PRESENTASI KASUS
GANGGUAN GERAK
IDENTITAS
Nama : Nn. T.A.T
Umur : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswi
Pendidikan : SMA
Alamat : Timor Tengah Utara, NTT
Periksa ke RS : 15 Oktober 2018
No. CM : 01.86.XX.XX
ANAMNESIS
Alloanamnesis. Diperoleh dari Pasien dan keluarga (tanggal 16 Oktober 2018)
KELUHAN UTAMA
Sering terjatuh saat berjalan
1
Presentasi Kasus Gangguan Gerak
aturan minumnya. namun obat jarang diminum karena menimbulkan rasa mengantuk
dan sulit bangun.
Kurang lebih satu tahun enam bulan masuk rumah sakit, pasien merasakan
keluhan jatuh frekuensinya semakin berkurang, pasien dapat beraktivitas pasien tidak
datang berobat mauapun rawat inap ke dokter. disangkal penurunan kesadaran,
demam, kejang, kelemahan sesisi yang mendadak, trauma kepala, pelo, perot, mual,
muntah, tersedak.
Kurang lebih empat bulan sebelum masuk rumah sakit pasien merasa keluhan
sering terjatuh kembali memberat, setiap kali berjalan pasti terjatuh. Pasien juga
merasakan kesulitan untuk menelan makanan, tidak nyeri telan, tetapi terasa “lamban”
untuk menelan makanan.
Kurang lebih 1 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien merasakan keluhan
jatuh menetap, namun keluhan kesulitan menelan sudah tidak ada. Pasien dibawa
berobat ke RS swasta di Kupang dengan hasil dikatakan curiga spinoserebellar ataxia,
disarankan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Pasien kemudian dirujuk ke poli saraf
RSUP Sardjito dan direncanakan MRI kepala. Hasil dari MRI+MRA kepala saat
kontrol adalah curiga cerebral toxoplasmosis. disangkal penurunan kesadaran,
demam, kejang, kelemahan sesisi yang mendadak, trauma kepala, pelo, perot, mual,
muntah, tersedak.
2
Presentasi Kasus Gangguan Gerak
RESUME ANAMNESIS
Seorang wanita, usia 22 tahun, datang ke poli saraf RSUP Dr Sardjito dengan
keluhan utama sering terjatuh saat berjalan, pelo, lambat dalam berbicara dan menulis,
riwayat sulit menelan, dan sering tertawa onset kronis, intermiten
DISKUSI I
Pada pasien ini ditemukan adanya beberapa gangguan yang muncul tidak
secara bersamaan dan bersifat kadang membaik dan kadang semakin memburuk
seiring waktu.
Ataksia cerebellar adalah temuan umum pada pasien yang terlihat dalam
praktek neurologis dan memiliki berbagai penyebab. Dimana gejala yang menunjukan
ke arah ataxia(Timman, 2007) Ataxia adalah Inkoordinasi yang muncul bukan sebagai
hasil dari kelemahan otot. Dapat disebabkan oleh disfungsi Cerebellum, vestibular,
3
Presentasi Kasus Gangguan Gerak
Kelainan mata yang paling umum adalah intrusi saccadic, yang merupakan semburan
yang tidak teratur dari gerakan mata cepat yang termasuk opsoclonus, flutter okuler,
sentakan gelombang persegi, dan osilasi makrosaccadic. Ini paling sering tetapi tidak
selalu hasil dari lesi serebelar. Kelainan okular umum lainnya adalah nystagmus
pandangan horizontal yang muncul (lihat "Gambaran nystagmus" dan "Jerk
nystagmus" dan "Pendular nystagmus"). Seringkali nystagmus lebih menonjol ketika
melihat ke sisi lesi, meskipun nistagmus di semua arah pandangan biasanya ada.
Nistagmus yang naik ke atas hadir dalam pandangan primer atau diinduksi oleh
pandangan adalah lokalisasi ke flocculus cerebellar, seperti rebound nystagmus, yang
merupakan induksi nystagmus setelah kembali ke pandangan utama. Kedua hal ini
dapat dilihat pada proses lain (Paulson, 2012). Down-beating nystagmus dapat dilihat
dengan lesi verebis serebelum bagian tengah serta lesi sambungan cervicomedullary.
