Anda di halaman 1dari 214

Sword Art Online Jilid 12 Alicization Rising

KONTEN
 Illustrasi Novel
 Bab 7 – Dua Supervisor
 Part 1
 Part 2
 Bab 8 – Katedral Pusat
 Part 1
 Part 2
 Part 3
 Catatan Penerjemah dan Referensi
 Catatan Pengarang

Note : Taboo Index=Index Tabu=Daftar Larangan

Sacred Arts=Seni Suci=Sihir Suci


Illustrasi Novel


Cover Depan  


 
Cover Belakang

 


 


Bab 7 Dua Supervisor
Bulan ke-5 Kalender Dunia Manusia 380
Part 1

Aku, Kirigaya Kazuto, telah log out dari VRMMO-RPG, «Sword Art Online», pada 7 November
2024.

Hal itu terjadi pada pertengahan Desember ketika aku kembali ke rumahku di Kawagoe City,
Prefektur Saitama, setelah masa rehabku. Aku telah berusia enam belas tahun beberapa bulan
yang lalu, tapi ketika aku telah menyelesaikan lima puluh lantai di Aincrad sementara rekan-
rekanku semasa SMP menghadapi ujian masuk SMA, jelas tidak ada sekolah yang bisa kumasuki
saat ini.

Untungnya―meski aku ragu untuk menyebutnya seperti itu, aku berhasil menerima sertifikat
kelulusan SMP yang baru kuikuti selama setengah jalan, jadi normalnya aku harus
menghabiskan waktu yang kumiliki di sekolah persiapan sampai aku bisa mengikuti ujian tahun
depan, yang tertunda selama setahun. Namun, di sini, negara mengusulkan langkah bantuan yang
tak terduga.

Di antara sekitar enam ribu pemain yang kembali dari penjara SAO, para pelajar menengah dan
tinggi berjumlah lebih dari lima ratus. Diputuskan bahwa sebuah sekolah untuk mereka semua
akan dibentuk di Nishitokyo, Tokyo, dari bulan April 2025 tanpa adanya ujian masuk ataupun
biaya sekolah, dan lulusannya akan diberikan kualifikasi untuk mengambil ujian masuk
universitas.

Gedung yang digunakan adalah gedung dari sebuah sekolah tinggi metropolitan, yang
ditinggalkan setahun sebelumnya dan menunggu penggusuran. Guru yang telah pensiun
diperkerjakan kembali, melakukan kerja paruh waktu, dan sebagian besar terdiri dari staf
pengajar. Sekolah itu diklasifikasikan sebagai Sekolah Kejuruan Nasional berdasarkan UU
Pendidikan Sekolah.

Tingkat simpati yang tak terduga itu, meski sebagai jaring pengaman, tentu saja memunculkan
rasa kegelisahan, tapi aku memutuskan untuk memasukinya setelah berkonsultasi dengan Asuna
dan tentu saja, keluargaku. Aku sekalipun tidak pernah menyesalinya. Merancang dan membuat
berbagai perangkat dengan teman-teman dalam kursus Mekatronika sangatlah menyenangkan
dan aku bisa bertemu dengan Asuna, Lisbeth, Silica, dan semuanya setiap hari. Aku masih bisa
mengklaim kalau itu telah memenuhi sebuah kehidupan sekolah meski kami wajib mengikuti
sesi konseling setiap minggu.

Namun, aku tetap tidak dapat mengikuti sekolah sampai akhir lagi.
Itu satu tahun dua bulan setelah aku masuk sekolah, pada 6 Juni 2026. Untuk beberapa alasan
yang tidak diketahui, aku terbangun di dunia lain, «Underworld». Terbangun di hutan di dekat
Desa Rulid, di tepi utara Dunia Manusia, aku telah berusaha sebisaku untuk menghubungi staf
dari perusahaan ventura yang seharusnya mengembangkan dan mengelola dunia ini, Rath, tapi
tidak ada jawaban sama sekali.

Dengan enggan, aku menuju tempat yang paling mungkin memiliki konsol yang mampu
menghubungi dunia luar dari sini―pusat Dunia Manusia, Centoria Pusat, atau apa yang ada di
intinya, Katedral Pusat Gereja Axiom, dan aku melakukan perjalanan dari Rulid dengan partner
yang telah kutemui di dunia ini, Eugeo.

Entah bagaimana aku telah mencapai Centoria setelah menghabiskan satu tahun kalender
Underworld, tapi aku tidak bisa begitu saja melanjutkan dan memasuki Katedral. Pintu gerbang
Gereja Axiom selalu tertutup rapat, dan hanya bisa dimasuki oleh pemenang dari «Turnamen
Persatuan Empat Kerajaan» yang diadakan pada musim semi setiap tahun.

Oleh karena itu, Eugeo dan aku, yang bertujuan untuk memasuki Katedral, terlebih dahulu
mendaftar di «Master Sword Academy Kerajaan» untuk mendapatkan kualifikasi yang
diperlukan untuk memasuki turnamen, meski kami berbeda tujuan. Kurikulumnya tidak mungkin
ada di dunia nyata, itu berisi tentang pedang dan sihir (atau akuratnya, sihir suci) dan itu juga
adalah pertama kalinya aku tinggal di asrama; itulah keadaanku, tapi aku bisa menyesuaikan
hidupku di Master Sword Academy ... tidak, aku bahkan bisa mengatakan kalau aku menikmati
waktuku di sana.

Namun, setahun sebulan setelah masuk, pada bulan kelima tahun 380 Kalender Dunia Manusia,
sekali lagi, sebuah insiden terjadi yang membuat kehidupan sekolahku terpaksa terhenti.
Beberapa bangsawan laki-laki kelas atas mencoba untuk "memainkan" «siswi valet» kami; siswi
pemulaku yang bernama Ronye, dan siswi pemula Eugeo; Tiezé, dengan menggunakan
perangkap yang licik.

Eugeo, yang kebetulan berada di tempat kejadian, menerobos pembatas mutlak bernama
«mematuhi hukum» dan menghunus pedangnya. Saat ia memutuskan lengan kiri bangsawan
kelas atas, Humbert, dengan serangan habis-habisan, aku akhirnya tiba di sana, dan bertarung
dengan bangsawan kelas atas, Raios, hingga aku memutuskan kedua tangannya.

Meski lukanya besar, nyawanya tidak akan berada dalam bahaya jika aliran darahnya segera
disegel dan lukanya diobati dengan sihir suci, tapi kemudian, sebuah fenomena aneh terjadi.
Tertekan untuk memilih antara hukum tertinggi di Dunia Manusia, «Indeks Taboo», dan
keinginannya sendiri, ia berteriak dengan suara aneh saat ia meninggal ... tidak, saat semua
gerakannya terhenti.
Akademi mengeluarkan Eugeo dan aku dan «integrity knight», yang dikirim oleh Gereja Axiom,
memenjara kami di penjara bawah tanah katedral. Tak kaget akan fakta ketiga kalinya aku
«meninggalkan sekolah ditengah-tengah», kami segera melarikan diri dan berjalan menuju kebun
mawar di atas; mencari pintu masuk ke dalam katedral, kami terlibat dalam pertempuran
melawan seorang integrity knight baru, dan bertemu dengan orang yang menyelamatkan kami
saat kami dengan putus asa berlari kesana-kemari

Seorang gadis muda misterius yang menamai dirinya «Kardinal».

Kardinal, yang tinggal di ruang perpustakaan besar yang berada di dalam ruang kedap udara,
membuat Eugeo, yang basah kuyup saat ia terjatuh ke dalam air mancur selama pertempuran,
pergi ke kamar mandi dan pada waktu itu mengungkapkan kebenaran yang menakjubkan
padaku.

Bahwa dunia ini, Underworld, adalah simulasi dari sebuah peradaban yang telah berusia
setidaknya empat ratus lima puluh tahun di dalamnya.

Bahwa pendeta tertinggi Gereja Axiom, yang memerintah dunia, pernah menjadi seorang gadis
cantik bernama Quinella; tidak berbeda dari penghuni normal lainnya.

Gadis yang telah mengabdikan dirinya untuk penggunaan sihir suci, atau dengan kata lain sistem
perintah, mengejar kekuasaan dengan sedemikian rupa hingga ia mencapai mantra
terlarang―perintah untuk membaca «seluruh daftar perintah». Satu-satunya cara untuk sebuah
subjek dalam simulasi yang akan dipromosikan menjadi supervisor.

Dengan otoritas mutlaknya untuk mengatur, Quinella terlihat seperti melihat ke bawah pada
dunia ini dari lantai atas Katedral Pusat. Apakah penglihatan itu diarahkan pada Eugeo dan aku,
yang tersesat di taman suci juga ...?

Kardinal, yang duduk di seberang meja bundar, terlihat tersenyum mengejek padaku saat dia
melihatku menggigil karena rasa dingin yang tiba-tiba. Meneguk teh dari cangkir di atas meja, ia
mengangkat kacamata kecilnya.

"Masih terlalu dini untuk bergidik ketakutan."

Aku menekan rasa menggigilku dan entah bagaimana membalas kata-kata tenangnya.

"Aah ... maaf, silahkan lanjutkan."

Mengangkat cangkirku, aku meneguk teh yang terasa mirip dengan kopi di dunia nyata.
Kardinal menyandarkan tubuh mungilnya ke sandaran kursi dan mulai berbicara lagi, dengan
nada tenang.

"Kembali ke dua ratus tujuh puluh tahun yang lalu ... Quinella berhasil memanggil seluruh daftar
perintah; hal yang pertama kali ia lakukan adalah menaikkan tingkat otoritasnya sampai
maksimal; hingga mampu secara langsung mengganggu Sistem Kardinal yang mengendalikan
dunia. Selanjutnya, dia memberkahi dirinya dengan semua otoritas yang hanya dimiliki Sistem
Kardinal. Manipulasi tanah dan bangunan, pembuatan barang, bahkan manipulasi untuk daya
tahan milik unit yang dinamis, termasuk manusia ... atau dengan kata lain; manipulasi Nyawa ..."

"Manipulasi ... Nyawa. Kalau begitu itu berarti, dengan kata lain, rentang nyawanya ..."

Gadis muda itu mengangguk pada kata-kata takutku.

"Itu berarti dia bisa melampaui itu. Berubah menjadi supervisor penuh, hal yang pertama kali
Quinella lakukan adalah memulihkan Nyawanya secara total, yang berusia delapan puluh tahun
dan di ambang kematian. Selanjutnya, ia menghentikan degenerasi alami. Lebih jauh lagi, dia
mengembalikan penampilannya waktu muda. Apa yang dilakukan Quinella dalam
mengembalikan kecantikannya waktu remaja cenderung ... sesuatu hal yang di luar imajinasi
orang seperti anda; muda, dan belum lagi anda laki-laki, namun ... "

"Yah ... saya mengerti kalau itu memang salah satu mimpi utama bagi perempuan."

Kardinal mendengus keras ketika aku dengan patuh menjawab.

"Bahkan saya, yang tidak memiliki emosi manusia, bisa mengatakan kalau saya bersyukur atas
bentuk tubuh yang statis ini. Saya berkeinginan besar untuk tumbuh lima atau enam tahun lagi,
tapi ... ―Meskipun demikian, puas semua keinginannya terpenuhi membuat Quinella sangat
gembira. Bagaimanapun juga, saat ini dia memperoleh kekuatan untuk secara bebas
memanipulasi Dunia Manusia dan juga kecantikan abadi. Dia sangat bahagia ... puncak
kebahagiaan. Cukup untuk sedikit menghilangkan kewarasannya ... "

Mata besar kardinal tiba-tiba menyempit di belakang kacamatanya. Seolah-olah dia mengejek
kebodohan manusia―atau mungkin, mengasihani mereka.

"―Akan menjadi yang terbaik jika dia telah puas sampai di sana. Namun, ternyata benar-benar
tidak ada dasar di lubang dalam hati Quinella. Orang yang tidak tahu apa arti dari kata cukup ...
dia bahkan tidak bisa mengizinkan keberadaan orang yang memegang wewenang yang sama
dengan dirinya."

"Apa itu ... mengacu pada Sistem Kardinal sendiri?"


"Memang. Dia juga mencoba untuk menghapus berbagai program yang tidak memiliki
kesadaran. Namun ... walau dengan kemampuannya dalam sihir suci, Quinella pada akhirnya
tidak lebih dari seorang penghuni Underworld, tidak ada hubungannya dengan peradaban ilmiah.
Tidak mungkin dia paham sintaks kompleks perintah dari tingkat otoritas supervisor dalam satu
malam. Quinella dengan sembarangan mencoba menguraikan referensi tertulis dari insinyur Rath
... dan dia keliru. Sebuah kesalahan tunggal yang besar. Dia berpikir untuk mengambil seluruh
Kardinal dalam dirinya sendiri, merancang seluruh perintah, dan kemudian membacakannya.
Akibatnya ... "

Gadis itu berbicara dengan gumaman seperti mendesah.

"... Quinella akhirnya membuat instruksi utama yang ditujukan pada Sistem Kardinal menjadi
fluct lightnya sendiri sebagai bacaan prinsip perilaku. Dia bermaksud untuk mencuri tingkat
otoritasnya saja tapi pada akhirnya dia malah meleburkan Kardinal dengan jiwanya sendiri!"

"... Ap ... apa itu ...?"

Pemahamanku tidak dapat mengejar perkataan Kardinal, aku bergumam kosong.

"Instruksi utama Kardinal ... untuk lebih spesifiknya, apa hal itu ...?"

"―«Pelestarian keteraturan». Itu adalah tujuan di balik keberadaan Kardinal. Anda juga pasti
paham jika Anda telah melakukan kontak dengan dunia yang memiliki sistem serupa. Kardinal
selalu mengamati tindakan «pemain» seperti kalian semua. Dan jika ada fenomena yang muncul
yang dapat membuat keseimbangan dunia menjadi kacau, fenomena itu akan dihancurkan tanpa
sedikit pun rasa belas kasihan."

"Aah ... itu benar. Saya menghabiskan hari mencari cara licik untuk mengecoh Kardinal, tapi itu
menjadi sia-sia setiap kali saya dapat menemukan mereka ..."

Ketika aku bergumam sambil mengingat bagaimana aman dan efektifnya seluruh program yang
ditangani Kardinal selama SAO, Kardinal tersenyum sombong sekali lagi. Itu terjadi hanya
ketika wajahnya yang biasanya teduh berubah menjadi wajah dari gadis kecil lugu seusianya.

"Tak perlu dikatakan, tidak peduli seberapa banyak orang awam berkumpul dan mencoba,
mereka tidak akan mampu mengecoh Kardinal .... Namun, Quinella bahkan jauh melampaui
pelestarian keteraturannya. Menulis instruksi ke dalam fluct lightnya, atau dengan kata lain, ke
dalam jiwanya, menyebabkan Quinella pingsan dan baru bangun setelah tertidur sepanjang hari.
Saat itu, dia bisa tidak lagi dianggap sebagai manusia dalam berbagai cara. Usianya tidak akan
bertambah, dia tidak butuh minum maupun makan ... Keinginannya untuk memerintah Dunia
Manusia selama-lamanya tetaplah sama ... "
"Selama-lamanya ... tetap sama ..."

Selagi mengulang kata-katanya dalam gumaman, aku merenung.

Selain dari tujuan umum AI; Sistem Kardinal, semua supervisor dari berbagai VRMMO yang
ada mungkin berharap agar dunia permainan mereka tetap terus berjalan. Mereka akan mengatur
keseimbangan antara mata uang, serta item dan kemunculan monster, dalam upaya untuk
melestarikan keteraturan. Namun, ada satu faktor yang bahkan supervisor yang memiliki
kekuatan dewa sekalipun tidak bisa kendalikan. Pemain.

Bukankah itu berlaku untuk Underworld juga ...?

Dan, seolah dia bisa membaca pikiranku, Kardinal mengangguk sedikit dan melanjutkan
penjelasannya.

"Dulu, apa yang Sistem Kardinal kendalikan adalah binatang, tumbuhan, tanah, dan cuaca; objek
dan efeknya ... dengan kata lain, bertindak sebagai fondasi dunia, tanpa menganggu aktivitas
penghuninya, sang fluct light buatan .... Namun, Quinella berbeda. Dia bahkan berpikir tentang
menahan kehidupan manusia untuk selama-lamanya."

"Menahan ... dengan kata lain, membuat orang mengulang rutinitas yang sama setiap hari tanpa
melakukan sesuatu yang baru ... apa itu maksud Anda ...?"

"Nn ... nah, pada dasarnya sih hal itu. Izinkan saya untuk melanjutkan ... menyatu dengan Sistem
Kardinal, Quinella mengubah namanya sendiri terlebih dahulu. Ke ... pendeta tertinggi Gereja
Axiom, Administrator."

Aku menginterupsi sekali lagi begitu aku mendengar kata itu.

"D-Dia mengatakan nama itu juga. Integrity Knight Eldrie Synthesis ... erm ..."

"Thirty-one, kalau saya ingat."

"Ya, benar. Saya yakin dia bilang kalau dia menerima undangan dari pendeta tertinggi,
Administrator-sama, dan kemudian datang ke bumi dari Dunia Surgawi atau sesuatu seperti itu
.... Saya mengerti, jadi ia mengacu pada Quinella ... Bagaimana saya harus mengatakannya ya,
dia benar-benar mengambil nama yang menakjubkan, huh."

Bagiku, kata bahasa Inggris, «Administrator», adalah salah satu kata yang kukaitkan dengan
akun level supervisor daripada definisi dari supervisor yang sebenarnya. Meski itu belum tentu
sama dengan arti yang dimiliki Quinella dalam pikirannya ketika dia menamakan dirinya seperti
itu.
Kardinal membuat senyum kecut samar mendengar komentarku dan mengangguk.

"Itu memang bukan pada tingkat menamakan dirinya sebagai seorang dewa dari dunia ini, tapi
lebih seperti bagaimana dia akan menangani berbagai macam hal ... ―Bagaimanapun, supervisor
pada nama dan realitas saat ini, Quinella pertama kali mengeluarkan sebuah pengumuman. Bagi
empat bangsawan besar pada saat itu untuk naik ke posisi raja, membelah Dunia Manusia
menjadi empat kerajaan: utara, timur, selatan, dan barat. Kirito, Anda telah melihat dinding yang
membagi Centoria Pusat menjadi empat bagian, kan?"

Sekarang giliranku untuk mengangguk karena pertanyannya.

Master Sword Academy dimana aku tinggal berada di Distrik 5 Kerajaan Norlangarth Utara,
Centoria Utara. Dinding batu putih selalu bisa dilihat dari jendela asrama, jauh lebih tinggi dari
struktur lain di dalam kota. Di luar dinding-dinding yang disebut sebagai «dinding abadi» adalah
ibukota kerajaan lain; aku benar-benar terkejut ketika aku pertama kali mengetahuinya.

"Massa sama sekali tidak membuat dan membangun dinding tersebut. Quinella ... tidak,
Administrator membuat dinding itu muncul dalam sekejap dengan kekuatannya yang seperti
dewa."

"... Se-Seketika!? Semua dinding itu!? Itu cara yang di luar batas sihir suci ... rakyat Centoria
saat itu pasti gemetar di atas sepatu mereka ...?"

"Memang itu tujuannya. Untuk menunjukkan massa kekuatan Sistem Kardinal dan menanamkan
kekaguman luar biasa pada mereka. Dengan penghalang psikologis dan penghalang fisik
«dinding abadi», ia mencoba untuk membatasi pergerakan dan interaksi massa. Agar Gereja
Axiom dapat merebut saluran transmisi berita, sehingga hati massa bisa dikontrol. Dia berharap
agar para penduduk tetap setia pada gereja untuk selama-lamanya, tetap bodoh dan naif ..... -
Dinding abadi yang tak masuk akal itu bukanlah akhir hambatan fisik yang ia ciptakan. Dalam
rangka mengendalikan berbagai daerah yang ada di pelosok agar tidak berkembang,
Administrator meletakkan banyak benda aneh. Batu besar yang tidak bisa dipecahkan; rawa yang
tidak pernah bisa diisi; aliran sungai yang sangat deras dan tidak bisa diseberangi; sebuah pohon
raksasa yang tidak bisa ditebang ..."

"T-Tunggu. Sebuah pohon yang tidak bisa ditebang ... kata anda?"

"Ya. Dia memberikan pohon cedar prioritas dan daya tahan yang hampir tak terbatas."

Aku secara naluriah mengingat pohon iblis itu―Gigas Cedar yang memiliki kekerasan yang
dapat membuat orang ingin menangis, dan dengan pelan mengusap kedua telapak tanganku di
bawah meja.
Dengan kata lain, Gigas Cedar itu tidak tumbuh secara alami di hutan selatan Desa Rulid tapi
dimunculkan oleh Administrator untuk membatasi para penduduk memperluas wilayah mereka
dengan daya tahannya yang mengerikan dan kemampuannya untuk menguras sumber daya,
sebagai sebuah hambatan buatan.

Jadi masih banyak benda-benda seperti itu di dunia ini? Dan banyak manusia yang dengan tekun
selama ratusan tahun secara sia-sia berusaha untuk menghapus mereka ...?

Mengangkat kepalaku, gadis yang menyebut dirinya Kardinal itu menatapku dengan tatapan
biasanya yang mengatakan kalau dia sedang membaca pikiran batinku. Bibir mungilnya bergerak
dan kata-kata tenangnya mengalir.

"... Dan dengan demikian, zaman damai namun menganggur terus dan terus berlanjut di bawah
pemerintahan mutlak Administrator. Dua puluh ... tiga puluh tahun kemudian ... penduduk
kehilangan disposisi mereka untuk kemajuan; para bangsawan dimanjakan dalam kehidupan
menganggur mereka; kemampuan berpedang yang diwarisi dari zaman kuno, berubah menjadi
performa belaka. Seperti yang telah Anda ketahui. Empat puluh, lima puluh tahun kemudian,
Administrator merasakan kepuasan mendalam akan kehidupan sehari-hari Dunia Manusia,
malas, seolah direndam di dalam mandi air hangat ... "

Singkatnya, rasanya seperti menatap dan menikmati akuarium setelah memberikan sentuhan
akhir pada ekosistem yang sempurna. Emosi rumit menyerangku setelah mengingat bagaimana
aku menatap peralatan pengamatan semut tanpa merasa bosan ketika aku masih kecil dan
Kardinal, yang tenggelam dalam perenungan sambil melihat ke bawah sepertiku, berbicara
dengan suara jelas.

"Namun, mustahil bagi setiap sistem untuk tetap statis selama-lamanya. Sesuatu pasti terjadi
cepat atau lambat .... Tujuh puluh tahun setelah Quinella menjadi Administrator, ia menemukan
semacam anomali pada dirinya. Insiden terjadi, dia terkadang tidak bisa menutup matanya,
seperti kesadarannya menghilang untuk jangka pendek di luar tidur, tidak mampu mengingat
ingatan beberapa hari yang lalu, dan di atas semuanya, ia tidak mampu untuk segera mengingat
perintah-perintah sistem yang harus ia ingat dengan sempurna. Memanfaatkan kebebasan
perintah supervisor, Administrator memeriksa fluct lightnya sendiri hingga ke detail terakhir ...
dan bergidik melihat hasilnya. Bagaimanapun juga, kapasitas sektor yang digunakan untuk
memelihara ingatannya telah mencapai batas tanpa sepengetahuannya."

"Ba-Batas!?"

Aku meneriakkan kata-katanya kembali karena perkembangan yang tak terduga ini. Ini adalah
pertama kalinya aku mendengar tentang batas maksimum kapasitas ruang memori ... atau dengan
kata lain, kapasitas data jiwa.
"Mengapa anda terkejut, apa tidak logis jika Anda hanya memberikan sedikit pemikiran? Ukuran
light cube yang menyimpan fluct light, dan otak yang sebenarnya itu terbatas, begitu pula jumlah
kuantum bit yang dapat disimpan."

Beralih ke Kardinal, yang berbicara dengan tenang, aku mengangkat tangan kananku dan
meminta klarifikasi.

"Tu-Tunggu sebentar. Erm... «light cube» yang terus muncul dalam percakapan kita dari awal
adalah media tempat fluct light penduduk Underworld tersimpan, kan?"

"Apa, kamu bahkan tidak tahu itu? Memang, light cube berbentuk kubus dengan panjang lima
sentimeter, dengan masing-masing kubus mampu dengan sempurna menyimpan fluct light satu
penghuni Underworld, belum lagi tidak ada sumber daya yang diperlukan untuk menyimpannya.
«Light Cube Cluster», dengan masing-masing sisi berukuran tiga meter, dibuat dengan merakit
mereka secara bersama-sama."

"Er, erm ... berkumpul bersama, masing-masing lima sentimeter, tiga meter ..."

Aku mencoba untuk menghitung jumlah light cube, tapi saat aku membagi tiga ratus dengan
lima, Kardinal dengan mudah memberikan jawabannya.

"Total nilai logisnya adalah 216,000. Namun, karena adanya «Main Visualizer», penyimpanan
utama, seharusnya kurang dari itu."

"216.000 ... Jadi itu populasi maksimum dari Underworld, huh ..."

"Ya. Ngomong-ngomong, masih ada cukup banyak ruang, jadi tidak perlu khawatir jumlah
kubus akan berkurang jika Anda memiliki mood untuk membuat bayi dengan beberapa gadis
cantik."

"Yeah ... tunggu, aku tidak akan membuat hal seperti itu!"

Gadis muda itu kembali ke topik utama setelah melihatku menggelengkan kepala ke sana kemari
dengan panik.

"... Namun, seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, masing-masing light cube pasti akan
mencapai batas kapasitas memori. Administrator telah hidup selama seratus lima puluh tahun,
termasuk waktu antara kelahiran dan kemunduran Quinella. Ruang yang berisi ingatannya
akhirnya mulai meluap sepanjang waktu ini, membuatnya kesulitan untuk menulis, memelihara,
dan mengembalikan ingatannya."
Isu yang cukup mengerikan. Itu bukanlah sesuatu yang tidak relevan bagiku; aku telah
mengumpulkan lebih dari dua tahun ingatan di dunia ini dengan tingkat percepatan waktu. Walau
hanya beberapa bulan, atau mungkin hari, telah berlalu di dunia nyata, «masa hidup jiwaku»
pasti telah dikonsumsi.

"Santai saja, masih ada lebih dari cukup lembar kosong dalam fluct light Anda."

Seolah dia membaca pikiranku sekali lagi, Kardinal mengatakan itu dengan senyum kecut.

"Ke ... ketika Anda mengatakannya seperti itu, rasanya seperti Anda menyiratkan kalau pikiran
saya itu kosong ..."

"Akan lebih seperti sebuah buku bergambar dengan sebuah ensiklopedia, jika Anda
membandingkan kita berdua."

Meneguk teh dengan ekspresi tenang, Kardinal berdeham.

"―Saya teruskan. Seperti yang diduga, Administrator sekalipun akan panik melihat batas untuk
kapasitas memorinya. Bagaimanapun juga, ada sebuah rentang hidup yang sama sekali tidak
mungkin bisa ia kontrol, tidak seperti nilai numerik bernama Nyawa. Namun, ia bukanlah orang
yang rela menerima nasibnya. Sejalan dengan bagaimana dia pernah merebut kursi dewa, dia
datang dengan solusi setan lain ... "

Cemberut, Kardinal menempatkan cangkir kembali dan dengan erat menggenggam kedua
tangannya, mirip seperti kelopak bunga, di atas meja.

"... Pada hari-hari itu ... yaitu, dua ratus tahun yang lalu, ada seorang gadis muda, yang baru
berusia sepuluh tahun atau lebih, sedang mempelajari sihir suci di lantai bawah Katedral Pusat
sebagai biarawati pemula dari gereja. Namanya adalah ... tidak, aku sudah lupa namanya ... Dia
lahir di sebuah keluarga pengrajin mebel di Centoria dan melalui fluktuasi parameter acak, ia
memiliki otoritas akses sistem yang sedikit lebih tinggi dari yang lain. Seperti itu, ia diberikan
tugas suci menjadi biarawati. Dia adalah seorang gadis kecil kurus dengan mata coklat dan
rambut keriting dengan warna yang sama ... "

Aku tanpa sadar mengedipkan mataku dan melihat penampilan Kardinal, di sisi lain meja. Aku
hanya bisa membayangkan kalau deskripsi dari gadis sebelumnya adalah dirinya sendiri, tidak
peduli bagaimana hal itu diulang.

"Administrator membawa gadis kecil itu ke ruang tamu di lantai atas katedral dan
menyambutnya dengan senyum penuh kebaikan seorang ibu suci. Dia lalu berkata―'Kamu akan
menjadi anakku mulai dari sekarang. Anak tuhan yang akan memandu dunia.'.... Dalam arti
sebagai orang yang akan mewarisi informasi dari jiwanya. Meskipun secara alami, tidak ada satu
pun jejak kasih sayang seorang keibuan .... Administrator bermaksud untuk menuliskan kembali
fluct light gadis kecil itu dengan domain pemikiran dan ingatan penting dari dirinya sendiri. "

"Ap ..."

Rasa dingin naik ke punggungku lagi. Menulis ulang jiwa―mengatakan kata-kata itu saja sudah
cukup menjijikkan. Sambil mengusap kedua telapak tanganku yang sudah basah oleh keringat
dingin dan tanpa kusadari, aku memaksa mulutku untuk bergerak.

"Te ... tetap saja, jika dia bisa memanipulasi fluct light sampai sedetail itu, tidak bisakah dia
hanya menghapus ingatan yang tidak dia perlukan?"

"Apa Anda akan mengedit file penting tanpa persiapan sebelumnya?"

Jawaban langsungnya membuatku kehilangan kata-kata sesaat dan aku menggeleng.

"Ti... tidak, aku akan membuat cadangan."

"Tentu saja Anda akan melakukannya. Administrator tidak pernah melupakan hari ketika dia
kehilangan kesadaran sehari penuh saat dia mengambil prinsip-prinsip perilaku Sistem Kardinal.
Itulah bahayanya memanipulasi fluct light secara langsung. Bagaimana jika saya akhirnya
merusak data penting saat saya menempatkan ingatan saya ... takut terjadi hal seperti itu, dia
berencana untuk terlebih dahulu mengambil alih jiwa gadis yang memiliki banyak kapasitas
memori tersisa itu, memastikan pengcopian berjalan lancar, kemudian membuang jiwa yang
telah ia gunakan sampai batasnya. Dia benar-benar teliti, benar-benar hati-hati ... Namun, hal itu
malah menjadi kesalahan kedua Administrator ... tidak, Quinella."

"Kesalahan ...?"

"Ya. Bagaimanapun juga, hanya pada saat itulah ia memiliki tubuh gadis kecil itu dan sekaligus
memerintah dunia ... ia memiliki dua otoritas tingkat dewa. Sebuah upacara kejam, yang
benar-benar direncanakan dan disiapkan oleh Administrator ... membuatnya berhasil membajak
fluct light gadis itu melalui «Ritual Sintesis»; dari namanya itu menunjukkan adanya penyatuan
antara jiwa dan memori. S... Saya telah menunggu saat seperti itu ... lebih dari tujuh puluh
tahun!"

Aku hanya menatap wajah Kardinal, bingung, saat dia berbicara dengan sedikit emosi.

"Tu ... Tunggu sebentar. Siapa sebenarnya anda ... Kardinal yang berbicara kepada saya
sekarang?"

"―Apa Anda masih belum mengerti?"


Mendengar pertanyaanku, Kardinal mendorong kacamatanya saat ia berbisik.

"Kirito, Anda tahu versi asli saya, kan? Coba sebutkan karakteristik Sistem Kardinal."

"Er ... erm ..."

Mengerutkan alis, aku mengingat kembali kenangan Aincradku. Program manajemen otomatis
itu pertama kali dikembangkan oleh Kayaba Akihiko untuk mengelola permainan kematian,
SAO. Dengan kata lain―

"... Membuat penyesuaian manual dan memperbaiki yang tidak diperlukan, dan kemampuan
untuk beroperasi dalam waktu yang lama ...?"

"Ya. Dan untuk melakukan itu ..."

"Untuk melakukan itu, ia memiliki dua program inti ... sementara proses utama melakukan
penyesuaian keseimbangan, sub-proses melakukan pemeriksaan kesalahan pada proses ..."

Sampai ke titik itu, aku terdiam dan menatap gadis muda dengan rambut keriting melingkar itu.

Aku seharusnya menyadari bahwa Sistem Kardinal memiliki fungsi koreksi kesalahan yang kuat.
Bagaimanapun juga, AI, «Yui», yang menjadi putri Asuna dan aku saat kami menyelesaikan
SAO awalnya adalah program bawahan Kardinal, dan aku berusaha sangat keras untuk
menyelamatkannya saat Kardinal mengenalinya sebagai benda asing dan tanpa ampun mencoba
untuk menghilangkannya.

Untuk lebih spesifiknya, aku mengakses ruang program SAO dari sebuah konsol sistem, mencari
file yang membuat Yui, mengkompresi mereka, dan menetapkannya sebagai obyek; melakukan
semua itu dalam beberapa puluh detik sebelum Kardinal mendeteksi intervensi sistemku dan
mengkarantinanya, bagaimanapun, itu mungkin juga karena adanya sebuah keajaiban. Bahwa
kehadiran besar yang kutemui, dengan holo-keyboard diantara kami, benar-benar proses koreksi
kesalahan Kardinal ... yang mungkin juga adalah gadis yang duduk di depan mataku ini
sekarang.

Sadar atau tidaknya ia melihat emosiku yang komleks, Kardinal berbicara sambil mendesah
ringan seolah ia sedang berhadapan dengan anak yang kurang cerdas.

"Sepertinya Anda telah menyadarinya. ―Prinsip-prinsip perilaku yang terukir di dalam fluct
light Quinella tidak hanya satu. Instruksi yang diberikan pada proses utama, «untuk melestarikan
dunia». Dan instruksi yang diberikan kepada sub-proses, «untuk memperbaiki kesalahan yang
dibuat oleh proses utama»."
"Memperbaiki ... kesalahan?"

"Ketika saya masih merupakan program yang belum mendapatkan kesadaran, saya ada hanya
untuk terus memeriksa data yang dihapus oleh proses utama. Namun ... ketika saya mendapatkan
peran sebagai «bayangan kesadaran» Quinella, bisa dibilang, saya harus menilai perilaku saya
sendiri tanpa bantuan dari kode ataupun hal semacamnya. Anda tahu ... itu mungkin seperti apa
yang banyak Anda sebut sebagai «kepribadian ganda»."

"Meski saya yakin ada beberapa orang yang berpendapat bahwa kepribadian ganda hanya ada
dalam cerita fiksi."

"Oh, benarkah. Namun, itu sungguh kisah yang bisa kusetujui, kan. Hanya saat itulah kesadaran
Quinella sedikit rileks, dan aku bisa masuk ke permukaan proses pikirannya. Dan aku berpikir.
Kesalahan mengerikan apa yang wanita ini, Quinella ... tidak, Administrator lakukan."

"Apa ... kesalahan itu ...?"

Secara naluriah aku bertanya kembali. Bagaimanapun juga, jika pelestarian dunia didasarkan
pada proses utama Kardinal, apa yang Quinella lakukan akan selaras dengan prinsip-prinsip itu,
terlepas dari bagaimana langkah-langkah radikal yang diadopsi olehnya.

Namun, Kardinal menjawab dengan nada memuji, melihat sekilas ke arahku.

"Kalau begitu izinkan saya bertanya pada anda. Apa Sistem Kardinal pernah menyakiti pemain
atas kehendaknya sendiri di dunia lain yang anda ketahui itu?"

"T.... tidak. Benar, itu memang musuh utama para pemain, tapi ... tidak ada satupun serangan
langsung yang tak masuk akal, maaf tentang itu."

Ketika aku dengan spontan meminta maaf, Kardinal mendengus pendek melalui hidung dan
melanjutkan.

"Namun, dia melakukannya. Dia mengenakan hukuman yang lebih kejam daripada kematian
pada mereka yang menunjukkan tanda-tanda curiga atau menentang Indeks Taboo yang ia susun
... Namun, saya akan meninggalkan rinciannya untuk nanti. Dalam jeda yang sangat langka,
saya, sub-proses Sistem Kardinal, menilai bahwa Administrator adalah kesalahan besar di dalam
dan di luar dirinya sendiri dan mencoba untuk membersihkannya. Lebih spesifiknya, saya
mencoba untuk melompat turun dari lantai atas tiga kali, mencoba untuk menusuk jantung saya
dengan pisau dua kali, dan mencoba untuk membakar diri saya sendiri dengan sihir suci dua kali.
Bagaimanapun juga, jika saya bisa mengurangi Nyawa saya menjadi nol dalam satu tindakan,
bahkan pendeta tertinggi tidak akan terbebas dari penghapusan."
Kata-kata heroik yang keluar dari mulut gadis manis nan muda itu membuatku terdiam. Tapi
Kardinal terus meneruskan dengan nada tegas tanpa sedikitpun mengedutkan alisnya.

"Upaya terakhir yang saya lakukan sangat sia-sia. Dengan mengeluarkan sebuah sihir suci
dengan kemampuan ofensif yang luar biasa, hujan badai disertai petir terus-menerus menyambar
diri saya, bahkan Nyawa Administrator sampai berkurang satu digit. Namun, proses utama
kemudian merebut kontrol atas tubuh saya ... Dengan kondisi itu, cedera atau luka fatal apapun
dapat disembuhkan. Dia kembali dalam sekejap mata dengan ritual sihir suci pemulihan. Lalu,
karena kejadian itu, bahkan dengan semua yang dia punya, Administrator memperlakukan saya
secara khusus ... dengan kata lain, sub-proses di bawah kesadarannya, dianggap sebagai bahaya.
Setelah menyadari bahwa satu-satunya cara saya bisa mengontrol diri saya secara benar adalah
ketika terjadi konflik di dalam fluct lightnya ... atau sederhananya, selama masa penurunan
emosinya, ia mencoba metode yang tak terpikirkan untuk menahan saya."

"Tak terpikirkan ...?"

"Ya. Walau dia terpilih sebagai penyihir oleh Stacia sejak lahir, Administrator adalah anak
manusia. Setidaknya dia memiliki emosi untuk melihat bunga dan berpikir kalau mereka cantik
atau untuk mendengarkan musik dan menemukan kalau mereka menyenangkan. Rangkaian
emosional yang dia miliki saat itu tetap ada di dalam jiwanya meski telah berubah menjadi
makhluk mutlak, setengah manusia dan setengah dewa. Dia menilai bahwa emosi adalah sumber
dari keresahannya kapanpun ia mengalami peristiwa tak terduga, meski hanya sedikit. Oleh
karena itu, dia menggunakan pengunaan bebas seorang supervisor―hanya untuk memanipulasi
fluct lightnya di dalam light cube dan menghapus sirkuit emosinya sendiri."

"Ap ... menghapus sirkuitnya, bukankah itu berarti bahwa pada dasarnya ia menghancurkan
bagian jiwanya?"

Aku menjawab sambil gemetar dan Kardinal kembali mengangguk sambil meringis.

"T-Tapi yah, sesuatu yang keterlaluan seperti itu ... terdengar seperti tindakan yang lebih
berbahaya daripada menyalin fluct lighynya sebelumnya, meskipun ..."

"Tentu saja, dia tidak melakukan itu tanpa persiapan sebelumnya. Wanita itu, Administrator,
adalah orang yang cukup hati-hati untuk membenci gagasan itu, tahu. ―Apa Anda tahu tentang
adanya berbagai parameter tersembunyi yang tidak ditampilkan pada Jendela Stacia ... atau
dengan kata lain, jendela status?"

"Aah, yah, terkadang ... bagaimanapun juga saya menyadari ada beberapa nilai kekuatan dan
kelincahan yang tidak sesuai dengan penampilan luar mereka ..."
Salah satu yang datang ke pikiranku ketika aku menjawab itu adalah orang yang kulayani selama
satu tahun sebagai siswa valet, Sortiliena-senpai. Tubuhnya ramping, kecil, dan bahkan mungkin
bisa dianggap sebagai lemah, tapi dia mengalahkanku berkali-kali ketika kami saling bertarung.

Gadis muda di depanku yang martabatnya terasa tak terbatas ini, meski penampilan luarnya lebih
rapuh dari senpai, dengan pelan mengangkat dan menjatuhkan topinya pada kata-kataku.

"Ya. Dan dalam parameter tersembunyi itu, terdapat satu hal yang disebut «Hasil
Pelanggaran»[1]. Sebuah nilai yang dievaluasi dengan menganalisis kepatuhan mereka terhadap
hukum dan peraturan masing-masing daerah melalui ucapan dan perilaku mereka, dan diubah
menjadi angka. Itu mungkin dibuat untuk memudahkan pemantauan bagi pengamat dari dunia
luar, tapi ... Administrator dengan cepat menyadari kalau parameter hasil pelanggaran ini dapat
digunakan untuk mengungkapkan skeptis manusia terhadap Indeks Taboo yang ia susun.
Baginya, manusia seperti itu seperti bakteri yang menyelinap ke dalam kamar yang disterilkan.
Dia merasakan kebutuhan mendesak untuk memusnahkan mereka, tapi ia tidak bisa melanggar
perintah untuk tidak membunuh, yang telah diberikan oleh orang tuanya ketika ia masih kecil.
Oleh karena itu, dalam rangka untuk menghukum mereka yang memiliki hasil pelanggaran yang
tinggi tanpa menggunakan pembunuhan, Administrator melaksanakan prosedur mengerikan pada
mereka ... "

"Itu ... hal yang Anda bicarakan sebelumnya, hukuman yang lebih kejam dari kematian?"

"Ya. Dia membuat manusia-manusia dengan nilai pelanggaran tinggi itu sebagai subyek
eksperimental ritual sihir untuk memanipulasi fluct light mereka secara langsung. Bagian mana
dari light cube yang menyimpan informasi, bagian mana yang harus dirusak untuk membuat
mereka hilang ingatan, hilang emosi, hilang proses berpikir, dan seterusnya ... bahkan pengamat
dari dunia luar saja ragu-ragu untuk melakukan eksperimen mengerikan seperti itu."

Aku merasakan merinding merayap di lenganku saat aku mendengar kalimat terakhir, yang ia
ucapkan dengan berbisik.

Kardinal, juga, membuat ekspresi suram dan melanjutkan dengan suara tertahan.

"... Manusia yang diberikan percobaan awal sebagian besar kehilangan kepribadian mereka,
dibuat menjadi makhluk yang hanya bisa bernapas. Administrator membekukan daging dan
Nyawa mereka, dan mengawetkan mereka di dalam katedral. Sihir manipulasi fluct lightnya
semakin maju dengan pengulangan perbuatan itu. Dia melakukan penghapusan emosinya untuk
menahan saya, juga, dilakukan setelah mencoba eksperimen itu berkali-kali pada manusia di
menara. Dia berusia sekitar seratus tahun saat itu."

"... Apa dia, berhasil?"


"Anda bisa mengatakannya ya. Dia gagal dalam menghiraukan semua emosinya tapi berhasil
membersihkan orang-orang yang dia anggap sebagai sumber kegelisahan mendadaknya:
kekhawatiran, ketakutan, dan kemarahan. Sejak saat itu, hati Administrator tidak pernah tergerak
terlepas dari kejadian apa yang dia temui. Dia benar-benar seorang dewa ... tidak, dia benar-
benar sebuah mesin. Sebuah kesadaran yang ada hanya untuk melestarikan, menstabilkan, dan
mengekang dunia ... Saya ditahan dalam sudut jiwa makhluk itu, kehilangan semua kesempatan
untuk muncul di permukaan. Sampai ia berada pada usia seratus lima puluh, mencapai batas
kapasitas fluct light, dan mencoba untuk mengambil alih jiwa seorang gadis menyedihkan,
seperti itu."

"Tapi ... berdasarkan cerita selanjutnya, jiwa Administrator yang mengambil alih putri pemilik
toko furniture adalah salinan sempurna dari aslinya, kan? Dengan kata lain, emosi jiwanya juga
akan tersalin ... jadi, mengapa anda bisa muncul saat itu?"

Kardinal mengalihkan tatapannya untuk sementara waktu mendengar pertanyaanku. Dia pasti
mengingat kejadian dua ratus tahun yang lalu.

Tak lama, suara yang sangat, sangat pelan mengalir keluar dari bibir mungilnya.

"Kosakata saya tidak memiliki kata-kata yang tepat untuk secara akurat mengungkapkan apa
yang terjadi pada saat itu ... secara pengalaman, itu luar biasa, meskipun seharusnya hal itu
membuat orang gemetar ... Memanggil putri pemilik toko furnitur ke lantai atas katedral,
Administrator mencoba untuk menyalin dan menulis ulang ingatannya melalui Ritual Sintesis.
Dan itu berhasil tanpa hambatan. Apa yang saat itu mengisi tubuh gadis itu adalah ingatan yang
bisa dikatakan sebagai versi kompresi kepribadian Administrator, tidak, Quinella. Pengaturan
awal seharusnya mengatakan bahwa Quinella asli, yang mengeluarkan rentang hidupnya, harus
menghapus jiwanya sendiri setelah keberhasilan terkonfirmasi ... namun ... "

Pipi kardinal, yang dihiasi oleh blush seperti gadis pada umumnya, telah kehilangan warnanya
seperti selembar kertas ketika aku melihatnya. Dia mengatakan bahwa ia tidak memiliki emosi,
tapi aku tidak bisa membayangkan apa yang ia rasakan pada saat ini selain rasa takut yang
mendalam.

"... Namun, duplikasi jiwanya selesai ... saat kami dengan seketika membuka mata kami pada
jarak dekat ... semacam dampak yang luar biasa menyerang kami. Pada dasarnya itu adalah ...
pikiran untuk menghindari situasi dimana dua manusia yang sama persis eksis, situasi yang
awalnya tidak mungkin ... Saya yakin keadaannya bisa diungkapkan dengan seperti itu? Saya ...
tidak, kami saling menatap dan segera setelah itu, merasakan sebuah permusuhan besar. Terlepas
dari situasi, kami tidak bisa mengizinkan keberadaan jiwa lain di depan mata kami, seperti itulah
rasanya ... Itu sudah melebihi emosi murni, mungkin bisa disebut insting ... tidak, mungkin lebih
seperti aturan nomor satu yang terukir dalam keyakinan seorang makhluk yang cerdas. Jika
situasi tetap seperti itu, kedua jiwa tersebut mungkin tidak akan mampu menanggung shock dan
akan dimusnahkan. Namun ... Saya tidak yakin apakah saya harus menyebutnya kasihan, tapi itu
tidak terjadi. Bagaimanapun juga, fluct light yang disalin ke putri pemilik toko furniture hancur
sesaat lebih cepat dan saat itu, saya, sub-kepribadian, mendapatkan hak kontrol. Kami mengakui
satu sama lain sebagai Administrator, yang berada dalam tubuh asli adalah Quinella, dan sub-
proses Kardinal berada dalam tubuh milik putri pemilik toko furnitur. Dengan itu, jiwa kami
berhenti terguncang dan kembali stabil."

Jiwa terguncang.

Kata-kata kardinal mengingatkanku akan fenomena aneh dan luar biasa yang telah kulihat dua
malam sebelumnya, kejadian yang membuatku tidak yakin apakah aku harus sedih atau senang.

Aku bertarung dengan kepala swordsman elit-dalam-pelatihan Master Sword Academy, Raios
Antonious, dan memutuskan kedua lengannya dengan secret move Serlut-style, «Whirling
Current». Cedera itu bisa dianggap sebagai luka fatal di dunia nyata, tapi nyawanya tidak akan
berakhir di Underworld jika diberikan perawatan yang tepat. Aku telah mencoba untuk
mempertahankan nilai numerik Nyawanya―apa yang disebut sebagai sebagai hit poin di dunia
ini, dengan menutup luka pada kedua lengannya untuk menghentikan aliran darah.

Namun, sebelum itu dapat terjadi ... Sebuah jeritan aneh keluar dari Raios saat ia terjatuh ke
lantai dan menemui ajalnya.

Darah terus mengalir dari lukanya waktu itu. Artinya, nilai Nyawanya belum mencapai nol, jadi
dengan kata lain, Raios telah meninggal karena alasan lain bukan karena Nyawanya habis.

Tepat sebelum ambruk, Raios menemukan dirinya dalam situasi di mana ia harus memilih antara
nyawanya dan Indeks Taboo; satu untuk melindungi dan satu untuk melanggar. Ia tidak bisa
memilih dan jiwanya hancur, terjebak dalam lingkaran tak terbatas, bukan?

Mungkinkah fenomena yang menyerang Quinella setelah bertemu dengan duplikat dirinya
adalah hal yang sama? Aku bahkan tidak bisa membayangkan rasa kengerian yang muncul
karena melihat eksistensi lain dengan ingatan dan pikiran yang sama persis.

Aku tidak bisa mengambil kesimpulan akan kemungkinan bahwa aku adalah fluct light buatan
yang disalin dari Kirigaya Kazuto asli dalam beberapa hari setelah aku bangun di hutan selatan
Rulid. Rasa takut itu tetap ada di dalam di pikiranku sampai aku membuktikan bahwa aku dapat
melawan Indeks Taboo, sambil mengakuinya sebagai hukum mutlak, dengan bantuan Selka dari
Gereja Rulid.

Jika saja kesadaranku jatuh ke dalam kegelapan tak berbatas, dan suara familiarku berkata.
'Kamu adalah duplikatku. Kamu hanyalah salinan untuk eksperimen, yang dapat dihapus dengan
sekali menekan tombol.' Seberapa parahkah shock, bingung, dan ketakutan yang akan kurasakan
pada saat itu?

"―Bagaimana, sejauh ini apa Anda telah mengerti semuanya?"

Kata-kata nasehat itu ditujukan padaku, yang sedang merenungkan segala sesuatu dengan keras,
dari seberang meja. Mengangkat kepala, aku berkedip berkali-kali sebelum mengangguk dengan
samar.

"Ah ... yah, agak ..."

"Kisah saya akan mencapai titik utama, jadi akan menjadi masalah jika anda terus merengek
sampai saat ini."

"Titik utama ... Jadi begitu, itu benar. Saya masih belum mendengar apa yang Anda inginkan
dari saya."

"Ya. Saya terus menunggu sejak hari itu selama dua ratus tahun untuk mengatakan padamu
semua ini ... Sekarang, saya yakin tadi sampai ke bagian di mana saya memisahkan diri dari
Administrator?"

Kardinal berbicara sambil memainkan cangkir tehnya yang sekarang kosong, memutarnya
dengan kedua tangan.

"―Pada hari itu, saya akhirnya memperoleh tubuh fisik sendiri. Meski spesifiknya, itu milik
biarawati pemula menyedihkan tersebut, tapi ... kepribadiannya benar-benar musnah saat light
cubenya ditulis ulang dengan data. Lahir dari upacara kejam dan hasil dari insiden tak terduga
itu, saya menatap Administrator di depan mata saya selama 0,3 detik sebelum akhirnya
mengambil tindakan logis. Dengan kata lain, saya mencoba untuk menghapusnya dengan sihir
suci tingkat tertinggi. Saya adalah salinan sempurna dari Administrator, yang berarti saya
memiliki otoritas akses sistem yang sama, tahu. Saya memprediksi kalau saya bisa mengurangi
Nyawanya sebelum sumber daya di ruang sekitar habis jika saya mengambil inisiatif, walau itu
adalah pertukaran sihir dari kelas yang sama. Serangan pertama saya berhasil dengan sempurna
dan apa yang terjadi setelahnya berjalan sesuai dengan harapan saya. Petir yang sangat besar dan
angin puyuh saling menyambar, semburan api dan belati es menyerang lantai atas Katedral Pusat
tempat kami berada, dan Nyawa kami dengan cepat jatuh. Kecepatan menurunnya persis sama ...
dengan kata lain, saya, orang yang melepaskan serangan pertama, seharusnya adalah orang yang
menang."
Tubuhku tiba-tiba menggigil saat membayangkan pertempuran antara dewa. Pengetahuanku
tentang sihir suci ofensif terbatas pada sihir sangat sederhana yang mengubah bentuk elemen,
seperti yang kugunakan dalam pertempuran melawan Knight Eldrie. Kemampuan ofensif mereka
jauh lebih kecil dari satu serangan pedang, berusaha agar dapat berfungsi sebagai hambatan atau
gangguan, dan tidak dapat mengambil Nyawa siapa pun di sekelilingnya ......

"Huh―, tunggu sebentar. Anda mengatakan bahwa Administrator sekalipun tidak dapat
membunuh seseorang, kan? Lalu bukankah pembatasan itu berlaku bagi Anda juga, sebagai
salinannya? Mengapa kalian berdua bisa menyerang satu sama lain?"

Kardinal sedikit cemberut karena kisahnya terhenti di bagian yang bagus, saat ia mengangguk
dan menjawab.

"Mgh ... pertanyaan yang bagus. Benar, seperti yang Anda katakan, Administrator sekalipun,
terikat dengan Indeks Taboo dan tidak bisa melawan larangan untuk membunuh yang diberikan
padanya ketika dia masih muda oleh orang tuanya. Saya masih belum menjelaskan alasan di
balik fenomena mengapa kami fluct light buatan tidak dapat melanggar semua perintah tanpa
terkecuali bahkan setelah bertahun-tahun dunia ini berjalan ... Namun, fenomena ini tidaklah
semutlak yang Anda pikirkan."

"... Maksudnya ...?"

"Contohnya ..."
Kardinal menggerakkan tangan kanannya yang memegang cangkir teh di atas meja. Untuk
beberapa alasan, dia tidak meletakkan cangkir ke atas piring tapi ke kanan, ke ruang
kosong―lengannya berhenti tepat sebelum bagian bawahnya menyentuh taplak meja.

"Saya tidak dapat menurunkan cangkir ini lebih jauh."

"Hah?"

Kardinal menjelaskan sambil merengut pada respon tercengangku.

"Alasannya adalah ketika saya masih muda, ibu saya―tentu saja, itu adalah ibu
Quinella―membesarkan saya dengan aturan sepele bahwa «cangkir teh harus ditempatkan di
atas piring kecil» dan efeknya tetap berlaku, sampai sekarang. Satu-satunya tabu yang signifikan
adalah pembunuhan, tapi tujuh belas larangan bodoh seperti ini tetap ada. Saya tidak dapat
menurunkan lengan saya lebih jauh tidak peduli apa yang saya lakukan dan jika saya memaksa
melakukannya, rasa sakit yang menjengkelkan akan muncul di mata kanan saya."

"... Rasa sakit di .. mata kanan anda ..."

"Meski begitu, ini adalah perbedaan besar jika dibandingkan dengan penduduk biasa. Mereka
bahkan tidak akan mampu berpikir untuk menempatkan cangkir di atas meja. Dengan kata lain,
mereka bahkan tidak sadar kalau mereka terikat oleh banyak aturan yang tidak bisa dilanggar. Itu
mungkin yang terbaik bagi mereka, namun ... "

Mungkin sadar kalau ia benar-benar makhluk buatan, senyum mengejek muncul di wajah muda
Kardinal, dan dia dengan cepat meluruskan lengannya kembali.

"Nah ... Kirito. Apa Anda melihat ini sebagai cangkir teh?"

"Heh?"

Mengeluarkan suara bodoh, aku dengan keras menatap cangkir kosong yang tergenggam di
tangan kanan Kardinal.

Itu terbuat dari keramik putih, melengkung sederhana di sisi-sisinya, dan memiliki pegangan
polos. Tidak ada desain atau logo yang bisa dilihat selain garis biru tua di sepanjang tepinya.

"Yah ... aku melihatnya sebagai cangkir teh, bagaimanapun juga ada teh di dalamnya ..."

"Fm. Lalu, bagaimana sekarang?"


Kardinal mengulurkan jari telunjuk tangan kirinya, kemudian dengan pelan mengetuk tepi
cangkir.

Cairan segera mengalir dari dasar cangkir seperti sebelumnya dan aliran uap muncul. Namun,
aromanya berbeda kali ini. Hidungku secara naluriah mengejang. Bau ini, sangat khas, itu
bukanlah teh hitam tapi krim sup jagung.

Kardinal memiringkan cangkir sedikit seolah menunjukkannya padaku saat aku mengulurkan
leherku. Itu adalah cairan kuning pucat kental seperti yang kuduga, dan mengisi cangkir sampai
penuh. Bahkan ada potongan roti kering berwarna coklat yang mengambang di sana.

"Su-Sup Jagung! Terima kasih, saya baru saja mulai merasa lapar dan ..."

"Kau bodoh, saya tidak bertanya tentang isinya. Apa ini?"

"Eeh ... Yah ... itu―"

Tidak satu perubahan pun yang terjadi pada cangkir itu seperti sebelumnya. Tapi jika dia
menyebutkannya sekarang, mungkin itu sedikit terlalu sederhana, terlalu besar, dan terlalu tebal
untuk sekedar disebut sebagai cangkir teh.

"Aah ... cangkir sup?"

Ketika aku takut-takut menjawab, Kardinal tersenyum lebar sambil mengangguk.

"Ya. Sekarang ini adalah cangkir sup. Bagaimanapun juga, ada sup di dalamnya sekarang."

Dan, seolah sedang pamer, ia meletakkan cangkir, seperti itu, ke taplak meja tanpa ragu-ragu,
suara gedebuk terdengar.

"Ap ...!?"

"Lihat. Inilah ambigunya tabu yang diberikan kepada kami fluct light buatan. Mereka dapat
dilanggar dengan mudahnya hanya dengan mengubah persepsi subyektif kita."

"......"

Meski aku sedang diam terkejut, kejadian tertentu dari dua hari yang lalu berputar dalam
pikiranku sekali lagi.
Saat itu, Raios hendak mengayunkan pedangnya pada Eugeo, yang sedang meringkuk, tepat saat
aku menerobos masuk ke kamar tidur. Pedang Raios mungkin akan memutus leher Eugeo dalam
satu tebasan jika aku tidak menahannya dengan pedangku.

Membunuh jelas tabu terbesar. Tapi saat itu, Eugeo bukanlah seorang manusia dalam sudut
pandang Raios tapi seorang penjahat yang telah melanggar Indeks Taboo. Dengan mengakui itu,
ia dengan mudah berkelit akan tabu yang terukir dalam jiwanya.

Saat aku terus merenung dalam diam, suara pelan terdengar dari kursi seberang. Mengangkat
kepala, aku melihat Kardinal sedang mengangkat cangkir teh―bukan, cangkir sup sekali lagi
dan mengarahkannya ke bibirnya. Roti dan sandwich daging yang kumakan sepuluh menit yang
lalu sudah dikonversi ke dalam Nyawaku, dan perutku bisa merasakan sensasi diremas.

"... Bisakah saya mendapatkan itu juga?"

"Anda benar-benar orang yang rakus. Kemarikan cangkir Anda."

Selagi menggelengkan kepalanya seolah terkejut, Kardinal tetap mengulurkan tangan kirinya dan
mengetuk ujung cangkir yang kusodorkan dengan suara ping. Cangkir kosong segera terisi
dengan cairan kuning kental yang harum.

Menarik kembali cangkir dengan gembira dan menghirup setelah meniup uapnya, mataku tanpa
sengaja tertutup karena perasaan nostalgia, rasa yang kaya menyebar di dalam mulutku. Ada juga
sup yang agak familiar di Underworld, tapi sudah benar-benar dua tahun berlalu sejak aku
terakhir kali meminum sup krim jagung sesempurna ini.

Aku mendesah puas setelah meminum dua, tiga suap, lalu cerita Kardinal berlanjut seolah dia
telah menunggu untuk itu.

"Pahami ini; tabu yang mengikat kita adalah hal-hal yang dapat dikesampingkan hanya dengan
mengubah persepsi kita, seperti yang saya contohkan sebelumnya. Kami ... Administrator dan
saya tidak berpikir bahwa satu sama lain adalah manusia saat kami saling bertarung. Di mata
saya, dia adalah sistem rusak yang akan membahayakan dunia, dan di matanya, saya adalah virus
pengganggu yang tidak bisa dia hapus ... Tidak ada sedikit pun keraguan saat kami saling
menjatuhkan Nyawa masing-masing. Kami mengadu sihir dari kelas tertinggi dan saya tinggal
meyerang dua atau tiga serangan untuk menghapus Administrator, atau setidaknya, membuatnya
imbang."

Mungkin karena mengingat kekesalan dari waktu itu, Kardinal dengan kuat mengunyah bibir
kecilnya.
"Namun ... Namun, Anda tahu. Pada saat terakhir, wanita bejat itu menyadari adanya perbedaan
besar diantara dirinya dan saya."

"Perbedaan besar ...? Tapi satu-satunya perbedaan antara Administrator dan Anda adalah
penampilan luar ... Anda berdua memiliki otoritas akses sistem yang sama dan kemampuan sihir
suci Anda juga tinggi, kan?"

"Tentu. Orang yang berhasil dengan serangan pembuka, saya, jelas akan menjadi orang yang
meraih kemenangan. Karena itu ... dia tidak menggunakan sihir suci. Mengkonversi salah satu
benda yang memiliki prioritas tinggi di dalam ruangan menjadi senjata, dia juga membuat
seluruh ruangan tempat kami bertarung menjadi tempat di mana perintah sistem dilarang."

"Jika ... jika dia melakukan sesuatu seperti itu, bukankah dia terkena larangannya juga?"

"Ya, selama dia tetap ada di dalam ruangan. Saya menyadari tujuannya saat dia mengeluarkan
perintah untuk membuat senjata. Namun, tidak ada yang bisa saya lakukan saat itu.
Bagaimanapun juga saya tidak bisa mengeluarkan perintah setelah perintah dilarang ... saya
dengan enggan membuat senjata juga dan berusaha untuk mengalahkannya melalui luka fisik."

Kardinal berhenti berbicara dan mengangkat tongkatnya ke atas meja. Dia memberikannya
padaku dalam diam, jadi aku mengulurkan tangan kananku meski aku kebingungan. Sebuah
berat yang tak terbayangkan terasa di lengan kananku saat aku memegangnya meski bentuknya
ramping, dan aku dengan panik menggunakan tangan kiriku juga, untuk terus mengangkatnya
sampai ke atas meja. Tongkat, yang kemudian kutaruh dengan suara berat, jelas memiliki
prioritas yang lebih tinggi dari pedang hitamku dan Pedang Blue Rose Eugeo.

"Jadi begitu ... bukan hanya sihir suci anda yang memiliki otoritas kelas dewa, tapi senjata Anda
juga sama, huh?"

Ketika aku mengatakan itu sambil mengusap pergelangan tangan kananku, Kardinal mengangkat
bahunya seolah itu hal yang wajar.

"Administrator tidak hanya menyalin ingatan dan proses berpikir saja tapi semua otoritas dan
tingkat nyawanya juga, tahu. Pedang yang dia buat dan tongkat yang saya buat memiliki tingkat
kemampuan yang sama. Bahkan ketika kami melakukan pertarungan fisik, saya berpikir kalau
saya akan tetap menang pada akhirnya. Namun, setelah membuat sudut dengan tongkat saya,
saya akhirnya sadar tujuan sejati Administrator, ya, perbedaan besar antara dia dan saya ... "

"Itu sebabnya saya bertanya, apa sebenarnya perbedaan itu?"

"Itu sederhana. Lihatlah tubuh ini."


Kardinal membuka bagian depan jubah tebalnya dengan tangan kanannya dan menunjukkan
tubuhnya yang dibalut blus putih, celana hitam, dan kaus kaki putih setinggi lutut. Itu adalah
sosok seorang gadis muda, ramping dan mungil; kontras sekali dengan sikapnya berbicara,
seperti ia adalah seorang wanita bijak yang tua.

Merasa seolah aku melihat sesuatu yang tidak seharusnya, aku bertanya dengan mataku secara
naluriah menghadap ke bawah.

"Persisnya ... ada apa dengan tubuh itu ...?"

Jubahnya berkibar saat ia mengembalikannya seperti semula, Kardinal mendesah seolah merasa
jengkel.

"Astaga, anda itu benar-benar lambat, bukan? Coba bayangkan diri Anda dimasukkan ke dalam
tubuh ini. Perspektif dan panjang lengan anda akan benar-benar berbeda. Apa Anda dapat
menggunakan dan bertarung dengan pedang seperti yang selalu Anda lakukan jika seperti itu?"

"... Ah ..."

"Sampai saat itu, saya selalu ada di dalam Administrator ... ya, tubuh Quinella yang agak tinggi
bagi seorang wanita. Saya tidak terlalu memikirkan hal itu selama kami saling mengadu sihir
suci, tapi ... pada titik ketika saya memegang tongkat ini dan bersiap untuk serangan musuh, saya
akhirnya paham kalau saya berada dalam kondisi kritis. "

Aku benar-benar setuju sekarang. Bahkan di banyak VRMMO di dunia nyata, membiasakan diri
untuk menilai jarak dalam pertempuran fisik jarak dekat jika dia memiliki avatar dengan ukuran
yang terlalu jauh dari tubuh nyatanya, akan memerlukan waktu yang cukup banyak.

"... Ngomong-ngomong, berapa perbedaan tinggi Administrator dan Anda saat ini ...?"

"Seharusnya sekitar lebih dari lima puluh sentimeter. Senyum lebar yang muncul di wajahnya
saat dia melihat saya ke bawah dari tinggi badannya masih tersimpan dalam ingatan saya.
Pertempuran segera dimulai kembali, tapi setelah mengayunkan senjata dua atau tiga kali, saya
tidak punya pilihan selain mengakui kekalahan saya ... "

"L-Lalu ... apa yang terjadi?"

Dia jelas menghindari itu entah bagaimana, mengingat ia sedang berbicara denganku, tapi aku
tetap tanpa sadar menahan nafas.
"Keuntungan Administrator sangatlah besar, tapi dia juga melakukan satu kesalahan. Anda tahu,
jika dia mengunci pintu keluar sebelum melarang penggunaan perintah sistem, saya akan
terbunuh tanpa bisa melarikan diri. Tidak memiliki emosi manusia, saya― "

Ekspresi kardinal benar-benar terlihat jengkel, tapi aku tidak akan memotong pembicaraannya
karena itu.

"―Menilai bahwa saya harus mundur secepatnya dan berlari menuju pintu secepat kilat.
Sementara pedang Administrator terus mengayun dari belakang, pedang itu mengurangi Nyawa
saya saat itu menyerempet punggung saya ..."

"I-Itu ... menakutkan, huh ..."

"Meski saya juga berharap suatu hari nanti anda akan berakhir dalam situasi seperti saya. Karena
Anda telah mengerling dan menggoda perempuan di mana-mana selama dua tahun dan dua bulan
ini."

"Sa ... Saya belum pernah mengerling, menggoda, atau melakukan hal semacam itu."

Aku dengan kuat mengusap mulutku setelah menerima serangan tak terduga itu, lalu aku tiba-
tiba mengerutkan kening.

