya terdapat 2
gram dari 1 kilogram slag.
Maka dari itu, slag perlu dihaluskan dengan alat berbentuk profil baja U yang
diatasnya di cor beton, lalu di gesek-gesek dari kedua arah.
Setelah dihaluskan, wujud slag jauh lebih halus daripada sebelumnya, dan apabila
diayak oleh sieve shaker sebanyak 1 kilogram, maka akan didapatkan slag yang
lolos saringan No. 200 (0.075 mm) sebanyak 50 gram.
LB-1
LB-2
Trial Mix untuk campuran beton geopolimer dilakukan sebanyak 6 kali dengan
rincian sebagai berikut :
1. Trial Mix 1 : 14 Juli 2017 – 21 Juli 2017
Trial Mix 1 menggunakan benda uji kubus berdimensi 50 mm x 50 mm x 50 mm
sebanyak 3 buah dengan masing – masing variasi butiran slag lolos saringan No.
50, lolos saringan No. 100, slag murni yang tidak di saring, dan menggunakan
agregat halus yang lolos saringan No. 4. Perbandingan antara slag, agregat halus,
dan aktivator pada campuran 1 adalah 1 : 2.75 : 0.58. Sementara perbandingan
slag, agregat halus, dan aktivator pada campuran 2 adalah 1 : 2 : 1.05. Molar
NaOH adalah 10M. Berikut data kedua campuran tersebut :
Agregat SP
Perbandingan NaOH(s) Air Na2SiO3(l) Slag
Mix Halus 0.6%
Aktivator (gr) (gr) (gr) (gr)
(gr) (gr)
1 2 3 6.63 16.57 34.8 275 100 0.6
2 2 3 15 37.5 78.75 250 125 0.75
Pengujian kuat tekan mortar dilakukan pada umur 7 hari dan buka cetakan pada
umur 3 hari. Berikut adalah hasil uji kuat tekan mortar yang didapat dari
campuran pertama adalah :
• Slag tidak di ayak = 1.44 MPa
• Slag lolos saringan No. 50 = 1.92 MPa
• Slag lolos saringan No. 100 = 2.08 MPa
Sementara untuk campuran kedua tidak diuji karena hasil mortar terlalu lembek
dan bleeding sekali.
LB-3
Agregat SP
Perbandingan NaOH(s) Air Na2SiO3(l) Slag
Mix Halus 0.6%
Aktivator (gr) (gr) (gr) (gr)
(gr) (gr)
1 2 3 6.63 16.57 34.8 275 100 0.6
2 2 3 9.6 23.99 50.38 263.1 111.94 0.67
Pengujian kuat tekan mortar dilakukan pada umur 7 hari dan buka cetakan pada
umur 3 hari. Hasil uji kuat tekan mortar yang didapat dari campuran pertama
adalah 5.08 MPa. Sementara hasil uji kuat tekan mortar yang didapat dari
campuran kedua adalah 7 MPa.
Agregat Agregat SP
Perbandingan NaOH(s) Air Na2SiO3(l) Slag
Mix Halus Kasar 2%
Aktivator (gr) (gr) (gr) (gr)
(gr) (gr) (gr)
1 2 3 33.3 83.1 174.5 832.9 1101.8 440.7 14.1
2 2 3 27.2 67.9 142.7 765.6 1188 470.2 13.7
Pada saat pengecoran, dilihat campuran beton agak kental, maka ditambahkan
air sebanyak 61 gram pada campuran 1, sementara pada campuran kedua
ditambahkan air sebanyak 86 gram.
Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 7 hari dan buka cetakan pada
umur 3 hari. Pada saat pembukaan cetakan, kedua beton mengalami bleeding.
Hasil dari uji kuat tekan pada campuran 1 adalah 10.94 MPa, sementara hasil uji
kuat tekan pada campuran 2 adalah 9.77 MPa.
Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 7 hari dan buka cetakan pada
umur 3 hari. Hasil dari uji kuat tekan pada trial mix 4 adalah 11.94 MPa.
Agregat
Perbandingan NaOH(s) Air Na2SiO3(l) Agregat Kasar Slag
Halus
Aktivator (gr) (gr) (gr) (gr) (gr)
(gr)
310 (No. 4)
484 (12.5 mm)
Pada saat pengecoran, dilihat campuran beton agak kental, maka ditambahkan
aktivator sebanyak 94 gram.
Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 7 hari dan buka cetakan pada
umur 3 hari. Hasil dari uji kuat tekan trial mix 6 adalah 14,46 MPa.
Perbandingan antara binder, agregat halus, dan agregat kasar pada campuran
pertama adalah 1 : 1.25 : 1.3. Untuk binder, perbandingan slag dan aktivator
yaitu 0.65 : 0.35. Molar NaOH adalah 10M. Pada campuran ini digunakan
Superplasticizier. Berikut data campuran tersebut :
Tabel LB.7 Mix Design Trial Mix 7
Agregat Agregat
Perbandingan NaOH(s) Air Na2SiO3(l) Slag SP 2%
Halus Kasar
Aktivator (gr) (gr) (gr) (gr) (gr)
(gr) (gr)
139,5 (No. 4)
484 (9.5
2 3 32.8 81.8 171.8 139,5 (No. 8) 483.4 3,32
mm)
Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 7 hari dan buka cetakan pada
umur 3 hari. Hasil dari uji kuat tekan trial mix 6 adalah 9,88 MPa.
LAMPIRAN C
Foto Hasil Pengujian Trial Mix
LC-1
LC-2
Hasil pengujian sample peak load (untuk sampel Mortar Slag Lolos Saringan
No. 50 tidak ada dokumentasi karena pertama kali diuji) :
Gambar LC.0.5 Hasil Uji Mortar Slag Gambar LC.0.4 Hasil Uji Mortar Slag
Tidak Diayak Lolos Saringan No. 100
LC-3
Hasil Pengujian :
Gambar LC.0.9 Hasil Pengujian Mortar Gambar LC.0.8 Hasil Pengujian Mortar
Slag Campuran 1 Slag Campuran 2
LC-4
Gambar LC.0.12 Beton Slag Campuran 1 Gambar LC.0.11 Beton Slag Campuran 2
LC-5
Hasil pengujian :
Gambar LC.0.14 Hasil Pengujian Beton Gambar LC.0.13 Hasil Pengujian Beton
Slag Campuran 1 Slag Campuran 2
Gambar LC.0.16 Kondisi Beton Slag Gambar LC.0.15 Kondisi Beton Slag
Campuran 1 Setelah Pengujian Campuran 2 Setelah Pengujian
LC-6
Hasil Pengujian :
Gambar LC.0.18 Hasil Pengujian Beton Gambar LC.0.19 Kondsi Beton Slag Trial
Slag Trial Mix 4 Mix 4 Setelah Pengetesan
LC-7
Hasil Pengujian :
Gambar LC.0.21 Hasil Pengujian Beton Gambar LC.0.22 Kondisi Beton Slag Trial
Slag Trial Mix 5 Mix 5 Setelah Pengetesan
LC-8
Hasil Pengujian :
Gambar LC.0.25 Hasil Pengujian Beton Gambar LC.0.24 Kondisi Beton Slag Trial
Slag Trial Mix 6 Mix 6 Setelah Pengetesan
LC-9
LD-1
LD-2
Mix design campuran beton geopolimer untuk uji kuat tekan setiap 1 benda uji
silinder berdimensi 50 mm x 100 mm untuk variasi molaritas 8M :
Tabel LD.0.1 Mix Design Beton 50 mm x 100 mm 8M
Mix design campuran beton geopolimer untuk uji kuat tekan setiap 1 benda uji
silinder berdimensi 50 mm x 100 mm untuk variasi molaritas 10M :
Tabel LD.0.2 Mix Design Beton 50 mm x 100 mm 10M
Mix design campuran beton geopolimer untuk uji kuat tekan setiap 1 benda uji
silinder berdimensi 50 mm x 100 mm untuk variasi molaritas 12M :
Tabel LC.0.3 Mix Design Beton 50 mm x 100 mm 12M
Mix design campuran beton geopolimer untuk uji kuat tekan setiap 1 benda uji
silinder berdimensi 100 mm x 200 mm untuk variasi molaritas 8M :
Tabel LD.0.4 Mix Design Beton 100 mm x 200 mm 8M