Dismetri okular adalah istilah yang diterapkan pada gerakan mata saccadic
hypermetric. Setelah melampaui batas, mata dengan cepat memperbaiki posisi mereka
untuk fokus tepat pada objek yang dimaksud. Temuan ini sangat sugestif dari
4
Presentasi Kasus Gangguan Gerak
disfungsi serebelar. Vertigo dengan mual dan muntah dapat terjadi akibat kerusakan
vestibulocerebellum dan biasanya berhubungan dengan temuan okular yang tercantum
di atas.
Belahan otak serebelum - Belahan otak kecil sebagian besar berkaitan dengan
perencanaan motorik dan koordinasi tugas yang rumit. Kerusakan pada satu belahan
menyebabkan gejala yang paling menonjol pada anggota badan ipsilateral. Tanda-
tanda klinis yang paling sering terlihat termasuk dysdiadochokinesis, dysmetria,
ataksia tungkai, tremor intensi, dan pidato pemindaian.
Dysdiadochokinesis, yang tidak memiliki koordinasi saat melakukan gerakan
bergantian cepat, adalah temuan umum pada penyakit serebelum. Tes khusus
termasuk memiliki pasien bergantian pronasi dan supinasi lengan bawah dan
tangan.
Disysriria pada tangan dan lengan, termasuk penunjuk pada tes jari ke hidung.
Dysmetria juga sering terlihat pada tungkai kaki yang mengarah ke beberapa
derajat gait ataxia.
Atmosis tungkai biasanya terlihat secara klinis sebagai kesulitan dengan tugas
yang terkoordinasi.
Intensitas tremor, juga disebut tremor kinetik, biasanya bertambah parah saat
tangan bergerak lebih dekat ke targetnya dan biasanya besar dalam amplitudo.
Pemindaian berbicara mengacu pada pidato lambat, tidak jelas, monoton, dan
tidak teratur yang terkait dengan dysarthria karena ataksia motorik mulut.
Temuan okular umumnya kurang menonjol, tetapi penglihatan yang rusak dan
nystagmus yang terlihat oleh ipsilateral sering terlihat.
Diagnosis Sementara
Diagnosis klinik : gangguan keseimbangan cum disartria cum riwayat
disfagia cum gangguan mood
Diagnosis topik : Cerebellum
Diagnosis etiologik : dd 1. Autoimun (Multipel sklerosis)
2. genetic (Frederich Ataxia)
3. infeksi intrakranial
Pemeriksaan
Dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2018
Status Generalis
Keadaan Umum : Sedang, gizi (BB= 52 kg, TB= 158cm, IMT=)
Kesadaran compos mentis, GCS E4V5M6
Tanda Vital : T : 119/85 mmHg
N : 80x/mnt, reguler, isi dan tekanan cukup
RR : 20x/mnt
t : 36,30C
5
Presentasi Kasus Gangguan Gerak
NPS : 2-3
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, faring
hiperemis (-)
Leher : Limfonodi tidak teraba, JVP tidak meningkat
Dada : Paru: sonor, irama vesikuler diseluruh lap paru, suara
tambahan (-)
Jantung: Konfigurasi kesan dalam batas normal, SI-II
reguler, bising (-)
Abdomen : Supel, tympani, peristaltik (+) normal, hepar dan lien tak
teraba, massa tak teraba
Ekstremitas : Edema (-), rash (-), petekie (-)
Status Mental
Kewaspadaan : alert
Observasi perilaku
I. Tingkah laku dan keadaan umum
Tingkah laku : hiperaktif
Pakaian : rapi
Cara berpakaian : sesuai umur
II. Alur pembicaraan/cara berbicara
- Percakapan : normal
- Bicara lemah dan miskin spontanitas : tidak
- Pembicaraan tidak berkesinambungan : tidak
III. Mood dan afek
- Mengalami euphoria : euphoria, senantiasa tertawa
- Mood sesuai isi pembicaraan : mood bahagia
- Emosi labil, meluap-luap : meluap-luap
IV. Isi pikiran
- Merasakan ilusi, halusinansi, delusi : tidak