"T-Tidak, tunggu dulu. Dua tahun dan dua bulan ... jangan bilang anda selalu mengawasi saya
...?"

"Tentu saja. Itu mungkin dua tahun dan dua bulan di antara dua ratus tahun hidup saya, tapi itu
tetap saja terasa lama."

"App ......"

Aku hanya bisa merasa takjub. Jadi gadis muda ini telah mengamati setiap tindakanku sampai ke
detail terakhir? Bukan berarti aku melakukan perbuatan yang tidak bisa kubiarkan orang lain
melihatnya, tapi aku juga tak yakin kalau aku tidak melakukan sesuatu yang aneh. Namun, tidak
ada waktu untuk memeriksanya sekarang ... jadi aku berkata pada diriku sendiri, untuk memaksa
menarik kembali pikiranku.

"Y-Yah, saya tidak akan membahasnya untuk saat ini .... Jadi, bagaimana anda bisa lolos dari
Administrator?"

"Fn. ―Keluar dari ruang tamu di lantai atas katedral, entah bagaimana saya mendapatkan
kembali otoritas untuk menggunakan sihir suci, tapi situasi tidak berubah. Lagi pula, jika saya
mencoba untuk melakukan serangan balik dengan sihir suci, dia tinggal membuat lorong sebagai
ruang terlarang saat itu. Saya tidak dapat melakukan apa-apa selain mengubah cara saya
melarikan diri dari berjalan menjadi terbang. Saya pikir saya harus pergi ke daerah dimana
serangannya tidak bisa mencapai tempat persiapan ulang saya."

"Walau Anda mengatakan itu ... Administrator adalah supervisor dunia seperti namanya, kan?
Apa ada tempat di mana dia tidak bisa masuk?"

"Tentu saja, dia adalah dewa yang memakai nama supervisor, tapi dia tidak memiliki
kemahakuasaan mutlak. Hanya ada dua tempat di dunia ini di mana dia tidak bisa melakukan
apapun yang dia suka."

"Dua tempat ...?"

"Satu tempat berada di luar pegunungan ujung ... Dataran Kegelapan yang penduduk Dunia
Manusia namakan sebagai tanah kegelapan. Satu lagi adalah Ruang Perpustakaan Besar di mana
kita berada sekarang. Pada awalnya, ruang perpustakaan ini adalah ruang yang diciptakan oleh
Administrator setelah mencari tahu tentang batas memorinya sendiri, untuk digunakan sebagai
perangkat penyimpanan memori eksternal, seperti itu. Ini menyimpan banyak data yang memiliki
kaitan dengan semua perintah sistem serta Underworld. ―Karena itu, dia pikir kalau dia harus
melakukan semua yang dia bisa untuk mencegah manusia selain dirinya datang ke sini. Oleh
karena itu, ia membuatnya di dalam katedral meski tidak berhubungan secara langsung. Hanya
ada satu pintu untuk masuk dan ditambah lagi perintah untuk membukanya hanya diketahui
olehnya... tidak, hanya dia dan saya."

"H-Haa ..."

Aku melihat sekeliling Ruang Perpustakaan Besar dengan lorong, tangga dan rak buku yang
diatur menjadi beberapa lantai sekali lagi. Dinding silindernya seperti dibuat dari bata biasa,
tapi―

"Lalu, di belakang dinding itu adalah ..."

"Tidak ada. Dindingnya sendiri tak bisa dihancurkan, tapi kemungkinan hanya hamparan
kehampaan yang akan menunggu Anda di sisi lainnya jika dinding itu pecah."

Aku mulai bertanya-tanya apa yang akan terjadi jika seseorang jatuh di sana, tapi aku dengan
ringan menggelengkan kepala dan menghapus pikiran tadi.

"―Erm, satu pintu yang Anda sebutkan tadi apa pintu yang kami masuki dari kebun mawar
tadi?"
"Nay, pintu itu adalah pintu yang saya buat setelahnya. Pintu ganda besar ada di tengah-tengah
lantai terendah sampai dua ratus tahun yang lalu. Saat saya berlari dari kejaran Administrator
sambil mempertaruhkan hidup saya, saya membaca sihir untuk memanggil pintu itu. Saya masih
terhalang sekitar dua kali kecepatan saya. Entah bagaimana menyelesaikan perintah, saya
melompat melalui pintu yang muncul di luar lorong, dan segera menutup dan mengunci mereka."

"Dikunci ... kata anda, tingkat otoritas pendeta tertinggi sama seperti Anda, jadi bukankah itu
bisa dibuka dari sisi lain?"

"Seharusnya. Namun, untungnya, sambil mengunci pintu dari dalam ruang perpustakaan dengan
memutar kunci sembilan puluh derajat ke kanan, membuka pintu dari luar memerlukan ritual
sihir yang panjang. Dipisahkan oleh satu set pintu, saya membacakan ritual sihir baru sambil
mendengar suara Administrator, yang terisi dengan niat dingin untuk membunuh, membacakan
perintah membuka. Momen saat kunci berbelok ke kiri di depan mata saya saya menyelesaikan
ritual saya ... "

Mungkin karena mengingat kenangan waktu itu, Kardinal dengan pelan memeluk tubuhnya
sendiri dengan kedua lengannya. Itu adalah cerita dari dua ratus tahun yang lalu, tapi rasa dingin
menjalar di punggungku walau aku hanya membayangkan adegan itu. Menghabiskan sup jagung,
yang tinggal sedikit, aku menghirup udara dan bertanya.

"Ritual yang Anda bacakan adalah ritual untuk menghancurkan pintu ... apa itu benar?"

"Ya. Saya memutuskan satu-satunya jalan yang menghubungkan katedral ini dengan Ruang
Perpustakaan Besar, pintu besar itu, menjadi potongan-potongan kecil. Pada saat itu, tempat ini
benar-benar terisolasi dari dunia luar dan saya berhasil lolos dari pengejaran Administrator. ..
dan itulah yang terjadi. "

"... Dan apa alasan mengapa pendeta tertinggi tidak membuat pintu lagi ...?"

"Saya sudah menyebutkan sebelumnya, kan, Administrator yang pertama kali menciptakan
Ruang Perpustakaan Besar dengan pintu, setelah itu ia memisahkannya dari katedral. Nilai
koordinat ruang ini dalam sistem terus berubah secara acak di daerah yang tidak terpakai.
Kecuali dia dapat secara akurat memprediksinya, gangguan eksternal tidak akan mungkin ada
lagi. "

"Jadi begitu ... Tapi koordinat Katedral Pusat adalah tetap, jadi mungkin untuk menghubungkan
bagian-bagian dari sini ke luar, huh?"

"Tepat sekali. Dikatakan, pembuatan pintu akan segera terdeteksi oleh familiar Administrator
setelah mereka dibuka sekali, sehingga mereka tidak dapat digunakan untuk kedua kalinya.
Seperti pintu di taman mawar yang Eugeo dan Anda masuki."
"S-Saya benar-benar menyesal tentang hal itu ..."

Aku menundukkan kepalaku dengan dalam dan gadis muda itu tertawa kecil sebelum
mengalihkan pandangannya ke langit-langit berkubah perpustakaan. Kedua mata di belakang
kacamatanya menyempit dan dia bergumam seakan merenungkan sesuatu.

"... Saya melawan kesalahan yang seharusnya saya koreksi, Administrator, dan benar-benar
kalah. Kabur terbirit-birit, saya berlindung di tempat ini ... mengabdikan diri saya hanya untuk
observasi dan merenung selama dua ratus tahun ... "

"... Dua ratus tahun ..."

―Aku bergumam, tapi tidak mungkin aku, yang mengalami tujuh belas tahun enam bulan di
dunia nyata dan dua tahun di Underworld dengan total kurang dari dua puluh tahun, bisa
memahami rasa hidup untuk waktu yang panjang. Aku hanya bisa menggambarkannya sebagai
aliran waktu yang sangat panjang.

Gadis di depan mataku ini telah hidup selama periode waktu yang bisa dibilang setara dengan
keabadian. Sendirian di dalam Ruang Perpustakaan Besar tanpa satu tikuspun, hanya dikelilingi
oleh gunungan buku yang diam. Bahkan kata-kata seperti kesendirian tak dapat lagi
mengungkapkannya, itu adalah isolasi total dari dunia. Aku tidak akan pernah bisa bertahan
selama dua ratus tahun walau aku berada dalam situasi yang sama. Aku pasti akan membuka
pintu walau aku tahu itu akan menyebabkan kehancuranku sendiri.

Tidak, tunggu. Sebelum itu―

"Kardinal ... anda mengatakan umur fluct light sekitar seratus lima puluh tahun, kan? Karena
hampir mencapai batas itulah yang membuat Administrator mencoba dan menyalin fluct lightnya
sendiri ... Bagaimana bisa Anda hidup selama dua ratus tahun setelah memisahkan diri?"

"Saya kira alami bagi Anda untuk menanyakan hal itu."

Kardinal menaruh kembali cangkir kosong ke atas meja, lalu mengangguk.

"Walau fluct light saya adalah salinan yang dipilih oleh Administrator, tidak ada ruang apapun
yang bisa digunakan untuk memperpanjang ingatan. Oleh karena itu, menata ulang ingatan saya
sendiri merupakan hal pertama yang harus saya lakukan untuk mengamankan diri saya setelah
melarikan diri ke Ruang Perpustakaan Besar."

"Me-Menata ulang ...?"


"Ya. Topik yang keluar waktu awal tadi sebagai contohnya, secara langsung mengedit file tanpa
membackup. Kesadaran saya mungkin akan menjadi cahaya dalam light cube jika satu saja
kesalahan terjadi selama operasi."

"Er-Erm ... Jadi, itu artinya Anda masih memegang otoritas untuk memanipulasi Light Cube
Cluster di suatu tempat di dunia nyata bahkan setelah terkurung di dalam ruang perpustakaan ini,
kan? Kalau begitu, daripada mengakses diri anda sendiri, bukannya mungkin untuk
melakukannya pada fluct light Administrator dan melakukan beberapa jenis serangan seperti
menghapus jiwanya ...?"

"Bagaimanapun juga, itu bisa bekerja secara sebaliknya. Tapi sayangnya―atau mungkin
untungnya, jenis sihir suci yang mengubah posisi target umumnya memerlukan hubungan secara
langsung antara subyek dengan unit atau objek target, atau paling tidak, melihat target secara
langsung. Bahkan memerlukan konsep «kisaran» jarak, tahu. Karena itulah Administrator harus
repot-repot membawa putri pemilik toko furnitur sepanjang jalan sampai ke lantai atas katedral,
dan seperti bagaimana ia harus membawa Anda dan Eugeo ke gereja."

Aku tanpa sadar menggigil setelah mendengar itu. Jika kami tidak berhasil selamat dari pelarian
sembrono kami, siapa yang tahu apa yang akan terjadi di tempat interogasi dan hal apa yang
akan terjadi.

"―Dengan kata lain, setelah mengisolasi diri di ruang perpustakaan, saya tidak dapat menyerang
fluct light Administrator terlepas dari berapa banyak kekuatan yang saya miliki dan kemampuan
saya untuk menangkal serangan darinya pada waktu yang sama."

Terlepas dari apakah dia mengetahui kecemasanku atau tidak, Kardinal menurunkan bulu mata
panjang di balik kacamatanya dan melanjutkan kata-katanya.

"Menata ulang jiwa saya sendiri ... benar-benar operasi yang menakutkan. Bagaimanapun juga,
ingatan kita akan menghilang tanpa meninggalkan jejak apapun hanya dengan satu perintah.
Namun, saya tidak punya pilihan lain selain melakukannya. Saya bisa dengan mudah
membayangkan kalau hal itu akan memakan waktu yang sangat lama bagi Administrator untuk
melakukannya, tahu. ―Pada akhirnya, saya menghapus semua ingatan yang saya miliki ketika
saya masih menjadi Quinella, serta setelah menjadi Administrator; hampir sembilan puluh tujuh
persennya ... "

"Ap ... i-itu hampir semuanya, kan!?"

"Ya. Cerita panjang Quinella yang saya ceritakan kepada Anda bukan berasal dari pengalaman
saya pribadi tapi hanya cerita yang saya tuliskan sebelum saya menghapusnya. Saya bahkan
tidak ingat wajah orang tua yang membesarkan saya. Begitu juga kehangatan tempat tidur yang
saya pakai setiap malam, maupun rasa roti bakar manis yang dulu saya sukai ... saya sudah
mengatakannya, kan, bahwa saya bahkan tidak memiliki sedikit pun emosi manusia. Saya adalah
program yang hampir semua ingatan dan emosinya hilang, mengambil tindakan murni karena
perintah yang terukir ke dalam jiwa saya, «untuk menghentikan proses utama yang menjadi
kacau». Seperti itulah keberadaan saya."

"......"

Wajah kardinal tertunduk ke bawah saat senyum muncul di wajahnya, tapi itu tampak terisi
dengan kesepian yang begitu dalam hingga tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata dari sudut
pandangku. Anda bukanlah program; Anda pasti memiliki emosi seperti saya dan seluruh
manusia; aku ingin mengatakan itu, tapi kata-kata itu tidak mau keluar.

Mengangkat wajahnya, Kardinal melirikku yang tenggelam dalam diam dan tersenyum lagi
sebelum dia mulai menggerakkan mulutnya lagi.

"... Sebagai hasil dari penghapusan ingatan, saya mendapatkan kapasitas yang cukup besar dalam
fluct light saya untuk saat ini. Setelah mendapatkan banyak waktu, saya pulih dari pelarian
menyengsarakan ini dan membuat rencana untuk menghadapi pertarungan melawan
Administrator. ―Saya mempertimbangkan untuk menggunakan ketidaktahuannya dan
melakukan pertarungan satu-lawan-satu sekali lagi. Tidak mungkin untuk membuka ruang
perpustakaan ini dari luar, tapi seperti yang Anda katakan sebelumnya, bagaimanapun juga hal
sebaliknya dapat terjadi. Perintah untuk membuat pintu juga memiliki «jarak», tapi hanya dari
kebun Katedral Pusat ke lantai tengah di dalam Katedral. Dia pasti turun ke lantai bawah menara,
meskipun jarang, jadi membuka pintu di saat itu bisa membuka kemungkinan untuk serangan
kejutan. Dan saya sudah terbiasa mengendalikan tubuh ini."

"... Jadi begitu. Memang terdengar berguna jika Anda dapat menjamin serangan pembuka, tapi ...
tetap saja, itu cukup berjudi, kan? Tidak akan aneh jika Administrator menyiapkan sesuatu di
belakangnya ... "

Serangan mendadak jarang berhasil jika pihak lain sadar akan kemungkinan tersebut. Aku
beberapa kali mengatur dan melakukan penyergapan di masa SAO, tapi sebagian besar tidak
berhasil karena target menjaga kewaspadaannya, berpikir 'serangan mendadak sepertinya akan
terjadi di sana'. Kardinal mengangguk, sepertinya kesal, ketika aku mengatakan itu.

"Bahkan sebelum Quinella menjadi pendeta tertinggi, ia diberikan karunia untuk mencari tahu
kelemahan orang lain. Seperti bagaimana ia melihat kelemahan saya; bentuk tubuh saya, di
tengah-tengah pertempuran setelah kami berpisah, dia menyimpulkan keuntungan yang dia
miliki dan segera menggunakannya."
"Keuntungan ... Tapi anda dan Administrator pada dasarnya memiliki tingkat kemampuam yang
sama persis dalam menyerang dan bertahan, kan? Dan juga, bagaimana saya mengatakan ini,
juga kecerdasan Anda."

"Saya merasa cemas dengan cara Anda meletakkannya."

Dia mendengus, lalu melanjutkan.

"Hampir tidak ada perbedaan pertempuran yang potensial antara dia dan saya. Tentu saja, itu
hanya berlaku ketika berada dalam pertarungan satu-lawan-satu."

"Satu-lawan-satu ...―Aah, jadi begitu."

"Memang seperti itu. Saya adalah seorang pertapa tanpa pengikut, sementara dia, dia adalah
penguasa sebuah organisasi besar, Gereja Axiom ... Administrator sangat sadar akan bahaya
menyalin fluct lightnya sendiri karena akan melahirkan halangan, saya, dan mendorongnya ke
jurang kematian. Dikatakan, kegagalan jalur sinaptiknya karena ingatannya yang overload tidak
berubah. Dia harus menyimpannya pada sesuatu, tapi tidak seperti saya, dia tidak akan berani
mengambil risiko tinggi untuk secara langsung mengedit ingatannya. Di sana, dia enggan
menyelesaikannya dengan kompromi. Ia mempertahankan kapasitas minimum terkecil yang
diperlukan dengan menghapus kenangan yang tidak penting yang ia dapatkan baru-baru ini,
operasi dengan risiko rendah, dan mengurangi jumlah pencatatan informasi baru sebisanya."

"Mengurangi ... meski Anda mengatakan itu, bukankah ingatan terkumpul karena kegiatan setiap
hari tak peduli apakah Anda menginginkan mereka atau tidak?"

"Itu bergantung pada cara Anda menghabiskannya, kan? semkain banyak anda melihat semakin
banyak informasi yang masuk, semakin banyak tempat yang Anda kunjungi semakin banyak
pikiran Anda, tapi bagaimana jika Anda bahkan tidak mengambil satu langkah pun pergi dari
kanopi tempat tidur di kamar Anda dan menghabiskan sepanjang waktu dengan mata tertutup?"

"Eh ... tidak mungkin saya bisa melakukan itu. Saya bahkan lebih suka mengayunkan pedang
sepanjang hari."

"Saya cukup sadar akan kurangnya ketenangan anda meski Anda tidak menunjukkannya
sekarang."

Aku tidak bisa mengatakan apapun tentang hal itu. Aku tidak tahu tujuannya melakukan hal itu,
tapi jika Cardinal selalu mengamati tindakanku, dia pasti telah sadar akan kegiatan yang
kulakukan tanpa memberitahu Eugeo setiap kali aku memiliki waktu luang.
Segera menutup mulutnya yang perlahan membentuk senyum, gadis itu melanjutkan
pembicaraannya.

"... Namun, Administrator tidak memiliki emosi 'Aku bosan' atau 'Aku tidak memiliki apapun
untuk dilakukan', tidak seperti Anda. Orang itu akan berbaring di tempat tidur selama berhari-
hari dan berminggu-minggu jika perlu. Terbenam dalam kenangan manisnya, dari waktu
sebelum dia menjadi penguasa dunia, dalam kondisi setengah tidur, seperti itu ... "

"Tapi dia orang yang berada di posisi atas Gereja Axiom, kan? Bukankah dia memiliki tugas
untuk dilakukan, pidato untuk disampaikan, atau apa pun yang harus dia lakukan karena
posisinya?"

"Tentu saja, tanggung jawab seperti itu ada. Dia harus hadir bersama empat raja selama festival
keagamaan di awal tahun dan dia harus turun ke lantai tengah dan bawah katedral untuk
memeriksa sistem manajemen dunia pada waktu yang dijadwalkan. Dan juga menjaga
kewaspadaannya dalam melawan setiap serangan kejutan yang mungkin muncul dari saya. Untuk
itu, Administrator mengambil langkah-langkah baru. Dia mendelegasikan sebagian besar
tugasnya dan pada saat yang sama, mengumpulkan pengikut yang setia dan kuat untuk melayani
sebagai pengawalnya ... "

"Dan karena itu ada keuntungan yang Anda, seorang diri, tidak miliki dan yang dia, sebagai
penguasa sebuah organisasi besar, miliki, huh? ... Meski sebaliknya, bukankah itu meningkatkan
tingkat ketidakpastian? Jika dia mengumpulkan beberapa pengawal yang mampu melawan Anda,
yang memiliki tingkat potensi tempur yang sama seperti dirinya, dan para pengawal itu
memutuskan untuk memberontak melawannya, Administrator tidak akan bisa menang juga,
kan?"

Kardinal dengan pelan mengangkat bahunya dan mengulang kata yang sama sebagai jawaban
atas pertanyaanku.

"Bukankah saya mengatakan kalau mereka benar-benar setia?"[2]

"Tentu, penduduk dunia ini tidak akan melanggar perintah dari atasan mereka, tapi anda
mengatakan kalau itu tidaklah absolut. Jika para pengawal itu berpikir bahwa pendeta tertinggi
adalah pion dari tanah kegelapan dengan beberapa pengaruh ... "

"Tentu saja, wanita itu juga memahami bahwa kemungkinannya tidaklah nol. Bagaimanapun
juga, dia mengubah banyak manusia dengan nilai pelanggaran tinggi menjadi subjek penelitian.
Ketaatan buta tidak selalu loyal ... tidak, perempuan itu tidak akan mempercayai pengawal walau
mereka bersumpah setia dari hati mereka. Bagaimanapun juga, wanita itu bahkan mengkhianati
salinan dirinya sendiri."
Mengatakan itu, Kardinal tersenyum lebar.

"Dia membutuhkan jaminan kalau para pengawal itu tidak akan mengkhianatinya dalam keadaan
apapun baru dia akan memberikan mereka otoritas dan peralatan yang layak untuk melawan
saya. Jadi apa yang bisa dia lakukan? Jawabannya sederhana: Dia hanya harus mengubah mereka
menjadi seperti itu, melalui fluct light mereka."

"... A-Apa yang anda katakan?"

"Perintah kompleks untuk itu telah selesai. Namanya, «Ritual Sintesis»."

"Erm ... penyatuan antara jiwa dan memori, kan?"

"Ya. Selain itu, ia memiliki pasokan bahan baku berkualitas tinggi yang memiliki jiwa yang kuat.
Manusia dengan nilai pelanggaran tinggi yang ia tangkap dan ia gunakan dalam percobaan dan
dibekukan untuk pengawetan setelanya, mereka semua diberkahi dengan kemampuan tinggi,
tanpa satupun pengecualian .... Atau lebih tepatnya, mungkin saya harus mengatakan bahwa
mereka memendam kecurigaan terhadap Indeks Taboo dan Gereja Axiom karena kebijaksanaan
dan fisik mereka yang sangat bagus ... Ada seorang pahlawan yang dikenal sebagai pendekar
pedang yang tak terkalahkan, yang melarikan diri ke daerah-daerah terpencil dengan rekan-
rekannya dan merintis desanya sendiri karena kebenciannya terhadap aturan gereja, merekalah
yang pertama kali ditangkap. Pendekar pedang itu mencoba menyeberangi «pegunungan ujung»
yang memisahkan Dunia Manusia dan Dataran Kegelapan, yang menyebabkannya diculik oleh
gereja, tetapi Administrator memilihnya untuk menjadi pengawal setia pertamanya."

Kedengarannya seperti cerita yang pernah kudengar di suatu tempat; Kardinal terus meneruskan
selagi aku memikirkan itu.

"Sebagian besar ingatan pendekar pedang itu rusak oleh percobaan, tapi, sebaliknya, itu malah
lebih menguntungkan bagi Administrator. Bagaimnapun juga, ingatan sebelum ditangkap
hanyalah gangguan. Orang itu menggunakan sebuah benda yang memaksa loyalitas tanpa batas
padanya, «Piety Module»[3], dan ... yah, tampak seperti prisma ungu di sekitar ukuran ini ... "

Kardinal memisahkan tangan kecilnya sekitar sepuluh sentimeter saat berbicara.

Rambut di seluruh tubuhku tersentak begitu aku membayangkan objek itu dalam pikiranku. Aku
telah melihat hal itu sebelumnya. Dan itu hanya beberapa jam yang lalu.

"... Dalam Ritual Sintesis, prisma itu tertanam sendiri ke kepala target melalui tengah dahi.
Melalui itu, jiwa yang memiliki ingatan bersatu dengan ingatan buatan yang juga berfungsi
sebagai prinsip-prinsip perilaku, dan menghasilkan kepribadian baru. Seorang prajurit tertinggi
yang bersumpah sumpah setia pada gereja dan Administrator, dan bertindak murni hanya utnuk
menjaga Dunia Manusia ... Ritual berhasil dan Administrator menyebut orang baru itu sebagai
Integrator[4], karena ialah yang menghukum pembangkang, menjaga integritas, dan menyatukan
kita semua di bawah kekuasaan gereja, di seluruh dunia. Jika Anda mendaki Katedral,
kemungkinan orang itu, integrity knight tertua, berdiri di depan Anda dan Eugeo tidaklah nol.
Akan lebih baik untuk mengingat namanya."

Kardinal menatap wajahku dan dengan khidmat melanjutkan.

"Bercouli Synthesis One ... itulah nama knight itu."

"... T-Tidak, mustahil, itu tidak mungkin benar."

Aku menggeleng sekuat tenaga sebelum Kardinal bisa menutup bibirnya.

Bercouli.

Bukankah itu nama pahlawan legendaris yang pernah Eugeo ceritakan, dengan ekspresi penuh
kekaguman? Dia adalah pejuang pemberani dari generasi pertama penduduk di Desa Rulid; ia
menjelajahi pegunungan ujung dan mencoba mencuri «Pedang Blue Rose» dari naga putih yang
melindungi Dunia Manusia.

Aku yakin kalau Eugeo bahkan tidak tahu tentang akhir hidup Bercouli. Eugeo mungkin
membayangkan ia terus hidup di Rulid dan menjadi tua―pikiran bahwa Bercouli telah diculik
oleh Administrator dan dirubah menjadi integrity knight pertamanya tidak akan pernah terpikir
olehnya.

"Hei ... hei, Kardinal, Anda juga tahu bagaimana Eugeo dan saya bekerja sama, dan tetap
kesulitan melawan Eldrie Synthesis Thirty-one ... yang merupakan integrity knight ketiga puluh
satu, kan? Bagaimana bisa anda mengharapkan kami untuk melawan nomor satu dengan tiba-
tiba dan menang?"

Gadis itu, bagaimanapun, hanya mengangkat bahunya dan mengesampingkan keberatanku.

"Anda tidak akan bisa meluangkan waktu untuk membuat Bercouli menggigil. Seperti yang
Anda katakan, jumlah total integrity knight telah mencapai tiga puluh satu sekarang."

Ada tiga puluh master yang lebih kuat dari Eldrie. Ingin menghindarkan mataku dari kenyataan
pahit, aku berbicara.

"Meski ada sebegitu banyaknya, saya belum banyak melihat mereka. Saya hanya melihat
seorang integrity knight di atas naga terbang di langit malam sejak saya datang ke ibukota
pusat."
"Tentu saja; bagaimanapun juga, tugas utama dari integrity kngiht adalah mempertahankan
pegunungan ujung. Mereka hanya akan berada di kota ketika seorang penjahat besar yang
menantang Indeks Taboo muncul dan itu belum pernah terjadi dalam sepuluh tahun ini.
Biasanya, bahkan para bangsawan dan keluarga kerajaan tidak memiliki kesempatan untuk
melihat integrity knight, apalagi rakyat biasa .... Orang bisa mengatakan ada jarak yang terbentuk
diantara mereka, namun ... "

"Hmm ... Ah, tapi apa itu berarti bahwa mayoritas dari ketiga puluh knight itu berada di
pegunungan ujung?"

Aku bertanya dengan sedikit antisipasi, namun Kardinal dengan mudah menggeleng.

"Saya tidak akan mengatakan mayoritasnya. Jumlah knight yang berjaga di dalam katedral
sekarang, setidaknya, dua belas atau tiga belas. Jika Anda dan Eugeo berniat untuk
menyelesaikan tujuan kalian masing-masing, maka Anda tidak akan punya pilihan lain selain
menerobos mereka untuk mencapai lantai atas katedral. "

"Walau Anda mengatakan bahwa ... kami tidak punya pilihan ..."

Merosot di kursi saat aku tenggelam dalam depresi, aku menghela napas dalam-dalam.

Untuk memasukkannya ke dalam istilah RPG, aku merasa seperti aku baru saja terjun ke
dungeon terakhir tanpa adanya peralatan dan tingkat yang diperlukan. Benar, aku melakukan
perjalanan yang jauh, jauh ke ibukota pusat sehingga aku bisa sampai ke lantai atas katedral dan
mengontak seseorang di dunia nyata, tapi aku merasa seperti aku bahkan bisa dengan jujur
mengatakan bahwa perbedaan kemampuan tempur antara integrity knight dan kami berada di
luar harapan.

Aku mengalihkan pandanganku ke dadaku dalam keheningan. Berkat roti daging ajaib yang
kudapat dari Kardinal, luka yang kudapat dari serangan «sihir mengontrol penuh persenjataan»
Integrity Knight Eldrie telah benar-benar sembuh, namun bekasnya masih tetap ada, dan rasa
sakit yang menyengat dapat terasa.

Hampir tidak akan ada kesempatan untuk menang jika melakukan serangan frontal saja pada
knight yang dari sekarang dan seterusnya akan lebih kuat dari Eldrie ... berpikir tentang itu, aku
teringat akan kejadian aneh setelah pertempuran di taman mawar itu berakhir.

Integrity knight itu tiba-tiba kesakitan setelah ia diberitahu tentang sejarahnya sendiri dan nama
ibunya oleh Eugeo, dan jatuh berlutut ke tanah. Prisma transparan muncul dengan cahaya ungu
dari dahinya saat dia sedang dalam kondisi setengah sadar―Itu pasti «Piety Module» yang
Kardinal bicarakan sebelumnya. Itu adalah item utama yang digunakan untuk mengubah ego dan
ingatan integrity knight, dan mengubahnya menjadi budak yang benar-benar setia kepada
pendeta tertinggi.

Tapi apa efeknya benar-benar mutlak seperti yang Kardinal katakan? Sepertinya Eldrie dapat
terbebas dari kekuatan memaksa modul hanya dengan mendengar nama ibunya ... setidaknya
dari sudut pandangku. Jika fenomena yang sama dapat terjadi pada knight yang lain, itu berarti
ada metode lain selain bertarung secara lansung dengan mereka dan keinginan Eugeo,
«mengembalikan Integrity Knight Alice menjadi Alice yang asli», dapat terkabul.

Suara tenang Kardinal mencapai telingaku saat aku tenggelam dalam pikiranku.

"Masih ada sedikit lagi sampai cerita saya berakhir, bisa saya lanjutkan?"

"... Ah, aah, silahkan."

"Baiklah. ―Nah, saat Administrator telah membuat beberapa integirty knight, dimulai dari
Bercouli, kemungkinan serangan kejutan dari saya mau tidak mau sudah pasti gagal. Meski
mereka tidak setingkat Administrator, para knight itu pasti memiliki kemampuan ofensif dan
defensif yang tinggi, mustahil bagi saya untuk dengan seketika menghapus mereka. Saya tidak
punya pilihan lain selain menunda pertempuran kami untuk selama-lamanya ... "

Sepertinya cerita Kardinal yang sangat panjang akhirnya mencapai akhir. Aku meluruskan postur
tubuhku di atas kursi dan memperhatikan nada berwibawa gadis itu.

"Dengan perubahan baru tersebut, jelas bahwa saya juga, memerlukan teman bekerja sama.
―Namun, menemukan orang yang bersedia melawan penguasa dunia dengan saya bukan tugas
yang mudah. Anda tahu, orang itu pertama-tama harus memiliki nilai pelanggaran yang cukup
tinggi untuk melanggar Indeks Taboo, serta kekuatan tempur dan otoritas penggunaan sihir suci
yang setara dengan integrity knight. Saya mengambil resiko dan membuka pintu sejauh yang
saya bisa untuk menggunakan sebuah sihir yang berbeda, «berbagi kesadaran», pada burung dan
serangga yang hidup di dekatnya dan mengirim mereka ke seluruh seluruh dunia ... "

"Ha-haa ... Jadi mereka itu mata dan telinga anda, huh. Apa itu cara Anda mengamati saya juga
...?"

"Ya."

Kardinal tersenyum lebar dan mengulurkan tangan kanannya. Membuka telapak tangannya, ia
melambaikan ujung jarinya seakan memanggil seseorang. Lalu―

"Uwaah!?"
Beberapa jenis benda kecil tiba-tiba melompat keluar dari sekelilingku, mendarat di telapak
tangan Kardinal tanpa suara. Ketika aku melihatnya, itu adalah laba-laba gelap yang lebih kecil
dari ujung jari kelingkingku. Dengan gesit berputar, itu menatapku dengan empat mata merah di
depan kepalanya dan mengangkat kaki kanan depannya, menyalamiku ... atau tampaknya seperti
itu.

"Namanya Charlotte. Dia selalu mengamati ucapan dan perilaku kalian berdua dari ubun-ubun
Anda, bagian dalam saku Anda, atau bahkan sudut ruangan, sejak anda meninggalkan Desa
Rulid dengan Eugeo .... Tampaknya dia melakukan lebih dari sekedar mengamati dari sekarang
dan seterusnya, namun."

Laba-laba itu mencabut kedelapan kakinya dan mengangkat bahu kecilnya pada kata-kata
Cardinal; atau seperti itulah kira-kira.

Aku akhirnya sadar setelah melihat gerakan lucu itu. Orang yang menarik ubun-ubunku dan
menunjukkanku jalan yang benar saat kami melarikan diri dari integrity knight yang naik naga
terbang mungkin saja dia. Tidak, bukan hanya waktu itu saja. Aku mengingat sensasi sama yang
kurasakan berkali-kali di waktu yang penting sejak aku berangkat dari Rulid, memasuki
turnamen pedang di Zakkaria dan menjadi penjaga, bahkan setelah aku terdaftar di Master Sword
Academy di pusat.

"... Jadi, perasaaan ditarik-tarik itu bukan inspirasi tuhan yang datang pada saya, tapi karena
rambut saya memang benar-benar ditarik, huh ..."

Aku teringat semua adegan-adegan itu saat aku bergumam bingung, sebelum ingatan yang sangat
penting itu datang kembali ke pikiranku. Tidak dapat menahannya, aku membungkuk dan
berbisik pada laba-laba hitam yang bahkan tidak berukuran lima milimeter, yang tetap terdiam di
telapak tangan Kardinal.

"I-Itu benar, jangan-jangan yang waktu itu juga kamu ... apa kamu orang yang menyemangatiku
ketika semua bunga zephyrias yang kutanam dipotong ...? Orang yang berkata untuk percaya
pada keinginan bunga-bunga di sekitarnya ... "

Suara yang terngiang dalam ingatanku adalah suara seorang wanita yang agak dewasa. Jika
benar, laba-laba hitam di depan mataku yang memiliki kepribadian perempuan dengan nama
Charlotte ini, adalah orangnya, tapi bisakah laba-laba yang bahkan bukan manusia memiliki
jiwa―fluct light?

Saat aku memikirkan berbagai keraguan, Charlotte tidak menjawab satupun pertanyaanku dan
terus menatapku dengan mata merah gelapnya, tapi kemudian ia tiba-tiba turun dari telapak
tangan Cardinal, dengan gesit berlari ke meja, dan menghilang setelah melompat ke dalam rak
buku di dekatnya.

Setelah familiar kecil itu pergi, Kardinal bergumam dengan nada lembut.

"Charlotte adalah unit observasional tertua yang saya kirim ke berbagai negeri di Dunia Manusia
melalui ritual sihir. Tugasnya yang sangat panjang akhirnya berakhir sampai di sini. Degenerasi
alami Nyawanya telah membeku, jadi saya kira dia telah bekerja selama lebih dari dua ratus
tahun ... "

"... Unit observasional ..."

Menggumamkan itu, aku melihat rak buku tempat Charlotte bersembunyi sekali lagi. Seharusnya
tugasnya hanyalah mengamati Eugeo dan aku. Namun, dalam dua tahun sejak aku meninggalkan
Rulid, Charlotte telah menarik ubun-ubunku dan membisikkan berbagai saran padaku,
menyelamatkanku berkali-kali. Berpikir dari perspektif yang berbeda, dia adalah rekan
perjalanan yang lebih dekat denganku daripada Eugeo, walau aku tidak melihat keberadaannya.

―Terima kasih.

Mengekspresikan rasa syukur dari dalam hatiku, aku menatap rak buku dan menundukkan
kepala.

Mengalihkan pandanganku kembali ke Kardinal, aku bertanya setelah berpikir beberapa saat.

"Jadi, dengan kata lain, Anda sudah ... mengunci diri dalam Ruang Perpustakaan Besar ini
selama lebih dari dua ratus tahun sambil mencari manusia yang layak untuk diajak bekerja sama
melalui mata dan telinga familiar ...?"

"Ya. Saya tidak dapat memeriksa nilai pelanggaran manusia secara langsung dari sini, tahu.
Setiap kali gosip insiden aneh sampai ke telinga saya, saya memindahkan unit observasi ke sana
dan mengamati manusia yang menyebabkannya ... Saya mengabdikan diri untuk mencarinya
dengan seperti itu. Banyak manusia yang menarik perhatian saya dibawa pergi oleh integrity
knight di depan mata saya. Saya mungkin tidak memiliki emosi, tapi pengetahuan tentang makna
kata-kata, 'kekecewaan' dan 'ketekunan', ada dalam diri saya .... Jujur, ide untuk segera
berkenalan dengan makna kalimat, 'menyerah', telah muncul dalam sepuluh tahun ini."

Senyum, dengan berat dua ratus tahun di baliknya, muncul di bibir kecil Kardinal.

"Anda tahu, selagi saya duduk dan melihat dunia, Administrator membuat sistem yang lebih
proaktif untuk memastikan prajurit perkasa akan menjadi integrity knight. Dan itulah kebenaran
di balik apa yang Anda dan Eugeo tuju, «Turnamen Persatuan Empat Kerajaan». "
"... Jadi itu berarti pendekar pedang yang memperoleh kemenangan dalam turnamen tidak
mendapatkan kehormatan diangkat sebagai integrity knight, tapi... "

"Mereka dibuat menjadi integrity knight, terlepas dari keinginan mereka. Boneka terkuat, dengan
ingatan mereka yang sebelumnya disegel dan memiliki ketaatan buta kepada pendeta tertinggi.
Keluarga dari integrity knight tersebut diberi hadiah uang, yang cukup mewah untuk
menyilaukan mata mereka, dan diberikan status bangsawan kelas atas, menyebabkan orang tua
dari para bangsawan dan pedagang kaya menyuruh anak-anak mereka untuk belajar berpedang.
Dan para knight itu sendiri ditugaskan ke daerah di mana kontak dengan keluarga asli mereka
mustahil untuk dilakukan, memutuskan hubungan mereka dengan masa lalu."

"... Jadi apa yang anda maksud dengan 'jarak terbentuk diantara mereka' adalah ..."

"Ya, temuan itu. ―Diantara ketiga puluh integrity knight, separuhnya adalah mereka yang
ditangkap karena melakukan tabu, sementara separuh lainnya adalah juara turnamen. Eldrie
Synthesis Thirty-one yang melawan Anda adalah salah satu di antara mereka juga."

"Aku mengerti ... jadi itu cara kerjanya, huh ..."

Menghela napas suram, aku bergumam.

Jadi itu bukanlah sebuah keberuntungan, bahwa Sortiliena-senpai, yang kulayani sebagai valet,
dan Gorgolosso-senpai, yang Eugeo layani, telah gagal meraih kemenangan di turnamen tahun
ini. Jika Sortiliena-senpai menang melawan Eldrie dan menjadi juara turnamen, maka dialah
orang yang akan menunggu kami di plaza taman mawar, sebagai integrity knight dengan ingatan
yang hilang.

Itu belum semuanya. Jika kasus dengan Raios dan Humbert tidak terjadi dan semuanya berjalan
sesuai dengan rencana awal Eugeo dan aku, untuk terpilih sebagai wakil akademi dan
memenangkan turnamen tahun depan ... Atau mungkin, jika kami gagal melarikan diri dari
penjara bawah tanah dan diseret ke tempat interogasi. Itu tidak masalah bagi fluct light alami
sepertiku, tapi Eugeo memiliki kesempatan tinggi untuk berakhir menjadi integrity knight ketiga
puluh dua. Ini mungkin arti dari kata, "pergi mencari wol dan pulang dicukur".

Kardinal berbicara dengan suara lembut saat tubuhku menggigil.

"―Karena itu, dalam dua ratus tahun lebih ini, Administrator terus menguatkan pertahanannya
dan harapan saya terhenti. Bahkan saya telah mempertimbangkannya. Tentang mengapa saya
harus repot-repot berurusan dengan sesuatu seperti ini ..."
Mata cokelat itu menatap langit-langit Ruang Perpustakaan Besar. Kedua matanya berkedip
berkali-kali seolah dia melihat fatamorgana dari sinar matahari yang hangat melalui kubah batu
itu.

"... Dunia yang saya lihat melalui mata pengamat indah dan bermandikan cahaya. Ada anak-anak
yang berlari-larian di dataran berumput, gadis yang tersipu merah karena cinta, dan ibu yang
dengan kasih tersenyum pada bayi dipelukan lengan mereka. Jika tidak ada yang terjadi pada
pemilik asli tubuh ini, putri pemilik toko furnitur itu, saat ia tumbuh dewasa, ia akan menerima
semua itu. Seharusnya dia mampu menjalani kehidupan biasa, mengabaikan penciptaan dunia,
dan mengenang hidupnya yang diberkati sambil menunggu kematian saat keluarganya
merawatnya di usianya yang keenam puluh, tujuh puluh tahun ... "

Apa itu hanya bagian dari imajinasiku bahwa Kardinal, yang menurunkan bulu matanya saat ia
mengeluarkan kata-katanya dengan bisikan, sedang menggigil perlahan?

"... Saya benci prinsip perilaku mengoreksi kesalahan proses utama yang ditanamkan ke dalam
inti jiwa saya. Dan saya memutuskan bahwa saya adalah seorang wanita tua yang akan segera
mati. Sebatang pohon tua layu yang sudah kehilangan semua pancaran hidupnya dan hanya
menanti saat Nyawanya habis. Anehnya, cara berbicara saya juga menjadi seperti itu tanpa saya
sadari. Pada hari-hari ketika saya melihat pekerjaan manusia melalui telinga familiar yang saya
kirim ke dunia, saya terus berpikir. Mengapa para dewa dari dunia luar yang menciptakan dunia
ini membiarkan tirani Administrator sendirian ...? Dewa Penciptaan Stacia, Dewa Matahari
Solus, dan Dewa Tanah Terraria adalah Dewa yang dibuat oleh Gereja Axiom untuk aturan
mereka, Padahal nama Dewa yang benar, «Rath», dapat dilihat di mana-mana pada katalog yang
berisi semua daftar perintah sistem. Rath adalah nama gabungan para dewa ... dan Kardinal
adalah dewa palsu yang diciptakan oleh mereka, tanpa jiwa, keberadaannya terbuat oleh dua
prinsip perilaku yang ditanamkan ke dalam Administrator dan saya. Pertanyaan tentang dunia
semakin bertambah banyak semakin aku mengetahui rahasianya, tapi mereka semua tak pernah
bisa terjawab."

"Tunggu ... tunggu sebentar."

Tidak dapat mengikuti perkembangan cerita, aku memotong percakapan.

"Lalu ... hal tentang dunia ini menjadi simulasi yang dibuat oleh Rath dan hal tentang Kardinal
asli yang merupakan program dengan dua proses, satu utama dan satu sub, apa yang Anda
ketahui itu juga hanya dugaan?"

"Tidak perlu terkejut. Siapapun bisa mencapai kesimpulan itu dengan hidup selama dua ratus
tahun dan memiliki database Sistem Kardinal."
"Database ... Jadi begitu, jadi karena itu kosakata Anda berbeda dari penduduk Underworld,
huh?"

"Sesuai dengan rasa sup jagung yang Anda minum sebelumnya. Dikatakan, mungkin ada banyak
penyimpangan antara pemahaman saya dengan Anda ... Namun, dugaan ini, setidaknya, pasti
akurat. Alasan mengapa Underworld sangat tidak sempurna meski penciptaannya luar biasa dan
mengapa pemerintahan Administrator tetap diabaikan ... hanya ada satu alasan yang mungkin
tersisa. Dewa asli, Rath, tidak ingin manusia yang hidup di dunia ini menjalani kehidupan
bahagia. Malah, kebalikannya ... dunia ini ada murni untuk mengamati jenis resistensi apa yang
akan penduduk persiapkan ketika kehidupan mereka secara perlahan-lahan terus ditekan. ―Anda
mungkin tidak tahu, tapi telah ada peningkatan kematian di antara manusia yang tidak mampu
mempertahankan Nyawanya karena berbagai sebab seperti penyakit endemik, serangan binatang
berbahaya, dan hasil panen yang buruk di daerah terpencil dalam beberapa tahun terakhir ini. Ini
adalah fenomena yang ditimbulkan oleh peningkatan «parameter beban» yang bahkan
Administrator tidak mampu untuk merubahnya."

"Parameter ... beban? Jika Anda menyebutkan itu sekarang, Anda juga mengatakan sesuatu
seperti itu sebelumnya, kan. Beberapa jenis percobaan beban atau sesuatu."

"Ya. Tegasnya, beban tetap terus berlanjut hari demi hari sampai saat ini, tapi ... seperti yang
tercatat dalam database, kejadian yang akan muncul di tahap akhir percobaan beban tidak bisa
dibandingkan dengan sesuatu yang kecil seperti penyakit."

"Apa sebenarnya ... yang akan terjadi ...?"

"Sel telur ini, yang dikenal sebagai Dunia Manusia, telah mencapai akhirnya. Anda tahu itu juga,
kan, apa yang ada di luar Dunia Manusia?"

"Dataran Kegelapan ...?"

"Tepat. Dunia kegelapan adalah perangkat yang dibangun untuk memberikan kesedihan utama
pada rakyat. Saya bilang seperti itu sebelumnya, tapi mereka yang dicap sebagai monster dari
kegelapan, goblin, Orc, dan ras lainnya adalah makhluk dengan fluct light yang sama seperti
manusia, namun dengan prinsip perilaku untuk membantai dan menjarah. Mereka diorganisasi
dengan cara yang mudah; hirarki di mana kekuatan menentukan keunggulan, membangun tentara
primitif namun kuat. Populasi mereka mungkin setengah dari Dunia Manusia, tapi kemampuan
bertarung mereka mungkin jauh melampaui manusia. Kelompok mengerikan itu dengan sabar
menunggu hari tersebut, yang bahkan kata mengerikan, tak dapat menjelaskannya, ketika mereka
menyerbu wilayah Dunia Manusia yang mereka sebut sebagai «ium» dalam bahasa mereka.
Kemungkinan hal itu terjadi tidak terlalu jauh di masa depan."
"Tentara ..."

Topik itu tidak hanya akan membuat orang menggigil. Tidak akan berlebihan jika aku
mengatakan bahwa pemimpin goblin yang bertarung denganku di gua di pegunungan ujung, dua
tahun yang lalu, adalah seorang petarung ganas. Cukup berpikir tentang bagaimana pasukan
dengan jumlah beberapa ribu atau puluhan ribu orang seperti dia akan datang merampok
membuat darahku membeku. Aku menggelengkan kepalaku saat aku berbicara dengan suara
parau.

"... Dunia Manusia memiliki banyak penjaga dan knight ... tapi saya tidak akan berbasa-basi,
mereka tidak memiliki kesempatan untuk menang. Mereka tidak memiliki kesempatan untuk
menang dengan ilmu pedang semacam itu di dunia ini yang hanya berfokus pada nilai seni ... "

Dengan itu, Kardinal langsung menjawab dengan anggukan.

"Jelas .... Rencana Rath mungkin ingin membuat Dunia Manusia membentuk sebuah tentara kuat
yang mampu melawan Dataran Kegelapan saat ini. Otoritas penggunaan peralatan dan sihir suci
mereka akan meningkat melalui pertempuran terus menerus terhadap serangan kecil namun
gencar dari goblin, sambil meningkatkan gaya pedang dan taktik berkelompok untuk pertarungan
yang sebenarnya. Namun, seperti yang Anda ketahui juga, situasinya jauh dari kondisi tersebut.
Pendekar pedang tidak pernah mengalami pertarungan yang sebenarnya, hanya mengejar daya
tarik gaya pedang mereka, dan komandan pasukan, para bangsawan kelas atas, berkubang dalam
kemewahan. Seluruh keadaan ini telah dibentuk oleh Administrator dan integrity knight yang ia
ciptakan."

"... Apa maksud anda?"

"Tidak ada keraguan lagi bahwa integrity knight, dengan otoritas tingkat tertinggi dan peralatan
instrumen kelas suci yang diberikan kepada mereka, sangatlah kuat. Cukup kuat untuk
mengalahkan kelompok goblin dari pegunungan ujung tanpa kesulitan, hanya dengan delapan
dari mereka. ―Namun, karena itu, rakyat jelata yang seharusnya melawan para goblin akhirnya
hidup selama ratusan tahun tanpa mengalami satupun pertempuran. Para penduduk tidak tahu
apa-apa tentang ancaman yang mendekat dan hidup tenggelam dalam stagnasi tak berujung yang
dikenal sebagai perdamaian ... "

"... Apa Administrator tahu tahap akhir percobaan beban akan segera dimulai?"

"Seharusnya dia tahu. Namun, dia meremehkan tentara kegelapan, percaya bahwa ketiga puluh
integrity knight dan dirinya sendiri mampu untuk mengusir mereka tanpa hambatan.
Keyakinannya begitu mendalam hingga ia bahkan membuat para naga penjaga di utara, selatan,
timur, dan barat, yang seharusnya memberikan dorongan berharga dalam perang, dibantai habis-
habisan dengan alasan bahwa dia tidak bisa mendominasi tindakan mereka. Ini mungkin akan
membuat sedih partner Anda jika ia mendengar ini; bahwa orang yang membunuh naga putih,
binatang yang menarik dalam legenda, adalah Bercouli sendiri setelah direnovasi menjadi
integrity knight."

"... Akan lebih baik jika dia tidak mendengar cerita itu."

Gumamku sambil mendesah. Mengingat gunungan tulang yang kulihat di bawah tanah di
pegunungan ujung, aku menutup mata sejenak sebelum mengangkat wajahku dan bertanya.

"Berbicara realistis, bagaimana sekarang? Ketika tentara kegelapan datang menyerang, apakah
Administrator dan integrity knight bisa melawan mereka sendirian?"

"Itu tidak mungkin."

Kardinal segera membantah.

"Benar, integrity knight memang telah berpengalaman bertahun-tahun dalam pertarungan yang
sebenarnya, tetapi jumlah mereka terlalu sedikit dan mereka akan kewalahan. Juga, perintah sihir
suci Administrator memiliki kekuatan bencana alam, tapi seperti yang saya sebutkan, dia harus
mengekspos dirinya dalam jangkauan musuh juga, untuk menggunakan sihir itu. Walau tentara
kegelapan tidak sebanding dengan Administrator, sihir suci mereka ... tidak, mungkin saya harus
menyebutnya sihir hitam, bagaimanapun, mereka memiliki banyak pengguna perintah sistem
sebanyak bintang di langit. Walau dia membakar seratus pengguna sihir dengan banjir petir, dia
mungkin akan diserang pada kesempatan berikutnya dengan seribu api. Saya tidak tahu apakah
dia akan mati dengan Nyawa besar miliknya, tapi setidaknya, bisa dipastikan ia akan lari kembali
ke menara ini."

"Tunggu ... tunggu sebentar, tolong. Itu berarti ... nasib dunia ini tidak akan berubah terlepas dari
apakah kita akan mengalahkan Administrator atau tidak, kan? Anda tidak akan mampu mengusir
tentara kegelapan meski telah mengembalikan semua otoritas dari Sistem Kardinal, kan?"

Kardinal menegaskan kata-kata yang kugumamkan dalam keadaan linglung, dengan anggukan
dalam.

"Persis seperti yang Anda katakan. Saya sudah tidak memiliki metode lain untuk menghentikan
invasi Dataran Kegelapan jika situasinya sudah seperti ini."

"... Dengan kata lain ... asalkan Anda menyelesaikan tujuan Anda untuk menghilangkan
Administrator, proses utama yang rusak ... Anda tidak akan sedikit pun peduli tentang apa yang
akan terjadi pada dunia ini ... apa itu maksud Anda ...? "
"... Itu mungkin benar."

Suara yang akhirnya keluar itu cukup samar untuk membaur dengan derak api dari lampu
sekitarnya.

"Ya ... apa yang saya inginkan mungkin sama saja dengan membiarkan hal itu terjadi jika Anda
melihatnya dari sisi banyaknya jiwa yang akan melayang ... Namun ... jika Anda atau saya hanya
duduk di sini dan tidak melakukan apa-apa, maka segera ... Saya tidak tahu apakah itu satu, atau
dua tahun ke depan, jika pasukan kegelapan akan menyerang Dunia Manusia; maka desa-desa
akan terbakar, ladang akan diinjak-injak, dan banyak orang akan dibunuh. Kata-kata yang saya
ketahui saja gagal untuk mengungkapkannya ... betapa ekstremnya bencana itu, betapa kejamnya
jika hal itu benar-benar terjadi. ―Namun, Anda tahu ... walau saya memulihkan semua otoritas
saya dan mengeluarkan perintah yang akan membakar semua monster kegelapan dalam satu
serangan, saya tidak akan menggunakannya. Jika Anda menanyakan alasannya, itu karena
mereka tidak memiliki keinginan untuk menjadi monster. Saya yakin saya mengatakan ini;
bahwa saya tidak bisa mendapatkan jawaban bahkan setelah seratus tahun saya merenung.
Dengar ... walau penguasa seperti Administrator tidak muncul dan dunia terus berjalan sesuai
rencana awal, hal sebaliknya akan terjadi; manusia akan membangun tentara yang perkasa,
menyerbu Dataran Kegelapan, dan menundukkan penduduk negara itu untuk membantai mereka
sampai akhir!"

Suara lembut kardinal perlahan-lahan semakin menajam dan menyerang telingaku dengan
sekejap.

"Terlepas dari sisi mana yang akan jatuh, akhir dunia akan direndam dalam lautan darah.
Bagaimanapun juga, akhir itulah yang dewa, Rath, inginkan. Saya... Saya tidak bisa menerima
Dewa seperti itu. Saya benar-benar tidak bisa menerima akhir seperti itu. Karena itu ...
menyadari bahwa saya tidak mampu menghentikan pendekatan tahap percobaan beban, saya tiba
pada satu kesimpulan. Tidak peduli apa yang diperlukan, saya akan menghapus Administrator
sebelum saat itu tiba, mengembalikan otoritas saya sebagai Sistem Kardinal ... dan membuat
segala sesuatu di Underworld menjadi nol, baik Dunia Manusia maupun Dataran Kegelapan."

"Membuat ... nol ...?"

Secara mekanik mengulang kata-kata itu, mataku terbuka, terasa seolah itu adalah pertama
kalinya mereka seperti itu.

"Sebenarnya apa maksud anda ...?"


"Seperti yang baru saja saya katakan. Saya akan menghapus semua fluct light yang disimpan
dalam jiwa, Light Cube Cluster. Penduduk Dunia Manusia, dan penduduk kegelapan juga, tanpa
terkecuali."

Sebuah tekad dan resolusi yang kuat terisi pada wajah muda Kardinal, membuatku terdiam untuk
sementara waktu. Setelah beberapa saat, entah bagaimana aku bisa mengonsep gambar akhir
yang ditujukan oleh gadis itu.

"Itu ... pada dasarnya, jika akhir di mana banyak orang akan mati dengan cara yang kejam dan
menyakitkan tak dapat dihindari, bukankah lebih baik jika dilakukan euthanasia[5] pada semua
orang ...?"

"Eutanasia ...? ―Tidak, itu akan menjadi istilah yang salah untuk digunakan."

Mungkin mencari melalui database yang dibangun ke dalam sistem, Kardinal berkedip sekali
sebelum menggeleng.

"Hal ini mungkin tak terbayangkan bagi manusia di dunia nyata seperti anda, yang memiliki
media kesadaran yang berbeda dari light cube, tapi jiwa para penduduk yang hidup di dunia ini
dapat dihapus dengan momen manipulasi. Mereka bisa menghilang tanpa sedikitpun perlawanan,
tanpa sedikitpun mereka menyadari hal itu ... Itu tidak jauh berbeda dengan membunuh
seseorang, tapi ... "

Itu mungkin kesimpulan yang dia pertimbangkan secara matang dalam waktu yang lama; aku
hanya bisa merasakan getaran yang terisi dengan kepasrahan dan kesia-siaan yang mendalam
dalam suara Kardinal saat ia berbicara.

"Tentu saja, idealnya, cara terbaik bagi dunia ini lepas dari cengkraman Rath selamanya, adalah
dengan menulis sendiri sejarah aslinya. Tidaklah mustahil bagi dunia ini untuk memiliki
rekonsiliasi tanpa darah antara Dunia Manusia dan Dataran Kegelapan meski kehidupan telah
berjalan selama beberapa ratus tahun. Namun ... seharusnya Andalah orang yang paling
menyadari betapa kosongnya mimpi itu, untuk menjadi independen dari Dewa, Rath, kan?"

Aku menggigit bibirku dan merenungkan pertanyaan tiba-tiba itu.

Aku tidak tahu bagian Jepang mana yang merupakan bentuk sejati Underworld di dunia nyata, di
mana Light Cube Cluster besar itu dibangun. Namun, pastinya, cluster dan mesin yang
menggerakkannya membutuhkan banyak listrik, jadi niat untuk independen total jelas mustahil
terwujud.

Ditambah lagi, Rath tidak mengelola Underworld sebagai perusahaan non-profit. Kikuoka
Seijirou sejatinya adalah anggota Self Defense Force dan jika kecurigaanku akan koneksi
mendalamnya terhadap pendirian Rath terbukti benar, eksperimen ini pasti memiliki tujuan yang
melibatkan keamanan nasional. Walau Kardinal berhasil memulihkan semua otoritasnya dan
membuka saluran komunikasi ke luar, memohon kemerdekaan bagi Underworld, mustahil bagi
Rath untuk menerima itu.

Ya―berpikir kembali tentang hal itu, Walau aku berhasil mencapai lantai atas Katedral Pusat
dan menghubungi Kikuoka, tidak ada jaminan ia akan mendengarkan permohonanku untuk
melestarikan Underworld seperti sedia kala dengan berinteraksi dengan Eugeo. Semua fluct light
buatan adalah subyek percobaan biasa bagi Rath dan di tempat pertama, Underworld sendiri
tidak lebih dari satu contoh dari beberapa percobaan yang sedang berjalan.

Dengan kata lain, mungkin hanya ada satu metode tersisa jika fluct light buatan ingin mencapai
kebebasan dan kemerdekaan sejati―menantang manusia dari dunia nyata.

Khawatir akan apa yang menunggu jika itu terjadi, aku memaksa pikiranku untuk berhenti.
Mengangkat wajahku, aku menatap Kardinal, dan memaksa leher kakuku mengangguk.

"... Ya, itu mustahil. Dunia ini terlalu bergantung pada manusia dan energi dari dunia luar."

"Ya .. contohnya, akan seperti kawanan ikan yang dilemparkan ke dalam ember dan tidak
mampu melakukan apa-apa selain menunggu untuk digoreng di dalam panci ... Yang paling bisa
mereka lakukan adalah melemparkan diri mereka keluar dan mati."

Aku tidak bisa sekedar mengangguk akan pernyataan yang Kardinal gumamkan dengan suara
yang penuh dengan kepasrahan itu, namun.

"Tapi ... Saya tidak bisa seluruhnya setuju dengan hal itu, meski saya tidak benar-benar
menentangnya ... Solusi yang Anda usulkan, menghilang dalam sekejap tanpa merasakan apa-
apa daripada menderita dan mati, mungkin pilihan yang paling tepat untuk diambil. Tapi saya
telah terlibat terlalu dalam dengan manusia di dunia ini untuk menyetujui itu."

Wajah tersenyum dari orang-orang yang telah kutemui di Rulid dan Centoria mucul satu demi
satu di dalam pikiranku. Tentu saja, aku tidak ingin melihat mereka dibantai oleh pasukan
Dataran Kegelapan, tetapi meskipun demikian, apa bekerjasama dengan Kardinal melalui cara
ini dan membuat jiwa semua orang lenyap adalah metode yang terbaik dan terakhir?

Tidak dapat menghadapi realitas itu, aku menggigit bibirku dan mendengarkan suara tenang
Kardinal.

"Kirito, jika semua otoritas saya kembali dengan bantuan Anda, saya akan mengabulkan
keinginan Anda, meski untuk waktu yang terbatas, sebelum saya mengakhiri Underworld. Jika
Anda menentukan nama-nama orang yang ingin Anda bantu, saya tidak akan menghapus fluct
light mereka, dan mengarsipkan mereka. Setelah itu, Anda hanya harus mengamankan light cube
yang mengandung jiwa mereka ketika Anda melarikan diri ke dunia luar. Saya masih bisa
melakukan sesuatu jika hanya sepuluh. Walau ini bukan pilihan terbaik bagi Anda, itu masih
memenuhi syarat sebagai pilihan terbaik kedua."

"......!"

Aku menarik napas tajam pada kata-kata yang tak terduga dan tiba-tiba itu.

Apa sesuatu seperti itu benar-benar mungkin?

Benar, jika light cube tidak memerlukan listrik untuk menyimpan informasi dan aku berhasil
membawa mereka keluar dari cluster, dengan aman menjaga mereka, fluct light didalamnya
seharusnya tidak akan rusak. Itu akan memakan waktu, tapi seharusnya tidak mustahil untuk
«mengekstrak» dan bertemu dengan mereka kembali ketika teknologi STL telah umum suatu
hari nanti.

Namun, masalahnya terletak pada hal itu, cara untuk mencuri beberapa cube dari Light Cube
Cluster, yang kemungkinan berada di jantung fasilitas penelitian Rath. Aku tidak bisa
menyembunyikan semuanya di dalam sakuku jika light cube adalah sebuah kubus dengan sisi
lima sentimeter, seperti yang Kardinal jelaskan. Walau aku menggunakan kantong yang bisa
menyimpan semuanya, pasti akan banyak memakan waktu untuk membawanya.

Dengan kata lain, jika aku setuju dengan proposal ini, aku harus memilih jiwa yang harus
diselamatkan.

Itu berbeda dengan memilah data yang akan disimpan pada konsol game biasa. Fluct Light
Buatan pada dasarnya adalah manusia, persis seperti diriku. Aku hanya dapat memilih untuk
menyelamatkan sepuluh orang dari kematian yang tak dapat dihindari. Dan itu hanya karena
keakraban mereka denganku. Apa aku benar-benar memiliki kualifikasi dan hak untuk
melakukan perbuatan seperti itu?

"Itu ... itu ..."

Mustahil bagi saya; itu kata-kata yang ingin kuucapkan, tapi mereka tertahan di mulutku dan aku
hanya menatap mata Kardinal yang terasa seolah mereka bisa melihat melalui apa saja dan
segalanya. Apa yang keluar sebagai gantinya, adalah ratapan yang sangat menyedihkan.

"―Di tempat pertama, mengapa Anda memilih saya sebagai orang pilihan Anda dalam melawan
Administrator? Saya akan memberitahu Anda terlebih dahulu, tapi saya benar-benar tidak
memiliki keuntungan apapun di dunia ini. Sihir Suci, skill pedang, ada banyak orang yang lebih
baik dari saya di dunia ini. Itu benar ... misalnya, Eugeo yang akan melakukannya dengan lebih
baik. Saya mungkin tidak akan menang jika ia melawan saya dengan serius sekarang."

Setelah dengan sabar mendengar protes pesimisku, Kardinal hanya menggelengkan kepalanya
dengan putus asa.

Dia mengisi cangkir di atas meja, kali ini dengan teh kohiru―atau kelihatannya seperti itu, tapi
itu mungkin kopi―lalu meneguknya.

"... Saya menyadari kalau tahap percobaan beban, atau invasi Dataran Kegelapan tidak lagi bisa
dihindari hanya dua puluh tahun yang lalu. Sejak saat itu, saya telah mencari seseorang yang
akan menjadi pedang saya jauh lebih putus asa daripada sebelumnya ... "

Seperti mencapai bab terakhir, cerita yang sangat panjang itu berlanjut, dan aku menelan keluh-
kesahku dan mendengarkan dengan penuh perhatian.

"... Namun, tidak peduli seberapa banyak ahli pedang atau sihir suci yang saya peroleh sebagai
sekutu, orang itu hanya tinggal menghapus hambatan itu untuk mempertahankan posisinya,
membuang para pengawalnya, integrity knight."

"... A-Apa masih ada sesuatu yang lain ...?"

"Ya. Selagi saya melakukan pencarian, saya menemukan puluhan cara untuk mengatasi masalah
lain itu, tapi masing-masing dari mereka tidak dapat diandalkan ... Waktu terus bergulir saat saya
bergegas dan kelompok barisan terdepan dari Dataran Kegelapan terus-menerus menyerang
pegunungan ujung sebagai tahap pertama dari percobaan beban ketika saya menyadarinya.
Jumlah mereka cukup untuk membuat kedelapan integrity knight yang dikerahkan gagal dalam
menghilangkan mereka semua. ―Itu ketika saya mulai berpikir bahwa saya harus menyerah
untuk mengembalikan otoritas saya melalui pertarungan dan mempertimbangkan untuk
membujuk Administrator, walau itu berarti menawarkan leher saya, dan keadaan terus berlanjut
... familiar yang saya lepaskan mendapatkan cerita angin yang beredar di sekitar, kisah yang bisa
dianggap sebagai kisah yang mustahil, di wilayah terpencil bagian utara."

"Kisah mustahil ...?"

"Sebuah rumor tentang sebuah fenomena yang belum pernah terjadi sekalipun sejak Quinella
menjadi Administrator, setidaknya. Itu tentang salah satu obyek penghalang yang wanita itu buat
di seluruh dunia untuk menghalangi perluasan tempat tinggal manusia ... bagaimana salah satu
dari mereka, sebuah pohon raksasa yang menyerap sumber daya dari udara dengan area yang
luas, dan memiliki daya tahan dan prioritas yang sangat luar biasa, telah ditebang hanya oleh
dua orang pemuda."
"...... Sepertinya saya telah mendengar cerita itu di suatu tempat ..."

"Saya dengan tergesa-gesa memindahkan familiar yang saya tempatkan di wilayah utara
Norlangarth, yaitu, Charlotte, untuk mencari kedua pemuda itu. Tepat ketika mereka hampir
berangkat dari desa saya akhirnya menemukan mereka. Saya menempatkan Charlotte ke kepala
salah seorang dari mereka, seorang pemuda yang agak ceroboh, dan menyelidiki mengapa
mereka mampu menghilangkan sebuah benda yang hampir mustahil untuk dihancurkan ... "

Aku berpikir untuk mengatakan sesuatu karena dianggap sebagai seorang pemuda yang agak
ceroboh, tapi aku benar-benar tidak menyadari Charlotte naik di kepalaku selama lebih dari dua
tahun, jadi aku sama sekali tak bisa mendebatnya. Aku mendesak Kardinal untuk meneruskan
sambil cemberut.