Mix design campuran beton geopolimer untuk uji kuat tekan setiap 1 benda uji
silinder berdimensi 100 mm x 200 mm untuk variasi molaritas 10M :
Tabel LD.0.5 Mix Design Beton 100 mm x 200 mm 10M
Mix design campuran beton geopolimer untuk uji kuat tekan setiap 1 benda uji
silinder berdimensi 100 mm x 200 mm untuk variasi molaritas 12M :
Tabel LD.0.6 Mix Design Beton 100 mm x 200 mm 12M
Mix design campuran beton geopolimer untuk uji kuat tekan setiap 1 benda uji balok
berdimensi panjang 150 mm, lebar 100 mm, dan tinggi 50 mm untuk variasi
molaritas 8M :
Tabel LD.0.7 Mix Design Beton 50 mm x 100 mm x 150 mm 8M
Mix design campuran beton geopolimer untuk uji kuat tekan setiap 1 benda uji balok
berdimensi panjang 150 mm, lebar 100 mm, dan tinggi 50 mm untuk variasi
molaritas 10M :
Tabel LD.0.8 Mix Design Beton 50 mm x 100 mm x 150 mm 10M
Mix design campuran beton geopolimer untuk uji kuat tekan setiap 1 benda uji balok
berdimensi panjang 150 mm, lebar 100 mm, dan tinggi 50 mm untuk variasi
molaritas 12M :
Tabel LD.0.9 Mix Design Beton 50 mm x 100 mm x 150 mm 12M
LE-1
LE-2
Hasil Uji Kuat Tekan A-7C*, A-14C*, A-21C*, A-28C*, dan A-28C
Gambar LE.0.2 Hasil Uji Kuat Tekan 8M Umur 7 Hari Sampel A-7C*
Gambar LE.0.1 Hasil Uji Kuat Tekan 8M Umur 14 Hari Sampel A-14C*
LE-3
Gambar LE.0.4 Hasil Uji Kuat Tekan 8M Umur 21 Hari Sampel A-21C*
Gambar LE.0.3 Hasil Uji Kuat Tekan 8M Umur 28 Hari Sampel A-28C*
LE-4
Gambar LE.0.5 Hasil Uji Kuat Tekan 8M Umur 28 Hari Sampel A-28C
LE-5
Hasil Uji Kuat Tekan B-7C*, B-14C*, B-21C*, B-28C*, dan B-28C
Gambar LE.0.6 Hasil Uji Kuat Tekan 10M Umur 7 Hari Sampel B-7C*
Gambar LE.0.7 Hasil Uji Kuat Tekan 10M Umur 14 Hari Sampel B-14C*
LE-6
Gambar LE.0.8 Hasil Uji Kuat Tekan 10M Umur 21 Hari Sampel B-21C*
Gambar LE.0.9 Hasil Uji Kuat Tekan 10M Umur 28 Hari Sampel B-28C*
LE-7
Gambar LE.0.10 Hasil Uji Kuat Tekan 10M Umur 28 Hari Sampel B-28C
LE-8
Hasil Uji Kuat Tekan C-7C*, C-14C*, C-21C*, C-28C*, dan C-28C
Gambar LE.0.11 Hasil Uji Kuat Tekan 12M Umur 7 Hari Sampel C-7C*
Gambar LE.0.12 Hasil Uji Kuat Tekan 12M Umur 14 Hari Sampel C-14C*
LE-9
Gambar LE.0.14 Hasil Uji Kuat Tekan 12M Umur 21 Hari Sampel C-21C*
Gambar LE.0.13 Hasil Uji Kuat Tekan 12M Umur 28 Hari Sampel C-28C*
LE-10
Gambar LE.0.15 Hasil Uji Kuat Tekan 12M Umur 28 Hari Sampel C-28C
LE-11
Gambar LE.0.17 Hasil Uji Kuat Tarik Belah 8M Umur 28 Hari Sampel A-28T
Gambar LE.0.16 Hasil Uji Kuat Tarik Belah 10M Umur 28 Hari Sampel B-28T
LE-12
Gambar LE.0.18 Hasil Uji Kuat Tarik Belah 12M Umur 28 Hari Sampel C-28T
LE-13
Gambar LE.0.20 Hasil Uji Kuat Geser 10M Umur 28 Hari Sampel B-
28S
LE-14
Gambar LE.0.21 Hasil Uji Kuat Geser 12M Umur 28 Hari Sampel C-
28S
LAMPIRAN F
Hasil Pengujian Bahan Uji
LF-1
LF-2
Dari hasil pengujian didapat kadar air agregat halus 2,225%. Nilai kadar air
tersebut akan dibandingkan dengan nilai absorpsi.
