Anda di halaman 1dari 7

Death knight

By:M Rafly
BAB 1

Sulit dipercaya jika ada banyak hal di dunia ini yang sekiranya
belum terpecahkan. Berbagai kejadian yang ganjil, aneh maupun
misterius. Semuanya terjadi dengan penjelasan yang sulit
dipahami. Kuperingatkan nih, barangkali kalian tidak suka
berpikir secara berat, lebih baik tidak usah membaca buku ini.
Buku ini dipenuhi dunia gelap dibalik dunia yang selama ini
kalian ketahui.
Sebut saja aku, aku salah satu bagian dari dunia gelap itu.
Beberapa Minggu yang lalu, aku adalah seorang anak remaja 17
tahun yang bersekolah di sebuah sekolah negri di pulau Jawa.
Sekarang, katakan bye pada kehidupan sekolah yang aman dan
damai.
Sekarang ini aku tengah berdiri di sebuah rumah tua kosong
tanpa penghuni. Aku tengah duduk di pojok tembok sembari
memperhatikan seorang mahasiswa yang berniat gantung diri.
Masalah sepele, putus cinta. Kuharap kedepannya para manusia
ini hidup dengan benar dan tidak selemah ini dalam menghadapi
masalah. Jika begini terus, aku bisa-bisa bosan. Kenapa aku
harus dilahirkan di sebuah keluarga yang memiliki kutukan
turun temurun? Jika saja aku bisa memutar waktu, aku akan
memarahi kakek moyangku dan menendang kepalanya hingga
mengalami amnesia.
"Tuhanku Yesus! Kenapa dirimu melakukan hal ini?!" Ucap si
mahasiswa sambil memegangi bulatan talinya. "Kenapa engkau
kenalkan hamba pada dirinya jika akhirnya seperti ini?"
Kutulis semua kata yang ia keluarkan sebelum detik-detik ia
bunuh diri. Semuanya kucatat dalam buku jurnal kerjaku, entah
sejak kapan aku melakukan hal ini. Terkadang terasa
menyakitkan melihat orang-orang ini membuang nyawanya
dengan begitu gampang. Ngomong-ngomong, kuharap
departemen kematian mempunyai seragam yang lebih modern,
tidak harus mengenakan jubah gelap abad pertengahan seperti
yang sedang kukenakan ini.
Iya, serius.
Aku meneruskan kutukan dari kakek dan nenek moyangku,
menjadi bawahan dari dewa kematian lah, malaikat pencabut
nyawa kah, apapun kalian menyebutnya. Sebenarnya, aku adalah
seorang pemeluk Islam, saat semua ini terjadi, aku sempat
memohon untuk bertemu dengan Tuhan tapi mereka tidak
mengizinkan. Sudah banyak makhluk yang memohon seperti itu
tapi tak pernah dihiraukan. Bahkan sampai sekarang, aku masih
tidak tahu mana kiranya agama yang benar dan pasti itu.
Kutukan ini sebelumnya dipegang oleh Ayahku, hingga
akhirnya ia meninggal dan menyerahkan kutukannya padaku.
Aku sangat sedih sekaligus juga marah, sebelumnya ia tak
pernah bercerita tentang kutukan ini. Itulah alasannya Ibu
berpisah dengan dirinya, pasti Ayah tak pernah menceritakan
kebenaran akan dirinya. Pulang malam dan sering lembur yang
dibuat-buat, sesungguhnya ia sedang bekerja sebagai seorang
bawahan kematian.
Hal untung yang pasti adalah kami sebagai bawahan kematian
akan memiliki tempat khusus saat ajal kami tiba. Seperti tempat
tunggu hari penghakiman yang dipenuhi AC, menu makanan
lengkap dan berbagai fasilitas VVIP lainnya.
Tapi, hey. Ngomong-ngomong, namaku Arya.
"Huuueeeck." Mahasiswa itu gantung diri dan nyawanya pun
kini telah tiada. Maksudku, tepatnya terpisah dari tubuhnya. Aku
bisa melihat rohnya keluar dari tubuhnya perlahan. Menyerupai
si mahasiswa tapi dalam bentuk biru kabut seperti hologram.
"Yoo, dasar bego," ejekku yang mulai berdiri dari tempat duduk.
"Gegara cewe doang kek gini."
Si mahasiswa mengernyitkan dahi, melihat sekeliling lalu
tatapannya terhenti pada tubuhnya yang tengah gantung diri. Ia
menangis histeris, aku sudah banyak mengalami hal seperti ini.
Biasanya mereka menyesal, benar. Kebanyakan orang bunuh
diri akan langsung menyesal saat melihat tubuhnya mati
mengenaskan. Maksudku, menyedihkan.
"Jadi? Anda ini malaikat pencabut nyawa?" Tanya si mahasiswa