"Saya langsung menemukan alasannya. Pedang yang dimiliki oleh pemuda berambut kuning
muda berasal dari kelas yang hanya ada beberapa buah di dunia, instrumen suci ... Namun,
keraguan baru muncul untuk memahami itu. Mengapa para pemuda ini memiliki otoritas kontrol
obyek yang tinggi seperti itu? Merasakan kegembiraan yang tidak saya rasakan dalam waktu
yang lama, saya menajamkan pendengaran saya pada percakapan kedua pemuda itu, siang dan
malam. Sebagian besar adalah pembicaraan bodoh yang benar-benar tidak ada gunanya, namun
... "

"M-Maaf tentang itu."

"Ugh, diam dan dengarkan. ―Belum lama, saya akhirnya mengerti alasannya di kota tempat
mereka beristirahat. Cukup mengherankan, kata itu mungkin tepat untuk diungkapkan karena
mereka berdua mengusir unit pengintai berukuran besar dari Dataran Kegelapan seorang diri,
kan? Jika itu terbukti benar, sejumlah besar kenaikan poin otoritas yang biasanya dibagi antara
sepuluh orang, akan dimonopoli oleh mereka berdua. Saya mengerti itulah alasan di balik
tingginya otoritas mereka hingga dapat memakai instrumen suci, tapi ... pada saat yang sama,
pertanyaan lain menyiksa saya. Yaitu―bagaimana bisa kedua pemuda yang lahir di desa
terpencil itu yang bahkan bukan bagian dari korps penjaga, mengusir prajurit goblin dari Dataran
Kegelapan yang memiliki kemampuan bertarung yang luar biasa? Itu merangkum semuanya."

"Hanya mengatakan, tapi sembilan puluh persen dari itu adalah sandiwara."

Kardinal tampaknya ingin memarahiku karena menginterupsi lagi, namun dia merubah
pikirannya, menutup mulutnya, dan perlahan-lahan mengangguk.

"Ya ... memang, mungkin bagian itulah yang menyebabkan hasil tersebut. Keraguan itu akhirnya
hilang, tapi itu benar-benar membutuhkan waktu yang lama. Anda tahu, pemuda berambut hitam
... yaitu, Anda Kirito, selalu berhati-hati dan memperhatikan setiap ucapan dan perilaku anda
terhadap partner Anda, Eugeo. Namun, pada akhirnya pemahaman itu memukul saya seperti
petir, karena anda tenyata suka berperilaku seperti binatang yang tidak dipelihara oleh siapa pun,
atau dengan kata lain, seperti seekor anjing liar. Anda tidak terikat dengan Indeks Taboo sama
sekali ... "

"... Apa saya benar-benar melakukan sesuatu seperti itu ...?"

"Berkali-kali. Akan kacau jika orang lain melihatnya. ―Sejak saat itu, saya menganalisa makna
di balik ucapan dan tindakan Anda melalui mata Charlotte. Terus-menerus, bahkan setelah kalian
berdua mencapai ibukota pusat dan masuk ke dalam Master Sword Academy Centoria Utara.
Sudah lebih dari setahun sejak saya mulai mengamati anda ... saya akhirnya menemukan sebuah
jawaban. Singkatnya, Anda bukanlah jiwa yang lahir di dunia ini dan terkurung di dalam sebuah
light cube, namun manusia dari dunia luar ... dunia di mana dewa pencipta yang asli, Rath,
tinggal ... "

"―Kalau begitu saya pasti telah mengecewakan Anda. Bagaimanapun juga, saya tidak memiliki
hak supervisor yang biasanya saya miliki, belum lagi saya bahkan tidak memiliki metode untuk
berkomunikasi dengan Rath ... kenapa, saya bahkan tidak tahu apa yang terjadi di luar sekarang
... "

Aku berbicara dengan nada meminta maaf karena aku hanya bisa memberikan sedikit bantuan,
Kardinal mengguncang jari telunjuk kanannya sambil tertawa ringan.

"Saya tahu itu dari awal. Bagaimanapun juga, jika Anda memiliki otoritas sistem di atas
Administrator, Anda tidak perlu mengalahkan goblin dengan pedang, dan menderita luka selama
proses. Saya, juga, tidak dapat menemukan alasan mengapa Anda muncul di Underworld dalam
keadaan seperti ini. Saya kira itu mungkin karena kecelakaan ... atau mungkin untuk
mengumpulkan data melalui ingatan, pengetahuan, dan otoritas terbatas anda; saya akan kagum
jika Anda tidak diberikan kompensasi yang besar jika itu karena alasan yang terakhir, namun."

"... Ya, anda benar. Saya tidak tahu apa yang harus pikirkan tentang diri saya sendiri jika karena
alasan terakhir."

Mengingat rasa sakit dari luka bahu kiriku, aku bergumam.

"Apapun, Anda tetaplah harapan terbesar saya. Bagaimanapun juga, keberadaan Anda telah
menghancurkan penghalang penting lain dalam pertempuran melawan Administrator yang saya
bicarakan sebelumnya."

"Sebenarnya apa hambatan itu?"


"―Melaksanakan Ritual Sintesis membutuhkan perintah panjang dan parameter penyesuaian
yang luas. Termasuk tahap persiapan, itu menghabiskan waktu sekitar tiga hari."

Cerita tiba-tiba melompat ke depan dan sekali lagi aku bingung. Tapi bibir Kardinal terus
bergerak, tidak menunjukkan kalau dia tahu hal itu di wajahnya.

"Singkatnya, hampir tidak perlu melakukan sihir suci pada light cube secara langsung jika untuk
pertarungan normal. Dengan kata lain, jiwa Anda tidak akan diambil alih dan dicuci otak untuk
menjadi integrity knight di tengah-tengah pertempuran. Namun―bagaimana jika Administrator
menyerah dalam menangkap prajurit yang saya pilih dan mencoba untuk tinggal menghapusnya
saja ...? Perintah yang diperlukan cukup singkat dan parameter penyesuainnya pun redah. Itu
bahkan mungkin lebih cepat daripada membuat para penjaganya bertarung. Saya bisa
mengimbangi serangan yang mengurangi Nyawa dengan peralatan dan sihir suci. Namun, tidak
ada pertahanan yang bisa melawan serangan yang menyerang fluct light. Saya memeras pikiran
saya dalam waktu yang lama ketika saya menyadari kemungkinan itu."

"... Serangan kepada jiwa ... itu cukup mengerikan ..."

"Ya. Master apapun akan kehilangan kekuatan dan ingatannya akan hancur ... Karena itu, Kirito,
Andalah satu-satunya orang yang mampu menghadapi serangan itu. Seperti yang saya duga,
bahkan Administrator sekalipun tidak dapat meletakkan tangannya pada instrumen suci dari
dunia luar, «STL», yang Anda gunakan untuk memindahkan jiwamu ke Underworld. Karena
perintah seperti itu tidak ada. Apa Anda paham alasan mengapa saya begitu menunggu
kedatangan Anda saat ini? Alasan mengapa saya memaksimumkan jumlah pintu dan terus
menunggu kedatangan anda dengan tak sabar, dalam rangka untuk membawa Anda ke dalam
Ruang Perpustakaan Besar ketika Anda memenangkan Turnamen Persatuan ... atau mungkin,
sebelum Anda diseret ke area interogasi setelah melangkah ke Gereja Axiom sebagai penjahat
yang melanggar Indeks Taboo ...?"

Akhirnya, kisah biografi yang sangat panjang ini telah sampai ke titik akhir, dan Kardinal
mengambil napas dalam-dalam saat rona merah samar muncul di pipinya.

"... Jadi begitu, jadi itu alasannya ..."

Aku masih tidak tahu alasan mengapa aku masuk ke dalam Underworld. Sebaliknya, aku malah
mengatakan bahwa alasan itu adalah untuk menemukan metode berkomunikasi dengan Rath
yang kupikir hanya akan ada di inti dunia, Gereja Axiom, sebagai tujuanku.

Namun, aku hanya bisa berpikir kalau perjuanganku ke tempat ini memang benar-benar telah
ditakdirkan ketika gadis ini, yang telah hidup dalam waktu yang sangat panjang, dengan jelas
menyatakan hal itu. Apa ini memang nasib bagiku untuk mencoba mengerahkan semua usahaku
untuk membantu Kardinal dan menyelamatkan beberapa orang ke dunia nyata, meski itu hanya
sepuluh, dengan keberhasilan yang tidak terjamin dalam pertarungan melawan Administrator―?

Tidak, sebelum membicarakan nasib atau semacamnya, aku tidak bisa menemukan alasan untuk
menolak gadis di depan mataku, yang dengan sungguh-sungguh menunggu saat ini selama dua
ratus tahun. Dia mengatakan bahwa dia adalah program tanpa emosi berkali-kali, tapi aku tidak
mempercayai hal itu karena mendengar ceritanya yang sangat panjang. Kardinal, pastilah
manusia yang memiliki emosi sepertiku. Aku yakin itu, walau ia terikat oleh perintah, meski
harapannya hanya satu―mengoreksi dunia.

"Bagaimana, Kirito. Saya tidak bisa memaksa Anda ... jika Anda tidak dapat menyetujui rencana
saya untuk mengembalikan dunia menjadi nol, saya akan memberikan Eugeo dan Anda posisi
apapun yang sesuai dengan keinginan Anda. Dalam situasi itu, kalian berdua harus mengatasi
semua kesulitan untuk mengalahkan Administrator, dan kemungkinan besar kalian juga akan
bertarung dengan saya setelah kalian mencapai tujuan kalian masing-masing, tapi ... saya bisa
katakan bahwa itu juga, adalah takdir .. . "

Memgumamkan itu, Kardinal kemudian menunjukkan senyum yang berbeda, senyum yang
paling tepat untuk usianya sejak dia mengundang kami ke ruang perpustakaan ini.

Setelah cukup lama terdiam, aku menjawab pertanyaan gadis itu dengan keinginanku sendiri.

"Kardinal ... Jiwa anda adalah salinan Quinella, itu yang Anda katakan, kan ...?"

"Ya, benar."

"Kalau begitu ... Anda pasti juga memiliki darah bangsawan murni. Gen untuk mengejar
kepentingan dan keinginan orang itu sendiri ... Mengapa Anda tidak membuang semuanya dan
mencoba untuk melarikan diri? Seharusnya mungkin bagi Anda untuk melarikan diri ke beberapa
desa kecil, begitu jauh hingga Administrator tak dapat melacak Anda, dan jatuh cinta, menikah,
dan membesarkan anak-anak seperti seorang gadis biasa ... bahkan mungkin meninggal karena
usia tua dalam kebahagiaan. Bukankah itu keinginan Anda? Darah Anda pasti memerintahkan
Anda untuk mengikuti keinginan Anda ... terus-menerus, selama dua ratus tahun. Mengapa Anda
menolak perintah itu dan terus menunggu selama lebih dari dua ratus tahun di tempat seperti ini
sendirian ...?"

"Anda memang orang yang sangat sangat bodoh."

Kardinal tersenyum.

"Saya sudah bilang, bahwa semua kepentingan dan keinginan saya hanyalah satu karena tujuan
keberadaan sub-proses Kardinal tertanam di dalam jiwa saya, yaitu untuk menghilangkan
Administrator dan menormalkan dunia. Dalam pikiran saya, sebuah dunia normal tidak lagi bisa
dicapai tanpa mengembalikannya ke ketiadaan total. Karena itu―Karena itu, saya―"

Ada jeda mendadak dalam kata-katanya, jadi aku menatap kacamata Kardinal. Mata coklat
terbakar yang terbuka lebar itu tampak bergetar dengan kuat, mungkin karena menahan semacam
emosi. Segera, bibir itu bergerak dan suara yang begitu pelan hingga aku hampir tidak bisa
mendengarnya keluar.

"... Tidak .. Saya kira itu salah ... saya juga ... saya juga memiliki keinginan; satu keinginan ...
Sesuatu yang ingin saya pahami dengan biaya apapun ... dalam dua ratus tahun ini ... "

Kelopak matanya menutup dan membuka sekali lagi, Kardinal menatapku tajam. Dia menggigit
bibirnya dengan ragu-ragu dan sesaat mengenggam tangannya bersama-sama, tapi kemudian ia
tiba-tiba turun dari kursi dan berdiri dengan bunyi gedebuk.

"Hei, Kirito, Anda juga bangun."

"Hah ...?"

Aku bangun. Kardinal mendongak sedikit untuk melihat diriku, berdiri tegak dengan kepala
terlihat ragu-ragu. Badanku tidak terlalu tinggi, tapi tetap saja, perbedaaan tinggiku cukup
banyak dibandingkan gadis yang penampilan luarnya berumur sekitar sepuluh tahun ini.

Kardinal mengerutkan kening saat ia memeriksa sekeliling kami, menempatkan kaki kanannya
ke kursi yang ia duduki, dan naik dengan beberapa usaha. Berpaling, dia mengangguk seolah
memeriksa apakah tinggi mata kami sejajar.

"Mari kita mulai. Hei, Kirito, kemari."

"...?"

Tetap bingung tentang situasi ini, aku mengambil beberapa langkah dan berdiri di depan
Kardinal.

"Lebih ke depan."

"Eeh?"

"Berhentilah mengeluh."

Ada apa, aku bertanya-tanya ketika aku maju sedikit demi sedikit. "Itu sudah cukup" pada saat
aku diperintahkan berhenti, ubun-ubun kami telah menyentuh satu sama lain. Kardinal menatap
mataku sekilas, saat aku berkeringat dingin, dan segera memalingkan muka, menerima perintah
lain.

"Lebarkan tangan Anda."

"...... Seperti ini?"

"Belokkan mereka di depan dan buatlah cincin."

"........."

Tentunya, dia tidak akan memukulku dengan tongkat, atau sesuatu seperti itu, saat aku mengikuti
instruksinya―ragu-ragu, aku perlahan-lahan menggerakkan lenganku, melewati tubuh Kardinal,
dan memegang jari kiri dan kananku bersama-sama di tempat yang cukup jauh dari
punggungnya.

Setelah menghabiskan beberapa detik yang diisi dengan keheningan yang canggung, Kardinal
membuat suara klik yang sedikit manis dengan lidahnya.

"Ugh, malu, kan?"

Apa kau mengejekku; aku hampir tidak bisa ke mana-mana sebelum aku menghentikannya di
tengah-tengah.

Jubahnya terbuka, dua lengan Kardinal dengan takut-takut melewati punggungku dan aku bisa
merasakan dia mengerahkan kekuatan yang sangat pelan melalui kain mantelku. Topi besar yang
bertabrakan dengan dahiku membuat suara seperti jatuh ke meja dan rambut keriting berwarna
kastanyenya menyentuh pipi kiriku. Sedikit berat dan panas samar bisa kurasakan di bahu dan
dadaku.

"........."

Setelah menahan sebisaku dalam keheningan yang semakin memberat ini, aku mencoba untuk
menanyakan alasan di balik situasi ini. Namun, sebelum aku bisa, suara Kardinal yang hampir
tak terdengar keluar menuju atmosfer Ruang Perpustakaan Besar ini.

"Jadi begitu ... jadi ini adalah ..."

Setelah mendesah panjang―

"... Jadi ini artinya menjadi manusia?"


Napasku langsung tertahan.

Jika ada sesuatu yang Kardinal ingin tahu, setelah menghabiskan dua ratus tahun merenung
tentang segala sesuatu, jelas tidak akan ada jawaban lain selain kontak dengan manusia lain, kan?

Dasar dari kata manusia adalah berhubungan dengan orang lain[6]. Menjadi manusia berarti
bertukar kata dengan orang lain, menggenggam tangan satu sama lain; merasakan kontak
diantara jiwa.

Meski begitu, gadis ini telah hidup selama dua ratus tahun sendirian, dikelilingi oleh buku yang
sama sekali tak bisa bicara.

Aku akhirnya dengan jelas bisa memahami hidup yang telah dilalui Kardinal, dengan tingkat
realitas tertentu. Pada saat yang sama, aku menggerakkan lengan kiri dan kananku, dengan kuat
menarik punggung gadis itu ke arahku.

"... Hangat ..."

Ada sesuatu yang berbeda dengan suara Kardinal dibandingkan sebelumnya, mendesah seperti
bergumam.

Aku juga bisa merasakan tetes kecil air mata pada saat itu, membawa rasa hangat saat mereka
dengan lembut menyentuh pipiku.

"... Berharga ... setidaknya ... dua ratus tahun hidup saya ... tidak sia-sia ..."

Air matanya terus mengalir satu demi satu, sebelum menghilang di suatu tempat.

"Saya puas ... hanya mengetahui kehangatan ini ... ini sudah cukup, untuk hadiah ..."
Aku tidak tahu berapa lama kami tetap seperti itu, tapi perutku sudah terasa kosong ketika
perasaan lembut itu berakhir.

Turun dari kursi, Kardinal mengangkat topinya yang jatuh dan menepuk-nepuknya sebelum
menempatkannya di kepala. Mendorong kacamata bulatnya saat ia menatapku, mimik wajahnya
sudah kembali seperti sebelumnya.

"Berapa lama lagi anda mau berdiri kebingungan seperti itu?"

"... Itu terlalu berlebihan ..."

Protes terhadap kata-katanya yang membuatku berpikir kalau air mata sebelumnya adalah
khayalan, aku mengambil tempat duduk di tepi meja. Kardinal dengan diam menungguku
menyilangkan tanganku dan menarik napas panjang sebelum mananyakan pertanyaan terakhir.

"―Jadi, apa Anda sudah memutuskan? Maukah Anda menerima proposal saya, atau
menolaknya?"

"......"

Aku, sayangnya, tidak cukup memiliki ketegasan untuk segera menjawabnya.

Secara logika saja, memilih sepuluh orang yang harus kuselamatkan dan meminjam bantuan
Kardinal untuk melarikan diri ke dunia nyata akan menjadi hasil terbesar yang bisa
kuharapkan―saat ini, kukira. Bagaimanapun juga, aku tidak bisa merumuskan pilihan alternatif
lain yang lebih baik dalam kondisiku saat ini.

Tapi itu bukan berarti aku tidak bisa memikirkan apa pun. Aku ingin mempercayai itu. Oleh
karena itu, setelah mengangkat wajahku, aku menatap lurus Kardinal dan berbicara.

"... Saya mengerti. Saya akan berpartisipasi dalam strategi Anda. Tapi ..."

Seolah memeras keluar setiap kata, satu per satu, aku melanjutkan.

"Tapi saya tidak akan berhenti berpikir. Bahkan ketika kita mulai berperang melawan integrity
knight dan Administrator, saya akan terus mencari metode lain. Sebuah solusi yang entah
bagaimana akan menghindari fase tragedi percobaan beban dan membuat perdamaian dunia
dapat terus bertahan."

"Astaga, optimisme anda terlalu bodoh, tahu. Meski saya sudah mengetahui itu."

"Nah, anda tahu ... Saya juga tidak ingin anda menghilang. Jika Anda mengatakan kepada saya
untuk memilih sepuluh orang, Anda akan termasuk di sana, jangan buat kesalahan tentang itu."

Kardinal segera menyelimuti matanya yang terbuka lebar dalam sekejap, dengan naungan
cemoohan dan menggeleng dengan gerakan berlebihan.

"... Dan di atas semua itu, Anda benar-benar bodoh. Jika saya melarikan diri, siapa yang akan
menghapus dunia ini?"

"Seperti yang saya katakan ... Saya paham keadaannnya, tapi saya tidak bisa menyia-nyiakan
perjuangan anda, itu saja yang bisa saya katakan."

Menggelengkan kepalanya dengan putus asa pada alasanku, gadis itu berbalik menghadapkan
punggungnya padaku. Suara yang tersapu angin pelan itu menyebabkan jubahnya berkibar
dengan tenang, menyembunyikan dua ratus tahun isolasi yang sama sekali mustahil untuk
dihapuskan hanya dengan kontak sesaat.

"Hari akan datang ketika Anda juga ... merasakan pahitnya kepasrahan ... Bukan saat ketika
Anda memberikan semua yang Anda punya dan gagal ... tapi saat di mana Anda memang harus
menerima premis kegagalan ... ―Sekarang, mari kita kembali. Sepertinya partner Anda akan
segera selesai membaca buku-buku sejarah. Mari kita bahas rincian konkret untuk rencana kita
dari sekarang bersama dengan Eugeo."

Memukul tongkatnya ke lantai batu, Kardinal berpaling ke arah kami masuk dan mulai berjalan,
tanpa sedikitpun menatapku.
Part 2

Seperti yang Kardinal perkirakan, Eugeo baru saja menutup buku besar di atas pangkuannya
sambil duduk di tengah-tengah tangga ketika kami kembali ke rak buku-buku sejarah.

Matanya berkedap-kedip bingung seolah ia belum terbangun dari ratusan tahun laporan sejarah
saat aku memanggilnya sambil berjalan mendekat.

"Butuh waktu beberapa saat. Maaf membuatmu menunggu sendirian."

"Maaf telah meninggalkan Anda sendirian."

Mendengar itu, bahu Eugeo tiba-tiba bergetar dan ia mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya
menatapku.

"Ah ... aah, Kirito. Sudah berapa lama ...?"

"Eh? Erm ..."

Aku menatap bingung ke sekeliling, tapi tidak ada satu jendelapun di sini, apalagi jam. Kardinal
perlahan berdeham dan menjawab.

"Sudah sekitar dua jam, matahari benar-benar di tengah langit sekarang. ―Bagaimana, sejarah
panjang Dunia Manusia?"

"Hmm ... bagaimana saya harus mengatakan ini ...?"

Ketika ditanya, Eugeo menggigit bibirnya berkali-kali seakan mencari kata-kata, kemudian
bergumam dengan nada tegas.

"... Apa segala sesuatu yang tertulis di dalam buku ini benar-benar terjadi? Ini seperti ... Saya
sedang membaca serangkaian dongeng yang ditulis ... Anda tahu, sebagian besar episode
berjalan seperti ini, beberapa jenis masalah terjadi pada suatu waktu-dan-suatu tempat, integrity
knight tiba dan memecahkan masalah, dan sejak saat itu, klausul baru seperti ini-dan-seperti itu
ditambahkan ke Indeks Taboo ... itu penuh dengan cerita seperti itu."

"Mau bagaimana lagi, bagaimanapun mereka adalah fakta sejarah. Mereka seperti jaring, dengan
air yang dituangkan dan tumpah melalui celah-celahnya, menutup kekosongan, saling sambung-
menyambung; seperti itulah organisasi Gereja Axiom."
Kardinal dengan enteng mengeluarkan kata-kata itu, membuat Eugeo melebarkan matanya.
Wajar saja, sebab itu mungkin pertama kalinya ia bertemu seseorang yang mengkritik gereja,
belum lagi dia adalah seorang gadis muda―meski tentu saja, itu hanya penampilan luarnya.

"Er ... erm, anda siapa ...?"

"Aah, dia disebut Kardinal. Err ... dia dibuang oleh pendeta tertinggi saat ini, Administrator, dan
pernah menjadi pendeta tertinggi juga."

Setelah aku memberikan pengenalan ringkas itu, Eugeo menjauh sambil membuat suara aneh
dari belakang tenggorokannya saat ia menelan ludah.

"Tidak, tak perlu takut. Sepertinya dia bersedia untuk membantu kita meski kita akan bertarung
dengan para integrity knight."

"Mem ... membantu kita ...?"

"Ya. Orang ini memiliki tujuan untuk mengalahkan Administrator dan mengembalikan posisinya
sebagai pendeta tertinggi, kau tahu. Jadi ... yah, kami memutuskan untuk membentuk aliansi."

Tak ada sedikitpun kebohongan dalam penjelasan yang kusederhanakan tadi, tapi penjelasan
tentang semua penghuni Underworld yang akan dihapus setelah Kardinal mendapatkan kembali
otoritasnya adalah sesuatu yang tak bisa aku jelaskan. Aku mungkin harus membicarakannya
dengan Eugeo suatu hari nanti, tapi tetap saja, aku sama sekali tidak memiliki ide bagaimana aku
nanti bisa memulai pembicaraan tentang ini.

Seakan dibalut dalam ketaatan, partnerku menatap Kardinal tanpa adanya sedikitpun rasa
ketidakpercayaan di matanya dan tersenyum gugup.

"Benarkah ... itu akan sangat membantu, sungguh. Jika dia pernah menjadi pendeta tertinggi,
maka apakah dia tahu kalau Alice ... sang integrity knight, Alice Synthesis Thirty, adalah orang
yang sama dengan Alice Schuberg dari Rulid? ... Jika iya ... bagaimana metode untuk membuat
Alice kembali seperti semula ...?"

Kardinal menurunkan bulu matanya sedikit mendengar pertanyaan Eugeo, yang bertanya dengan
tergagap.

"Saya minta maaf, tapi ... informasi yang bisa saya dapatkan dari tempat ini sangat terbatas. Pada
dasarnya, saya juga tidak tahu apa-apa, selain dari jumlah familiar pengamat saya yang
jumlahnya tidak terlalu banyak. Saya mungkin masih tahu jika itu adalah insiden di dalam
katedral atau di pusat Centoria, tapi di daerah terpencil hanya akan ... Saya tahu kelahiran
seorang integrity knight bernama Alice, tapi saya benar-benar tidak tahu tentang asal-usulnya
saat ini ... "

Bahu Eugeo sedikit merosot setelah mendengar kata-kata itu, tapi dia dengan tajam menarik
napas setelah mendengar kata-kata selanjutnya.

"―Namun, saya bisa mengajarkan metode untuk mencabut sihir suci yang melahirkan, tidak,
yang menghasilkan integrity knight, «Ritual Sintesis»."

Kardinal menatap Eugeo dan aku satu per satu, kemudian bicara dengan nada tegas.

"Anda tinggal menghapus «Piety Module» yang dimasukkan ke dalam jiwa mereka."

"Pahy ... moju ...?

Aku menambahkan beberapa informasi dari samping, untuk Eugeo, yang mengulangi kata-kata
asing dari bahasa Inggris, tidak, Lidah Kudus itu dengan kesulitan.

"Modul, er, memiliki arti 'bagian' dalam Lidah Suci. Ingat, kau melihatnya ketika kita bertarung
dengan Integrity Knight Eldrie di taman mawar, kan? Ketika pria itu berubah di tengah jalan ..."

"Aah ... sesuatu yang tampak seperti batang kristal ungu yang keluar dari dahinya ..."

"Ya, itulah artinya."

Mengangkat tongkat di tangan kanannya, Kardinal menggambar garis horizontal di udara dengan
ujungnya, lalu menggerakkannya seakan memotong garis di sekitar bagian tengahnya.

"Piety Module dimasukkan untuk menghambat ingatan. Melalui itu, sejarah dari orang yang akan
menjadi seorang integrity knight akan disegel, sekaligus memaksa kesetiaan mutlak terhadap
Gereja Axiom dan pendeta tertinggi. ―Namun, stabilitas paksaan dan kompleks sihir seperti itu
tidaklah tinggi. Jika ingatan penting di sekitar modul menerima rangsangan eksternal dan
menjadi aktif, sihir akan mulai terhapus seperti yang kalian berdua lihat."

"Dengan kata lain ... untuk menghilangkan sihir itu, kami hanya tinggal mengembalikan ingatan
masa lalu integrity knight, begitu kah?"

Tanyaku dengan semangat, namun Kardinal tidak mengangguk.

"Tidak ... itu tidak cukup. Ada satu hal lagi, satu hal lain yang Anda butuhkan."

"A-Apa itu?"
Eugeo yang bertanya kali ini.

"Apa yang awalnya ada di mana modul itu dimasukkan. Dengan kata lain, fragmen memori yang
paling dihargai oleh integrity knight. Biasanya, ingatan tentang orang yang paling mereka cintai.
Apa kalian ingat apa kata-kata yang paling banyak dikatakan oleh integrity knight yang kalian
lawan?"

Eugeo menjawab sebelum aku bisa mengingatnya.

"Ya. Itu adalah nama ibunya. Kristal itu tampak seperti akan jatuh sedikit lagi ketika ia
mendengar nama ibunya."

"Lalu ada kemungkinan seperti itu. Ingatan yang diekstrak dari Eldrie berhubungan dengan
ibunya, itulah di mana modul itu tertanam. Anda tahu, meski ingatan masa lalu integrity knight
sama sekali tidak penting bagi Administrator, memori dan kemampuan berhubungan secara
mendalam. Jika semua ingatan mereka dihapus, kekuatan mereka sebagai knight akan ... bahkan
gaya berpedang dan teknik sihir suci mereka akan menghilang. Oleh karena itu, ia menahan diri
untuk menghapus semua ingatan mereka. Saya menghapus sebagian besar ingatan saya untuk
memperpanjang hidup saya, tapi saya kehilangan banyak pengetahuan dan kemampuan yang
saya capai dalam kurun waktu itu juga ... "

Mengambil napas pendek, Kardinal menambahkan.

"... Saya akan mengatakan ini lagi, semua fragmen memori yang paling penting bagi integrity
knight telah dicuri oleh Administrator. Kecuali Anda mengembalikan itu, aliran ingatan mereka
tidak akan kembali seperti semula, walau Anda menghapus piety module. Dalam skenario
terburuk, ingatan mereka sendiri yang akan mengalami kerusakan parah."

"Fragmen Memori ... La-Lalu ... bagaimana jika Administrator merusak hal itu ketika
menariknya dari ksatria ...?"

Aku dengan gugup bertanya, dan Kardinal perlahan menggeleng dengan ekspresi yang rumit.

"Tidak ... Saya meragukan hal itu. Administrator adalah seorang wanita yang sangat cermat,
tidak mungkin baginya untuk merusak sesuatu walau hal itu hampir tidak berguna. Harus tidak
ada kesalahan apapun agar ia tetap aman di kamarnya sendiri ... lantai atas Katedral Pusat ... "

Lantai atas katedral―bagian dari ingatanku serasa ditusuk saat aku mendengar kata-kata itu, tapi
itu menghilang sebelum aku bisa menahannya. Selagi merasakan iritasi aneh, aku bergumam.
"Jadi itu berarti ... kita membutuhkan fragmen memori yang dicuri itu untuk mengembalikan
ingatan integrity knight seperti semula, tapi kita harus menerobos penjagaan knight dan
mencapai lantai atas di mana Administrator berada, untuk mendapatkan hal itu, huh ... "

"Jangan sampai berpikir naif untuk memperoleh kemenangan atas integrity knight tanpa
membunuh."

Kardinal berbicara sambil menatapku sekilas.

"Apa yang dapat saya lakukan untuk kalian berdua hanyalah untuk menyediakan peralatan yang
setara dengan integrity knight. Sisanya tergantung pada semua usaha kalian berdua dalam
pertempuran."

"Eh ... Anda tidak pergi bersama kami?"

Berharap kalau punggung kami akan memiliki dukungan yang meyakinkan karena ia mampu
menggunakan sihir penyembuhan, aku bertanya kembali tanpa berpikir. Tapi Kardinal dengan
singkat menggeleng.

"Jika saya meninggalkan Ruang Perpustakaan Besar, Administrator akan merasakan hal itu
segera dan itu mungkin akan berkembang menjadi perang habis-habisan melawan semua
integrity knight di dalam katedral dan juga perempuan itu. Jika kalian berdua yakin dalam
bertarung dan mengalahkan sepuluh integrity knight seklaigus, baru saya tidak akan keberatan,
jadi?"

Jika dia bertanya sekejam itu, Eugeo dan aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala ke kiri
dan kanan.

"―Namun, Administrator belum membuang rencananya menangkap kalian berdua dan membuat
kalian menjadi integrity knight. Jika kalian berdua pergi sendiri, ia harus mengirimkan sejumlah
kecil ksatria dan mencoba untuk menangkap kalian berdua hidup-hidup. Tidak ada cara lain
selain menerobos para ksatria satu demi satu dan berlari menuju katedral."

"Mgh ..."

Benar, kami harus membagi musuh walau itu berarti kami harus menggunakan diri kami sebagai
umpan, jika kami melawan lawan dengan jumlah yang unggul. Tapi walau itu berhasil, lawan
kami adalah integrity knight, yang terkuat di dunia. Kami bertarung habis-habisan melawan
Eldrie, jadi aku hanya bisa menyerah jika ada dua knight yang datang.

Eugeo berbicara menggantikanku, selagi aku tenggelam dalam keheningan, dengan cahaya yang
agak suram di matanya.
"―Mengerti. Saya akan bertarung jika diperlukan dan jika tidak ada pilihan lain selain
membunuh ... Saya tidak akan menghindari itu. Saya keluar dari penjara dengan resolusi itu dari
awal ... Namun, jika Alice yang muncul ... ? Saya tidak akan bertarung dengan Alice,
bagaimanapun juga, saya datang ke sini untuk mengambilnya kembali."

"Fm ... itu benar. Eugeo, saya juga bersimpati dengan tujuan Anda. ―Baik, jika Integrity Knight
Alice berdiri di depan Anda, Anda akan melakukannya dengan baik jika menggunakan ini."

Kardinal berkata, dan apa yang ia ambil dari jubah hitamnya adalah dua belati yang sangat kecil.

Mereka memiliki bentuk yang sederhana, seolah seseorang hanya mempertajam sisi yang paling
panjangnya. Detil hiasannya hanyalah rantai tipis yang melewati lubang di gagang. Kardinal
memberikan Eugeo dan aku masing-masing satu belati yang berwarna cokelat tua berkilau itu.
Aku menerimanya, mengenggam pegangannya yang sangat tipis di antara ujung jariku, dan
hampir menjatuhkannya karena beratnya yang tak terduga. Panjangnya bahkan tidak mencapai
dua puluh sentimeter, tapi berat yang aku rasakan tidak jauh berbeda dari pedang latihan di
Master Sword Academy.

"Apa ini ...? Senjata rahasia yang dapat membunuh dalam satu serangan atau sesuatu?"

Memasukkan jariku ke dalam rantai, aku menatap belati yang menggantung di depan wajahku
saat aku bertanya, dan Kardinal menggeleng dengan keras.

"Belati itu sendiri hampir tidak memiliki kemampuan ofensif, meski penampilannya seperti itu.
Namun, akan ada jalur yang terhubung antara saya, di Ruang Perpustakaan Besar, dan orang
yang tertikam oleh itu. Dengan kata lain, berbagai sihir suci yang dapat saya gunakan akan
mempengaruhi target. Bagaimanapun juga, belati itu awalnya adalah bagian dari diri saya.
―Eugeo, hindari serangan Integrity Knight Alice dan tusuk itu ke tubuhnya di suatu tempat,
posisi bukanlah masalah. Ini hampir tidak akan mengurangi Nyawa sedikitpun. Pada saat itu,
Saya akan membuat Alice tertidur nyenyak dengan sihir saya ... sampai kalian berdua
mengembalikan ingatan gadis itu dan bersiap-siap untuk menghapus Sintesis."

"Tertdiur ... nyenyak ..."

Sepertinya Eugeo berada dalam keadaan setengah-percaya dan setengah-tidak percaya, saat ia
menatap belati cokelat tajam di telapak tangannya. Dia pasti enggan menyakiti Alice, walau
dengan senjata yang bahkan lebih tipis dari pisau kertas.

Aku dengan pelan menepuk punggung partnerku dan berbicara.

"Eugeo, mari kita percayai orang ini. Jika kamu berpikir tentang hal ini, kita harus membuat
Alice pingsan atau sesuatu seperti itu jika kita harus bertarung dengannya dan kita pasti akan
terluka cukup serius, sama juga dengannya. Sebagai perbandingan, ditusuk dengan belati seperti
ini hanya akan seperti disengat oleh lalat kuda rawa besar."

"... Meski serangga itu tidak menyengat manusia."

Mungkin suasana hatinya telah pulih, tapi Eugeo mengkoreksi kata-kata asalku seperti ketika
kami berada di akademi, kemudian berbalik kembali ke Kardinal.

"Mengerti. Jika saya tidak dapat membujuk Alice, izinkan saya untuk memanfaatkan ini kalau
begitu."

Menggenggam belati dalam telapak tangannya dengan erat, ia membungkuk dengan dalam
seakan meyakinkan dirinya sendiri. Aku menghela napas lega juga, melihat belati berbentuk
salib yang menggantung di tangan kananku.

"... Kardinal, Anda mengatakan bahwa belati ini adalah bagian dari Anda sebelumnya, kan? Apa
yang Anda maksud dengan itu?"

Kardinal mengangkat pelan bahunya pada pertanyaanku.

"Walau Administrator dan saya mampu menghasilkan setiap benda, itu tidak seperti kami bisa
memproduksi mereka dari kehampaan."

"Hah ...?"

"Sumber daya yang ada di dunia ini terbatas. Anda pasti memahami itu dari bagaimana lahan
pertanian tidak bisa ditanami di sekitar Gigas Cedar yang kalian berdua tebang, kan? Dalam cara
yang sama, jika saya harus membuat sebuah objek dengan prioritas tertentu, saya harus
mengorbankan eksistensi yang sama dengannya. Ketika saya sebelumnya memiliki kesempatan
bertarung melawan Administrator, dia menciptakan pedang, dan saya, tongkat―tapi dalam
sekejap, semua harta berharga di dalam ruangan itu seluruhnya lenyap, hehe."

Kardinal memukul tongkat di tangan kanannya ke lantai batu dan gagal untuk menahan
tertawanya yang agak senang.

"―Namun, seperti yang Anda lihat, Ruang Perpustakaan Besar adalah ruang tertutup. Walau
saya mencoba untuk membuat senjata dengan prioritas tinggi, tidak ada objek yang dapat
melakukan pertukaran setara. Jumlah buku sebanyak ini memang bisa, yah, karena mereka juga
bisa dikatakan berharga, tapi itu hanya berlaku untuk konten, jadi ... saya berpikir untuk
menggunakan tongkat ini juga, tapi ini dibutuhkan dalam pertarungan melawan Administrator,
hingga akhirnya hanya satu benda yang tersisa, yaitu tubuh saya sendiri. Tubuh ini tentu
berharga; sebab itu adalah benda yang memiliki otoritas tertinggi di dunia, setelah semua."
"Tu ..."

"Tubuh ...?"

Eugeo dan aku secara naluriah memeriksa tubuh ramping Kardinal dari kepala ke atas. Aku
segera menyadari kasarnya hal itu dan mengalihkan pandanganku, tapi aku yakin kalau gadis ini
memiliki keempat anggota badan saat ini. Setelah menelan kata-kataku berkali-kali, aku takut-
takut membuka mulut.

"... I-Itu ... untuk mengatakannya, Anda memotong bagian tubuh itu, mengkonversi ke sebuah
objek, lalu meregenerasi bagian itu ...?"

"Idiot, tidak akan ada yang dikorbankan kalau begitu. Ini dia."

Setelah memutar kepalanya menghadap ke samping, Kardinal memutar-mutar dan mengibaskan


ikatan rambut keriting berwarna chesnutnya yang sangat pendek yang diikat di kedua sisi
tengkuk rampingnya.

"Ah, aah ... jadi begitu, jadi itu rambut Anda ..."

"Kompensasi untuk satu belati itu adalah salah satu dari ini, yang tumbuh selama dua ratus
tahun. Saya bisa menunjukkannya waktu sebelum dipotong jika kalian datang lebih awal."

Dia bilang begitu dengan bercanda, tapi bayangan sekilas akan kesedihan yang muncul di
matanya membuktikan bahwa Kardinal tetaplah seorang gadis dengan bagian dari dirinya yang
digunakan sebagai bahan dasar.

Tapi fragmen sentimentalitas itu langsung menghilang ke kedalaman sikap bijaknya.

"―Dengan alasan tersebut, masing-masing belati itu mungkin terlihat kecil di luar, namun
memiliki ketajaman dan daya tahan yang mampu menembus baju besi integrity knight. Selain
itu, mereka dapat menghubungkan jalan melalui ruang kehampaan di sekitar Ruang Perpustakaan
Besar karena mereka masih menjadi bagian dari tubuh saya dalam arti tertentu .... Saya awalnya
membuat mereka untuk berurusan dengan Administrator. Kirito, saya meminta Anda untuk
menusuk tubuhnya setelah menghindari serangan-serangan perkasa miliknya. Saya membuatnya
dua karena bermaksud membuat satunya sebagai cadangan, tapi oh yah, Anda hanya harus
berhasil pada percobaan pertama."

"Ugh ... itu adalah beban besar, huh ..."


Aku akhirnya menyadari setelah melihat belati yang bergoyang di bawah tangan kananku sekali
lagi. Bahwa kilau cokelat tua itu identik dengan warna rambut keriting yang keluar dari tepi topi
Kardinal.

Eugeo tampaknya telah memahami nilai belati yang diberikan padanya, meski bingung pada
penjelasan campur aduk dengan bahasa Lidah Suci, ia dengan gugup membuka mulutnya.

"Er-Erm ... apa benar-benar tidak apa-apa? Membiarkan saya menggunakan salah satu belati ini
untuk Alice, meski hanya ada dua ...?"

"Saya tidak keberatan. Dan lagipula ..."

Kardinal menahan kata-katanya dan menatapku, matanya seolah bisa melihat pikiran batinku
dengan sempurna.

Ya, lagipula, bantuan Kardinal dalam menghilangkan cuci otak Alice diperlukan agar fluct light
dari sepuluh orang, termasuk Eugeo dan Alice, dapat melarikan diri ke dunia nyata. Mungkin
lebih baik untuk memulihkan Alice sebelum menjelaskan situasi itu kepada Eugeo. Jika dia
bersama dengan orang yang berharga baginya, bahkan Eugeo mungkin setuju untuk melarikan
diri dari dunia ini. Tidak, aku harus membuatnya menerimanya, tidak peduli cara apa yang harus
kuambil.

Merasa malu karena tanpa sadar aku telah menyetujui rencana pemusnahan dunia sebagai syarat
yang diberikan, aku dengan erat mengenggam rantai. Ya ... mungkin tidak ada jalan lain untuk
Underworld selain menghilang. Tapi meski begitu, aku ingin memasukkan Kardinal ke dalam
sepuluh orang tersebut. Walau aku harus menipu dirinya dalam proses itu.

Melarikan diri dari tatapan mata Kardinal yang terasa seperti bisa melihat segala hal, aku
berpaling, melonggarkan bajuku, dan menggantungkan belati di sana setelah memasukkan
rantainya ke kepalaku. Setelah Eugeo melakukan hal yang sama, aku bertanya tentang sesuatu
yang sedikit menarik perhatianku selama penjelasan Kardinal tadi.

"Sekarang jika saya berpikir tentang hal itu ... jika ada sesuatu yang diperlukan sebagai
kompensasi untuk membuat obyek, bagaimana dengan mereka? Tumpukan makanan dan
minuman yang Anda buat ketika kami datang ke sini."

Kardinal dengan pelan mengangkat bahunya naik dan turun, dan menjawab dengan tersenyum.

"Meh, tak perlu resah mengenai hal itu. Saya hanya membuat dua atau tiga buku hukum yang tak
berguna menghilang."
Tetap mencengkeram rantai yang ada di lehernya dengan kedua tangan, suara aneh 'mgh' keluar
dari dalam tenggorokan Eugeo, dia penyuka sejarah sih.

"Nn? Ada apa, Anda mau lagi? Anda memang anak laki-laki yang sedang tumbuh, huh."

Eugeo menggelengkan kepala dan tangannya pada saat yang sama untuk menghentikan Kardinal,
yang akan mengangkat dan mengayunkan tongkatnya.

"T-Tidak, saya sudah kenyang! D-Daripada itu, silakan lanjutkan ceritanya!"

"Anda sungguh tak perlu menahan diri."

Ketika Kardinal berkata seperti itu dan tersenyum begitu lebar hingga aku berpikir bahwa dia
sepenuhnya sudah tahu, dia menurunkan tongkat, batuk sekali, dan mengubah nada suaranya.

"―Urutannya berubah, tapi kedua belati itu adalah kartu truf kita yang sebenarnya seperti yang
telah saya jelaskan sebelumnya. Eugeo untuk Alice dan Kirito untuk Administrator; prioritaskan
untuk menusukkan belati kalian ke target kalian masing-masing. Lakukan apa pun jika Anda
yakin itu akan meningkatkan kemungkinan keberhasilan, baik itu serangan kejutan atau berpura-
pura mati. Bagaimanapun, satu-satunya kemampuan kalian yang saya yakini melebihi integrity
knight, adalah kelicikan kalian ... tidak, bagaimana kalian lebih terbiasa dengan manuver
pertempuran yang sebenarnya."

Sebelum Eugeo yang tampak agak marah bisa menjawab, aku menimpali dengan kata 'saya
sangat setuju'.

"Saya berharap kita bisa berjuang sampai akhir hanya dengan tipu daya, tapi ... sayangnya, sisi
mereka memiliki keuntungan sebagai tuan rumah. Kita harus bersiap untuk serangan frontal. Itu
membawa saya ke poin saya, Kardinal. Saya ambil apa yang Anda katakan sebelumnya, yang
'menyediakan peralatan yang setara dengan integrity knight', pada dasarnya itu berarti bahwa
Anda akan mengeluarkan senjata atau armor dari kelas instrumen suci?"

Ini mungkin situasi yang tegang, tapi jiwa, sebagai anggota kelompok penyelesai, yang telah
terukir di dalam diriku benar-benar bergetar akan kata 'senjata terkuat'. Ketika jantungku
berdetak cepat saat aku mengantisipasi kata-kata Kardinal, gadis itu membuat wajah jengkel
untuk pernyataan itu dan menyuarakan perkataan tumpul untuk pernyataan itu.

"Bodoh, hal apa yang telah mereka memasuki telinga Anda? Lihat di sini, penciptaan objek
peringkat tinggi membutuhkan ..."

"―Jadi begitu... kompensasi dari suatu obyek dengan kelas yang setara diperlukan ... kan ..."
"Jangan beri saya wajah itu, wajah seperti seorang anak yang menjatuhkan camilan! Anda
membuat saya mulai meragukan keputusan saya memilih kalian berdua. Di tempat pertama,
Anda seharusnya tahu bahwa senjata bukanlah sesuatu yang dapat dikontrol secara bebas. Tidak
peduli seberapa kuat senjata yang saya berikan, Anda tidak bisa berharap untuk menang
melawan orang-orang dari integrity knight, potongan-potongan peralatan kesayangan mereka
yang diperlakukan sebagai daging dan darah mereka, dan semangat mereka yang telah ada
selama puluhan tahun."

Aku teringat cambuk Eldrie, yang dengan bebas bisa meluncur di udara, seperti ular perak, dan
aku hanya bisa mengangguk. Itu benar, bahkan di SAO, itu adalah hal yang tabu untuk segera
mengeluarkan senjata langka ke pertarungan yang sebenarnya hanya karena kamu menemukan
satu.

Ketika aku tertekan, merasa tidak seperti anak yang menjatuhkan camilan, tapi anak yang
menjatuhkan seluruh kue natal, Kardinal melanjutkan dengan perpaduan antara mimik jijik dan
kasihan di wajahnya.

"Di tempat pertama, Anda dan Eugeo sudah memiliki pedang kalian sendiri, cukup kuat hingga
saya tak perlu membuatnya lagi, kan?"

"Eeh!"

Eugeo bereaksi kali ini.

"Apa Anda akan mengembalikan mereka untuk kami!? Pedang Blue Rose saya dan ... pedang
hitam Kirito!?"

"Mau bagaimana lagi. Kedua pedang itu benar-benar instrumen suci sejati. Pedang pertama,
senjata yang hanya ada empat di dunia, hanya digunakan oleh naga ksatria; pedang kedua, esensi
dari pohon iblis yang terus menyerap sumber daya dari daerah yang luas selama beberapa ratus
tahun ... langsung menciptakan senjata pada kelas yang sama seperti itu akan menjadi tugas yang
sulit bahkan bagi Administrator dan saya. Lagipula, kalian berdua sudah cukup terbiasa
menggunakan dua pedang tersebut."

"Oh, ayolah ... jika Anda bisa melakukan itu, katakanlah sebelumnya."

Aku menarik napas lega sambil menyandarkan punggungku ke rak buku di sisiku. Aku setengah-
meninggalkan keinginan untuk mengembalikan kedua pedang berharga yang disita dari kami
sebelum kami dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, tapi aku sama sekali tak akan
mengeluh jika mereka dikembalikan kepada kami.
"Tapi ... walau Anda berbicara tentang mengembalikan mereka, mustahil untuk menteleport
mereka secara langsung ke sini, kan?"

"Ya, tampaknya Anda akhirnya mengerti."

Setuju dengan kata-kataku, Kardinal menyilangkan lengannya dengan ekspresi yang rumit.

"Saya berani mengatakan kalau kedua pedang itu disimpan di lemari besi peralatan di lantai tiga
katedral. Itu hanya tiga puluh mel ... tiga puluh meter atau lebih dari pintu terdekat, tapi seperti
yang Anda lihat sebelumnya, pintu yang terhubung ke dalam tower tidak dapat dibuka untuk
kedua kalinya. Serangga yang dibuat oleh Administrator untuk mencari saya akan segera
berkerumun di sana, tahu ... karena itu, saya tidak punya pilihan selain untuk mengeluarkan
kalian berdua dari pintu itu dan mengeluarkan kedua pedang itu dari lemari besi peralatan,
kemudian kalian naik ke menara. Untungnya, ada tangga besar di depan lemari besi peralatan. "

"Hmm ... mulai dari lantai tiga, huh ... Ngomong-ngomong, lantai berapa ruang Administrator
berada?"

"Katedral Pusat tumbuh lebih tinggi tahun demi tahun, tahu ... seharusnya hampir seratus lantai
pada saat ini ..."

"Hyaa ..."

Tenggorokanku tidak sengaja tercekik. Menara batu putih raksasa yang dibangun di tengah-
tengah Centoria tentu cukup tinggi untuk dilihat puncaknya dari kota manapun―tapi aku tidak
berpikir itu benar-benar memiliki tinggi seperti gedung pencakar langit di dunia nyata. Kami
tidak akan bertarung di setiap lantai, kan; aku tanpa sadar mengatakan itu selagi merasa agak
sedih mendengarnya.

"Ermm, tidak bisakah kita mulai dari lantai lima puluh atau sesuatu ...?"

"Itu tergantung pada sudut pandangmu, Kirito."

Orang yang menyela dengan senyum pahit adalah Eugeo, yang sepuluh kali lebih optimis
daripada aku.

"Musuh yang akan datang pada kita mungkin akan berpisah sesuai dengan panjang jarak."

"Ah, uh, yah, itu mungkin benar, tapi ..."

Menggerakkan punggungku ragu-ragu, aku duduk di lorong sebelum dengan datar berdehem.
"... Yah, aku naik tangga terbuka di Tokyo Tower tua ..."

"Hah?"

"Tidak, tidak apa-apa. ―Saya rasa rencana operasi kita telah diputuskan untuk saat ini, kalau
begitu. Pertama, kita akan mengambil pedang dari lemari besi peralatan. Dan dengan kedua
pedang itu, kita mengalahkan integrity knight yang muncul saat kita mendaki menara. Jika kita
menemui Alice, kita akan membuatnya tertidur dengan belati dan mengirimnya ke Ruang
Perpustakaan Besar. Jika kita mencapai lantai keseratus, kita menusuk Administrator dengan
belati juga dan mengambil fragmen memori Alice. "

Kata tenang kardinal keluar, akhirnya bersiap untuk yang terburuk.

"Sayangnya, ada satu hal lagi yang perlu dilakukan."

"Eh ... ap-apa?"

"Pedang kalian tentu kuat, tapi kalian tidak akan mengalahkan integrity knight hanya dengan itu.
Itu karena mereka memiliki teknik mengerikan untuk memperkuat kemampuan senjata mereka
beberapa kali."

"Ah ... apa itu «sihir mengontrol penuh persenjataan»...?"

Kardinal dengan singkat mengangguk pada suara serak Eugeo.

"Senjata dari kelas instrumen suci mewarisi properti dari objek yang berfungsi sebagai
kompensasi. «Frost Scale Whip» Eldrie yang kalian berdua lawan adalah penguasa danau
terbesar di kerajaan timur, ular putih berkepala dua, yang Administrator tangkap hidup-hidup dan
mengubahnya menjadi senjata. Namun, senjata itu memiliki parameter, kelincahan ular,
ketajaman sisiknya, dan ketepatan bidikan aslinya, bahkan setelah ular itu menjadi cambuk bisu.
Sihir kontrol penuh mengeluarkan semua hal yang disebut «memori senjata», mewujudkan
kekuatan ofensif yang lebih kuat yang pada awalnya mustahil dilakukan."

"Uhn, jadi cambuknya yang menjadi ular bukan karena sihir ilusi atau sesuatu seperti itu, huh ..."

Aku merintih saat aku mengusap dadaku yang terkena cambuk Eldrie dengan ujung jariku.
Sambil berdoa agar ular putih itu tidak memiliki racun yang tertunda, aku memajamkan
telingaku pada penjelasan Kardinal yang terus berlanjut.

"Setiap integrity knight menguasai sihir kontrol penuh untuk senjata yang diberikan kepada
mereka oleh Administrator. Termasuk pelatihan merapal dalam kecepatan tinggi agar mereka
tidak terjebak dalam ritual pembacaan sihir yang panjang. Saya rasa kita benar-benar tidak
memiliki waktu untuk melakukan latihan itu, tapi kemenangan tidak akan benar-benar
didapatkan jika kalian berdua setidaknya tidak belajar sihir kontrol penuh untuk pedang kalian
masing-masing."

"Tidak ... pedang hitam saya bukanlah binatang, tapi hanya pohon besar, tahu ...? Apa itu
memiliki memori untuk dilepaskan?"

"Tentu. Belati yang saya berikan sebelumnya juga sama, mereka mampu membuka saluran pada
saya saat sebuah serangan dikeluarkan, melalui proses yang identik dengan sihir kontrol penuh,
mereka memiliki memori, atau properti dengan kata lainnya, sebab mereka berasal dari rambut
saya. Tak usah dikatakan bahwa bentuk pedang anda sebelumnya, Gigas Cedar, juga memenuhi
syarat memori dan asal Pedang Blue Rose Eugeo, sebuah blok es abadi, juga sama."

"Itu ... itu hanya es?"

Eugeo juga membuka mulutnya dalam keadaan linglung. Itu wajar, sebab walau aku harus
menyebutkan sifat es, aku tidak bisa memikirkan sifat lain selain dari «sangat dingin». Aku
memiringkan kepalaku dalam kebingungan, tapi tetap saja, salah satu dari dua dewa di dunia ini
mengatakan itu, jadi aku hanya bisa menerimanya.

"Yah ... jika Anda mengajarkan kami ritual sihir itu, itu mungkin akan dapat digunakan, walau
itu sihir kontrol penuh untuk pedang kami. Saya akan benar-benar bersyukur jika saya
mendapatkan gerakan khusus, apa sihirnya?"

Tapi jawabannya di luar dugaanku sekali lagi.

"Jangan berperilaku seperti anak manja! Saya akan menjelaskan ritual sihirnya, tapi Anda
sendirilah yang memutuskan akan seperti apa tekniknya!"

"Eh ... eeh! Mengapa!?"

"Tidak cukup kalau hanya sekedar mengatakan «lepaskan memori», esensi dari sihir kontrol
penuh persenjataan. Pemilik harus dengan kuat mengimajinasikan bentuk pelepasan dari senjata
kesayangannya ... Anda harus mengingat. Daripada menyempurnakan sihir kontrol itu sendiri,
proses mengingat bisa dikatakan menjadi kekuatan yang lebih berpengaruh. Bagaimanapun,
kekuatan imajinasi ... yaitu, «inkarnasi», adalah prinsip dasar di balik dunia ini ... "

Aku bahkan tidak bisa mengerti lebih dari separuh perkataan Kardinal. Terutama kata,
'inkarnasi', yang aku tidak tahu apakah itu berasar dari Bahasa Suci atau Bahasa Umum dan
mencoba untuk menanyakan maknanya, tapi aku merasakan nyeri pada sudut ingatanku sebelum
aku bisa menanyakannya.
Itu adalah ... ya, sekitar dua bulan yang lalu. Ketika aku tenggelam dalam depresi saat kuncup
bunga zephyria hancur dan bertebaran di taman bunga asrama siswa pemula Master Sword
Academy, seseorang ... tidak, itu bukan hanya seseorang. Familiar laba-laba kecil hitam
Kardinal, Charlotte, memanggilku. 'Setiap ritual sihir tidak lebih dari inkarnasi, itu adalah, alat
untuk memandu dan mengatur mental imajinasimu', katanya.

Aku mengimajinasikan sebuah gambar berdasarkan kata-katanya. Membayangkan energi


kehidupan dilepaskan dari keempat bunga suci besar di taman bunga sekitarnya dan mengalir ke
bibit yang tersisa di tanah. Meski aku tidak mengucapkan satupun kata ritual sihir, cahaya hijau
memenuhi udara dan menyelimuti bibit ... dan dengan itu, zephyrias dihidupkan kembali.

Ya, itu pasti «proses ingatan» yang Kardinal bicarakan. Aku akan setuju jika itu yang terjadi, aku
ragu itu mungkin untuk mengekspresikan semua fenomena semacam itu dalam ritual sihir.

Mungkin setelah membaca pikiran batinku, Kardinal mengangguk sekali dengan ekspresi serius,
kemudian mengarahkan matanya pada Eugeo, yang masih bingung, dan berbicara.

"Ikuti saya. Istirahat sebentar, dan kita akan melakukan ritual sihir itu bersama-sama nanti."

Setelah meninggalkan koridor buku sejarah dan turun beberapa tingkat, kami kembali ke ruang
bundar di lantai pertama Ruang Perpustakaan Besar di mana aku pertama kali dibawa.

Di tengah meja ada banyak manjuu dan sandwich yang masih tersisa di atas piring dan juga uap
yang masih ada di atasnya meski sudah lebih dari dua jam ditinggal. Ternyata itu tidak hanya
sebuah sihir yang digunakan untuk memulihkan Nyawa orang-orang yang memakannya, tapi
juga sihir untuk selamanya mencegah mereka menjadi dingin.

Wajar jika nafsu makanku bangkit kembali setelah melihat itu, tapi aku merasa sulit untuk
memakannya sekarang karena aku tahu kalau makanan itu berasal dari buku di rak buku
sebelumnya. Menatap Eugeo dan aku, yang masih berdiri dengan pikiran yang saling
bertentangan dalam diri kami, Kardinal dengan dingin berbicara.

"Sepertinya makanan itu akan menjadi penghalang, saya akan menghilangkannya jika kalian
tidak mau memakannnya."

"T-Tunggu, tolong taruh mereka di tempat yang tak bisa kami lihat untuk saat ini. Kami akan
menyimpannya untuk nanti ketika kami keluar dari sini."
Gadis itu dengan ringan menggeleng dan membawa tongkat di tangan kanannya pada kata-kata
keras kepalaku. Dengan satu ketukan pada tepi meja, piring besar tenggelam ke dalam meja
bersama dengan berbagai manjuu.

Di tempat mereka, tiga kursi dengan sandaran kembali muncul dari lantai dan Kardinal
melambaikan tangannya untuk meminta kami duduk. Duduk, aku menatap meja yang rapi-dan-
bersih-sekarang tanpa ada apa-apa di atasnya.

Itu tidak seperti aku sedang berusaha untuk memanggil kembali manjuu; Aku sedang mencoba
untuk memvisualisasikan bentuk pedang kesayanganku yang saat ini tidak ada―nama
sementaranya, «si hitam». Namun, karena fakta aku hampir tidak memiliki banyak kesempatan
untuk memegangnya, aku tidak mampu untuk menirunya dengan sempurna, sampai ke detailnya.

Mencoba hal yang sama seperti diriku dan tampaknya merasakan penderitaan yang sama, Eugeo
yang duduk di sampingku berbicara dengan ekspresi galau.

"... Kardinal-san, apa ini benar-benar mungkin? Memvisualisasikan bentuk pedang yang benar-
benar ga ada di sini ..."

Namun, Kardinal memberikan jawaban yang tak terduga saat ia duduk di sisi yang berlawanan.

"Lebih baik kalau ga ada di sini. Jika benar-benar di depan mata Anda, mental imajinasi Anda
akan membeku di sana. Tangan atau bola mata anda tidak perlu untuk merasa, mendekati, dan
melepaskan memori pedang anda. Jika Anda bisa melihatnya di mata pikiran Anda, itu sudah
cukup."

"Mata ... pikiran, huh ..."

Bergumam, aku mengingat saat bibit zephyria dihidupkan kembali sekali lagi. Jika aku benar,
aku tidak menyentuh dan menatap satupun dari keempat bunga suci besar yang membagi
kehidupan mereka, maupun zephyrias yang di ambang kematian saat itu. Aku hanya percaya dan
memvisualisasikannya. Untuk kekuatan hidup meluap, mengumpul, dan mengalir masuk.

Sepertinya Eugeo mencapai pemahamannya sendiri juga, karena dia memberi beberapa
anggukkan kecil. Gadis berjubah itu menatap kami, samar-samar tersenyum, dan kemudian
berbicara.

"Bagus. Sekarang, pertama visualisasikan dengan kuat pedang kesayangan kalian berada di atas
meja. Jangan berhenti sampai saya memberi isyarat."

"... Saya mengerti."


"Saya akan melakukan apa yang saya bisa."

Eugeo dan aku menjawab pelan, lalu menegakkan diri di atas kursi dan menjatuhkan pandangan
kami ke meja.

Aku menyerah sekitar lima detik sebelumnya, tapi aku terus menatap kali ini. Tidak perlu
terburu-buru. Aku akan mulai dengan membersihkan pikiranku.

«Si Hitam». Sekarang aku berpikir tentang hal itu, itu agak menyedihkan karena ia dipanggil
oleh julukan setengah-setengah seperti itu, tidak, nama sementara sampai sekarang.

Itu pada hari ketujuh bulan ketiga ketika bahan dasarnya, cabang dari atas pohon besar, Gigas
Cedar, dipoles menjadi bentuk pedang setelah satu tahun penuh, melalui hasil karya pengrajin di
ibu kota, Sadore. Hari ini adalah hari kedua puluh empat bulan kelima, jadi itu bahkan belum
tiga bulan sejak ia menemaniku. Selain pemeliharaan dan latihan, aku mencabutnya dari
sarungnya sekali untuk melawan kepala swordsman-dalam-pelatihan tahun sebelumnya, Uolo
Levanteinn, dalam pertandingan dan sekali untuk melawan kepala swordsman-dalam-pelatihan
tahun ini, Raios Antinous, di pertempuran sesungguhnya. Itu saja.

Namun, di kedua waktu itu, pedang hitam membantuku menang dengan menunjukkan kekuatan
yang hanya bisa dikeluarkan oleh kehendak pedang. Terlepas dari fakta bahwa akulah orang
yang menebang bentuk asalnya, Gigas Cedar. Pengenalan kami mungkin benar-benar dangkal,
tapi rasa persatuan dan ketetapan hati ketika aku memegang gagangnya dan melepaskan skill
pedang tidak akan kalah dengan pedang kesayanganku di masa lalu.

Meski demikian, alasan mengapa aku ragu untuk memberikan pedang hitam itu nama karena aku
merasa kontras dengan senjata yang Eugeo miliki, «Pedang Blue Rose», ketika mereka saling
dibariskan ... mungkin .

Putih dan hitam. Bunga dan pohon. Dua pedang dengan bagian yang sama dan berlawanan.

Tidak ada dasar untuk itu, tapi aku selalu terikat oleh satu firasat sejak aku berangkat dari Desa
Rulid, dua tahun yang lalu. Bahwa Pedang Blue Rose dan pedang hitam mungkin saja akan
ditakdirkan untuk saling beradu suatu hari nanti.

Pikiranku mengatakan hal itu seharusnya tidak terjadi. Karena pemilik pedang, Eugeo dan aku,
tidak memiliki satu alasan pun untuk saling bertarung. Namun di sisi lain, hatiku memberitahu
bahwa hal itu tidak berlaku untuk pedang itu sendiri. Bagaimanapun, batang Gigas Cedar
ditebang oleh Pedang Blue Rose dan jatuh ke tanah karena itu ...

Aku terus memvisualisasikan bentuk pedang hitam ke atas meja meski kenangan dan kecemasan,
daripada kekosongan, mengisi pikiranku. Ujung pedang sederhana yang berbentuk kerucut
terpotong .. Pegangan yang berbalut kulit hitam. Badan dengan kurva yang kuat. Sulit dipercaya
bahwa mata pisau yang agak tebal dan transparan, seperti kristal hitam itu, awalnya adalah
pohon. Cahaya yang bersinar dalam, membuat tepi dan sudut, setajam pisau, dan berkilau dengan
indah ...

Bentuk setiap bagian dari pedang ilusi bergetar kabur pada awalnya, tapi mulai stabil saat
pikiranku memudar. Segera, itu memiliki ketangguhan, berat, dan bahkan kehangatan, dan mulai
melepaskan aura padat di atas meja.

Ketika aku hanya terus menatap pedang mengkilap itu, aku mendengar suara dari suatu tempat.

"Lebih dalam. Bayangkan lebih dalam. Sampai Anda merasakan memori pedang yang
tersembunyi, esensi dari keberadaannya."

Kegelapan pedang menyebar tanpa suara. Menyelimuti meja dan lantai, rak buku dan lampu di
sekitarnya, itu menelan dunia dalam kegelapan. Sebelum aku tahu, hanya pedang dan aku yang
tetap ada di ruang redup dan tak terbatas ini. Pedang hitam diam-diam naik, berhenti bergerak
dengan badannya di bawah dan ujungnya di atas. Tubuhku bergetar dan terjatuh, kesadaranku
tersedot ke dalam pedang.

Ketika kesadaranku kembali, aku berubah menjadi pohon cedar, berakar ke bumi dengan dingin.

Sebuah hutan lebat mengelilingiku. Tapi untuk beberapa alasan, tidak ada satupun pohon yang
tumbuh di sekitar. Aku berdiri sedih di tengah lingkaran kosong dan lebar ini. Aku mencoba
memanggil lumut dan pakis yang menutupi tanah di kakiku, tapi tidak ada jawaban.

...... Sunyi.

Kering, perasaan kesepian, memenuhi diriku. Ingin menggesekkan cabangku terhadap cabang
dari pohon lain, aku dengan semangat menggerakkan mereka setiap kali angin bertiup, tapi
sayangnya, mereka tidak dapat mencapainya.

Mereka dapat mencapainya jika aku meregangkannya lebih jauh. Dengan itu dalam pikiran, aku
menyerap energi bumi dari akarku dan energi matahari dari daunku dengan semua yang aku
miliki. Seketika, batangku mengembang tebal dan cabangku tumbuh panjang. Daunku, yang
seperti jarum runcing, mendekati daun hijau bercahaya oak konara yang tumbuh paling dekat.

