FISIOLOGI PERNAPASAN
OLEH
Fivilia A. Bora, S.Ked (1008012027
Desendio Krismasjati Tarom Prakoso , S.Ked (0908012831)
PEMBIMBING
dr. Budi Yulianto Sarim, Sp.An
1
LEMBARAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
banyak manfaat dan ilmu yang dapat dipelajari dari referat ini. Kami juga mengucapkan
Penulis menyadari bahwa penulisan referat ini masih memiliki kekurangan atau
ketidaksempurnaan. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
demi meningkatkan kualitas dan isi referat ini. Akhir kata kami selaku penulis mengucapkan
Penulis
i3
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
4ii
BAB I
PENDAHULUAN
Farmakologi adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup lewat
proses kimia khususnya lewat reseptor. Farmakologi dipisahkan lagi menjadi dua subdisiplin
yaitu farmakokinetik dan farmakodinamik. Farmakokinetik adalah apa yang dialami obat
yang diberikan pada suatu makhluk yaitu absorpsi, distribusi, biotransformasi dan ekskresi.
Farmakodinamik menyangkut pengaruh obat terhadap sel hidup, organ atau makhluk secara
Obat adrenergik adalah obat yang menimbulkan efek mirip perangsangan saraf
adrenergik. Obat ini digolongkan menjadi dua yaitu berdasarkan mekanisme kerja dan efek
farmakologinya. Menurut mekanisme kerja dapat dibagi lagi menjadi tiga yaitu adrenergik
yang berefek langsung, tidak langsung dan campuran, sedangkan menurut efek
farmakologisnya obat adrenergik bisa dibagi menjadi lima yaitu vasopresor, bronkodilator,
Obat yang akan dibahas dalam referat ini adalah dopamine, dobutamin dan
norepinefrin. Menurut efek farmakologisnya salah satu obat tadi contoh norepinefrin
termasuk obat adrenergik golongan vasopressor. Vasopressor adalah obat yang menyebabkan
naiknya tekanan darah karena memiliki kemampuan untuk membuat pembuluh darah
konstriksi (menyempit).
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DOPAMINE
Dopamine adalah senyawa kimia organik yang umum ditemukan pada saraf sebagai
neurotransimter yaitu substansi yang dilepaskan oleh sinaps untuk mengirim informasi ke
saraf lainnya. Karena dopamine secara alami bekerja sebagai neurotransimter dalam otak,
maka dopamine kadang disebut juga obat golongan katekolamin/ adrenergik. Secara kimia,
dopamine terbentuk dari satu cincin benzena yang berikatan dengan gugus etilamin.
Sel syaraf yang dominan menggunakan dopamine sebagai neurotransmiternya biasa disebut
dopaminergic. Sebuah studi menunjukkan kadar dopamine dalam otak berhubungan dengan
perilaku percaya diri dan motivasi. Beberapa penyakit tertentu dalam sistem saraf juga
berkorelasi dengan disfungsi dopamine dalam otak contohnya penyakit Parkinson, ADHD
dan Schizophrenia.