terheran-heran. Yah, kurasa. Barangkali ia terheran-heran karena
gaya rambutku yang mirip Jungkook BTS dipadukan dengan
wajah tampan plus jubah hitam abad pertengahan yang konyol.
Belum lagi, aku tengah memegang sebuah pena dan buku jurnal
yang kubeli dari toko online. Aku pasti terlihat sangat konyol
untuk ukuran bawahan kematian.
"Eh, bukan sih. Tapi bisa dibilang begitu," jawabku bingung.
Sejujurnya aku tak mau menjelaskannya lebih detail, karena itu
sudah menjadi aturan dasar untuk kami. "Gua ini, kek. Emmm,
semacam kurir yang bakal nganterin lu ke tempat tunggu hari
penghakiman."
Mahasiswa mengangguk, menurunkan tatapannya dan berjalan
ke sampingku. Memberikan isyarat bahwa ia siap untuk
mengikutiku. Aku sedikit kaget, tak banyak orang bunuh diri
seperti ini. Biasanya roh mereka tidak ikhlas akan kematian diri
mereka yang dibuat oleh mereka sendiri. Kami para bawahan
kematian yang harus mengurus hal seperti itu. Tak heran jika
orang-orang sering menganggap bahwa orang yang bunuh diri,
rohnya masih penasaran atau gentayangan. Memang benar,
rohnya masih sering berkeliaran dan merenungkan sesuatu.
Kami lah yang harus membereskan hal seperti itu, dengan cara
kasar sekalipun jika memang tak ada jalan lain.
Anggap saja seperti Shinigami dari manga Bleach atau para
bawahan Tuhan dari serial Miracle Workers.
*****
"Jadi? Lu manusia?" Kata si mahasiswa, tubuhnya sedikit
terbang. Sementara aku berjalan biasa di sampingnya, kami
berjalan di trotoar kota yang tentu saja tidak ada orang yang
dapat melihat kami.
"Yep, setengahnya lagi roh kematian. Anggep aja gini, di tubuh
gua ada dua roh. Roh manusia itu sendiri dan roh kematian.
Sekarang ini gua lagi dalam bentuk roh kematian. Gak enak
banget." Jelasku panjang lebar. Suasana pagi hari ini juga seperti
biasanya, kota macet, asap kendaraan di sana-sini, asap rokok,
bau-bau busuk dari sampah yang dibuang sembarangan. Huft,
aku tidak tahan dengan semua ini. Ingin rasanya kucabut semua
nyawa yang ada di sini.
"Apa gua juga bisa jadi pekerja kek lu?" Tanya si mahasiswa
yang membuatku sedikit mengernyitkan dahi. "Apapun itu."
"Bisa, cuman kalo buat bawahan kematian kek gua ya gak bisa.
Mungkin ada beberapa tugas di departemen lainnya yang masih
kosong pekerja. Coba aja ajukan bakat dan tekad, mereka selalu
menampungnya kok. Fakta bahwa Tuhan itu maha pengasih lagi
maha penyayang itu beneran." Jelasku sambil melakukan pola
tangan konyol untuk meyakinkan dirinya.
Sejujurnya itu benar. Aku tidak mengada-ada, ada seperti
lapisan dunia ini yang dikhususkan untuk para pekerja ghaib
atau yang mungkin bawahan Tuhan? Entahlah, aku sendiripun
juga tak serta-merta meyakini bahwa itu Tuhan. Terkadang
masih ada keraguan dalam diriku tentang hal-hal semacam itu.
Setahuku ada berbagai macam departemen di atas sana,
departemen cuaca? Departemen rezeki? Departemen dosa
mungkin? Akan menyenangkan bukan jika rutinitas kalian
sebelum hari penghakiman adalah membaca, menyortir dan
mengirimkan surat berisi catatan dosa para manusia. Bahkan,
jika kalian giat dan berbakat, kalian bisa jadi diberi tugas seperti
memberikan hidayah atau semacam hukuman pada pembuat
dosa. Menyenangkan, iya bukan?
"Wah, asik tuh. Gua mau daftar juga deh." Ucap si mahasiswa
kegirangan. Yah, orang yang satu ini memang unik. Kira-kira
apa motivasinya untuk menjadi seorang pekerja setelah
kematiannya. Apapun itu, tidak seharusnya aku ikut campur. Hal
yang penting sekarang adalah mengantarkannya menuju ruang
tunggu. Tapi hei, biar kuberitahu inti dari permasalahan buku
ini. Iya, satu buku penuh ini. Inti permasalahannya dimulai dari
bab ini. Iya, aku serius.
Bagi kalian yang tidak tahu bagaimana caranya kak

Anda mungkin juga menyukai