Menurut PBI NI.2 1971, pasal 3.3.3 hal 23, agregat halus tidak boleh
mengandung kadar silt and clay lebih dari 5%. Dari hasil pengujian didapat kadar
silt and clay 6,349% lebih besar dari 5%. Hal ini menandakan bahwa agregat halus
perlu dicuci agar memenuhi persyaratan.
LF-3
Menurut ASTM C-127 dan ASTM C-128, nilai specific gravity berkisar
antara 2,4 – 2,9. Dari hasil pengujian diperoleh nilai specific gravity 2,396. Nilai
specific gravity yang diperoleh berada diantara 2,4 – 2,9. Hal ini menandakan
bahwa agregat halus memenuhi syarat untuk digunakan dalam pembuatan benda
uji.
Dari hasil pengujian diperoleh nilai kadar air agregat halus 2,225% dan
absorpsi agregat halus 3,763%, sehingga nilai kadar air agregat halus < absorpsi.
Hal ini menandakan bahwa agregat halus yang digunakan tidak mengalami
kelebihan air dibandingkan pada keadaan Saturated Surface Dry (SSD).
LF-4
Berat Isi
Tabel LF. 0.5 Uji Berat Isi Agrgeat Halus
Dari hasil pengujian diperoleh nilai berat isi lepas agregat halus 1,473 gr/cm3
dan berat isi padat agregat halus 1,723 gr/cm3. Berat isi padat agregat halus lebih
besar dari berat isi lepas agregat halus. Dengan standar kisaran berat isi lepas untuk
agregat halus adalah 1,4 gr/cm3. Hal ini menandakan bahwa agregat halus
memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam pembuatan benda uji.
LF-5
Dari hasil pengujian didapat kadar air agregat kasar 2,29%. Nilai kadar air
tersebut akan dibandingkan dengan nilai absorpsi.
Dari hasil pengujian, diperoleh nilai berat jenis (specific gravity) rata-rata
untuk agregat kasar yang akan digunakan dalam penelitian ini sebesar 2,682.
LF-6
Dari hasil pengujian diperoleh nilai kadar air agregat kasar 2,29% dan
absorpsi agregat kasar 2,367%, sehingga nilai kadar air agregat halus < absorpsi.
Hal ini menandakan bahwa agregat kasar yang digunakan tidak mengalami
kelebihan air dibandingkan pada keadaan Saturated Surface Dry (SSD).
Dari hasil pengujian didapat kadar silt and clay agregat kasar adalah 0,836%.
Agregat kasar sudah cukup memenuhi syarat dari silt and clay.
LF-7
Dari hasil pengujian berat isi lepas agregat kasar adalah 1,361.
Dari hasil pengujian berat isi padat agregat kasar adalah 1,488. Menurut
ASTM C-29 berat isi lepas harus berkisar antara 1,2 sampai 1,75 gr/cm3. Dari
pemeriksaan yang dilakukan didapatkan berat isi lepas yaitu 1,361 gr/cm3. Ini
berarti agregat kasar tersebut memenuhi persyaratan dan dapat digunakan dalam
merencanakan mix design. Pada mix design, berat isi yang seharusnya digunakan
adalah berat isi lepas agar sesuai dengan kondisi di lapangan.
LF-8
Spesific Gravity
Sampel Sampel
Nomor Sampel Pasir
A B
Berat picno (W1 gr) 50,38 46,40
Berat picno + slag (W2 gr) 106,69 102,06
Berat picno + slag + air (W3 gr) 183,23 179,98
Berat picno + air (W4 gr) 153,26 150,21
Berat jenis (gr/cm3) 1,88 1,87
Berat jenis rata-rata 1,875
Dari hasil pengujian slag yang telah dilakukan, diperoleh nilai berat jenis
(specific gravity) slag 1,875. Hal ini menandakan bahwa slag yang akan digunakan
pada penelitian ini sudah memenuhi syarat seperti yang terdapat pada ACI
Committee 233 (specific gravity 1,6 – 3,1).