Skripsi Hendra
Skripsi Hendra
SKRIPSI
OLEH :
HENDRA
i
ii
OLEH :
HENDRA
Skripsi
ii
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Jurusan Ilmu
: Kelautan
Mengetahui :
Tanggal Lulus :
iii
iv
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
SWT. Tuhan semesta alam pencipta langit dan bumi yang atas berkat
Pada kesempatan ini tak ada hal yang dapat penulis sampaikan
dan doa yang senantiasa mengiringi penulis selama masa studi hingga
Hasim Ngaru. Teriring doa dan kasih sayang yang begitu tulus
v
vi
4. Para dosen penguji, Bapak Prof. Dr. Ir. Ambo Tuwo, DEA.,
Bapak Dr. Ir. Abdul Rasyid Jalil, M.Si., dan Bapak Dr. Ir.
penulis.
dan Bapak Prof. Dr. Amran Saru, ST, M.Si sebagai penasehat
6. Bapak Ir. Nasaruddin Salam, MT., Bapak Dr. Ir. Abdul Rasyid
Jalil, M.Si., dan Bapak Ir. Ilham Jaya, MM, atas segala
vi
vii
penulis.
bersaudara.
13. Kanda Bakri, ST., dan Kanda Muhammad Agus, ST., atas
vii
viii
Narti, Abang Rijal, Bang Ova, dan Ela) dan Petta Lurah
selama ini.
15. Seluruh bapak dan ibu dosen Jurusan Ilmu Kelautan dan
17. Pegawai dan seluruh staf jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu
skripsi ini. Namun, penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput dari
kekhilafan. Oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran yang sifatnya
ada. Akhir kata semoga skripsi ini dapat digunakan untuk kemajuan dunia
Penulis
Hendra
viii
ix
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan dan Kegunaan ................................................................................ 3
C.Ruang lingkup............................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 4
A. Pengertian Lamun ...................................................................................... 4
B. Deskripsi Lamun ......................................................................................... 5
1. Halophila ovalis ...................................................................................... 5
2. Halodule uninervis.................................................................................. 7
3. Syringodium isoetifolium ........................................................................ 9
C. Karakter Sistem Vegetatif ......................................................................... 10
D. Faktor Pembatas ...................................................................................... 11
1. Suhu .................................................................................................... 11
2. Salinitas ............................................................................................... 12
3. Kecerahan ........................................................................................... 13
4. Kedalaman ........................................................................................... 13
5. Nutrien ................................................................................................. 14
6. Substrat ............................................................................................... 14
E. Manfaat dan Fungsi Lamun ...................................................................... 15
1. Sebagai produsen primer ..................................................................... 16
2. Sebagai habitat biota ........................................................................... 16
3. Sebagai penangkap sedimen ............................................................... 17
4. Sebagai pendaur zat hara .................................................................... 17
F. Produktivitas Lamun ................................................................................. 18
III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 21
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 21
B. Alat dan Bahan ......................................................................................... 22
1. Alat dan Bahan di Lapangan ................................................................ 22
2. Alat dan Bahan di Laboratorium ........................................................... 22
C.Prosedur Penelitian .................................................................................. 23
ix
x
x
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
xi
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
xii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
8. Uji anova laju produksi biomassa daun lamun Halodule uninervis ... 59
9. Uji anova dan uji Bonferoni laju produksi biomassa daun semua
jenis lamun. ...................................................................................... 60
xiii
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
energi cahaya matahari menjadi energi kimia dalam bentuk bahan organik
1
2
yang hidup pada substrat pasir halus sampai kasar di zona intertidal dan
subtidal dan memiliki sebaran vertikal yang luas mulai dari zona intertidal
seperti pada timbunan dari aktivitas invertebrata yang membuat liang. Dari
hal ini terlihat bahwa lamun pionir menjadi lamun pertama yang
hara dan rantai makanan sebagai bagian dari kegiatan pengelolaan laut
2
3
dan pesisir. Hal inilah yang melatar belakangi peneliti untuk mengkaji
C. Ruang lingkup
3
4
A. Pengertian Lamun
akar sejati yang telah berdaptasi untuk hidup sepenuhnya di dalam air laut
(Tuwo, 2011).