- Mengeluhkan sakit seluruh tubuh : tidak
- Delusi tentang penyiksaan, merasa diawasi : tidak
V. Kapasitas intelektual : rata-rata
Sensorium:
1. Kesadaran : compos mentis
2. Atensi : baik
3. Orientasi : baik
4. Memori jangka panjang : baik
5. Memori jangka pendek : baik
6. Kecerdasan berhitung : baik
7. Simpanan informasi : baik
8. Tilikan,keputusan,rencana : baik
6
Presentasi Kasus Gangguan Gerak
7
Presentasi Kasus Gangguan Gerak
Bersiul sdn
N VIII Mendengar suara berbisik N N
Mendengar detik arloji N N
Test Rinne N N
Test Weber Simetris
Tes Schwabach Sama sama
N IX Arkus faring simetris
Daya kecap lidah 1/3 belakang N N
Refleks muntah + +
Sengau - -
Tersedak - -
NX Denyut nadi 87x/menit 87x/menit
Arkus faring Simetris
Bersuara disfonia (-)
Menelan (+) (+)
N XI Memalingkan kepala (+) (+)
Sikap bahu N N
Mengangkat bahu N N
Trofi otot bahu eutrofi Eutrofi
N XII Sikap lidah Simetris
Artikulasi Tvd
Tremor lidah (-) (-)
Menjulurkan lidah Tvd
Trofi otot lidah eutrofi Eutrofi
Fasikulasi lidah (-) (-)
Ekstremitas:
+
B B 5 5 R
G K 1
B B 5 5
+2 +2 - -
RF RP
+2 +1 - +
N N E E
Tn Tr Cl -/-
N N E E
Sensibilitas: : Dbn
Fungsi Vegetatif : Dbn
Gait : Mengangkang, tidak bisa berjalan dengan kaki
Romberg : lurus
Jatuh ke kiri (mata terbuka dan tertutup)
Disdiadokokinesia : Positif (melambat)
Dismetri
Tes hidung- telunjuk : Terganggu
Tes telunjuk- : Terganggu
: Terganggu
telunjuk
8
Presentasi Kasus Gangguan Gerak
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium: (tanggal 3-10-2018)
Pemeriksaan LCS Hasil Rujukan
AL : 7,49 Neut : 65,0
AE Laktat : 4,76 1.78
Lymp : 23,40.50-2.20
Hb Kadar protein
: 14,2 Mono
0.04 : 5,1 0.02-0.05
HCT : 41,3 Eos : 6,1
AT None : 159 Negatif
Baso : 0,4 Negatif
GDS Pandy : 101 SGOT
Positif : 16 Negatif Na : 138
BUN : 6 SGPT : 21 K : 4,02
CREA Kejernihan
: 0,56 Jernih
As. urat : - Jernih Cl : 103
Jumlah sel cairan 3 0-5
Sel pmn 4% 0-6 %
Sel mononuclear 96% 54-100%
Kadar glukosa 60 50-80
cairan
Jumlah eritrosit 0 -
cairan
BTA Negatif negatifG
Gene Xpert MTb not Mtb not detected
detected
Tinta India Negatif Negatif
9
Presentasi Kasus Gangguan Gerak
Resting monocyte 5%
EKG
Normal Sinus Rythm, HR 87x/menit
Ro Thoraks:
Cor dan Pulmo dalam batas normal
Head CT Scan:
10
Presentasi Kasus Gangguan Gerak
11
Presentasi Kasus Gangguan Gerak
12
Presentasi Kasus Gangguan Gerak
13
Presentasi Kasus Gangguan Gerak
Resume Pemeriksaan
DIAGNOSIS AKHIR
Diagnosis Klinis : cerebellar syndrome cum multicranial nerve palsy cum
gangguan mood
Diagnosis Topis : cerebellum, brainstem, limbic system
Diagnosis Etiologi : suspek autoimun dd genetic dd infeksi
14
Presentasi Kasus Gangguan Gerak
DISKUSI II
Dari pemeriksaan yang disesuaikan dengan anamnesis semakin mempertegas adanya
gejala ataksia. Fenotipe ataksia dasar, ada tujuh fenotipe dasar:
• Ataksia cerebellar dominan autosomal / spinocerebellar ataxia (SCA)
• Sindrom seperti-ataksia Friedreich
• Ataksia cerebellar onset dini (EOCA)
• Sindrom mitokondria
• Gambar atrofi sistem ganda
• Idiopathic sindrom serebral lambat onset
• Paraplegia spastik / ataksia herediter (tidak dibahas dalam buku kecil ini) (Paulson,
2012)
Evaluasi
riwayat neurologis dapat memberikan petunjuk yang berkaitan dengan terkait
penyakit, penggunaan obat-obatan, atau eksposur gaya hidup / lingkungan.
