Anda di halaman 1dari 8

BAB III

GEOLOGI REGIONAL

3.1 Geologi Regional Daerah PT Freeport Indonesia

3.1.1 Geomorfologi

Secara garis besar topografi dan morfologi pada daerah Kontak


Karya PT Freeport Indonesia sangat bervariasi. Pada daerah pelabuhan,
pantai dan rawa tersebar hutan bakau (mangrove) yang cukup luas.
Makin ke atas, kondisi topografi makin terjal dan dominasi hutan bakau
berkurang dan berganti menjadi rawa nipa atau sagu. Pada jarak 40 km
dari garis pantai, daerah didominasi dengan hutan yang lebat dengan
pepohonan yang homogen dengan bentuk topografi umum jurang yang
terjal.

Pada daerah Tembagapura dengan ketinggian sekitar 2.000 m


dpl, terdapat banyak jurang dan dinding batuan yang terjal, air terjun
dan lembahlembah yang curam. Pada sekitar daerah penambangan,
pada ketinggian 2.800 – 4.000 m dpl hampir tidak ditemukan adanya
pepohonan,dimana daratan hanya didomnasi oleh tanaman perdu,
rumput liar dan lumut. Hal ini diakibatkan karena ketinggian yang
cukup tinggi, sehingga hanya beberapa tanaman yang dapat tumbuh.
Pada beberapa daerah, kadang diselimuti oleh salju yang menutupi
daratan. Pada daerah ini, terdapat pula pegunungan yang membentuk
lipatan yang curam dan terjal yang disertai oleh patahan-patahan.

Berdasarkan topografi, daerah Kontrak Karya PT Freeport


Indonesia dapat dibagi menjadi dua, yaitu lowland dan highland
(Mahler,2008).

15
1. Daerah dataran rendah (lowland), merupakan dataran rendah yang
mencakup lokasi pelabuhan Amamapare (portsite), Timika,
perumahan karyawan dan kantor administrasi di Kuala Kencana
serta beberapa lokasi pendukung lainnya. Daerah Lowland
merupakan topografi yang relatif datar dengan elevasi antara 10 m
dpl sampai 2.000 m dpl.
2. Daerah dataran tinggi (highlnd), merupaka dataran tinggi yang
mencakup perumahan karyawan mulai dari mile 66 (Hidden Valley),
mile 68 (Tembagapura), mile 72 (Ridge Camp), mile 74 (mill site)
hingga ke lokasi tambang bawah tanah dan tambang terbuka
Grasberg. Daerah Highland merupakan rangkaian dari pegunungan
Jayawijaya merupakan topografi yang berbukit dengan ketinggian
2.000 m dpl sampai 4.200 m dpl. Lokasi penambangan berada pada
ketinggian sekitar 2.800 m dpl sampai 4.000 m dpl.

Lokasi PT Freeport
Indonesia

Gambar 3.1. Lingkungan Geografi Papua dan bagian-bagiannya yang


menyerupai burung dari Pulau New Guinea.

16
3.1.2 Stratigrafi dan Litologi

Secara regional stratigrafi Distrik Ertsberg tersusun atas


batuan sedimen siliklastik dan batuan karbonat dari Kelompok
Kemblangan yang berumur Mesozoik dan Kelompok New Guinea yang
berumur Tersier (Gambar 3.2 dan 3.3).

Kelompok Kemblangan terdiri dari empat formasi yaitu (dari


tua ke muda):

1. Formasi Kopai
2. Formasi Woniwogi
3. Formasi Piniya
4. Formasi Ekmai.

1. Formasi Kopai tersusun oleh batupasir argilik, mengandung


glaukonit yang melimpah dan berselingan dengan batulanau.
2. Formasi Woniwogi diendapkan selaras di atas Formasi Kopai
tersusun oleh lapisan glaukonit dan kuarsa arenit yang
mengandung pirit dan pada bagian atas dijumpai sedikit batulanau
dan mudstone.
3. Di atas Formasi Woniwogi diendapkan secara selaras Formasi
Piniya yang tersusun oleh batu lapisan batulanau karbonat dan
mudstone.
4. Formasi Ekmai secara selaras diendapkan di atas Formasi Piniya
yang terdiri dari tiga unit yaitu (dari tua ke muda): Batupasir
Ekmai, Batulempung Ekmai dan Batuserpih Ekmai. Batupasir
Ekmai tersusun oleh batupasir kuarsa, setempat bersifat kalkareus
pada bagian atas. Batugamping Ekmai tersusun oleh kalkarenit,
setempat ditemukan batuserpih hitam dengan sifat kalkareus.
Batuserpih Ekmai tersusun atas batuserpih hitam kalkareus.