transportasi internal untuk gas dan nutrient, serta stomata yang berfungsi
dalam pertukaran gas. Akar pada tumbuhan lamun tidak berfungsi penting
langsung dari dalam air laut. Lamun dapat menyerap nutrient dan
agar tetap mengapung didalam kolom air, tumbuhan ini dilengkapi oleh
Karena pola hidup lamun sering berupa hamparan maka dikenal juga
istilah padang lamun (Seagrass bed) yaitu hamparan vegetasi lamun yang
menutup suatu area pesisir/laut dangkal, terbentuk dari satu jenis atau
padang lamun yang luas di dasar laut yang masih dapat dijangkau oleh
perairan yang dangkal dan jernih, dengan sirkulasi air yang baik. Air yang
4
5
lamun(DenHartog 1970) .
substrat berlumpur sampai berbatu. Namun padang lamun yang luas lebih
padang lamun yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik disebut
B. Deskripsi Lamun
1. Halophila ovalis
pantai tropis dan hangat dari Perairan Indo-Pasifik Barat dan dikenal
5
6
Tumbuh pada substrat mulai dari lumpur lembut sampai pecahan karang
dari famili ini antara lain daun cenderung bercabang dua, daunnya tidak
yang kecil, bentuk daun bulat memanjang atau bulat telur bulat telur dan
pada daun. Pada substrat keras, lumpur terbuka dan pasir disepanjang
6
7
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Famili : Hydrocharitaceae
Subfamili : Halophiloideae
Genus : Halophila
Spesies : H. ovalis
2. Halodule uninervis
Kepulauan Fiji, serta di bagian utara Australia dan Great Barrier Reef
7
8
et al, 2007).
daun memanjang dan sempit. Ciri khas H. uninervis adalah ujung daunnya
yang berbentuk trisula dengan satu vena sentral yang membujur dengan
ukuran lebar daun 1-1,7mm. Umur daun H. uninervis ±55 hari dengan
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Famili : Potamogetonacea
Subfamili : Cymodoceoideae
Genus : Halodule,
Spesies : H. uninervis
8
9
3. Syringodium isoetifolium
dengan ciri-ciri utama yaitu tidak memiliki ligula seperti pada famili
Tumbuh dengan kepadatan tinggi tanpa spesies lain. Namun bila tumbuh
dengan spesies lain ukurannya akan lebih kecil. Jenis lamun ini jarang
Panjang daun berkisar 5-10 cm, tapi dapat tumbuh hingga 50 cm.
Daun yang lebih tua cenderung lebih rapuh sehingga mudah patah. Daun
cyme. Buah berbentuk kacang kecil yang keras. Biji yang matang akan
9
10
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Famili : Potamogetonacea
Subfamili : Cymodoceoideae
Genus : Syringodium
Spesies : S. isoetifolium
perkembangan yang baik dari rimpang (rhizome) dan bentuk daun yang
Syringodium
Phyllospadix.
D. Faktor Pembatas
1. Suhu
dimana pola fluktuasi biomassa mengikuti pola fluktuasi suhu (Perez dan
produktivitas lamun yang tinggi pada suhu tinggi, bahkan diantara faktor
2. Salinitas
Lamun yang tua dapat menoleransi fluktuasi salinitas yang besar (Zieman
1999b).
kerapatan, lebar daun dan kecepatan pulih lamun. Pada jenis Amphibolis
3. Kecerahan
4. Kedalaman
vertikal. Lamun tumbuh di zona intertidal bawah dan subtidal atas hingga
tertinggi Enhalus acoroides pada lokasi yang dangkal dengan suhu tinggi.