pemeriksaan neurologis dapat dilengkapi dengan pencitraan saraf (pemindaian
resonansi magnetik / MRI atau computed tomography / ct of the otak atau tulang
belakang) dan studi elektrofisiologi (elektromiogram dan saraf konduksi / EMg-ncv;
membangkitkan pengujian potensial — visual / vEr, batang otak.
15
Presentasi Kasus Gangguan Gerak
Terdapat fitur utama pemeriksaan yang akan memberikan petunjuk untuk penyebab
spesifik untuk ataksia
Kunci pemeriksaan dalam diagnosis ataxia
Tipe Fitur
Gejala Neurologis Ataxia dengan parkinsonisme dan
disfungsi otonom mengarah Multiple
System Atrophy
(MSA)
Disertai demensia, kejang, oftalmoplegia,
atau chorea menunjukkan sesuatu
selain MSA
Non Neurologis Kardial, Frederich Ataxia (FRDA),
Penyakit Mitochondrial
16
Presentasi Kasus Gangguan Gerak
Gangguan Autoimun
Multiple sclerosis (MS) dapat memiliki cerebellitis sebagai manifestasi pertama,
seperti pada sindrom yang terisolasi secara klinis dengan atau tanpa prodromal viral.
Selain itu, gangguan fungsi serebelar pada pasien dengan bentuk MS kambuh dan
progresif adalah umum. Onset gejala biasanya subakut selama beberapa hari dan
dapat bertahan selama berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Dalam kebanyakan
kasus yang berkembang menjadi MS, MRI otak menunjukkan peningkatan
gadolinium dan / atau lesi hyperintense tertimbang T2 dalam materi putih
periventrikel, batang otak, serebelum, dan sumsum tulang belakang. Analisis cairan
serebrospinal sering mengungkapkan pita oligoklonal, peningkatan protein normal
atau sedang, dan peningkatan jumlah sel darah putih normal atau minimal.
17
Presentasi Kasus Gangguan Gerak
Pasien dengan ataksia cerebellar yang memiliki sindrom klinis mengisyaratkan MS,
atau secara klinis pasti MS, sering diobati dengan glukokortikoid intravena pada fase
akut. Pengobatan dini dengan interferon beta, glatiramer asetat, atau globulin imun
intravena dapat menunda perkembangan menjadi MS yang pasti secara klinis untuk
pasien dengan sindrom yang terisolasi secara klinis. Pengobatan jangka panjang untuk
pasien dengan MS kambuh dan progresif ditinjau secara rinci (Wu, 2014)
Frederich Ataxia
Ataksia herediter adalah kelompok penyakit yang secara genetis heterogen yang
ditandai oleh inkoordinasi motorik yang dihasilkan dari disfungsi serebelum dan
koneksinya. Topik ini akan meninjau aspek klinis ataksia Friedreich, gangguan
neurodegeneratif yang paling umum dari ataksia herediter.
Sebagian besar kasus ataksia Friedreich disebabkan oleh hilangnya fungsi
mutasi pada gen frataxin (FXN) yang terletak pada kromosom 9q13. Sebagian besar
pasien memiliki pengulangan trinucleotide (GAA) yang diperluas di intron 1 dari
kedua alel gen frataxin. Ekspansi berulang menghasilkan penurunan transkripsi gen
(yaitu, membungkam) dan penurunan ekspresi dari frataxin produk gen. Frataxin
adalah protein mitokondria yang peran normalnya meliputi biogenesis gugus-sulfur
besi, pendamping besi, detoksifikasi besi, antioksidan, dan mungkin pengaturan
penyimpanan besi. Hal ini dinyatakan pada tingkat yang sangat tinggi dalam jaringan
yang terlibat dalam ataksia Friedreich, seperti otak, jantung, dan pankreas.