Namun, aah, sungguh malang. Daun-daun oak konara layu tepat sebelum aku menyentuhnya,
semua jatuh ke tanah dalam pusaran. Bahkan cabang dan batangnya kehilangan kelembaban dan
membusuk, mengering, dan tak lama runtuh dari akarnya. Bukan hanya konara. Pohon-pohon
lain yang berdiri di sekitar tanah kosong layu dan mati satu demi satu, runtuh. Lumut segera
menghilang.
Aku berduka sesaat di tengah-tengah tanah kosong yang semakin meluas, dan menyerap energi
dari tanah dan matahari sekali lagi. Batangku menderit seperti membengkak keluar, cabangku
berderit saat mereka memanjang ke segala arah. Aku beralih ke Machilus terdekat berikutnya,
putus asa menjangkaunya dengan daunku.

Tapi sekali lagi, daun pohon itu layu dan batangnya membusuk, setelah kehilangan hidupnya,
dan jatuh sebelum aku melakukan kontak. Dengan pohon di sampingnya. Dan yang setelahnya.
Pohon-pohon ambruk satu demi satu dan tanah kosong mengembang lagi.

Pohon-pohon di dekatnya akhirnya layu karena aku menyerap energi dari bumi dan matahari
dalam upayaku memperpanjang cabangku. Bahkan setelah memahamai itu, aku tidak menyerah
membuat kontak dengan pohon yang lain. Sudah berapa kali hal ini diulang? Sebelum aku tahu
itu, aku menjadi beberapa puluh kali lebih besar dari pohon-pohon di hutan dan lahan meluas
beberapa puluh kali dari ukuran aslinya. Dan hal yang sama berlaku untuk kedalaman rasa
kesendirianku.

Tidak peduli seberapa jauh cabangku memanjang, hari ketika ujung daunku mencapai daun
pohon lainnya tidak akan pernah datang. Pada saat aku menyadari itu, aku tidak bisa kembali
lagi. Daun dan cabangku, menjulang tinggi di atas hutan, terus memonopoli sejumlah besar sinar
matahari melawan kehendakku, dan akarku di dalam tanah, terus menyerap sejumlah besar
energi dari bumi. Lahan kosong dan dingin terus meluas hari demi hari dan pohon-pohon terus
mati, satu demi satu ...

"Baik, itu sudah cukup."

Tiba-tiba, aku mendengar suara itu dan keluar dari pohon cedar.

Hanya dalam sekejap, pemandangan di sekitar kembali ke Ruang Perpustakaan Besar di mana
aku berada. Rak buku tak berujung disinari oleh lampu cahaya oranye. Lantai batu dipoles.
Sebuah meja bundar―dan di atasnya, ada dua pedang. Mereka «si hitam» ku dan «Pedang Blue
Rose» Eugeo. Mereka tampak persis seperti yang asli, tapi itu tidak mungkin. Kedua pedang
kesayangan kami telah disita ketika kami dibawa ke Katedral.

Ketika aku menatap pedang putih dan hitam kebingungan, sebuah tangan kecil terulur dari
seberang meja dan memegang pegangan pedang hitam terlebih dahulu. Pedang tiba-tiba bergetar
dan menghilang tanpa suara.

Selanjutnya, tangan itu menyentuh Pedang Blue Rose di sampingnya. Itu juga menghilang dalam
sekejap, seolah tersedot ke dalam telapak tangannya.

"...... Ya. Saya dapat mengkonfirmasikan bahwa saya telah menerima «memori senjata» yang
telah kalian alami."
Mengangkat kepalaku pada suara yang tampak puas itu, mataku bertemu mata dari gadis
berjubah hitam yang duduk di seberang―gadis bijak, Kardinal. Lalu, aku akhirnya menyadari
bahwa aku tampaknya telah jatuh ke dalam keadaan tak sadarkan diri. Ketika aku melihat ke
samping, mata hijau Eugeo yang tanpa tujuan mengembara lagi, tapi tiba-tiba tubuhnya bergetar
dan dia berkedip beberapa kali.

"... Huh ... Aku berada di puncak gunung tertinggi di pegunungan ujung ..."

Secara naluriah aku memanggil partnerku, yang masih bergumam beberapa kata samar, sambil
tersenyum kecut.

"Jadi kamu pergi ke suatu tempat seperti itu?"

"Ya. Itu adalah tempat yang sangat dingin dan benar-benar sepi ..."

"Ayolah, ini bukan waktunya untuk bersantai."

Dimarahi karena aku hendak mengobrol, aku menegakkan postur tubuhku. Ketika aku diam-
diam mengintip sisi lain meja, kelopak mata gadis muda itu tertutup di belakang kaca matanya.
Alisnya sedikit diturunkan, menunjukkan bahwa dia sedang memikirkan sesuatu, tapi akhirnya,
dia mengangguk ringan dan berbicara.

"Fm ... Daripada menggunakan teknik, tampaknya lebih baik untuk memprioritaskan
kesederhanaan ritual sihir. Sekarang, Kirito, mari kita mulai dengan pedang Anda dahulu."

Dia dengan ringan mengetuk meja dengan ujung jari di tangan kirinya dan selembar perkamen
diam-diam muncul di atasnya. Dia menyentuh perkamen kosong dengan telapak tangan
kanannya kali ini, dengan lembut menyapu dari atas ke bawah.

Hanya dengan itu, sebuah ritual sihir, dengan panjang lebih dari sepuluh baris, muncul di
atasnya. Memutar perkamen ke sekitar, ia menaruhnya di depanku. Mengulangi tindakan tersebut
sekali lagi, dia memberikan lembar kedua di depan Eugeo.

Aku dan partnerku saling bertukar pandang, kemudian menatap lembaran perkamen di depan
kami pada waktu yang sama.

Karakter, yang ditulis dengan tinta biru-hitam dan script rapi, sepenuhnya Berbahasa Suci, yang
berarti hurufnya sama sekali bukan Berbahasa Umum atau Jepang. Ini mengikuti format
ortodoks untuk ritual sihir suci, dengan nomor baris di sebelah kiri dan teks di sebelah kanan.
Aku membalik-balik teks, yang dimulai dengan [sistem panggilan] pada baris pertama dan
berakhir dengan [meningkatkan persenjataan] di baris kesepuluh, saat aku menghitung jumlah
kata, semuanya berjumlah lebih dari dua puluh lima kata.
Benar, ini mungkin lebih pendek daripada sihir kontrol penuh untuk «Frost Scale Whip» yang
Integrity Knight Eldrie gunakan, tapi menghafal semua ini sungguh sangatlah sulit.

"Er-ermm ... apa saya juga memakai ini ..."

"Tak perlu mengatakan tidak bisa. Anda harus tahu bahwa bahkan anak ayam di akademi, para
siswa, tidak diizinkan untuk melihat buku mereka selama praktek yang sebenarnya."

Setelah menolakku dengan wajah jengkel, Kardinal melanjutkan.

"Pertama, jika Anda mengambil sebuah benda yang berhubungan dengan ruang perpustakaan ini
keluar dan jatuh ke tangan musuh, ada kemungkinan ruang isolasi ini akan hancur."

"L-Lalu belati yang kami dapatkan sebelumnya ..."

"Keduanya berhubungan dengan saya, jadi tidak akan menimbulkan masalah. Ayolah, berhenti
mengeluh dan hafalkan. Eugeo sudah mulai tuh."

Aku melihat ke samping dengan shock dan seperti yang sudah kuduga darinya, Eugeo sedang
memamerkan kekuatan siswa terhormatnya, menatap tajam pada perkamen seolah dia
mengkonsumsinya dan menggerakkan bibirnya dengan gerakan kecil. Pasrah dan aku
mengalihkan mataku ke teksku sendiri, Kardinal tanpa ampun menambahkan petunjuk
selanjutnya.

"Batas waktunya tiga puluh menit, pastikan sudah menghafalnya sebelum itu."

"T-Tidak mungkin, ini tidak seperti ujian akademi ... bagaimana kalau lebih sedikit ..."

Saat aku mulai mengkritik dan hampir menyerah, Kardinal berteriak lagi.

"Tolol! Perhatikan, kalian berdua dimasukkan ke penjara bawah tanah dan pedang kalian disita
kemarin, sekitar pukul sebelas pagi. Dan hak kepemilikan ulang akan gagal jika dua puluh empat
jam berlalu sejak saat itu, jadi anda akan kehilangan kesempatan untuk menggunakan sihir
kontrol penuh."

"Ah ... i-itu benar. Ngomong-ngomong, jam berapa sekarang ...?"

"Jam tujuh sudah lama lewat. Hampir tidak akan ada waktu yang tersisa jika kita memprediksi
kalau kalian membutuhkan waktu dua jam untuk mengambil pedang kalian."

"...... M-Mengerti."
Kali ini, aku menguatkan tekadku dan mulai memelototi garis perintah dengan serius.

Untungnya, sihir suci Underworld ditulis dalam bahasa Inggris yang familiar tidak seperti
Alfheim Online. Kalimatnya juga dekat dengan bahasa pemrograman, jadi mungkin bagiku
untuk mengingatnya dengan pemahaman.

Ritual sihir yang ditulis oleh Kardinal ① nyatakan referensi ke data yang tertanam dalam objek
(yaitu memori senjata) yang disimpan di dalam memori utama; ② memilih hanya bagian yang
diperlukan dan memodifikasi mereka; ③ berikan mereka pedang, seperti sebelumnya, untuk
memperkuat kemampuan ofensif; tampaknya telah disusun dalam tiga proses. Sebagai teknik, itu
dekat dengan «penahan imajinasi percobaan menulis ulang» yang kulakukan pada bunga
zephyria saat aku masih siswa pemula, tapi ritual sihir ini penuh dengan kosakata yang tidak ada
dalam buku pelajaran akademi, jadi mustahil untuk menulisnya tanpa mengetahui semua perintah
seperti Kardinal.

Aku membuat sebagian kepalaku tetap berpikir tentang topik yang berkaitan bahkan saat aku
menghafal sepuluh baris ritual sihir dalam pikiranku.

Para peneliti Rath yang menciptakan Underworld menyebut sistem data yang
mendokumentasikan semua benda di dunia ini, sebagai «mnemonic visual». Itu bukan istilah
yang baru bagiku, tapi aku menjelaskan strukturnya secara kasar pada Asuna dan Sinon di toko
Agil di Asakusa, Taitoku-ku. Pemahamanku terus tumbuh sejak aku masuk ke dunia ini melalui
observasi dan eksperimen.

Setiap eksistensi di Underworld bukanlah model poligon seperti yang ada di VRMMO saat ini.
Memori batu dan pohon, anjing dan kucing, peralatan dan bangunan, dan semacamnya, dibaca,
disamakan kedudukannya, dan disimpan ke dalam penyimpanan utama, «Main Visualizer», dari
kesadaran orang-orang yang terhubung―tidak, yang tinggal di dunia ini. Dan ketika kebutuhan
muncul, memori itu ditarik keluar dan diberikan kepada orang yang masuk. Bagaimanapun,
membuat zephyrias, yang seharusnya tidak mekar di kerajaan utara, mekar hanya melalui
penulisan ulang data dari «tidak dapat mekar» ke imajinasi «dapat dibuat untuk mekar».

Setiap benda di dunia ini akan disimpan sebagai memori.

Jika benar, akan mungkin untuk melakukan yang sebaliknya dan memodifikasi memori menjadi
obyek juga, kan? Itu akan membuat kejadian yang pernah kulihat, tak dapat dijelaskan,
sebaliknya.

Dua tahun dan dua bulan yang lalu, setelah terbangun di hutan selatan dari Rulid, aku tiba di tepi
sungai Ruhr yang mengalir melalui hutan. Di sana, aku melihat adegan yang terasa terlalu jelas.
Pemandangan akan seorang anak laki-laki dengan rambut kuning muda, seorang gadis dengan
rambut pirang panjang, dan seorang anak laki-laki dengan rambut pendek hitam berjalan di
bawah sinar matahari yang terbenam.

Gambar itu lenyap hanya dalam hitungan detik, tapi itu jelas bukanlah ilusi. Aku masih bisa
dengan jelas mengingatnya sampai sekarang, ketika aku menutup mataku: matahari terbenam
yang berwarna merah, cahaya yang bergoyang pada rambut gadis itu, suara langkah kaki di atas
rumput pendek. Waktu itu, aku pasti memanggil tiga anak itu dari memoriku sendiri. Anak laki-
laki berambut kuning muda itu pasti Eugeo. Gadis berambut pirang itu Alice. Dan anak laki-laki
berambut hitam itu-...

"Sudah tiga puluh menit. Bagaimana?"

Aku menghentikan pikiran yang berjalan di sudut kesadaranku karena suara Kardinal.

Membalik perkamen di atas meja, aku mencoba mengulang bacaan ritual sihir dari awal. Aku
dengan mudah mengingat semuanya sampai akhir meski tidak berkonsentrasi penuh, dan
menjawab, lega.

"Ini mungkin sempurna."

"Itu jawaban yang cukup bertentangan. Bagaimana dengan Anda, Eugeo?"

"Er ... erm, itu mungkin semp .... baik."

"Baiklah."

Setelah mengangguk dengan wajah seperti menahan senyuman pahit, Kardinal menambahkan.

"Saya akan mengatakan ini dulu, tapi kalian tidak boleh menggunakan sihir kontrol penuh
sembarangan, terlepas dari seberapa kuatnya itu. Pedang akan kehilangan sedikit Nyawa mereka
bahkan hanya dengan sekali penggunaan. Tentu saja, kalah karena kamu terlalu pelit dalam
menggunakannya lebih terlarang. Gunakan ketika kalian menilai bahwa itu adalah waktu yang
tepat untuk menggunakannya. Pastikan untuk memasukkannya dengan benar ke dalam
sarungnya agar Nyawanya dapat pulih."

"Ini ... kedengarannya sulit ..."

Gumamku sambil menghela napas, kemudian membuka kembali perkamen di meja. Aku
membaca ritual sihir itu lagi untuk memeriksa dan menyadari sesuatu.

"... Huh? Ritual sihir ini diakhiri dengan kalimat, «tingkatkan persenjataan», kan?"
"Kenapa, Anda memiliki sesuatu untuk dikatakan?"

"T-Tidak, bukan itu yang saya maksud. Jika saya tidak salah, sihir kontrol penuh yang Integrity
Knight Eldrie gunakan ketika kami bertarung dengannya memiliki ritual sihir lain yang
mengikutinya ... Erm, le, le-le ..."

Eugeo menjawab dari samping saat aku ragu dan bingung.

"Lepaskan ingatan ... kan? Ketika ia meneriakkan itu, cambuk menjadi ular. Itu benar-benar
mengejutkan, bukan?"

"Ya, benar. Kardinal, sihir kontrol penuh kami tidak perlu itu?"

"Fm ..."

Gadis bijak berpakaian hitam itu menjawab keraguanku sambil membuat wajah yang tampak
seperti akan mengatakan sesuatu yang mengganggu lagi.

"Begini, sihir kontrol penuh persenjataan memiliki dua tahap. Mereka adalah «penguatan» dan
«pelepasan». Penguatan mengacu pada kebangkitan sebagian memori senjata dan mewujudkan
kemampuan serangan baru. Dan pelepasan mengacu pada ... seperti istilahnya, hal itu
membangkitkan semua memori senjata, melepaskan kekuatan mengamuknya."

"Kekuatan mengamuk, huh ... Jadi begitu. Jadi «Frost Scale Whip» Eldrie dapat memperluas
jangkauan dan berpisah saat diperkuat, dan itu berubah menjadi ular ketika dilepaskan,
menyerang musuh secara otomatis, huh ..."

Mengkonfirmasi kata-kataku dengan sekali berkedip, Kardinal blak-blakan berbicara.

"Itu memang yang terjadi. Namun, saya akan mengatakan ini dahulu, tapi kalian berdua masih
jauh dari kemampuan untuk menggunakan sihir pelepasan."

"Kenapa ... kenapa begitu?"

Gadis itu beralih ke Eugeo, yang mengedipkan matanya karena terkejut, dan melanjutkan dengan
nada tegas.

"Saya bilang itu kekuatan mengamuk, kan? Kemampuan ofensif yang keluar dengan melepaskan
memorinya tentu tidak dapat dikendalikan oleh pendekar pedang yang baru saja belajar ritual
sihir. Apalagi jika itu adalah instrumen suci dengan prioritas tinggi ... itu akan menyeret bukan
hanya musuh, tapi diri kalian juga, dan jika kalian menggunakannya sembarangan, itu bahkan
mungkin akan membahayakan nyawa kalian."
"M-Mengerti."

Eugeo akhirnya patuh mengangguk, menunjukkan bakat siswa terhormatnya dari zaman akademi
kami, jadi aku hanya bisa menganggukkan kepalaku ke atas dan ke bawah. Tapi sepertinya
Kardinal merasakan ketidakpuasanku karena dia menambahkan sambil mendesah.

"Waktu ketika kalian berdua dapat menggunakan sihir pelepasan pasti akan datang ... mungkin,
atau mungkin tidak akan. Pedang akan mengajarkan segala sesuatu. Yah, hanya jika kalian
berhasil mengambil kembali itu, ya."

"Heeh ..."

Kardinal terlihat kesal mendengar jawabanku dan dengan keras memukul tongkat di tangan
kanannya ke lantai.

Dua lembar perkamen di depan Eugeo dan aku tergulung dan menyusut ketat pada saat pikiran
itu datang padaku, mereka sudah berubah menjadi kue panggang yang panjang dan sempit.

"Kalian pasti lapar setelah menggunakan kepala kalian, makanlah."

"Eh ...? Kami tidak akan melupakan ritual sihir yang kami hafalkan kan jika kami memakannya
atau sesuatu seperti itu ...?"

"Bagaimana mungkin sesuatu seperti itu bisa terjadi?"

"O-Oh, oke."

Setelah bertukar pandang dengan Eugeo, kami mengambil kue-kue panggang itu. Kupikir itu
adalah salah satu kue sederhana yang kubeli dan makan di pasar pusat Centoria, yang
dipanggang dari tepung terigu dengan gula yang ditaburkan, tapi itu dipanggang dari adonan pie
dan dilapisi dengan coklat putih, kue yang benar-benar memiliki rasa-dunia-nyata. Ketika aku
menggigitnya, tekstur yang renyah dan manis membanjiri mulutku, air mataku hampir mengalir
karena nostalgia yang berlebihan.

Seolah bersaing satu sama lain, Eugeo dan aku menghabiskannya tanpa sadar dan mengambil
napas dalam-dalam sebelum mengangkat kepala kami dan bertemu mata Kardinal, yang
mengawasi kami dengan tatapan lembut.

Gadis muda bijak itu perlahan mengangguk dan berbicara.

"Sekarang ... sudah saatnya bagi kita untuk mengucapkan selamat tinggal."
Ada beban berat dalam kata-kata singkatnya; aku langsung menggeleng.

"Ketika kami mencapai tujuan kami, Anda bisa keluar dari sini, kan? Menyebutnya perpisahan
terlalu berlebihan ..."

"Fm, saya kira itu benar. Jika semuanya berjalan seperti yang direncanakan, ya ..."

"......"

Benar, jika kami dikalahkan oleh integrity knight di tengah-tengah pertempuran saat menuju
lantai atas katedral, Kardinal akan sekali lagi diuji kesabarannya dalam Ruang Perpustakaan
Besar ini. Tahap percobaan beban mungkin akan tiba sebelum dia menemukan rekan kerjasama
lain dan Dunia Manusia akan tenggelam dalam lautan darah dan api.

Tapi bagi orang yang mengetahui akhir tragis seperti itu, senyum Kardinal benar-benar tenang
dan aku diserang oleh sensasi yang mencengkeram dadaku. Gadis itu memberiku, yang dengan
kuat sedang mengunyah bibirku, anggukkan yang hampir tak terlihat dan dengan lembut
berpaling.

"Ayo, tidak ada waktu. Ikuti saya ... Saya akan mengirimkan kalian dari pintu terdekat ke kubah
peralatan di lantai tiga katedral."

Bagian dari ruang tengah lantai pertama Ruang Perpustakaan Besar hingga pintu masuk ruangan,
terhubung ke banyak pintu, yang terlalu pendek.

Aku tidak melakukan apapun selain menatap punggung kecil Kardinal, saat dia berjalan di
depan, dengan Eugeo yang mengucapkan ritual sihir untuk sihir kontrol penuh di sisiku.

Aku ingin berbicara denganya lagi. Dan aku ingin tahu lebih banyak tentang apa yang ia rasakan
dan pikirkan dalam periode waktu dua ratus tahun lebih yang telah ia habiskan. Aku sangat ingin
melakukannya; emosi itu bahkan memenuhi tenggorokanku, tapi Kardinal melangkah tegas,
tidak memaafkan sedikitpun keraguan, dan aku tidak bisa melakukan apa-apa selain berjalan
dalam diam.

Setelah menuntun kami ke ruangan besar familiar dengan banyak lorong berbaris di tiga
dindingnya, Kardinal menuju satu lorong, yang membentang dari dinding kanan, dengan cara
yang sama. Dia berjalan selama sepuluh meter atau lebih dan saat dia hendak mencapai satu
pintu di akhir, pintu yang sederhana dan dibangun ke dalam dinding, ia tetap berdiri dan berbalik
ke arah kami.
Senyum di bibir berwarna bunga sakuranya selalu terlihat lembut. Mulutnya, yang sepertinya
mengandung semacam kepuasan, bergerak dan suara yang jelas mengalir keluar.

"Eugeo ... dan Anda, Kirito. Nasib dunia ini dipercayakan kepada kalian berdua sekarang.
Apakah itu akan tertutup dalam api neraka ... atau tenggelam dalam ketiadaan mutlak, atau
mungkin ..."

Menatap lurus ke mataku, dia melanjutkan.

"―Kalian menemukan jalan ketiga. Saya sudah menyampaikan semua yang saya bisa,
mengingat semua yang saya bisa. Kalian hanya harus menyusuri jalan yang kalian yakini."

"... Terima kasih banyak, Kardinal-san. Kami pasti akan mencapai puncak katedral ... dan
mengembalikan Alice seperti semula."

Eugeo dengan tegas berbicara dengan suara yang dipenuhi tekad.

Kupikir aku seharusnya mengatakan sesuatu juga, tapi aku tidak bisa menemukan kata-kata.
Sebaliknya, aku malah membungkuk dengan dalam.

Setelah Kardinal mengangguk, ia menghapus senyumnya dan memegang gagang pintu dengan
tangan kirinya.

"Nah sekarang ... pergi!"

Gagang pintu berputar dan pintu terbuka lubar pada kesempatan berikutnya. Melawan angin
dingin kering yang segera bertiup dengan kuat, Eugeo dan aku melompat keluar bersamaan.

Setelah berjalan selama lima, enam langkah seperti itu, suara kecil yang lain datang dari
belakang. Ketika aku menoleh, hanya ada dinding marmer mengkilap dingin yang menghalangi
jalan; pintu yang terhubung ke Ruang Perpustakaan Besar telah lenyap tanpa meninggalkan jejak
sedikitpun.
Bab 8 Katedral Pusat

Bulan ke-5 Kalender Dunia Manusia 380

Part 1

Sungguh perjalanan yang sangat jauh―

Langit-langit yang tinggi, pilar marmer berjejer, dan lantai, menggunakan batu mosaik yang
indah.

Bahkan saat napasnya tertahan setelah mengamati kemegahan interior Katedral Pusat Gereja
Axiom untuk pertama kalinya, Eugeo hanya bisa berpikir seperti itu.

Sampai dua tahun yang lalu, ia percaya kalau hidupnya hanya akan terus menebang pohon secara
sia-sia. Melewati hari-harinya dengan mengenang teman masa kecilnya yang berambut pirang
yang telah lama menghlang, tanpa menikah atau memiliki anak, sebelum memberikan tugas suci
kepada penebang kayu berikutnya, tinggal jauh di dalam hutan seperti itu, dan menunggu
nyawanya berakhir tanpa satu pun orang yang menyadarinya suatu hari nanti.

Namun, pemuda berambut hitam yang tiba-tiba muncul dengan paksa menerobos dunia kecil
yang membatasi Eugeo. Ia berhasil menebang penghalang mutlak yang menyegel jalan menuju
ibukota, Gigas Cedar, dengan metode yang bahkan generasi penebang kayu tidak bisa
bayangkan, sebagai titik penting yang mendekati Eugeo. Untuk terus hidup di desa kecil sambil
mengenang Alice. Atau untuk memulai perjalanan mengembalikan Alice―

Bohong kalua dia bilang dia tidak bingung. Eugeo pertama kali memikirkan keluarganya saat
Gasupht, sang kepala desa, mengatakan bahwa ia bisa memilih tugas suci berikutnya di festival
malam desa.

Sampai saat itu, Eugeo selalu menyerahkan semua upah yang telah ia peroleh dari memotong
Gigas Cedar kepada keluarganya. Pekerjaan mereka adalah menanam gandum, tapi ladang
mereka dibatasi, terutama dalam beberapa tahun terakhir di mana pendapatan langka karena
panen yang buruk. Orang tua dan kakaknya mungkin tidak mengatakannya langsung, tapi
mereka mungkin mengandalkan sebagian pendapatan stabil yang Eugeo peroleh setiap bulan.

Pendapatan sebagai penebang kayu akan hilang ketika Gigas Cedar ditebang. Namun, ia
mungkin bisa menerima perlakuan istimewa dalam memperoleh area di lahan yang baru
dibersihkan, membudidayakan lahan di selatan jika ia memilih untuk menanam gandum sebagai
tugas suci seperti ayah dan kakaknya. Sadar akan kondisi keluarganya, perasaannya tercampur
antara antisipasi dan kecemasan, di sudut keceriaan para pendduduk desa, Eugeo kebingungan.
Tapi itu hanya sesaat. Eugeo terpaksa harus memilih antara reuni dengan gadis dari masa kanak-
kanaknya atau hidup dengan keluarganya, dan ia membuat keputusan. Bahwa ia akan
meninggalkan desa dan menjadi pendekar pedang.

Walau dia memilih menjadi pendekar pedang sebagai tugas suci, ia masih bisa menerima gaji
dari desa jika ia tinggal di Rulid dan menjadi salah satu penjaga. Namun, meninggalkan desa,
berarti berdiri sendiri di atas dua kakinya, jauh dari sisi keluarganya. Uang yang Eugeo berikan
pada keluarganya dan ladang baru yang bisa mereka terima semua terhapus. Alasan mengapa ia
pergi terburu-buru, pada hari setelah festival, karena dia tidak tahan melihat wajah orang tua dan
kakaknya, yang menahan kekecewaan dan ketidakpuasan mereka.

Ada kemungkinan di mana dia bisa memilih untuk memulai hidup baru dengan keluarganya
bahkan setelah berangkat dengan Kirito. Setelah berpartisipasi dalam turnamen pedang di kota
Zakkaria, Eugeo menang bersama Kirito, yang membuatnya mendapatkan hak untuk masuk ke
korps penjaga, dan ia melakukannya. Menahan pelatihan keras selama setengah tahun, mereka
menerima surat rekomendasi untuk mengikuti ujian Master Sword Academy Kerajaan Centoria
Utara dari komandan korps penjaga, tapi ada undangan dari komandan bersama dengan itu.
Jabatan mereka akan naik tahun depan jika mereka tetap bertahan di korps penjaga, dengan
tingkat skill yang mereka berdua miliki, menjadi komandan di masa depan bukanlah mimpi.
Bagaimana nyamannya gaya hidup yang keluarganya akan dapatkan jika dia mendapatkan
pendapatan stabil di Zakkaria dan mengirimkan sebagian kembali ke rumah dengan
mengirimkannya melalui jasa kurir?

Tapi tetap saja, Eugeo dengan sopan menolak undangan Komandan dan memintanya untuk
menulis surat rekomendasi seperti yang direncanakan.

Selagi berjalan ke ibukota, tujuannya, atau setelah mendaftar di Master Sword Academy juga,
Eugeo terus membuat alasan di sudut pikirannya sepanjang waktu. Misalnya, jika dia terpilih
sebagai pendekar pedang perwakilan akademi, meraih kemenangan di Turnamen Persatuan
Empat Kerajaan, dan dilantik sebagai seorang integrity knight, ia bisa membuat orang tua dan
kakaknya hidup dalam kemewahan yang tak terbayangkan. Atau jika ia kembali ke desa,
mengenakan baju besi perak dan menunggangi naga terbang bersama Alice, orang tuanya pasti
memiliki kebanggaan lebih pada dirinya daripada orang lain.

Namun, dengan menghunuskan pedang kepada pendekar pedang elit-dalam-pelatihan, Raios


Antinous dan Humbert Zizek, dua malam yang lalu, Eugeo mengkhianati keluarganya untuk
ketiga kalinya. Pada akhirnya, ia membuang masa depan untuk mendapatkan posisi sebagai
seorang bangsawan kelas pertama jika keadaan memungkinkan ... tidak, itu jauh dari fakta; ia
bahkan membuang statusnya sebagai rakyat biasa dan memilih jalan menjadi seorang kriminal
besar yang melanggar tabu.
Saat itu, Eugeo sadar akan keadaan itu di suatu tempat dalam pikirannya, bahkan ketika ia
merasakan kemarahan yang luar biasa. Jika dia membunuh Raios dan Humbert, dia akan
kehilangan semuanya. Eugeo menghunus pedangnya meski menyadari hal itu. Dia
melakukannya untuk membantu Tieze dan Ronye yang akan diperkosa di depan matanya; ia
melakukannya untuk mempertahankan keadilan yang ia percayai; tapi itu belum semuanya. Dia
ingin melepaskan kemarahan di dalam hatinya; ia ingin membunuh Raios dan Humbert; ia juga
pasti memiliki keinginan-keinginan jahat itu.

Sungguh, benar-benar perjalanan yang sangat jauh―

Dia benar-benar telah berubah dari salah satu dua belas pendekar pedang elit-dalam-pelatihan di
akademi, menjadi musuh dari Gereja Axiom.

Melarikan diri dari pengejaran integrity knight yang menggunakan panah, Eugeo diberitahu
tentang keberadaan buku yang mencatat seluruh sejarah Dunia Manusia dari seorang gadis muda
yang sebelumnya adalah pendeta tertinggi Gereja Axiom di Ruang Perpustakaan Besar misterius
yang ia masuki, dan membacanya seolah ia melahapnya. Karena ia ingin tahu, tidak peduli apa.
Apakah ada manusia yang menghunuskan pedang pada gereja, bertarung dengan integrity
knight, dan melarikan diri jauh ke suatu tempat setelah keinginan mereka tercapai, dalam sejarah
panjang Dunia Manusia.

Sayangnya, ia tidak bisa menemukan satu pun. Pengaruh gereja menyebar jauh dan luas,
menutupi dunia, semua penduduk akan sujud di hadapan otoritas integrity knight, dan tidak
peduli seberapa serius pertengkaran―itu akan mudah ditundukkan, walau itu adalah sengketa
perbatasan antar sesama kerajaan. Tidak ada satu catatan pun dari seseorang yang menghunuskan
pedang pada gereja dan bertarung melawan integrity knight dalam semua buku sejarah, tidak
peduli seberapa keras ia memeriksanya.

... Dengan kata lain, Akulah orang yang paling berdosa dalam tiga ratus delapan puluh tahun
lebih sejak Dunia Manusia diciptakan oleh dewi penciptaan, Stacia.

Saat Eugeo berpikir begitu saat menutup sampul belakang buku, hawa dingin yang menyerupai
es menyerbunya. Jika Kirito tidak kembali pada waktu yang tepat dan memanggilnya, dia
mungkin akan terus meringkuk di sana.

Eugeo harus meyakinkan dirinya berkali-kali, bahkan saat ia mendengarkan kisah misterius
pendeta tertinggi sebelumnya bersama partnernya. Dia tidak bisa lagi kembali ke cara hidup
sebelumnya setelah ia memilih untuk meninggalkan keluarganya, membunuh pria lain, dan
melawan gereja. Dia tidak punya jalan selain bergerak maju, tidak peduli seberapa banyak noda
darah di tangannya, tidak peduli seberapa banyak dosa mencemarkan jiwanya. Demi satu tujuan
yang telah ia tanamkan.
Untuk memulihkan «fragmen hati» yang dicuri oleh pendeta tertinggi saat ini, mengembalikan
Integrity Knight Alice Synthesis Thirty menjadi Alice Schuberg, dan memulangkannya ke Desa
Rulid tercinta.

Namun, keinginannya untuk hidup bersama dengan gadis itu tak bisa lagi tercapai. Satu-satunya
tempat yang dia pikir bisa dia tuju sekarang, dengan banyak kejahatan yang telah dilakukannya,
berada di luar pegunungan ujung, tanah kegelapan yang mengerikan. Tapi itu tidak apa-apa. Tak
ada lagi yang dapat ia harapkan, jika Alice bisa hidup bahagia seperti sebelumnya.

Saat Eugeo mencamkan tekad bisu itu, ia menatap punggung Kirito, yang berjalan di depannya.

... Kalau aku bilang aku akan pergi ke tanah kegelapan, apa dia akan pergi bersamaku ...?

Setelah menanyakan itu tanpa bersuara, Eugeo memaksa dirinya untuk berhenti membayangkan
jawaban partnernya. Berpikir tentang bagaimana masa depan yang mungkin menuggunya,
bersama teman berambut hitamnya itu, yang merupakan satu-satunya orang di dunia ini yang
berada di posisi yang sama dengannya, sungguh luar biasa menakutkan.

Seperti yang dikatakan Kardinal, koridor panjang di depan pintu tadi tiba-tiba memendek.

Dia segera berjalan, selagi tenggelam dalam pikirannya; tidak butuh waktu lama sebelum
mencapai ruang persegi panjang yang luas.

Bagian tengah dinding kanan memiliki tangga, yang sungguh luas, yang terus naik dan turun.
Langit-langit setinggi delapan mel, karena itu, tampaknya ada lebih dari dua puluh langkah
sampai ke tengah tangga.

Dan dinding kirinya ada pintu ganda besar, yang dikelilingi oleh patung binatang bersayap.

Kirito yang berjalan di depan dengan cepat membalikkan telapak tangan kanannya dan
memegang dinding, jadi Eugeo mengikuti dan menekan punggungnya pada pilar batu yang dapat
ia jangkau. Sambil menahan napas, ia memeriksa ruangan luas dan suram ini.

Jika kata-kata pendeta tertinggi sebelumnya benar, pintu besar di sebelah kiri seharusnya adalah
ruang peralatan yang mereka cari. Meski tempat ini penting, ruangan yang luas ini sepi seperti
kuburan, tanpa satupun orang. Bahkan cahaya Solus yang bersinar dari tangga besar di sebelah
kanan tampak tenggelam dalam warna abu-abu dingin.

"... Tidak ada seorang pun, huh ..."


Setelah berbisik pelan ke arah punggung Kirito, partnernya mengangguk, dengan sedikit
kekecewaan juga.

"Ini tempat peralatan, jadi kupikir akan ada satu atau dua penjaga, tapi ... kukira itu mungkin
karena Gereja Axiom tidak memiliki siapapun yang berniat masuk dan mencuri di tempat ini ..."

"Tapi mereka tahu tentang niat kita, kan? Meski begitu mereka agak tenang."

"Mereka pasti memiliki alasan untuk itu. Mereka tidak perlu menghabiskan waktu untuk
mencari-cari orang seperti kita. Dengan kata lain, waktu berikutnya kita bertemu integrity knight,
mungkin akan ada jumlah yang cukup besar dari mereka atau yang cukup kuat. Ayo, mari kita
manfaatkan kesempatan ini sebanyak yang kita bisa."

Mengakhiri kata-katanya dengan hmph, mendengus, Kirito dengan gesit berlari keluar dari
penutup dinding. Eugeo mengikuti setelahnya, melintasi ruangan luas dan sepi.

Pintu ke ruang peralatan memiliki ukiran timbul dari dua dewi, Solus dan Terarria, dan tidak ada
lubang kunci, tapi mereka memiliki intensitas yang sedemikian rupa hingga membuat orang-
orang kafir berpikir mereka tidak akan mungkin bisa membukanya, tidak peduli seberapa banyak
mereka menarik atau mendorongnya. Namun, ketika Kirito menempelkan telinganya sesaat pada
pintu dan menaruh tangannya di atas pegangan, menempatkan beberapa tenaga, pintu terbuka
begitu mudahnya. Engsel pintu sama sekali tidak mengeluarkan suara deritan.

Udara dingin nan padat yang bernilai beberapa ratus tahun keheningan, bocor dari celah hitam
sekitar lima cen yang terbuka dan membuat Eugeo menggigil, tapi partnernya menyelinap tanpa
ragu-ragu, jadi ia buru-buru mengikutinya di belakang. Ketika pintu di belakang tertutup,
sekeliling ditelan oleh kegelapan total.

"Sistem panggil ..."

Ritual sihir yang secara alami meninggalkan mulutnya tumpang tindih secara sempurna dengan
suara Kirito, sehingga dia tersenyum meski situasinya seperti ini. Sambil melanjutkan dengan
'hasilkan unsur cahaya', Eugeo mengingat saat ia pergi dengan Kirito ke gua utara untuk mencari
Selka. Sudah cukup sulit untuk menggunakan sihir suci dasar pada saat itu dan dia tidak bisa
membuat lebih selain tongkat yang menyala lemah pada ujungnya―

Elemen bercahaya putih murni muncul di atas telapak tangan kanannya dan menyingkirkan
kegelapan, meniup suasana hati Eugeo yang bernostalgia.

"Uo ..."
Saat Kirito mengeluarkan suara heran di sisinya, suara gulp secara bersamaan datang dari
tenggorokan Eugeo.

Ruang yang sangat besar. Ini dikatakan lemari besi, jadi dia membayangkan tempat seperti
gudang peralatan Master Sword Academy, tapi ini konyol. Ini praktis lebih luas dibandingkan
arena latihan besar di mana Kirito dan Uolo Levanteinn saling bertarung.

Memancar ke setiap rona ruangan, yang dikelilingi oleh dinding batu halus di keempat sisinya,
pencahayaan dari elemen cahaya yang keluar dari telapak tangan Eugeo terpantul.

Secara sistematis berbaris di permukaan lantai adalah rak besi yang seukuran manusia. Ada yang
berwarna hitam pekat, putih bersih, dan ada juga yang berwarna menyilaukan seperti tembaga
kemerahan-merahan, perak kebiruan, dan emas kekuningan, mereka juga memiliki setiap jenis
armor, mulai dari armor ringan yang terbuat dari rantai tipis dan kulit hingga armor berat,
lembaran logam besar itu saling bergabung tanpa celah. Jumlah mereka tidak kurang dari lima
ratus.

Dan di dindingnya tergantung, lagi-lagi, hampir setiap jenis senjata dan saling berdempetan.

Bahkan di antara pedang saja, ada yang panjang ada yang pendek, ada yang berbadan tebal, tipis,
lurus, dan juga melengkung. Selain itu, ada juga berbagai macam peralatan tempur, dari kapak
bermata satu dan bermata dua, tombak panjang, kapak perang, cambuk, dan tongkat, hingga
busur yang membentang dari lantai sampai ke langit-langit, jumlah mereka hampir tak terhitung,
dan Eugeo hanya bisa ternganga.

"... Sortiliena-senpai mungkin akan kewalahan dan pingsan jika dia datang ke sini, huh."

Kirito akhirnya memecah keheningan dengan bisikan beberapa detik kemudian.

"Ya ... yang sama juga berlaku untuk Gorgolosso-senpai, dia akan melemparkan dirinya sendiri
ke pedang besar itu, dan tidak akan pernah melepaskannya jika dia melihatnya."

Bergumam kembali sambil menghela napas, Eugeo dengan keras menghembuskan napas yang
menolak untuk pergi. Memeriksa lemari peralatan besar sekali lagi, ia menggelengkan kepalanya
dua atau tiga kali.

"Bagaimana aku mengatakan ini ... apa gereja berpikir tentang membuat tentaranya sendiri atau
sesuatu? Meski integrity knight saja seharusnya sudah cukup ..."

"Hmm ... untuk bertarung dengan tentara kegelapan ...? Tidak, bukan itu ..."

Ekspresi Kirito tiba-tiba menegang dan melanjutkan sambil melirik Eugeo.


"Ini sebaliknya. Ini bukan untuk membuat tentara ... tapi untuk melarang pembentukkannya;
itulah mengapa gereja mengumpulkan peralatan di sini. Peralatan di sini mungkin semuanya
kuat, di kelas instrumen suci atau semacamnya. Pendeta tertinggi, Administrator, mencegah
beberapa organisasi lain selain Gereja Axiom dari mendapatkan peralatan yang kuat dan
memperoleh potensi pertempuran yang tidak perlu ... "

"Eh ...? Apa itu maksudnya? Tidak mungkin ada sebuah organisasi yang akan menghancurkan
Gereja Axiom, tidak peduli sekuat apa peralatan yang mereka gunakan, kan?"

"Dengan kata lain, orang yang memiliki sedikit kepercayaan pada otoritas gereja mungkin saja
pendeta tertinggi sendiri."

Eugeo tidak bisa segera memahami makna kata-kata sarkastik Kirito. Namun, punggungnya
ditepuk oleh rekannya sebelum dia bisa merenungkannya.

"Ayo, waktunya hampir habis. Mari bergegas dan ambil pedang kita kembali."

"Ah ... y-ya. Tapi akan jadi tugas yang menakutkan untuk mencari mereka dari semua tumpukan
senjata ini ..."

Pedang Blue Rose dan pedang hitam ditutupi oleh sarung pedang yang masing-masing berwarna
putih dan hitam, tapi beberapa pedang yang sama bisa terlihat di dinding.

"... Walau kita mencoba menggunakan sihir pencari elemen umbra lagi, kekuatan suci di ruangan
ini telah digunakan oleh elemen cahaya sebelumnya ..."

Saat itu, ketika Eugeo mendesah sambil berpikir 'jika itu yang terjadi, kita hanya tinggal
menggunakan cahaya ini saja', Kirito tanpa ragu berbicara.

"Oh, ketemu."

Mengangkat tangan kanannya, ia menunjuk sebelah kiri pintu yang mereka baru saja masuki.

"Woah ... berpikir bahwa mereka berada di tempat seperti ini."

Pedang putih dan hitam yang Kirito tunjuk tentu saja adalah pedang kesayangan mereka, tanpa
ragu sedikitpun. Eugeo menatap sosok rekannya dengan takjub.

"Kirito, bagaimana kamu melakukannya bahkan tanpa menggunakan sihir suci ...?"

"Aku baru saja menyadari bahwa pedang yang baru dibawa mungkin ditempatkan di posisi yang
paling dekat dengan pintu."
Meski Kirito, yang mengungkapkan teorinya, biasanya akan menunjukkan senyum bangga
kekanak-kanakan pada saat seperti ini, dia sekarang menatap sungguh-sungguh pedang hitamnya
sendiri untuk beberapa alasan. Tapi dia segera mengembuskan napas, mendekati dinding, dan
mencengkeram sarung kulit hitam setelah mengambilnya dengan tangan kanannya.

Gerakkannya membeku sesaat, seolah ia ragu-ragu, tapi tak lama ia mengangkatnya dari logam
penyangga. Setelah itu, ia mengambil Pedang Blue Rose di sisinya dengan tangan kiri dan
melemparkannya. Eugeo menangkapnya dalam keadaan panik dan berat familiar terasa di
pergelangan tangannya.

Meskipun dia hanya menghabiskan waktu kurang dari dua hari tanpa pedang kesayangannya,
rasa kuat nostalgia dan lega yang bahkan mengejutkan Eugeo sendiri menyelimutinya dan dia
dengan erat menggenggam sarungnya dengan kedua tangan.

Pedang Blue Rose selalu dekat dengannya dan membantunya berkali-kali sejak Gigas Cedar
jatuh. Itu di sana ketika ia memasuki turnamen pedang di kota Zakkaria: itu ada di sana ketika ia
menantang ujian untuk masuk Master Sword Academy; itu bahkan ada di sana ketika ia
melanggar Indeks Taboo dan memotong lengan Humbert.

Jika Gereja Axiom telah mengumpulkan semua jenis peralatan yang kuat selama bertahun-tahun,
baginya menemukan Pedang Blue Rose ini, yang terletak di gua utara, adalah keberuntungan
besar―atau mungkin takdir. Sadar bahwa jalan mengambil kembali Alice bukanlah kesalahan ...

"Berhentilah bengong, cepat dan pakailah."

Tiba-tiba tersadar mendengar suara Kirito, yang dibarengi tawa, ia melihat partnernya itu sudah
memasang sarung pedang kesayangannya ke gesper sabuk pedangnya. Eugeo mengikutinya
sambil tersenyum malu, menepukan ujung pedangnya dan melihat sekeliling sambil
merenungkan langkah berikutnya. Armor tampak elit yang berbaris di tanah memiliki papan
nama yang terukir di atasnya, dengan nama-nama seperti [Senrai Armor] atau [Shinzan Kacchu],
cukup utnuk membuat minatnya bangkit.

"... Apa yang harus kita lakukan, Kirito? Kita mungkin akan menemukan satu yang sesuai
dengan kita di antara semua ini, ingin meminjam beberapa baju besi juga?"

"Naah, kita tidak memakai baju besi sebelumnya, kan? Sebaiknya jangan melakukan apa yang
tidak biasa kau lakukan. Mari kita ambil baju-baju di sana."

Melihat di mana rekannya menunjuk dan benar, ia melihat pakaian dalam berbagai warna
terletak di bagian dalam deretan baju besi. Menatap tubuhnya sendiri, ia menemukan robekkan
dan compang-camping pada seragam akademi yang ia kenakan sejak dua hari yang lalu karena
pertarungan melawan Knight Eldrie.
"Benar, mereka mungkin tidak akan dapat dibedakan lagi dari kain cepat atau lambat jika kita
terus berjalan."

Dua unsur cahaya yang melayang di atas kepala mereka secara bertahap mulai meredup.
Membuang penyesalannya karena tak bisa memakai armor, ia berlari ke tempat pakaian dan
secara sembarangan mengambil kain yang tampaknya berkualitas tinggi, mencari mantel dan
celana panjang yang cocok dengan tubuhnya. Berpaling satu sama lain, mereka dengan cepat
berganti pakaian.

Meletakkan tangannya ke dalam lengan baju biru laut yang sangat mirip dengan seragam
akademi, Eugeo terkejut dengan kehalusan teksturnya. Ketika ia kembali setelah berganti
pakaian, ia melihat Kirito memiliki pikiran yang sama, dan mengusap kain hitam dengan kedua
tangan.

"... Pakaian ini memiliki sedikit cerita mereka sendiri. Akan lebih baik jika mereka bisa
menghentikan serangan integrity knight entah bagaimana caranya, semoga."

"Kau berharap terlalu banyak."

Tertawa sedikit pada kata-kata sembrono partnernya, ekspresi Eugeo menegang.

"Nah ... bisakah kita pergi?"

"Ya ... kukira begitu."


Memberi komentar singkat, mereka kembali ke pintu masuk.

Situasi berjalan begitu lancar hingga bisa dianggap mengecewakan, tapi itu tidak akan tetap
seperti itu. Mari kita lanjutkan sambil meningkatkan kewaspadaan―mereka saling mengangguk
diam-diam sambil menyadari fakta tersebut. Eugeo memegang gagang kanan pintu dan Kirito
yang kiri.

Menariknya secara perlahan bersama-sama, kesenjangan dengan hati-hati melebar―

Do-ka-ka-ka! Suara datang hampir bersamaan dengan panah baja yang tak terhitung jumlahnya
yang menembus permukaan pintu tebal.

"Uwah!"

"Owah!?"

Pintu terlempar karena dampak yang keras; Eugeo dan Kirito jatuh ke tanah, punggung duluan.

Seorang knight familiar dalam baju merah berdiri di dasar tangga, jauh di seberang ruangan
persegi panjang yang membentang dari lubang, mulai menaruh panah baru ke busur panjang
yang hampir sama dengan tingginya. Selanjutnya, keempat panah itu meluncur bersamaan. Tidak
salah lagi bahwa ini adalah integrity knight yang naik naga terbang di kebun mawar.

Jarak di antara kami kira-kira tiga puluh mel, huh? Pedang pasti tak akan sampai, tapi itu
mungkin jarak yang sempurna untuk seorang ahli pemanah. Dan kami mungkin tidak akan punya
waktu untuk menarik pedang di pinggang kami dalam postur ini, apalagi bangun dan berlindung
di balik dinding.

Itu sebabnya aku mengatakan kita harus mengenakan baju besi! Akan lebih baik jika kita
memiliki perisai!

Eugeo berteriak demikian dalam hatinya dan knight mulai menarik tali busur hampir bersamaan.

Dengan situasi seperti ini, aku hanya bisa menyerah untuk menghindar tanpa terluka dan
menggunakan semua yang kupunya untuk menghindari luka fatal―tidak, luka parah yang akan
membuatku tidak dapat bergerak setidaknya.

Eugeo membuka matanya lebar dan menatap empat anak panah. Panah berwarna silver kusam itu
tidak diarahkan pada jantung mereka, tapi kaki mereka. Seperti yang Kardinal sebutkan, perintah
yang diberikan pada para knight ini cenderung bukan untuk membunuh, tapi untuk menangkap.
Tapi dengan keadaan saat ini, ditangkap pada dasarnya sama dengan dibunuh.
Integrity knight menarik tali busur sampai batas.

Keheningan sesaat muncul, di mana segala sesuatu tampak berhenti bergerak―

Suara tegang Kirito keluar menembus lubang di depan.

"Elemen Burst!"

Eugeo tidak bisa langsung menangkap apa yang partnernya katakan karena terlalu cepat. Dia
mengerti maknanya hanya setelah fenomena itu terjadi.

Cahaya putih brilian tiba-tiba muncul di pandangannya.

Sebuah cahaya yang kuat, seolah Solus telah turun. Itu adalah sihir sederhana yang hanya
membebaskan elemen cahaya, salah satu «elemen» yang berfungsi sebagai dasar dari sihir suci
elemental, tapi Kirito tidak membaca ritual sihir untuk menghasilkan elemen. Di mana dia―...

Tidak, di sana ada elemen. Ada elemen cahaya, yang melayang di udara, yang dikeluarkan oleh
mereka berdua untuk menerangi lemari peralatan puluhan menit yang lalu, kan? Elemen yang
diabaikan akan berada dalam kondisi siaga untuk setiap ritual sihir percontohan. Kirito memberi
perintah pada elemen ynag mengambang di atas kepalanya untuk melepaskan dan memproduksi
cahaya besar tersebut.

―Ada juga saat ketika dia melemparkan fragmen kaca yang ia ambil selama pertarungan dengan
Eldrie; aku benar-benar bukan lawan yang sebanding dengannya karena ia memanfaatkan
barang-barang yang tergeletak di sekitarnya seperti biasa ...

Selagi memikirkan hal-hal seperti itu, Eugeo mengumpulkan kekuatan ke kakinya dan melompat
ke arah kanan dengan sekuat tenaga.

Dia segera mendengar suara melengking anak panah baja yang menancap ke lantai batu di mana
dia berada setengah detik yang lalu. Akan lebih baik jika berlindung di belakang dinding dulu,
setelah menghindari serangan langsung―atau begitu yang dia pikir, ketika teriakkan rendah
Kirito terdengar di telinganya.

"Maju!"

Memahami tujuan partnernya dalam sekejap, Eugeo menendang tanah sekali lagi. Tidak miring
ke arah kanan, tapi lurus ke depan.

Ledakan elemen cahaya itu berada di atas, di belakang keduanya, yang berarti Kirito dan Eugeo
tidak menghadap sumber cahaya secara langsung, tapi mata integrity knight pasti melihatnya
secara langsung. Tidak ada keraguan lagi kalau penglihatannya akan menghilang selama
beberapa detik lagi.

Kemampuan ofensif langsung elemen cahaya rendah bila dibandingkan dengan elemen termal
dan kriogenik, dan sebagian besar digunakan dalam sihir penyembuhan, tapi jika orang membuat
senjata yang memancarkan cahaya kuat, itu memiliki kemampuan luar biasa untuk menyilaukan
mata dan rasa kekaguman. Oleh karena itu, sangat bijaksana untuk mempersiapkan sebuah
elemen dari tipe yang berlawanan, elemen umbra, untuk menetralisir ritual sihir saat lawan
menghasilkan elemen cahaya selama pertempuran, ini bahkan diajarkan dalam pelajaran
akademi.

Tidak mungkin seorang integrity knight, yang berdiri di puncak semua pendekar pedang dan
pengguna sihir, tidak mendengar pengetahuan umum seperti itu, yang berarti memanggil elemen
cahaya baru dan membuatnya buta tidak akan bekerja untuk kedua kalinya. Ini adalah
kesempatan pertama dan terakhir untuk mempersempit jarak dari musuh yang menggunakan
panah.

Kecepatan analisis situasi dan pemilihan tindakan juga merupakan titik penting dari Aincrad-
style, atau seperti itulah yang Kirito katakan pada Eugeo berkali-kali. Cara berpikir yang sama
sekali berbeda dari High Norkia-style yang menekankan kehalusan dan keberanian dalam
gerakannya. Dan kata menarik untuk menenangkan pikiran seseorang, bahkan di tengah-tengah
pertempuran, adalah «stay cool».

Sebuah langkah di belakang partnernya menyusul penggunaan elemen cahaya, Eugeo dengan
panik mengejar jejak di depan. Dia menarik Pedang Blue Rose keluar dari pinggang kirinya
sambil berlari.

Setelah menyelesaikan tugasnya, elemen cahaya segera menghilang setelah itu, dan dunia
kembali ke warna dan bentuk aslinya. Keduanya telah berlari ke aula yang luas dari lemari
peralatan. Menegaskan dengan kedua matanya yang terbuka lebar, bahwa integrity knight masih
berdiri di sekitar dua puluh langkah tangga ke depan.

Seperti yang diperkirakan, sepertinya penglihatan knight masih terganggu. Tubuhnya terhuyung-
huyung dengan tangan kanannya memegang pelindung wajah berwarna perunggu itu.

Sungguh serangan yang beruntung karena integrity knight di depan mata mereka tidak memakai
pedang di pinggangnya seperti Eldrie. Dia sungguh percaya diri, membawa tidak lebih dari
sebuah busur ketika bertarung dalam ruangan. Dia pasti yakin kalau dia bisa menembak kaki
kami sebelum kami bisa mendekat.
Pikiran Eugeo tenang, tapi tetap saja dia tidak bisa menahan api kecil kemarahan, yang dengan
pelan bergoyang di sudut kesadarannya.

―Integrity knight, kau sama seperti Raios dan Humbert. Kamu angkuh, sombong, dan kamu
percaya kalau dirimulah yang selalu benar. Kamu yakin bahwa kamu, inkarnasi keadilan, sama
sekali tidak akan kalah.

―Tapi itu hanya kesombonganmu sendiri. Tunggu saja, aku akan ... membuktikan padamu
sekarang juga!!

Didorong oleh emosi yang agak asing, Eugeo menyerang ke arah tangga. Itu setelah ia
melakukan dua langkah pertama, saat kaki kanannya mau melakukan langkah ketiga.

Knight yang berdiri lebih dari sepuluh langkah ke depan, menjauhkan tangan kanannya dari
pelindung wajah, memutarnya ke arah belakang, dan menarik keluar anak panah baja. Semuanya,
dikeluarkan pada waktu yang sama.

Sekelompok panah yang ada di tangan kanannya setidaknya berjumlah tiga puluh tidak peduli
bagaimana orang melihatnya.

Tanpa memberi cukup waktu untuk menebak rencananya, knight menarik seluruh panah pada tali
busur secara horizontal dengan tangan kirinya.

"Ap ..."

Menghentikan kakinya di langkah ketiga, Eugeo menelan ludah. Mustahil satu tali busur yang
ramping mampu menembakkan tiga puluh anak panah sekaligus.

Sebuah suara logam berderit terdengar di telinganya. Sesuatu yang dingin mengalir di
punggungnya saat menyadari itu adalah panah baja yang mengarah pada mereka.

Tampaknya Kirito, yang berhenti di sebelah kanan, telah menduga niat knight juga. Itu bisa
menjadi gertakan yang dibuat dalam keadaan putus asa, atau bisa saja―

Suara berderit semakin keras terdengar; busur itu dengan berat ditarik ke belakang.

"―Lompat ke kiri!"

Kirito menjerit.

Binn! Udara terdengar, dan segera diikuti dengan suara derik saat tali busur pecah di bawah
tekanan.
Tapi semua panah baja yang ditembakkan mengarah dalam pola radial, menuju mereka sebagai
badai perak yang mematikan.

Eugeo menendang tangga dengan sekuat tenaga hingga ia berpikir kaki kanannya patah,
melempar tubuhnya ke arah kiri. Dia meletakkan Pedang Blue Rose di tengah tubuhnya,
melindunginya.

Mereka berdua pasti akan penuh dengan lubang jika knight tidak memiliki masalah dengan
penglihatannya.

Satu panah mengenai Pedang Blue Rose dan memantul dengan suara melengking. Satu yang
berkelok-kelok melewati manset kanan celana Eugeo, satu membuat goresan di sisi kirinya, dan
satu menyerempet pipi kirinya, memutuskan beberapa helai rambut.

Dengan keras terjatuh ke tanah, bahu duluan, ketakutan membuat Eugeo menggertakan giginya
saat ia menatap tubuhnya sendiri. Setelah mengkonfirmasi tak adanya luka parah, dia
memalingkan wajahnya ke arah Kirito yang melompat ke arah kanan.

"Kirito! Kau baik-baik saja?"

Partner berambut hitamnya itu mengangguk ringan dengan ekspresi kaku karena teriakannya
serak.

"En ... entahlah. Sepertinya itu melewati celah di antara jari-jari kakiku."

Ia melihat panah terjebak dalam ujung sepatu kiri Kirito, menembus tapak sepatunya, ketika ia
melihatnya. Selagi berterima kasih pada kecepatan reaksi partnernya dan keberuntungan, Eugeo
mengambil napas dalam-dalam.

"... Itu berbahaya ..."

Gumamnya sambil mendesak tubuh mati rasanya untuk berdiri.

Ketika ia memandang ke depan, integrity knight benar-benar berhenti bergerak kali ini. Sarung
panah di punggungnya kosong dan tali busurnya, juga rusak dan dengan longgar menggantung.
Inilah arti dari kehabisan pilihan, dengan busur patah dan anak panah yang habis. Tapi lawan
adalah integrity knight, jadi kami tak boleh menurunkan penjagaan kami, belum lagi tidak ada
situasi kasihan.

"... Mari kita pergi."

Partnernya berkata tenang dan Eugeo menginjakkan kaki kanannya ke tangga sekali lagi.
Tapi Kirito menginstruksikan Eugeo, dengan tangan kirinya masih mencengkeram panah yang
menembus sepatunya.

"Tunggu ... knight itu membacakan sebuah ..."

"Eh."

Eugeo menajamkan telinganya dalam bingung. Selama mereka tidak pada jarak dimana mereka
bisa menyerang musuh dengan satu serangan, penting untuk menghasilkan elemen penangkal
ketika ia mulai membacakan sebuah sihir suci. Ia memusatkan perhatian pada suara, yang
terdengar metalik, yang diucapkan dari bawah helm integrity knight. Dia membacanya agak
cepat, tapi entah bagaimana ia bisa menangkapnya, mungkin karena belajar di ruang
perpustakaan itu.

Namun, setiap kalimat dalam ritual itu baru bagi telinganya. Dia tidak bisa mengadopsi
penangkal tanpa frase «hasilkan», yang menentukan jenis elemen.

"Sial, itu ..."

Pada saat itu, suara Kirito terdengar terengah-engah.

"Ini bukan serangan elemental. Ini «sihir kontrol penuh persenjataan»."

Sebelum kata-kata tegang itu berakhir, integrity knight meneriakkan frase akhir dengan keras.

"―Tingkatkan persenjataan!"

Dengan suara 'po', api oranye lahir di kedua ujung tali busur yang robek dan menggantung di
sana. Api melahap tali busur dalam sekejap mata dan kemudian sesuatu terjadi saat mereka
mencapai dua ujung busur panjang tersebut.

Sebuah kobaran api merah padam berputar-putar naik dari seluruh busur tembaga.

Sebuah semangat yang tampaknya cukup untuk menghanguskan kulit seseorang menyebar ke
bawah tangga dan Eugeo secara naluriah menutup wajahnya. Integrity knight yang berdiri di
bawah menaruh api yang menyembur dari busur ke sekujur tubuhnya, tampak seolah dia
terbakar.

Eugeo bingung akan tindakan apa yang harus diambil, dengan perkembangan yang benar-benar
tak terduga ini. Haruskah ia menyimpulkan bahwa knight tidak memiliki kemampuan ofensif
bahkan setelah menggunakan sihir kontrol penuh, karena panahnya sudah habis, dan bergegas
mendekatinya? Atau mungkin knight itu menghabiskan semua panahnya beberapa saat yang lalu
karena mereka tidak lagi diperlukan dalam bentuk kontrol penuh?

Bertanya-tanya bagaimana partnernya melihat hal ini, ia melirik sekilas ke samping dan melihat
Kirito menatap heran, bahkan dengan senyum tipis di bibirnya seperti anak kecil, tidak mundur
ataupun maju menyerang.

"Ini menakjubkan ... Aku ingin tahu apa bentuk asli busur itu."

"Ini bukan waktu untuk mengaguminya."

Dia merasa seperti menepuk bahu Kirito keluar dari kebiasaan, tapi ia menahannya dan menatap
knight sekali lagi. Mereka bisa menggunakan sihir kontrol penuh yang baru mereka pelajari juga,
untuk melawan ritual sihir lawan, tapi lawan pasti tidak akan mengizinkan hal itu. Mereka pasti
akan diserang sebelum mereka selesai membacakan ritual sihir yang panjang. Jika mereka musti
menggunakannya, mereka tidak mungkin bisa menyelesaikannya tepat waktu kecuali mereka
mulai membacanya bersamaan dengan lawan.

Dengan hal-hal yang berkembangkan sejauh ini, tak ada pilihan lain selain beradaptasi dengan
gerakan lawan; Eugeo menyiapkan dirinya untuk skenario terburuk, tapi tampaknya integrity
knight berniat untuk memberikan jeda sementara waktu, mengangkat penutup helmnya dengan
tangan kanan sementara busur terbakar tetap ada di tangan kirinya.

Wajahnya tidak terlihat, cekung dalam bayangan api, tapi Eugeo melihat sebuah kilatan intens di
matanya yang mengingatkannya pada panah baja. Suara yang kelar juga memiliki dengung
mekanik yang membuatnya tampak tidak seperti manusia.

"Sudah dua tahun lamanya sejak aku terbungkus dalam api «Conflagrant Flame Bow» seperti ini.
Jadi begitu, sepertinya kalian memang punya cukup kemampuan untuk bertarung dengan Knight
Eldrie Thirty-one, kriminal. Namun, itulah yang membuat kalian semakin tak termaafkan. Tidak
terlibat dalam pertarungan yang adil dan tepat antar knight, tapi menipu Thirty-one dengan sihir
kegelapan menjijikkan seperti itu!"

"Si ... Sihir kegelapan, kata anda?"

Kirito berbicara dari samping, seolah dia terkejut. Eugeo juga tak bisa bernafas sesaat, lalu
dengan keras menggeleng sambil berteriak.

"Bu ... bukan, kami belum pernah menggunakan sihir kegelapan atau sesuatu seperti itu! Kami
hanya berbicara tentang Eldrie-san sebelum dia menjadi seorang integrity knight dan ..."
"Apa, sebelum dia menjadi seorang integrity knight!? Kami integrity knight tidak memiliki masa
lalu! Kami selalu menjadi integrity knight yang mulia sejak kami dipanggil dari Dunia Surgawi!"

Kata-kata marah seperti baja itu membuat tangga bergetar keras dan menyambar napas Eugeo.

Menurut gadis itu, Kardinal, semua ingatan masa lalu integrity knight telah disegel. Dengan kata
lain, knight merah di depan matanya ini, juga, hanya percaya bahwa «ia dipanggil dari Dunia
Surgawi».

Sepertinya memang mungkin untuk mengalahkan integrity knight jika kenangan asli mereka,
yang terhalang oleh benda yang disebut «piety module», dibangkitkan, tapi itu tidak mungkin
ketika ia bahkan tidak mengetahui nama lawannya. Singkatnya, ia tidak bisa dikalahkan dengan
metode yang sama seperti yang digunakan pada Eldrie.

Knight itu mengeluarkan suara gemuruh dengan nada tinggi di tengah-tengah bunga api tak
berujung yang disebarkan oleh busur tersebut.

"Saya tidak akan membuat kalian berdua menjadi abu karena saya diperintahkan untuk
menangkap kalian hidup-hidup, tapi persiapkan diri kalian karena lengan kalian akan dibakar
oleh Conflagrant Flame Bow yang saya keluarkan! Coba semua yang kalian inginkan, untuk
melihat apakah kedua pedang jelek itu mampu menahan api keyakinan ini dan mendekati saya!"

Knight menempatkan tangan kanannya di sekitar tempat panah ditembakkan. Bahkan sebelum
memberikan waktu untuk membayangkan jika jari tangannnya bergerak, seperti mencengkeram
sesuatu, itu berarti―

Api besar keluar di depan busur dan berubah menjadi panah dalam sekejap. Punggung Eugeo
menjadi kaku karena merasakan kekuatan yang tak masuk akal yang terkandung dalam panah api
yang berkilau dengan cemerlang.

"Sepertinya baik merusak tali busur atau kehabisan panah bukan masalah baginya."

Kirito mengeluarkan erangan bosan di sisinya, jadi ia mengumpulkan kekuatan ke rahangnya


yang tampak seperti akan bergetar dan dengan cepat menjawab.

"Ada rencana?"

"Dia tidak bisa menembak berturut-turut, itu dugaanku. Aku akan menghentikan serangan
pertamanya entah bagaimana, jadi kamu pergi untuk mendekatinya."

"Dugaan, hei ..."


―Dengan kata lain, itu berarti semuanya akan berakhir jika panah api bisa ditembak berturut-
turut. Namun, walau itu hanya satu tembakan, itu sudah cukup untuk membunuh kita dalam satu
serangan, kan? Keraguan akan bagaimana Kirito bertahan terhadap serangan seperti itu
bermunculan, namun Eugeo mengangkat bahunya dan mengangguk.

"―Aku mengerti."

Kirito mungkin akan menghentikannya jika dia bilang dia bisa. Ini jauh lebih realistis jika
dibandingkan dengan kegilaannya menebang Gigas Cedar ketika ia mengatakan ia akan
menebangnya.

Mungkin menyadari keduanya, kembali ke posisi berdiri dengan menyiapkan pedang masing-
masing, seperti menyiapkan diri mereka untuk yang terburuk, integrity knight mulai membuat
senar tak terlihat dengan udara.

