Disusun Oleh:
AULIA SALMAH TANDAYU
N 111 14 024
Pembimbing Klinik:
dr. FARIDNAN, Sp.An
PENDAHULUAN
perkembangan ilmu kedokteran. Adapun definisi ilmu anestesi dan reanimasi saat
mematikan rasa, baik rasa nyeri, takut, dan rasa tidak nyaman serta ilmu yang
kehidupan pasien selama mengalami kematian akibat obat anestesi. Anestesi pada
semua pasien yang dilakukan operasi itu bertujuan untuk memudahkan operator
dalam melakukan operasi dan hasil akhirnya diharapkan tujuan operasi tercapai.
Adapun target anestesi itu sendiri yaitu yang lebih dikenal dengan trias anestesia
Anestesia pada bayi dan anak kecil berbeda dengan anesthesia pada orang
dewasa, karena mereka bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini. Seperti pada
anestesia untuk orang yang dewasa anestesia anak kecil dan bayi khususnya harus
diketahui betul sebelum dapat melakukan anestesia karena itu anestesia pediatri
seharusnya ditangani oleh dokter spesialis anestesiologi atau dokter yang sudah
berpengalaman.
1
sehingga terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Kondisi ini bisa terjadi pada
menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-
diperlukan manajemen anestesi umum yang spesifik terkait dengan keadaan pada
1. Sistem Respirasi
Frekuensi pernapasan pada bayi dan anak lebih cepat dibanding orang
dewasa. Pada neonatus dan bayi antara 30-40x per menit. Tipe pernapasan
neonatus dan bayi ialah abdominal, lewat hidung, sehingga gangguan pada
2
menyebabkan pneumotoraks atau pneumomediastinum. Laju metabolisme
yang tinggi menyebabkan cadangan oksigen yang jauh lebih kecil sehingga
hipoksia daripada anak yang besar dan orang dewasa, tetapi hal ini bukan
dewasa, yaitu :
1. Pada anak-anak, kepala lebih besar, dan lidah juga lebih besar
2. Sistem Kardiovaskuler
sampai usia 6 bulan (10-12gr%), karena pergantian dari HbF (fetal) menjadi
HbA (adult). Jumlah darah bayi secara absolute sedikit, walaupun untuk
3
arteriosus dan foramina pada septa interatrium dan interventrikel belum
3. Cairan tubuh
Bayi lahir cukup bulan mengandung relatif banyak air yaitu dari berat
badan 75%, setelah berusia 1 tahun turun menjadi 65% dan setelah dewasa
menjadi 55-60%. Cairan ekstrasel neonatus ialah 40% dari berat badan,
sedangkan pada dewasa ialah 20%. Pada Tabel 1. Dapat dilihat perbedaan
berdasarkan umur
Umur EBV
4
MAC (minimal alveolar concentration) lebih tinggi
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Hidrosefalus
CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid.
B. Epidemiologi
hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11% -
bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras.
Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih
dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior (Darsono,
2005:211).
C. Etiologi
Penyebab terjadinya hidrosefalus pada bayi dan anak dibagi menjadi 2, yaitu :
6
Penyebab bawaan (kongenital) : Stenosis akuaduktus silvii (10%),
Bickers-Adams.
menimbulkan hidrosefalus.
D. Klasifikasi Hidrosefalus
interventricular.
7
disebabkan karena adanya meningitis atau perdarahan subarachnoid yang
parah.
E. Penatalaksanaan Hidrosefalus
- Terapi medikamentosa
resorpsinya. Dapat dicoba pada pasien yang tidak gawat, terutama pada
a. Asetasolamid
Cara pemberian dan dosis ; Peroral 2-3 x 125 mg / hari, dosis ini dapat
b. Furosemid
untuk operasi.
8
- Terapi Pembedahan
b) Operasi pintas/Shunting
Ada 2 macam :
- Eksternal
- Internal
Kjeldsen)
9
b. Lumbo Peritoneal Shunt
secara perkutan.
- Berat badan yang tepat untuk estimasi cairan pengganti dan dosis obat.
- Premedikasi
10
Atropin menurunkan insiden hipotensi pd anak < 3 bln, mengurangi
secret
- Induksi anestesi:
- Induksi intravena
anak).
Ketamin1-2 mg/kgBB
Diazepam1-2mg/kgBB
meningkat.
