Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ada 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu: pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu berupaya menggerakkan
dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta
mendukung pembangunan kesehatan.. Khusus untuk pembangunan
kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Menurut Effendi (2009) ada beberapa proses dalam melaksanakan
fungsi tersebut yaitu merangsang masyarakat termasuk swasta untuk
melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri, memberikan
petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan
sumber daya yang ada secara efektif dan efisien, memberikan bantuan yang
bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan
kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan
ketergantungan memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada
masyarakat, bekerja sama dengan sektor- sektor yang bersangkutan dalam
melaksanakan program puskesmas.
Kesehatan pun tak luput tersangkut dari keganjilan politik yang akhir
akhir ini memprihatinkan dan meresahkan dikalangan dunia kesehatan.
Berbagai hal yang tidak masuk akal telah membuat stigma masyarakat yang
semakin menaruh kebencian terhadap sistem politik dalam ruang lingkup
kesehatan. Politik kesehatan tidak terlepas dari kebijakan pemerintah mengenai
penyelesaian masalah dibidang kesehatan. Di dasari dari hak fundanmental
yang menyatakan bahwa sehat merupakan hak warga negara.

1
Dan untuk mewujudkan kesepakatan itu, diperlukan sistem
pengambilan keputusan politik yang sehat, guna tercapainya hak fundanmental
tersebut. Politik dan ekonomi dalam kesehatan memiliki suatu keterkaitan yang
sangat erat. Pembangunan ekonomi sangat berpengaruh terhadap kondisi
kesehatan masyarakat, dan perbaikan pada kondisi kesehatan masyarakat akan
mempengaruhi produktivitas kerja. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera
sempurna fisik, mental dan sosial tidak terbatas pada bebas dari penyakit atau
kelemahan saja. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam sistem kesehatan
nasional adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan bermutu, merata,
dan terjangkau oleh masyarakat secara ekonomis, serta tersedianya pelayanan
kesehatan tidak semata-mata berada di tangan pemerintah melainkan
mengikutsertakan sebesar-besarnya peran aktif segenap anggota masyarakat.
Pelayanan kesehatan untuk masyarakat merupakan hak asasi manusia
yang harus dilaksanakan negara. Pemerintah harus mampu memberikan
perlakuan yang sama kepada warganya dalam pelayanan kesehatan maupun
pelayanan publik lainnya. Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan,
masyarakat dengan status ekonomi lebih tinggi mempunyai askses terhadap
pelayanan kesehatan lebih baik dibandingkan dengan mereka dengan status
ekonomi rendah (Susanto dan Mubasysyir, 2006)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari pembangunan berwawasan kesehatan?
2. Bagaimana pembangunan politik dan ekonomi kesehatan di Indonesia?
3. Apa pengaruh budaya, politik dan ekonomi terhadap pelaksanaan
pembangunan kesehatan?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian dari pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Dapat mengetahui pembangunan politik dan ekonomi kesehatan di
Indonesia.
3. Dapat mengetahui pengaruh budaya, politik dan ekonomi terhadap
pelaksanaan pembangunan kesehatan

2
3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian pembangunan berwawasan kesehatan


Pembangunan berwawasan kesehatan adalah inisiatif semua komponen
bangsa dalam menetapkan perencanaan pembangunan selalu berorientasi untuk
mengedapankan upaya promotif dan preventif pada masalah kesehatan, walaupun
bukan berarti mengesampingkan kegiatan kuratif. Gerakan tersebut berlaku untuk
semua komponen bangsa yang harus berpartisipasi secara aktif baik yang berupa
kegiatan individu, keluarga, kelompok masyarakat, instansi pemerintah
ataupun swasta.
Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan salah satu aspek penting
dalam mewujudkan pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan
diselenggarakan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap orang demi
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. (Depkes, 2006).
Fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan berarti puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia
usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan
kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak
kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah kerjanya.
Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah
mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Ciri-
Ciri Kabupaten/Kota Sehat, diantaranya :
1) Pendekatan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi
2) Berasal dari kebutuhan masyarakat, dikelola oleh masayarakat, sedangkan
pemerintah sebagai fasilitator
3) Mengutamakan pendekatan proses daripada target, tidak mempunyai batas
waktu, berkembang sesuai sasaran yang diinginkan masyarakat yang
dicapai secara bertahap.

4
4) Penyelenggaraan kegiatan didasarkan kesepakatan dari masyarakat (Toma,
LSM setempat) bersama Pemerintah kabupaten
5) Pendekatannya juga merupakan master plan Kota.
6) Pemerintah kabupaten merupakan partner kunci yang melaksanakan
kegiatan.
7) Kegiatan tersebut dicapai melalui proses dan komitmen pimpinan daerah,
kegiatan inovatif dari berbagai sektor yang dilakukan melalui partisipasi
masyarakat dan kerjasama
8) Dalam pelaksanaan kegiatan harus terintegrasi kondisi fisik, ekonomi, dan
budaya setempat
Dasar hukum Penyelenggaran Kab / Kota Sehat adalah:
1) UU Nomor : 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2) UU Nomor : 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
3) UU Nomor : 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

2.2 Pengertian pemberdayaan masyarakat


Pemberdayaan secara umum diartikan pemberkuasaan. yang dalam bahasa
Inggris adalah “empowerment” dan secara konseptual diartikan pemberdaya.
Berdasarkan arti tersebut pemberdaya dapat diartikan seseorang atau lembaga yang
memiliki daya atau usaha yang dapat mendorong atau memberdayakan orang lain
atau lembaga sehingga menerima dan mematuhi apa yang diinginkan oleh
pemberdaya.
Konsep pemberdayaan masyarakat di Indonesia secara konstitusi termasuk
dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
disebutkan bahwa setiap daerah di Indonesia diberikan kekuasaan mengatur,
mengelola dan memberdayakan daerah masing-masing. Berdasarkan undang-
undang tersebut dapat dipahami bahwa setiap daerah memiliki tanggung jawab
dalam memberdayakan masyarakat.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan
masyarakat berkenaan dengan upaya yang dilakukan oleh penguasa untuk
memberdayakan individu atau sekelompok masyararakat sehinga melakukan dan
mematuhi apa yang diinginkan penguasa, dalam hal ini penguasa dalam sebuah

5
negara adalah pemerintah itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat oleh pemerintah
dilakukan secara terprogram berdasarkan perencanaan yang matang sejalan dengan
pembangunan. Atau dengan kata lain inti pengertian pemberdayaan masyarakat
merupakan strategi untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat.

2.3 Jenis pemberdayaan masyarakat


a. Yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta
1. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Posyandu merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakatkan saat ini.
Gerakan posyandu ini telah berkembang dengan pesat secara nasional sejak tahun
1982. Saat ini telah populer di lingkungan desa dan RW diseluruh Indonesia.
Posyandu meliputi lima program prioritas yaitu: KB, KIA, imunisasi, dan
pennaggulangan diare yang terbukti mempunyai daya ungkit besar terhadap
penurunan angka kematian bayi. Sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan
masyarakat yang langsung bersentuhan dengan masyarakat level bawah, sebaiknya
posyandu digiatkan kembali seperti pada masa orde baru karena terbukti ampuh
mendeteksi permasalahan gizi dan kesehatan di berbagai daerah.
2. Pondok Bersalin Desa (Polindes)

Pondok bersalin desa (Polindes) merupakan salah satu peran serta masyarakat
dalam menyediakan tempat pertolongan persalinan pelayanan dan kesehatan ibu
serta kesehatan anak lainnya. Kegiatan pondok bersalin desa antara lain melakukan
pemeriksaan (ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan balita), memberikan
imunisasi, penyuluhan kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu dan anak,
serta pelatihan dan pembinaan kepada kader dan mayarakat.

Polindes ini dimaksudkan untuk menutupi empat kesenjangan dalam KIA, yaitu
kesenjangan geografis, kesenjangan informasi, kesenjangan ekonomi, dan
kesenjangan sosial budaya. Keberadaan bidan di tiap desa diharapkan mampu
mengatasi kesenjangan geografis, sementara kontak setiap saat dengan penduduk
setempat diharapkan mampu mengurangi kesenjangan informasi. Polindes
dioperasionalkan melalui kerja sama antara bidan dengan dukun bayi, sehingga
tidak menimbulkan kesenjangan sosial budaya, sementara tarif pemeriksaan ibu,

6
anak, dan melahirkan yang ditentukan dalam musyawarah LKMD diharapkan
mamou mengurangi kesenjangan ekonomi.

3 Lembaga Swadaya Masyarakat

Dalam hal ini kebijaksanaan yang ditempuh adalah sebagai berikut

1) Meningkatkan peran serta masyarakat termasuk swasta pada semua


tingkatan.
2) Membina kepemimpinan yang berorientasi kesehatan dalam setiap
organisasi kemasyarakatan.
3) Memberi kemampuan, kekuatan dan kesempatan yang lebih besar kepada
organisasi kemasyarakatan untuk berkiprah dalam pembangunan
kesehatan dengan kemampuan sendiri.
4) Meningkatkan kepedulian LSM terhadap upaya pemerataan pelayanan
kesehatan.
5) Masih merupakan tugas berat untuk melibatkan semua LSM untuk
berkiprah dalam bidang kesehatan.

4. Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)

Lingkup kegiatan oleh poskestren adalah tak jauh berbeda dengan Pos Obat
Desa namun pos ini khusus ditujukan bagi para santri dan atau masyarakat
disekitar pesantren yang seperti diketahui cukup menjamur di lingkungan
perkotaan maupun pedesaan.

5. Pos Upaya Kesehatan Kerja (pos UKK)

Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja
yang diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha
yang sama dalam meningkatkan produktivitas kerja. Kegiatannya antara lain
memberikan pelayanan kesehatan dasar, serta menjalin kemitraan.

6. Karang Taruna Husada

Karang tarurna husada dalam wadah kegiatan remaja dan pemuda di tingkat
RW yang besar perannya pada pembinaan remaja dan pemuda dalam menyalurkan

7
aspirasi dan kreasinya. Dimasyarakat karang taruna banyak perannya pada
kegiatan-kegiatan sosial yang mampu mendorong dinamika masyarakat dalam
pembangunan lingkungan dan masyarakatnya termasuk pula dalam pembangunan
kesehatan. Pada pelaksanaan kegiatan posyandu, gerakan kebersihan lingkungan,
gotong-royong pembasmian sarang nyamuk dan lain-lainnya potensi karang taruna
ini snagat besar.

7. Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan pemerintah terdepan yang


memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat. Sejalan dengan upaya
pemerataan pelayanan kesehatan di wilayah terpencil dan sukar dijangkau telah
dikembangkan pelayanan puskesmas dna puskesmas pembantu dalam kaitan ini
dipandang selaku tempat rujukan bagi jenis pelayanan dibawahnya yakni berbagai
jenis UKBM sebagaimana tertera di atas.

2.4 Peran Puskesmas terhadap kedua jenis pemberdayaan masyarakat


Membangun ketahanan nasional bidang kesehatan tidak mungkin jika kita
hanya memprioritaskan upaya di tingkat hilir saja. Pada tataran upaya peningkatan
kesehatan (promotif) dan pencegahan Penyakit (preventif) Pemerintah wajib
"mengatur dan menyelenggarakan". Sedangkan pada tataran pengobatan (curatif)
dan perbaikan (rehabilitatif) Pemerintah berkewajiban "mengatur dan menggalang
kemitraan" dengan lembaga swadaya masyarakat dan lembaga swasta termasuk
upaya kesehatan perorangan (dokter praktek dan bidan praktek).
Puskesmas berperan menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.
Disamping itu Puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk
pembangunan kesehatan upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan

8
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif
dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta
ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya social
budaya masyarakat setempat.

2.5 Fungsi Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama


a. Definisi
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi
tanggungjawab Puskesmas meliputi pelayanan perorangan antara lain,
rawat jalan dan rawat inap serta, pelayanan kesehatan masyarakat yang
bersifat public dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan.

b. Upaya pokok pelayanan


1. Promosi Kesehatan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat adalah upaya untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan kondisi bagi
perorangan, kelompok dan masyarakat, dalam berbagai tatanan, dengan
membuka jalur komunikasi, menyediakan informasi, dan melakukan
edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan prilaku, dengan
melakukan advokasi, pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan
masyarakat untuk mengenali, menjaga/ memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatannya.
A. Tujuan
Tercapainya perubahan prilaku individu, keluarga dan
masyarakat dalam membina dan memelihara prilaku sehat, serta

9
berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal.
B. Sasaran
 Pelaksanaan posyandu dan Pembinaan kader
 Penyuluhan Kesehatan
- Penyuluhan dalam gedung
- Penyuluhan luar gedung
Penyuluhan kelompok :
- Kelompok posyandu
- Penyuluhan masyarakat
- Anak sekolah
Penyuluhan perorangan : PHN
 Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
 Advokasi program kesehatan dan program prioritas
Kampanye program prioritas antara lain : vitamin A,
narkoba, P2M DBD, HIV, malaria, diare
 Promosi kesehatan tentang narkoba
 Promosi tentang kepesertaan jamkesmas
 Pembinaan dana sehat/jamkesmas
2. Pencegahan Penyakit Menular
A. Surveilans
Pengertian Surveilans (WHO) adalah proses pengumpulan,
pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistematik dan terus
menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang
membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.
Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara
sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-
masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah
kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan
secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data,

10
pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada
penyelenggara program kesehatan.
Tujuan surveilans:
1. Menentukan data dasar/besarnya masalah kesehatan
2. Memantau atau mengetahui kecenderungan penyakit
3. Mengidentifikasi adanya kejadian luar biasa
4. Membuat rencana, pemantauan, penilaian atau evaluasi
program kesehatan.
B. Pelacakan Kasus
Puskesmas bertugas untuk mengumpulkan dan menganalisis
data penyakit, melaporkan kasus, penyelidikan lapangan,
penyembuhan penderita, pemberian imunisasi, pemberantasan
vektor, dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.Tidak semua
penyakit akan diamati oleh puskesmas, beberapa penyakit yang
diamati puskesmas adalah : Kolera, Diare, Tifus, TB, Kusta,
Campak, Difteri, Batuk, Tetanus, Hepatitis, Malaria, DB,
Pneumonia, Sifilis, Gonorhae, Filariasis, Influenza.

3. Program Pengobatan Dasar


1) Pelayanan Medik Rawat Jalan
A. Pengertian
Adalah pelayanan medik yang dilakukan oleh pelaksana
pelayanan (dokter) baik secara sendiri ataupun atas koordinasi
bersama dengan sesama profesi maupun pelaksana penunjang
pelayanan kesehatan lain sesuai dengan wewenangnya, untuk
menyelesaikan masalah kesehatan dan menyembuhkan penyakit
yang ditemukan dari pengguna jasa pelayanan kesehatan, dengan
tidak memandang umur dan jenis kelamin, yang dapat
diselenggarakan pada ruang praktek.
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Tujuan pelayanan medik rawat jalan adalah terwujudnya pengguna jasa dan

11
keluarganya yang partisipatif, sehat sejahtera, badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap anggota keluarga hidup produktif secara sosial dan
ekonomi dengan baik
Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatannya sendiri,
trutama melalui peningkatan kesehatan dasar dan pencegahan penyakit
b. Meningkatkan kesehatan ‘pengguna jasa pelayanan, dan komunikasi
yang dilayani oleh Puskesmas
c. Terselenggaranya pelayanan medik yang berkualitas serta melibatkan
partisipasi keluarga terhadap perawatan untuk:
- Mengurangi penderitaan karena sakit
- Mencegah timbul dan berkembangnya penyakit ke arah kecacatan
- Memulihkan kesehatan fisik, psikis dan sosial
d. Menurunnya angka morbidilitas penyakit di wilayah kerja Puskesmas.
C. Sasaran
Sasaran pelayanan medik rawat jalan yang diselenggarakan Puskesmas
adalah semua anggota masyarakat dengan tidak memandang umur, dan tidak
membedakan strata sosial.
2) Pelayanan Kedaruratan Medik
A. Pengertian
Adalah pelayanan medik terdepan yang merupakan penatalaksanaan
kecelakaan dan keadaan kedaruratan medik berkenaan dengan
perubahan keadaan baik fisiologik, anatomik dan mental psikologikal
dari pengguna jasa pelayanan, yang terjadi mendadak, yang tindakan
mengatasinya harus segera dilaksanakan di mulai dari tempat kejadian
sampai dengan pelayanan medik untuk menyelamatkan kehidupan.
B. Tujuan
Tujuan pelayanan kecelakaan dan kedaruratan medik adalah
memberikan pertolongan medik segera dengan menyelesaikan masalah
kritis yang ditemukan untuk mengambil fungsi vital tubbuh serta
meringankan penderitaaan dari pengguna pelayanan.

12
C. Prinsip Kerja
Pelayanan kedaruratan medik mempunyai prinsip-prinsip kerja khusus
yang harus dilaksanakan, yaitu:
a. Pertolongan harus cepat dan tepat
b. Pertolongan harus memenuhi standar pelayanan tingkat
primer, yaitu :
- Menstabilkan kondisi medik untuk evakuasi ke tempat
rujukan
- Memperbaiki jalan nafas dan pernafasan spontan, agar
terjaminnya oksigenasi yang adekuat ke seluruh tubuh
terutama otak
- Memperbaiki sirkulasi darah
- Menghilangkan dan mengurangi rasa nyeri
- Melakukan tindakan invasif medik yang diperlukan
c. Memberikan informed consent kepada keluarga penderita
3) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
A. Pengertian
Adalah pelayanan gigi dan mulut yang dilakukan oleh pelaksana
pelayanan medik ataupun kesehatan yang berwenang dalam bidang
kesehatan gigi dan mulut, yang dilaksanakan sendiri atau bersama
menurut fungsinya masing-masing, gguna mengantisifasi proses
penyakit gigi dan mulut dan permasalahannya secara keseluruhan,
yang dapat dilaksanakan dalam prosedur pelayanan di kamar praktek
dan dengan pembinaan kesehatan wilayah setempat. Pelayanan
kesehatan gigi dan mulut meliputi:
a. Pelayanan kesehatan gigi dasar paripurna yang terintegrasi
dengan program-program lain di Puskesmas adalah pelayanan
kesehatan gigi esensial yang terbanyak di butuhkan oleh
masyarakat dengan mengutamakan upaya peningkatan dan
pencegahan penyakit gigi.
b. Pelayanan kesehatan gigi khusus adalah upaya perlindungan
khusus, tindakan, pengobatan dan pemulihan masalah kesehatan