Dopamine memegang peranan penting dalam kontrol motorik, motivasi, kognisi, dan
penghargaan serta memegang sedikit peranan dalam laktasi. Pemetaan dari area kerja
6
dopamine di otak manusia pertama kali dilakukan pada tahun 1964 oleh Annica Hahlstrom
dan Kjell Fuke. Pada skema yang mereka temukan, area A1 sampai A7 mengandung
adalah daftar area dopaminergic (saraf yang memiliki transmiter utama dopamine) yang telah
diketahui:
Pertama di Substantia Nigra pada area kecil pada otak tengah yang dibentuk dari
disebut pars compacta (kelompok sel pada A8) dan sekitar A9. Nama substantia
nigra diambil dari bahasa latin yang berarti “substansi gelap”. Saraf – saraf ini sangat
rentan terhadap kerusakan. Ketika banyak dari saraf tersebut rusak, maka
Kedua di Ventral Tegmental Area (VTA) yaitu daerah di otak tengah. Kelompok sel
ini (A10)merupakan kumpulan yang terbanyak dalam otak manusia. Proyeksi dari
dopaminergic di daerah ini adalah menuju nucleus accumbens dan prefrontal cortex,
berproyeksi ke spinal cord yang mana fungsi kerjanya sampai sekarang belum
diketahui secara jelas namun dipercaya berhubungan dengan restless legs syndrome
yaitu kondisi dimana seseorang kesulitan tidur berkaitan dengan gerakan involunter
Keempat yaitu Arcuata Nucleus (A12) dan Periventricular Nucleus (A14) pada
7
Kelima adalah Zona Incerta (kelompok A13) terproyeksi ke beberapa area pada
Diluar sel saraf, dopamine mengambil fungsi di dalam tubuh sebagai pembawa pesan
bekerja sebagai vasodilator,(7) dalam ginjal, dopamine mampu meningkatkan sekresi natrium
dan urine output, dalam pankreas, dopamine mengurangi produksi insulin, dalam sistem
mukosa intestinal. Penurunan aktivitas limfosit dalam sistem imun juga bisa dipengaruhi oleh
dopamine. Meski tersedia secara intravena, dopamine tidak bisa mencapai sirkulasi otak
melalui pembuluh darah. Pemberian melalui intravena digunakan untuk penanganan gagal
jantung dan syok terutama pada bayi baru lahir. Untuk sirkulasi otak, L – DOPA (precursor
dari dopamine) biasa digunakan karena prekursor dari dopamine bisa menembus sawar darah
Reseptor dopamine digolongkan menjadi 2 family yaitu family D1 dan D2. D1 terdiri
dari D1 dan D5 sedangkan D2 terdiri dari D2, D3 D4. Receptor D adalah reseptor yang
terdapat di permukaan sel. Secara seluler, family D1 memberikan efek untuk eksitasi (melalui
pembukaan kanal natrium) dan inhibisi (melalui pembukaan kanal kalium). Namun stimulasi
reseptor D1 pembuluh darah terutama di ginjal, mesenterikum, dan pembuluh darah koreoner
menyebabkan vasodilatasi melalui aktivasi adenilsiklase. Efek utama dari family D2 biasanya
sebagai inhibitor dari suatu sel saraf target, namun mekanismenya belum diketahui secara
jelas.
melalui makanan yang dimakan oleh tubuh. Makanan seperti pisang, kentang, alpukat,
brokoli dipercaya mengandung bahan yang mengandung bahan – bahan untuk pembentukan
8
dopamine.(8) Sintesis dopamine dimulai dari tirosin yang oleh enzim tirosin hidroksilase
diubah menjadi DOPA (L-DOPA, Levodopa) kemudian baru diubah lagi menjadi dopamine
Dopamine dapat memberikan efek didalam sistem saraf pusat dan diluar sistem saraf
pusat. Telah dibahas tadi bahwa mekanisme kerja dopamine adalah untuk menstimulasi
reseptor D1 dan D2. Menstimulasi reseptor D1 pada pembuluh darah ginjal, mesenterikum
dan koroner: stimulasi ini menyebabkan vasodilatasi, peningkatan aliran darah ginjal lewat
jantung rendah disertai gangguan fungsi ginjal. Pemberian dopamine secara intravena tidak
mampu menembus sawar darah otak. Untuk itu, pengobatan dengan target reseptor di otak
B. DOBUTAMIN
jantung dan syok kardiogenik. Dobutamine memiliki struktur kimia menyerupai dopamine
(gambar 2.2). merupakan obat yang unik karena merupakan campuran dai isomer I dan d.
isomer I adalah α1 agonis sedangkan isomer d adalah α1 bloker. Meskipun memiliki efek
9
yang saling berlawanan, efek yang lebih kuat adalah sebagai α1 agonis karena isomer I lebih
sepuluh kali lebih poten daripada isomer I dalam hal menstimulasi reseptor β1. Mekanisme
utama dari obat ini adalah stimulasi langsung pada reseptor β1 dari saraf parasimpatis.