Dibandingkan dengan kontrol yang sehat, pasien dengan ataksia Friedreich memiliki
gangguan antioksidan enzimatik. Hipotesis lama adalah bahwa ataksia Friedreich
adalah hasil dari akumulasi besi mitokondria, yang dapat menyebabkan cedera yang
disebabkan oleh stres oksidatif. Untuk mendukung hipotesis stres oksidatif, telah
ditunjukkan bahwa frataxin yang bermutasi dikaitkan dengan aktivitas kekurangan
enzim sulfur besi-sulfur (Fe-S), kekurangan produksi aconitase (protein besi-sulfur
yang terlibat dalam homeostasis besi), dan kegagalan induksi superoksida dismutase
dan mesin impor besi (Sawaisi, 2002). Selanjutnya, pasien dengan ataksia Friedreich
menunjukkan peningkatan kadar penanda stres oksidatif, termasuk peningkatan
konsentrasi urin 8-hidroksi-2'deoxyguanosine (8OH2'dG) dan peningkatan
konsentrasi plasma malondialdehid (MDA) (Paulson, 2012).
Berbagai kelainan neurologis berhubungan dengan ataksia Friedreich. Hampir
semua pasien datang dengan ataksia ekstremitas. Kehilangan posisi dan sensasi
getaran awal terjadi, yang mencerminkan disfungsi sumsum tulang belakang
posterior, serta akar dorsal dan perifer, terutama sensoris, neuropati aksonal. Pada
gilirannya, kehilangan posisi dan sensasi getaran memperparah ataksia cerebellar.
Keterlibatan sistem saraf otonom dapat menyebabkan disfungsi kandung kemih.
Ataksia progresif dari keempat anggota badan dan gaya berjalan adalah fitur yang
hampir universal, biasanya muncul pada masa remaja.
Refleks tendon yang dalam akhirnya hilang pada sekitar 90 persen pasien, tetapi
mereka dapat dipertahankan untuk jangka waktu yang lama pada anak-anak
yang lebih muda.
18
Presentasi Kasus Gangguan Gerak
Kelemahan motorik yang melibatkan kaki dan kaki terjadi pada 88 persen
pasien, diikuti kemudian di jalan karena kelemahan yang melibatkan tangan dan
lengan.
Cerebellar dysarthria adalah fitur umum.
Kehilangan sensori di ekstremitas distal mempengaruhi 73 sampai 92 persen
pasien, dan terutama melibatkan propriosepsi dan sensasi getaran, yang
mencerminkan disfungsi sumsum tulang belakang posterior, serta akar dorsal
dan neuropati aksonal perifer, terutama sensorik. Rasa sakit dan sensasi suhu
umumnya dipertahankan.
Disfagia terjadi pada 27 hingga 64 persen.
Mengurangi ketajaman visual diamati pada 13 hingga 27 persen, dan atrofi
optik mempengaruhi hingga 30 persen. Kelainan gerakan mata mungkin
termasuk nistagmus horisontal, pengejaran halus saccadic, dan sentakan
gelombang persegi dengan fiksasi.
Kehilangan pendengaran akhirnya berkembang dalam 8 hingga 22 persen.
Disfungsi kandung kemih dengan urgensi kemih dan onset inkontinensia
kemudian mempengaruhi 23 hingga 53 persen.
Kyphoscoliosis adalah umum dan dapat mendahului gejala neurologis.
Neuropati motorik dapat menyebabkan pes cavus, deformitas equinovarus, jari-
jari kaki palu, dan atrofi otot-otot kecil intrinsik tangan.
Rasa kantuk atau kelelahan siang hari yang terkait dengan gangguan pernapasan
tidur mungkin lebih umum daripada di populasi umum.