13
gigi dan mulut serta pelayanan asuhan sistemik kesehatan gigi
dan mulut.
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Tujuan pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah meningkatkannya
partisipasi anggota masyarakat dan keluarganya untuk bersama-sama
mewujudkan tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat
yangoptimal
Tujuan Khusus :
a. Meningkatnya kesadaran, sikap dan prilaku masyarakat dalam
kemampuan pemeliharaan diri di bilang kesehatan gigi dan mulut
dalam mencari pertolongan sedini mungkin
b. Meningkatkan kesehatan gigi pengguna jasa pelayanan, keluarga
dan komunikasinya
c. Terselenggaranya pelayanan medik gigi dan mulut yang berkualitas
serta melibatkan partisipasi keluarga terhadap perawatan untuk:
- Menghentikan perjalanan penyakit gigi dan mulut yang diderita
- Terhindarnya/berkurangnya gangguan fungsi kunyah akibat
kerusakan gigi dan mulut
- Mengurangi penderita karena sakit
- Mencegah timbul dan berkembangnya penyakit ke arah
kecacatan
- Memulihkan kesehatan gigi dan mulut
d. Menurunnya prevelensi penyakit gigi dan mulut yang banyak
diderita masyarakat terutama pada kelompok masyarakat yang
rawan
C. Sasaran
Kelompok rentan untuk mendapatkan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut yaitu:
a. Anak sekolah dasar (upaya kesehatan gigi sekolah)
b. kelompok ibu hamil dan menyusui
c. Anak pra sekolah

14
d. Kelompok masyarakat lain berpenghasilam rendah
e. Lansia

4. Kesehatan Ibu dan Anak


A. Pengertian
Adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan kesehatan ibu dalam menjalankan fungsi reproduksi yang
berkualitas serta upaya kelangsungan hidup, pengembangan dan
perlindungan bayi, anak bawah lima tahun (BALITA) dan anak usia pra
sekolah dalam proses tumbuh kembang.
Prioritas pelayanan KIA dewasa ini adalah meningkatkan derajat
kesehatan ibbu dan anak dalam rangka menurunkan angka kematian ibu
dan anak.Pelayanan KIA Puskesmas terdiri dari
1. Pelayanan kesehatan asuhan kebidanan di wilayah Puskesmas
2. Pelayanan kesehatan bagi bayi, balita dan anak pra sekolah
B. Tujuan
Tujuan Umum : Terciptanya pelayanan berkualitas dengan partisipasi
penuh pengguna jasa dan keluarganya dalam mewujudkan bahwa setiap
ibu mempunyai kesempatan yang terbaik dalam hal waktu dan jarak antar
kehamilan, melahirkan bayi sehat yang aman dalam lingkungan yang
kondusif sehat, dengan asuhan antenatal yang ade kuat, dengan gizi serta
persiapan menyusui yang baik.

Tujuan Khusus
a. Memberikan pelayanan kebidanan dasar dan KIE kepada ibu hamil
termasuk KB berupa pelayanan antenatal, pertolongan persalinan dan
pelayanan nifas serta perawatan bayi baru lahir.
b. Memberikan pertolongan pertama penanganan kedaruratan kebidanan
dan neonatal serta merujuk ke fasilitas rujukan primer (RS Dati II)
sesuai kebutuhan
c. Memantau cangkupan pelayanan kebidanan dasar dan penagganan
kedaruratan kebidanan neonatal

15
d. Meningkatkan kualitas pelayanan KIA secara berkelanjutan
e. Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta
masyarakat dalam upaya KIA
f. Memberikan pelayanan kesehatan neonatal esensial seluruh bayi baru
lahir yang meliputi usaha pernafasan spontan, menjaga bayi tetap
hangat, menyusui dini dan eksklusif, mencegah interaksi serta tata
laksana neonatal sakit
g. Melaksanakan pemeliharaan kesehatan kepada seluruh balita dan anak
pra sekolah yang meliputi perawatn bayi baru lahir, pemeriksaan
kesehatan rutin pemberian imunisasi dan upaya perbaikan gizi
h. Melaksanakan secara dini pelayanan program dan stimulasi tumbuh
kembang pada seluruh balita dan anak pra sekolah yang melipui
perkembangan motorik, kemampuan berbicara dan kognitif serta
sosialisasi dan kemandirian anak
i. Melaksanakan management terpadu balita sakit yang datang berobat ke
fasilitas rawat jalan termasuk pelayanan pra rujukan dan tindak
lanjutnya
C. Sasaran
Adalah ibu, bayi, balita, anak usia pra sekolah dan keluarga yang
tinggal dan beraada di wilayah kerja Puskesmas serta yang berkunjung
ke Puskesmas.

5. Upaya Peningkatan Gizi


A. Pengertian
Adalah kegiatan untuk mengupayakan peningkatan status
gizi masyarakat dengan pengelolaan terkoordinasi dari berbagai
profesi kesehatan serta dukungan peran serta aktif masyarakat
B. Program
Upaya Perbaikan Gizi Puskesmas meliputi:
1. Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
2. Upaya Perbaikan Gizi Institusi (UPGI)
3. Upaya Penanggulangan Kelainan Gizi Yang Terdiri Dari:

16
 Pencegahan Dan Penanggulangan Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY)
 Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Besi (AGB)
 Pencegahan Dan Penanggulangan Kurang Kalori
Energi Protein (KEP) Dan Kurang Energi Kronis (KEK)
 Pencegahan Dan Penaggulangan Kekurangan Vitamin A
(KVA)
 Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Kekurangan Gizi
Mikro Lain
 Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Gizi Lebih
4. Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi (SKPG) Program
C. Tujuan Umum : Menanggulangi masalah gizi dan meningkatkan
status gizi masyarakat.
Tujuan Khusus :
1. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat,
keluarga dan seluruh anggotanya untuk mewujudkan prilaku
gizi yang baik dan benarsesuai denagn gizi seimbang
2. Meningkatkan perhatian dan upaya peningkatan status gizi
warga dari berbagai institusi pemerintahan serta swasta
3. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas
gizi/petugas Puskesmas lainnya dalam merencanakan,
melaksanakan, membina, memantau dan mengevaluasi upaya
perbaikan gizi masyarakat
4. Terselenggaranya pelayanan gizi yang melibatkan partisipasi
keluarga terhadap pencegahan dan penanggulangan masalah
kelainan gizi
5. Terwujudnya rangkaian kegiatan pencatatan/pelaporan
masalah gizi dan tersedianya informasi situasi pangan dan gizi.
D. Sasaran
Sasaran upaya perbaikan gizi adalah kelompok-kelompok yang
beresiko menderita kelainan gizi antara lain:
1. Bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak usia sekolah

17
2. Wanita Usia Subur (WUS) termasuk calon pengantin (cantin),
ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, dan usia lanjut (usila)
3. Semua penduduk rawan gizi (endemik)
4. Semua anak dan dewasa mempunyai masalah gizi
5. Pekerja penghasilan rendah.
6. Kesehatan Lingkungan
A. Pengertian
Bahaya potensial terhadap kesehatan yang diakibatkan oleh
lingkungan dapat bersifat fisik, kimia maupun biologi. Sejalan
dengan kebijaksanaan’Paradigma Sehat’ yang mengutamakan
upaya-upaya yang bersifat promotif, preventif dan protektif. Maka
upaya kesehatan lingkungan sangat penting.
Semua kegiatan kesehatan lingkungan yang dilakukan oleh para
staf Puskesmas akan berhasil baik apabila masyarakat berperan
serta dalam pelaksanaannya harus mengikut sertakan masyarakat
sejak perencanaan sampai pemeliharaan.
B. Tujuan
Tujuan Umum ,Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan
bertujuan terwujudnya kualitas lingkungan yang lebih sehat agar
dapat melindungi masyarakat dari segala kemungkinan resiko
kejadian yang dapat menimbulkan gangguan dan bahaya kesehatan
menuju derajat kesehatan keluarga dan masyarakat yang lebih baik.
Tujuan Khusus :
1. Meningkatkan mutu lingkungan yang dapat menjamin
masyarakat mencapai derajat kesehatan yang optimal
2. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat dan keikut sertaan
sektor lain yang bersangkutan, serta bertanggung jawab atas
upaya peningkatan dan pelestarian lingkungan hidup.
3. Terlaksananya peraturan perundangan tentang penyehatan
lingkungan dan permukiman yang berlaku.