Panas yang membelai pipi Eugeo terasa semakin kuat. Api yang memancar dari busur, yang
bernama Conflagrant Flame Bow, sudah mencapai langit-langit dan membakar marmer hitam.

Kirito bergerak tanpa peringatan.

Tanpa teriakan perang, atau tendangan yang kuat dari tanah, ia maju seperti daun dari pohon
yang hanyut oleh arus yang cepat. Terlambat sepersekian detik, Eugeo mengikuti di belakang
dalam pergolakan.

Cahaya biru samar bersinar di partnernya yang dengan longgar mencengkeram tangan sambil
berlari menaiki tangga, tapi Eugeo masih bisa melihatnya. Dia mungkin membuat mereka secara
rahasia selagi knight berbicara, tidak salah lagi kalau itu adalah cahaya yang dipancarkan oleh
elemen kriogenik.

Knight akhirnya menarik busur sampai batas ketika mereka mendekati titik tengah dari dua
puluh langkah tangga.

Sebuah ritual sihir dengan cepat menyembur keluar dari mulut Kirito pada saat yang sama.

"Elemen Bentuk, bentuk perisai! Keluarkan!"

Jumlah elemen yang berbaris dan menembak dari tangan kirinya, yang dengan tajam terdorong
keluar, adalah jumlah maksimum dalam satu tangan, lima. Titik cahaya biru berturut-turut
berubah menjadi besar, membentuk perisai bulat, mulai dari bagian depan, dan menciptakan
penghalang tebal antara Kirito dan integrity knight.

Suara ganas keluar dari mulut knight untuk ketiga kalinya ketika ia melihat itu.
"Jangan membuat saya tertawa! ―Hancurkan mereka!"

Api yang terkumpul di panah itu―tidak, akan lebih akurat untuk disebut tombak sekarang,
meluncur dengan dampak, membuatnya telihat sepert napas api naga.

Tombak api beradu dengan perisai es yang Kirito buat setelah terbang sesaat.

Perisai pertama hancur dalam sekejap, fragmennya juga segera berubah menjadi uap.

Yang kedua dan ketiga juga dihancurkan sebelum suara pecah mencapai telinganya.

Perisai keempat memiliki inti, di mana panah tertahan cukup lama, tapi seperti yang diduga, itu
tidak cukup dan hancur. Melihat melalui perisai terakhir yang tersisa, tombak api yang
mendekati mata dan hidungnya membuat pandangannya memerah.

Tapi tetap saja, Eugeo tidak mengendurkan langkahnya dan terus berlari menaiki tangga. Dia
tidak bisa meninggalkan partner, yang tepat di depan matanya, maju dengan kejam sendirian.

Eugeo menggertakkan giginya dan menangkap pemandangan tombak api yang bertabrakan
dengan perisai kelima di depan, yang akhirnya kehilangan daya dorongannya, terlepas dari
betapa sedikit pengurangannya. Percikan cahaya dengan keras terlempar ke udara ketika itu tidak
mampu menembus penghalang yang berasal dari elemen atribut.

"―!?"

Mata Eugeo terbuka lebar pada saat itu. Sepertinya tombak di belakang dinding es semi-
transparan berubah bentuk untuk sesaat. Bentuk, dengan paruh terbuka lebar dan sayap yang
menyebar, praktis sama dengan burung pemangsa ...

Tapi bahkan tanpa memberikan Eugeo kesempatan untuk berkedip, retakan tak terhitung muncul
di perisai akhir dan perisai hancur berkeping-keping.

Gelombang panas yang membuatnya sulit bernapas datang. Tombak api, tidak, burung api yang
menembus setiap halangan membuat serangan biadab saat itu membungkus Kirito dalam apinya
juga.

"Uooooh!"

Saat itulah teriakan semangat akhirnya keluar dari mulut Kirito. Dia dengan tajam mendorong
pedang hitam di tangan kanannya ke depan.

Dia tidak akan mencoba menebas burung raksasa itu, kan, Eugeo bertanya-tanya. Namun.
Pedang Kirito yang terulur lurus ke depan menelusuri busur yang tak terbayangkan. Itu berputar
seperti kincir angin, bergerak secepat kilat dengan kelima jari-jari yang bersinar berfungsi
sebagai poros.

Tapi kecepatannya luar biasa. Entah bagaimana tepatnya jari-jari itu bergerak, pedang berputar
dengan momentum yang tak bisa diikuti mata, seakan perisai hitam semi-transparan telah
muncul di sana.

Kepala burung api menyambar perisai keenam.

Dowaa! Suara menggelegar itu mungkin lolongan marah burung raksasa―

Kobaran api mematikan yang menghancurkan lima dinding es hancur menjadi lebih dari seribu
bagian oleh pedang berputar, berhamburan secara radial. Tapi beberapa di antara mereka yang
menyerang tubuh Kirito, membuat ledakan kecil satu demi satu.

Melihat tubuh partnernya terlempar ke udara seolah ditolak, Eugeo berteriak.

"Kirito―!"

Bahkan saat ia ditelan oleh bunga api tak berujung, Kirito berteriak kembali dari udara.

"Jangan berhenti, Eugeo!"


Mengibaskan keraguan sesaatnya, Eugeo melotot ke depan. Kirito tidak akan pernah berhenti
dan membiarkan kesempatan melarikan-diri-sekali-dalam-seumur-hidup dalam situasi ini. Dia
telah mencapai apa yang dia katakan. Jadi dia harus memenuhi bagiannya juga.

Melewati partnernya, yang jatuh di sisi kanan, Eugeo meloncat menaiki tangga yang tersisa.

Memotong sisa-sisa api yang melayang di udara dalam satu tebasan, tempat di mana ksatria
berdiri hampir tepat berada di depannya.

Itu pasti melampaui perkiraan integrity knight juga, karena serangan itu, yang mengambil semua
kekuatannya selama sihir kontrol penuh persenjataan, dihancurkan tanpa menimbulkan cedera.
Wajahnya masih belum bisa dilihat dari jarak ini, tapi ia merasakan sedikit rasa terkejut dari
dalam helm. Tidak ada lagi waktu untuk menarik busur dan menembak lagi. Selama dia tidak
bersenjata pedang, dengan kemungkinan jarak tertutup,

―Ini kekalahanmu!

Eugeo mengacungkan Pedang Blue Rose tinggi-tinggi sambil meneriakkan itu dalam diam.

"Jangan remehkan saya, bajingan!"

Knight itu berteriak seolah dia mendengar pikiran Eugeo.

Rasa terkejut lenyap dalam sekejap dan semangat pertempuran besar menyelimuti armor berat
berwarna tembaga itu. Lengan kiri yang memegang busur terbakar diangkat tinggi, ke atas
kepala, dan api yang mengerikan berkumpul di tinjunya sekali lagi.

"Doaah!"

Bersama teriakan yang menggetarkan udara, tinju kiri knight menerjang keluar dalam garis lurus.

―Apa!?

Ia sudah masuk ke postur tebasan, tapi pikiran itu melintas kedalam pikirannya dalam sekejap.

Biasanya berpikir tentang hal itu, baik jangkauan dan kekuatan akan lebih tinggi dari sisinya,
ketika membandingkan pedang dengan tinju. Tapi lawan berdiri di posisi yang menguntungkan.
Apa Pedang Blue Rose yang relatif ramping dapat menahan tinju yang dikeluarkan oleh integrity
knight yang tidak hanya tinggi, tapi juga memiliki keuntungan tiga langkah di depan? Haruskah
ia menghindar di sini dan menyerang lagi setelah mendaki ke puncak?

Tidak―
Kirito, seorang knight dari Aincrad-style yang juga guru Eugeo dan teman dekatnya, pernah
menyebutkan hal ini.

―Di dunia ini, apa yang penting adalah untuk memasukkan sesuatu ke pedangmu.

―Kamu harus menjadi orang yang menemukan apa yang harus kamu masukkan ke dalam
pedang.

Hal itu sama bagi orang yang membimbing Eugeo, Gorgolosso-senpai, orang yang membimbing
Kirito, Sortiliena-senpai, dan bahkan bagi bangsawan yang angkuh dan tidak terhormat, Raios
dan Humbert; mereka memiliki sesuatu yang memberkahi pedang mereka dengan kekuatan. Tapi
Eugeo secara pribadi merasa dia masih mencari hal itu. Latihan sehari-harinya lebih banyak dari
orang lain dan ia mengerti berbagai secret move, tapi ia belum menemukan sesuatu untuk
dimasukkan ke dalam pedangnya sendiri. Itu mungkin sesuatu yang mustahil ia temukan untuk
selama-lamanya, karena ia orang yang tidak dilahirkan sebagai pendekar pedang.

Tapi tetap saja. Setidaknya, ia tidak bisa menyerah pada kekuatan integrity knight ini dan
menghunus pedangnya kembali saat ini. Bagaimanapun, waktu baginya untuk hanya berlatih
pedang sudah berakhir. Eugeo memiliki tujuan yang tak tergoyahkan sekarang. Untuk
mendapatkan kembali Alice, yang berubah menjadi seorang integrity knight setelah ingatannya
dicuri.

――Alice.

Ya, hanya itu yang penting. Dia tidak bisa melakukan apa-apa kecuali hanya melihat teman masa
kecilnya dibawa pergi oleh knight pada hari musim panas delapan tahun yang lalu; kali ini, ia
pasti akan menyelamatkannya. Kemahiran dalam ilmu pedang, pengetahuannya dalam sihir suci,
dilatih hanya untuk itu.

―Tolong, pinjamkan kekuatanmu. Aku masih belum berpengalaman dan mungkin tidak cocok
untuk menjadi master pedang terkenal seperti dirimu ... Tapi aku hanya bisa maju sekarang!

Selagi berkata di dalam hatinya, Eugeo dengan tegas membungkukkan seluruh tubuhnya setelah
mengambil sudut dengan Pedang Blue Rose berada di atas.

Sebuah cahaya biru terang menyelimuti pedang yang agak transparan. Secret move Aincrad-
style, «Vertical».

"O ... oohh!"


Dipandu oleh niat yang tajam, pedang menerjang maju. Suara sengit angin, yang unik untuk
secret move, bergema dari pedang saat itu melintas di udara dan beradu dengan tinju kiri api
integrity knight.

Gelombang kejut cahaya biru dan merah berpadu menjadi satu dalam lingkaran, merobek karpet
merah yang terletak di atas tangga dan kain yang tergantung di dinding. Tinju dan pedang tetap
tak bergerak di udara, tetap bergabung bersama.

Creak, creak; gauntlet lapis baja dan pedang beradu satu sama lain. Eugeo mengerahkan seluruh
kekuatannya untuk menyelesaikan secret move, tapi lengan knight tidak bergerak sedikitpun,
seolah itu adalah batu. Namun, lawan tampaknya tidak memiliki banyak keuntungan juga. Suara
rintihan rendah keluar dari bagian dalam helm saat ia memindahkan seluruh berat badannya ke
dalam tinjunya.

Ini buntu, tapi ini hanya berlangsung selama beberapa detik belaka. Api yang dilepaskan dari
Conflagrant Flame Bow masih berada di tinju knight dan mulai menyelimuti Pedang Blue Rose
juga. Cahaya secret move yang menutupi pedang berkedip-kedip seolah tak tahan panas. Jika
«Vertikal» terputus di sini, bisa dipastikan bahwa pedang akan hancur dalam sekejap dan dia
akan terkena serangan telak.

"Gu ... uh, oo ....!"

Eugeo mengerahkan semua kekuatan fisik dan mentalnya untuk mengayunkan pedang ke bawah.
Namun, api terus membesar dan pedang mulai berubah menjadi merah-panas.

Dia tidak memperhatikan itu sampai sekarang, tetapi Pedang Blue Rose memiliki atribut elemen
es menurut «memori pedang» yang ia lihat di Ruang Perpustakaan Besar. Karena itu, pedang ini
akan lemah terhadap api, elemen lawannya, dan meneruskan situasi ini terlalu lama akan
membuat Nyawanya berada dalam bahaya.

Tapi pada saat yang sama, seharusnya mungkin untuk meniadakan api musuh dengan elemen
pedang.

―Kau marah pada badai salju paling dingin di pegunungan ujung sejak penciptaan dunia ini.

―Jangan berani kau kalah pada api kecil seperti ini!

Mungkin karena menanggapi teriakan Eugeo―

Sebuah rasa dingin tiba-tiba datang, tidak hanya menyerang tangan kanannya, yang memegang
pegangan, tapi tangan kiri yang mendukung pegangan juga. Ini pasti bukan halusinasi. Buktinya,
miniatur mawar yang terukir pada pendang tertutup es putih murni. Embun beku berubah
menjadi sulur tipis, dengan cepat merangkak naik, dan menghapus api.

Fenomena tidak berakhir di sana. Sulur es putih murni membentang keluar bahkan ke tinju
knight, hujan es turun untuk menghilangkan api yang melilit armor berwarna tembaga ...

"Nuhh ..."

Mungkin karena rasa dingin yang tiba-tiba, erangan keluar dari knight. Tidak membuang
kesempatan postur lawannya yang mulai goyah, terlepas dari seberapa kecil itu, Eugeo
melepaskan kekuatan yang ia simpan.

Gyaan! Suara yang memekakkan telinga keluar, pedang berayun dan memukul mundur tinju kiri
knight.

Namun, ujung pedang tidak menyentuh tubuh musuh, sayangnya. Knight menyerang Eugeo,
yang tanpa hasil menebas pedangnya lurus ke bawah, dan memajukan tangan kanannya tanpa
jeda. Itu tidak terbakar, tapi terkena pukulan tinju kuat seperti batu itu akan melempar Eugeo ke
bagian bawah tangga tanpa kesulitan sedikitpun.

Tapi.

"Aku ... eeaaah!"

Bersama teriakan menggelora itu, pedang Eugeo muncul dari sudut tajam.

Menyerang kembali dengan Pedang Blue Rose, yang lebih berat daripada setumpuk baja
berukuran setara melalui kekuatan fisik semata, mustahil untuk dilakukan terlepas dari seberapa
kuat dia. Hanya ada satu alasan mengapa hal itu dimungkinkan: itu adalah secret move dari gaya
pedang. Skill dua serangan Aincrad-style, «Vertical Arc».

Pedang yang dengan cepat membuat jejak yang menyerupai huruf suci, 'V', mengiris dada
integritas knight secara diagonal. Beberapa tetes cairan merah keluar dari luka irisan di baju besi
berwarna tembaga. Ujung pedang mengenai tubuh knight―tapi itu tidak dalam.

Bahkan saat tubuh bagian atas terserang, knight menguatkan kakinya dan melompat mundur. Dia
akan memiliki ruang untuk menembakkan serangan api sekali lagi jika jarak melebar di sini.
Namun, ada waktu jeda setelah memakai setiap secret move.

Kirito telah mengatakan padanya untuk terus berpikir tentang bagaimana menghilangkan jeda itu
ketika menggunakan secret move. Tentu saja, itu tidak masalah jika tebasan mengena, tapi akan
ada bahaya fatal serangan balik jika tebasan ditangkis, dihindari, atau gagal menghentikan
gerakan lawan seperti saat ini.

Jeda yang disebabkan oleh secret move tidak dapat dicegah dan tidak akan ada yang bisa
dilakukan walau kita mengetahuinya. Dia bisa membuat metode untuk menghilangkan
penundaan itu, seperti bergantian dengan sekutu atau melepaskan elemen angin yang telah
diperisapkan untuk membuat jarak menjauh melalui tekanan angin. Tapi Kirito terlempar ke aula
dan tidak ada cukup waktu untuk membaca sebuah ritual sihir juga. Tinggal satu metode lagi
yang tersisa.

Eugeo mengerahkan semua kekuatan fisik dan mentalnya untuk mengontrol pergerakan Pedang
Blue Rose selagi itu berada pada lintasan serangan kedua Vertikal Arc. Ia memegang pedang,
yang awalnya menebas ke arah kiri, seolah itu didukung oleh bahu kirinya. Cahaya biru yang
menutupi pedang tiba-tiba menghilang karena kekuatan berlebih yang menahannya, tapi itu tidak
masalah karena serangan itu sendiri sudah berakhir.

Pedang Blue Rose berhenti di atas bahunya saat knight dengan kasar menendang tanah. Pijakan
tangga lebar, dan ia mungkin memiliki rencana untuk menembakkan lagi tombak api saat Eugeo
membatu jika ia berhasil mundur ke tepi tembok. Mustahil bagi Eugeo untuk bertahan jika dia
berada dalam posisi itu.

Metode terakhir untuk menghilangkan jeda paksa.

Yaitu menghubungkan secret move baru ke secret move sebelumnya. Dengan melakukan postur
aktivasi skill berikutnya di atas postur akhir dari skill yang digunakan sebelumnya, periode jeda
bisa dihapus. Ini adalah secret move di antara secret move yang bahkan gurunya, Kirito, bisa
lakukan hanya dalam waktu setengah detik, «menghubungkan skill»―

"......!"

Menghembuskan napas, Eugeo berharap skill dapat beraktivasi dengan segenap hatinya. Segera
setelah itu, pedang bersinar terang sekali lagi. Tubuhnya melompat maju seolah ia terlempar ke
sana. Pedang mengayun turun dari kiri atas saat itu mendekati integrity knight. Secret Move satu
serangan, «Slant».

Akhirnya, kedua mata knight terbuka lebar di dalam helm.

Baik rasa sakit maupun ayat-ayat suci merah cerah yang berputar di mata kanannya tidak muncul
kali ini, tidak seperti ketika ia mencoba untuk menebas Raios dan Humbert. Bahkan ia tidak
bimbang ataupun ragu. Keinginan untuk menebas musuh membuat seluruh tubuh Eugeo
bergerak.
Pedang Blue Rose dengan keras menebas lurus bahu kanan knight. Setelah suara logam dari
armor yang hancur keluar, dampak kusam dan berat muncul di tangan kanan Eugeo. Hambatan
yang ia rasakan pasti berasal dari otot manusia yang terpotong dan tulang manusia yang hancur.

Dengan luka dalam dari bahu ke dada, integrity knight terjatuh ke punggungnya, di tanah.

"Goahh!"

Suara tertahan keluar dari bawah helm dan segera setelah itu, sejumlah besar darah muncrat
keluar dari dasar helm, tampak lebih merah daripada daripada baju besi berwarna tembaga.

Ini merupakan kedua kalinya ia memotong manusia, tapi Eugeo masih merasa napasnya berhenti
sejenak. Semacam sensasi meremas mengepung perutnya saat menyadari perasaan tertahan yang
tersisa di tangan kanannya, tapi ia dengan paksa menghapusnya.

Seolah setuju dengan perasaan Eugeo, Pedang Blue Rose memancarkan lagi gelombang udara
dingin besar, mengubah semua darah yang menempel pada pedang menjadi embun beku dan
terjatuh, dan kembali ke kondisi awal. Bahu kanan knight itu membeku putih murni ketika ia
melihat, darah yang menetes dibuat menjadi es kecil.

"Guh ..."

Integrity knight mengeluarkan erangan rendah saat ia mengangkat tangan kirinya yang masih
memegang busur, mencoba untuk bergerak ke arah luka. Eugeo mengumpulkan kekuatan
kembali ke tangan kanannya yang memegang pedangnya setelah melihat itu. Dia harus menebas
knight sekali lagi jika lawan mulai membaca sihir suci. Karena pengguna berperingkat tinggi
dapat menggunakan semua energi suci di udara sekitarnya untuk memulihkan Nyawa, ia harus
menimbulkan cedera parah pada mulutnya, memutus lengannya, atau mungkin, tidak ada metode
lain untuk membuatnya tidak berdaya selain mengambil nyawanya.

Namun, tampaknya knight menyerah untuk melakukan penyembuhan setelah memperhatikan


tinju kirinya benar-benar beku dan tidak mampu melepaskan busur yang sudah kehilangan
apinya. Gerakan halus dengan ujung jari diperlukan untuk ritual sihir elemental. Menghela napas
panjang sambil tersenyum licik, lengannya jatuh ke tanah suara crack.

Eugeo bingung apa yang harus dilakukan sekarang. Dingin yang dibuat oleh Pedang Blue Rose
memadamkan api musuh, tapi memberikan efek menghentikan aliran darahnya juga, dengan
membekukan luka. Knight itu tidak akan mampu melawan lagi, tapi ia tidak akan mati.

Tangan kiri beku itu akan mencair cepat atau lambat jika dibiarkan saja, dan ia mungkin akan
mengejar jika telah pulih sepenuhnya.
Orang yang berbicara pertama kali adalah integrity knight, saat Eugeo tetap berdiri diam sambil
mengatupkan giginya.

"... Anak muda ..."

Eugeo meluruskan postur tubuhnya pada suara itu, serak namun masih memiliki martabat, tapi
suara selanjutnya sedikit tak terduga.

"Apa nama secret move yang pertama kali kamu gunakan ...?"

"......"

Dia bingung sesaat, tapi Eugeo menggerakkan bibirnya yang kering dan menjawab.

"... Itu ilmu pedang dari Aincrad-style, skill dua serangan, «Vertical Arc»."

"Skill ... dua serangan."

Mengulangi kata-katanya, knight terdiam sejenak, tapi segera melanjutkan pertanyaannya.

"Kamu yang di sana ... apa skill yang kamu gunakan tadi ...?"

Helm knight membuat sedikit gerakan, sehingga Eugeo segera menggeser pandangannya ke arah
belakang. Ketika ia melakukannya, ia melihat Kirito, yang terbakar di berbagai tempat, perlahan
menaiki tangga sambil menekan lengan kirinya dan menyeret kaki kanannya bersama.

"Kirito ... bagaimana lukamu!?"

Ketika ia menjawab dengan panik, partnernya tertawa lemah.

"Tidak apa-apa, aku lolos dari luka bakar yang parah .... Tuan Knight, apa yang saya gunakan
adalah skill defensif Aincrad-style, «Spinning Shield»."

"......"

Setelah mendengar itu, knight menatap langit-langit lewat retakan dari helmnya, lalu tenggelam
kembali dalam keheningan.

Suara yang keluar beberapa detik kemudian terdengar tenang, seperti sedang berbicara pada
dirinya sendiri, daripada Eugeo dan Kirito.
"... Aku selalu berencana untuk mencari melalui Dunia Manusia dari ujung ke ujung ... dan apa
pun yang berada di belakangnya ... tapi tampaknya pedang dan skill yang tidak kuketahui masih
ada di dalam dunia ini ... ―Skill kalian dipenuhi dengan kekuatan dari akumulasi pelatihan
sungguh-sungguh. Itu adalah kesalahanku ... untuk menuduh kalian berdua membuat Knight
Eldrie menjadi sesat melalui sihir terlarang ... "

Integrity knight menggerakkan kepalanya sekali lagi, menggeser pandangannya menuju Eugeo.

"... Bisakah kamu ... menyebutkan namamu?"

Setelah bertukar pandangan dengan Kirito, Eugeo dengan singkat menyatakan namanya.

"... Pendekar Pedang Eugeo. Tidak ada nama keluarga."

"Saya Pendekar Pedang Kirito."

Setelah mengangguk seolah mencerminkan nama mereka, integrity knight mengeluarkan kata-
kata yang bahkan lebih tak terduga.

"... Beberapa integrity knight sedang menunggu kalian di lantai lima puluh katedral, di « Grand
Corridor of Spiritual Light». Tidak untuk menangkap kalian hidup-hidup, tapi untuk menghabisi
semua Nyawa kalian dan untuk mengambil kehidupan fana kalian ... Napas berikutnya yang
kalian ambil mungkin akan menjadi yang terakhir, jika kalian memilih untuk menyerang secara
langsung seperti yang kalian lakukan sebelumnya."

"Hei ... hei, tuan, anda yakin tidak apa-apa bagi anda untuk mengatakan hal seperti itu?"

Kirito menyela dengan sedikit bingung. Tapi knight samar-samar menampilkan senyum lagi dan
bergumam.

"Selama aku gagal memenuhi perintah Administrator-sama ... Buktiku sebagai knight, baju besi
ini dan instrumen suci, harus disita dan aku akan dibekukan untuk jangka waktu tak terbatas ...
―Tolong ambil Nyawaku sebelum aku menderita aib seperti itu ... dengan tangan kalian
sendiri."

"......"

Knight menambahkan, melihat Eugeo dan Kirito yang terdiam.

"Tidak perlu ragu-ragu ... bagaimanapun ... skill pedang luar biasa kalian telah melahirkan
kekalahan ..."
Mendengar namanya selanjutnya cukup untuk menghentikan napas Eugeo.

"Bagiku ... Bagi integrity knight ini, Deusolbert Synthesis Seven."

Itu bukan ingatan samar-samar yang datang dari suatu tempat.

Nama itu adalah nama yang terukir dalam jiwa Eugeo, tidak memudar bahkan untuk sekejap,
selama delapan tahun ini. Itu meliputi rasa penyesalan dan putus asa yang mendalam, bersama
dengan kemarahan yang menyertai mereka.

"Deusol ... bert? Waktu itu ... kau ...?"

Eugeo mendengar suara itu keluar dari tenggorokannya, suara serak yang tampaknya milik orang
lain.

Warna armornya berbeda dan suara integrity knight yang bergema metalik memang mirip ketika
helmnya terpasang, jadi ia tidak benar-benar menyadarinya sampai sekarang, tapi tetap saja,
kalau begitu, knight yang terbarung di depan matanya sekarang adalah orang yang pernah berdiri
di depan mata Eugeo dan―

Beberapa jenis dampak mendorong punggung Eugeo dan ia mengambil beberapa langkah gontai
ke depan.

"Eugeo ...?"

Suara bertanya Kirito nyaris tidak berhasil sampai ke telinganya. Bagian atas tubuhnya
membungkuk di atas, ia menatap wajah di dalam helm dari jarak dekat.

Mungkin karena semacam ritual sihir telah dimasukkan ke dalam helm, wajah asli knight itu
diselimuti oleh kegelapan bahkan setelah jarak hanya beberapa puluh cen. Namun, ia bisa
dengan jelas melihat kedua mata yang mempertahankan kekuatan mereka bahkan setelah
sebagian besar nyawanya, ia habisi. Mereka tampak muda dan lapuk namun dengan sudut tajam.

Menggerakkan bibir keringnya, Eugeo berbisik dengan terbata-bata.

"Kau bilang untuk menghabisi ... Nyawamu ...? Itu duel yang luar biasa, katamu ...?"

Tangan kanannya mengejang tak terkendali selagi Pedang Blue Rose yang masih ada di
tangannya mulai memancarkan rasa dingin intens sekali lagi. Embun beku putih segera
menyelimuti armor integrity knight, tepat di depan titik pedang.
Eugeo melepaskan kumpulan rasa panas yang tiba-tiba keluar dari dalam perutnya, yang bahkan
hampir merobek tenggorokannya, dalam sekali napas.

"Mengikat! Mengikat seorang gadis yang baru berumur sebelas tahun dengan rantai ... dan
menggantungnya ke naga terbang saat kau membawanya pergi ... orang seperti kau sama sekali
tidak berhak untuk menggunakan kata-kata seperti ituuu――!"

Eugeo mengangkat Pedang Blue Rose tinggi-tinggi dengan pegangan terbalik.

Dia ingin menusuk mulut knight yang memuntahkan kata-kata yang benar-benar tak bisa
dimaafkan sampai hancur, menghabiskan apa yang tersisa dari Nyawanya pada waktu yang
sama.

Namun, rasa sakit kuat dan berdenyut menghambat tangan kanannya bergerak. Rasa sakit itu
tidak ada di mata kanannya, tapi di suatu tempat jauh di dalam dadanya. Itu semacam rasa sakit
yang terasa seperti seseorang dengan panik mencoba untuk menarik Eugeo kembali.

Dengan pedang masih terangkat tinggi, Eugeo, yang tubuhnya bergetar kuat, merasakan lengan
kanannya―

Dengan lembut ditahan oleh tangan kiri Kirito, yang terulur dari samping kanannya.

"...... Kenapa, kau menghentikanku, Kirito ..."

Berayun di pusaran emosinya, di ambang kehilangan semua alasannya, Eugeo menanyai


partnernya, orang yang paling ia percayai dalam hal apapun dan di atas semua orang di dunia ini.

Kirito menatap tajam Eugeo dengan mata yang diwarnai dengan rasa sakit yang secara pribadi ia
alami, dengan perlahan-lahan menggelengkan kepalanya ke kiri dan kanan.

"Tuan ini telah kehilangan semangat untuk bertarung. Kamu tidak boleh mengayunkan
pedangmu ke lawan seperti itu ..."

"Tapi ... tapi orang ini ... orang ini adalah orang yang mengambil Alice pergi ... orang ini ..."

Bahkan saat menyanggah seperti anak manja, bagian dari pikiran Eugeo telah mengerti apa yang
Kirito coba katakan.

Para integrity knight, juga, hanyalah eksistensi yang digerakkan oleh perintah dari Gereja
Axiom―perintah dari pendeta tertinggi. Orang yang menculik Alice adalah gereja itu sendiri,
hasil dari hukum dan ketertiban yang menyimpang di dunia ini.
Tapi di sisi lain, dorongan untuk mengabaikan sudut pandang yang benar dan membunuh knight
tidak menghilang. Perasaan marah, ketidakberdayaan, dan rasa bersalah yang terus menumpuk
sejak hari musim panas itu bukan dalam tingkat yang bakal menghilang hanya dengan mencari
tahu tentang penciptaan di balik dunia ini setelah sekian lama.

Keranjang rotan yang berguling di kakinya. Roti dan keju yang dikotori oleh pasir. Es yang
mencair oleh sinar matahari.

Rantai dengan cahaya kusam mengikat gaun biru one-piece Alice. Dan kedua kakinya, tak
bergerak seolah akar tumbuh dari mereka.

... Kirito-Kirito.

Kamu mungkin akan mencoba untuk menyerang integrity knight itu dan membantu Alice saat
itu. Kamu akan melakukannya walau kamu tahu kamu akan ditangkap dan dikirim untuk
persidangan.

Tapi aku tidak bisa. Meski Alice satu-satunya temanku, seorang gadis yang lebih penting dari
siapa pun, aku tidak bisa berbuat apa-apa kecuali melihat. Melihat knight ini, yang terbaring di
depan mataku sekarang, mengikat Alice dan membawanya pergi.

Badai emosi, memenuhi pikirannya yang terpecah-pecah, menyapu seluruh pikirannya. Lengan
kanan yang ditahan oleh Kirito bergetar, mengacungkan pedang lebih tinggi.

Namun, kata-kata yang Kirito ucapkan sambil menempatkan kekuatan ke tangan kirinya
mengejutkan Eugeo hingga tubuhnya membeku sejenak.

"... Aku yakin tuan ini tidak mengingatnya. Tentang waktu dia mengambil Alice dari Desa Rulid
... Bukan karena ia lupa, tapi karena ingatannya dihapus."

"Eh ...?"

Eugeo memandang helm knight yang terbaring itu dengan heran.

Integrity knight yang tidak bergeming sedikit pun, bahkan dengan Pedang Blue Rose yang
mengacung ke arahnya, bergerak untuk pertama kalinya setelah menerima tatapan dari keduanya.
Dengan paksa membuka kepalan kirinya, di mana es akhirnya telah mencair, ia membuang busur
sambil menghamburkan fragmen es, dan melepaskan kaitan helm dengan ujung jarinya.

Helm, yang dibuat agar terlihat mengerikan, terbuka seolah terbelah, dari depan dan belakang,
memperlihatkan kepala knight, dan jatuh dengan suara berdebam. Apa yang muncul adalah
wajah seorang laki-laki yang sangat tekun, di sekitar usia empat puluhan.
Rambutnya, dipotong pendek, dan alis tebalnya berwarna merah pucat mirip dengan besi
berkarat. Hidungnya mancung dan kerutan bibirnya lurus seperti dipotong oleh pisau sementara
ketajaman matanya seperti panah baja.

Namun, mata abu-abu gelapnya mengungkapkan kegelisahan di dalam hatinya, dan bergetar
sedikit. Bibir tipisnya bergerak dan suara yang mengalir keluar benar-benar berbeda dari
sebelumnya, nada yang rendah dan dalam.

"... Ini ... seperti yang anak muda berambut hitam itu telah katakan. Kamu bilang aku menangkap
seorang gadis muda dan membawanya pergi dengan naga terbang? Aku tidak ingat aku pernah
melakukan perbuatan seperti itu."

"Ti ... tidak ingat ...? Itu terjadi hanya delapan tahun yang lalu ..."

Bergumam dalam keadaan linglung, kekuatan menghilang dari lengan kanan Eugeo tanpa ia
sadari. Menyentuh dagunya seolah tenggelam dalam pikiran dengan tangan kiri, Kirito berbicara
sekali lagi.

"Seperti yang kukatakan, itu dihapus ... seluruhnya, dari awal sampai akhir. Tuan ... tidak,
Knight Deusolbert, anda adalah integrity knight yang melindungi wilayah utara terpencil, di
Norlangarth Utara, apa saya benar?"

"... Ya. Norlangarth Utara Wilayah Terpencil Ketujuh adalah ... wilayah yang kuawasi. Ya ... itu,
sampai delapan tahun yang lalu ..."

Alis knight mendekat satu sama lain, seolah mencoba untuk mengeruk sesuatu dari kedalaman
ingatan terdalamnya.

"Dan aku ... dianugerahkan armor ini bersama dengan tugas menjaga Katedral Pusat ... karena
prestasi besar ..."

"Apa anda ingat apa prestasi itu?"

Knight tidak bisa memberikan jawaban segera atas pertanyaan Kirito. Bibirnya terkatup erat,
penglihatannya mengembara. Apa yang memecah keheningan sesaat adalah kata-kata dari Kirito
sekali lagi.

"Saya akan menjawabnya untuk anda. Prestasi anda adalah membawa Integrity Knight Alice
Synthesis Thirty. Pada sebuah desa kecil di ujung utara, tempat yang tak seorang pun tahu
tentang ibukota pusat. Bahkan saat pendeta tertinggi, Administrator, menghargai prestasi anda
mengambil Alice ke menara ini, dia menghapus semua memori tentang kejadian ini dari anda ...
Alasan untuk itu telah disebutkan oleh anda sebelumnya juga."
Tanpa ada yang memerhatikan, Kirito terus berbicara, dengan nada yang lebih cepat dari Eugeo
dan integrity knight, seolah-olah dia berbicara pada dirinya sendiri.

"Integrity Knight tidak memiliki sejarah, mereka dipanggil dari Dunia Surgawi, bagaimanapun
juga; itulah apa yang anda katakan. Itu pasti apa yang pendeta tertinggi telah ajarkan pada anda
segera setelah anda bangun sebagai knight. Itulah mengapa anda tidak memiliki ingatan sebelum
anda menjadi seorang integrity knight; itulah bagaimana dia membujuk anda. Tapi untuk
menahan cerita itu, akan menjadi masalah tidak hanya jika integrity knight memiliki ingatan dari
kehidupan manusia mereka yang tersisa, tapi juga jika mereka memiliki ingatan tentang
kelahiran mereka sendiri. Akan kacau jika seorang penjahat besar yang anda bawa sendiri
muncul sebagai sesama knight pada hari berikutnya, bagaimanapu juga ... Tanpa diduga, pendeta
tertinggi itu memiliki kelemahan juga ... "

Memikirkan berbagai hal pada kecepatan mengerikan, Kirito mulai berjalan ke kiri dan kanan
sambil melihat ke bawah.

Dengan semua keinginannya keluar ketika ia melihat kondisi partnernya, Eugeo menarik napas
panjang sambil melihat laki-laki lain yang terbaring di kakinya. Ketika ia melakukannya,
Integrity Knight Deusolbert juga, tampaknya tenggelam dalam pikirannya dengan ekspresi
kosong.

Itu tidak seperti kemarahan dan kebencian lenyap, tetapi jika ingatannya tentang Alice benar-
benar terhapus tanpa jejak, ia tidak punya pilihan selain menerimanya―mungkin.

Bahwa semua knight tidak lebih dari bidak yang dimanipulasi oleh seseorang yang menjabat
sebagai pendeta tertinggi Gereja Axiom, Administrator. Bahwa musuh yang mencuri Alice
darinya, mengambil ingatannya, dan membuatnya menjadi integrity knight adalah pekerjaan satu
orang, Administrator.

Mungkin menyadari tatapan Eugeo yang melihat ke arah dirinya, mata Deusolbert berhenti
berkeliaran. Emosi yang ada di dalam dadanya jelas tak bisa dibaca, tapi suara yang mengalir
keluar dari bibirnya tergagap total, suara yang membuat orang ingin mempertanyakan apakah ia
benar-benar orang yang sama dengan lawan yang tangguh yang berdiri di depan keduanya,
beberapa menit yang lalu.

"Itu seharusnya tidak ... mungkin ... Bagaimana mungkin kami integrity knight menjadi penghuni
Dunia Manusia seperti kalian sebelum kami ditunjuk sebagai knight ......?"

"......"

Menggantikan Eugeo yang kehilangan kata-kata, Kirito menjawab lagi.


"Darah yang mengalir dari luka anda itu adalah merah, sama seperti kami, kan? Dan waktu
Knight Eldrie menjadi aneh bukan karena beberapa sihir licik yang dikenakan padanya juga. Itu
karena kami mencoba untuk memanggil kembali ingatan yang dicuri darinya .... Anda
seharusnya juga sama seperti Eldrie. Saya tidak tahu apakah anda memperoleh kemenangan di
Turnamen Persatuan Empat Kerajaan atau ditahan karena melawan Indeks Taboo, tapi ingatan
terpenting anda telah diganti oleh Administrator dengan kesetiaan terhadap gereja dan dibuat
menjadi seorang integrity knight. Anda mengatakan bahwa anda akan dihukum dengan
dibekukan, tapi Administrator-sama mungkin akan mengutak-atik ingatan anda selama itu dan
menghapus ingatan akan percakapan ini juga. Saya bahkan berani bertaruh."

Kirito menyatakan itu dengan kasar, tapi suaranya tampak terdengar sedih.

Mungkin knight merasakan itu juga, sambil menutup kelopak matanya dan diam untuk
sementara waktu, tapi dia perlahan-lahan menggelengkan kepalanya sekali lagi.

"Aku tidak bisa mempercayainya. Bagaimana mungkin yang mulia, pendeta tertinggi ...
melakukan sihir seperti itu pada ......"

"Tapi itulah kenyataannya. Pasti ada sesuatu yang tersisa dalam diri anda juga. Sebuah memori
penting dari sebelum anda menjadi seorang knight, salah satu yang tidak dapat dibersihkan oleh
ritual sihir ..."

Ketika Kirito mendekatinya dari sudut itu, Deusolbert tiba-tiba mengangkat tangan kirinya dan
menatap jari kekarnya sambil bergumam pelan dalam desahan.

"Sejak aku turun ke Dunia Manusia ... Aku selalu melihat mimpi yang sama, dari waktu ke
waktu ... Sebuah tangan mungil yang membangunkanku ... dan cincin perak yang dipakai pada
salah satu jari mereka ... Namun ketika aku bangun ... tidak ada siapa pun ... "

Alis Deusolbert diperas bersama-sama dan dia menekan keras tangan kirinya ke dahinya. Kirito
menatap tajam pada adegan itu, tapi segera bergumam pelan.

"Anda mungkin tidak bisa mengingat lebih dari itu. Ingatan anda akan orang yang memiliki
tangan dan cincin itu telah dicuri oleh Administrator ..."

Terdiam sejenak, ia mengembalikan pedang hitam di tangan kanannya ke sarungnya di sebelah


kiri pinggangnya dengan suara denting.

"... Anda putuskan apa yang harus anda lakukan dari sekarang. Apakah itu kembali ke sisi
Administrator untuk menerima hukuman, atau menyembuhkan luka anda dan mengejar kami ...
atau mungkin ..."
Memotong di sana, Kirito mengambil beberapa langkah menuju tangga yang membentang ke
atas dari sisi kanan. Tetap berdiri di sana, ia memutar bahunya dan melihat mata Eugeo.

―Bukankah itu cukup?

Matanya yang hitam berkata demikian. Eugeo memalingkan matanya ke arah integrity knight,
yang terbaring di tanah dengan mata terpejam, sekali lagi. Dia perlahan-lahan mengangkat
Pedang Blue Rose di tangan kanannya dan memasukkan ujungnya ke sarung di sebelah kiri
pinggangnya, perlahan menjatuhkannya masuk.

"... Mari kita pergi."

Mengambil tempat di samping Kirito, dia dengan ketus berbicara dan mereka mulai berjalan
menuju tangga bersama.

Tidak diketahui pilihan apa yang akan diambil Integrity Knight Deusolbert Synthesis Seven, tapi
setidaknya, tampaknya itu bukan pilihan untuk mengejar mereka berdua.

Part 2

Suara sepatu keduanya yang menaiki tangga marmer bergema dalam jangka waktu yang singkat.

Tanpa itu, ruangan akan ditelan keheningan, yang cukup menyakiti telinga seseorang. Pasti ada
sejumlah besar pendeta dan murid mereka yang tinggal di menara raksasa Gereja Axiom, sejauh
pengetahuan Eugeo, tapi dia tidak bisa merasakan kehadiran satu manusia pun, tidak peduli
seberapa keras ia menajamkan telinganya atau memfokuskan matanya.

Selain itu, pemandangan yang menyambutnya di setiap lantai yang ia naiki―aula persegi dengan
koridor yang membentang ke arah kiri dan kanan, pintu yang berbaris dalam interval yang
identik―praktis tak ada bedanya, memberinya kesan kalau sihir ilusi telah dikenakan pada
mereka tanpa mereka sadari, membuat mereka menaiki dan menuruni tangga yang sama
berulang-ulang.

Dia ingin mencoba memasuki salah satu koridor dan membuka pintu terdekat untuk memastikan
itu tidak terjadi, tapi Kirito terus melangkah dengan konstan di depan, jadi dia mengatakan pada
dirinya untuk tidak mengganggu. Jika kata-kata Deusolbert terbukti benar, musuh yang bahkan
lebih kuat akan menunggu mereka di lantai lima puluh katedral, suatu tempat yang sedikit lebih
tinggi di tangga ini.

Dengan lembut menyentuh pegangan pedang kesayangannya yang bergoyang di kiri


pinggangnya, saat Eugeo mencoba mengusir pikiran-pikiran asalnya, kaki Kirito tiba-tiba
berhenti sebelum menginjak lantai selanjutnya.
Berbalik dengan ekspresi serius, ia berbicara dengan nada tegang,

"Hei, Eugeo ....... Lantai berapa kita sekarang ...?"

"Hei ... hei."

Setelah tersandung sedikit, Eugeo mendesah, menggeleng, dan menurunkan bahunya, semua
pada waktu yang sama.

"Berikutnya lantai dua puluh sembilan. Aku pikir kalau kamu mungkin akan lupa, tapi berpikir
kalau kau benar-benar tidak menghitung."

"Setiap lantai seharusnya memiliki nomor lantai, kan?"

"Itu mungkin benar, tapi kamu seharusnya mengetahuinya setelah berjalan sejauh ini!"

Berpaling dari Eugeo seolah itu bukan urusannya, Kirito menyandarkan punggungnya ke dinding
dengan bunyi thump.

"Meski begitu, kita masih jauh, huh ... Kupikir kita sudah naik cukup tinggi juga ... Aku mulai
lapar ..."

"... Yah, kamu tidak sendirian untuk yang satu itu."

Hampir lima jam telah berlalu sejak mereka diberikan sarapan mewah di Ruang Perpustakaan
Besar Kardinal. Solus mendekati pusat langit jika dilihat melalui jendela yang panjang dan tipis,
dan karena mereka telah naik dua puluh lima lantai, yang mungkin sekitar seribu langkah,
apalagi mereka juga melakukan pertarungan yang intens, maka tak akan bisa dihindari kalau
tubuh mereka menuntut isi ulang.

Mengangguk pada kata-kata Kirito, Eugeo memegang tangan kanannya tanpa ragu-ragu.

"Jadi, serahkan salah satu yang ada di saku celana itu."

"Eh ... tidak, ini, yah, untuk penggunaan darurat, jadi ... ―Matamu ternyata tajam, huh."

"Tidak mungkin aku tidak menyadari hal itu, kan?"

Kirito memasukkan tangannya ke dalam saku kanannya dengan tampang pasrah di wajahnya,
sebelum mengambil dua manjuu keluar dan melemparkan salah satunya. Setelah menangkapnya,
aroma gurih memprovokasi perutnya meski waktu telah cukup lama berlalu sejak mereka
meninggalkan ruang perpustakaan.

"Ini terbakar sedikit karena serangan api pria tua itu."

"Ha-Hah ... jadi itu sebabnya. Terima kasih untuk makanannya."


Manjuu diciptakan oleh Kardinal melalui sihir suci peringkat tinggi, jadi itu awalnya adalah
halaman dari buku tua, tapi Eugeo memejamkan matanya akan fakta itu dan menggigitnya. Dia
sejenak menikmati rasa renyah pada kulitnya yang terbakar dan isi daging di dalamnya.

Makan siang sederhana itu selesai hanya dalam beberapa detik; Eugeo menjilat jarinya dan
menarik napas pendek. Masih ada gumpalan yang mencurigakan di saku kiri Kirito, tapi ia
memutuskan untuk mengabaikannya sambil berbicara kepada partnernya yang telah selesai
makan.

"Itu enak. ―Jadi, apa rencana dari sekarang? Kita akan mencapai lantai lima puluh tak lama lagi
jika kita berjalan selama tiga puluh menit, tapi ... apa kita akan menyerang dari depan?"

"Nn ..."

Kirito mengacak-acak rambutnya sambil meringis.

"Itu benar ... ―Kita mengetahui betapa menakutkannya seorang integrity knight, tapi menilai
dari apa yang kulihat dalam pertarungan antara kamu dan orang tua itu, daripada orang itu tidak
menggunakan skill berturut-turut, ia benar-benar tidak memiliki pengalaman dalam
menggunakannya, kukira. Aku ingin percaya bahwa kita memiliki kesempatan untuk menang
jika kita membuat pertarungan satu-satu dalam jarak dekat. Tapi beberapa dari mereka ada,
belum lagi bagaimana mereka sepenuhnya telah siap dan menunggu kita, yang akan sulit untuk
dilawan."

"Lalu ... mari menyerah untuk menyerang dari depan dan mencari rute lain?"

"Aku ingin tahu tentang itu. Bahkan Kardinal mengatakan bahwa tangga ini adalah satu-satunya
rute dan walau kita menemukan jalan rahasia, masih ada bahaya untuk tertangkap ... Aku
berharap untuk mengalahkan knight di lantai lima puluh tanpa menuju lantai lain, entah
bagaimana. Jadi kita dapat menggunakan kartu truf kita, kita memiliki waktu untuk
mempersiapkan ritual sihir itu, berkat peringatan yang diberikan orang tua itu pada kita."

"Jadi begitu ... «sihir kontrol penuh persenjataan» ..."

Ketika Eugeo menggumamkan itu, Kirito mengangguk dengan ekspresi yang kompleks.

"Aku khawatir tentang menggunakannya dalam pertarungan yang sebenarnya tanpa latihan, tapi
membuang-buang Nyawa pedang untuk percobaan menembak di tempat seperti ini hanya akan
menjadi ... Kita akan menggunakan sihir kontrol penuh bersama-sama, sebelum kita bergegas ke
lantai lima puluh dan mencoba untuk mengalahkan sebanyak mungkin knight ... "

"Aah, ada sesuatu yang harus kukatakan tentang itu, Kirito."

Dengan sedikit canggung, Eugeo memotong kata-kata Kirito.


"Itu ... aku merasa sihir kontrol penuhku tidak memiliki dampak serangan langsung yang tinggi
seperti skill integrity knight sebelumnya."

"Eh ... b-benarkah?"

"Kau tahu, orang yang menulis ritual sihir untukku adalah Kardinal ... yang mengatakan, orang
yang memikirkan jenis skillnya adalah aku, tapi tetap saja ..."

Kirito memiringkan kepalanya saat ia berbicara kepada Eugeo, yang bergumam penuh alasan.

"Yah, coba bacalah ritual sihir untuk saat ini. Tanpa kalimat pembuka."

"Y-Ya."

Dia dengan cepat membacakan ritual sihir sebagaimana diminta, tanpa «sistem panggil». Kirito,
yang mendengarkan dengan mata terpejam, menyeringai setelah Eugeo mencapai baris akhir,
"Tingkatkan persenjataan".

"Jadi itu. Benar, itu tidak bisa dibilang ofensif, tapi itu cukup berguna, tergantung pada
bagaimana itu digunakan. Dan tampaknya itu tidak terlalu buruk dengan sihir kontrol penuhku."

"Oh? Apa skillmu, Kirito?"

"Itu sesuatu yang harus kamu lihat."

Eugeo dengan ringan merengut pada Kirito, yang membaca baris dengan fasih. Namun, rekannya
menyisir ubun-ubunnya ke atas dengan wajah tenang, menyandarkan punggungnya ke dinding
sekali lagi.

"Yah, aku tidak bisa menyebutnya strategi, tapi mari kita coba. Pertama, kita bacakan sihir
kontrol penuh persenjataan sebelum kita mencapai lantai lima puluh, membiarkannya siaga
sebelum mengaktivasikannya. Setelah bergegas masuk dan mengkonfirmasi posisi mereka, kamu
serang mereka dengan skillmu, lalu aku akan melanjutkannya. Jika semuanya berjalan dengan
baik dan musuh berkumpul di tempat yang sama, kita mungkin dapat membuat mereka semua
tidak berdaya."

"Mungkin, itu bisa."

Dia ragu-ragu setuju, tapi jujur, Eugeo tidak memiliki rencana sendiri. Dia hanya bisa mengakui
partnernya memiliki bakat yang lebih baik untuk membuat rencana dengan semua faktor dihitung
di dalamnya dan ia terus terang bersyukur karena mampu membaca ritual sihir sebelum
bertarung, karena ia ragu ia bisa membacanya dengan cepat.

"... Kalau begitu, mari kita coba. Pertama, aku akan ..."
Saat ia berbicara, Eugeo dengan santai mengalihkan pandangannya ke arah kiri, menuju lantai
dua puluh sembilan katedral.

Dan ia membuka matanya lebar-lebar dengan takjub.

Dua kepala mungil menyembul keluar dari bayang-bayang pagar, mata mereka menatap intens
ke arah keduanya.

Begitu mata mereka bertemu dengan Eugeo, kepala keduanya bersembunyi seperti kilat. Tapi
saat ia menatap mereka, dalam diam, kepala mereka muncul sekali lagi, mata mereka yang masih
lugu terus berkedip.

Menyadari sesuatu telah terjadi, Kirito mengikuti pandangan Eugeo dan setelah mulutnya
ternganga seperti Eugoe, dia ragu-ragu bertanya.

"Siapa ... kalian berdua?"

Dengan itu, kepala keduanya saling bertemu, mengangguk bersamaan, dan dengan gugup
menampakkan seluruh tubuh mereka.

"A ... anak-anak ...?"

Eugeo bergumam, tanpa berpikir.

Orang yang berdiri di lantai atas adalah dua gadis berpakaian hitam yang sama persis.

Umur mereka mungkin sekitar sepuluh tahun. Dia merasakan perasaan nostalgia, karena pakaian
hitam polos itu sangat mirip dengan pakaian agama milik Selka, adik Alice, yang belajar di
gereja Rulid.

Namun, tidak seperti Selka, kedua gadis itu mengenakan pedang pendek dengan panjang
keseluruhan sekitar tiga puluh cen pada sabuk hijau mereka. Sesaat kewaspadaan muncul, tapi ia
segera menyadari bukan hanya mata pisau, tapi genggamannya juga, terbuat dari kayu
kemerahan. Warnanya tidak biasa, tapi itu mungkin mirip dengan pedang kayu yang diberikan
kepada anak-anak yang ingin menjadi pendekar pedang.

Gadis di sebelah kanan mengepang dua rambut cokelat mudanya. Alisnya tampak murung dan
sudut matanya memberikan kesan lemah lembut. Kontras dari itu, gadis di sebelah kiri memiliki
rambut berwarna seperti jerami yang dipotong pendek, dan kedua matanya beraksen keras.
Saat Eugeo dan Kirito menatap dalam diam, orang yang mengambil langkah maju adalah gadis
yang berpikiran kuat dan semangat di sebelah kiri seperti yang diduga. Mengambil napas dalam-
dalam, ia tiba-tiba mulai memperkenalkan diri.

"Erm ... aku-aku Fizel, suster pemula di Gereja Axiom. Dan gadis ini juga suster pemula ..."

"Li ... Linel."

Suara kekanak-kanakan keduanya berakhir dengan nada gemetar, mungkin karena


ketidaknyamanan mereka. Eugeo menunjukkan senyum untuk menenangkan hati mereka dan
segera menyadari bahwa ia dilihat sebagai musuh, mengingat mereka adalah suster dari gereja,
walau mereka masih pemula.

Namun, kata-kata yang diucapkan oleh gadis yang menyebut dirinya Fizel lebih langsung
daripada yang bisa Eugeo duga.

"Jadi ... penyusup dari Dataran Kegelapan itu kalian berdua?"

"Hah ...?"

Wajah Kirito dan wajahnya secara naluriah bertemu. Partnernya, juga tidak mampu membuat
keputusan untuk menangani situasi ini. Bibirnya terkatup dan alisnya saling bertemu, dan
kemudian dengan cepat bergerak dan bersembunyi di belakang Eugeo.

"Aku buruk dengan anak-anak. Aku akan meninggalkan ini untukmu."


Diberitahu itu dari belakang, ia berpikir untuk berbisik "Itu tidak adil!" kembali, tapi
bersembunyi di belakang Kirito tidak mungkin sekarang. Melihat dua gadis di lantai atas, ia
memberikan jawaban yang tertahan.

"Er ... erm, yah ... kami adalah manusia dari Dunia Manusia, tapi ... bagian tentang penyusup,
yah, tidak benar-benar salah, kukira ..."

Kali ini, kedua anak itu menyentuhkan dahi mereka bersama-sama dan mulai bertukar kata
dengan suara berbisik. Suara mereka pelan, tapi masih bisa terdengar karena sekeliling yang
terlalu hening.

"Apa-apaan itu, mereka benar-benar terlihat seperti manusia di luar, Nel. Mereka tidak memiliki
tanduk ataupun ekor."

Orang yang mengatakan itu dengan tidak puas, adalah Fizel, gadis yang tampak berpikiran kuat.
Gadis bernama Linel berpendapat kembali dengan terbata-bata.

"A-Aku hanya mengatakan apa yang tertulis di dalam buku. Kaulah yang salah untuk berpikir
mereka akan benar-benar memiliki hal itu, Zel."

"Hmm, tapi, mereka mungkin saja menyembunyikannya. Mungkin kita dapat mengetahuinya
jika kita mendekat?"

"Eeh, tapi mereka hanya terlihat seperti manusia normal. Tapi ... ada kemungkinan bahwa
mereka mungkin memiliki taring ..."

Percakapan menawan mereka mengingatkan Eugeo akan putri kembar dari pertanian Wolde di
mana ia pernah tinggal, dan bibirnya benar-benar ternganga kali ini.

Jika Kirito dan dirinya adalah anak-anak di usia itu dan menemukan penyusup dari tanah
kegelapan di dekatnya, ada kemungkinan tinggi mereka akan pergi dan mengintip seperti ini.
Tapi akibatnya, mereka mungkin akan menerima omelan keras dari ayah mereka dan kepala
desa.

Eugeo langsung khawatir, setelah memikirkan hal itu. Bukankah kedua gadis itu akan dihukum
jika melakukan kontak dengan pemberontak terhadap gereja? Dia pikir dia tidak dalam situasi
untuk mengkhawatiran itu, tapi ia tetap merasa bahwa ia harus berbicara.

"Hei ... bukankah mereka akan marah pada kalian berdua karena berbicara dengan kami?"

Setelah mendengar itu, Fizel dan Linel segera menutup mulut mereka dan tersenyum puas. Fizel
menjawab, tampak sedikit gembira. Kesopanan dalam perkataannya hilang tanpa diketahui.
"Semua bapa dan suster dan murid mereka diperintahkan untuk mengunci pintu kamar mereka
dan dilarang untuk pergi keluar sejak pagi ini. Jadi itu berarti walau kami pergi untuk melihat
penyusup, kami tidak perlu khawatir akan ada orang yang melihat kami."

"Ha-Hah ..."

Entah bagaimana, itu tampak persis seperti alasan yang biasanya akan Kirito berikan. Dia bahkan
bisa membayangkan dalam pikirannya, bagaimana mereka akan ditemukan dan dimarahi.

Kedua gadis itu berdiskusi kembali, tapi Linellah yang berbicara kali ini.

"Ermm ... kalian berdua benar-benar bukan monster dari Dataran Kegelapan?"

"Y-Ya."

"Lalu, aku minta maaf, tapi bisakah kalian mengijinkan kami untuk melihat kalian berdua lebih
dekat ...? Pada, erm, dahi dan gigi kalian."

"Eeh?"

Kehilangan ketenangannya atas permintaan yang tak terduga, Eugeo melirik ke belakang, tapi
bukan hanya Kirito tidak memberikannya bantuan, ia bahkan pura-pura tidak tahu dengan
kepalanya melihat ke tempat lain. Eugeo dengan enggan mengangguk pada kedua gadis itu.

"... Yah, kalau cuma itu, aku tidak apa-apa ..."

Tidak bisa menolak situasi ini adalah sebagian dari sifatnya, tapi ia memiliki keinginan untuk
membuktikan bahwa ia adalah manusia biasa meski seorang pemberontak yang melawan gereja
dan tergantung pada keadaan, ia mungkin akan mendapatkan informasi mengenai interior
katedral dari mereka berdua.

Wajah Fizel dan Linel berbinar-binar dan mereka berlari menuruni tangga, langkah mereka
bercampur antara rasa ingin tahu dan hati-hati. Kaki mereka berhenti setelah mencapai Eugeo,
mata biru dan abu-abu mereka menatap lekat-lekat dirinya.

Eugeo membungkuk, menyisir rambut di dahinya dengan tangan kirinya sambil memamerkan
giginya agar mereka bisa melihat. Anak-anak menatap Eugeo selama hampir sepuluh detik tanpa
berkedip sekalipun, sebelum mereka akhirnya mengangguk, tampak puas.

"Dia manusia."

"Iya, kan?"

Kekecewaan yang muncul di wajah mereka hanya bisa membuat Eugeo tersenyum kecut.
Melihat Eugeo melakukan hal itu, Linel memiringkan kepalanya ke samping.
"Tapi jika kalian berdua bukan monster dari Dataran Kegelapan, mengapa Katedral Pusat
percaya bahwa kalian berdua adalah penyusup?"

"E-Erm ..."

Bahkan saat berpikir kalau itu akan berubah menjadi skenario yang terburuk, ia pikir ia tak perlu
menyembunyikannya lagi setelah semua yang telah terjadi dan menjawab dengan jujur.

"... Dahulu sekali, seorang teman perempuanku dibawa pergi oleh seorang integrity knight. Jadi,
aku datang ke sini untuk mengambilnya kembali."

Ini, khususnya, pasti sulit untuk suster pemula, yang biasanya akan sangat percaya pada keadilan
Gereja Axiom, untuk menerimanya. Ia menduga ekspresi jijik dan cemas akan muncul di wajah
keduanya, tapi bertentangan dengan itu, kedua gadis itu hanya mengangguk singkat. Gadis
dengan rambut berwarna seperti jerami, Fizel, berbicara dengan wajah yang sedikit tidak puas.

"Jadi itu. Itu alasan yang cukup normal."

"N-Normal?"

"Ada beberapa kasus orang yang melakukan protes terhadap gereja ketika keluarga atau kekasih
mereka dibawa pergi, tercatat di masa lalu. Meski kalian berdua mungkin yang pertama kali yang
benar-benar masuk ke sini seperti ini."

Meneruskan, Linel melanjutkan dari samping.

"Belum lagi mereka bilang kalau kalian memotong rantai roh-besi dan melarikan diri ketika
kalian berdua dipenjara, dan bagian tentang berhasil mengalahkan dua integrity knight juga,
itulah yang membuat kami menunggu di sini, berpikir kalau kalian pasti monster kegelapan ...
bahkan mungkin knight kegelapan sejati yang meluncurkan serangan. Tapi untuk berpikir bahwa
kalian beruda hanyalah manusia normal ... "

Kedua anak itu saling bertatapan dan berbicara, "Apa ini cukup?" dan "Ya, kan?", saat mereka
dengan ringan saling mengangguk.

Linel, yang melihat Eugeo sekali lagi, memiringkan kepala kecilnya dan kepangnya bergoyang.

"Kalau begitu, yang terakhir, bisakah kalian menyebutkan nama kalian?"

Meski ada lagi yang ingin aku tanyakan, Eugeo berpikir saat dia menjawab.

"Aku Eugeo. Yang di belakang adalah Kirito."

"Hmph ... kalian tidak memiliki nama keluarga?"

"Ah, ya. Aku anak perintis, kau tahu .... Apa kalian berdua juga sama?"
"Tidak, kami memiliki satu."

Memotong di sana, Linel tersenyum lebar. Senyum cerah nan lebar muncul seolah pipinya terisi
dengan permen lezat.

"Namaku Linel Synthesis Twenty-eight."

Eugeo tidak bisa segera mengetahui arti dari nama itu.

Seketika, rasa dingin bisa dirasakan di perutnya dan Eugeo mengalihkan pandangannya ke
bawah.

Eugeo tidak yakin kapan benda itu ditarik keluar dari sabuknya, tapi pedang pendek yang
digenggam di tangan kanan Linel masuk sekitar lima cen ke dalam tubuhnya.

Itu seperti pedang kayu ketika dimasukkan ke dalam sabuknya, tapi sepertinya apa yang dia pikir
pedang, ternyata adalah sarung pedang kayu. Pedang asli yang ditarik keluar dari sana bukanlah
kayu. Itu adalah logam asing berwarna hijau keruh. Permukaannya menangkap sinar matahari
yang bersinar dari jendela dan berkilau seolah basah.

"Eu ...!"

Apa suara singkat itu suara Kirito? Memutar leher kakunya ke belakang, ia melihat partnernya
membeku, dengan kaki kanannya melangkah maju. Fizel, yang berada di samping Linel sesaat
sebelumnya, sekarang berdiri diagonal di belakang Kirito, dengan tusukan pedang hijau yang
sama ke dalam mantel hitam. Bentuk mulutnya yang membentuk senyum memiliki semangat
yang sama seperti sebelumnya, seperti gembira.

"―Dan, aku Fizel Synthesis Twenty-nine."

Pedang pendek ditarik keluar dari tubuh Eugeo dan Kirito pada saat yang sama. Fizel dan Linel
mengibaskan pedang dengan kecepatan yang tak bisa diikuti mata dan menghapus bersih darah
merah yang menempel, kemudian menyimpannya dengan rapi dalam sarung pedang masing-
masing.

Rasa dingin merayap dari cedera di perutnya dan menyebar ke seluruh tubuhnya dalam sekejap.
Tempat yang terkena rasa dingin membeku itu mati rasa satu demi satu.

"Kalian ... berdua ... integri ... ty ..."

Tepat setelah ia memaksa mengeluarkan kata-katanya entah bagaimana, lidahnya mati rasa dan
dia benar-benar membeku.

Lututnya menyerah tanpa peringatan dan Eugeo jatuh ke lantai seperti tongkat. Dada dan pipi
kirinya dengan keras terjatuh ke marmer, tapi rasa sakit, serta seluruh indra perasanya, tidak ada.
Segera setelah itu, Kirito terguling dengan suara berdebam.

Racun―

Eugeo menyadari, meski itu sudah terlambat, dan mencoba untuk memikirkan suatu tindakan
pencegahan.

Dia umumnya telah mempelajari tentang bentuk-bentuk racun di alam dan penangkalnya dari
pelajaran Master Sword Academy. Namun, semua itu hanyalah langkah untuk kasus ketika
mereka terkena racun dari tanaman, ular, atau serangga, bukan racun di tengah-tengah
pertarungan seperti ini.

Itu wajar saja. Pertarungan adalah kompetisi keberanian dan keanggunan di mana akademi,
tidak, Dunia Manusia miliki, jadi tindakan seperti menambahkan racun untuk senjata sangat
dilarang. Dia mendengar bahwa bangsawan muda, yang mengirimkan serangga berbisa dan
mencoba untuk menghalangi Eugeo dan Kirito mengambil bagian dalam Turnamen Pedang
Zakkaria, tidak sampai melapisi pedangnya dengan racun dalam pertandingan melawan Kirito.

Karena itu, pengetahuan yang dimiliki Eugeo hanyalah membuat jenis ramuan untuk menangkal
sengatan beberapa serangga berbisa tertentu. Walau ia menemukan jenis racun yang gadis itu
gunakan, tidak ada tanaman apapun di sekitar, apalagi tanaman obat. Metode terakhir adalah
mencoba menyembuhkan dirinya menggunakan sihir suci, tapi ritual sihi tidak mungkin
dilakukan kalau tangan dan mulut lumpuh.

Dengan kata lain, jika racun ini tidak hanya melumpuhkan tubuhnya, tapi juga racun yang terus
mengurangi Nyawanya, Nyawa mereka akan habis bahkan sebelum mereka sampai ke tengah
bangunan Katedral.

"Kamu tidak perlu takut, Eugeo-san."

Suara Integrity Knight Linel Synthesis Twenty-eight tiba-tiba keluar di atas kepalanya. Mungkin
karena pengaruh racun, ia mendengar suara manis itu agak terdistorsi, seolah dia berada di
bawah air.

"Ini hanya racuh pelumpuh. Di tempat pertama, satu-satunya perbedaan adalah apakah kamu
mati di sini atau di lantai lima puluh."

Suara langkah kakinya terdengar dan sepatu coklat muda kecil muncul dalam pandangan Eugeo
saat ia tak bisa bergerak dengan pipi kirinya menempel ke tanah. Linel mengangkat kaki
kanannya, dan kemudian menempatkan ujungnya di atas kepala Eugeo tanpa ragu-ragu,
menggerakkannya ke sana-sini seolah dia sedang mencari sesuatu.

"... Hmm, jadi benar-benar tidak ada tanduk."

Memindahkan kakinya ke punggungnya, dia tak henti-hentinya menginjak-injak punggunnya.


"Tidak ada sayap juga, huh. Zel, bagaimana denganmu?"

"Yang ini juga hanya manusia!"

Mungkin setelah memeriksa Kirito dengan cara yang sama, Fizel menjawab sedih.

"Ah-ah, dan aku berharap untuk akhirnya melihat sebuah monster dari Dataran Kegelapan juga."

"Yah, tidak apa-apa. Jika kita menyeret keduanya ke lantai lima puluh dan memotong kepala
mereka di depan orang-orang lemah yang menunggu di sana, kita pasti bisa mendapatkan
instrumen suci dan naga terbang juga. Lalu kita bisa terbang ke Dataran Kegelapan dan melihat
yang asli semau kita."