13
14
5. Nutrien
Unsur nitrat (N) dan fosfat (P) terdapat pada sedimen dan dalam
bentuk terlarut di air. Hanya yang bentuk terlarut yang dapat dimanfaatkan
(Hutomo, 1999).
6. Substrat
substrat lumpur, lumpur pasiran, pasir, pasir lumpuran, puing karang dan
(pecahan karang dan pasir koral halus), teluk dangkal yang didominasi
oleh pasir hitam terrigenous dan pantai intertidal datar yang didominasi
14
15
Hewan yang hidup pada padang lamun ada berbagai penghuni tetap
seperti ikan. Selain itu, ada pula hewan yang datang mencari makan
seperti sapi laut (Dugong dugon) dan penyu (turtle) yang makan lamun
kecepatan arus yang tinggi dan juga sebagai sumber bahan makanan baik
hewan nekton juga banyak didapatkan pada padang lamun. Lamun juga
sejumlah besar bahan bahan organik sebagai substrat untuk algae, epifit,
Pada padang lamun ini hidup berbagai macam spesies hewan, yang
ditemukan 48 famili dan 108 jenis ikan adalah sebagai penghuni lamun,
15
16
ikan yang berasosiasi dengan padang lamun. Selain ikan, sapi laut dan
teripang, bintang laut, beberapa jenis cacing laut dan udang (Peneus
Apabila air sedang surut rendah sekali atau surut purnama, sebagian
padang lamun akan tersembul keluar dari air terutama bila komponen
pengembalaan dan makan dari berbagai jenis ikan herbivora dan ikan–
16
17
Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat
17
18
dimanfaatkan untuk :
e. mengisi kasur
f. bahan dimakan
a. penyaring limbah
b. stabilizator pantai
d. makanan
e. obat-obatan
F. Produktivitas Lamun
18
19
penandaan. Produktivitas yang didapatkan dari metode ini bisa lebih kecil
yang disebabkan oleh berbagai faktor, terutama oleh nutrien dan cahaya.
Selain itu juga sangat tergantung pada spesies dan kondisi perairan lokal
lainnya seperti kecerahan air, sirkulasi air dan kedalaman, panjang hari,
suhu dan angin (Zieman et al, 1980). Fortes (1992) menambahkan bahwa
terendah di Hin Com (0,919 gbk/m2). Pada tempat yang sama (Chon
kemudian disusul 1,094 gbk/m2 (musim panas) dan 0,144 gbk/m2 (musim
19
20
terhadap substrat yaitu biomassa atau produksi diatas substrat (terdiri dari
helaian dan pelepah daun) dan biomassa di bawah substrat (terdiri dari
20
21
barat dan selatan pulau. Pada sisi timur, lamun hanya ditemukan pada
area yang sempit. Lokasi penandaan lamun berada pada sebelah selatan
Juni 2011.
21
22
memotong daun lamun, mistar untuk mengukur lamun yang akan ditandai,
alat untuk mengukur daerah sampling data lamun, alat selam dasar untuk
telah di potong.
timbangan digital untuk menimbang sampel lamun, alat tulis menulis untuk
22
23
C. Prosedur Penelitian
1. Prosedur di Lapangan
1) Kecepatan arus
yang dilengkapi tali sepanjang 5 meter. Alat ini dilepaskan di perairan dan
pelepasan alat dan saat tali tegang dihitung sebagai kecepatan dengan
menggunakan stopwatch.
S
V =
t
Dimana ;
V : Kecepatan arus (m/det)
S : Jarak (m)
t : Waktu (det)
2) Salinitas
3) Suhu
23
24
lamun jenis yang diamati. Lokasi jenis lamun Halophila ovalis berada lebih
dekat dengan bibir pantai dan kedalaman kurang dari satu meter. Untuk
24
25
hari ke-7 sebanyak 10 tegakan, hari ke-14 sebanyak 10 tegakan dan hari
dengan jenis lamun yang lain cara pengambilan datanya sedikit berbeda.