18
4. Terselenggaranya pendidikan kesehatan guna menunjang
kegiatan dalam peningkatan kesehatan lingkungan dan
pemukiman.
5. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sarana sanitasi
perumahan, kelompok masyarakat, tempat
pembuatan/penjualan makanan, perusahaan dan tempat-tempat
umum
C. Kegiatan
Kegiatan-kegiatan utama kesehatan lingkungan yang harus
dilakukan Puskesmas meliputi:
1. Penyehatan air
2. Penyehatan makanan dan minuman
3. Pengawasan pembuangan kotoran mannusia
4. Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah
5. Penyehatan pemukiman
6. Pengawasan sanitasi tempat umum
7. Pengamanan polusi industri
8. Pengamanan pestisida
9. Klinik sanitasi

2.6 Upaya pengembangan pelayanan kesehatan


Program pengembangan pelayanan kesehatan Puskesmas adalah
beberapa upaya kesehatan pengembangan yang ditetapkan oleh Puskesmas
dan dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan pemasalahan, kebutuhan
dan kemampuan Puskesmas.
Contoh program pengembangan pelayanan kesehatan Puskesmas :
1. Usaha Kesehatan Sekolah
Pembinaan kesehatan masyarakat yang dilakukan petugas
puskesmas di sekolah-sekolah ( SD, SMP, SMA ) di wilayah kerja
Puskesmas
2. Kesehatan Olah Raga

19
Semua bentuk kegiatan yang menerapkan ilmu pengetahuan fisik
untuk meningkatkan kesegaran jasmani masyarakat, baik atlet maupun
masyarakat umum.Misalnya pembinaan dan pemeriksaan kesehatan
jasmani anak sekolah atau kelompok masyarakat yang dilakukan
Puskesmas di luar gedung.
3. Perawatan Kesehatan Masyarakat
Program pelayanan penanganan kasus tertentu dari kunjungan
Puskesmas akan ditindak lanjuti atau dikunjungi ke tempat tinggalnya
untuk dilakukan asuhan keperawatan individu dan asuhan keperawatan
keluarganya.Misalnya kasus kurang gizi penderita ISPA atau
Pneumonia
4. Kesehatan Kerja
Program pelayanan kesehatan kerja puskesmas yang ditujukan
untuk masyarakat pekerja informal maupun formal di wilayah kerja
puskesmas dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit serta
kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan
kerja.Misalnya pemeriksaan berkala di tempat kerja oleh petugas
Puskesmas
5. Kesehatan Gigi Dan Mulut
Program pelayanan kesehatan gizi dan mulut yang dilakukan puskesmas
kepada masyarakat yang dilakukan diluar maupun didalam gedung.
Pembinaan kesehatan gigi di posyandu, TK, SD/MI, Tindakan
perawatan dan pengobatan penyakit gigi
6. Kesehatan Jiwa
Program pelayanan Puskesmas dengan didukung oleh masyarakat
dala rangka mencapai derajat kesehatan jiwa masyarakat yang optimal
melalui pengenalan & deteksi dini gangguan jiwa, pertolongan pertama
gangguan jiwa, dan konseling.
7. Kesehatan Mata
Program pelayanan kesehatan mata terutama program pemeliharaan
kesehatan mata dan pencegahan kebutaan.
8. Kesehatan Usia Lanjut

20
Program pemeriksaan kesehatan usia lanjut meliputi deteksi dini
penyakit degeneratif, kardiovaskuler seperti : Diabetes Melitus,
Hipertensi, Osteoporosis
9. Pembinaan Pengobatan Tradisional
Program pembinaan terhadap pelayanan pengobatan tradisional,
pengobat tradidional dan cara pengobatan tradidional.Yang dimaksud
pengobatan tradidional adalah pengobatan yang dilakukan secara turun
temurun baik yang melelui herbal ( jamu ), alat ( tusuk jarum akupuntur
) maupun keterampilan ( pijat )

2.7 Pengertian Politik Kesehatan

Bambra et all (2005) dan Fahmi Umar (2008) mengemukakan mengapa


kesehatan itu adalah politik, karena dalam bidang kesehatan adanya disparitas
derajat kesehatan masyarakat, dimana sebagian menikmati kesehatan dan
sebagian lagi tidak. Oleh sebab itu, untuk memenuhi equity atau keadilan harus
diperjuangkan. Kesehatan adalah bagian dari politik karena derajat kesehatan
atau masalah kesehatan ditentukan oleh kebijakan yang dapat diarahkan atau
mengikuti kehendak terhadap intervensi politik.

Seperti diketahui bahwa kesehatan adalah Hak Asasi Manusia. Yang


dimana, semua orang berhak mendapatkannya. Untuk mewujudakan tujuan
dalam menyehatkan penduduk, maka diperlukannya adanya kekuasaan yang
kelak wewenang tersebut digunakan untuk mencapai tujuan yaitu meningkatkan
derajat kesehatan yang optimal kepada penduduk

Jadi, menurut saya politik kesehatan adalah pengelolaan kebijakan


dalam arti politik mengenai kesehatan untuk mengatur jalannya peraturan
kesehatan yang ada di Indonesia.

A. Politik Kesehatan Dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia dan Dunia

Di Indonesia sendiri, banyak sekali politik kesehatan yang terjadi. Sebagai

contoh:

21
Pelarangan merokok di tempat-tempat umum. Sudah sangat jelas, jika
keputusan ini pro terhadap kesehatan karena semua orang sudah pasti tahu
mengenai dampak negatif dari rokok. Namun, bagi perokok yang dalam hal ini
bersifat aktif merasa dirugikan karena hak nya untuk merokok merasa dikekang.
Maka, muncullah persepsi „Hak asasi bagi para perokok‟. Selain perokok, para
penjual rokok disekitar tempat umum tersebut juga merasa dirugikan. Karena
pendapatan mereka menurun karena larangan tersebut.

Seharusnya para perokok tersebut juga memperhatikan dampak bagi orang-


orang disekitar merka yang tidak merokok dan tidak mementingkan ego nya
sendiri untuk menikmati kepuasaan batin. Tanpa mereka sadari, mereka yang
tidak merokok juga ikut menghisap racun dari rokok tersebut. Maka dari itu,
pemerintah yang pro terhadap kesehatan akhirnya memutuskan kebijakan yang
sangat berguna.

B. Strategi Politik Kesehatan

Masa-masa pemilihan umum, baik pemilu cagub maupun pemilu cabup


adalah suatu hal yang paling diincar oleh media massa. Fase ini sangat menarik
dan menjadi headline di media massa.Ini merupakan salah satu strategi dari
politik. Namun, dibalik dari strategi politik tersebut tidak berpengaruh pada laju
perkembangan penyakit. Para ahli semakin berpikir keras mengenai hal
tersebut. Tetap saja, masih banyak kabar terdengar mengenai gizi buruk akibat
kemiskinan. Hal itu tidak kunjung berkurang dan bahkan meningkat. Selain itu,
berdampak pada pelayanan kesehatan yang buruk dan tidak memadai. Para
penguasa dalam fase kampanye selalu berjanji mengenai peningkatan kesehatan
bagi masyarakat. Namun, saat mereka terpilih, janji-janji itu hanya sebatas janji.
Seperti onggokan sampah yang tidak terurus. Janji-janji itu tidak direalisasikan
oleh mereka para penguasa.

Bahkan anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah pun, seakan hanya


kilasan pengetahuan bagi masyarakat. Faktanya, pemerintah mengalokasikan
dana APBN sebesar 5% atau sekitar 106,1 triliun untuk kesehatan. Lalu dengan
angka itu, apakah masyarakat Indonesia sudah sepenuhnya sehat? Jawabannya

22
adalah belum. Karena pemerintah lebih banyak mengalokasikan dana kesehatan
tersebut untuk penyembuhan (kuratif) dibanding dengan pencegahan
(preventif).

Terlepas dari penggunaan dana tersebut, ternyata pengeluaran anggaran itu


sudah pasti produk politik, keputusan politik. Selain itu, pajak untuk impor alat-
alat kedokteran disamakan dengan pajak impor mobil mewah. Itu juga
merupakan keputusan politik kesehatan. keputusan politik lainnya yaitu
membiarkan terjadinya penumpukan dokter dikota besar, ataupun menyebarkan
dokter di daerah tertentu.

Berpikir logika, jika pemerintah di suatu daerah sehat dalam arti pemikiran,
maka masyarakat yang dibawahi nya pun akan sehat pula. Namun sebaliknya,
jika pemerintah sakit dalam mengurus rakyatnya, maka yang didapat adalah
rakyat yang sakit pula. Hal ini berjalan seimbang dan sejalan dengan urusan
politik yang terjadi disuatu daerah.

C. Peran Masyarakat Dalam Menanggapi Politik Kesehatan

Dengan banyaknya pihak yang tidak bertanggung jawab mengenai politik,


seharusnya masyarakat harus bisa berpikir lebih kritis dan menanggapi apa yang
dihasilkan oleh pemerintah. Jika hal itu bertentangan dengan keadaan
masyarakat saat ini, maka masyarakat harus bergerak dan menentang keputusan
pemerintah tersebut.

Masyarakat yang tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual pada


dirinya, tetapi juga menjadi masyarakat yang memiliki kecerdasan emosional
dalam mengelola setiap kejadian politik yang terjadi di negeri ini. Masyarakat
yang memiliki kemampuan dibidang ini, seharusnya melakukan pemberdayaan
masyarakat disekitar lingkungannya dengan meningkatkan pengetahuan
melalui program edukasi yang dirancang sedemikian rupa agar masyarakat
tertarik terhadap apa yang akan dilakukan. Melakukan berbagai macam bentuk
kemampuan untuk menciptakan ide-ide baru dan inovasi guna menyelaraskan
masyarakat yang kritis.Masyarakat tidak hanya bergerak sendiri. Namun pada
saat ini, banyak sekali Lembaga Swadaya Masyarakat atau sering disebut LSM.

23
Media ini bisa dikatakan sebagai tempat masyarakat untuk menyampaikan
aspirasi masyarakat. Lalu, LSM akan memperjuangkan aspirasi tersebut kepada
pemerintah.