"Yep. Benar, Nel, mari kita lihat siapa yang pertama kali mendapatkan kepala knight
kegelapan!"

Bahkan setelah semua itu, suara Fizel dan Linel terdengar sangat polos dan Eugeo berpikir
bahwa bagian itulah yang paling mengerikan dari semuanya. Bagaimana bisa anak-anak seperti
kedua gadis kecil ini menjadi integrity knight―tidak, sebelum itu, mengapa anak-anak ini ada di
katedral?

Eugeo tidak bisa melihat ketika Linel, yang berada di depannya, menarik pedangnya. Kelincahan
Fizel, yang dengan mudah mengalahkan Kirito dengan jarak yang jauh, bahkan lebih
mengerikan.

Namun, skill pertarungan bukanlah sesuatu yang akan meningkat tanpa bertahun-tahun latihan
dan pengalaman dari pertarungan hidup dan mati yang sebenarnya. Alasan mengapa Eugeo bisa
dengan bebas mamakai Pedang Blue Rose, instrumen suci, bisa saja karena pengalamannya
dalam mengayunkan kapak pada Gigas Cedar, tapi Kirito mengatakan mengusir kelompok
goblin di gua utara adalah penyebab utamanya.

Tapi Fizel dan Linel berusia sekitar sepuluh tahun, tak peduli bagaimana dia melihat mereka,
mereka tampaknya tidak pernah mengalami pertarungan yang sebenarnya melawan monster
Dataran Kegelapan, berdasarkan kata-kata mereka.

Kalau begitu, bagaimana mereka menguasai gerakan tubuh dan penggunaan pedang mereka,
yang lebih cepat dari yang bisa diikuti mata?

Namun, Eugeo tidak mengeluarkan satu suara pun tentang keraguan yang berputar-putar di
dalam hatinya.

Tampaknya racun yang sempat menyebar ke seluruh tubuhnya, telah menghilang sebelum ia
sadari. Tangan kecil Linel mencengkeram pergelangan kaki kanan Eugeo dan ia melihat ia
sedang diseret ketika pandangannya berputar.
Dengan putus asa menggeser bola matanya yang hampir tidak bisa bergerak ke arah kiri, dia
melihat Kirito yang diseret seperti dirinya juga. Kelumpuhan mungkin juga mencapai wajahnya
seperti Eugeo, karena ekspresi partnernya itu kosong.

Kedua integrity knight muda itu menyeret Eugeo dan Kirito bersama, Pedang Blue Rose dan
pedang hitam masih ada di dalam sabuk mereka, dan mulai menaiki tangga tanpa peduli. Kepala
mereka dengan keras terangkat dan terjatuh setiap kali mereka naik, tapi seperti yang diduga,
tidak ada rasa sakit.

Dia harus menemukan rencana untuk terlepas dari krisis ini, tapi mungkin karena racun yang
bahkan melumpuhkan jiwanya, Eugeo tak bisa merasakan apa-apa kecuali kekosongan kering
pada tubuhnya.

Dia telah menetapkan hatinya untuk melawan Gereja Axiom, tapi dia bahkan tidak berpikir
mereka akan melakukan manipulasi mengerikan tersebut pada anak-anak kecil ini, membentuk
mereka menjadi integrity knight. Dan manusia yang hidup di Dunia Manusia percaya bahwa itu
adalah simbol kebaikan dan harmoni mutlak. Selama ratusan tahun.

"Kamu pikir itu aneh, kan?"

Suara Linel tiba-tiba terdengar di telinganya, tawa samar kemudian mucul.

"'Kenapa anak-anak seperti ini menjadi integrity knight?', Kan? Kamu akan segera terbunuh, jadi
aku akan memberitahumu."

"Nel, tidak ada ada gunanya berbicara kalau kita membunuh mereka? Kau eksentrik seperti
biasa."

"Tidakkah kamu berpikir hanya berjalan sampai ke lantai lima puluh itu membosankan?
―Eugeo-san, kami lahir dan dibesarkan di sini, di katedral ini. Kami dibuat oleh bapa dan suster
yang ada di menara di bawah perintah Administrator-sama, tahu. Bagi eksperimen sihir suci
«kebangkitan» nya yang dapat memulihkan Nyawa yang telah benar-benar hilang."

Kata-kata yang keluar dari mulutnya luar biasa mengerikan, tapi suara Linel tetap ceria sampai
akhir.

"Sepertinya anak-anak di luar menerima tugas suci mereka ketika mereka berusia sepuluh tahun,
tapi kami diberikan di usia lima tahun. Tugas kami adalah untuk membunuh satu sama lain.
Kami diberikan pedang seperti mainan, jauh lebih kecil daripada pedang berbisa ini, dan
membentuk partner dan menusuk satu sama lain."

"Kamu buruk dalam menusuk, kan, Nel. Aku tidak tahan betapa sakitnya setiap kali kamu
menusukku."

Linel menjawab, tidak puas, pada suara Fizel yang tampaknya telah mengganggunya.
"Itu karena gerakan anehmu, Zel. ―Kupikir kalian berdua akan tahu setelah mengalahkan dua
integrity knight, tapi manusia tidak akan semudah itu mati, kan, Eugeo-san, Kirito-san? Ini
bahkan sama untuk anak-anak yang baru berusia lima tahun. Bahkan ketika kami dengan panik
membunuh satu sama lain dengan cepat, kami dengan membabi buta menebas dan menikam
sampai akhirnya Nyawa kami menjadi nol, tapi Administrator-sama hanya akan membangkitkan
kami dengan sihir suci ... "

"Dan kebangkitan tidak benar-benar bekerja waktu di awal juga, kan? Anak-anak yang
meninggal dengan normal masih beruntung; ada beberapa anak yang meledak menjadi potongan-
potongan atau beberapa anak yang berubah menjadi benjolan daging aneh atau yang menjadi
orang yang berbeda saat dihidupkan kembali, kan?"

"Walau itu seharusnya adalah tugas suci kami, kami tidak ingin terluka dengan sia-sia dan
dihidupkan kembali. Kami mencoba berbagai cara dan menyadari bahwa terbunuh dalam satu
serangan sangatlah mungkin dan memiliki peluang yang tinggi untuk dibangkitkan. Tapi satu
serangan itu sangat sulit. Itu harus sangat cepat dan halus, baik itu menusuk jantung atau
memotong kepala."

"Dan kami berhasil melakukan itu sekitar tujuh kali, kupikir? Kami berlatih sepanjang waktu
selagi anak-anak lain sedang tertidur, setelah semua."

Benar-benar tidak ada tanda-tanda akal sehatnya akan kembali, tapi rasa menggigil tetap
menyerang Eugeo, seperti rasa merinding yang menyelimuti seluruh tubuhnya.

Alasan mengapa Fizel dan Linel memperoleh teknik fisik mengerikan mereka.

Itu dari membunuh satu sama lain tanpa akhir selama bertahun-tahun, atau seperti itu yang gadis-
gadis itu katakan. Hari demi hari, mereka mengayunkan pedang mereka sambil berpikir tentang
bagaimana cara terbaik untuk menghabisi nyawa teman-teman mereka.

Tentu saja, dengan akumulasi pengalaman seperti itu, mungkin untuk menguasai skill tersebut
dan diberikan posisi sebagai seorang integrity knight meski mereka masih anak-anak. Namun di
sisi lain, keduanya pasti sudah kehilangan sesuatu yang penting.

Linel melanjutkan dengan suara ceria yang sama bahkan saat ia tak henti-hentinya menaiki
tangga.

"Saat kami berusia delapan tahun Administrator-sama menyerah pada eksperimen sihir
kebangkitan. Sepertinya kebangkitan yang sempurna tetap tidak mungkin pada akhirnya. Kamu
tahu? Ketika Nyawamu menjadi nol, banyak tanda panah putih cahaya turun dan, bagaimana aku
mengatakan ini, bagian dalam kepalamu hancur sedikit demi sedikit. Anak-anak yang memiliki
bagian-bagian pentingnya menghilang tidak akan kembali sama seperti semula walau nyawa
mereka dipulihkan. Aku sering sekali kehilangan memori akan kejadian beberapa hari terakhir
saat dihidupkan kembali. ―Akibatnya, yang pada awalnya kami bejumlah tiga puluh menjadi
hanya Zel dan aku pada akhir percobaan."

"Orang tua berkepala besar itu mengatakan kepada kami yang selamat untuk memilih tugas suci
kami berikutnya, jadi kami mengatakan bahwa kami ingin menjadi integrity knight. Dia marah
ketika kami mengatakan itu, mengatakan bahwa integrity knight adalah penjaga ketertiban yang
dipanggil dari Dunia Surgawi oleh Administrator-sama; bahwa mereka tidak sama dengan anak-
anak seperti kami. Dan kemudian itu berakhir menjadi pertandingan melawan integrity knight
pemula pada saat itu .... Apa nama orang-orang itu?"

"Mm ... Sesuatu-sesuatu Synthesis Twenty-eight dan Twenty-nine."

"Begini, Nel, aku menanyakan bagian sesuatu-sesuatu itu. Oh yah, wajah yang ditunjukkan oleh
kedua pria itu ketika kami memotong kepala sombong mereka dalam satu tebasan aneh, huh?"

Menghentikan kata-katanya di sana, anak-anak itu dengan riang tertawa untuk sementara waktu.

"... Dan, setelah mengetahui hasilnya, Administrator-sama menjadikan kami integrity knight
sebagai kasus khusus. Mengganti mereka berdua yang meninggal. Tapi dia mengatakan bahwa
kami kurang memiliki pengetahuan untuk mengambil tugas pertahanan seperti knight lain, jadi
kami harus belajar tentang hukum dan sihir suci selama dua tahun sebagai suster pemula ... jujur,
itu hanya mengganggu."

"Ketika kami sedang mendiskusikan tentang bagaimana kami bisa mendapatkan naga terbang
dan instrumen suci dengan cepat, peringatan tentang bawahan dari Dataran Kegelapan menyerbu
katedral datang, kamu tahu. Nel dan aku berkata, 'Ini dia!'. Kami berpikir jika kami menangkap
penyusup dan mengeksekusi mereka lebih cepat dari knight lain, Administrator-sama mungkin
akan membuat kami menjadi knight resmi, jadi kami menunggu di tangga. "

"Aku minta maaf tentang menggunakan racun. Tapi kami benar-benar ingin membawa Eugeo-
san dan Kirito-san ke lantai lima puluh jika mungkin ... Ah, jangan khawatir. Kami super baik
dalam membunuh, jadi itu tidak akan sakit."

Sepertinya kedua gadis itu sudah tak sabar menunggu saat mereka memotong leher Eugeo dan
Kirito di depan integrity knight di lantai lima puluh. Langkah kaki mereka menjadi semakin
ringan, menaiki tangga dengan cepat meski menyeret tahanan bersamanya.

Meski ia harus memikirkan sebuah rencana untuk kabur entah bagaimana, Eugeo hanya bisa
mendengarkan apa yang mereka bicarakan dalam keadaan linglung. Walau mulutnya tidak
lumpuh, ia percaya itu benar-benar mustahil untuk membuat anak-anak ini merubah pikiran
mereka melalui kata-kata. Kedunya bahkan mungkin tidak memiliki konsep tentang hal baik dan
jahat. Semua yang mereka patuhi adalah perintah dari orang yang «membuat» mereka, pendeta
tertinggi, Administrator―
Setelah berputar untuk yang kesekian kalinya, langit-langit yang terlihat di mata Eugeo berubah
dari langit-langit lantai berikutnya menjadi langit-langit yang lapang. Tangga mungkin tidak
berlanjut karena mereka akhirnya telah mencapai lantai lima puluh yang membagi katedral
menjadi dua.

Fizel dan Linel menghentikan kaki mereka dan mengucapkan kata-kata singkat, "Mari kita pergi"
dan "Ya", satu sama lain.

Ada beberapa menit sampai pedang hijau itu memotong lehernya―tidak, mungkin hanya
beberapa detik. Tubuhnya tidak menunjukkan tanda-tanda kembali sama sekali dan ujung jarinya
tak mau bergerak sedikit pun tidak peduli seberapa banyak ia mengharapkannya.

Langit-langitnya jauh lebih tinggi daripada yang pernah ia lihat sebelumnya. Itu mungkin
setidaknya setinggi dua puluh mel. Kanopi marmer berada jauh di atas, berwarna-warni
menggambarkan rupa tiga dewi penciptaan dan pengikut mereka, menarik busur. Kolom yang
mendukung kanopi, juga dihiasi dengan patung-patung yang tak terhitung jumlahnya, cahaya
Solus menyinari mereka melalui jendela yang berada di kiri dan kanan. Itu adalah tempat yang
suram, sesuai dengan namanya, «Grand Corridor of Spritual Light».

Kedua gadis itu menyeret Eugeo dan Kirito sepanjang lima mel dan menghentikan kaki mereka
di sana. Tubuhnya berputar setengah lingkaran dan Eugeo akhirnya bisa melihat seluruh koridor
besar.

Itu amat sangat lebar. Mungkin seluas semua luas lantai katedral, lantai yang terbuat dari batu
warna yang berbeda terlihat kabur di sudut-sudut cahaya putih. Sebuah karpet merah tua
memanjang lurus menuju dinding terjauh dari pintu masuk, pintu besar yang tampak dibangun
untuk raksasa menjulang di ujungnya. Tidak salah lagi kalau tangga ke lantai berikutnya berada
di belakang pintu itu.

Dan― Jauh di depan pintu, di tengah koridor, beberapa knight tak bergerak yang mengenakan
pelindung seluruh tubuh, memancarkan udara intimidasi yang tak akan membiarkan seorang pun
melewati mereka, bisa dilihat. Empat orang berbaris pada jarak teratur. Satu orang sedikit di
depan mereka.

Empat orang di belakang dilengkapi dengan baju besi berwarna perak mengilap, dan helm
dengan potongan salib. Sama dengan pakaian yang Eldrie kenakan. Senjata mereka, juga, adalah
pedang lurus besar yang menancap masuk ke dalam lantai, kedua tangan mereka ditempatkan
pada pegangannya.

Orang yang di depan memiliki baju besi dengan desain yang berbeda dari empat orang di
belakang. Itu benar-benar diwarnai dengan cahaya anggrek halus dan kelihatan lebih canggih
juga, sementara pedang ramping yang tampaknya khusus untuk skill menusuk tergantung di
pinggangnya. Knight itu hanya mengenakan armor ringan, tapi keempat knight lainnya tidak ada
yang bisa menandingi auranya. Eugeo tidak bisa melihat apa yang ada di dalam helm dengan
model seperti sayap burung pemangsa itu, tapi ia yakin knight itu tidak akan kalah dengan
Deusolbert.

Ini adalah kelima integrity knight yang menghalangi tujuan mereka mencapai lantai tertinggi.

Tapi ancaman yang lebih besar bagi nyawa Eugeo dan Kirito pada saat ini adalah dua anak yang
berdiri tepat di depan mata mereka.

Dengan bangga membungkukkan badan mereka, yang tertupi pakaian suster polos, Linel dan
Fizel menghadap kelima knight.

"―Ya ampun, sampai Wakil Pemimpin Knight Fanatio Synthesis Two-dono ada di sini."

Linel pertama kali berbicara dengan suara ceria.

"Tampaknya yang lebih tua juga mulai agak khawatir, sampai repot-repot mengirimkan «Heaven
Piercing Sword» Fanatio-dono ke sini. Atau mungkin Andalah orang yang panik di sini, Fanatio-
sama? Saya kira Anda tidak tahan memiliki «Fragrant Olive»-dono masuk dengan posisi Wakil
Pemimpin Knight dengan penampilannya, kan?"

Beberapa detik hening yang tegang rusak dengan suara bangsawan agak tajam knight yang
disertai dengan dengung metalik.

Eugeo yakin kalau rasa iritasi tersembunyi yang ia rasakan di balik gema teredam yang
tampaknya tidak berasal dari manusia itu, merupakan sifat unik pada integrity knight.

"... Mengapa kalian para pemula berada di medan perang knight terhormat ini?"

"Aha, payah sekali!"

Fizel menjawab kembali dengan nada terus terang tanpa jeda sesaat.

"Itu karena Anda membawa hal-hal seperti kehormatan dan martabat ke dalam pertarungan,
hingga dua dari integrity knight anda yang luar biasa kuat, mampu-bertarung-dengan-seribu
integrity knight kalah, heh. Tapi tenanglah, sehingga knight terhormat anda tidak akan menderita
aib lebih lanjut, kami menangkap penyusup untuk Anda!"

"Kami akan memotong kepala para penyusup sekarang, jadi silakan lihat dari dekat dan laporkan
kepada pendeta tertinggi. Saya kira integrity knight terhormat bahkan tidak akan bisa mencuri
prestasi kami, apa saya benar?"

Eugeo hanya bisa tercengang pada nyali gadis-gadis itu meski situasi berbahaya sedang ia
hadapi, saat Linel dan Fizel berbicara dengan kurang ajar, meski lima integrity knight yang
memiliki kekuatan super sedang menghadap mereka.
Tidak―mungkin itu sedikit berlebihan.

Apa emosi yang ditunjukkan oleh anak-anak itu adalah kebencian ...?

Berbaring di lantai, Eugeo mengirim kekuatannya ke satu-satunya bagian yang bisa bergerak,
kedua matanya, dan menatap Linel dan Fizel. Tapi meski begitu, kebencian mereka diarahkan
pada siapa? Meski berdiri di depan penjahat besar yang memberontak Gereja Axiom dan pendeta
tertinggi, Administrator, gadis-gadis itu tidak menunjukkan apa-apa selain rasa ingin tahu yang
murni.

Linel dan Fizel, yang secara terbuka mengungkapkan rasa kebencian dan penghinaan,
memelototi integrity knight, para knight menatap kembali keduanya dengan pandangan iritasi,
dan Eugeo menatap mereka sambil menyimpan keraguan dalam pikirannya, jadi―

Dalam sekejap bayangan berpakaian hitam muncul di belakang anak-anak itu tanpa suara,
sepertinya tak ada seorang pun yang mendeteksi gerakannya.

Kirito, yang seharusnya terpengaruh oleh racun pelumpuh seperti Eugeo, mendekati kedua gadis
itu dari belakang dengan gerakan dari bayangan macan kumbang yang berkeliaran, dan
mengambil pedang berbisa yang tergantung di pinggang mereka: Pedang Fizel ada di tangan
kanannya, Linel ada di tangan kirinya. Dengan itu, ia menarik pedang ke atas dan menebasnya ke
lengan kiri anak-anak yang terbuka.

Kedua anak itu hanya berhasil menoleh kembali dengan wajah kosong setelah Kirito mendarat
dari lompatan jauhnya, dengan pedang pendek masih ada di tangannya.

Ekspresi kosong terkejut muncul di wajah tak berdosa Linel dan Fizel.

"Kenapa ..."

"Bergerak ..."

Efek racun segera aktif dan kedua anak itu terjatuh ke lantai dengan pelan setelah mengatakan
itu.

Kirito bangkit seolah dia adalah pengganti mereka. Dia memegang kedua pedang berbisa di
tangan kiri dan mennggeledah pakaian suster Linel dengan tangan kanannya setelah berjalan
mendekatinya. Obyek yang ia langsung ambil adalah botol kecil seukuran ujung jari, yang berisi
cairan berwarna oranye.

Membuka gabus dan menghirupnya, ia mengangguk seolah yakin, dan kemudian berjalan. Eugeo
tidak bisa berbuat apa-apa selain percaya bahwa cairan, yang dengan lembut mengalir dari botol
ke bibirnya, adalah cairan penangkal dan meminumnya. Sepertinya itu mungkin yang terbaik
bahwa ia tidak memiliki indra perasa.
Kirito, yang menampilkan kemuraman yang langka di wajahnya, berbisik dengan suara yang
sangat lembut selagi masih berlutut.

"Kelumpuhan akan sembuh dalam beberapa menit. Ketika mulutmu bisa bergerak, pastikan
untuk mulai membaca sihir kontrol penuh persenjataan tanpa sepengetahuan knight. Tetap siaga
sampai kita selesai mempersiapkannya dan tunggu sinyalku."

Bangun setelah mengatakan apa yang perlu ia katalan, Kirito berjalan ke samping kedua gadis itu
sekali lagi. Dia berteriak kepada lima integrity knight yang masih berdiri tegang, dengan suara
keras.

"Knight Kirito, serta Knight Eugeo, ingin menyampaikan permintaan maaf kami yang terdalam
karena memperlihatkan sifat kami yang tidak sopan dengan berbaring di sana! Karena
ketidakhormatan itu, saya mohon Anda untuk memberikan penundaan bagi kami untuk
memperbaiki aib kami! Saya mengusulkan kita akan bertarung setelah penundaan itu!"

Knight ungu, yang mungkin dari peringkat agak tinggi, segera menjawab dengan nada
bermartabat.

"Saya adalah integrity knight kedua, Fanatio Synthesis Two! Penjahat, instrumen suci saya,
«Heaven Piercing Sword», tidak memiliki setetes pun belas kasihan, sehingga nyatakan kata-kata
terakhir kalian jika kalian memilikinya, selagi pedang ini masih tetap bersarung!"

Setelah mendengar itu, Kirito langsung menatap kedua gadis yang runtuh di sampingnya dan
mengecam dengan kata-katanya, cukup keras bahkan knight dapat mendengarnya.

"―Aku percaya kamu berpikir itu aneh, bukan? Tentang mengapa aku bisa bergerak."

Kekecewaan muncul di mata Linel karena kata-kata yang dia ucapkan sebelumnya dicuri.

"Kalian berdua gagal menangkap kata-kata kalian tadi. Kalian mengatakan semua bapa dan
suster diperintahkan untuk tidak meninggalkan kamar mereka. Tidak boleh ada siapa pun yang
dapat melanggar perintah katedral. Oleh karena itu, hal itu membuktikan bahwa kalian bukanlah
suster pemula yang sebenarnya karena kalian tidak mematuhi perintah."

Rasa sakit muncul di sekitar tubuhnya, mungkin karena indranya mulai kembali berkat obat, tapi
Eugeo hampir tidak memperhatikan hal itu. Dia akhirnya mengerti emosi apa yang tersembunyi
di balik ekspresi partnernya.

Tidak seperti karakter biasanya, Kirito―marah.

Tapi itu tidak tampak bahwa kemarahan diarahkan pada kedua anak itu. Bagaimanapun, rasa
simpati bisa dilihat di matanya saat ia menatap Linel dan Fizel.
"Selain itu, ada sarung pedang itu pada pinggang kalian. Keduanya terbuat dari «oak ruby hijau»
di selatan, kan? Itu adalah satu-satunya bahan yang tidak akan membusuk ketika melakukan
kontak dengan pedang yang terbuat dari «racun baja Ruberyl» ini. Tidak mungkin suster pemula
biasa bisa memiliki sesuatu seperti ini. Jadi, aku membacakan sihir untuk menetralkan racun
sebelum kalian berdua mendekat. Meski itu membutuhkan beberapa waktu untuk selesai, ....
Kekuatan bukan hanya didasarkan pada seberapa cepat kalian dapat mengayunkan pedang.
Singkatnya, kalian berdua itu bodoh; cukup bodoh hingga layak untuk menerima kematian saat
ini juga."

Kirito dengan dingin berbicara pada kedua gadis itu dan mengangkat pedang racun di tangan
kirinya tinggi-tinggi.

Kedua pedang itu membuat garis cahaya hijau saat mereka dilemparkan dari tangannya, terjatuh
ke bawah tanpa ragu-ragu. Mereka terjatuh dengan suara kusam, ke lantai batu di ujung hidung
Linel dan Fizel.

"Tapi aku tidak akan membunuh kalian. Sebagai gantinya, lihatlah baik-baik betapa kuatnya
integrity knight yang kalian ejek-ejek itu."

Ia berputar ke samping setelah mengatakan itu dan berjalan beberapa langkah ke depan.

Kirito perlahan-lahan mengeluarkan pedang hitam yang menyelinap keluar dari sarungnya
dengan suara tajam dan mengacungkannya di depan dirinya.

"―Saya minta maaf untuk membuat anda menunggu, Knight Fanatio! Knight Kirito berdiri di
hadapan Anda!"

Dia berlebihan ... terlepas dari apa situasinya.

Dia berpikir untuk mengatakan itu pada punggung partnernya, tapi bibir Eugeo hanya bergetar
sedikit. Indranya kembali, tapi suaranya masih menghilang.

Kirito selalu meminjam daftar senjata dari perpustakaan akademi yang selalu membuatnya
tertarik, jadi kemungkinan besar dari sanalah ia mendapatkan pengetahuan tentang «oak ruby
hijau» dan «racun baja». Dengan pemahaman itu, Kirito mungkin telah lolos dari jebakan yang
dipersiapkan oleh Linel dan Fizel, tapi itu jelas kalau mereka telah jatuh ke dalam kekacauan
yang bahkan lebih berbahaya karena kedua anak itu. Bagaimanapun, mereka harus melawan
musuh yang kuat dalam pertarungan langsung: lima integrity knight, dengan satu di antaranya
bahkan pada posisi Wakil Pemimpin Knight. Rencana diskusi tindakan dan pembacaan sihir
kontrol penuh mereka sebelum menyerang grand koridor, sudah pasti dibatalkan.

Kirito yang biasanya akan menyeret Eugeo bersama saat ia berlari tanpa ragu-ragu, mengatur
keadaan untuk membuatnya sedikit lebih menguntungkan. Seperti yang diduga, alasan mengapa
ia tidak melakukannya adalah karena dia tidak dalam keadaan normal. Jika dia menatap dengan
tajam, ia praktis bisa melihat kemarahan mendalam pada Kirito yang tertutupi api putih kebiruan
pada kemeja hitam di punggungnya.

Bahkan instruktur Master Sword Academy akan kewalahan jika mereka melawan Kirito dari
depan saat ini. Namun, seperti yang diharapkan dari seseorang yang merupakan integrity knight
kedua, knight ungu bernama Fanatio itu memegang pegangan pedang ramping di pinggang
kirinya dengan gerakan yang bermartabat. Ketika itu terhunus dengan suara yang jelas, itu
memancarkan kilauan menyilaukan, seolah pedang itu sendiri memancarkan cahaya, dan
menyakiti mata Eugeo.

Setelah Fanatio, keempat integrity knight di belakang menarik pedang besar mereka dan
mengacungkannya dengan gerakan serempak. Tekad yang keluar dari pedang mereka
menggoyang udara di koridor seolah mendorong tubuh Kirito.

Fanatio, yang sama seklai tidak bergerak meski situasi tegang, mengeluarkan suara dengan
cincin muram dari bawah helm.

"Penjahat Kirito, tampaknya Anda menginginkan pertandingan individu dengan saya ... tapi
sayangnya, kami telah benar-benar diperintahkan untuk menggunakan segala cara untuk
menghapus kalian berdua jika kalian mencapai koridor ini. Oleh karena itu, saya akan mengirim
mereka sebagai lawan terlebih dahulu. ―«Four Oscillation Blades» marahlah di bawah instruksi
saya!"

Fanatio dengan keras berbicara, lalu mulai dengan cepat membaca sihir suci kompleks yang
dimulai dengan 'sistem panggil'. Itu mungkin, tidak, pasti sihir kontrol penuh persenjataan. Satu-
satunya cara untuk melawannya adalah menggunakan sihir yang sama, atau mengalahkan knight
sebelum ia selesai membaca.

Kirito memilih yang terakhir. Saat ia bergegas menuju Fanatio dengan kekuatan yang cukup
untuk membuat percikan muncul dari sol sepatunya, ia mengayunkan pedang hitamnya ke atas.

Namun, knight yang berdiri di sebelah kiri, di antara empat knight di belakang Fanatio, mulai
menyerang pada waktu yang sama. Pedang besar yang dipegang dengan kedua tangan mengayun
horizontal dari kiri dengan erangan berat, mengarah pada Kirito.

Kirito mengubah arah pedangnya, menerima serangan knight dengan ayunan ke bawah dari atas
kepala. Sebuah suara yang memekakkan telinga bergema. Keduanya terlempar mundur,
melebarkan jarak.

Kirito pulih lebih cepat dibandingkan dengan knight, yang buru-buru mencoba untuk menarik
kembali pedang besar. Dia sudah memasuki sikap untuk mengejar setelah mendarat, dengan
hanya satu serangan pada dada lawannya kiri ke―

"......!?"
―Napas Eugeo lolos setelah melihat itu. Dia tidak tahu kapan itu terjadi, tapi knight kedua telah
bergegas masuk dan mengeluarkan sebuah tebasan horisontal habis-habisan dari kiri.

Kirito menghentikan kakinya dan kali ini, pedangnya menebas ke arah kiri dan menangkis
pedang musuh. Ada suara logam yang sama dan percikan bunga api seperti sebelumnya, dan
keduanya membuka jarak sekitar empat mel.

Sikap knight kedua, juga, sangat rusak. Itu wajar saja, mempertahankan postur setelah serangan
habis-habisan pedang besarnya ditahan akan sangat sulit terlepas dari seberapa banyak kekuatan
fisik mereka. Apa yang harus dipuji, bagaimanapun, adalah keahlian Kirito, karena memukul
mundur pedang lawan dengan gerakan minimum dan dengan anggun menyerap tolakkannya,
menggeser ke sikap ofensif berikutnya dengan segera.

Namun.

Bahkan tanpa memberikan waktu untuk membuat gerakan, Eugeo melihat knight ketiga
menyerang Kirito sekali lagi, langsung setelah ia mendarat. Sebelum penglihatannya dicuri oleh
tabrakan antara pedang dan pedang untuk ketiga kalinya, Eugeo memaksa matanya ke belakang.

"―!!"

Dan dia menggertakan giginya. Pada saat itu Kirito menyilangkan pedang dengan knight ketiga,
knight keempat sudah mulai menyerang maju.

Bagaimana bisa mereka memprediksi gerakan Kirito dengan begitu akurat? Reaksi Kirito
akhirnya rusak setelah diserang secara horisontal. Meski begitu ia berhasil menahannya entah
bagaimana, pakaian hitamnya bergoyang di udara, mungkin karena gaya yang mendorongnya
mundur.

――Jadi begitu.

Butuh waktu lama, tapi Eugeo menyadari niat keempat knight.

Semua serangan knight menebas secara horisontal dari kiri ke kanan. Menangkis itu dengan
pedangnya akan membatasi arah kemana ia akan terlempar, untuk tingkat tertentu. Dengan itu
sebagai tujuan mereka, knight berikutnya akan mengulangi tebasan horisontal. Jarak yang lebih
luas bila dibandingkan dengan tusukan dan ayunan vertikal, bersama dengan panjang pedangnya,
bisa memberikan perkiraan kasar yang cukup bagi mereka untuk menangkap Kirito dalam
jangkauan tebasan mereka, walau hal itu dilakukan di awal.

Itu pasti «skill serangan berturut-turut melalui kelompok» dari integrity knight yang seharusnya
tidak memiliki secret move dengan serangan berturut-turut. Mereka benar-benar berbeda dari
pendekar pedang di ibukota yang murni mengejar keindahan gaya, mereka adalah prajurit sejati
yang terbentuk melalui pertarungan yang sebenarnya dengan Dataran Kegelapan.
Namun, taktik terkoordinasi para knight itu tidak sempurna.

―Sadari itu, Kirito, ada cara untuk melawannya jika kamu tahu!

Sebuah erangan serak keluar dari tenggorokan Eugeo saat ia mencoba berteriak. Lidah dan
bibirnya akhirnya mulai bergerak. Saat ia menggerakkan mulutnya putus asa agar otot-otot
kakunya dapat melonggar, untuk memulai ritual sihir bahkan sesaat lebih cepat, Eugeo dengan
panik berdoa sambil menatap partnernya. Supaya ia dapat menyadarinya.

Setelah menangkis pedang knight keempat, akhirnya pendaratan Kirito tergelincir, dan menaruh
satu tangannya ke lantai.

Pedang knight pertama meraung saat itu melancarkan serangan, menyerang setelah pulih dari
dampak.

Kirito segera menjatuhkan bagian atas tubuhnya ke belakang, menyelip di bawah pedang.
Sebagian rambut hitamnya melakukan kontak dengan pedang dan terpotong.

Ya― Jika serangan masuknya hanya tebasan horisontal, ia hanya harus menghindarinya ke atas
atau ke bawah bukan menangkis dengan pedangnya.

Tapi penghindaran itu harus dikombinasikan dengan serangan balik. Jika ia terjatuh, akan ada
jeda singkat, tidak, sesuatu yang lebih panjang dari itu sebelum ia bisa mengambil tindakan lagi.

Sepertinya knight kedua yang mendekat dari kiri Kirito sama sekali tidak berniat melepaskan
jeda itu. Dengan gesit menggeser pedang yang mengarah ke samping atas, knight mengeksekusi
tebasan vertikal dengan kekuatan penuh.

"B ...!!"

Bahaya, Eugeo mencoba berteriak, mengabaikan rasa sakit yang muncul di tenggorokannya.
Namun, itu tidak pada waktunya. Itu adalah ketika ia secara naluriah mengalihkan tatapannya,
tidak mengharapkan dia untuk dapat menghindar―

Knight pertama yang baru saja menyelesaikan ayunan pedang di sebelah kanan Kirito bergetar
keras.

Kirito tidak hanya berada di atas. Dua kakinya mencengkeram pada knight tanpa ia sadari,
menarik knight turun ke bawah.

Knight kedua tidak bisa menghentikan tebasan dan pedang besar itu menebas punggung
temannya. Knight yang menarik pedangnya sambil menunjukkan tanda-tanda syok diserang oleh
flash hitam yang membentang dari bawah.

Kirito, dengan akurat menebas kedua lengan knight saat ia bangun, berbalik ke arah knight
ketiga yang muncul untuk menyerang dalam kekacauan dan menangkisnya dengan sekuat
tenaganya. Seperti yang diduga, knight ketiga tidak bisa menebasnya dan menghentikan
serangan.

Akhirnya, serangan berturut-turut dari kelompok Fanatio yang disebut «Four Oscillation Blades»
berakhir.

Kirito berlari secepat kilat melalui celah itu. Bahkan tanpa melirik keempat knight, ia
meluncurkan serangan terhadap Fanatio, yang sedang membaca sihir kontrol penuh.

Kumohon kena―!

Eugeo dengan panik berdoa.

"Tingkatkan ...!"

Teriak Fanatio.

"Uooooh!"

Kirito melolong, pedangnya diangkat tinggi dari jauh. Normalnya itu tidak akan sampai, tapi
pedang mengeluarkan cahaya kuning-hijau segera setelahnya. Aincrad-style secet move, «Sonic
Leap». Itu adalah tebasan vertikal satu serangan seperti «Vertikal», tapi memiliki kemampuan
untuk menyerang maju lebih dari dua kali lipat jarak dalam sekejap.

Fanatio membalik titik ramping pedangnya pada Kirito yang menerkam dengan menelusuri jejak
cahaya. Namun, itu tidak mungkin untuk senjata ramping seperti itu untuk menahan dampak
secret move sekeras apa pun dia mencoba. Pedang panjang yang terbuat dari Gigas Cedar
memiliki berat yang lebih tinggi dari Pedang Blue Rose, instrumen suci. Melakukan serangan
tebasan dengan kecepatan dewa seperti itu, akan cukup untuk menghancurkan sesuatu seperti
pedang ramping itu sampai hancur berantakan, walau ada tiga pedang sama yang dikumpulkan.

Itu terjadi ketika knight berpakaian hitam mencapai puncak melompatnya dan mulai
mengayunkan pedangnya ke depan―

Kilat datang dari pedang ramping di tangan knight.

Tidak, lebih tepatnya, seperti seluruh pedang berubah menjadi cahaya putih kebiruan, itu
menyerang maju dengan kelincahan yang menakutkan.

Sinar cahaya ramping menembus sisi kiri Kirito tanpa suara, terus menuju langit, dan membuat
ledakan kecil seperti itu mengenai langit-langit grand koridor. Itu semua berakhir dalam sekejap.

Secret move Kirito terguncang dan perutnya tertembus, serangannya hanya mengenai sayap
dekoratif pada helm Fanatio, itu dengan paksa dialihkan ke udara.
Nyaris tidak ada darah yang bisa dilihat mengalir dari lukanya dan Eugeo tidak berpikir kalau
Nyawanya menurun banyak, tapi Kirito terjatuh di lututnya setelah mendarat. Ketika ia
memfokuskan matanya cukup keras, ia melihat asap pucat keluar dari sekitar lubang kecil yang
ada pada bajunya.

Itu mungkin serangan jenis api? Namun, cahaya yang dilepaskan dari pedang Fanatio adalah
putih menyilaukan yang hampir biru. Eugeo belum pernah melihat warna seperti itu sebelumnya.

Berbalik dengan gerakan yang begitu halus hingga terlihat menjijikkan, Fanatio menunjuk ujung
pedang rampingnya tepat pada Kirito yang meringkuk di lantai.

Dengan suara samar 'sha', sinar cahaya keluar lagi. Jika bukan karena Kirito bergerak ke arah kiri
segera sebelum itu, cahaya mungkin akan menembus kaki kanannya. Sinar cahaya yang meleset
menusuk lantai marmer dan membuat ledakan kecil sekali lagi. Ketika cahaya memudar, lubang
merah cerah melelehkan permukaan di sana.

"Tidak ... mungkin ...!"

Eugeo tidak menyadari suara serak yang keluar dari mulutnya sendiri untuk sementara waktu.

Bahan yang digunakan untuk membangun katedral adalah marmer dari kelas tertinggi, seperti
«dinding abadi» yang membagi Centoria Pusat seperti salib, jika dilihat dari warna putih bersih
dan sebening kacanya. Itu bukan sesuatu yang bisa meleleh tak peduli seberapa panas api yang
digunakan. Bukankah karpet yang terbakar ketika api neraka yang dibuat oleh Deusolbert
«Conflagrant Flame Bow» yang mengenai lantai cukup untuk dianggap sebagai bukti untuk hal
itu?

Dengan kata lain, hal itu akan membuat sihir kontrol penuh Fanatio jauh lebih kuat daripada skill
Deusolbert, jika yang dibandingkan adalah serangan jenis api. Jadi bukankah Nyawa Kirito yang
terkena tembakan langsung dari skill tersebut akan berada di ambang menghilang?

Kirito tidak berhenti di satu tempat, ia terus melompat ke arah berbeda saat Eugeo yang
memandangnya dengan erat mencengkeram kepalan tangannya yang diliputi rasa takut yang
dingin. Sinar cahaya berkelebat keluar satu demi satu, menusuk ke dalam tanah, saat pedang
Fanatio mengejar dirinya.

Sebuah skill yang sangat mengerikan karena itu tidak mengeluarkan gerakan sebelum cahayanya
keluar, seperti tinggal mengumpulkan cahaya atau menyodorkan pedang. Setidaknya, Eugeo
tidak bisa menebak kemana pedang ramping itu akan menembakkan sinar cahayanya.
Menggambarkannya sebagai sesuatu yang memiliki rentang yang sangat panjang akan sama
seperti «Frost Scale Whip» Eldrie, tapi miliki Eldrie hanyalah mainan anak kecil jika
dibandingkan dengan yang satu ini.
Tidak menunjukkan tanda-tanda menembak sama sekali, Fanatio terus mengejar Kirito dengan
gerakan halus seperti tarian. Kirito bisa mengelak hingga empat, lima, enam tembakan darinya
semata-mata karena kemampuan fisik luar biasa dan intuisi liarnya.

Namun, pada akhirnya, cahaya yang melesat keluar untuk ketujuh kalinya mendeklarasikan
berakhirnya pertarungan ini.

Shaa! Bagian atas kakinya tertusuk di udara dengan sinar cahaya yang hangus di udara saat itu
mengenainya, Kirito jatuh ke lantai, bahu pertama, dan postur tubuhnya hancur. Tapi tetap saja,
ujung pedang Fanatio dengan kokoh mengarah ke sedikit bagian di bawah rambut hitamnya dan
cahaya keluar.

"Ki ......"

―Rito, Eugeo mencoba berteriak sebelum dia menyadari mati rasa yang ada di tenggorokan dan
mulutnya akhirnya menghilang. Dia mungkin mampu untuk menyelesaikan ritual sihir saat ini.

Alih-alih berteriak, Eugeo terus menempatkan kekuatan ke dalam perutnya dan mulai membaca
ritual sihir dengan volume terendah agar knight tak dapat mendengarnya, tapi cukup keras untuk
mencapai dewi penciptaan.

"Sistem panggil ..."

Kirito akan mampu melewati bahaya ini sendiri. Oleh karena itu, hanya ada satu hal yang harus
Eugeo lakukan, membaca sihir kontrol penuh seperti yang Kirito minta padanya, membuatnya
siap untuk diaktifkan kapanpun dibutuhkan.

Dengan pedang kematian mengarah langsung pada Kirito, Fanatio diam untuk sementara waktu,
seolah untuk memprovokasinya, sebelum dia berbicara dengan suara membosankan.

"... Saya telah diberi nasihat, bahwa berceloteh pada saat-saat seperti ini adalah kebiasaan buruk
saya, dari Pemimpin Knight selama lebih dari seratus tahun, tapi ... tetap saja, itu terasa seperti
kesengsaraan. Setiap orang yang berbaring tak berdaya di bawah otoritas «Heaven Piercing
Swors» saya hanya bisa menunjukkan ekspresi bodoh, Anda tahu. Saya kira Anda juga bertanya-
tanya apa sebenarnya bentuk sesungguhnya dari teknik yang mampu memojokkan diri anda
semudah ini."

Tampaknya empat knight di bawah Fanatio telah selesai merawat luka mereka, karena mereka
mengepung Kirito dari belakang, memegang pedang besar mereka dengan satu tangan. Hal ini
membuatnya lebih sulit untuk melarikan diri, tapi meningkatkan kemungkinan untuk
memperpanjang narasi Fanatio. Berkonsentrasi penuh agar tidak ada kesalahan dalam
pengucapan sihirnya untuk menghindari kegagalan, Eugeo terus merangkai ritual sihir dengan
sekuat tenaga.
"Anda mungkin penjahat, tapi saya rasa Anda tahu tentang cermin jika Anda telah tinggal di
ibukota?"

Fanatio tiba-tiba menanyakan pertanyaan yang datang entah dari mana dan ekspresi bingung
muncul di wajah Kirito bahkan saat ia menahan rasa sakitnya.

Cermin.

Tentu saja, Eugeo telah melihatnya sebelumnya juga. Benda itu tidak ada di satu rumah pun di
Rulid, tapi ruang pribadinya di asrama elit pendekar pedang-dalam-pelatihan akademi dilengkapi
dengan satu cermin kecil. Itu adalah benda misterius yang memantulkan gambar jauh lebih jelas
dari permukaan air dan lembaran logam, namun Eugeo tak menyukai penampilan lemahnya, jadi
dia tidak sering menggunakannya.

Dengan pedang yang dapat menembakkan cahaya kapanpun pada Kirito jika ia membuat gerakan
sekecil apapun, Fanatio melanjutkan dengan suara yang terdengar tidak mengandung emosi.

"Itu adalah sebuah komoditas yang sangat dihargai yang dibuat dengan menuangkan perak cair
ke kaca, saya ragu akan ada banyak penduduk di luar ibukota yang memiliki kesempatan untuk
melihatnya, tapi ... alat itu mampu memantulkan cahaya Solus dengan nyaris sempurna. Saya
penasaran apa Anda memahami hal itu ... ya, alasan di balik mengapa daerah yang disinari oleh
cahaya yang dipantulkan itu menjadi dua kali lebih panas. ―Seratus tiga puluh tahun yang lalu,
yang mulia, pendeta tertinggi, menyita koin perak dan barang-barang lain yang terbuat dari
perak, dan memerintahkan pengrajin kaca untuk menciptakan seribu panel kaca besar. Mereka
dibuat untuk sihir ofensif yang tidak membutuhkan pembacaan ... percobaan yang bernama
«persenjataan», Anda tahu. Seribu cermin, dibariskan membentuk setengah lingkaran di halaman
depan katedral, memantulkan cahaya pertengahan musim panas Solus dan memfokuskannya ke
satu tempat, menciptakan neraka putih bersih. Itu melelehkan sebuah batu besar berukuran
seorang pria hanya dalam beberapa menit."

Persenjataan ... neraka putih ...?

Eugeo sama sekali tidak mengerti arti kata-kata Fanatio. Namun, dengan intuisinya ia tahu,
bahwa skema pendeta tertinggi itu pasti sama mengerikannya dengan menyuruh anak membunuh
satu sama lain dalam rangka menstabilkan sihir kebangkitan.

"―Pada akhirnya, yang mulia pendeta tertinggi menilai itu memerlukan terlalu banyak persiapan
sebelum hal itu layak digunakan dalam pertempuran. Namun, ia mengataknkan akan terlalu
sayang jika semua itu sia-sia, dan dengan mukjizat ilahinya, dia mengumpulkan seribu cermin
besar itu, menyatukannya, dan menciptakan sebuah pedang. Itu adalah instrumen suci ini,
«Heaven Piercing Sword». Apa anda mengerti, penjahat? Apa yang menembus perut dan kaki
anda adalah kekuatan dari cahaya Dewi Solus sendiri!"
Kata-kata dari integrity knight yang diwarnai dengan keangkuhan samar, membuat Eugeo
terkejut hingga ia nyaris membuat kesalahan pada pembacaan ritual sihirnya yang hampir
selesai.

Cahaya Solus yang dikumpulkan oleh seribu cermin―adalah bentuk sebenarnya dari sinar putih
terang itu?

Mungkin untuk menangkal serangan elemen termal dengan elemen kriogenik. Tapi bagaimana
caranya serangan cahaya dilawan? Di tempat pertama, sihir dengan elemen cahaya sebagai
sumber dayanya hampir tidak memiliki kemampuan ofensif langsung, sepengetahuan Eugeo.
Sebuah cahaya yang menyilaukan bisa dilawan dengan sihir elemen umbra, tapi sinar cahaya
pada tingkat itu mungkin untuk menembus sepuluh atau dua puluh elemen umbra yang
menahannya dengan mudah.

Tidak peduli dengan kegelisahan yang ada di dalam hatinya, mulut Eugeo terus membacakan
ritual sihir, setengah otomatis, dan akhirnya mencapai baris terakhir. Kekuatan tersembunyi di
dalam Pedang Blue Rose akan dipanggil setelah meneriakkan kalimat terakhir, «tingkatkan
persenjataan». Tapi ia harus menunggu sinyal Kirito.

Fanatio tampaknya telah kehabisan hal untuk dibicarakan dan mengarahkan pedangnya pada
kepala Kirito.

"Kirito, apa Anda paham kekuatan dari pedang saya yang akan menghapus Nyawa Anda? Maka
saya akan membuat Anda bertobat dari dosa-dosa Anda, mempercayakan iman tulus Anda
kepada tiga dewi, dan meminta belas kasih mereka sebelum Anda mati. Jika Anda
melakukannya, cahaya spiritual pemurnian akan membersihkan dosa-dosa jiwa Anda dan
membimbingnya ke Dunia Surgawi. Sekarang―selamat tinggal, penjahat yang tidak dewasa dan
bodoh."

Heaven Piercing Sword bersinar menyilaukan, memproyeksikan sinar cahaya yang akan
menyerang jantungnya.

"Serang!"

Ketika teriakan itu mencapai telinga Eugeo.

Sebelum pedang Fanatio bersinar, Kirito memukul kedua tangannya bersama-sama dengan 'pan!'
Dan menahan mereka di depan. Apa yang muncul di depan telapak tangannya adalah sebuah
lembaran berwarna perak.

Tidak, bukan itu. Itu bukan hanya selembar logam. Lembaran persegi sempurna itu dengan jelas
mencerminkan helm Fanatio selagi knight itu berdiri di depan Eugeo.

Mata Eugeo melihat elemen dengan dua warna yang berbeda digenggam di tangannya sebelum
disatukan bersama-sama.
Cahaya di tangan kanannya adalah elemen logam. Itu digunakan untuk menembakkan jarum atau
menciptakan alat biasa, elemen tipe logam. Dan apa yang ada di tangan kirinya adalah elemen
kristal. Itu elemen tipe kaca yang digunakan untuk menciptakan penghalang tak terlihat dan
cangkir kaca. Dengan keduanya dibentuk menjadi bentuk lembaran dan disatukan, objek yang
dibuat adalah―

Sebuah cermin.

Tombak cahaya yang menyembunyikan panas yang ekstrim mengenai cermin yang diciptakan
oleh ritual sihir Kirito dan merubah warnanya dari keperakan menjadi oranye dalam sekejap.

Nyawa alat yang dibuat dari elemen sangatlah rendah. Walau sebuah pedang tampak sama di
luar, dibandingkan dengan pedang yang ditempa dari bijih besi yang bisa bertahan selama
puluhan tahun, pedang yang dibentuk dari elemen logam hanya akan bertahan dalam hitungan
jam dan menghilang. Cermin itu juga pasti sama, sangat diragukan itu akan memiliki daya tahan
untuk membelokkan cahaya Heaven Piercing Sword.

Saat Eugeo sekilas memikirkan itu, cermin hanya muncul di udara selama sepuluh detik. Kaca
dan logam meleleh menjadi cairan dan sinar cahaya langsung mengarah pada Kirito,
mempertahankan delapan puluh persen sinarnya.

Namun, hal itu sangat berguna bagi Kirito. Memang bukan apa-apa, tapi dia berhasil
memiringkan tubuhnya ke kiri dan cahaya hanya menghanguskan sebagian rambut hitam dan
pipinya sebelum lewat ke belakangnya.

Dan sisa dua puluh persen cahaya yang tertangkap oleh cermin―

Dibelokkan pada sudut tajam dan mengarah pada helm Fanatio.

Itu seharusnya gerakkan yang tidak dapat diprediksi, tapi seperti yang diduga dari integrity
knight kedua, sinar cahaya dihindarinya dengan memiringkan kepala ke kanan dengan refleks
yang setara atau lebih tinggi dari Kirito. Namun, knight tidak bisa melindungi sayap dekoratif
yang tumbuh di sebelah kiri dan kanan helm. Dekorasi di sebelah kiri terkena cahaya dan ikatan
helmnya hancur―helm pecah menjadi dua, depan dan belakang, segera setelah itu.

Pandangan Eugeo dicuri oleh lebatnya rambut yang keluar pada saat itu.

Itu berwarna hitam pekat seperti rambut Kirito. Tapi rambutnya jauh lebih berkilau. Rambut
panjang yang mengalir berombak, yang pasti telah dirawat dengan hati-hati, berkilau mempesona
dalam cahaya tengah hari yang datang dari jendela besar.

Mengapa seseorang knight seperti―

Saat Eugeo tanpa sadar menanyakan itu, ia bisa melihat wajah Fanatio dengan cepat ditutupi
dengan tangan kirinya yang terangkat.
Dan Fanatio berteriak.

"Kau melihatnya, kan ... kerdil!"

Itu benar-benar berbeda dari suara metal melengkung yang berasal dari helm sebelumnya; itu
bernada tinggi, halus dan lentur.

Dia perempuan―!?

Rasa luar biasa terkejut membuat Eugeo mengeluarkan suaranya, menghancurkan status siaga
ritual sihirnya.

Dia dengan erat menutup bibirnya untuk mencegah kata-kata yang tidak perlu keluar. Namun,
bagian dari kesadarannya tetap tertarik pada sosok Knight Fanatio yang mundur.

Perawakannya sama seperti Kirito atau lebih tinggi, tapi ketika ia menilainya dengan pikiran itu
dalam otaknya, garis tubuh dari punggung ke pinggangnya sungguh ramping. Namun, ia masih
benar-benar yakin dia adalah seorang pria sampai sekarang.

Mereka telah menemui knight seperti Alice Synthesis Thirty, atau Linel dan Fizel, meski mereka
adalah anak-anak, jadi tidak ada alasan untuk heran bahwa ada cukup banyak perempuan dalam
integrity knight. Di tempat pertama, hampir setengah dari pelajar di akademi adalah gadis seperti
Tieze dan Ronye. Banyak integrity kngiht yang dibuat dari peringkat mereka, jadi tidak ada yang
aneh tentang knight kedua adalah perempuan.

Ketika ia merenung mengapa ia begitu terkejut, Eugeo menyadari bahwa itu karena ucapan dan
perilaku Fanatio sampai sekarang yang terlalu maskulin.

Jika itu yang terjadi, alasan kemarahan yang muncul dari Fanatio bukan karena wajahnya
terlihat―mungkin karena mereka mengetahui dia adalah perempuan.
Tampaknya Kirito, yang berdiri di lantai dengan bertumpu pada satu lutut, kehilangan ekspresi
rasa sakit dari luka bakar di pipinya juga, karena tampilan heran muncul di wajahnya.

Memelototi Kirito yang berjongkok melalui celah-celah antara jari-jari di tangan kirinya, Fanatio
berbicara lagi.

"Jadi kau ... membuat wajah semacam itu juga, huh, kriminal. Jadi, bahkan kalian, yang bersalah
karena melakukan pengkhianatan tingkat tinggi terhadap gereja, tidak akan bertarung dengan
serius saat kau tahu aku seorang gadis?"

Meskipun ratapan praktis keluar dari dirinya, suaranya yang indah, mengingatkannya akan
instrumen senar yang dimainkan oleh seorang ahli.

"Saya bukan manusia ... Saya seorang integrity knight yang dipanggil ke tanah ini dari Dunia
Surgawi ... Namun saya harus menderita cemoohan tersebut dari Anda, begitu Anda tahu saya
adalah perempuan! Tidak hanya di antara teman-teman saya ... tapi bahkan dari komandan
inkarnasi kejahatan, knight kegelapan!"

―Bukan; tak satu pun dari kami yang meremehkan Anda.

Setelah menjawab demikian dalam benaknya, sebuah pikiran muncul dalam otak Eugeo.

Dia telah melawan banyak swordswomen selama dia menjadi penjaga di Zakkaria dan saat ia
mulai belajar di akademi. Ada beberapa di antara mereka yang memiliki skill yang lebih hebat
dari Eugeo dan tentu saja, ada kalanya dia kalah melawan mereka. Melalui semua pertarungan
itu, Eugeo tidak akan meremehkan lawannya hanya karena mereka adalah perempuan dan ia
sangat menghormati para ahli di lapangan terlepas dari gender mereka.

Namun―bagaimana jika itu bukan pertandingan di mana lawan akan menang sebelum membuat
kontak atau setelah serangan pertama, tapi pertarungan hidup dan mati yang sebenarnya?
Bisakah ia benar-benar menghapus Nyawa lawannya tanpa ragu-ragu ...?

Itu adalah pertama kalinya ketika Eugeo benar-benar mempertimbangkan sesuatu dan kehabisan
nafas.

Kirito yang meringkuk di lantai menghembuskan napas dan melompat.

Itu adalah tebasan bawah dari kanan tanpa tipuan atau bahkan secret move. Namun, pedang yang
bergerak pada kecepatan mengerikan itu terlihat kabur bahkan dalam mata Eugeo. Rasanya
seperti keajaiban, Fanatio berhasil menangkisnya tepat waktu karena hatinya sedang kacau.
Gaan! Dampak yang menusuk telinga bergema melalui koridor, menghamburkan bunga api yang
menerangi wajah keduanya dengan jelas sejenak.

Fanatio dengan terampil menghentikan tebasan itu dekat pelindung pedang rampingnya, tapi dia
tidak bisa menahan dorongan dan dipaksa mundur beberapa langkah. Kirito mengunci pedang
mereka bersama-sama dan mendorong tubuh ramping knight perempuan itu tanpa mengurangi
tekanan. Lutut Fanatio, yang terbungkus armor ungu, mulai bengkok sedikit.

Kirito tiba-tiba berbicara dengan nada rendah.

"Jadi begitu, itu menjelaskan bahwa penggunaan pedang dan skill itu untuk menyembunyikan
bahwa Anda seorang wanita ketika bertarung ... benar kan, Fanatio ojou-sama?"

"Kau ... bajingan!"

Teriakkannya terdengar seperti jeritan; Fanatio memaksa pedangnya kembali saat mereka
menyerang satu sama lain.

Ketika Eugeo mengalihkan penglihatannya yang terjebak pada keduanya, dia bisa merasakan
tanda-tanda bahaya dari empat knight di sekitarnya juga. Mungkin ada beberapa di antara mereka
yang tidak tahu wajah asli Fanatio. Eugeo tidak tahu apa-apa tentang dua gadis yang lumpuh di
sebelah kanannya, namun.

Membuka diri pada mata knight, Kirito dan Fanatio melanjutkan kompetisi habis-habisan
mereka. Kirito jelas menang dalam hal berat badan dan berat pedang, ia duga. Tapi setelah
terdorong mundur sekali, Fanatio tidak menunjukkan tanda-tanda mundur dengan kekuatan fisik
yang tak terbayangkan dari lengan rampingnya.

Kirito melemparkan kata-katanya sekali lagi dari kesenjangan dalam gigi terkatupnya.
"... Saya akan mengatakan ini dahulu, tapi apa yang membuat saya terkejut tadi, adalah
bagaimana tekad pada pedang anda yang sangat menurun sesaat setelah helm Anda pecah.
Menyembunyikan wajah Anda, menyembunyikan ayunan pedang Anda ... bukankah Anda yang
paling sadar bahwa Anda adalah seorang wanita?"

"D ... diam! Aku akan membunuhmu ... Aku pasti akan membunuhmu ...!"

"Itulah yang saya rencanakan juga. Saya sama sekali tidak akan meremehkan Anda hanya karena
Anda seorang wanita; bagainamapun, saya selalu kalah oleh swordswomen sepanjang waktu
ini!"

Memang benar bahwa Kirito selalu dikalahkan oleh Sortiliena-senpai, yang ia layani sebagai
valet, sejauh yang Eugeo tahu. Tapi Eugeo percaya ia tidak benar-benar mengacu pada pelatihan
atau praktek pertandingan. Seolah-olah ia mengatakan bahwa ia benar-benar kalah oleh
swordswomen di tempat lain, dalam pertarungan nyata di masa lalu ...

Pada saat itu, kaki kanan Kirito tiba-tiba maju dan menyandung kaki Fanatio. Bagian atas
tubuhnya bergoyang dan dua pedang membuat percikan saat mereka berpisah. Tanpa menunda
sejenak, ia menusukkan pedang hitamnya dengan satu tangan.

Namun, tangan kanan integrity knight melintas dengan kecepatan dewa dan pedang rampingnya
menahan pedang hitam dari samping seperti makhluk hidup. Meluruskan postur tubuhnya sambil
menghindari rute dorongan, ia mengambil langkah mundur untuk melebarkan jarak.

Kirito pulih dengan cepat juga. Menggunakan momentum dari dorongan, ia menyerang dada
lawan seperti sedang menghantam tubuhnya dan mempertahankan jarak dekat. Bagaimanapun,
pertarungan jarak jauh tidak akan dapat mengalahkan Fanatio yang memiliki skill yang dapat
menembakkan sinar cahaya tanpa persiapan.

Benturan kecepatan ultra-tinggi pedang dimulai pada jarak mendekati nol.

Apa yang menakutkan Eugeo adalah bagaimana Fanatio menahan serangan berturut-turut gila
Kirito tanpa mundur selangkahpun. Pedang hitam yang meluncurkan serangan dari atas, bawah,
kiri, dan kanan ditahan oleh pedang ramping, yang dengan bebas berkedip di sekitar, membalas
dengan menyodorkan dua atau tiga serangan berturut-turut setiap kali ada pembukaan sekecil
apapun. Keduanya tidak menggunakan secret move, tapi itu karena mereka bahkan tidak bisa
menemukan pembukaan untuk melakukan sikap awal.

Setiap gaya pedang tradisional di Dunia Manusia hanya memiliki skill pedang satu serangan dan
tampaknya Integrity Knight Deusolbert bahkan tidak tahu tentang skill serangan berturut-turut.
Itu berarti Fanatio melatih skill pedang berturut-turutnya melalui usaha sendiri. Alasan di balik
itu pasti tidak berhubungan dengan pernyataan Kirito beberapa waktu yang lalu.
Cahaya dari Heaven Piercing Sword, untuk mengalahkan musuh tanpa mendekat. Atau skill
serangan berturut-turut, untuk mengalahkan musuh dengan serangan berturut-turut walau dia
tidak mampu menggunakan sihir kontrol penuh dan kehilangan inisiatif.

Dengan kata lain, knight wanita, Fanatio, takut musuh mendekatinya dan melihat apa yang
tersembunyi di bawah armornya.

Tapi kenapa ...? Kenapa dia berusaha keras menyembunyikan jenis kelaminnya sendiri?

Selagi merefleksikan keraguan baru yang muncul, mata Eugeo terpaku pada pertarungan antara
keduanya. Sepertinya empat knight di bawah Fanatio juga sama, mereka menonton pertarungan
ganas tanpa bergerak sedikit pun dan pedang besar mereka diturunkan.

Sungguh, ini seperti―

Seperti pertarungan yang luar biasa.

Pada jarak dekat, keduanya nyaris tidak menggerakkan kaki mereka dan terus bertahan melawan
rentetan tebasan atau tusukan yang melesat bolak-balik hanya dengan menghindarinya atau
menangkisnya. Suasana di sekitar keduanya seperti ada sejumlah besar bintang-bintang yang
mengalir, memantul kembali, dan hilang, satu demi satu. Bahkan tabrakan antar baja memiliki
keindahan tertentu, mengingatkan akan salah satu pertunjukan instrumen perkusi oleh dua orang.

Senyum dingin merayap ke wajah Kirito yang mulai pucat saat ia mengeksekusi teknik dengan
semangat seperti itu, rasanya seperti dia benar-benar menyatu dengan pedang hitam. Pertarungan
jarak dekat seharusnya telah menutup penggunaan cahaya Solus, tapi saat ini dia tampaknya
hanya tenggelam dalam kegembiraan yang memancar dari skill pedang dan juga isi hatinya.

Di sisi lain, Fanatio seharusnya tidak memiliki alasan untuk terus melakukan pertarungan jarak
dekat dengan lawannya. Jika dia mendapatkan salah satu bawahannya untuk menyerang Kirito
dari belakang, mengambil pembukaan untuk mendapatkan beberapa jarak, dan menembakkan
sinar cahaya lagi, tidak akan ada kemungkinan lagi Kirito akan bertahan.

Meski demikian, integrity knight dengan rambut panjang hitamnya yang berkibar tampaknya
mencoba untuk menyelesaikan pertarungan melalui serangan langsung dengan pedang
rampingnya. Eugeo tidak bisa menyimpulkan alasan untuk itu. Karena kemarahan yang
disebabkan oleh provokasi Kirito? Harga dirinya sebagai seorang knight tidak bisa membuatnya
mundur? Atau mungkin, dia juga telah menemukan sesuatu dalam pertukaran skill serangan
berturut-turut ini, pertempuran luar biasa ini?

Eugeo tidak bisa melihat apa-apa selain punggung Fanatio dari posisinya; dia tidak tahu ekspresi
seperti apa yang muncul di wajahnya.

Menebak dari beberapa komentarnya, ia menduga Fanatio telah melayani gereja sebagai integrity
knight hampir selama seratus tiga puluh tahun, dengan kemungkinan lebih dari itu. Itu adalah
waktu yang Eugeo bahkan tak bisa bayangkan, dengan dirinya sendiri tidak yakin apakah ia
bahkan bisa mencapai umur sembilan belas tahun.

Dia tidak tahu berapa tahun telah berlalu sejak ia menyembunyikan wajah dan jenis kelaminnya,
tapi jika dia melatih semua skill pedang berturut-turut melalui usahanya sendiri, itu bukan hanya
latihan sepuluh atau dua puluh tahun. Kirito hanya bisa terus bertarung dengan Fanatio sekarang
juga karena ia adalah seorang pengguna skill serangan berturut-turut yang langka, Aincrad-style.
Jika ini adalah pendekar pedang lain, mereka mungkin telah bersujud di tanah, tidak dapat
mengambil bahkan satu langkah pun dalam jangkauan pedang itu.

Oleh karena itu, Kirito mungkin lawan pertama yang dihadapi Fanatio yang bisa melawan semua
skill pedangnya.

Mereka mungkin integrity knight, tapi pengagungan keindahan dan kegagahan dalam
menggunakan satu serangan terbukti pada gaya bertarung Eldrie dan Deusolbert. Karena itu, ia
ragu bahwa Fanatio menampilkan skill serangan berturut-turutnya dalam latihan dengan seorang
knight sebagai pasangannya. Dia telah berlatih sendiri untuk waktu yang sangat lama, tanpa ada
seorang pun kecuali bayangan imajiner; seorang pengguna skill serangan berturut-turut yang
sama kemudian muncul, mengambil bentuk sebuah entitas bernama Kirito.

Saat Eugeo melihat konfrontasi super keduanya, seluruh tubuhnya merinding tanpa ia sadari
sampai air mata keluar dari matanya.

Sejak Kirito mulai mengajarinya Aincrad-style, pertarungan terhebat yang ia bayangkan dalam
pikirannya sedang terwujud dalam kenyataan sekarang. Itu tidak memiliki keindahan gaya yang
terus mencari kesombongan, tapi keindahan kacau yang murni diperoleh sebagai hasil dari
keinginan untuk mengalahkan musuh.

Lima tusukan berturut-turut Fanatio mengambil lima tebasan berturut-turut Kirito secara
bergantian, ditolak sangat jauh saat keduanya meneriakkan tekad mereka.

"Ryaaaa!"

"Seaaaa!"

Bahkan Eugeo, yang tergeletak jauh di tanah, bisa merasakan panas dari gelombang kejut yang
disebabkan oleh bentrokkan pedang di kulitnya. Rambut hitam Kirito dan Fanatio yang
melayang keras, pedang mereka yang berderit, dan keduanya beralih posisi.

Eugeo kehilangan napas sejenak saat wajah Fanatio akhirnya memasuki pandangannya.

Itu wajah yang cantik dan murni; salah satu yang mengingatkannya akan wanita suci dari dunia
dongeng jika mereka benar-benar ada. Dia mungkin berada di usia pertengahan dua puluhan
ketika melakukan perbuatan dosa, kulit halusnya seperti teh hitam yang dimasukkan banyak
susu. Kedua alisnya berbentuk busur dan bulu mata panjangnya berwarna hitam, tapi matanya
berwarna coklat tua kemerahan hampir mendekati emas. Penampilannya menunjukkan bahwa
dia mungkin lahir di wilayah timur dan hidungnya cukup mancung. Rahangnya memiliki
kelengkungan juga, menghasilkankan keanggunan yang sangat lembut. Dan bibir mungilnya
berwarna sangat merah muda.

