Anda di halaman 1dari 42

PENGGUNAAN TEKNIK INTUBASI PADA

PASIEN ANAK DENGAN TIDAKAN


PALATOPLASTY
OLEH:
Rudi

PEMBIMBING KLINIK:
dr. Ferry Lumintang, Sp.An
PENDAHULUAN
• Anestesi secara umum adalah suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya
yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh
• termasuk mengendalikan pernapasan,
pemantauan fungsi-fungsi vital tubuh.
Tahapannya mencakup premedikasi, induksi,
maintenance, dan pemulihan
• Pengelolaan jalan nafas menjadi salah satu
bagian yang terpenting dalam suatu tindakan
anestesi. Karena beberapa efek dari obat-
obatan yang dipergunakan dalam anestesi
dapat mempengaruhi keadaan jalan nafas.

• Intubasi Endotrakeal
Nasotrakeal
KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nama : An. At
• Usia : 1 tahun, 6 bulan
• Jenis kelamin : Laki - Laki
• Alamat : Asrama yonif 711
• Tanggal masuk : 24 Desember 2015
• Tanggal operasi : 31 Desember 2015
• Tanggal pengambilan data : 31 Desember 2015
• Ruangan : Pav. Aster
• Rumah sakit : RSUD Undata
ANAMNESIS
• Keluhan utama
Celah pada langit-langit mulut
• Riwayat penyakit sekarang
Keluhan dialami sejak lahir. Sejak dari bayi, ketika
pasien menyusu selalu mengalami kesulitan ataupun
tersedak. Sejak mulai makan bubur, pasien juga
mengalami kesulitan. Hingga saat ini, pasien belum
dapat berbicara secara jelas. Menurut orang tuanya,
pasien tidak pernah menangis ataupun merasakan
nyeri akibat kelainan tersebut.
Mual (-), muntah (-), keluar darah dari hidung,
mulut, dan telinga (-), pusing (-), sakit kepala (-),
demam (-). BAK normal, BAB normal.
Pasien pernah menjalani operasi perbaikan
langit-langit tersebut satu kali pada 6 bulam
sebelum masuk rumah sakit. Dan sekarang
merupakan jadwal operasi lanjutannya.
CONT. .
• Riwayat penyakit terdahulu
riwayat asma (-), riwayat alergi makanan atau
obat-obatan (-)
• Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki
keluhan yang sama dengan pasien.
• Riwayat Operasi sebelumnya
Pasien pernah menjalani operasi perbaikan celah
pada langit-langit sebelumnya (6 bulan yang lalu)
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
• Keadaan umum : sehat
• Kesadaran : kompos mentis (GCS E4 V5 M6)
• Status gizi : baik
• BB : 10 kg

Primary survey
• Airway : Paten
• Breathing : Respirasi 22 kali/menit
• Circulation : Tekanan darah: - mmHg
• Nadi : 128 kali/menit, reguler, kuat angkat
Secondary survey
Kepala
• Bentuk : Normocephal, lesi (-)
• Rambut : Warna hitam
• Wajah : Simetris, paralisis fasial (-),
deformitas (-), nasal dan bibir tampak
asimetris.
• Kulit : Pucat (-), sianosis (-), massa (-),
turgor <2 detik.
Mata
Eksoftalmus (-), palpebra edema (-), ptosis (-), kalazion
• Kornea : Katarak (-)
• Pupil : Bentuk isokor, bulat, refleks cahaya (+/+)
• Konjungtiva : anemis (-/-)
• Sklera : ikterik (-)

Telinga
Bentuk dan ukuran normal, simetris kanan dan kiri

Hidung
Deviasi septum nasi (-), bentuk cuping hidung kiri dan kanan
asimetris, polip (-), rhinorrhea (-), epistaksis (-), nyeri tekan pada
sinus (-)
Cont. .
Mulut & faring
Bibir : asimetris, sianosis (-), pucat (-)
Gusi : gingivitis (-), berdarah (-)
Gigi : karies dentis (-), beberapa gigi belum tumbuh
Lidah : deviasi lidah (-), lidah kotor (-)
Tonsil : T1/T1 hiperemis (-)
Lai-lain : tampak celah pada palatum
Mallampathy: sulit dinilai
• Leher
• Inspeksi : jaringan parut (-), massa (-)
• Palpasi :pembengkakan kelenjar limfe (-),
pembesaran kelenjar tiroid (-),
nyeri tekan (-)
• Trakhea : Deviasi trakhea (-)