17
Kelompok Kemblangan ditutupi oleh Kelompok Batugamping
New Guinea yang berumur Tersier yang terdiri dari empat formasi yaitu
(dari tua ke muda):

1. Formasi Waripi
2. Formasi Faumai
3. Formasi Sirga
4. Formasi Kais.

1. Formasi Waripi tersusun oleh dolostone yang mengandung fosil


dan batupasir karbonatan pada bagian atas, berumur Paleosen-
Miosen.
2. Formasi Faumai tersusun oleh batugamping dan dolostone yang
memgandung fosil foraminifera berumur Eosen.
3. Formasi Sirga tersusun oleh batupasir dan batulanau dengan
ukuran butir sedang sampai kasar, mempunyai umur Oligosen.
4. Formasi Kais tersusun oleh batugamping dan marl mengandung
fosli foraminifera, berumur Oligosen Miosen.

18
Gambar 3.2. Peta geologi regional distrik ertsberg (COW “A” Geology).

Gambar 3.3. Peta stratigrafi regional distrik ertsberg (COW “A” Stratigraphy).

19
3.1.3 Struktur Geologi

Secara umum, kondisi struktur geologi di area penambangan


PTFI terbentuk karena zona penyusupan (subduction). Area tersebut
berada pada batas tumbukan antara lempeng Australia dan lempeng
Indo – Pasifik yang bergerak ke arah barat daya (Gambar 3.5). Hasil
dari tumbukan lempeng-lempeng tersebut mengakibatkan
pengangkatan dan deformasi pada lantai samudra secara cepat pada
batas kontinen. Pengangkatan tersebut membentuk pulau New Guinea
dan rangkaian pegunungan Jayawijaya dengan tinggi puncak 5000
mdpl.

Penyusupan lempeng yang terjadi mengakibatkan pengangkatan


batuan sedimen (karbonatan), kemudian diintrusi oleh magma pada
batas tepi lempeng. Intrusi magma tersebut menghasilkan batuan beku
kompleks yang berkomposisi intermediate (dioritic).

Gambar 3.4. Tectonic belts of Papua.

Struktur geologi regional Distrik Estberg menurut E,


RUSMANA, K. PARRIS, U. SUKANTA dan H, SMODRA, (1995),
dalam Geologi Regional Lembar Timika terdapat dua struktur utama
yaitu sebelum dan bersamaan dengan tumbukan. Struktur sebelum

20
tumbukan di duga terjadi pada periode Perem-Trias, berupa sesar
normal (Sesar Bongkah) pada batuan dasar sedimen. Struktur yang
terjadi bersamaan dengan tumbukan terjadi pada kala Miosen Akhir
menghasilkan suatu seri sesar anjak dan seri antiklin yang membentuk
“drag” di atas suatu sesar naik (anjak).

1. Sesar bongkah Perem-Trias

Sesar Waitaka yang berarah timur laut menyebabkan batuan sedimen


Proterozoikum sampai Perem tergeserkan (offset) ; akan tetapi tidak
mempengaruhi batuan sedimen yang menindihnya yaitu Formasi
Tipuma. Kembelangan group dan Kelompok Batugamping Nugini ;
sehingga hal tersebut menunjukan bahwa Sesar Waitaka terjadi pada
periode Perem-Trias. Sesar Ilaga yang berarah utara di bagian timur
lembar diduga juga merupakan bentuk sesar bongkah yang terjadi
pada batuan dasar meskipun telah diaktifkan kembali dengan adanya
bukti tergesernya sedimen Kelompok Kembelangan yang berumur
Kapur dan sedimen yang berumur Tersier. Struktur batuan dasar pra-
Trias di Anjungan Arafura kerekam dengan baik pada data seismik.

2. Lajur Anjak Muka Daratan dan “ObliqueStacked Thrust”

Lajur anjak muka daratan paling tidak terdiri dari tiga sesar anjak
yang sejajar dan berarah hampir barat-timur dan juga berkembang
pada bagian dasar Formasi Otomena yang berarah baratdaya-
timurlaut.

Di bagian timur Lembar berkembang suatu seri paling tidak ada 4


sesar anjak yang berbentuk sinusoidal berararah barat laut-tenggara
dan berkedudukan miring terhadap jurus lapisan. Pada sesar yang
terakhir dari seri ini merupakan implikasi dari pergeseran akibat
kompresi yang berarah timurlaut-baratdaya sampai timurlaut-barat
baratdaya yang diduga terjadi pada 4 juta tahun dan diperkirakan
sesar anjak ini berkembang dari barat ke timurlaut. Jenis sesar anjak

21
ini kemungkinan penting dalam mengendalikan lokasi intrusi pada
kala pliosen di dalam jalur “Oblique Stacked Thurst Faults”

Gambar 3.5. Mandala Geologi dan Tektonik Utama

22

Anda mungkin juga menyukai