Dengan adanya LSM ini, diharapkan pemerintah akan mendengar dan


lebih „pro‟ terhadap rakyat. Hubungan kerjasama yang berjalan baik antara
masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat, akan membuahkan hasil yang
tentu saja sangat bermanfaat bagi segala aspek dalam masyarakat.
Kesejahteraan yang diinginkan masyarakat pun akan cepat terlaksana.

2.8 Pengertian Ekonomi

Istilah dalam pengertian ekonomi, menurut bahasa Yunani yaitu Oikos berarti
keluarga atau rumah tangga sedangkan Nomos berarti peraturan atau aturan.
Sedangkan menurut istilah yaitu manajemen rumah tangga atau peraturan rumah
tangga. Pengertian Ekonomi adalah salah satu bidang ilmu sosial yang membahas
dan mempelajari tentang kegiatan manusia berkaitan langsung dengan distribusi,
konsumsi dan produksi pada barang dan jasa.
Ilmu Ekonomi : Menganalisa biaya, keuntungan dan memperbaiki corak
penggunaan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi keinginan (kebutuhan)
manusia yang tidak terbatas.

Ada 2 alasan yang mendasari kehadiran ilmu Ekonomi yaitu :


1. Adanya keterbatasan/kelangkaan(scarcity) sumber daya yang tersedia
2. Kebutuhan dan keinginan (needs and wants) manusia yang tidak terbatas
dan dalam proses pilihan harus dilakukan berdasarkan preference.

Menurut UU kesehatan tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik


secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut Mills dan Gillson (1999)
mendefinisikan ekonomi kesehatan sebagai penerapan teori, konsep dan teknik
ilmu ekonomi dalam sektor kesehatan. Ekonomi kesehatan berhubungan dengan
hal-hal sebagai berikut:
1. Alokasi sumber daya diantara berbagai upaya kesehatan

24
2. Jumlah sumber daya yang dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
3. Pengorganisasian dan pembiayaan dari berbagai pelayanan kesehatan
4. Efisiensi pengalokasian dan penggunaan berbagai sumber daya
5. Dampak upaya pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan pada
individu dan masyarakat (Mills & Gillson, 1999)

Ilmu ekonomi kesehatan merupakan ilmu-ilmu sosial yang berarti tidak


bebas nilai, dan merupakan salah satu cabang dari ilmu ekonomi seperti halnya
cabang lainnya seperti ilmu ekonomi lingkungan, welfares economics dan
sebagainya.
Menurut Mills dan Gillson (1999) mendefinisikan ekonomi kesehatan
sebagai penerapan teori, konsep dan teknik ilmu ekonomi dalam sektor kesehatan.
Ekonomi kesehatan berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Alokasi sumber daya diantara berbagai upaya kesehtan.
2. Jumlah sumber daya yang dipergunakan dalam pelayanan kesehatan.
3. Pengorganisasian dan pembiayaan dari berbagai pelayanan kesehatan.
4. Efisiensi pengalokasian dan penggunaan berbagai sumber daya.
5. Dampak upaya pencegahan , pengobatan dan pemulihan kesehatan pada individu
dan masyarakat.
Menurut Kharman (1964) menjelaskan bahwa ekonomi kesehatan itu
merupakan aplikasi ekonomi dalam bidang kesehatan. Secara umum ekonomi
kesehatan akan berkonsentrasi pada industri kesehatan. Ada 4 bidang yang tercakup
dalam ekonomi kesehatan yaitu :
1. Peraturan (regulation)
2. Perencanaan (planning)
3. Pemeliharaan kesehatan ( the health maintenance ) atau organisasi
4. Analisis Cost dan benefict
Pembahasan dalam ilmu ekonomi kesehatan mencakup costumer (dalam hal
ini pasien / pengguna pelayanan kesehtan) provider ( yang merupkan profesional
investor, yang terdiri dari publik maupun private), pemerintah ( government).
Ilmu ekonomi kesehatan berperan dalam rasionalisasi pemilihan dan
pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan terutama yang

25
menyangkut penggunaan sumber daya yang terbatas. Dengan diterapkannya ilmu
ekonomi dalam bidang kesehtan, maka kegiatan yang akan di laksanakan harus
memenuhi kriteria efisiensi atau apakah kegitan tersebut bersifat Cost Efective. Ada
kalanya menerapkan ilmu ekonomi harus memenuhi kriteria interest-eficient,
sedangkan pada kesehatan adalah interest-individu.
PPEKI (1989), menyatakan bahwa ilmu ekonomi kesehatan adalah
penerapan ilmu ekonomi dalam upaya kesehatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Perubahan mendasar terjadi pada sektor kesehatan, ketikan sektor kesehatan
menghadapi kenyataan bahwa sumberdaya yang tersedia (khususnya dana) semakin
hari semakin jauh dari mencukupi. Keterbatasan tersebut mendorong masuknya
disiplin ilmu kesehatan dalam perencanaan, managemen dan evaluasi sektoe
kesehatan.
Terdapat banyak definisi ekonomi kesehatan. Salah satunya mendefinsikan
ekonomi kesehatan sebagai ilmu yang mempelajari suplai dan demand sumber daya
pelayanan kesehatan dan dampak sumber daya pelayanan kesehatan terhadap
populasi. Tentu saja definisi hanya merepresentasikan sebagian kecil topik yang
dipelajari dalam ekonomi kesehatan. Ekonomi kesehatan perlu dipelajari, karena
terdapat hubungan antara kesehatan dan ekonomi. Kesehatan mempengaruhi
kondisi ekonomi, dan sebaliknya ekonomi mempengaruhi kesehatan. Sebagai
contoh:
1. Kesehatan yang buruk seorang menyebabkan biaya bagi orang tersebut
karena menurunnya kemampuan untuk menikmati hidup, memperoleh
penghasilan, atau bekerja dengan efektif. Kesehatan yang lebih baik
memungkinkan seorang untuk memenuhi hidup yang lebih produktif.
2. Kesehatan yang buruk individu dapat memberikan dampak dan
ancaman bagi orang lain.
3. Seorang yang terinfeksi penyakit infeksi dapat menular ke orang lain.
Misalnya, AIDS
4. Kepala rumah tangga pencari nafkah yang tidak sehat atau sakit akan
menyebabkan penurunan pendapatan keluarga, makanan dan
perumahan yang buruk bagi keluarga

26
5. Anggota keluarga yang harus membantu merawat anggota keluarga
yang sakit akan kehilangan waktu untuk mendapatkan penghasilan dari
pekerjaan
6. Pekerja yang memiliki kesehatan buruk akan mengalami menurunan
produktivitas
Jadi pelayanan kesehatan yang lebih baik akan memberikan manfaat bagi
individu dan masyarakat keseluruhan jika membawa kesehatan yang lebih baik.
Status kesehatan penduduk yang baik meningkatkan produktivitas, meningkatkan
pendapatan per kapita, meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara (Murti,2011).

2.9 Hubungan dan Keterkaitan ekonomi dengan kesehatan


Terdapat kaitan yang sangat siginifikan dan tidak dapat dipisahkan antara
ekonomi dan kesehatan. Bidang ekonomi akan mendukung keberhasilan kesehatan,
dalam hal ini menyediakan sarana dan prasarana yang mutlak dibutuhkan bagi
kemajuan bidang kesehatan. Apabila pendapatan baik negara maupun keluarga
meningkat karena keberhasilan pembangunan bidang ekonomi maka akan dapat
menyediakan dana yang cukup untuk membangun fasilitas kesehatan serta
meningkatkan kemampuan membeli pelayanan kesehatan.
Sebaliknya, keberhasilan pembangunan bidang kesehatan akan mendukung
keberhasilan ekonomi karena adanya kenaikan produktivitas penduduk. Seperti
diketahui, keberhasilan bidang kesehatan akan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas penduduk itu
sendiri.
1. Taraf ekonomi tinggi, penyakit tidak menular
Sebaliknya, penyakit tidak menular terdapat banyak pada masyarakat
dengan status ekonomi sosial tinggi, sehingga berstatus gizi tinggi, keadaan
kesehatan lingkungan baik, penyakit menular rendah, angka kematian bayi rendah,
usia harapan hidup tinggi,sehingga penyakit usia lanjut yang tidak menular menjadi
tetap tinggi, demikianlah siklus penyakit tidak menular menjadi lengkap.
Melihat bahwa penyakit selalu didapat pada berbagai taraf perkembangan
ekonomi masyarakat, yakni dari yang masih sedang berkembang sampai yang telah
maju, timbul pertanyaan, apakah ada manfaat dari suatu perkembangan ekonomi

27
dilihat dari segi kesehatan? Penyakit tampaknya selalu ada, hanya polanya yang
berbeda. Dengan kata lain, dapat pula dipertanyakan apakah ada manfaat
pemberantasan penyakit menular, apabila nantinya hanya akan diganti saja oleh
yang tidak menular.
Untuk dapat memahami keuntungan yang diperolah dari segala usaha
masyarakat yang ingin maju, perlu dikembalikan persoalannya pada populasi
masyarakat yang diserang penyakit tersebut. Pada penyakit menular, anak-anaklah
yang diserang, sedangkan pada penyakit tidak menular, kebanyakan adalah orang
yang sudah tua. Dengan demikian dapat difahami, behwa menurunkan kematian
diantara anak-anak merupakan suatu keuntungan, karena anak itu merupakan
investasi masyarakat yang tentunya diharapkan dapat hidup sampai dewasa dan
dapat mengembalikan investasi yang ditaruh padanya, atau bahkan dapat memberi
keuntungan pada masyarakatnya.
Bagi negara yang telah maju, dimana masyarakatnya dapat hidup lebih
lama, maka tentunya pengembalian investasi dapat terlaksana. Selain itu, kesehatan
merupakan pra-syarat utama bagi meningkatkan produktifitas masyarakat. Bahwa
pada akhirnya populasi yang tua ini menderita penyakit yang bersifat tidak menular,
tampaknya wajar saja. Namun hal ini masih pula dapat dipertanyakan, apakah
perubahan pada perilaku (lingkungan sosial) dapat mencegah terjadinya ataupun
mengurangi insidensinya. Sebagai contoh, menghentikan merokok dapat
mengurangi insidensinya carcinoma paru-paru di antara populasi tua; olah raga
dapat memelihara kebugaran jasmani manula.