Dobutamin digunakan untuk menangani keadaan gagal jantung akut reversible yang mungkin
terjadi pada operasi jantung, sepsis dan syok kardiogenik. Dobutamin juga bisa digunakan
Efek samping dari penggunaan obat ini sesuai dengan efek aktivasi reseptor β1 seperti
dobutamin pada pasien dengan atrial fibrilasi karena dapat menyebabkan peningkatan
meningkatkan resiko aritmia. Beberapa hasil studi kasus mencatat bahwa pengobatan
dobutamin meningkatkan gejala klinik pasien gagal jantung kongestif kronik dimana hal ini
methoxyphenyl)-3-butanone dengan reduksi gugus imin. Skema yang jelas dapat dilihat pada
H2/Pt-C
Hbr
Gambar 2.2
10
Dobutamin merupakan β1 stimulan yang predominan karena terdiri dari isomer positif
dan negatif. Isomer positif merupakan β1 agonis yang poten sedangkan isomer negatif
yang efektif.
Waktu paruh dari dobutamine adalah sekitar dua menit. Onset efek dari dobutamin
sangat cepat sebagai konsekuensinya loading dose tidak diperlukan. Keadaan konsentrasi
stabil (steady-state) dicapai dalam 10 menit setelah suntikan. Dosis yang digunakan berkisar
antara 2,5 – 10 μg/kg per menit. Kecepatan suntikan dan lamanya pemberian ditentukan
berdasarkan kondisi hemodinamik pasien. Pada beberapa pasien, tekanan darah dan denyut
jantung meningkat seiring pemberian dobutamin. Hal ini perlu dipertimbangkan untuk
mengurangi kecepatan rata – rata durasi injeksi. Pasien dengan riwayat hipertensi mungkin
peningkaan konduksi atrioventrikular pada keadaan pasen gangguan fibrilasi atrium, digoxin
atau obat lain mungkin diperlukan untuk mencegah hal ini terjadi. Sebagai inotropic agent,
kebutuhan oksigen oleh sel otot jantung. Kemanjuran dari penggunaan dobutamin jangka
Nama Dobutamine
Komposisi Dobutamine HCl
Indikasi Terapi penunjang inotropik pada pengobatan jangka pendek untuk pasien
dengan dekompensasi jantung karena penekanan kontraktilitas jantung yang
diakibatkan oleh penyakit jantung organik atau prosedur bedah jantung.
Pada fibrilasi atrial dengan respon ventrikular cepat, obat digitalis lebih
diutamakan daripada injeksi dobutamin inj.
Dosis Kecepatan infus : 2.5-10 mcg/kg berat badan/menit. Dosis dapat
ditingkatkan sampai dengan 40 mcg/kg berat badan/menit.
11
Kontraindikasi Stenosis subaortik hipoertropik idiopatik.
Perhatian Hamil dan Anak. Kecepatan dan irama denyut jantung, TD arteri dan
kecepatan infus harus dimonitor ketat selama terapi. Pasien dengan infark
miokard akut.
Efek samping Sakit kepala, nyeri angina, nyeri dada non spesifik, palpitasi, napas
memendek, hipotensi, flebitis.
Interaksi obat Tidak boleh ditambahkan ke dalam larutan inj Na bikarbonat 5% atau
larutan alkali kuat lain, Na bisulfit, etanol
Kemasan Vial 250 mg/10 mL x 1
C. NOREPINEPHRINE
dihasilkan sendiri oleh sel saraf. Norepinephrine ini merupakan neurotransmiter utama pada
Sintesis norepinephrine dalam tubuh merupakan kelanjutan dari dopamine, yaitu dengan
enzim dopamine β-hydroxilase dopamine diubah menjadai norepinephrine, seperti yang bisa
Gambar 2.3
12
Norepinephrine ini kemudian dilepaskan dari adrenal medulla ke aliran darah sebagai
hormone dan juga menjadi neurotransmitter pada sistem saraf pusat. Pengaruh pada saraf
simpatik terjadi saat norepinehrine dikeluarkan dari saraf noradrenergik. Kerja dari
Gambar 2.4
reseptor β2. Pada pemberian Norepinephrine, tekanan sistol, diastol dan nadi akan meninggi.