Luas daerah ulangannya adalah 1x1 m. Pada ulangan tersebut dibuat kisi-
kisi lebih kecil dengan ukuran 20x20 cm sebanyak tiga buah. Semua
semua daun yang tumbuh setelah penandaan. Panen dilakukan pada kisi-
kisi pertama di hari ke-7, kisi-kisi kedua pada hari ke-14 dan kisi-kisi ketiga
jam hingga sampel lamun benar-benar kering. Sampel lamun yang telah
D. Pengolahan Data
P = Pt – P0
25
26
rumus :
P=WxD
rumus :
WxD
P= ,
t
E. Analisis Data
daun lamun dan perbandingan produksi daun antar jenis lamun adalah
Oneway analisis of varians (one way anova) kemudian uji lanjut dengan
26
27
A. Pertumbuhan lamun
200
150
Tegakan
100
50
0
1 2 3
Minggu Pengamatan
matahari yang terlalu tinggi karena terjadi surut yang sangat rendah.
27
28
atau kemarau pertumbuhan lamun akan lebih efektif pada cahaya rendah.
7
6
Panjang (cm)
5
4
3
2
1
0
1 2 3
Minggu Pengamatan
8.00
7.00
6.00
Panjang (cm)
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
1 2 3
Minggu Pengamatan
hari dan jumlah produksi setiap 38 tegakan setiap tahunnya. Lamun ini
29
30
7
a
6
5
gbk/m2
4 b
b
3
0
1 2 3
Minggu Pengamatan
kemudian minggu kedua sebesar 2,58 gbk/m2, dan pada minggu ketiga
sebesar 5,16 gbk/m2. Hasil analisis menggunakan one way anova dengan
30
31
31
32
14,5 gbk/m2, hasil yang didapatkan pada penelitian ini lebih rendah yaitu
sebesar 3,41 gbk/m2. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kerapatan. Nilai
penelitian ini sebesar 490 tegakan (Lampiran 1). Hal ini sesuai dengan
dengan penelitian Kiswara dan Winardi (1999) di Kuta untuk jenis H.ovalis.
467,5 tegakan (tabel 2) lebih tinggi bila dibandingkan dengan penelitian ini
Thailand untuk jenis Halophila ovalis tertinggi yaitu 2,308 gbk/m2. Hal ini
32
33
20 a
18 b
16 b
14
12
gbk/m2
10
8
6
4
2
0
1 2 3
Minggu Pengamatan
12,5 gbk/m2 dan pada minggu ketiga nilainya sebesar 17,6 gbk/m2.
33
34
pertumbuhannya.
biomassa sebesar 160,0 gbk/m2, nilai biomassa pada penelitian ini lebih
dibanding penelitian ini sebesar 1479 tegakan (Lampiran 1). Hal ini sesuai
Kiswara dan Winardi (1999) di Kuta untuk jenis S. isoetifolium dengan nilai
lebih tinggi dari penelitian ini dengan nilai biomassa sebesar 13,30 gbk/m2
dan kerapatan 1479 tegakan (Lampiran 1). Dengan kerapatan yang lebih
34
35
6
a
5
4 b
gbk/m2
3 b
2
1
0
1 2 3
Minggu Pengamatan
sebesar 1,34 gbk/m2, kemudian minggu kedua sebesar 3,01 gbk/m2 dan
pada minggu ketiga sebesar 3,97 gbk/m2. Hasil uji one way anova dengan
penelitian ini lebih rendah dengan nilai biomassa sebesar 2,78 gbk/m 2.
(daun normal) 1147 tegakan (Tabel 1) lebih tinggi dibanding penelitian ini
sebesar 502 tegakan (Lampiran 1). Hal ini sesuai dengan yang
Winardi (1999) di Kuta untuk jenis H.uninervis (daun kecil) dengan nilai
kerapatan 160 tegakan (Tabel 2) lebih tinggi dari penelitian ini dengan nilai
biomassa sebesar 2,78 gbk/m2 dan kerapatan 502 tegakan (Lampiran 1).