2. Taraf ekonomi rendah, penyakit menular


Pola penyakit di Indonesia ini setara dengan negara-negara lain yang
berpenghasilan kurang lebih sama. Hal ini tampak jelas apabila ditelaah keadaan
penyakit di berbagai negara; ternyata bahwa, negara tergolong ‘miskin’ banyak
menderita penyakit menular, sedangkan negara yang tergolong ‘kaya’, banyak
menderita penyakit tidak menular. Keadaan seperti ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Negara / masyarakat miskin atau berstatus sosial ekonomi rendah, keadaan
gizinya rendah, pengetahuan tentang kesehatannyapun rendah, sehingga keadaan

28
kesehatan lingkungannya buruk dan status kesehatannya buruk. Didalam
masyarakat sedemikian akan mudah terjadi penularan penyakit, terutama anak-anak
yang merupakan golongan yang peka terhadap penyakit menular. Sebagai
akibatnya, banyak terjadi kematian anak, sehingga usia harapan hidup pendek.
Keadaan ini juga mendukung tingginya angka kelahiran, sehingga terdapat populasi
yang muda; jadi tergolong populasi dengan resiko tinggi terhadap penyakit
menular, sehingga penyakit menular terus-menerus terdapat, dengan demikian
siklus penyakit menular menjadi lengkap.

2.10 Evaluasi Ekonomi dalam Pelayanan Kesehatan


Lubis (2009) menyebutkan bahwa teknik evaluasi ekonomi mampu
menyediakan berbagai cara untuk menanggulangi masalah dengan menggunakan
berbagai pertimbangan pilihan masyarakat. Evaluasi ekonomi mempunyai peranan
penting dalam menanggulangi berbagai masalah manajemen, penekanannya
terletak pada penentuan bagaimana penyediaan pelayanan kesehatan yang terbaik,
bukan penentuan prioritas dalam investasi. Masalah teknis yang selalu terjadi
dalam evaluasi ekonomi adalah kurangnya informasi dan satuan dari dampak
pelayanan kesehatan. Masalah lain yang timbul adalah adanya perbedaan pendapat
mengenai teknik yang digunakan dan perbedaan tentang strategi Primary Health
Care (PHC).
Secara selektif, PHC dianggap pelayanan yang paling efektif dari segi biaya
dengan menggunakan teknik CBA. Langkah – langkah yang harus dilalui dalam
evaluasi ekonomi dalam pelayanan kesehatan adalah :
(1) Identifikasi berbagai biaya dan berbagai konsekuensinya sehingga tidak
menimbulkan kesalahan dalam memperhitungkan kebutuhan kesehatan
masyarakat dan konsekuensinya;
(2) Perhitungan biaya dan konsekuensi tersebut. Hal ini berkaitan dengan dampak
terhadap status kesehatan dan faktor – faktor yang mempengaruhinya.
Pendekatan yang biasa dipakai adalah penggunaan indikator kesehatan secara
umum, yaitu tahun penyesuaian hidup berkualitas (quality adjusted life years)
dan hari kehilangan hidup dalam keadaan sehat ( healthy days of life lost) dan
pemilihan unit of effect yang sesuai dengan luaran antara;

29
(3) Penilaian dan pengukuran biaya tersebut serta konsekuensinya dengan konsep
opportunity cost dan teknik shadow pricing dan
(4) Penyesuaian biaya dan konsekuensi untuk waktu yang berbeda, misalnya
program pencegahan yang memiliki dampak yang lama, hasilnya tidak dapat
dilihat langsung seperti program pengobatan penyakit. Untuk itu dilakukan
metode discounting dengan asumsi bahwa orang lebih menyukai manfaat yang
cepat diperoleh dari pada yang lama.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengambil keputusan
berdasarkan langkah tersebut adalah:
(1) jumlah sumber daya yang tersedia untuk diteliti;
(2) adanya suatu pilihan yang jelas dalam penggunaan sumber daya yang
akan dievaluasi;
(3) penggunaan teknologi yang cukup dikenal sebagai dasar dalam
menentukan pilihan;
(4) tersedianya waktu yang cukup untuk penelitian dan
(5) pengambil keputusan diharapkan dapat menerima hasil penelitian dan
tidak berubah – ubah fikiran.

2.11 Masalah-masalah upaya kesehatan


Masalah-masalah Upaya Kesehatan di Indonesia Ada empat komponen
yang layak didiskusikan dalam pembahasan upaya kesehatan di Indonesia, yaitu:
kebutuhan pelayanan kesehatan; jenis-jenis pengobatan dan penyembuhan;
pendekatan multidipliner dan interdisipliner dalam strategi pengembangan
kesehatan dan; target yang ingin dicapai. Pertama, komponen kebutuhan pelayanan
kesehatan. Ledakan penduduk begitu cepat dari ± 180 juta di tahun 1995, hingga
tahun 2010 mencapai 230 juta jiwa. Memenuhi kebutuhan termasuk kesehatan
mereka merupakan beban berat. Jenis penyakit meliputi infeksi menular berupa
tuberkulosis paru, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), malaria, diare, penyakit
kulit, polio, filariasis, kusta dan pneumonia.
Pada saat bersamaan muncul penyakit tidak menular seperti penyakit
jantung dan pembuluh darah (gangguan sirkulasi), serta diabetes mellitus dan
kanker. Sementara itu Indonesia juga diterpa penyakit dadakan ”emerging diseases”

30
seperti demam berdarah ”dengue” (DBD), HIV/AIDS, Chikunguya, Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS) dengan Flu Burung dan Flu Babi. Tingkat
keparahan ada yang ringan dan berat, kronis dan akut. Kesemuanya ini melengkapi
transisi epidemiologi Indonesia ke beban ganda (double burdens). Konsekuansinya
perlu penemuan berbagai obat yang tepat, memadai dan terjangkau. Menghendaki
fasilitas dan pranata kesehatan lengkap: puskesmas, rumah sakit, balai pengobatan,
klinik dan sejenisnya hingga Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) sebagai pranata
pelayanan kesehatan terakar rumput produk kerja sama masyarakat dengan
pemerintah. Dari kegiatan diagnosa penyakit, menuntut peralatan medis Jurnal
Masyarakat & Budaya, Volume 12 No. 2 Tahun 2010 241 lengkap.
Semua ini membutuhkan penanganan serius, pendanaan, kerja sama ahli
antardisiplin serta partisipasi warga berbagai kalangan. Bahkan memerlukan
bantuan masyarakat internasional (Rukmono, 1982: 26; Naggar, 1986: 15).
Faktor-Faktor Pendukung Pembangunan Kesehatan di Indonesia Upaya
pembangunan kesehatan diperlukan dukungan berbagai faktor: Birokrasi
(Pemerintah); Ahli: Kedokteran; Ilmu Ilmu Sosial serta Teknologi; Sosial Budaya
Masyarakat; Medis Tradisional; Dan Hubungan Internasional. Birokrasi
(Pemerintah). Pemerintah melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 99-
a/Men.Kes/SK/III/1982 tanggal 2 Maret 1982 menetapkan berlakunya Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) untuk menentukan arah, tujuan dan dasar-dasar
pembangunan kesehatan sebagai kesatuan yang menyeluruh, terpadu serta
berkesinambungan sebagai bagian dari pembangunan nasional. Baik yang
diselenggarakan pemerintah, organisasi, maupun perorangan.
Untuk pembangunan kesehatan, pemerintah pusat menyediakan anggaran
setiap tahun, baik untuk perangkat keras maupun lunak. Anggaran untuk sektor ini
terus meningkat. Tahun 1992–1997 ± antara 1,5–2,5% dan tahun meningkat
menjadi 2004–2009 ± 5–7,5% dari Anggaran Belanja Negara. Dalam RPJM 2009–
2014 anggarannya sekitar ± 7,5–9%. Selain itu ada juga biaya yang berasal dari
masyarakat dan Pemerintah Daerah (provinsi, kabupaten dan kota) yang rinciannya
belum diketahui. Pendanaan pembangunan kesehatan yang dibutuhkan ditujukan
kepada sektor-sektor: perencanaan perluasan jangkauan upaya kesehatan;
peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya tenaga kesehatan; pengadaan dan