Kognisi biasanya dipertahankan, meskipun pengujian neuropsikologis dapat
menunjukkan bukti adanya disfungsi eksekutif yang ringan.(Sawaishi, 2002)
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien ini:
Farmakologik :
Methylprednisolone 125mg/6jam IV
Madopar 2x1
Inj. Mecobalamin 1 ampul / 8jam
Inj. Ranitidine 50mg/12 jam
Flunarizine 2x 5 mg
Inj. Paracetamol 1000mg k/p
Non farmakologik :
Edukasi terkait diagnosis, terapi, dan prognosis
PROGNOSIS
Prognosis pada penderita ini adalah:
19
Presentasi Kasus Gangguan Gerak
Death : Bonam
Disease : Malam
Dissability : Malam
Discomfort : Malam
Dissatisfaction : Malam
Distitution : Bonam
DAFTAR PUSTAKA
20
Presentasi Kasus Gangguan Gerak
21
Follow up tanggal 16/10/2018, 06.00 WIB 23/10/2018, 06.00 WIB 26/10/2018, 06.00 WIB
Subyektif Gangguan keseimbangan Gangguan keseimbangan (+), diare (+) Gangguan keseimbangan (+), diare (-)
Obyektif Ku: sedang, CM, E4V5M6 Ku: sedang, CM, E4V5M6 Ku: sedang, CM, E4V5M6
VS: TD: 120/80 mmHg Rr: 22x/’ VS: TD: 120/80 mmHg Rr: 22x/’ VS: TD: 120/80 mmHg Rr: 22x/’
Hr: 82 x/m t: 36.1 C NPS 0 Hr: 82 x/m t: 36.1 C NPS 0 Hr: 82 x/m t: 36.1 C NPS 0
Pupil: isokor, 3mm/3mm Pupil: isokor, 3mm/3mm Pupil: isokor, 3mm/3mm
RC +/+ , RK +/+, DEP (+) RC +/+ , RK +/+, DEP (+) RC +/+ , RK +/+, DEP (+)
nn. Cranialis lain: PN III S, P N VI bilateral nn. Cranialis lain: PN III S, P N VI bilateral nn. Cranialis lain: PN III S, P N VI bilateral
Leher: KK (-) Leher: KK (-) Leher: KK (-)
Ekst: Ekst: Ekst:
Gerak bebas, kekuatan 5 Gerak bebas, kekuatan 5 Gerak bebas, kekuatan 5
RF: +1 di tungkai kiri, +2 di anggota gerak RF: +1 di tungkai kiri, +2 di anggota gerak lainnya RF: +1 di tungkai kiri, +2 di anggota gerak lainnya
lainnya RP: + Babinski kiri (tidak konsisten) RP: + Babinski kiri (tidak konsisten)
RP: + Babinski kiri (tidak konsisten) Clonus -/- Clonus -/-
Clonus -/- Sensibilitas: dbn Sensibilitas: dbn
Sensibilitas: dbn Veg: on DC Veg: on DC
Veg: on DC
Assesment DK: cerebellar syndrome cum multicranial nerveDK: cerebellar syndrome cum multicranial nerve palsy DK: cerebellar syndrome cum multicranial nerve palsy
palsy DT: cerebelum, brainstem, limbic system DT: cerebelum, brainstem, limbic system
DT: cerebelum, brainstem, limbic system DE: DD autoimun , genetic, infeksi intrakranial DE: DD autoimun , genetic, infeksi intrakranial
DE: DD autoimun , genetic, infeksi intrakranial
Problem Penegakan diagnosis Penegakan diagnosis Penegakan diagnosis
Manajemen Madopar 2x1 Madopar 2x1 Madopar 2x1
Inj mecobalamin 1 ampul/8jam New diatabs 2 tablet k/p New diatabs 2 tablet k/p
Inj Ranitidine 50mg/12jam Madopar 2x1 Madopar 2x1
Flunarizine 2x5mg Inj mecobalamin 1 ampul/8jam Inj mecobalamin 1 ampul/8jam
Inj Paracetamol 1000mg k/p Inj Ranitidine 50mg/12jam Inj Ranitidine 50mg/12jam
Flunarizine 2x5mg Flunarizine 2x5mg
Inj Paracetamol 1000mg k/p Inj Paracetamol 1000mg k/p