Dengan kerapatan yang lebih rendah nilai biomassa yang dihasilkan juga
lebih besar. Hal ini menjelaskan bahwa dengan ukuran yang lebih besar
36
37
20
Halophila
15 ovalis
gbk/m2
10
Syringodium
isoetifolium
5
0 Halodule
1 2 3 uninervis
Mingggu Pengamatan
Hasil uji one way anova dengan selang kepercayaan 95 (p=0,05)
jenis lamun tersebut berbeda nyata dengan nilai signifikansi 0,00 (p<0,05).
menunjukkan bahwa nilai tertinggi adalah dari jenis S. isoetifolium. Hal ini
bentuk morfologi H. ovalis seperti pisau waji dan sangat tipis dan H.
uninervis dengan bentuk daun mirip pita yang sempit dan tipis.
yang lebih tinggi (lampiran 1). Fortes (1990) dalam Soedharma (2007)
37
38
dari kerapatan.
besar pula nilai biomassanya. Namun hal yang berbeda terjadi di Kuta
untuk jenis H. ovalis dan H. uninervis, dengan nilai kerapatan yang lebih
0.5 a
0.4
gbk/m2/hari
b
0.3 b
0.2
0.1
0
1 2 3
Minggu Pengamatan
38
39
0,187 gbk/m2/hari dan pada minggu ketiga meningkat lagi menjadi 0,247
0,02 (p<0,05) (Lampiran 6). Setelah dilakukan uji lanjut dengan uji
kedua dan ketiga dengan nilai signifikansi sebesar 0,002 dan 0,010
(p<0,05) (Lampiran 6) .
Pada minggu kedua dan ketiga terjadi pasang terendah pada siang hari
atau kemarau pertumbuhan lamun akan lebih efektif pada cahaya rendah.
Hasil tersebut lebih kecil dibandingkan nilai laju produksi lamun jenis
39
40
di laguna Minicoy India untuk jenis H. ovalis dengan nilai 1,2 gbk/m2/hari.
1.6
b
1.4
1.2
a a
gbk/m2/hari
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1 2 3
Minggu Pengamatan
kedua dengan nilai 0,94 gbk/m2/hari dan pada minggu ketiga dengan nilai
0,84 gbk/m2/hari. Hasil uji Oneway anova menunjukkan bahwa nilai laju
produksi biomassa daun berbeda nyata setiap minggu. Hasil uji lanjut
dengan minggu kedua dan ketiga dimana sigifikansi yang di peroleh 0,020
40
41
Hasil ini lebih kecil bila dibandingkan dengan hasil penelitian yang
gbk/m2/hari.
0.25
0.2
gbk/m2/hari
0.15
0.1
0.05
0
1 2 3
Minggu Pengamatan
(Lampiran 8).
41
42
Dari hasil perhitungan nilai laju produksi biomassa dari semua jenis
1.4
b
1.2
gbk/m2/hari
1
0.8
0.6 a
0.4 a
0.2
0
Halophila ovalis Syringodium Halodule
isoetifolium uninervis
Minggu Pengamatan
tertinggi dari ketiga jenis lamun adalah jenis S.isoetifolim dengan nilai
gbk/m2/hari. Hasil analisis Oneway anova dan uji lanjut menggunakan uji
42
43
seperti pisau waji dan sangat tipis dan H.uninervis berbentuk pita dengan
ukuran yang relatif kecil dan tipis. Hal ini sesuai dengan yang
berbeda antar setiap jenis lamun yang diakibatkan oleh perbedaan bentuk
suhu, salinitas, kecepatan arus, pH, dan Dissolved Oksigen (DO) dan
1. Salinitas
disemua lokasi sama yaitu 35 ‰. Nilai ini termasuk kisaran yang cocok
43
44
berbagai faktor antara lain : pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan
2. Kecepatan Arus
ovalis 0,0214 m/s sama dengan nilai kecepatan arus pada stasiun
Syringodium isoetifolium, hal ini terjadi karena jarak antar kedua stasiun ini
kecepatan arus 0,0429 m/s. Kecepatan arus tersebut masih dalam kisaran
lamun. Arus dengan kecepatan 0,5 m/s masih termasuk kondisi yang baik
3. Suhu
suhu pada semua lokasi diperoleh nilai 300C (Tabel 3). Dari nilai tersebut
terlihat bahwa suhu perairan di semua lokasi relatif stabil dan masih dalam
1999).