31
pengendalian obat-obatan; managemen upaya kesehatan; meningkatkan peran serta
masyarakat; dan kerja sama lintas sektoral. Ahli-Ahli Kedokteran, Ilmu-Ilmu Sosial
dan Teknologi. Disiplin Kedokteran, terus berusaha mengembangkan ilmunya, baik
terkait penyakit fisik dan psikologis serta pengobatan dan penyembuhannya.
Perkembangan spesialisasi di bidang kedokteran pun meluas, seperti spesialisasi:
gizi radiologi, THT, kebidanan, anak, mata, kulit, penyakit dalam, paru, saraf, gigi
dan mulut serta orthodontik, ahli bedah/ortopedidan traumatologi, ahli
jiwa/psikiater, termasuk akupunktur (Rukmono, 1982:27). Demikian juga
pembinaan kesehatan menyeluruh. Mulai promotif/konstruktif, preventif,
rehabilitatif bahkan preservatif, selain fungsi kuratif. Pihak kedokteran juga bekerja
sama dengan ahli lainnya menangani masalah kesehatan secara meluas. Disiplin
Ilmu Sosial. Ilmu-ilmu sosial menyumbangkan data, konsep, teori, model
pendekatan, membantu pengembangan ilmu kesehatan. Sosiolog misalnya
mengidentifikasi 'key-person' dalam masyarakat yang berguna untuk
mengembangkan partisipasi masyarakat dalam program-program kesehatan.
Antropolog, menyumbangkan pengetahuan kebiasaan makan golongan-
golongan etnik, menu makanan yang disajikan sehari-hari, pembagian makanan di
antara anggota keluarga, pengetahuan mengenai nilai dan norma gizi makanan
lokal. Ahli hukum dapat menetapkan butir hukum mengenai etik kedokteran pada
tenaga kesehatan dan masyarakat awam atau kebijaksanaan harga makanan terkait
pemenuhan gizi dan kualitas kesehatan. Ahli pertahanan dan keamanan misalnya,
mengembangkan konsep stabilitas yang sehat sehingga memberi iklim cerah untuk
pembangunan kesehatan di segala sektor. Ahli agama, misalnya, memberikan
dasardasar hukum agama mengenai akhlak, yang berkaitan dengan kegiatan
kesehatan (Suparlan, 1988:6; Sadli, 1982:30; Hanlon, 1966: 288), dan demikian
seterusnya.
Factor Teknologi, faktor pendukung dari disiplin ini terhadap kemajuan
upaya kesehatan adalah semakin derasnya perhatian para teknolog dalam
merancang dan memproduksi peralatan-peralatan modern, khususnya peralatan
yang memberi kemudahan bagi proses kegiatan pemeriksaan (cek) kesehatan,
diagnosa serta penyembuhan sesuatu penyakit dengan sistem laser. Termasuk
dalam hal ini peralatanperalatan rumah sakit. Tidak ketinggalan, perangkat

32
komputer (Muzaham, 1982: 67).
Faktor Sosial Budaya. Warga masyarakat Indonesia pada dasarnya tidak
berbeda dengan warga masyarakat lainnya di dunia ini dalam prinsip upaya
kesehatan. Penanggulangan penyakit merupakan bagian dari tanggung jawab warga
masyarakat yang sehat khususnya kerabat terdekat terhadap seseorang yang
menderita penyakit. Ide pembangunan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan
penyakit, bahkan yang bersifat rehabilitasi, merupakan kegiatan yang tidak
terpisahkan dari pola kehidupan masyarakat Indonesia, meskipun barangkali
porsinya masih kecil. Warga masyarakat umumnya memperlihatkan kemauannya
mendatangi tempat pelayanan kesehatan jika ada yang sakit. Malah bersedia
membiayai penyembuhan penyakitnya atau keluarganya. Ada yang bersedia
menyumbangkan harta benda, uang, dan juga darah, baik terhadap negara, lembaga
swasta maupun terhadap usaha perorangan (SKN, 1982: 31 dan RPJM 2004-2009).
Begitu pula menjaga kesehatan rumah tangga, masyarakat, serta ekologinya. Warga
banyak menunjukkan kesadaran tinggi, melahirkan perilaku menguntungkan
kesehatan. Robertson dalam tulisannya "Social Aspect of Health and Illness”
menyatakan ada 4 hal yang membuat seseorang tertarik kepada upaya kesehatan:
(1) Ada penilaian orang bersangkutan terhadap sesuatu gangguan atau ancaman atas
fungsi kesehatannya
(2) Timbulnya kecemasan terhadap kejadian tersebut
(3) Penerapan pengetahuan orang bersangkutan dengan masalah kesehatan,
khususnya gangguan yang dialaminya
(4) Dilakukannya tindakan manipulatif meniadakan gangguan tersebut.

Atas dasar ini Saparinah Sadli mengkaitkan dengan model perilaku kesehatan
masyarakat Indonesia dimana individu dan lingkungan sosial saling berpengaruh.
Perilaku individu selalu dalam jaringan norma sosial tertentu. Pertama, perilaku
kesehatan individu, sikap dan kebiasaan bertindak berkaitan erat dengan
keterikatannya dalam tiga lingkungan berikut; Kedua, lingkungan keluarga;
Kebiasaan-kebiasaan mengenai kesehatan; Ketiga, lingkungan terbatas: Tradisi
khusus mengenai cara mengobati orang sakit, definisi khusus apa itu sakit dan
pengobatan serta pranata puskesmas; Keempat, lingkungan umum: Undang-undang

33
kesehatan serta program kesehatan dan gizi (Sadli, 1982: 29). Semua faktor tersebut
dapat membantu, mempercepat pembangunan negara di bidang kesehatan atau
sebaliknya.
Adapun Faktor-Faktor Penghambat Pengembangan Kesehatan di Indonesia
Faktor penghambat disoroti dari sudut sosial budaya. Telah dibentangkan di awal
unsur budaya universal, meliputi: Agama; Ekonomi; Ilmu Pengetahuan; Teknologi;
Organisasi Sosial; Bahasa dan Komunikasi; serta Kesenian. Faktor Agama dan
Kepercayaan Gaib Non Religi. Agama yang hidup di tanah air memiliki nilai dan
norma pembentukan mental bangsa di bidang ritual dan seremonial serta akhlak
berupa moral serta etika dan tatakrama dalam kehidupan.
Selanjutnya ada juga ajaran agama tentang campur tangan tuhan seketika
tatkala umatnya sudah keterlaluan dalam perilaku menyimpang dalam penjamahan
alam atau komunikasi sesama manusia. Khusus dalam hal pembangunan kesehatan
di Indonesia, banyak didapatkan data tentang pengaruh kepercayaan yang dapat
menghambat upaya pembinaan kesehatan secara biomedis. Misalnya kepercayaan
bahwa penyakit seseorang disebabkan oleh campur tangan agen penyakit yang
bersumber dari luar diri dan luar lingkungan alam manusia. Dipercayai juga
penyembuhannya, mesti dengan membujuk atau mengusir agen atau mengobati
dosa kepada supernatural penyebab penyakit itu.
Hal ini bisa mengakibatkan seseorang penderita berkunjung ke puskesmas
atau rumah sakit atau klinik (Jordaan, 1985:126). Di samping itu banyak pula
kepercayaan tentang penyakit diare balita di berbagai wilayah di Indonesia ciri
pertumbuhan seperti: "mau pandai jalan dan bicara”, "tumbuh gigi", dsb. Penderita
tidak diobati, dibiarkan mengalami dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) lebih lama
dan bisa membawa kematian (Depkes, 1986:77). Di beberapa tempat anak
menderita sakit kulit, korengan, dipercayai karena banyak makan yang asam-asam,
sehingga jadi korengan.
Dari itu asam harus dipantangkan. Padahal vitamin C yang bersumber pada
makanan yang asam-asam penting bagi pembentukan kulit baru jika luka atau sakit.
Jika penyakit diare balita atau anak korengan itu bertamban parah, dianggap karena
kemasukan roh halus atau kesambat, maka penyembuhannya membujuk atau
mengusir roh tadi, melalui penyembuh tradisional atau agama. Banyak juga pemuka

34
agama yang melarang melakukan sesuatu kegiatan pengembangan program
kesehatan karena diyakini bertentangan dengan agama seperti mengharamkan
program keluarga berencana secara total tanpa kategorisasi aspeknya, sehingga
penduduk setempat tidak berani melakukannya takut dikucilkan atau dapat sanksi
sosial dalam komunitasnya. Hal ini memperlambat pengendalian ledakan penduduk
yang juga berdampak negatif ke kesehatan (UNICEF Indonesia, 1986:3). Segi
Ekonomi. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan dan pinggiran kota yang
miskin (40% penduduk Indonesia dari acuan sembilan bahan pokok/dapur), merasa
berat memikul biaya pengobatan biomedis yang diselenggarakan di puskesmas,
rumah sakit dan klinik pemerintah, terutama yang diselenggarakan swasta. Warga
masyarakat sering menghindari pengobatan biomedis, pergi ke penyembuh medis
tradisional yang biayanya sukarela atau pengobatan sendiri (Boedhihartono,
1989:17; Soenardi, 1989:86). Segi Ilmu Pengetahuan. Hambatan dari segi ilmu
pengetahuan, dapat bersumber dari lembaga pengembangan ilmu pengetahuan
biomedis, dari sistem medis tradisianal serta dari warga masyarakat.
Sebaliknya dari pihak warga masyarakat. Di Indonesia berlaku juga apa
yang dikatakan J. Kosa dan L.S. Robertson dalam artikelnya social aspect of health
and illness yang isinya perilaku kesehatan individu cenderung dipengaruhi
kepercayaan yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan
kurang didasarkan pada pengetahuan ilmu-ilmu biologi. Termasuk konsep sehat
dan sakit. Secara biomedis telah digariskan dalam SKN dan WHO sehat itu adalah
kondisi seseorang yang lepas dari gangguan kimiawi, gizi, bakteri, cacat serta
kelemahan fisik. Juga memiliki ketenangan jiwa, kesenangan, kegembiraan atau
kebahagiaan dalam hidup. Sebaliknya adalah sakit. Akan tetapi warga masyarakat
di desa umumnya memahami sehat adalah seseorang yang dapat menjalankan tugas
hidup atau sosialnya. Sakit adalah orang yang tidak berdaya keluar rumah
melakukan rutinitasnya. Sementara yang disebut sembuh menurut medis modern,
jika kondisi sehat itu mencapai lepas dari gangguan kimiawi, gizi, bakteri/infeksi
dan kelemahan) ”diseases”. Sedangkan menurut warga masyarakat sembuh adalah
tidak lagi merasakan sakit atau kelainan perasaan dari sejumlah komponen
organnya ”illness”. Jadi berorientasi pada gejala ”simptom”. Berbeda dengan
pendekatan biomedis yang berorientasi pada penyebab gejala (etio-