11
Induksi
basal.
hiperventilasi.
Intubasi
- Untuk anak <6 tahun digunakan ETT non cuff untuk mencegah trauma
subglotis.
12
- N2O harus dihindari pada pembedahan intracranial dan apabila
seimbang.
mengatasi Na terbatas.
durante op :
13
Emergency dan pelayanan post operasi
- Tujuan utama anestesi pada bedah saraf anak adalah pasien bangun
sehingga cocok untuk anestesi anak yang ICP nya tidak naik.
O2.
14
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. AP
Alamat : Biromaru
Agama : Islam
Ruangan : Teratai
No.Rek.Medis : 110-101/TR-02
2. ANAMNESIS
Pasien setiap hari rewel namun daya hisap tidak terganggu. Nafsu makan
dan minum juga baik. Demam (-), batuk (-), sesak (-), muntah (-), Buang
air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) lancar seperti biasa.
15
Riwayat Penyakit Sebelumnya
3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Berat Badan : 15 kg
Primary Survey
Airway : Paten
Secondary Survey
Kepala :
meregang (+)
16
deformitas (-)
(+/+).
Hidung & Sinus : Deviasi septum nasi (-), rhinorrhea (-), epistaksis (-).
Malampati : grade I
Thorax
kesan normal.
Jantung
17
Palpasi : lctus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula (s)
Auskultasi : Bunyi jantung I/II reguler murni, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Ekstremitas :
18
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi Rutin
5. RESUME
Pasien bayi ♀ usia 1 tahun 10 bulan rujukan dari RS. Tora Belo Biromaru
dialami sekitar 3 bulan setelah lahir. Awalnya ibu pasien tidak menyadarinya,
tetapi semakin lama kepala dari pasien semakin membesar hingga sekarang.
Pemeriksaan Fisik
Airway : Paten
Pemeriksaan Lab
ASA : II
19
6. DIAGNOSIS KERJA :
Hdrocephalus
7. TINDAKAN :
1. Persiapan mesin anestesi dan sistem aliran gas dan cadangan volatile agent
1. Menyiapkan pasien di meja operasi, memasang alat pantau tanda vital, tiang
- Respirasi: 34 x/menit
Data Anestesia
3. Obat : Sevoflurane
20
a. Pre-operatif
b. Intraoperatif
160
140
120
100
range
80 Nadi
60
40
20
0
9:40 9:55 10:10 10:25 10:40 10:55 11:10 11:25 11:40 11:55 12:10
12:30
21
c. Post operatif
- RR: 44 x/menit
- Terapi:
- 02 3 lpm
- Rawat ICU
7. Jumlah medikasi
- Sedacum 20 mg
- Fentanyl 5 mcg
- Recovol 50 mg
- Tramus 10 mg
- Sevoflurane
- Anbacim 750 mg
- Dexamethason 2,5 mg
- Ketorolac 10 mg.
22
BAB IV
PEMBAHASAN
(ASA), serta ditentukan rencana jenis anestesi yang akan dilakukan yaitu general
pasien tergolong dalam status fisik ASA II dan diputuskan untuk dilakukan anestesi
umum dengan intubasi, dengan alasan tindakan operasi tersebut dilakukan di region
capitis, termasuk operasi mayor, sehingga dengan teknik tersebut diharapkan jalan
kontroversi. Sulfat Atropin diberikan secara bolus intramuskuler 0,03 mg/kgBB pada
periode pre-operative atau intravena pada saat induksi. Atropin sulfat berfungsi
sebagai vagolitik dan antisekresi. Sulfat Atropin bekerja sebagai antisekresi pada
muskarinik secara spesifik sehingga transmisi asetilkolin pada reseptor tersebut dapat
digagalkan. Sulfat Atropin bekerja sebagai vagolitik dengan cara mengganggu system
selama operasi, maka diperlukan juga sulfat atropin ulangan untuk mencegah
bradikardia. Namun, pada pasien ini tidak diberikan premedikasi sulfat atropin.
23
Pasien juga diberikan premedikasi berupa sedacum yang berisi midazolam
premedikasi pada anak-anak maupun orang usia lanjut memberikan hasil yang baik.