Rasa marah membunuh dari sebelumnya tidak lagi ada di wajah knight wanita itu. Sesuatu
seperti kepasrahan, memendam semacam kesedihan tertentu, bisa dirasakan pada wajahnya
sekarang.

"―Saya tahu sekarang."

Fanatio bergumam dengan suara menyihirnya selagi pedangnya menyerang.

"Penjahat, tampaknya Anda sedikit berbeda dari mereka yang bertarung dengan saya. Belum ada
laki-laki yang mencoba membunuh saya seserius ini setelah mereka melihat wajah keji ini
sampai sekarang."

"Keji―huh. Lalu untuk siapa Anda menyisir rambut dan mewarnai bibir merah itu?"

Pertanyaan Kirito provokatif seperti biasa, tapi Fanatio yang hanya menunjukkan tanda-tanda
samar senyum sinis, menjawab dengan tenang.

"Saya sudah menunggu lebih dari seratus tahun untuk pria yang saya cintai untuk meminta lebih
banyak dari saya, selain teknik pedang dan kepala terputus ... wajar bagi saya memiliki mood
untuk memakai beberapa kosmetik setelah merindukannya begitu lama di bawah topeng baja itu
dan berakhir dengan menemui seorang knight wanita baru, dengan wajah yang lebih cantik dari
saya dan bisa dengan bebas memunjukkannya."

Seorang knight kuat yang lebih cantik daripada Fanatio. Dan juga perempuan.

Baru saja Eugeo menggigil memikirkan bagaimana lawan yang akan menunggu mereka nanti, ia
menyadari bahwa ia tahu siapa integrity knight yang sesuai dengan kondisi tersebut. Tidak
memakai helm, menjadi knight baru dalam beberapa tahun terakhir, seseorang yang memukul
Eugeo dengan satu serangan berkecepatan dewa―Alice Synthesis Thirty.

Kirito seharusnya merenungkan kata-kata Fanatio juga, tapi ia sama sekali tidak
mengungkapkannya saat ia bertanya lebih lanjut.

"―Apa hal yang paling penting bagi Anda? Jika integrity knight ada hanya untuk mematuhi
perintah pendeta tertinggi, Anda bahkan tidak memerlukan hati yang mampu mengkhawatirkan
cinta atau cemburu. Saya tidak tahu siapa pria itu, tapi jika Anda sudah memiliki cinta yang tak
terbalas pada dirinya selama lebih dari seratus tahun ... itu berarti anda manusia. Itu karena anda
manusia, seperti saya. Saya bertarung untuk menggulingkan gereja dan pendeta tertinggi, untuk
memungkinkan manusia seperti Anda untuk mencintai dan hidup dengan normal!"
Bahkan Eugeo sangat terkejut mendengar kata-katanya. Dia tidak pernah tahu Kirito, yang selalu
tampak menyendiri, memikirkan hal-hal seperti itu dalam pikirannya. Tapi pada saat yang sama,
Eugeo juga menyadari suatu tempat di dalam suara partnernya memiliki gema, semacam
kontradiksi.

Wajah Fanatio terdistorsi sekali lagi, meski hanya sekilas.

Melihat dahi halusnya, dia pikir «piety module» akan keluar seperti dalam kasus Eldrie, tapi
perubahannya berakhir di sana.

"... Nak, anda tidak mengerti. Jika otoritas gereja hilang, siapa yang tahu jenis neraka apa yang
nanti akan masuk ke dunia ini ... Tentara Dataran Kegelapan memperkuat pasukan mereka hari
demi hari, berteriak-teriak di luar pegunungan ujung yang menutupi mereka. Aah ... saya akan
mengakuinya, anda kuat. Dan bukan bawahan kegelapan atau penyusup berbahaya, seperti yang
Kepala disebutkan, tampaknya. Namun, itu tidak mengubah fakta bahwa Anda adalah bahaya
yang ekstrim. Dapat mempengaruhi gereja dan integrity knight bukan hanya dengan pedang itu,
tapi juga kata-kata Anda ... Sebelum tugas terbesar diberikan kepada kami integrity knight, untuk
melindungi Dunia Manusia dan penduduknya, cinta saya hanyalah kecil ... itu bahkan tidak layak
untuk diambil, itu setara dengan sampah dari gandum."

Seolah Fanatio menepis keraguan itu, Heaven Piercing Sword dan pedang hitam yang saling
beradu terus mengeluarkan suara berderit yang tampak pada batasnya, bahkan saat Fanatio
berbicara dengan ekspresi serius. Sudah jelas bahwa salah satu dari mereka akan terlempar jika
mereka mengurangi kekuatan mereka meski hanya sedikit.

Tidak, kedua pedang akan terus kehilangan Nyawa mereka untuk sementara waktu. Jika pedang
tetap terkunci, yang pertama akan kehabisan Nyawa akan menjadi Heaven Piercing Sword.
Bagaimanapun, jika statusnya sebagai instrumen suci berada di tingkat yang sama, satu yang
Nyawanya lebih banyak akan menjadi yang lebih tebal dan lebih berat.

Tidak mungkin Fanatio tidak menyadari itu. Dan bagaimana dia akan tanpa ampun ditebas oleh
Kirito saat pedangnya terdorong kembali, menciptakan pembukaan.

"Oleh karena itu―saya perlu mengalahkan Anda. Walau saya harus menginjak-injak harga diri
saya sebagai seorang knight. Mencibir saya karena menang dengan skill yang tak sedap
dipandang. Anda memiliki hak untuk melakukannya."

Setelah dengan lembut menyatakan semua itu, Fanatio melanjutkan dan berteriak.

"Cahaya yang tersembunyi dalam Heaven Piercing Sword, sekarang adalah waktu untuk
melepaskan diri dari belenggu Anda!! ―Lepaskan Ingatan!!"

Ritual sihir ini―adalah sihir untuk melepaskan memorinya!

Pedang perak bersinar lebih terang daripada sebelumnya.


Setelah itu.

Shupaa! Beberapa sinar cahaya dikeluarkan dalam pola radial dari titik pedang dengan suara itu.

Eugeo secara naluriah berpikir itu dimaksudkan untuk membutakan. Untuk sejenak mengambil
penglihatan Kirito dan menghancurkan postur tubuhnya sebelum memotongnya.

Namun, prediksinya benar-benar salah ketika salah satu sinar cahaya yang ditembak ke segala
arah oleh Heaven Piercing Sword memukul lantai tepat di samping Eugeo, membuat lubang
dalam pada marmer.

Itu bukan untuk membutakan―sama sekali bukan!

Kirito! Eugeo mengangkat tubuh bagian atasnya sambil berteriak di dalam hati. Ketika ia
memfokuskan penglihatannya, sinar cahaya yang ditembakkan dari jarak dekat akan menembus
lengan kanan Kirito. Itu tidak semua, ia sudah bisa melihat jejak hitam pekat tusukan di bahu kiri
dan paha kanannya.

Dan Kirito bukan satu-satunya yang dikejutkan oleh sinar ultra-panas pada tubuh.

Pemilik dari Heaven Piercing Sword juga memiliki lubang pada armor bagian perut, bahu, dan
kedua kakinya. Kedalaman luka-lukanya lebih buruk daripada Kirito. Namun, ekspresi penuh
tekad yang ada pada wajah cantiknya tidak menurun sedikitpun.

Integrity Knight Fanatio Synthesis Two berencana untuk menghabisi Nyawanya juga, dengan
Kirito sebagai rekannya.

Kata-kata dari pendeta tertinggi sebelumnya, Kardinal, berputar di dalam benaknya. Frase ritual,
«lepaskan ingatan», membangkitkan semua memori senjata, melepaskan kekuatan
mengamuknya. Sebuah kekuatan yang mampu memusnahkan nyawa seseorang yang tidak hanya
menelan musuh, tapi juga dirinya sendiri.

Pelepasan Heaven Piercing Sword memberikan sebagian besar luka fatal bagi keduanya dalam
jarak dekat, dan kerusakan besar pada empat knight di sekitarnya, dalam serangan awal.
Ornamen suci di dalam grand koridor juga terkena dan terbakar secara brutal, sedangkan jendela
kaca mahal hancur dalam sekejap. Hampir tidak ada sinar cahaya yang mengarah pada Eugeo
dan kedua gadis yang lumpuh di dekatnya, tapi tetap saja, mereka akan menerima tembakan
langsung cepat atau lambat.

Tidak peduli seberapa banyak cahaya yang dipancarkan, instrumen suci yang terbuat dari seribu
cermin sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda jatuh ke dalam keheningan. Titik pedang
bersinar pada interval sekitar satu detik, menembakkan sinar cahaya pendek tanpa tujuan.
Setengah ditembakkan ke arah langit kosong, hanya mengenai dinding, pilar, dan langit-langit,
tapi di antara setengah lainnya, yang menjangkau pada sudut yang lebih rendah, diterima oleh
tubuh keduanya dalam jarak dekat.
Tidak dapat melepas pedangnya, Kirito hanya bisa menggelengkan kepalanya sebanyak yang dia
bisa untuk menghindari cahaya yang mengarah pada dahinya. Cahaya menuju wajah Fanatio
berikutnya, tetapi integrity knight itu tidak membuat sedikit pun gerakan. Sinar cahaya
menyerempet pipinya, membuat alur merah gelap pada kulit halus tanpa cacatnya dan membakar
sejumlah besar rambut hitamnya dalam sekejap.

"Kau ... idiot sialan!!"

Kirito berteriak dengan ekspresi putus asa. Tetesan darah segar tersebar dari mulutnya karena itu.
Eugeo dengan mudah bisa membayangkan bagaimana tubuhnya yang menerima banyak sinar
cahaya akan membuat Nyawa Kirito berada di ambang habis, tak peduli seberapa banyak ia
memilikinya. Tapi pendekar pedang berpakaian hitam itu dengan keras kepala menolak untuk
jatuh, bahkan memindahkan pedangnya ke asal sinar cahaya, ujung Heaven Piercing Sword, dan
menutupinya dengan sisi pedang hitam.

Akibatnya, itu mungkin hanya menjadi penundaan sementara, tetapi semua cahaya yang
ditembakkan ke arah Kirito dan Fanatio akhirnya terhalang oleh pedang hitam.

Sekarang―sekarang atau tidak pernah!

Kirito tidak membuat sinyal, tapi Eugeo tahu bahwa waktunya pasti telah datang melalui
rasionalitas dan intuisinya.

Fanatio otomatis melawan, sementara empat knight di bawahnya mati-matian berlindung dari
cahaya juga, menggunakan pedang besar mereka sebagai tameng, hampir tidak peduli lagi
terhadap penjahat yang tersisa. Tidak ada seorang pun yang mampu menghentikan sihir kontrol
penuh Eugeo yang akan membuatnya terbuka lebar selama aktivasi jika ia menggunakannya
pada saat ini.

Muncul dengan kekuatan intens, Eugeo menarik keluar Pedang Blue Rose yang telah ia
cengkeram sepanjang waktu dalam satu pukulan.

"Tingkatkan ......"

Berputar di udara, menggerakkannya dengan ayunan lemah, dia mendukung pegangan dengan
tangan kiri dan mendorongnya ke lantai marmer dengan semua kekuatan yang bisa ia kerahkan.

"―Persenjataan!"

Hampir setengah pedang biru pucatnya menusuk lantai.

Bashiiii! Disertai dengan ledakan bising yang tajam, lantai marmer seketika tertutup es putih
murni.
Saat kristal es dengan tajam menusuk ke atas, gelombang dingin menyerang pada kecepatan
yang sangat tinggi.

Sekitar lima detik setelah aktivasi, gelombang dingin dengan luas hampir sepuluh mel melanda
Kirito dan Fanatio, bersama dengan empat knight, di kaki mereka.

Sepertinya keempat knight akhirnya menyadari adanya fenomena aneh. Wajah-wajah yang
ditutupi oleh helm tersentak dan berbalik untuk menatapnya.

Tapi itu sudah terlambat.

Selagi Eugeo menempatkan semua kekuatan yang ia miliki ke kedua tangannya, ia berteriak
keras.

"Mekarlah―Pedang Blue Rooose!"

Tak terhitung sulur es biru pucat tumbuh ke atas dalam sekejap, menuju empat knight, Fanatio,
dan Kirito dari kaki mereka.

Setiap sulur hanya setebal jari kelingkingnya. Tapi semuanya memiliki duri, berkumpul dengan
padat bersama-sama, dan dengan kuat memangsa kaki mereka.

"Nhn ..."

"A-Apa!?"

Para knight serempak berteriak. Sulur es sudah merangkak naik ke pinggang dan perut mereka
dari kaki mereka saat itu. Ada beberapa yang mencoba untuk menghancurkan sulur dengan
pedang besar mereka, tapi sulur melilit pedang berulang kali, membelenggu mereka ke lantai.

Para knight yang diserang oleh sulur, dari dada ke kepala mereka, bahkan sampai ujung jari
mereka, membeku menjadi patung es. Akhirnya, dari sulur yang terus melilit buruan mereka
sambil mengeluarkan suara-suara tajam 'kin' memunculkan jumlah tak terbatas mawar besar,
yang memiliki warna biru yang mendalam, didahului oleh gema yang sangat jernih.

Tentu saja, semua itu adalah es dingin. Tidak ada aroma madu yang diproduksi oleh kelopak
solid dan transparan itu, tapi untuk menggantikan mereka, mawar mulai memancarkan rasa
dingin putih. Udara di dalam koridor diselimuti oleh kabut tebal dalam sekejap, berkilauan dan
gemerlap. Sumber dari rasa dingin itu―adalah Nyawa para knight yang tertangkap.

Kecepatan penurunannya sangat bertahap, tapi mereka tidak bisa mengumpulkan kekuatan untuk
memutuskan ikatan mereka selagi mawar es menyerap Nyawa dari seluruh tubuh mereka. Di
tempat pertama, ritual sihir ini tidak dimaksudkan untuk membunuh musuh. Eugeo memutuskan
sifat sihirnya semata-mata karena tujuan untuk menghentikan gerakan Integrity Knight Alice.
Keempat knight dibuat benar-benar tak berdaya, tapi seperti yang diharapkan dari orang yang
mengatur mereka, sepertinya Knight Fanatio menyadari sifat dasar skill di saat sulur mulai
membekukan dan melompat ke udara untuk melarikan diri.

Namun, Kirito, yang mengetahui sihir Eugeo, bereaksi sedikit lebih cepat. Setelah melompat
tinggi untuk mengantisipasi Fanatio, Kirito menggunakan bahu swordswoman sebagai batu
loncatan dan melompat lebih tinggi ke udara. Berjungkir balik ke arah belakang sambil
menghamburkan darah segar, dia lolos dari sulur es.

Korbannya terdorong ke tanah; sulur melilit seluruh tubuh Fanatio saat ia terjatuh pada lututnya.

"Kuh ...!"

Mungkin karena konsentrasinya hancur, sinar cahaya yang keluar dari Heaven Piercing Sword
berakhir setelah menghancurkan beberapa sulur, dan tenggelam dalam keheningan. Sulur tipis
dengan cepat memintal benangnya ke sekitar armor yang rusak, membungkusnya ke dalam es
tebal.

Mawar biru terakhir yang terbuka dari kaki Fanatio mekar dalam semua kemuliaan dan menutupi
bekas luka yang ada di pipinya. Integrity knight kedua benar-benar berhenti bergerak bersama
dengan instrumen suci.

Terlepas dari cedera parah di seluruh tubuhnya, Kirito berguling mundur beberapa kali dan
memisahkan diri dari sulur es, kemudian gagal mendarat dan jatuh berdebum di samping Eugeo.
"Gufh ..."

Sebuah suara tercekik keluar dari kedalaman tenggorokannya dan sejumlah besar darah segar
segera menyembur keluar. Melihat saat itu membeku menjadi es merah gelap dalam sekejap,
Eugeo tanpa sadar berteriak.

"Kirito ... tunggu sebentar, aku akan melakukan penyembuhan ...!"

"Tidak, jangan hentikan skillmu!"

Bahkan ketika ia berada di ambang kehilangan kesadaran karena kehilangan darah, Kirito masih
melotot dengan sinar di matanya dan menggeleng.

"Orang itu tidak akan jatuh hanya dengan ini ..."

Sementara benang darah mengalir di dekat bibirnya, ia menyandarkan tubuhnya penuh luka
dengan pedang hitam.

Kirito mengusap mulutnya dengan tangan kirinya dan menutup kelopak matanya sebentar untuk
mengatur nafas, sebelum ia membuka kedua matanya dan mengangkat pedang hitam tinggi-
tinggi.

"Sistem ... panggil!"

Ritual sihir yang mengikuti kalimat pembuka yang mencerminkan kehendaknya dibacakan
dengan kecepatan yang luar biasa, mengingat statusnya fisiknya.

Dengan ajaib darah merasuki kesenjangan antara ayat dan cairan merah menyembur dari
bibirnya kali ini, tapi tetap saja, Kirito terus melafalkan ritual sihir yang melebihi sepuluh baris
tanpa salah.

Melihat dari dekat, tak terhitung bekas luka yang dipenuhi darah ada di tubuh Kirito, dan itu
membuatnya menggigil. Cahaya Heaven Piercing Sword menembus tubuh terlatihnya beberapa
kali, menghanguskan luka-lukanya. Tidak ada banyak perdarahan, sedikit lebih baik, tapi
cederanya ternyata mencapai organ internalnya. Nyawa Kirito pasti menurun lebih cepat
daripada knight yang masih tertangkap mawar es, nyawanya dalam bahaya jika perawatan medis
tidak segera dilakukan.

Namun, Eugeo tidak bisa membiarkan tangannya pergi dari pegangan Pedang Blue Rose untuk
mempertahankan sihir kontrol penuhnya. Akan memberikan beberapa bantuan jika Kirito mau
menggunakan sihir penyembuhan pada dirinya sendiri, tapi tampaknya partnernya yang terus
merapal dengan tampilan mengerikan benar-benar tidak berniat melakukan hal itu.

Tidak perlu terburu-buru seperti itu, knight yang terjerat di dalam es tidak akan keluar dengan
mudah―
Itu ketika Eugeo berpikir seperti itu dan penglihatannya kembali ke knight di depanya sekali lagi.

Seberkas cahaya putih muncul dari pusat mawar es mekar dan menusuk ke dinding. Eugeo hanya
bisa menghela napas pendek dari rasa terkejut yang luar biasa.

"Eeh ..."

Sumber cahaya itu berasal dari Knight Fanatio, yang seharusnya diselimuti oleh lapisan es sulur
dengan gerakannya yang benar-benar tersegel.

Sihir kontrol penuh persenjataan benar-benar tidak membiarkan penggunanya bergerak dengan
bebas setelah pengucapannya selesai. Memegang senjata yang kemampuan ofensifnya diperkuat
memerlukan fokus mental tingkat tinggi dari penggunanya. Bahkan Eugeo harus terus
mencengkeram erat pegangan pedang yang menusuk ke lantai dan menjaga imajinasinya jika ia
tidak ingin para knight melarikan diri belenggu mereka.

Setelah sepenuhnya mengendalikan Heaven Piercing Sword, Knight Fanatio telah menembakkan
sinar cahaya yang tak terhitung banyaknya, yang terbang dengan kecepatan yang sangat tinggi,
dan mengeluarkan teknik menembakkan cahaya yang tak terkendali dan tanpa pandang bulu, dan
pada akhirnya memberikan luka fatal pada dirinya juga. Konsentrasi mentalnya seharusnya
melemah dan lepas dari keadaan mengendalikan Heaven Piercing Sword―atau begitulah yang
Eugeo pikir.

Namun.

Benar-benar terbungkus dalam es, Fanatio telah mengangkat tinggi pedang rampingnya dengan
lengan kanannya, dan perlahan-lahan bergerak dengan suara derakkan yang berasal dari es.
Wajah roh knightnya naik dari tubuh rampingnya, seperti kabut panas yang bergoyang, dan
dengan jelas tercermin dalam mata Eugeo yang terbuka lebar.

"Kuh ...!"

Menggigit bibirnya, Eugeo memberikan kekuatan lebih ke kedua tangannya yang mencengkeram
pegangan. Dibantu oleh imajinasi mentalnya, hampir sepuluh sulur es baru keluar menuju
Fanatio dari sekelilingnya. Sulur melilit lengan kanan Fanatio dan memintalnya dalam gerakan
yang sama, tanpa meninggalkan celah sedikitpun, dan menghentikan gerakannya.

Tapi itu hanya berlangsung selama beberapa detik.

Hampir tidak peduli pada duri yang menyengat dirinya, integrity knight memaksa tangan
kanannya ke bawah. Hampir setengah dari sulur biru hancur, berkilau saat mereka tersebar.

Rasa dingin yang lebih dingin dari es menutupi punggung Eugeo.

―Apa dia benar-benar manusia?


Kehendak Kirito, yang terus merapal dalam kecepatan tinggi sambil terbatuk darah, tidak masuk
akal juga, tapi swordswoman itu lebih gila lagi. Dia tidak akan jatuh meski seluruh tubuhnya
dipenuhi lubang dari serangan diskriminasi sinar cahaya dan penyerapan Nyawa tanpa ampun
oleh mawar es―namun, dia terus menghancurkan belenggu es yang menghentikan empat knight
bawahannya dengan kekuatan lengan kanannya sendiri.

Eugeo menatap dalam teror pada Heaven Piercing Sword yang dicengkeram di tangan kanan
knight yang sepertinya secara bertahap menyesuaikan sudut ke arah mereka berdua.

Dari mana Fanatio memiliki kekuatan sebanyak ini?

Kewajibannya untuk melindungi hukum sebagai seorang integrity knight? Kecintaannya


terhadap seorang pria yang ia simpan selama lebih dari seratus tahun? Atau mungkin, kata-kata
yang keluar dari mulut wanita itu sebelumnya ...?

Fanatio mengatakan bahwa Dunia Manusia mungkin akan diserbu oleh tentara Dataran
Kegelapan jika kehilangan kekuatan Gereja Axiom.

Dengan demikian, itu berarti bahwa walau dia terluka dalam proses, wanita itu bersedia
bertarung untuk melindungi penduduk Dunia Manusia―mereka yang seharusnya dipandang
rendah, dihina, dan dimanfaatkan oleh manusdia seperti dia, apakah mereka bangsawan kelas
yang lebih tinggi ataupun ternak.

Namun, itu tidak mungkin. Integrity Knight adalah pelayan di bawah bahwa pendeta tertinggi,
Administrator, yang menangkap Alice muda dan membuatnya menjadi orang lain dengan
mengambil ingatannya. Musuh yang menjijikkan. Pikiran Eugeo telah menetapkan mereka
seperti itu, dan dia menaiki katedral, bertekad untuk mengambil nyawa mereka jika memang
diperlukan.

Meski begitu, bagaimana mungkin ia menganggap ini benar―bagaimana mungkin ia dengan


serius mempertimbangkan integrity knight ini sebagai wakil keadilan?

"Kau ... kalian semua tidak layak untuk menegakkan keadilan!!"

Eugeo menjerit tertahan dan menuangkan semua permusuhan yang bisa ia kerahkan dari lubuk
hatinya ke Pedang Blue Rose.

Sekali lagi, banyak sulur es melompat keluar di sekitar Fanatio, ujung-ujungnya berubah menjadi
duri tajam dan menusuk lengan kanan knight satu demi satu.

"Berhenti ... berhenti bergerak!"

Kebencian yang sangat besar seharusnya berputar di dalam hatinya, tapi ada sesuatu yang
tumpah dari dua mata Eugeo untuk beberapa alasan. Tapi dia tidak bisa mengakui itu adalah air
mata tidak peduli apa. Eugeo tidak bisa membiarkan hatinya tergerak oleh sosok Fanatio saat
lengan kanannya dengan bodoh menolak untuk berhenti bahkan saat tertusuk oleh duri es,
perwujudan dari kemarahan dan kebencian Eugeo.

Lengan integrity knight itu terluka parah. Duri terjebak di dalamnya seperti sebuah bantalan,
darah yang menetes dengan cepat berubah menjadi es merah yang menggantung.

Tapi pada akhirnya, gerakan lengannya tidak berhenti, dan mengangkat tinggi Heaven Piercing
Sword dari vertikal ke horisontal, mengarahkan ujung tajamnya pada Eugeo dan Kirito.

Eugeo melihat pedang perak itu bermandikan cahaya, lebih mempesona dari sebelumnya, dengan
penglihatannya yang kabur.

Itu bersinar begitu terang hingga ia hanya bisa percaya Fanatio menaruh sisa nyawannya pada
pedangnya. Mata lembab Eugeo menyipit, menatap sinar putih bersih yang terasa seperti Dewi
Matahari Solus telah turun ke koridor besar ini.

―Aku tidak bisa menang. Aku tidak bisa menang melawannya dengan kondisiku saat ini.

Menatap mawar es yang hancur hanya dengan terkena cahaya putih, Eugeo dengan pelan
bernapas.

Tapi dia tidak mau hanya menutup matanya dan menunggu cahaya mengambil nyawanya. Dia
benar-benar tidak bisa menerima «keadilan» Fanatio dengan cara seperti ini.

Setidaknya, ia ingin menampilkan kegigihannya dengan membuat mawar terakhir mekar. Ketika
ia mencoba untuk menghancurkan rasa kebencian yang tersisa di lubuk hatinya, dengan tekad,
hal itu terjadi.

Kirito dengan lembut bergumam di sisinya, sepertinya ia telah selesai melantunkan ritual sihir.

"Kamu tidak bisa mengalahkannya dengan kebencian, Eugeo."

"Eh ..."

Setelah memutar kepalanya, partnernya melanjutkan dengan sedikit senyum yang terlihat di bibir
berlumuran darahnya.

"Kamu sampai sejauh ini bukan karena kamu membenci integrity knight, kan? Kamu ingin
mengambil Alice kembali, kamu ingin bertemu dengannya lagi ... kamu di sini karena kamu
mencintai Alice, kan? Perasaan itu pasti tidak akan kalah dari keadilannya. Aku juga sama ...
Aku ingin melindungi orang-orang di dunia ini; Aku ingin melindungimu dan Alice dan bahkan
dia di sana. Jadi tidak mungkin kita akan kalah darinya sekarang ... ya kan, Eugeo?"

Suara Kirito tenang meski dalam situasi putus asa. Pendekar pedang berpakaian hitam dengan
banyak misteri di sekitarnya mengangguk sekali lagi dengan senyum dan memandang ke depan.
Itu adalah saat ketika Heaven Piercing Sword menembakkan apa yang kemungkinan serangan
cahaya terakhir dan terbesarnya.

Itu adalah tombak cahaya raksasa, cukup besar jika semua sinar cahaya yang sebelumnya
ditembakkan digabungkan bersama. Rasanya seperti Holy Spiritual Light itu sendiri,
dilemparkan oleh dewi Solus, untuk mengusir Dewa Kegelapan Vector selama penciptaan dunia,
menukik untuk membakar semua yang ada.

Mata hitam Kirito terbuka lebar dan dipenuhi dengan tekad yang luar biasa. Suaranya yang
membaca ayat akhir dipenuhi dengan tekad yang tak tergoyahkan, cocok dengan keadaan darurat
ini.

"Tingkatkan persenjataan!!"

Menghadap lurus ke depan, bilah pedang hitam berdenyut.

Segera setelah itu, helai kegelapan mengalir keluar dari seluruh pedang.

Aliran cahaya gelap yang tampaknya menyedot semua cahaya bergelombang, memutar, dan
menjerat dirinya sendiri. Mereka menjadi tombak, cukup tebal untuk membungkus lengan
seseorang dalam sekejap dan terus mengarah ke depan.

Setelah memfokuskan matanya, tampaknya hanya ujung tajamnya yang berwujud padat, bersinar
seperti batu obsidian. Dia bisa mengingat tekstur itu. Pohon raksasa yang Eugeo tebang, hari
demi hari. «Pohon iblis» yang merupakan asal dari pedang hitam―Gigas Cedar.

Pada saat dia mengenalinya, Eugeo memahami bentuk sesungguhnya di balik sihir kontrol penuh
yang Kirito aktifkan.

Dia telah membangunkan memori yang tertidur di dalam pedang hitam melalui ritual sihir dan
memproyeksikan keangkuhannya ke lokasi ini, bahwa pohon raksasa itu telah menolak untuk
jatuh selama ratusan tahun. Tentu saja, bentuk dan ukurannya tidak sama, tapi esensinya tetaplah
sama.

Tangguh, tajam, dan berat luar biasa.

Keberadaannya layak untuk menjadi senjata pamungkas.

Jantung Eugeo berdebar keras. Segera―

Ujung besar tombak gelap itu melakukan kontak dengan tombak besar yang mengumpulkan
cahaya Solus. Ledakan besar mengguncang seluruh koridor besar ... mungkin seluruh Katedral
Pusat itu sendiri.
Bahkan mungkin pohon raksasa itu ditindas oleh panas dan intensitas cahaya yang melampaui
imajinasi, karena itu kehilangan momentum ketika menyerang ke depan. Tapi kegelapan tak
berujung terus keluar dari pedang hitam di tangan Kirito, mencoba untuk memacu tombak ke
depan sampai akhir yang pahit.

Sepertinya Heaven Piercing Sword, yang dipegang di tangan Fanatio, tidak memiliki niat untuk
mundur juga. Aliran mengamuk cahaya diperkuat setiap detik, mawar es yang menutupi knight
itu sudah benar-benar mencair karena panas. Itu mungkin telah diremehkan; gauntlet yang
menutupi lengan kanan knight bersinar merah cerah dengan asap putih muncul dari sana.

Benturan antara cahaya dan kegelapan terus berlanjut untuk sementara waktu di tengah koridor
besar.

Namun, kompetisi antara kekuatan pada tingkat seekstrim ini diragukan akan berakhir dengan
imbang dan menghilang. Jelas bahwa satu sisi akan mendorong mundur sisi yang lain dan benar-
benar memusnahkan musuhnya.

Orang yang dalam posisi yang kurang menguntungkan dalam pertandingan ini―adalah Kirito?

Tentu, Gigas Cedar itu tangguh, tapi pada akhirnya, itu tetaplah pohon, keberadaan nyata. Seperti
bagaimana aslinya yang telah jatuh setelah menebangnya waktu demi waktu, hal ini juga akan
padam setelah kerusakkannya melampaui batas.

Namun, cahaya Heaven Piercing Sword adalah massa panas murni. Bagaimana bisa serangan tak
berwujud akan padam?
Misalkan penanggulangan ada, tidak baik untuk menggunakan cermin untuk membelokkan
seperti yang dilakukan Kirito, atau menetralkannya dengan es mutlak, yang lebih kuat daripada
yang bisa Pedang Blue Rose buat; itu harus memiliki kekuatan dengan sifat khusus yang mampu
menentangnya. Namun, sifat Gigas Cedar terbagi menjadi dua: ketangguhan dan berat yang tak
masuk akal―

Tidak, ada satu lagi.

Dengan rakus menyerap cahaya Solus dan mengubahnya menjadi energinya sendiri.

Tombak cahaya Fanatio tiba-tiba robek menjadi lebih dari seribu aliran.

Keseimbangan rusak, satu yang tetap menyerang adalah pohon raksasa Kirito yang berwarna
gelap.

Ujungnya yang merah-panas sangat menyilaukan, tapi tetap saja, itu mencungkil dan merusak
cahaya tanpa menghasilkan tekanan, berjalan menuju sumber.

Cahaya, yang terpecah dalam bentuk radial, menyerang koridor besar, menyebabkan ledakan
kecil yang tak terhitung jumlahnya saat mereka melelehkan sulur es. Keempat knight yang
terjebak ke lantai terlempar ke udara satu demi satu.

Bahkan saat Integrity Knight Fanatio menatap tombak gelap besar yang mendekat seperti badai,
dia sama sekali tidak mengambil satu pun langkah. Sepertinya semua kemarahan dan kebencian
telah pergi dari wajahnya yang cantik. Kelopak matanya dengan pelan ditutup dan mulutnya
bergerak sedikit. Semacam emosi pasti ada di sana, tapi Eugeo tidak bisa menebak apa itu.

Duri ujung pohon raksasa akhirnya menyerang sumber cahaya dan bertabrakan dengan titik
tajam Heaven Piercing Sword.

Pertama, pedang ramping perak putih itu membungkuk seperti itu hancur, berkilauan saat
berputar di udara.

Segera setelah itu, knight terlempar ke udara oleh dampak yang luar biasa.

Fragmen dari armor ungu menyebar saat ia menabrak langit-langit, menghancurkan dinding
mural yang mengambil penciptaan dunia sebagai tema menjadi potongan-potongan kecil.

Ia terjatuh perlahan. Bersama dengan fragmen marmer yang tak terhitung jumlahnya, tubuh
Fanatio jatuh seolah-olah ada benang yang melekat padanya, langsung di depan pintu besar di
belakang koridor besar dengan suara suram. Dan integrity knight kedua tidak lagi berdiri.

Tombak gelap perlahan kehilangan bentuknya dan mulai masuk ke dalam pedang hitam Kirito,
seperti aliran bayangan. Ketika Eugeo melihat, pedang itu sendiri agak membesar seperti saat
bertarung dengan Raios, tapi kembali ke ukuran aslinya setelah semua kegelapan masuk ke
dalam pedang.

Eugeo berbalik ke depan dan menatap jejak yang tersisa dari pertarungan sengit tanpa bersuara.

Lantai marmer dan dinding meleleh dan rusak di sana-sini, hanya bayangan mereka yang tersisa.
Lantai di jantung benturan antara tombak besar kegelapan dan cahaya, memiliki parit lebar dan
dalam; aneh bahwa itu tidak tembus ke lantai bawah.

Kenyataan bahwa hanya dengan dua orang saja dapat membawa kehancuran sebesar ini pada
lantai lima puluh Katedral Pusat, «Grand Corridor of Spiritual Light», belum lagi mereka
hanyalah pendekar pedang yang belajar di Master Sword Academy dua hari yang lalu, tidak akan
dipercayai oleh siapa pun selain mereka yang hadir saat ini.

―Tapi kami benar-benar melakukannya.

Eugeo bergumam dalam pikiran batinnya. Kami telah melawan lima integrity knight, mereka
yang mempertahankan aturan tanpa syarat ke seluruh dunia manusia sejak penciptaan, dan kami
menang.

Menghitung dari Eldrie, total sembilan integrity knight telah kami kalahkan. Menurut kata-kata
Kardinal, ada dua belas knight yang ditempatkan di dalam katedral, jadi masih ada tiga lagi.
Dengan kata lain, jika kami tinggal mengalahkan beberapa knight lagi ...

Itu kira-kira waktu yang sama saat Eugeo menggertakkan giginya.

Kirito jatuh ke lutut di sampingnya. Pedang hitam jatuh dari tangan kanannya dengan suara
datar.

Melepaskan tangannya dari Pedang Blue Rose yang menusuk ke lantai dengan panik, tubuh
bagian atas Eugeo maju ke depan dan ia menyandarkan partnernya pada tubuhnya.

"Kirito!"

Tubuh yang dia tahan sangatlah ringan dan darah serta nyawanya terus mengalir tak henti-henti.
Kulitnya lebih putih dari marmer dan tidak ada tanda-tanda kelopak matanya yang menutup akan
terbuka. Memeriksa seluruh tubuhnya, ia menaruh tangannya di atas luka yang tampak terdalam,
yang berada di panggul.

"Sistem Panggil! Hasilkan elemen cahaya!"

Mengumpulkan tiga elemen cahaya yang dihasilkan pada luka, ia mengubahnya menjadi
kekuatan penyembuh melalui ritual sihir. Dia mengeluarkan tangannya saat luka hangus itu
mulai tertutup, sedikit demi sedikit, dan melakukan hal yang sama pada luka di bahu kiri.
Biasanya, katalis seperti «bola bunga suci» diperlukan untuk menghasilkan elemen cahaya yang
mengkonsumsi banyak kekuatan suci dari area di sekitarnya, tapi itu tidak diperlukan sekarang.
Itu karena Nyawa yang diserap dari lima knight oleh Pedang Blue Rose telah berubah menjadi
kekuatan suci dan melayang di udara.

Penurunan Nyawa seharusnya berhenti setelah menyegel luka yang terburuk, tapi Eugeo tidak
bisa menggunakan sihir suci tipe cahaya apapun yang bisa menyembuhkan Nyawa setelah
berkurang banyak. Dia meraih tangan kanan Kirito dengan tangan kirinya tanpa ragu-ragu dan
meneriakkan ritual sihir baru.

"Sistem panggil! Transfer unit daya tahan manusia, dari tubuh ke kiri!!"

Manik-manik cahaya biru yang tidak jelas menutupi seluruh tubuh Eugeo kali ini dan mereka
segera berkumpul di tangan kirinya, lalu mengalir ke dalam tubuh Kirito. Sihir yang
memungkinkan transfer Nyawa antara manusia ini memiliki pengaruh yang besar meski ritual
sihirnya sederhana.

Berpikir kembali tentang itu, Kiritolah orang yang selalu menderita luka berat sementara Nyawa
Eugeo hampir tidak menurun sama sekali, baik selama pertarungan melawan Deusolbert dan
juga kali ini. Dia tidak mungkin membayarnya kembali kecuali dia membuat Nyawanya hampir
habis juga.

Atau begitulah yang Eugeo pikir, tapi ketika ia merasa kira-kira setengah dari nyawanya telah
mengalir keluar, Kirito perlahan membuka matanya dan menggenggam tangan Eugeo dengan
tangan kirinya, menjauhkannya dari tubuhnya.

"... Terima kasih, Eugeo, aku tidak apa-apa sekarang."

"Jangan memaksakan diri, pasti ada beberapa luka tersembunyi yang tersisa setelah kamu
melalui semua itu."

"Ini jauh lebih baik daripada saat para goblin itu datang pada kita, aku lebih khawatir tentang
orang itu ..."

Menemukan Knight Fanatio, yang terjatuh di sisi berlawanan dari koridor, pada akhir di mana
mata hitam itu mengarah, Eugeo tanpa sadar menggigit bibirnya.

"... Kirito ... Wanita itu ... mencoba membunuhmu ..."

Saat ia mengatakan itu, apa yang Kirito segera katakan sebelum ia mengaktifkan sihir kontrol
penuhnya bergema jauh di dalam telinganya. Melihat ke bawah, ia melanjutkan dengan berbisik.

"Tidak bisa mengalahkannya dengan kebencian ... itu yang kamu katakan sebelumnya, kan? Ya,
itu mungkin benar. Aku tidak melawan integrity knight karena dendam atau kebencian pribadi
yang kuarahkan padanya, itu bukanlah alasanku untuk bertarung ... Tapi ... Tapi aku benar-benar
tidak bisa membuat diriku memaafkan integrity knight. Itu bukan hanya karena kekuatan konyol
mereka, jika mereka memiliki resolusi itu ... jika mereka memiliki hati untuk melindungi semua
orang yang tinggal di Dunia Manusia, lalu mengapa mereka tidak bisa menggunakan kekuatan
itu dan ... "

Eugeo goyah, tidak mampu berbicara lebih jauh. Namun, Kirito, yang terhuyung-huyung dan
mengambil pedang hitamnya dari lantai, mengangguk seolah dia mengerti.

"Aku cukup yakin orang-orang itu terjebak dalam keraguan mereka sendiri. Jika kita bertemu
dengan Pemimpin Knight, kita mungkin dapat mengetahui lebih lanjut tentang itu ... Eugeo, sihir
kontrol penuhmu menakjubkan. Kamulah yang mengalahkan para knight itu. Jadi kamu tidak
perlu menunjukkan kebencianmu pada manusia itu, pada Fanatio dan pada knight di «Four
Oscillation Blades», lagi ... "

"Manusia ... Ya ... kamu benar. Aku mengerti itu ketika aku melawan mereka. Dia manusia;
Itulah sebabnya dia begitu kuat."

Ketika Eugeo memgumamkan itu, Kirito tertawa sedikit dan setuju.

"Orang-orang itu mungkin mengatakan bahwa mereka benar-benar orang baik, dan mereka
mungkin benar-benar orang jahat di matamu, tapi mereka manusia seperti kita. Menentukan
siapa yang baik atau buruk seperti itu tidak mungkin bagi manusia, aku yakin."

Kata-kata itu terdengar seperti ia berbicara pada dirinya sendiri juga; pikiran tiba-tiba datang ke
Eugeo.

―Kirito. Bukankah itu akan berlaku pada orang yang sangat kamu benci juga, pendeta tertinggi,
Administrator ... orang yang mengatur Gereja Axiom dan juga, dunia?

Tapi sebelum dia bisa bertanya, Kirito sudah mulai berjalan menuju Fanatio yang terbaring di
depan pintu besar.

Ia mengambil lima, enam langkah sebelum berbalik kembali dan mengambil botol kecil setelah
mencari di sakunya.

"Ups, aku lupa. Hilangkan racun kedua anak itu dengan ini, tolong. Pastikan untuk
menghancurkan pedang berbisa dan periksa apakah mereka sedang memegang sesuatu yang aneh
sebelum kamu meminumkannya pada mereka."

Berpikir tentang bagaimana ia telah melupakan mereka juga, Eugeo menangkap botol kecil yang
Kirito lemparkan dan mengangguk.

Setelah berdiri, menarik Pedang Blue Rose dari lantai, dan berbalik, knight muda, Fizel dan
Linel, masih sama seperti sebelumnya, tergeletak di lantai, lumpuh. Embun beku yang menutupi
sekitar sudah lenyap dan sepertinya mereka tidak mengalami cedera dari sulur es atau sinar
cahaya.
Saat mata mereka melihat Eugeo yang mendekat, kedua gadis itu gemetar dengan menggerakkan
bola mata mereka.

Sepertinya mereka tidak akan berani melihatnya melalui mata ke mata saat ini; ia menahan napas
saat ia berjongkok dan mengeluarkan dua pedang berbisa, yang ditusuk ke lantai di ujung hidung
mereka, dengan kedua tangan. Melemparkan keduanya ke udara, ia mengayunkan Pedang Blue
Rose ketika mereka terjatuh ke bawah.

Pedang pendek hancur dengan mudah, berubah menjadi manik-manik cahaya dan menghilang
saat mereka kehilangan semua nyawanya sebelum mereka terjatuh ke lantai. Memasukkan
pedang kesayangannya, ia berjongkok di samping keduanya dan memeriksa pakaian suster
mereka untuk melihat apakah mereka masih memiliki senjata lain sambil meminta maaf dengan
"maaf".

Terakhir, ia membuka botol kecil dan menuang tujuh puluh persen sisa isinya ke dalam mulut
mereka berdua, memberikan setengah ke masing-masing. Dengan ini, keduanya pasti pulih dari
kelumpuhan mereka kurang dari sepuluh menit seperti Eugeo.

Akan baik-baik saja meninggalkan mereka sendirian seperti ini, tapi Eugeo yang berpikir, "Apa
yang akan Kirito katakan dalam situasi seperti ini?", membuka mulutnya setelah berpikir agak
pendek.

"... Fanatio dan Kirito sekuat itu karena mereka memiliki instrumen suci dan sihir kontrol penuh
persenjataan ... itu mungkin apa yang kalian berdua pikirkan, tapi itu salah. Mereka berdua jauh,
jauh lebih kuat ... mereka bisa bertarung bahkan ketika luka mereka sangatlah buruk bukan
karena skill atau senjata mereka, tapi karena hati dan pikiran mereka; itu juga mengapa mereka
dapat menggunakan ritual sihir yang menakjubkan seperti itu. Benar, kalian berdua mungkin ahli
dengan teknik untuk membunuh manusia. Tapi membunuh dan menang adalah hal yang sama
sekali berbeda. Meski aku baru menyadari hal itu hari ini juga ... "

Eugeo sama sekali tidak tahu berapa banyak kata-katanya yang mencapai mereka karena mereka
terus menghindari matanya seperti biasa. Di tempat pertama, dia tidak terlalu bagus jika
berurusan dengan anak-anak.

Tapi tetap saja, setidaknya, keduanya pasti merasakan sesuatu setelah menonton pertarungan itu
juga, ia yakin akan hal itu. Ketika ia ingat obrolan polos Fizel dan Linel, ia merasa seperti ia bisa
percaya mereka tidak benar-benar buruk juga. Berbalik setelah mengucapkan "selamat tinggal",
Eugeo berlari mengejar Kirito.

Dia segera memutar matanya ke kiri dan kanan saat ia bergerak melalui koridor yang hancur,
memeriksa status dari empat knight bawahan Fanatio.

Ternyata mereka semua menderita luka agak dalam dari tombak cahaya yang mengamuk karena
mereka semua pingsan. Tapi seperti yang diharapkan dari integrity knight, ia tidak bisa melihat
satupun yang Nyawanya menghilang. Pendarahannya juga kecil, jadi mereka mungkin akan bisa
bergerak dengan segera.

Namun, tidak seperti mereka yang hanya terkena ledakan kecil, Fanatio menerima ledakan besar,
terserang tombak kegelapan dan jelas di ambang kehilangan nyawanya, bahkan tanpa melihat
darah yang menggenang di sekitar tubuhnya.

Menghentikan kakinya di dekat Kirito yang berlutut di lutut di sisi knight, Eugeo menahan
napasnya sambil mengintip bahu partnernya.

Melihat dari dekat, luka-luka di seluruh tubuh Fanatio begitu mengerikan, dia ingin mengalihkan
pandangannya. Tubuh dan kakinya memiliki lubang tertusuk oleh sinar panas di empat tempat,
sementara lengan kanannya robek oleh duri mawar es dan di atas semua itu, terbakar oleh
serangan akhir Heaven Piercing Sword, praktis tidak ada tempat yang tidak terluka di tubuhnya.

Namun, seperti yang diduga, apa yang tampaknya menjadi yang paling mengerikan adalah luka
di perut bagian atasnya yang menerima tembakan langsung dari Gigas Cedar. Ada lubang
sedalam dan sebesar kepalan tangan berukuran dewasa, dengan darah segar yang mengalir tanpa
henti. Wajah dengan kelopak mata tertutup telah berubah menjadi ungu kebiruan samar, seperti
warna armornya yang entah ada di mana, dan bahkan jejak kehidupan tidak bisa terlihat di sana.

Kirito sedang dalam proses mencoba sihir suci untuk menutup luka saat ia menaruh tangannya di
atas perut Fanatio. Jendela Stacia cenderung tidak terbuka karena melihat nyawanya tidak
diperlukan saat ini. Menyadari Eugeo mendekat, ia terus menatap ke bawah dan berbicara
dengan urgensi dalam suaranya.

"Bantu aku di sini, darahnya tidak mau berhenti."

"Ah ... ya."

Mengangguk dan berlutut di tempat yang berlawanan, ia meletakkan tangannya di luka yang
sama. Setelah ia meneriakkan sihir penyembuhan tipe cahaya yang sama seperti yang ia gunakan
pada Kirito sebelumnya, aliran darah dari luka tampaknya telah berkurang sedikit, tapi tujuan
untuk menyegel itu masih jauh.

Jelas bahwa kekuatan suci di sekitarnya akan habis dan mereka berdua tidak akan mampu
menghasilkan elemen cahaya lagi walau mereka memaksakan penyembuhan. Nyawa Fanatio
mungkin akan sedikit pulih jika mereka mentransfer nyawa mereka, tapi itu tidak akan berguna
jika aliran darah tidak berhenti. Karena itu, menyelamatkan nyawa wanita ini akan membutuhkan
bantuan dari pengguna sihir suci yang mampu melakukan sihir penyembuhan yang lebih kuat
dari keduanya, atau obat legenda yang mujarab.

Dengan kuat menggigit bibirnya saat ia diam-diam menatap wajah Kirito, Eugeo berbicara
setelah ragu-ragu sesaat.
"Tidak mungkin, Kirito. Dia kehilangan terlalu banyak darah."

Kirito terus menatap ke bawah untuk sementara waktu, tapi segera menjawab dengan suara
serak.

"Aku tahu ... tapi jika aku tidak berhenti berpikir, pasti ... pasti ada semacam cara untuk melewati
ini. Eugeo, aku mohon padamu, tolong pikirkan tentang hal itu juga."

Ekspresi itu dipenuhi dengan rasa ketidakberdayaan, seperti ketika ia tidak mampu mencegah
tindakan jahat yang ditujukan pada valet mereka, Ronye dan Tieze, dua hari yang lalu; Eugeo
merasakan tusukan-tusukan di dadanya.

Namun, tidak peduli seberapa banyak dia berpikir, tetap jelas bahwa tidak ada metode untuk
memanggil kembali nyawa yang memudar di depan matanya sekarang. Pikiran menyembuhkan
empat knight yang pingsan di belakang dan meminta mereka membantu pengobatan berkelebat
dalam pikirannya, tapi mereka tidak memiliki waktu untuk melaksanakan metode seperti itu.
Nyawa Fanatio mungkin akan hilang untuk selama-lamanya dalam hitungan detik jika Kirito
atau Eugeo menghentikan sihir penyembuhan mereka. Dan walau mereka meneruskannya―hasil
yang sama akan tiba beberapa menit kemudian.

Eugeo mengambil keputusan dan memberitahu partnernya dalam suara yang paling serius yang
bisa ia kerahkan.

"Kirito. ―Kamu mengatakan ini padaku ketika kita melarikan diri dari penjara bawah tanah,
kan? Bahwa aku perlu mempersiapkan diri untuk membunuh musuh jika aku harus pergi lebih
jauh. Bukankah kamu memerangi orang ini berdasarkan tekad itu sebelumnya? Bukankah kamu
menggunakan skill itu agar salah satu dari kalian mati sedangkan yang lainnya hidup?
Setidaknya, orang ini ... Fanatio-san tidak ragu-ragu. Ekspresinya menunjukkan bahwa dia
meletakkan seluruh nyawanya dalan pertarungan ini ... itulah yang aku percaya. Kamu harus
memahami itu juga, Kirito ... bukan tempatnya kamu bisa menang selagi mengkhawatirkan
musuh atau meremehkan mereka."

Itu bukanlah pedang kayu, tapi pedang yang nyata. Eugeo memperlajari itu melalui tangan
gemetarnya, rasa sakit yang tajam di mata kanannya, dan teror es di dalam dadanya ketika ia
memotong lengan Humbert.

Dikatakan, dia selalu percaya partner berambut hitamnya ini telah mengerti hal itu dari
lama―sejak mereka bertemu di hutan selatan Rulid.

Setelah mendengar suara Eugeo, Kirito mengertakkan giginya bersama-sama dan tanpa henti
mengguncang kepalanya ke kiri dan kanan.

"Aku mengerti ... Aku harus mengerti. Orang ini dan aku bertarung dengan serius ... pertarungan
yang sungguh-sungguh di mana salah satu dari kami harus menang. Tapi ... orang ini akan hilang
jika dia meninggal! Dia hidup lebih dari seratus tahun ... dalam keraguan, cinta, rasa sakit; aku
tidak bisa hanya membiarkan jiwanya menghilang seperti itu ... maksudku ... walau aku mati ... "

Walau ia mati―apa yang ia coba untuk katakan? Semua manusia akan memiliki jiwa mereka
dibawa di depan dewi kehidupan, Stacia, ketika mereka kehilangan Nyawa mereka, dan lenyap
dari Dunia Manusia. Selama Kirito, meski misterinya banyak, adalah seorang manusia, hal yang
sama pasti berlaku padanya.

Eugeo bingung sejenak, tapi itu terhapus saat Kirito menatap ke atas dan berteriak tanpa
peringatan.

"Bisakah anda mendengar saya?! Pemimpin Knight! Wakil Anda akan mati di sini! Atau orang
tua itu juga tidak apa-apa! Jika Anda bisa mendengar saya, datang ke sini dan bantulah!!"

Jeritannya menggema pelan di langit-langit jauh di atas dan lenyap dengan sia-sia. Namun,
Kirito tidak menyerah dan terus berteriak.

"Siapa pun tidak apa-apa ... kalian integrity knight masih ada di sini, kan?! Datang dan bantulah
sekutu kalian! Saya tidak peduli apakah Anda seorang pendeta atau seorang suster ... hanya
datangkanlah bokong Anda ke sini!"

Tidak ada jawaban dari atas, tapi keheningan dari tiga dewi yang rusak tak bisa dikenali. Bahkan
angin sepoi-sepoi sama sekali tidak turun, apalagi kehadiran makhluk lain.

Ketika mereka mengalihkan penglihatan mereka, warna rambut dan kulit Fanatio mulai memudar
secara bertahap. Nyawanya tinggal seratus, atau mungkin lima puluh― Eugeo, yang ingin
mengirim wakil pemimpin integrity knight, Fanatio Synthesis Two, berangkat ke Dunia Surgawi
setidaknya dengan doa, malah mencoba membujuk Kirito, tapi dia tidak menghentikan
teriakannya.

"Aku mohon padamu ... seseorang! Bantu kami jika kamu melihat! ... Itu benar, datang ke sini,
Kardinal! Kardinal ..."

Kirito tenggelam dalam keheningan seolah sesuatu telah memblokir tenggorokannya dengan
tiba-tiba.

Eugeo mendongak dan melihat wajah terkejut partnernya, saat pertama ia menunjukkan ekspresi
terkejut, kemudian ragu-ragu sejenak sebelum berubah menjadi tekad.

"H-Hei ... ada apa tiba-tiba?"

Namun, Kirito memasukkan tangan kanannya ke dalam mantelnya tanpa menjawab.

Apa yang ia ambil―bergoyang di ujung rantai ramping, adalah belati baja kecil.

"Kirito―! Itu―!"
Eugeo secara naluriah berteriak.

Belati yang sama menjuntai dari leher Eugeo. Ia tak mungkin lupa tentang hal itu; itu adalah
belati yang Kardinal, pendeta tertinggi sebelum dia dibuang, berikan pada mereka sebelum
mereka meninggalkan Ruang Perpustakaan Besar. Ini benar-benar tidak memiliki kemampuan
ofensif, tetapi menghubungkan orang yang ditusuk ke domain sementara Kardinal. Dia
menyerahkannya untuk digunakan pada Alice bagi Eugeo dan Administrator bagi Kirito, dan
berfungsi sebagai kartu truf keduanya.

"Kamu tidak bisa, Kirito! Kardinal mengatakan dia tidak punya lagi ... itu seharusnya untuk
pertarungan melawan Administrator ..."

"Aku tahu ..."

Kirito mengerang dengan suara sedih.

"Tapi aku bisa membantunya jika aku menggunakan ini ... tidak membantu seseorang ketika aku
memiliki sarana untuk melakukannya ... Aku hanya tidak bisa memprioritaskan apa pun yang
lebih tinggi dibandingkan nyawa manusia."

Dia menatap tajam belati dengan ekspresi yang sedih, namun diisi dengan tekad yang kuat―

Kirito menikam apa yang dipegang di tangan kanannya ke tangan kiri Fanatio, satu-satunya
bagian tubuhnya yang tidak terluka, tanpa ragu-ragu sedikitpun.

Pada saat itu, seluruh belati memancarkan cahaya menyilaukan bersama dengan rantai.

Tanpa waktu untuk menahan napas, belati pecah menjadi beberapa pita cahaya ungu. Setelah
melihat dari dekat, semua pita cahaya adalah baris huruf suci seperti yang muncul di Jendela
Stacia. Surat-surat yang rumit terpisah satu sama lain saat mereka meluncur ke udara dan
tenggelam di seluruh tubuh Fanatio.

Seluruh tubuh integrity knight diselimuti cahaya ungu. Eugeo yang melongo memandangi
pemandangan menakjubkan itu melihat pendarahan dari luka di perut bagian atasnya telah benar-
benar berhenti, agak terlambat.

"Kirito―"

Eugeo mencoba mengatakan padanya bahwa perdarahannya berhenti, tapi terganggu oleh suara
mahsyur yang segera datang entah dari mana.

[Ya ampun, sungguh rekan yang tak berguna.]

Wajah Kirito tersentak.

"Kardinal ... apa itu Anda?!"


[Tidak ada waktu, jangan bertanya.]

Tidak ada keraguan lagi bahwa suara indah dan tak beraturan itu milik pendeta tertinggi
sebelumnya yang mereka temui di Ruang Perpustakaan Besar.

"Kardinal ... maaf, saya ..."

Kardinal memotong suara sedih Kirito saat ia mencoba berbicara.

[Tidak ada gunanya meminta maaf sekarang. ... Saya telah menduga ini akan terjadi sejak saya
melihat bagaimana Anda bertarung. Saya mengerti situasi Anda; saya akan menangani
pengobatan untuk Fanatio Synthesis Two. Namun, saya akan membawa tubuhnya ke sini karena
akan memakan waktu baginya untuk sembuh sepenuhnya.]

Cahaya ungu yang menutupi tubuh Fanatio bersinar terang saat ia mengatakan itu. Eugeo tanpa
sadar menutup matanya dan pada saat ia membukanya lagi, integrity knight sudah―cukup
mengejutkan, itu termasuk genangan darah yang ada di lantai―tidak dapat dilihat dimanapun.

Beberapa surat-surat suci yang terfragmentasi masih bisa dilihat melayang di udara. Suara
kardinal ditransmisikan saat mereka saling bertumpuk, volumenya menurun secara bertahap.

"Serangga itu telah menyadari, jadi saya akan membuat ini singkat. Melihat dari situasi,
kemungkinan Administrator masih dalam keadaan tertidurnya tinggi pada saat ini. Jika Anda
mencapai lantai tertinggi sebelum wanita itu terbangun, Anda bisa melawannya tanpa
menggunakan belati. Cepat ... tidak ada banyak integrity knight lagi yang tersisa ... "

Eugeo merasa bagian tak terlihat yang membuka jalan ke domain Ruang Perpustakaan Besar
menutup dengan cepat. Suara kardinal semakin menjauh dan tepat sebelum kehadirannya
menghilang, manik-manik cahaya di udara berkedip-kedip dan jatuh ke lantai saat mereka
mengambil bentuk tetap.

Apa yang jatuh di atas marmer dengan suara menyegarkan adalah dua botol kaca kecil.

Kirito menatap botol dengan malas seakan energinya telah melemah, tapi segera mengulurkan
lengannya untuk mengambil kedua botol pada waktu yang sama. Mendongak, ia memegang
salah satu di antara ujung jarinya dan menawarkannya.

Sambil menjatuhkan botol ke telapak tangan Eugeo, Kirito berbisik dengan nada rendah.

"... Maaf untuk kekacauan tadi, Eugeo."

"Nah ... Kamu tidak melakukan apa pun yang perlu dimintai maaf. Itu hanya sedikit
mengejutkanku."

Ketika ia mengatakan itu dengan senyum kecil, Kirito akhirnya menunjukkan senyum kecil juga.
Berdiri sambil bergoyang sedikit, ia mengeluarkan gabus dari botol kecil itu.
"Melihat dia repot-repot mengirimkan kita minuman, mari kita menerimanya dengan ucapan
terima kasih."

Berdiri setelah partnernya, Eugeo menarik gabus dari botol kecil dan menenggak cairan di
dalamnya dalam sekali teguk. Dia tidak bisa bilang itu enak walau ia mencoba untuk bersikap
sopan; ia meringis karena rasa asamnya menyerupai air siral tanpa gula, tapi rasanya
menyegarkan seperti air dingin membasuh tubuhnya, yang kelelahan dari pertarungan panjang.
Tampaknya Nyawa mereka yang setengah habis pulih dengan cepat juga, dan luka yang tersisa
pada anggota badan Kirito tertutup dalam sekejap.

"Menakjubkan ... akan bagus jika ia memberikan banyak pada kita, bukan hanya dua jika dia
memang memilikinya."

Ketika Eugeo bilang begitu tanpa berpikir, Kirito mengangkat bahunya dengan senyum sinis.

"Jika mereka memiliki prioritas setinggi ini, mungkin akan memakan waktu lama untuk
mengubahnya menjadi da ... ritual sihir dan mentransfernya. Sebaliknya, kamu harus melihat
seberapa cepat dia ... Uwah!?"

Tiba-tiba, Kirito mengeluarkan suara gelisah dan berputar ke samping, jadi Eugeo menatap
partnernya dengan bingung.

"Ap-apa, tiba-tiba?"

"Eu-Eugeo ... jangan bergerak, tidak, jangan melihat ke bawah."

"Hah?"

Akan sulit untuk tidak melihat ke bawah ketika ia mengatakan itu. Secara naluriah menatap
kakinya sendiri, Eugeo menemukan bahwa sesuatu muncul di sana tanpa ia sadari dan menjerit.

"Eek!?"

Panjangnya kira-kira lima belas cen. Kaki ramping yang tak terhitung jumlahnya keluar dari
tubuhnya yang panjang dan datar, terbagi menjadi segmen yang sangat kecil, dan bagian
depannya ada di atas sepatu Eugeo. Ujung berbentuk bola yang ternyata kepalanya memiliki
deretan lebih dari sepuluh, mata merah dan dua tanduk jarum panjang yang menakutkan
menonjol dari dua sisi, perlahan bergoyang ke arah yang berbeda. Itu adalah semacam
serangga―mungkin memang begitu, tapi penampilan anehnya hanya bisa digambarkan sebagai
menjijikkan. Serangga banyak di hutan selatan Rulid, tapi dia belum pernah melihat serangga
dengan penampilan seperti itu sebelumnya.

Eugeo membeku saat pikirannya kelebihan beban, tapi serangga aneh itu memeriksa
sekelilingnya dengan tanduknya selama tiga detik sebelum memutuskan untuk mencoba dan
dengan pelan merayap dari sepatunya, jadi ia berteriak lagi.
"Eek ...!"

Ketika ia dengan keras menendang ke bawah, serangga jatuh ke punggungnya, tapi segera
berputar dan dengan cepat merayap di antara kedua kakinya. Takut mendaki lagi, Eugeo
melompat lagi dan lagi, tetapi bencana tertentu terjadi setelah ia selesai melompat berkali-kali.

Setelah suara keras 'Kusha', sensasi kental dan lengket dari objek yang hancur terasa pada sepatu
Eugeo saat serangga itu dengan megah terinjak di bawah sepatu kanannya.

Cairan tubuh oranye terang tersemprot ke segala arah dan bau yang sangat tajam menggantung di
udara. Eugeo hampir kehilangan kesadarannya saat ia melihat serangga yang mejret itu masih
melompat-lompat, tapi dia dengan putus asa menahan rasa takutnya, menyadari bahwa ini bukan
situasi untuk pingsan, dan menatap Kirito untuk meminta bantuan.

Ketika ia melakukannya, partner yang telah memiliki hubungan dari hati ke hati dengannya
rupanya sekarang tiga mel jauhnya dan perlahan-lahan terus mundur lebih jauh.

"Hei ... heeii! Beraninya kau lari!"

Pada tuduhan melengking itu, Kirito mengguncang wajahnya yang membiru ke kiri dan kanan
dalam gerakan kecil.

"Maaf, aku tidak bisa menangani hal-hal seperti itu."

"Aku juga tidak bisa menangani mereka! Sama sekali!"

"Hei, bukankah serangga seperti itu biasanya akan menarik empat belas lainnya atau lebih ketika
yang pertama mati?"

"Jangan membicarakan hal-hal seperti itu!"

Bertekad untuk memeluk pasangannya dan berbagi nasib dengannya sekarang karena hal-hal
telah menjadi seperti ini, Eugeo menurunkan pinggangnya dalam persiapan untuk melompat ke
arahnya, tapi cahaya ungu tiba-tiba memancar dari depan kakinya dan dia membeku lagi.

Sisa-sisa menjijikkan itu telah menyebar ke manik-manik cahaya ketika ia menunduk dengan
malu. Cairan kental, kulit, dan lainnya lenyap tanpa jejak sebelum sedetik berlalu dan Eugeo
mendesah panjang lega dari dalam.

Menegaskan bahwa hal itu telah lenyap dari jauh, Kirito akhirnya kembali setelah sekian lama
dan berbicara dengan nada serius.

"... Jadi itu. Barusan itu adalah familiar yang dibuat oleh Administrator untuk mencari Kardinal.
Jadi itu mengendus lorong ke ruang perpustakaan ..."

"......"
Eugeo merengut pada Kirito dengan mata tertutup, menunjukkan sedikit kebencian, lalu dengan
enggan menjawab bahwa ia mengerti.

"Lalu ... itu berarti ada banyak makhluk seperti itu berkeliaran di sekitar menara ini? Tapi kita
belum melihat satu pun sampai sekarang."

"Dengar, saat kita melarikan diri ke ruang perpustakaan dari kebun mawar, ada suara gemerisik
di balik pintu, kan? Mereka pandai dalam bersembunyi, itu sebabnya aku pasti tidak akan mau
berkeliling mencari mereka. Selain itu ... Kardinal menyebutkan sesuatu yang aneh, kan ...
Administrator yang tidak bangun, atau sesuatu seperti itu ... "

"Aah, jika menyebutkannya sekarang ... Pada dasarnya itu berarti bahwa dia tidur? Dia sudah
tidur meskipun masih siang hari?"

Kirito menggosok dagunya untuk sementara waktu pada pertanyaan Eugeo dan kemudian
menjawab seolah-olah dia tidak mengerti.

"Kardinal juga mengatakan bahwa dalam pertukaran untuk hidup selama ratusan tahun,
Administrator dan integrity knight memaksa diri mereka dengan berbagai cara. Terutama
Administrator yang tampaknya menghabiskan sebagian besar harinya untuk tidur, tapi ... jika
benar, apa sebenarnya yang terjadi pada kendalinya atas integrity knight dan serangga seperti
tadi ...?"

Tenggelam ke dalam pikirannya selama beberapa detik dengan kepalanya melihat ke bawah, ia
segera menanggapi dirinya sambil meraba-raba sekitar ubun-ubunnya.

"Yah, kita akan tahu jika kita terus mendaki. ―Kesampingkan itu, Eugeo, bisakah kamu melihat
punggungku?"

"H-Hah?"

Kirito berputar ke belakang di depan Eugeo yang tampak bingung. Dia memeriksa punggungnya
sambil kebingungan, tapi benar-benar tidak ada sesuatu yang aneh pada kain hitam mantelnya
selain kerusakan yang ada padanya, cocok dengan keadaan setelah bertarung.

"Tidak ... ada yang istimewa tentang hal itu, meskipun ..."

"Bagaimana aku menjelaskan ini ... apa ada serangga kecil yang menempel? Seperti laba-laba
atau sesuatu seperti itu."

"Tidak, tidak ada yang seperti itu, meskipun."

"Jadi begitu, itu bagus. ―Kalau begitu, sekali lagi, mari kita lanjutkan ke paruh kedua perjalanan
kita!"

Eugeo mengejar Kirito, yang mulai berjalan cepat menuju ujung utara koridor, dalam bingung.
"Hei, apa itu tadi?!"

"Tidak ada apa-apa, kok."

"Kamu membuatku penasaran, lihatlah punggungku juga!"

"Seperti yang kukatakan, sungguh tidak ada apa-apa."