35
simptomatology) seperti perasaan panas dingin kaitannya dengan typhus/bakteri
salmonella, dll. (Landy 1977:170; Young. 1982:265). Hal ini berhubungan pula
dengan banyaknya perilaku warga masyarakat yang sengaja atau tidak sengaja
merugikan (di samping menguntungkan) warga masyarakat dari segi kesehatan,
seperti dilukiskan oleh Kalangie (1982:56), sebagai alternatif-alternatif perilaku
kesehatan

36
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Puskesmas merupakan salah satu media dari Upaya Kesehatan Masyarakat


yang peranannya sangat penting. Puskesmas sendiri memiliki 3 Fungsi Utama yaitu

a. Fungsi Sebagai Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan


b. Fungsi Pusat Pemberdayaan Masyarakat
c. Fungsi Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Dalam fungsinya sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
puskemas memiliki sasaran yaitu terlaksananya program kesehatan dan sektor
terkait yang sinkron dengan kebutuhan masyarakat, melalui perberdayaan forum
yang disepakati masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan
masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang dimiliki masyarakat.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan
masyarakat berkenaan dengan upaya yang dilakukan olehpenguasa untuk
memberdayakan individu atau sekelompok masyararakat sehinga melakukan
dan mematuhi apa yang diinginkan penguasa, dalam hal ini penguasa dalam
sebuah negara adalah pemerintah itu sendiri.
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab Puskesmas meliputi
pelayanan perorangan antara lain, rawat jalan dan rawat inap serta, pelayanan
kesehatan masyarakat yang bersifat public dengan tujuan utama memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Pada dasarnya, pemerintah dan pihak yang berwenang harus saling


kerjasama dan memiliki hubungan koordinasi yang baik tanpa mementingkan ego
masing-masing pihak. Dengan adanya hubungan yang saling „benefit‟ maka akan

37
dihasilkan masyarakat yang sehat. Masyarakat yang sehat, dapat bercermin dari
sistem politik nya yang sehat pula.

Terdapat kaitan yang sangat siginifikan dan tidak dapat dipisahkan antara
ekonomi dan kesehatan. Bidang ekonomi akan mendukung keberhasilan kesehatan,
dalam hal ini menyediakan sarana dan prasarana yang mutlak dibutuhkan bagi
kemajuan bidang kesehatan. Apabila pendapatan baik negara maupun keluarga
meningkat karena keberhasilan pembangunan bidang ekonomi maka akan dapat
menyediakan dana yang cukup untuk membangun fasilitas kesehatan serta
meningkatkan kemampuan membeli pelayanan kesehatan.
Sebaliknya, keberhasilan pembangunan bidang kesehatan akan mendukung
keberhasilan ekonomi karena adanya kenaikan produktivitas penduduk. Seperti
diketahui, keberhasilan bidang kesehatan akan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas penduduk itu
sendiri.
Ilmu ekonomi berperan dalam rasionalisasi pemilihan dan pelaksanaan
kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, terutama yang
menyangkut penggunaan sumber daya yang terbatas. Dengan diterapkannya
ilmu ekonomi dalam bidang kesehatan, maka kegiatan yang akan dilaksanakan
harus memenuhi kriteria efisiensi, atau apakah kegiatan tersebut bersifat Cost
Efective.
Ciri-ciri sector kesehatan yaitu kejadian penyakit tidak terduga, consumer
ignorance, sehat dan pelayanan kesehatan sebagai hak, eksternalitas, padat karya,
mix output, upaya kesehatan sebagai konsumsi dan investasi, restriksi
berkompetisi.

38
DAFTAR PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:


2269/MENKES/PER/XI/2011
Departemen Kesehatan. 2007. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas Tahun
2008. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan. 2012. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi
dan Mulut di Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat : edisi 2.
Jakarta : EGC.
Effendy, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori
dan Preaktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Heri, DJ. Maulana. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC

http://lamongankab.go.id/instansi/bappeda/forum-kabupaten-sehat/

Wahyuni, Nanik Sri. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan


Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Sumber Rejo Kota Balikpapan Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2012. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia

http://aiphss.org/restoring-the-function-of-puskesmas/?lang=id

http://gardamd12.tumblr.com/post/21178725960/manajemen-pelayanan-
kesehatan-health-services

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PEMBERDAYAAN%20MASYARAKAT
.pdf

http://eprints.ung.ac.id/3193/5/2013-1-87205-221408005-bab2-
01082013112705.pdf

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PEMBERDAYAAN%20MASYARAKAT
.pdf

39
http://ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/sanitasi/pokja/bp/kab.pagaralam/
BPS%20BAB%20IV.doc.

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=6336.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31773/4/Chapter%20II.pdf

Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesas. 2009. Departemen Kesehatan RI.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009


TENTANG KESEHATAN
WHO, Pedoman Praktid Dafe Motherhood: Perawatan Ibu dan Bayi. Jakarta:
EGC
C, Hertweck dkk. Ditulis pada tanggal 21 September 2012. Tersedia di
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10435074 diakses pada tanggal 24
Desember 2015 pukul 10.10
Dobson, Stavert Adrian. Ditulis pada tanggal 17 Oktober 2015 tersedia di
http://link.springer.com/search/page/3?facet-discipline=%22Public+Health%22
diakses pada tanggal 22 Desember 2015 pukul 14.30
Ensiklopedi Indonesia, www.id.wikipedia.org Diakses pada tanggal 18 Desember
2015 pukul 21.34
Herawati, Dewi Marhaeni Diah. Ditulis pada tanggal 04 Desember 2008 tersedia
di http://jurnal.ugm.ac.id/jmpk/article/view/2692 diakses pada tanggal 20
Desember 2015 pukul 16.22
Kamus Besar Bahasa Indonesia, www.kbbi.web.id diakses pada tanggal 20
Desember 2015 pukul 16.20
Mohamed, Arif. Ditulis pada tanggal 6 Desember 2015. Tersedia di
http://apy.sagepub.com/content/23/6_suppl/26.full diakses pada tanggal 19
Desember 2015 pukul 20.01
Soerodibroto, R. Soenarto, 2003. KUHP dan KUHAP Dilengkapi Yurisprudensi
Mahkamah Agung dan Hoge Raad. Jakarta: Rajawali pers
Sulastomo, 2007. Sistem Jaminan Sosial Nasional –sebuah introduksi-. Jakarta:
Rajawali Pers

40
Supriyanto, Stefanus. Ditulis pada Januari 2006. Tersedia di
http://journal.unair.ac.id/catalog_p.html diakses pada tanggal 20 Desember 2015
pukul 16.25
Wibowo, Adik dan Tim, 2014. Kesehatan Masyarakat di Indonesia Konsep,
Aplikasi, dan Tantangan. Depok: RajaGrafindo Persada
Shvoong,social-scienceseducation.
http://id.shvoong.com/social sciences/education/2166080-ilmu-ekonomi-positif-
versus-ilmu/
hartanti, gusty. http://www.slideshare.net/gustihartanti/peranan-ekonomi-
kesehatan-dalam perencanaan-kesehatan
elwa mendri.2012. http://elwamendri.wordpress.com/2012/03/02/pengertian-
ruang-lingkup-ilmu-ekonomi-1-dan-2/
fkm.ui.http://www.fkm.ui.ac.id/content/pusat-kajian-ekonomi-dan-kebijakan-
kesehatan
Tjiptoherijanto,Prijono dan Budhi Soesetyo (2008). Ekonomi Kesehatan, Rineka
Cipta. Jakarta
Tjiptoherijanto, prijono. (1994). Ekonomi Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Undang-Undang RI No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan
http://informasiana.com/pengertian-ekonomi-menurut-para-ahli/
http://www.slideshare.net/gustihartanti/peranan-ekonomi-kesehatan-
dalamperencanaan-kesehatan
http://www.fkm.ui.ac.id/content/pusat-kajian-ekonomi-dan-kebijakan-kesehatan
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2166080-ilmu-ekonomi-positif-
versus-ilmu/
http://hellomydaily.blogspot.co.id/2015/10/hubungan-antara-ekonomi-dan-
kesehatan.html

41
42

Anda mungkin juga menyukai