44
45
perairan mesotropik memiliki kadar nitrat berkisar 1-5 ppm dan perairan
eutropik memilki kadar nitrat 5-50 ppm. Boyd (1979) dalam Irwanto (2010)
menyatakan bahwa batas toleransi nitrat terendah adalah 0,10 mg/L dan
45
46
1.5
Suhu
Salinitas
1
-1
DO -1.5 Fosfat
-2
46
47
A. Simpulan
disimpulkan bahwa
gbk/m2.
B. Saran
47
48
DAFTAR PUSTAKA
Azkab, M.H. 2000a. Epifit Pada Lamun, Oseana, Volume XXV, Nomor 2,
2000 : 1-11. Balitbang Biologi Laut, PustlibangBiologi Laut-
LIPI, Jakarta.
Brouns, J.J.W.M. and H.M.L. Heijs 1986. Production and biomass of the
seagrass, Enhnlus acoroicies (L.f.) Royle ,and its epiphytes.
Aquatic Botany. 25: 21-45.
48
49
Carruthers, T.J.B., et al. 2007. Halodule uninervis. In: IUCN 2011. IUCN
Red List of Threatened Species.
http://www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/173328/0
Kikuchi dan J.M. Peres. 1977. Consumer ecology of seagrass beds, pp.
147-193. In P. McRoy and C.Helferich (eds). Seagrass
49
50
Kiswara, W. dan Winardi. 1999. Sebaran Lamun di Teluk Kuta dan Teluk
Gerupuk, Lombok. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Menez, E.G., R.C. Phillips and HP. Calumpong 1983. Seagrass from the
Philippines. Smithsonian Cont. Mar. Sci., 21. Smithsonian.
Press, Washington. 40 PP.
51
52
Keterangan * = Tegakan
52
53
ANOVA
Biomassa
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 13.792 2 6.896 5.946 .038
Within Groups 6.958 6 1.160
Total 20.750 8
Multiple Comparisons
Biomassa
Bonferroni
53
54
ANOVA
Biomassa
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 97.796 2 48.898 20.054 .002
Within Groups 14.630 6 2.438
Total 112.426 8
Multiple Comparisons
Biomassa
Bonferroni
54
55
ANOVA
Biomassa
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 10.615 2 5.307 5.302 .047
Within Groups 6.006 6 1.001
Total 16.620 8
Multiple Comparisons
Biomassa
Bonferroni
55
56
ANOVA
Biomassa
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 626.952 2 313.47 50.225 .000
6
Within Groups 149.796 24 6.241
Total 776.748 26
56
57
Lampiran 6. Uji Anova dan uji Bonferoni Laju produksi biomassa daun
Halophila ovalis
ANOVA
Biomassa
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .105 2 .053 20.846 .002
Within Groups .015 6 .003
Total .120 8
57
58
Lampiran 7. Uji anova dan uji Bonferoni produksi biomassa daun lamun
Syringodium isoetifolium
ANOVA
Biomassa
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .503 2 .251 14.130 .005
Within Groups .107 6 .018
Total .609 8
58
59
59
60
Lampiran 9. Uji anova dan uji Bonferoni laju produksi biomassa daun
semua jenis lamun.
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68