Premedikasi mengurangi stres hormone terutama pada anak-anak. Dosis yang aman
untuk premedikasi iv/im 0,05 mg/kgBB atay dosis maksimal 2,5 mg. Pada pasien kali
digunakan sebagai analgesi opioid. Setelah suntikan intravena, ambilan dan distribusi
Fentanyl secara kualitatif hampir sama dengan morfin, tetapi sebagian besar dirusak
paru ketika pertama kali melewatinya. Dosis analgesi 1-3 g/kgBB intravena untuk
lama kerja 30 menit, karena itu hanya dipergunakan untuk anestesi pembedahan dan
bukan untuk pasca bedah. Sevofluran (ultane) merupakan halogenisasi eter. Induksi
dan pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan dengan isofluran. Baunya tidak
menyengat dan tidak merangsang jalan nafas, sehingga digemari untuk induksi
menurunkan laju metabolism otak terhadap oksigen, tetapi meninggikan aliran darah
otak dan tekanan intracranial. Peninggian aliran darah otak dan tekanan intracranial
24
ini dapat dikurangi dengan teknik anestesi hiperventilasi, sehingga sevofluran banyak
Selain itu pasien juga diberikan Recovol 50 mg. Larutan emulsi dengan
waktu 30 menit setelah pemberian didapatkan kurang dari 20% propofol yang berada
pada sirkulasi. Onset dan pemulihan cepat seperti halnya pentothal, tetapi tidak ada
hangover dan gangguan psikomotor. Insidens mual dan muntah yang rendah
bisa digunakan golongan non depolarisasi seperti yang diberikan pada pasien ini yaitu
blade lengkung yang disesuaikan dengan anatomis leher bayi dengan metode chin-lift
dan jaw-trust yang berfungsi untuk meluruskan jalan nafas antara mulut dengan
trakea. Setelah jalan nafas dalam keadaan lurus barulah dimasukkan pipa endotrakeal
tanpa cuff. Dalam beberapa referensi sebaiknya digunakan ETT tanpa cuff karena
penampang trakea bayi dan anak kecil berbeda dengan dewasa, penampang melintang
trakea bayi dan anak kecil dibawah usia 5 tahun hamper bulat. Apabila digunakan
25
cuff pada bayi dapat mengakibatkan trauma selaput lender trakea yang nantinya dapat
spasme laring dan dilanjutkan dengan apneu. Namun pada pasien ini digunakan ETT
cairan, baik darah maupun cairan tubuh lainnya, yang keluar selama pembedahan.
diberikan analgetik bias digunakan golongan opioid maupun non-opioid. Pada pasien
ini diberikan obat Antrain yang merupakan obat anti nyeri dan anti demam yang
mengandung natrium metamizole 500 mg. Metamizole atau dipiron merupakan anti
nyeri kuat dan anti demam, metamizole dapat memberikan efek dua hingga empat
dapat menurunkan demam secara signifikan dan dapat mempertahankan suhu tubuh
merupakan turunan dari metansulfonat yang berasal dari aminoprin. Cara kerja
natrium metamizole adalah dengan menghambat rangsangan nyeri pada susunan saraf
pusat dan perifer. Penggunaan natrium metamizole diindikasikan pada pasien dengan
rasa nyeri hebat, seperti pasien yang baru menjalankan operasi, pasien dengan nyeri
kolik.
26
Beberapa saat setelah pasien dikeluarkan dari ruang operasi, didapatkan pada
pemeriksaan fisik nadi 102 x/menit, dan laju respirasi 44 x/menit. Maintenance
pasien dengan NaCl 0,9% 500 cc/24 jam. Pasien diberikan antibiotik Anbacim 2 x
250 mg/iv/hari IV untuk mencegah infeksi post-operatif. Selain itu juga diberikan
analgetik Antrain 3 x 250 mg/iv/hari. Pasien terpasang kanul oksigen 3 lpm. GCS
E4M3V2 dan kondisi umum pasien kurang baik. Setelah perhitungan menggunakan
27
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus,PediatricAnesthesiolgy:TheBasics.http://www.anesthesia.wisc.edu/med3/P
Bissonette, B., Dalens, B.J., Pediatric Anesthesia : Principles And Practice. McGraw-
Boulton TB. Anestesiologi. Alih Bahasa : Oswari J. Editor: Wulandari WD. Penerbit
Garne, E., Loane, M., Addor, M.C., Boyd, P.A,. Barisic,I., Dolk H. 2009. Congenital
28