Cardiac output menurun dan resistensi perifer akan meningkat. Peningkatan resistensi perifer
akan mengaktifkan refleks barorreseptor pada jantung yang akan memperlambat kerja
jantung namun stroke volume meningkat. Ketika resistensi vaskular meningkat, aliran darah
pada ginjal akan menurun. Norepinephrine ini juga menyebabkan terjadinya vasokonstriksi
pada arteri mesecterica yang akan menurunkan aliran darah ke limpa dan hati.
Norepinephrine kurang efektif apabila diberikan secara oral dan injeksi subkutan.
Pada pemberian peroral, norepinephrine akan terkonjugasi dan teroksidasi secara cepat oleh
norepinephrine terjadi secara lambat yang disebabkan oleh vasokonstriksi pada pembuluh
darah.
umum adalah berupa rasa kuatir, sukar bernapas, denyut jantung yang lambat tapi kuat, dan
nyeri kepala. Dosis berlebih atau dosis biasa pada pasien yang hiperreaktif (misalnya pasien
hipertiroid) menyebabkan hipertensi berat dengan nyeri kepala yang hebat, fotofobia, nyeri
dada, pucat, berkeringat banyak, dan muntah. Obat ini dikontraindikasikan pada anastesia
dengan obat yang menyebabkan sensitasi jantung karena dapat timbul aritmia. Ekstravasasi
obat sewaktu penyuntikan IV atau infus dengan NE dapat menimbulkan nekrosis jaringan.
Gangguan sirkulasi pada tempat suntikan, dengan maupun tanpa ekstravasasi NE dapat
diobati dengan fentolamin. Berkurangnya aliran darah ke organ-organ merupakan bahaya yag
selalu ada dalam penggunaan NE. Obat ini dikontraindikasikan pada wanita hamil karena
dagang
IV, penggunaan
untuk maintain
tekanan darah
sebesar 2 – 4
μg/menit
15
BAB III
PENUTUP
merupakan obat yang memiliki variasi yang luas bila diterapkan pada dunia klinis. Adapun
obat – obatan ini sering digunakan untuk menangani keadaan syok hipovolemik dan sepsis
syok, hipotensi sedang atau berat, kontrol perdarahan superficial selama prosedur operasi di
mulut, hidung, tenggorokan dan kulit, penanganan asma bronkial, cardiac decompensation
dan cardiac arrest, reaksi alergi (termasuk anafilaktik syok), aritmia ventrikel dan
Penggunaan sesuai indikasi dan pemahaman yang benar tentang mekanisme kerja dan
efek samping obat – obat adrenergik sangat diperlukan untuk mencapai pengobatan yang
optimal yaitu menggunakan obat dengan mendapat hasil seoptimal mungkin dengan efek
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Sulistai Gan Gunawan, Rianto Setiabudy Nafraldi, Elysabeth. Farmakologi dan Terapi
neurons in the central nervous system. I. Demonstration of monoamines in the cell bodies
PMID 14229500
syndromes: prognostic and therapeutic relevance". Am. J. Med. 117 (6): 412–9.
PMID 17408759
5. Paulus W, Schomburg ED (June 2006). "Dopamine and the spinal cord in restless legs
syndrome: does spinal cord physiology reveal a basis for augmentation?". Sleep Med Rev
PMID 9457173
17
8. Kulma A, Szopa J (2007). "Catecholamines are active compounds in plants". Plant
10. Laurence L. Brunton, John S. Lazo. Keith L. Parker. Goodman & Gilman’s the
18