Selama percakapan ringan mereka, yang terjadi berkali-kali sejak mereka meninggalkan Desa
Rulid, Eugeo bergumam pelan pada apa yang sebenarnya ingin ia tanyakan dalam hatinya.

Mengapa kamu, yang mampu menjaga ketenanganmu dalam situasi apa pun, begitu putus asa di
depan kematian Fanatio, musuhmu―dan apa kata-kata selanjutnya dari, [walau aku mati]―

Kirito, siapa ... kamu ...?

Pendekar pedang berpakaian hitam yang masih berdiri di depan pintu besar, yang mungkin
beberapa kali tinggi badannya, mengulurkan kedua tangan dan membuka pintu ke samping
dengan kekuatan. Pada saat itu, badai dingin berembus dan Eugeo memalingkan wajahnya
sedikit.

Part 3

Apa yang terletak di luar pintu besar adalah ruang yang luasnya kira-kira seperti tangga di sisi
selatan koridor besar yang telah Eugeo dan Kirito naiki. Bentuknya persegi panjang, dengan
langit utara berwarna biru gelap yang terlihat melalui jendela panjang dan sempit yang berbaris
di dinding yang berlawanan.

Namun, elemen penting tidak bisa terlihat di lantai dengan batu hitam dan putih pada tangga
besar yang seharusnya mengarah ke lantai 51.

Tidak peduli seberapa kali ruangan yang luas ini diperiksa, tidak ada tangga, atau bahkan sehelai
talipun yang dapat ditemukan. Hanya ada rongga melingkar yang aneh di tengah-tengah lantai
yang licin dan halus, dan tidak ada satu jalanpun yang mengarah ke atas sepanjang penglihatan
Eugeo.

"Tidak ... Tidak ada tangga."

Bergumam dengan terkejut saat ia melangkah ke ruang redup di belakang Kirito, Eugeo
merasakan aliran udara dingin di lehernya dan menarik bahunya. Sepertinya partnernya
menyadari itu juga, saat mereka bersama-sama melihat ke atas.

"... Ap ..."

"Apa-apaan ..."
Dan keduanya menjadi terdiam.

Tidak ada langit-langit. Sebuah ruang, tidak, terowongan dalam bentuk yang sama menjulang
sepanjang penglihatan mereka. Mereka bahkan tidak bisa memperkirakan seberapa jauh
tingginya, tenggelam dalam kegelapan biru tua.

Setelah menarik mata mereka dari ketinggian yang jauh, mereka menyadari celah ini mungkin
tidak sepenuhnya ruangan yang kosong. Pintu, yang lebih kecil dari keduanya, berada di
permukaan dinding pada setiap tingkat dari lantai 51 dan seterusnya, dengan teras yang
memanjang sampai hampir ke tengah celah.

Dengan kata lain, mereka bisa masuk ke lantai atas jika mereka bisa mencapai teras itu―itu pasti
caranya.

Eugeo mengulurkan tangan kanannya dan dengan santai mencoba melompat tanpa berpikir.

"... Tidak mungkin itu bisa dicapai ..."

Gumamnya sambil menghela napas. Bahkan teras terdekat adalah, tentu saja diatur lebih tinggi
dari langit-langit di «Grand Corridor of Spiritual Light» dan karena itu tingginya lebih dari dua
puluh mel bahkan melalui estimasi biasa.

Kirito, yang memandang dengan cara yang sama di sisinya, bertanya dengan suara lemah.

"Dengar ... Aku hanya mengkonfirmasikan ini, tapi tidak ada sihir suci untuk terbang, kan?"

"Tidak."

Balasan seketika yang tanpa ampun.

"Maksudku, terbang di udara hanyalah hak milik integrity knight, kan? Dan mereka bahkan tidak
terbang melalui sihir; mereka naik naga terbang mereka ..."

"Jadi ... bagaimana tepatnya manusia di sini bolak-balik ke lantai 51 dan seterusnya?"

"Siapa yang tahu ..."

Keduanya memiringkan kepala mereka bersamaan. Akan lebih baik untuk menghindari itu, tapi
mungkin tidak ada ada cara lain selain kembali ke koridor besar dan meminta metode untuk naik
dari bawahan Fanatio―hal itu terjadi saat mereka memiikirkan itu.

"Hei, ada sesuatu yang datang."

Kirito berbisik dengan suara gugup.

"Eh?"
Dia menatap celah lagi.

Dia benar-benar melihat sesuatu mendekat. Seakan merumput melewati ujung teras menonjol
yang muncul sebagai garis, bayangan hitam dengan pelan turun ke arah mereka.

Saat ia melompat jauh ke belakang dengan Kirito dan memposisikan tangannya di pegangan
pedangnya, Eugeo dengan kuat menatap bayangan yang mendekat.

Itu berbentuk lingkaran sempurna. Mungkin dengan diameter dua mel atau lebih? Sepertinya tepi
piringan besi itu bisa terlihat berkilau menakutkan setiap kali itu menangkap cahaya biru yang
bersinar dari jendela yang ramping. Namun, mengapa hal seperti itu bisa turun dengan anggun
dalam ruangan tanpa dukungan atau hal semacam itu?

Telinga Eugeo menangkap suara aneh, "wusss", ketika piringan melewati teras dua lantai di atas
mereka pada kecepatan konstan. Lehernya merasakan angin dingin setiap kali itu terjadi.

Eugeo tidak berlari, ataupun menghunus pedangnya; ia hanya berdiri diam, tercengang, dan
menatap bagaimana piringan menyerempet teras dan turun tepat di depan mereka. Ketika
piringan mendekat hingga beberapa mel lagi, lubang kecil terbuka di tengah sisi bawahnya dan ia
merasakan udara yang keluar dari sana adalah penyebab kebisingan dan angin yang misterius.

Namun, bagaimana bisa sebuah piringan besi melayang hanya dengan tenaga angin―ia bertanya
saat suara mendesing terus meningkat dan kecepatan berputar logam piringan menurun, akhirnya
berhenti saat itu dengan rapi terjepit ke dalam rongga melingkar, menggantung ke lantai batu,
dengan sedikit menabrak dan bergetar sedikit.

Permukaan atas piringan dipoles halus seperti cermin. Keahlian detailnya sampai ke pegangan
tangan perak yang terpasang di tepi lingkaran. Sebuah pipa kaca berukuran sekitar panjang satu
mel dan tebal lima puluh cen berdiri tegak di tengah-tengahnya―seorang gadis muda diam-diam
berdiri di sana dengan dua tangannya di atas pipa, bulat seperti belahan bumi.

"......!?"

Eugeo mundur kembali saat ia menaruh kekuatan ke tangan kanannya yang memegang pegangan
pedang. Dia meningkatkan kewaspadaanya, berpikir mungkin ini seorang integrity knight baru.

Tapi dia segera menyadari gadis itu tidak memiliki bahkan satu belati pun pada pinggang dan
punggungnya. Pakaiannya, rok panjang hitam polos, tidak pas untuk pertarungan juga. Satu-
satunya hiasan yang ada adalah rajutan hem sederahan pada apron putih yang tergantung dari
dadanya ke bawah lutut, jadi ia tidak memakai aksesoris lain pada dirinya.

Rambutnya cokelat muda, sedikit berwarna abu-abu, dipotong lurus pada alis dan bahunya,
dengan hampir tidak ada fitur wajah yang membedakan pada kulit pucatnya. Itu cukup bagus
meski tanpa sedikitpun emosi. Eugeo merasa usianya sedikit lebih muda darinya, tapi dia tidak
tidak terlalu yakin.
Siapa sebenarnya gadis ini; Eugeo mencoba melihat mata gadis itu, tapi ia bahkan tidak bisa
melihat warnanya karena mereka tersembunyikan oleh bulu mata yang turun. Gadis, yang tidak
berusaha sama sekali untuk melihat wajah keduanya bahkan setelah piringan berhenti,
melepaskan tangannya dari pipa kaca aneh dan menempatkannya di depan celemeknya, lalu
menundukkan kepalanya dan mengeluarkan suaranya untuk pertama kalinya.

"Terima kasih atas kesabaran Anda. Lantai mana yang Anda tuju, Tuan?"

Suara yang memiliki tingkat intonasi vokal minimum dan tidak mengandung emosi sama sekali.
Eugeo bahkan tidak mendengar fragmen apa pun yang mengarah ke permusuhan, jadi dia dengan
pelan melepaskan tangannya dari pedangnya. Kata gadis itu terulang sekali lagi dalam
pikirannya.

"Lantai mana ... tunggu ... Kalau begitu, Anda bersedia untuk membawa kami ke lantai atas?"

Ketika ia bertanya setengah percaya, setengah ragu, gadis itu menurunkan kepalanya lagi.

"Tentu saja. Boleh saya tahu lantai mana yang Anda tuju?"

"Yah ... walau Anda mengatakan itu ..."

Berpikir bahwa setiap orang yang akan muncul di depan mereka di katedral akan menjadi
musuh, Eugeo goyah, tidak tahu harus berkata apa. Kirito, yang berdiri di sisinya, kemudian
berbicara dengan nada riang; Eugeo juga tidak tahu persis apa yang ada di kepalanya itu.

"Erm, kami adalah buronan yang menyerbu katedral ... apa tidak akan ada masalah kalau kami
naik ele, tidak, piringan itu?"

Gadis itu kemudian sedikit memiringkan kepalanya, tapi langsung mengembalikannya ke posisi
semula dan menjawab.

"Tugas saya satu-satunya adalah mengoperasikan piringan ini. Saya belum menerima perintah
lain yang tidak berkaitan dengan itu."

"Jadi begitu. Kalau begitu ijinkan saya untuk menerima penawaran Anda."

Kirito mulai berjalan cepat ke arah piringan ketika mengucapkan kata-kata santai itu, jadi Eugeo
berseru dengan suara panik.

"H-Hei, kau yakin itu tidak apa-apa?"

"Yah, itu tidak terlihat seperti ada cara lain untuk naik."

"Itu ... benar, tapi tetap saja ..."


Eugeo kagum bagaimana dia bisa naik benda aneh seperti ini dengan nyaris tanpa hati-hati
setelah melalui berbagai hal dengan dua integrity knight muda, tapi itu benar bahwa tak satu pun
dari mereka yang memiliki ide tentang bagaimana menggerakkan piringan itu. Menetapkan
hatinya dengan memikirkan mereka bisa melompat ke beberapa teras jika itu jebakan, dia
mengikuti partnernya.

Setelah keduanya menaiki piringan melalui pintu pagar mewah, Kirito menatap pipa kaca dengan
wajah ingin tahu saat ia memberitahu gadis itu.

"Erm, kalau begitu tolong bawa kami ke lantai tertinggi."

"Baik. Kalau begitu kita akan menuju ke lantai delapan puluh, «Cloudtop Garden». Mohon tetap
dalam batas pegangan tangan."

Tanggapan muncul dalam waktu singkat dan dengan busur lain, gadis itu menempatkan dua
tangannya di atas pipa. Dia menarik napas―

"Sistem panggil. Hasilkan elemen udara."

Ritual sihir yang dibacakan tiba-tiba membingungkan Eugeo, yang menafsirkannya sebagai
serangan, tapi itu tampaknya tidak terjadi. Bagaimanapun, elemen udara yang berwarna hijau
berkilauan, berada di dalam pipa transparan. Tapi dia kembali terkejut saat melihat jumlah
mereka. Ada sepuluh jumlahnya―dia pasti pengguna sihir berperingkat cukup tinggi jika bisa
menghasilkan elemen sebanyak ini dalam sekali baca.

Gadis itu mengeluarkan ibu jari, telunjuk, dan jari tengah kanannya pada pipa kaca dan dengan
pelan bergumam.

"Elemen Burst."

Tiga elemen udara melesat keluar dengan cahaya hijau, menyebabkan suara geraman dari bawah.
Piringan logam yang ditunggangi oleh tiga manusia langsung naik seakan ditarik oleh tangan tak
terlihat.

"Jadi itu! Jadi begitu cara kerjanya, huh."

Eugeo akhirnya mengerti dasar di balik bagaimana piringan naik dan turun dengan suara senang
Kirito. Elemen udara yang dikeluarkan di dalam pipa kaca berjalan melalui piringan, yang
memungkinkan berat tiga manusia dan piringan itu sendiri berkurang dan menyebabkan ledakan
keras di bawah.

Itu ternyata mekanisme yang sederhana, tapi gerakan piringan sangat halus hingga hampir tak
terasa apa-apa. Selain tekanan yang ia rasakan pada awal pendakian, itu meluncur melalui udara
dengan hampir tidak ada sentakkan.
Lantai lima puluh segera berada jauh di bawah dan Eugeo sekali lagi sadar bahwa piringan kecil
ini bisa naik ke lantai delapan puluh katedral, yaitu, ketinggian yang cukup tinggi untuk
menyentuh awan. Menyeka telapak tangan berkeringatnya pada celananyanya, ia mencengkeram
erat pagar.

Kirito di sisinya, bagaimanapun, memiliki ekspresi tenang seolah dia telah menaiki sesuatu yang
serupa di masa lalu, mengagumi pergerakan sambil berseru, meski minatnya segera beralih dari
piringan ke manusia yang mengoperasikannya dan bertanya setelah melihat gadis itu.

"Berapa lama Anda telah melakukan pekerjaan ini?"

Gadis itu menjawab dengan suara yang sedikit bingung, wajahnya masih tersembunyi.

"Ini akan menjadi tahun yang ke seratus tujuh sejak tugas suci ini diberikan kepada saya."

"Sera ..."

Melupakan ruang kosong di bawah kakinya, Eugeo membelalakkan matanya. Dia bertanya
terbata-bata menggantikan Kirito.

"Se-Seratus tujuh tahun ... Anda sudah mengoperasikan piringan ini sepanjang waktu itu!?"

"Saya tidak mengoperasikannya ... sepanjang waktu. Saya juga menerima istirahat makan di sore
hari dan tentu saja, saya diizinkan untuk beristirahat di malam hari."

"E-Erm ... itu bukan apa yang saya ..."

―Tidak.

Memang seperti itu. Hidup gadis ini pasti dibekukan seperti integrity knight, hidup di atas sebuah
piringan metal untuk apa yang bisa dikatakan sebagai keabadian.

Eugeo percaya bahwa nasib itu jauh lebih kejam, jauh lebih ditinggalkan, dan jauh lebih suram
daripada integrity knight, yang mengabdikan waktu tak terbatas mereka untuk berperang.

Piringan metal perlahan tapi pasti naik. Gadis itu menyembunyikan semua emosinya di bawah
bulu matanya yang diturunkan, membuat elemen udara lagi setiap kali mereka habis, dan
melepaskan mereka lagi. Eugeo bertanya-tanya berapa kali ia mengulangi kata itu, "burts",
dalam setiap siklus, tapi tentu saja, itu dengan mudah melampaui imajinasinya.

"Anda ... siapa nama anda?"

Kirito tiba-tiba bertanya.

Gadis itu memiringkan kepala untuk waktu yang lama kali ini, sebelum menjawab dalam
gumaman.
"Nama saya ... Saya tidak ingat itu. Semua Tuan dan Nyonya menyebut saya sebagai «Operator
Pengangkat». Operator Pengangkat ... itulah nama saya."

Tampaknya bahkan Kirito tidak memiliki jawaban untuk ini. Eugeo, yang secara tidak sengaja
menghitung teras yang sudah lewat lebih dari dua puluh, merasakan dorongan untuk menghapus
keheningan pada punggungnya dan membuka mulutnya.

"... Hei ... hei, kami di sini untuk mengalahkan orang-orang penting dari Gereja Axiom. Mereka
yang memberikan Anda tugas suci ini."

"Jadi begitu."

Hanya itu jawaban gadis itu. Tapi Eugeo melanjutkan dengan kata-katanya, mungkin tanpa
tujuan tertentu dalam pikirannya.

"Jika ... gereja tidak ada lagi dan Anda dibebaskan dari tugas suci ini, apa yang akan Anda
lakukan ...?"

"... Dibebaskan ...?"

Setelah mengulangi dengan nada goyah, gadis bernama Operator Pengangkat itu terus diam saat
mereka melewati lima teras.

Setelah mencoba melihat, Eugeo menyadari langit-langit abu-abu muncul. Itu pasti bagian bawah
lantai delapan puluh katedral. Mereka akhirnya akan melangkahkan kaki ke inti sebenarnya dari
Gereja Axiom.

"Saya ... tidak tahu apa-apa tentang dunia selain dari piringan yang saya angkat ini."

Gadis itu tiba-tiba berbicara dalam nada goyah.

"Karena itu ... Saya tidak dapat memutuskan tugas suci baru meski Anda mendesak ... Namun,
jika Anda mengartikannya akan sesuatu yang ingin saya lakukan ..."

Wajahnya yang terus menunduk sepanjang waktu ini terangkat dan gadis itu menatap jendela
panjang dan sempit yang terpasang di dinding kanan―dimana langit utara yang cerah berada di
belakangnya.

"... Saya ingin terbang bebas di piringan ini ... di langit itu ..."

Mata gadis yang pertama kali ia lihat itu berwarna biru nila yang sangat gelap seperti langit biru
di puncak musim panas.

Begitu elemen udara terakhir menghilang, piringan mencapai teras ketiga puluh dan dengan
pelan berhenti.
Gadis operator pengangkat itu menarik tangannya dari pipa kaca, menempatkan mereka
bersama-sama di depan celemek, dan membungkuk dalam-dalam.

"Terima kasih atas kesabaran Anda, kita telah tiba di lantai delapan puluh, «Cloudtop Garden»."

"... Terima kasih."

Eugeo dan Kirito menundukkan kepala mereka dan naik ke teras dari piringan.

Gadis itu mengangkat kepalanya lagi, dan setelah membungkuk ringan, dia mempercayakan
piringan turun pada elemen udara yang melemah. Suaranya yang memancar, seperti angin musim
dingin, segera memudar di kejauhan dan piringan itu lenyap di kedalaman kegelapan biru, dunia
baja kecil itu telah menutup diri untuk selama-lamanya.

Eugeo mengambil napas dalam-dalam tanpa ia sadari.

"... Kupikir tugas suci sebelumku adalah yang terburuk di dunia karena hampir tak akan pernah
selesai, tapi ..."

Setelah menggumamkan itu, Kirito mengangkat alis dan meliriknya.

"Itu sudah cukup bagus karena aku bisa pensiun setelah tua dan tak mampu mengayunkan kapak
itu lagi, ketika aku membandingkannya dengan tugas suci gadis itu, hanya saja ..."

"Kardinal mengatakan bahwa pembekuan Nyawa seseorang dari pengurangan secara alami
melalui ritual sihir tidak akan melindunginya dari penuaan jiwa. Itu perlahan akan mengganggu
ingatannya dan orang itu akan hancur pada akhirnya."
Kirito, yang menjawab dengan nada tertekan, mengayunkan tubuhnya dengan paksa, seolah
berusaha untuk memutuskan garis pemikiran itu, dan memutar punggungnya dengan tajam.

"Apa yang Gereja Axiom lakukan itu salah. Itulah mengapa kita di sini untuk mengalahkan
Administrator. Tapi itu bukan akhir segalanya, Eugeo. Tantangan sebenarnya berada di luar itu
..."

"Eh ...? Bukankah kita hanya perlu meninggalkan sisanya untuk Kardinal-san jika kita
mengalahkan Administrator?"

Kirito menggerakkan bibirnya ketika Eugeo bertanya, seolah dia hendak mengatakan sesuatu,
tapi tidak seperti biasanya rasa ketidakpastian muncul di matanya yang hitam dan dia akhirnya
memalingkan wajahnya.

"Kirito ...?"

"... Tidak, mari kita bicara lebih banyak tentang itu setelah kita mengembalikan Alice. Ini bukan
waktunya untuk berpikir tentang hal-hal yang tidak perlu."

"Itu ... benar, tapi tetap saja."

Kirito mulai berjalan di teras dengan langkah cepat, seolah menghindari tatapan Eugeo, yang
memiringkan kepalanya. Eugeo mengejarnya dengan emosi yang tak bisa dijelaskan, tapi
perasaan tegang yang mengalir dari tubuhnya menyapu keraguan tipisnya dalam sekejap setelah
pintu besar yang menjulang di ujung teras memasuki penglihatan mereka.

Melihat lima integrity knight yang berkumpul di lantai lima puluh, orang yang
mengkoordinasikan perlawanan terhadap penyusup―kemungkinan Kepala yang Fanatio
sebutkan berniat untuk menghentikan mereka berdua dengan segala cara. Fakta bahwa mereka
menahan serangan sengit para knight dan mendapat kemenangan entah bagaimana pasti dekat
dengan keajaiban.

Mereka menerobos garis pertahanan dan memanjat dekat dengan lantai tertinggi pasti membuat
Kepala akhirnya mengirimkan knight dengan potensi pertarungan yang tinggi. «Pemimpin
Knight» bersama dengan semua integrity knight yang tersisa, serta pengguna sihir suci
berperingkat tinggi, para pendeta dan suster, mungkin menunggu di balik pintu ini,
misalnya―bahkan hal seperti itu relatif mungkin.

Tapi selama tidak ada jalan lain, kami tidak bisa melakukan apa pun kecuali menerobos setiap
penghalang yang berdiri di depan kami.

Kita bisa melakukannya. Dengan Kirito dan aku di sini.


Eugeo saling tatap dengan partner, yang berdiri di sisinya, dan mengangguk bersama.
Mengulurkan tangan mereka secara bersamaan, mereka menempatkan telapak tangan mereka di
pintu kiri dan kanan dan dengan kuat mendorong mereka.

Pintu batu perlahan-lahan mulai membuka ke kiri dan kanan dengan suara berat.

"......!"

Panca inderanya menyerap warna yang muncul di depan matanya, riak air, dan aroma harum
pada saat itu menyebabkannya pusing sesaat.

Tidak salah lagi mereka berada di dalam menara. Marmer putih yang sama dengan lantai di
bawah bisa dilihat di ujung.

Namun, lantai yang luas itu tidak tertutup dalam batu seperti sebelumnya. Sebaliknya, rumput
yang tampak tebal dan lembut tumbuh di sana. Bunga suci berbagai warna, mungkin sumber dari
aroma tadi, sepenuhnya mekar di seluruh halaman.

Apa yang membuatnya lebih heran adalah aliran murni kecil yang mengalir di kejauhan,
permukaan airnya berkilauan dengan cahaya. Sebuah jalur bata ramping membentang dari pintu
yang berdiri, memotong rumput, dan terus membentuk jembatan kayu yang membentang di atas
sungai kecil.

Sebuah bukit kecil tampak di belakang sungai. Jalan berliku-liku berada di atas tanah miring dan
ditutupi dengan bunga yang bermekaran. Setelah mengikuti jalan dengan penglihatannya, Eugeo
melihat satu pohon yang tumbuh di puncak bukit.

Itu tidak sebesar pohon. Dia bisa melihat daun hijau gelap dan bunga jeruk kecil dalam bentuk
salib di cabang-cabangnya yang tipis. Cahaya Solus, yang mengalir dari jendela pada dinding
yang dipasang di dekat langit-langit, menyinari pohon dan bunga yang tak terhitung jumlahnya
dan mereka berkilauan seolah mereka adalah emas.

Batang setipis kacanya juga bermandikan sinar matahari dan bersinar―akarnya, juga,
memancarkan sinar emas yang sangat menyilaukan―

"Ah ......"

Eugeo tidak menyadari suara tenang yang lolos dari mulutnya sendiri.

Keika pikirannya terpaku pada bukit itu ia melihat ada gadis yang duduk di batang pohon dengan
kelopak mata yang tertutup.

Seolah dia adalah khayalan yang ditimbulkan oleh sinar matahari yang dengan indah mengalir
melalui pohon, seluruh sosok gadis itu tercelup dalam cahaya keemasan. Armor megah yang
menutupi bagian atas tubuh dan lengannya berwarna putih dengan hiasan keemasan, rok
panjangnya juga putih bersih, dengan benang emas yang dibordir pada kainnya, dan bahkan
sepatu bot kulit putihnya bersinar cemerlang tanpa cacat setelah menerima sinar matahari yang
masuk.

Namun, apa yang paling bersinar terang adalah rambutnya yang panjang mengalir. Rambut lurus,
yang seperti emas cair, menarik busur sempurna saat itu menutup pinggangnya dari kepala
mungilnya, menghasilkan air terjun cahaya yang luhur.

Sebuah cahaya yang ia lihat sehari-hari, di masa lalu. Dia tidak tahu nilai atau kefanaannya,
menarik rambutnya dengan bercanda dan mengikatnya dengan ranting.

Emas cemerlang yang melambangkan persahabatan, aspirasi, dan kasih sayang yang kabur, telah
berubah hanya dalam satu hari, menjadi lambang akan kelemahan, kekotoran, dan kepengecutan
Eugeo. Dan secercah cahaya yang seharusnya tak pernah bisa ia lihat kembali sekarang dalam
jangkauannya sekali lagi.

"Ah ... Ali ... ce ..."

Tanpa memperhatikan suara serak yang keluar dari mulutnya sendiri, Eugeo terhuyung ke depan.

Dia dengan goyah mengikuti jalan batu bata. Baik aroma menyegarkan dari bunga suci maupun
suara menenangkan air tidak lagi ada di kesadaran Eugeo. Hanya panas dari tangan
berkeringatnya yang dengan erat tergenggam ke mantel dadanya dan belati yang tampaknya
bergertar di dalam kain yang di jaga Eugeo.

Menyeberangi jembatan yang membentang di atas sungai kecil. Kurang dari dua puluh mel lagi
dia sampai ke puncak bukit.

Ketika dia mendongak, dia bisa melihat dengan jelas wajah gadis itu sedikit menunduk ke
bawah. Tidak ada emosi sama sekali pada kulitnya yang putih cerah. Dia hanya terdiam dengan
mata terpejam, pikirannya tampaknya melayang diantara kehangatan sinar matahari dan aroma
bunga.

―Apa dia tertidur?

Jika aku mendekat seperti ini dan menusuk belati sedikit ke jari-jari yang saling bertautan di atas
pangkuannya ... apa itu akan jadi akhir untuk segalanya?

Itu ketika pikiran itu melintas dalam pikiran Eugeo.

Tangan kanan Alice naik tanpa suara dan hati Eugeo berdebar saat kakinya berhenti.

Bibir menawannya bergerak dan suara nostalgia mencapai telinganya.

"Berikan saya sedikit waktu lagi. Sudah lama sejak kami memiliki cuaca yang bagus seperti ini,
jadi saya ingin membiarkan anak ini berjemur di bawah sinar matahari lebih lama lagi."
Kelopak matanya, yang dibingkai oleh bulu mata emas, dengan pelan terangkat.

Satu-satunya sepasang mata yang berwarna biru di dunia ini memandang lurus mata Eugeo.

Eugeo melihat tatapan Alice melunak, senyum terbentuk di bibirnya.

Namun, mata biru jernihnya tidaklah selembut langit seperti dulu. Itu adalah warna es yang tetap
beku selama sepuluh ribu tahun, tidak mencair terlepas dari berapa banyak sinar matahari yang
memandikannya. Dipandang oleh tatapan yang menganggapnya penyusup, Eugeo tidak bisa
menggerakkan kakinya.

Seperti yang diduga, pertarungan tak bisa dihindari.

Walau ia kehilangan ingatannya, ia harus menarik pedangnya ke arah gadis itu, yang tidak
diragukan lagi adalah Alice Schuberg dari Rulid. Untuk mengembalikannya seperti semula.
Tidak peduli betapa sulitnya pertarungan ia harus menerimanya.

Tubuhnya telah merasakan kekuatan Integrity Knight Alice Synthesis Thirty dua hari yang lalu,
ketika pipinya ditampar oleh sarungnya. Eugeo mungkin tak sadar ketika ia ditampar, tapi ia
bahkan tidak bisa mengikuti pergerakkannya dengan matanya. Ini akan menjadi bukti bahwa
mustahil untuk menekan pendekar pedang dengan skill seperti itu tanpa menderita luka berat,
kan?

Dia bukanlah lawan yang mudah.

―Namun, bisakah aku benar-benar memutuskan bahkan seuntai rambut emas itu?

Karena aku bahkan tidak bisa mengambil langkah maju, apalagi mencabut pedangku.

Kirito berbicara dari belakang Eugeo, yang masih berdiri dalam konfliknya, kata-katanya jelas
meskipun agak serak.

"Kamu jangan bertarung, Eugeo. Hanya pikirkan tentang bagaimana menusuk belati Kardinal ke
Alice dengan benar. Aku akan menghentikan serangannya untukmu bahkan dengan biaya
hidupku."

"Ta ... tapi."

"Tidak ada jalan lain, situasi akan bertambah buruk jika kita terus bertarung. Aku akan
mengambil serangan pertama Alice bukannya menghindar atau menahannya seperti itu, jadi
gunakan belati itu segera. Mengerti?"

"......"

Dia dengan kuat menggigit bibirnya. Pada akhirnya, ia mengorbankan Kirito, orang yang terluka
parah dalam pertarungan melawan Deusolbert dan pertarungan melawan Fanatio. Meski rencana
nekat menantang Gereja Axiom ini pada awalnya berasal dari tidak lebih dari agenda pribadi
Eugeo.

"... Maaf."

Ketika ia bergumam dengan malu, Kirito menjawab dengan nada yang sedikit dekat dengan nada
biasanya.

"Kamu tidak perlu minta maaf, aku akan memintamu membayar semuanya kembali dalam waktu
dekat .... Namun, kesampingkan hal itu ..."

"...? Apa yang terjadi?"

"Tidak ... dari apa yang kulihat, dia tidak terlihat seperti bersenjata. Selain itu ... siapa yang dia
bicarakan ketika dia berkata, 'anak ini' ...?"

Seperti dipandu, ia memfokuskan matanya pada Alice, yang masih duduk di atas bukit. Kelopak
matanya ditutup kembali dan sedikit menunduk ke bawah; ketika ia melihat pinggangnya, sarung
emas yang tergantung di sana ketika mereka pertama kali bertemu di Master Sword Academy
tidak ada sekarang.

"Mungkin dia meninggalkan pedangnya ketika dia sedang istirahat atau sesuatu seperti itu ... Itu
akan sangat membantu, meskipun."

Bergumam dengan nada yang menunjukkan kurangnya kepercayaan pada hal seperti itu, Kirito
menyapu pegangan pedang hitamnya dengan tangan kirinya.

"Ini tidak baik terhadap Alice, tapi tidak seperti kita bisa menunggunya sampai ia selesai
berjemur. Apakah dia memiliki pedang atau tidak, menantangnya sekarang pasti mencegahnya
dalam membacakan sihir kontrol penuh setidaknya. Jujur, itu hal terbaik yang bisa kita harapkan
jika kita bisa menyelesaikan ini tanpa dia menggunakan itu. "

"Kurasa kau benar ... sihir kontrol penuhku tidak menghabiskan banyak Nyawa pedangku, jadi
aku percaya aku masih bisa menggunakannya dua kali hari ini, meskipun ..."

"Itu akan membantu. Sebab, sekali lagi adalah batas milikku. Dan masih ada Pemimpin Knight
itu setelah Alice. Yah ... mari kita pergi."

Kirito mengambil langkah maju dengan anggukan kecil.

Pikirannya bulat, Eugeo mengikuti di belakang.

Meninggalkan jalan bata yang meliuk-liuk di sekitar bukit, mereka langsung menuju puncak.
Jejak mereka di halaman terdengar keluar.
Alice dengan pelan berdiri ketika mereka berada di tengah jalan. Mata bekunya yang tidak
menunjukkan sedikit pun emosi menatap keduanya di belakang kelopak matanya yang setengah
terbuka.

Seolah pandangannya telah melemparkan semacam ritual sihir, kakinya menjadi berat dalam
sekejap. Meski jelas bahwa tidak ada sabuk pedang yang bisa dilihat pada Alice, Eugeo merasa
kakinya menolak untuk mendekati gadis itu lebih jauh. Apa ketakutan telah terukir ke dalam
tubuhnya hanya karena satu pukulan ke pipinya? Tapi meski begitu, gaya berjalan Kirito
sepertinya juga telah kehilangan kekuatannya saat ia berjalan di depan, kan?

"... Pada akhirnya, kalian telah berjalan sejauh ini, kan."

Suara Alice yang jelas sekali lagi mengguncang udara.

"Saya menilai bahwa mengirim Eldrie saja akan cukup untuk mengatasi kalian berdua yang bisa
melarikan diri dari penjara bawah tanah. Namun, kalian telah mengalahkannya dan terlebih lagi,
mengalahkan Deusolbert-dono dan bahkan Fanatio-dono yang memiliki instrumen suci, hingga
melangkah ke lapangan «Cloudtop Garden» ini."

Alis melengkungnya membentuk cemberut samar. Suara dari bibir cherry blossomnya memiliki
nada yang sedih dan sunyi.

"Apa sebenarnya kekuatan yang kalian berdua miliki? Mengapa tepatnya kalian datang untuk
menyentak ketenangan Dunia Manusia? Mengapa kalian tidak mengerti bahwa setiap integrity
knight yang cedera akan menjadi kemunduran besar terhadap persiapan melawan kekuatan
kegelapan?"

―Itu untukmu, semua hal itu.

Eugeo meneriakkan itu di dalam hatinya. Tapi dia tahu itu tidak akan berarti apa-apa bagi
Integrity Knight Alice yang berdiri di depan matanya walau ia mengatakan itu. Dengan kuat
mengatupkan giginya, Eugeo hanya menggerakkan kakinya ke depan.

"Seperti yang saya pikir―tampaknya saya harus bertanya dengan pedang saya. Baiklah ... jika
itu yang kalian berdua inginkan."

Kata-katanya seperti mendesah, Alice meletakkan tangan kanannya di batang pohon di sisinya
sebagai pendukung.

Tapi dia tidak memiliki pedang―

Eugeo memikirkan itu hampir sama saat Kirito mengatakan "tidak mungkin".

Cahaya melintas di detik berikutnya dan pohon bertubuh kecil yang tumbuh di puncak bukit itu
hancur.
"―!?"

Sebuah aroma manis dan menyegarkan agak telat muncul dan itu benar-benar menghilang.

Sebelum mereka sadar, tangan kanan Alice memegang longsword familiar dengan bentuk yang
ramping. Tidak hanya sarung pedangnya, tapi semua bentuknya terbuat dari emas menyilaukan.
Sebuah desain bunga berbentuk salib menghiasi sarungnya.

Eugeo tidak bisa segera mengerti apa yang telah terjadi.

Pohon lenyap, pedang muncul. Dengan kata lain, pohon itu berubah menjadi pedang? Tapi Alice
tidak membacakan ritual sihir apapun. Walau itu hanya sebuah sihir ilusi atau beberapa sihir suci
peringkat tinggi untuk transmutasi, itu tidak mungkin untuk dilakukan tanpa membacakan ayat-
ayat ritualnya.

Tidak. Jika pohon yang tampilannya berubah murni karena mental imajinasi Alice―itu akan,
pada dasarnya―

Setelah tiba pada satu kesimpulan yang sesaat lebih cepat, Kirito mengeluarkan erangan dalam.

"Sial, ini tidak bagus ... apa pedang itu sudah berada dalam kondisi kontrol penuh?"

Tak senang pada keduanya yang berdiri tegak, Alice mengangkat pedangnya secara horizontal
dengan kedua tangan.

Jyaa! Pedang, yang terhunus dengan suara memekik, tenggelam dalam warna kuning keemasan
yang lebih intens daripada sarungnya, berkilau karena memantulkan cahaya Solus.

Kirito melancarkan serangan ganas sesaat setelahnya. Tak jelas apa kekuatan pedang yang Alice
pegang, tapi ia mungkin menilai bahwa akan lebih baik untuk membawa ke pertarungan jarak
dekat sebelum sihir kontrol diaktifkan. Dengan keras merobek rumput hijau, dia menaiki delapan
puluh persen bukit hanya dalam sepuluh langkah.

Sambil mencengkeram rantai di dadanya, Eugeo dengan panik mengejar partnernya. Kirito
sepertinya tidak memiliki niat untuk menghunuskan pedangnya. Sepertinya ia bermaksud untuk
menghentikan serangan pertama Alice dengan tubuhnya seperti yang ia katakan. Walau itu
menyegel pergerakannya, itu hampir tidak akan berlangsung lama. Karena itu, Eugeo harus
memenuhi perannya untuk menikamnya dengan belati tanpa membiarkan kesempatan hilang.

Ekspresi Alice tidak berubah sedikit pun meski melihat pendekar pedang berpakaian hitam
mendekat. Dengan gerakan yang terlihat ceroboh, dia dengan ringan mengacungkan pedang di
tangan kanannya.
Kirito belum masuk ke jangkauan tebasan. Itu kemungkinan sihir ofensif jarak jauh seperti
Deusolbert atau Fanatio. Jika benar, walau serangan awal menghentikan Kirito, Eugeo pasti bisa
masuk ke dalam jarak untuk menusukkan belatinya dengan menggunakan celah itu.

Menguatkan pikirannya dalam sekejap, Eugeo mengubah arahnya ke sudut yang berbeda dari
Kirito dan terus berlari.

Tangan kanan Alice dengan pelan berayun ke depan.

Pedang emas―lenyap.

"―!?"

Itu tidak lenyap. Akan lebih akurat untuk mengatakan bahwa itu terpisah. Pedang membelah
menjadi ratusan atau ribuan serpihan dan menyerbu Kirito sebagai badai emas.

"Guah!"

Ditelan cahaya kelap-kelip yang tak terhitung jumlahnya, Kirito dirobohkan.

Memanfaatkan kesempatan yang dibuat oleh partnernya, Eugeo mengertakkan gigi dan berlari ke
depan.

Namun, angin emas yang menyerang Kirito tidak hanya berhenti di situ. Itu menyebabkan suara
seperti badai dingin dan berbalik ke kiri di udara, menyapu Eugeo dari samping.

Dia tidak bisa berdiri di kakinya setelah terkena dampak seperti itu. Seakan terlempar oleh
telapak tangan raksasa, Eugeo roboh ke kanan juga.

Setiap serpihan dengan ukuran kurang dari satu cen, memiliki berat yang luar biasa. Terlempar
ke halaman, Eugeo merasakan nyeri terbakar pada seluruh lengan kirinya yang menutupi
wajahnya saat badai emas datang menyerang dan mati-matian menahan keinginannya untuk
menjerit dan menggeliat.

Tak terhitung serpihan emas, yang menghentikan serangan keduanya dengan begitu mudah,
menarik busur saat mereka berputar dan kembali ke sisi Alice. Namun, mereka tidak kembali ke
bentuk pedang tapi tetap melayang di sekitar knight.

Memeriksa lebih dekat, semua serpihan kecil itu berbentuk salib dan itu semua dibentuk oleh
berlian yang bahkan lebih kecil. Mereka sama dengan desain pada sarung―yang berarti mereka
sama seperti bunga-bunga pohon yang tumbuh di bukit.

"―Apa kalian mengejek saya? Bagaimana mungkin kalian berlari ke arah saya tanpa menarik
pedang kalian?"

Alice diam-diam menegur tanpa mengungkapkan setitik emosi seperti biasa.


"Serangan sebelumnya berfungsi sebagai peringatan. Namun, yang berikutnya akan menghapus
semua Nyawa kalian. Tunjukkan semua yang kalian punya; demi semua knight yang telah kalian
berdua kalahkan sejauh ini juga."

Dia tidak serius?

Meski kekuatannya tak masuk akal seperti itu ...?

Dalam pandangan Eugeo saat ia menggigil dari lubuk hatinya, bunga-bunga emas yang tak
terhitung jumlahnya membuat suara keras "jyakii". Ketika ia melihat lebih keras, ia melihat
ujung dari empat kelopak, yang halus dan bulat sebelumnya, menjadi lebih lancip dan tajam dari
ujung pedang ramping. Dia tidak akan lolos hanya dengan jatuh seperti sebelumnya jika ia
diserang hal seperti itu. Kulitnya akan sobek dan mungkin tulang-tulangnya bahkan akan teriris.

Ketakutan yang mendalam membuat seluruh tubuh Eugeo menjadi mati rasa.

Walau bunga-bunga emas itu hanya ada satu, Nyawanya dengan sigap akan menurun jika itu
memotong organ-organ vitalnya. Namun serpihan berkilau itu berada di sekitar Alice sekarang,
seperti mandi megah bunga, berjumlah lebih dari dua atau tiga ratus. Mustahil untuk menangkis
semuanya dengan pedang dan juga mustahil untuk menghindari badai bunga yang mampu
bergerak dengan kecepatan tinggi dan tak terkendali itu di udara. Dengan kata lain, sihir kontrol
penuh Alice luar biasa sempurna dan juga luar biasa kuat―

Ya, itu luar biasa.

Sihir kontrol penuh persenjataan dengan instrumen suci pastilah skill yang kuat, tapi tetap saja,
ada batasannya. Sifat sejati sihir ini adalah mengubah «memori» yang dimiliki oleh asal senjata,
apakah itu panas, dingin, keras, cepat, dan semacamnya, menjadi kemampuan ofensif namun
buruk di aspek lain semakin itu mengkhususkan diri dalam satu kemampuan tertentu.

Seperti sihir kontrol penuh Wakil Pemimpin Knight Fanatio yang dipantulkan oleh cermin kecil
yang Kirito buat, sebagai akibat dari mengkhususkan diri terlalu banyak dalam menusuk ke satu
titik dengan sinar cahaya yang terkonsentrasi.

Tak diketahui eksistensi seperti apa pohon kecil yang tampaknya menjadi asal instrumen suci
Alice, tapi jika tenaga di dalamnya dibagi hingga begitu kecil, dan berjumlah sebanyak itu, jika
hanya memfokuskan akurasi, setiap daun bunga seharusnya telah banyak kehilangan kekuatan
mereka. Tidak peduli seberapa keras Eugeo memikirkannya, satu serpihan yang bahkan tidak
sepanjang satu cen memiliki tenaga seperti kepalan raksasa, seperti yang telah ia rasakan dengan
tubuhnya sendiri, menentang teori itu.

Jika itu bisa membuat fenomena seperti itu, pohon ramping yang mekar dengan bunga-bunga
oranye itu pasti memiliki prioritas yang sangat tinggi, bahkan melampaui asal pedang Kirito,
«pohon iblis», Gigas Cedar ...
Kirito yang ambruk di depan, di sebelah kirinya, tampaknya juga memikirkan hal yang sama
seperti Eugeo, saat ia melihat wajahnya yang pucat karena shock dan ketakutan.

Namun, ia, yang tidak tahu arti menyerah, melirik Eugeo dengan mata yang mempertahankan
kilau mereka dan diam-diam menggerakkan bibirnya.

«Bacakan». ―Mulailah bacakan.

Memang, mustahil untuk menerobos badai kelopak dari depan. Oleh karena itu, tidak ada pilihan
lain selain membelenggu tuannya dengan sihir kontrol penuh Pedang Blue Rose. Alice
mengayunkan pedang hanya dengan cengkeramannya ketika kelopak bunga bergerak
sebelumnya. Dengan kata lain, itu berarti keumpulan bunga itu tidak dimanipulasi sepenuhnya
oleh kehendak tuannya.

Masih terbaring, Eugeo dengan pelan menggosokkan tangan kirinya pada pegangan Pedang Blue
Rose dan mulai membacakan sihir kontrol penuh pada volume yang tak bisa didengar. Tak ada
lagi yang bisa dilakukan jika Alice mengetahui itu dan menyerang, tapi Kirito pasti akan
melakukan sesuatu tentang itu.

Sesuai yang ia prediksi, Kirito bangun dengan gerakan berlebih, saat Eugeo mulai merapal, dan
berteriak dengan suara tegang.

"Saya ingin meminta maaf atas perilaku tidak sopan saya terhadap integrity knight yang
terhormat! Saya, Pendekar pedang-dalam-pelatihan Kirito, ingin secara resmi meminta kembali,
untuk duel menggunakan pedang biasa dengan Integrity Knight Alice!"

Setelah memukul dadanya dengan tangan kanannya dan membungkuk, ia menggenggam pedang
di kiri pinggangnya. Pedang hitam legam ditarik keluar dengan suara yang keras dan melengking
"jyari" dan diangkat tinggi-tinggi seolah mencoba untuk membagi cahaya keemasan yang
menutupi knight menjadi dua.

Alice menatap keras pendekar pedang berpakaian hitam itu dengan mata birunya yang terasa
seolah bisa melihat semuanya dan menjawab setelah berkedip sekali.

"―Baiklah, saya akan menguji seberapa jahat hati anda melalui pedang."

Dia dengan pelan mengayunkan pegangan pedang di tangan kanannya. Dengan itu, bunga-bunga
emas yang tak terhitung mengambang di sekitarnya berbalik arah ke tangan Alice dengan suara
gelombang yang mengalir, meninggalkan beberapa kesenjangan karena mereka menyatu di
depan pegangan pedang. Sebuah suara logam "jyakin" terdengar dan serpihan bergabung,
kembali ke bentuknya sebagai long sowrd emas.

Menghadap Alice, yang menempatkan pedang ke posisi tengah dengan gerakan anggun dan
mencoba untuk maju seperti itu, adalah Kirito, yang mempersiapkan pedangnya dalam posisi
yang lebih rendah; ia berbicara padanya sekali lagi.
"Salah satu dari kita pasti akan jatuh setelah bertarung, jadi saya mohon Anda untuk
memberitahu satu hal terlebih dahulu. Saya yakin bahwa pohon di atas bukit sebelumnya adalah
bentuk instrumen suci anda di zaman lampau, tapi mengapa pohon kecil seperti itu memiliki
kekuatan sehebat itu?"

Jelas itu sebuah pertanyaan untuk mengulur waktu, tapi Kirito sungguh ingin tahu misteri di
balik sihir kontrol penuh pedang emas itu, mungkin. Tentu saja, itu Eugeo sangat tertarik juga.
Dia menajamkan telinganya sambil terus membaca.

Alice berdiri diam setelah mengambil tiga langkah ke depan. Dia terus diam selama beberapa
waktu, dan kemudian menggerakkan bibirnya.

"Tidak ada gunanya menceritakan hal ini pada kalian yang akan mati, tapi ... saya kira itu bisa
berfungsi sebagai pengalihan di jalan ke Dunia Surgawi. Instrumen suci saya bernama, «Fragrant
Olive Sword». Seperti namanya, itu adalah pohon zaitun harum tanpa aspek yang tidak teratur."

Zaitun harum adalah pohon berukuran kecil yang menghasilkan bunga kecil berwarna oranye di
musim gugur. Itu jarang tumbuh secara alami di daerah sekitar Rulid, tapi jika ia
mengatakannya, ia telah melihatnya berkali-kali di ibukota. Itu tidak bisa dikatakan sebagai
pohon yang langka, seperti Gigas Cedar yang hanya ada satu di dunia.

"Ya, itu hanya sebuah pohon kecil seperti yang Anda katakan. Kecuali itu satu-satunya yang
telah hidup selama itu. ―Tempat yang menjadi tempat dibangunnya Katedral Pusat ini adalah
«Tanah Awal» yang diberikan kepada manusia oleh Dewi Penciptaan Stacia pada zaman dahulu.
Sebuah musim semi yang indah muncul di jantung desa kecil itu dan satu zaitun harum tumbuh
di sana ... atau seperti itulah yang bab pertama katakan dalam catatan penciptaan. Pohon itu
adalah bentuk asli dari pedang saya. Saya harap Anda mengerti; Fragrant Olive Sword ini adalah
eksistensi alam tertua di Dunia Manusia."

"Ap ... apa yang anda ..."

Dibandingkan dengan Kirito yang heran, Alice melanjutkan kata-katanya tanpa emosi.

"Pedang ini adalah bentuk reinkarnasi dari pohon yang diberikan hidup oleh dewi. Atributnya
adalah «keabadian abadi». Bahkan satu dari kelopak itu bisa membelah batu yang disentuh atau
menghancurkan tanah ... seperti yang Anda rasakan dengan tubuh Anda sendiri sebelumnya. Apa
Anda mengerti hal apa yang sebenarnya telah Anda tantang?"

"... Ya, saya benar-benar memahaminya."

Kirito terus berbicara dengan nada formal.

"Jadi begitu, itu adalah objek abadi pertama yang dibuat oleh dewi ... jadi itu, huh. Ya ampun,
hal-hal yang datang pada kami semakin dan semakin konyol saja ... karena itu, saya tidak boleh
terpesona terus-menerus."
Kirito perlahan mengayunkan pedang hitam, yang mungkin jauh lebih rendah daripada Fragrant
Olive Sword walau mereka memiliki asal yang sama, ke sudut atas dan berteriak.

"Nah, Integrity Knight Alice ... mari kita mulai pertandingan kita lagi!"

Udara berguncang saat pendekar pedang berpakaian hitam menendang tanah. Ia menyerang
Alice, yang berdiri di atas bukit, dengan kecepatan yang membuatnya sulit untuk dipercaya
bahwa dia sedang menanjak.

Terlepas dari bagaimana konyolnya pedang Alice, Kirito pasti berpikir bahwa ia bisa
mendapatkan keuntungan jika ia mengeluarkan skill serangan berturut-turut dalam pertarungan
jarak dekat. Fanatio bisa menahan serangan berturut-turut berkecepatan tinggi dalam pertarungan
sebelumnya karena dia mempelajarinya sendiri; dia seharusnya pengecualian di antara integrity
knight.

Seperti yang Kirito dan Eugeo prediksi, Alice dengan patuh mengangkat pedangnya ke atas
melawan tebasan ke bawah Kirito. Dia tidak akan mampu menjaga tengah tubuhnya ketika
tebasan ke bawah terhubung ke satu serangan tengah dengan kecepatannya.

Pedang yang Kirito ayunkan berubah menjadi petir hitam dan bertabrakan dengan Fragrant Olive
Sword, menghamburkan bunga api putih kebiruan.

Namun, itu tidak segera berlanjut ke serangan kedua sesuai teoritisnya.

Bagaimanapun, dibandingkan dengan bagaimana pedang Alice yang hampir tidak bergerak,
Kirito, yang menyerang, tertolak kembali dengan kuat seperti dia memukul batu besar dengan
ranting, menghancurkan sikapnya.

"Uoah ..."

Beralih ke Kirito yang kehilangan keseimbangan dan terhuyung selama dua, tiga langkah, Alice
mendekat dengan gerak kaki semulus aliran yang mengalir.

Bahkan jari-jari di tangan kiri terulurnya itu menunjuk keluar. Tubuhnya merentang lebar,
pedang emasnya terangkat lurus di belakang. Itu adalah gaya tradisional yang tidak bisa
dikatakan cocok untuk pertarungan yang sebenarnya tidak seperti gaya Aincrad, tapi
penampilannya ketika digabungkan dengan rambut emasnya yang mengalir dan roknya yang
berkibar terlihat anggun seperti sebuah lukisan berbingkai.

"Eeeh!"

Pedang menarik setengah lingkaran saat itu melancarkan serangan bersama dengan teriakan yang
melengking dan jelas. Kecepatannya menakutkan. Tapi gerakan itu terlalu berlebihan.
Setelah memulihkan sikapnya, Kirito punya cukup waktu untuk menempatkan pedangnya di
kirinya.

Gakaan! Dua pedang bertabrakan dengan suara keras.

Yang berputar seperti gasing selagi terlempar kali ini adalah Kirito lagi. Menekan tangannya ke
rumput, ia nyaris jatuh saat meluncur ke dasar bukit.

Pada tahap ini, Eugeo juga akhirnya memahami apa yang terjadi di depan matanya.

Berat di balik serangan mereka berada di tingkat yang sama sekali berbeda.

Kirito yang memegang pedang hitam, memiliki prioritas yang bisa dibilang tinggi di antara
instrumen yang paling suci dan skill serangan berturut-turut Aincrad-style yang mengalahkan
banyak integrity knight, tapi Fragrant Olive Sword yang Alice pegang mungkin
menyembunyikan berat yang beberapa kali lebih besar dari pedang hitam. Tugas yang cukup
sulit untuk menghentikan serangannya, apalagi mengalahkannya, ketika berayun pada kecepatan
seperti itu.

Tidak, itu bukanlah akhirnya. Seperti yang diperlihatkan oleh pertarungan awal, Kirito adalah
orang yang terpukul mundur meski ia yang menyerang. Hal ini tidak akan bisa disebut dengan
pertarungan.

Kirito sepertinya telah menyadari fakta itu dan dengan cepat berdiri, meski ia mengambil
beberapa langkah mundur dengan ekspresi ketakutan. Alice mengejar seolah dia sedang
meluncur.

Pertempuran berikutnya bisa dikatakan sebagai pertempuran pertama Kirito dalam dua tahun
yang bertipe serangan sepihak.

Alice melancarkan tebasan demi tebasan dengan gaya seperti menari. Kirito mencoba yang
terbaik untuk menahannya tapi ia terus-menerus terdorong mundur. Dia akan memiliki
kesempatan untuk menyerang balik jika ia menghindar hanya dengan menggeser tubuhnya, tapi
pedang Alice amat sangat cepat dengan bidikan yang luar biasa tepat meski ukurannya besar dan
kuat, sehingga sangat sulit untuk menghindarinya dengan bersih.

Selesai membacakan ritual sihir bahkan ketika gemetar ketakutan, Eugeo mengejar keduanya
yang terus bergerak. Dengan hal-hal yang telah berjalan sejauh ini, ia tidak punya pilihan selain
mengaktifkan sihir kontrol penuh persenjataan saat Kirito mengambil serangan entah bagaimana.

Setelah hanya lima kali saling serang dan bertahan, Kirito sudah terdorong ke dinding barat. Di
belakangnya adalah marmer solid dengan semua rute pelarian yang dipotong.

Mengarahkan pedangnya pada musuh, yang sekarang terjebak dalam keadaan sulit, Alice
berbicara dengan ekspresi menyegarkan.
"Jadi begitu. ―Anda adalah orang kedua yang bisa menahan serangan saya selama ini.
Tampaknya Anda telah naik menara ini dengan tingkat tekad dan kepercayaan yang kuat. Namun
... itu sama sekali tidak cukup untuk mempengaruhi gereja. Seperti yang saya pikir, saya tidak
bisa membiarkan kalian berdua untuk membuat marah pengatur Dunia Manusia."

Postur berdiri knight emas itu tidak menunjukkan pembukaan. Dia mungkin bisa langsung
menahan ritual sihir Eugeo, walau ia berada di belakangnya.

Kirito―katakan sesuatu. Momen sesaat juga tidak apa-apa, buatlah penjagaannya menurun.

Eugeo berdoa dengan segala yang dia miliki saat ia berlari, tetapi partnernya hanya
menyandarkan punggungnya ke dinding marmer, kedua matanya berkilauan, dan tidak berusaha
untuk mengeluarkan satu katapun.

"Baiklah―persiapkan diri anda."

Fragrant Olive Sword menelusuri sudut saat itu menunjuk langit, dipegang secara vertikal.

Keheningan sesaat.

Robek melalui udara, cahaya keemasan meluncur turun.

Kedua matanya terbuka hingga batas, Kirito menggerakkan tangan kanannya begitu cepat hingga
terlihat kabur.

Sebuah suara logam yang melengking. Sebuah bunga api yang beruntun.

Dia tidak menerimanya, tapi membiarkannya mengalir lewat. Pedang melakukan kontak pada
sudut yang serendah mungkin dan serangan luar biasa berat Alice dihindari dengan jarak yang
sangat kecil.

Apa yang Fragrant Olive Sword tembus adalah benda yang berada satu cen di kiri kepala Kirito,
dinding marmer halus. Rambut hitam yang terpotong tersebar ke udara dan menghilang.

Kirito segera melompat ke Alice. Dia mengunci tangan kanan knight dengan tangan kirinya dan
tangan kirinya dengan tangan kanannya. Dia tidak bergetar sedikit pun sampai sekarang, tapi pipi
Alice tetap berkedut seperti sebelumnya.

―Sekarang.

"Tingkatkan persenjataan!!"

Eugeo menusuk Pedang Blue Rose ke rumput di kakinya dengan teriakan itu.

Lingkungannya membeku putih hanya dalam sekejap. Gelombang beku mengalir dengan
kekuatan cepat, menelan Kirito dan Alice sekitar sepuluh mel.
Tak terhitung es sulur segera melilit kaki keduanya. Semuanya menjadi belenggu biru cerah saat
mereka melingkar dan memintal tubuh keduanya yang menyatu.

Pakaian hitam Kirito dan armor putih Alice tertutupi oleh lapisan es tebal.

Kirito―Alice, maafkan aku!

Berteriak di dalam hatinya, Eugeo terus menciptakan sulur es. Itu meragukan apakah jumlah
belenggu itu akan cukup untuk menahan Integrity Knight Alice sebagai target.

Sulur yang terus memintal satu demi satu dengan suara kaku segera berubah menjadi es tebal
tunggal.

Pilar transparan dengan beberapa lapisan, yang menyerupai bijih kristal, diam-diam berkilauan
dengan kedua pendekar pedang yang terjebak di dalamnya. Yang berada di luar adalah tangan
kanan Alice dan Fragrant Olive Sword yang ia pegang, menusuk ke dinding. Ekspresi Alice,
yang menunjukkan sedikit terkejut, dan ekspresi Kirito, yang siap untuk kematian, tetap ada di
dalam es biru.

Semuanya akan berakhir dengan menusukkan belati ke lengan itu.

Eugeo memisahkan tangannya dari Pedang Blue Rose dan berdiri. Melepaskan pedang akan
melepaskan sihir kontrol penuh, tapi es tebal pasti membutuhkan waktu puluhan menit untuk
mencair secara alami. Dengan kuat mencengkeram belati di saku dengan tangan kanannya, ia
mengambil satu, dua langkah ke depan―

Dia mengambil langkah ketiga saat cahaya keemasan meledak.

"Ah ......"

Pedang Alice, yang menusuk ke dinding, terbagi menjadi kelopak bunga yang tak terhitung
jumlahnya dalam pandangan ketakutan Eugeo.

Zaa ... Kord mengerikan itu bergaung saat badai bunga emas menelan es tersebut.

Eugeo hanya bisa melihat dalam keadaan linglung saat pedang salib kecil berputar seperti
tornado, dengan cepat menghancurkan es. Nyawa Eugeo mungkin akan habis jika ia terjun
langsung ke pusaran itu, bahkan sebelum mengambil satu langkah maju.

Menghancurkan es, badai bunga melambung di udara setelah hanya menyisakan lapisan tipis.

Es tersebut segera hancur dengan suara singkat.

Melempar Kirito, yang masih memegangnya, pada Eugeo dengan tangan kirinya, Alice berbicara
dengan nada yang tetap acuh tak acuh sambil mengibas serpihan es yang menempel pada
rambutnya.
"―Bukannya kalian berdua meminta kontes skill dengan pedang? Tadi memang sedikit
menghibur, tapi ... itu jelas bahwa es biasa tadi tidak memiliki kesempatan untuk menahan bunga
saya. Giliran anda akan terjadi nanti, jadi persipkan diri anda dan tunggulah."

Ketika dia dengan ringan mengulurkan tangan kanannya, kelopak bunga yang melayang di atas
langsung berkumpul dan membentuk pedang kembali―

"Tingkatkan persenjataan!!"

Kiritolah yang berteriak.

Tidak ada yang tahu kapan dia selesai membacakan sihir kontrol penuh, tapi helai kegelapan
menyembur keluar dari pedang hitam yang dipegang di kedua tangannya.

Tujuannya bukan hanya Alice―

Itu adalah Fragrant Olive Sword yang tepat sebelum bergabung bersama-sama.

"Eh ...!"

Alice mengeluarkan suara terkejut untuk pertama kalinya.

Aliran kegelapan menyebarkan kelopak bunga yang tak terhitung jumlahnya dan
melemparkannya keluar dari kontrol.

Guaaah! Sebuah suara gemuruh membelah telinganya seiring prahara campuran antara hitam
pekat dan emas, meledak dengan keras. Mereka saling menyatu, berputar bersama-sama, dan
menabrak dinding marmer di belakang Alice.

"Eugeo――!!"

Kirito berteriak.

Benar. Ini, jelas, kesempatan terakhir.

Eugeo menarik belati dari dadanya dan menendang tanah.


Hanya delapan mel menuju Alice.

Tujuh mel.

Enam mel.

Kemudian. Sesuatu di luar harapan semua orang terjadi.

Aliran kuat yang abnormal muncul oleh gabungan sihir kontrol penuh dari kedua instrumen suci,
memukul dinding Katedral Pusat dan retakkan yang tak terhitung jumlahnya menyebar di
atasnya.

Seiring dengan raungan yang tampaknya bahkan mengguncang Dunia Surgawi, marmer
besar―dinding putih itu, yang dianggap tidak bisa dipecahkan seperti «dinding abadi», runtuh.

Blok batu terlempar keluar dan lubang yang muncul dengan cepat melebar di depan matanya.

Eugeo menatap langit biru dan lautan awan putih yang mengintip dari luar, dengan terperangah.

Sebuah embusan keras tiba-tiba menyerang Eugeo dari belakang dan dia dipaksa terjatuh ke
rumput. Udara di dalam menara sedang tersedot keluar melalui lubang di dinding. Alice dan
Kirito yang berdiri tepat di sebelah lubang tidak bisa berbuat apa-apa selain menahan banjir
udara itu.
Pemandangan dari pendekar pedang berpakaian hitam dan knight emas yang bertabrakan satu
sama lain dan terlempar dari menara terpaku dalam mata Eugeo.

"Uwaaaaah!"

Sambil berteriak, Eugeo merayap menuju lubang di dinding.

Apa yang bisa kulakukan―membuat tali dengan sihir suci―tidak, aku akan menggunakan es
dari Pedang Blue Rose untuk menyelamatkan mereka―

Dia tidak diberi waktu untuk menempatkan pikiran itu ke dalam tindakan.

Batu-batu yang membentuk dinding marmer yang seharusnya jatuh di luar berkumpul seolah
waktu telah berputar ulang dan mulai bergabung bersama di seluruh dinding.

Clung, clung, suara mereka terdengar membosankan setiap kali lubang menutup―

"Aaaaaah!"

Dan dengan pas tertutup di depan mata Eugeo, jeritan keluar darinya saat dia bergegas lari
secepat yang dia bisa, seolah tidak ada yang benar-benar terjadi.

Dia tergesa-gesa memukul tinjunya. Dua kali; tiga kali.

Bahkan setelah kulitnya pecah dan darahnya menyembur keluar, dinding yang memulih tetap tak
bisa dihancurkan, tidak menunjukkan satu tanda kerusakan.

"Kirito――!! Alice―――!!!"

Marmer putih dan kaca itu dengan kejam menghentikan jeritan Eugeo.

(Bersambung)
Catatan Penerjemah dan Referensi

1. Sebelumnya diterjemahkan segabagi "Indeks Pelanggaran Taboo"


2. "Benar-benar setia" - Dia tidak benar-benar menyebutkan kalimat itu di sini, tapi dia
menyebutkannya di dalam web novel, jadi ini mungkin editing kesalahan pada versi LN.
3. Modul Ketaatan (Piety Module)
4. Penghubung
5. Tindakan mematikan orang untuk meringankan penderitaan sekarat.
6. "Berhubungan dengan orang lain" - Manusia adalah "人間" dalam bahasa Jepang,
dengan "人" menjadi "orang" dan "間" menjadi "hubungan".
Catatan Pengarang

Terima kasih banyak telah membaca Sword Art Online jilid 12, 'Alicization Rising'. Arc
Alicization terus berlanjut dengan 'Beginning', 'Running', dan 'Rising', sampai ke jilid keempat
sebelum aku mengetahuinya dan akhirnya aku hanya bisa mendesah, tapi ... rasanya seperti
Kirito-san dan Eugeo-san telah mendaki sepanjang waktu, kan ... Nah, Anda tahu, Katedral Pusat
adalah bangunan seratus cerita seperti Aincrad, jadi pasti mengerikan untuk menaikinya, pasti.
Mereka pasti mencapai lantai tertinggi di volume berikutnya, jadi saya akan senang jika Anda
bisa menemani mereka saat mereka menaiki tangga untuk sedikit lebih lama!

Tentu saja, arti kata 'Rising' terjebak dengan konotasi 'ascending', tapi ketika berbicara tentang
tangga, tampaknya istilah yang tepat adalah naik ke atas, daripada menanjak. Tolong jangan
salah baca jika keluar dalam bahasa suci, atau lebih tepatnya, bahasa Inggris. naik tangga berarti
'naik tangga'!

Volume 1 diterbitkan pada bulan April 2009, dan tanggal rilis Volume 12 pada bulan April 2013,
berarti seri SAO sudah berlangsung selama empat tahun. Dalam cerita, jika kita mengambil awal
ketika SAO memulai layanan pada bulan November 2022, Arc Alicization berada pada bulan
Juni 2026, jadi kira-kira tiga tahun dan tujuh bulan telah berlalu, bukan. (Kirito menghabiskan
dua tahun di Underworld, meskipun ...)

Saya berpikir bahwa Kirito, serta Asuna dan yang lainnya, melalui berbagai pengalaman baik di
dunia nyata dan dunia virtual melalui rentang waktu itu dan terus berkembang, tapi di sisi lain,
saya benar-benar menjadi blank ketika saya berpikir tentang bagaimana saya, penulis, telah
berubah. Apa diri saya sendiri dan kondisi kehidupan saya karena Administrator-sama?! Mereka
benar-benar tetap konstan hingga saya benar-benar terkejut. Lihatlah, bahkan PC notebook yang
saya gunakan untuk menulis telah berubah! (Cat pada keyboard telah usang karena
penyalahgunaan, meskipun)

Aku bertanya-tanya apakah ini pada dasarnya saya telah menemukan segala macam perubahan
yang menakutkan dan merepotkan. Dalam kenyataannya, repot-repot beradaptasi dengan
lingkungan yang berbeda karena dikuasai keinginan saya untuk beralih ke PC baru dan tentu saja
saya menjalankan sepeda saya setiap minggu ke belokan yang selalu saya ambil ... Tapi saya
merasa bahwa output ide pikiran saya akan berkurang jika saya tidak bersentuhan dengan dunia
baru dari sekarang dan seterusnya, jadi saya berharap untuk membuat tahun ini, satu tahun untuk
berbagai perubahan. Pertama mendapatkan merek-baru notebook PC ... Saya ingin melakukan
itu, tapi mengkopinya pada film pelindung sungguh merepotkan ......

Untuk editor-dalam-tugas yang merawat saya begitu lama, Miki-san dan Tsuchiya-san, orang
yang selalu menggambar ilustrasi dengan semangat seperti itu meski seluruh jadwalnya
sangatlah padat, abec-san, dan semua pembaca yang telah menemani saya pada seri SAO sampai
sejauh ini, saya berharap untuk dukungan Anda pada tahun kelima juga!

Pada suatu hari di bulan Februari, 2013 Kawahara Reki

Anda mungkin juga menyukai