• Paru
• Inspeksi : normochest, retraksi (-), massa (-),
cicatrix (-)
• Palpasi : nyeri tekan (-), ekspansi paru simetris
kiri dan kanan, fremitus taktil kesan
normal.
Jantung Abdomen
• Inspeksi : ictus cordis tidak • Inspeksi : bentuk cembung
tampak terhadap thorax
• Palpasi : ictus cordis teraba dan symphisis
pada SIC V linea pubis
midclavicula (s)
• Auskultasi : peristaltik (+)
• Perkusi kesan normal
• Batas atas : SIC II linea parasternal diseluruh kuadran
dextra et sinistra abdomen
• Batas kanan : SIC V linea parasternal
• Perkusi : timpani (+)
dextra
diseluruh kuadran
• Batas kiri : SIC V linea abdomen, ascites (-)
midclavicula sinistra
• Auskultasi : bunyi jantung I/II • Palpasi : pembesaran organ
murnireguler, murmur (-)
(-), gallop (-).
Genitalia : kesan normal
Ekstremitas
• Atas : edema (-), akral dingin (-/-)
• Bawah : edema (-), akral dingin (-/-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin

• WBC : 11,7 x 103/uL (3,8 – 10,8)


• RBC : 4,7 x 106/uL (3,8 – 4,8)
• HGB : 12,1 g/dL (11 – 16)
• HCT : 35,1 % (37 – 47)
• PLT : 200 x 103/uL (150 – 500)
• CT : 7 menit (4 – 10 menit)
• BT : 2 menit (1-5 menit)
• HbsAg : Non-reaktif
RESUME
• Pasien anak laki-laki umur 1 tahun, 6 bulan datang dengan
kuluhan celah pada langit-langit mulut yang dialami sejak
lahir. ketika pasien menyusu dan makan selalu mengalami
kesulitan ataupun tersedak. Hingga saat ini, pasien belum
dapat berbicara secara jelas. Menurut orang tuanya, pasien
tidak pernah menangis ataupun merasakan nyeri akibat
kelainan tersebut.
• Pasien pernah menjalani operasi perbaikan langit-langit
tersebut satu kali pada 6 bulan sebelum masuk rumah
sakit. Pada pemeriksaan fisik bentuk cuping hidung kiri dan
kanan asimetris, tampak celah pada palatum, Mallampathy
sulit dinilai
DIAGNOSIS PRA-BEDAH
Cleft lip and palate

PENATALAKSAAN
Medikamentosa
• IVFD RL 20 tpm
• Drips adona ¼ amp / kolf
• Cefixime 300mg
• Tindakan
Rencana Operasi Palatoplasty
• Puasakan
LAPORAN ANESTESI:

• Diagnosis pra bedah: cleft lip and palate


• Diagnosis pasca bedah: cleft lip and palate
• Penatalaksanaan anestesia
– Jenis pembedahan: Palatoplasty
– Jenis anestesia: General Anesthesia
– Teknik anestesia: Intubasi Orotrakeal
– Premedikasi:
• Inj Dexamathasone 1 amp
• Inj Sedacum 2 mg/iv
– Induksi: inj propofol 30 mg/iv
– Maintanance: O2, Sevoflurane inhalasi
– Relaksasi: Inj Tramus 8 mg/iv
– Respirasi: spontan respirasi
– Posisi supine
– Cairan durante operasi: RL 500 cc
– Catatan anestesia selama pembedahan
– Jumlah perdarahan: 100 cc
– Lama anestesia: 09.40 – 12.00
– Lama operasi: 10.00 – 12.00
• Setelah pasien terinduksi dengan tanda refleks bulu mata
menghilang, diberikan oksigen. Mulut pasien dibuka dengan
tangan kanan dan gagang laringoskop dipegang dengan tangan
kiri. Blade laringoskop dimasukkan dari sudut kiri dan lapangan
pandang akan terbuka. Blade laringoskop didorong ke dalam
rongga mulut. Gagang diangkat dengan lengan kiri dan akan
terlihat uvula, faring serta epiglotis. Ekstensi kepala
dipertahankan dengan tangan kanan. Epiglotis diangkat
sehingga tampak aritenoid dan pita suara yang tampak
keputihan bentuk huruf V.
• Pipa dimasukkan dengan tangan kanan melalui
sudut kanan mulut sampai balon pipa tepat
melewati pita suara. Bila perlu, sebelum
memasukkan pipa asisten diminta untuk
menekan laring ke posterior sehingga pita suara
akan dapat tampak dengan jelas. Bila
mengganggu, stilet dapat dicabut.
• Dada dipastikan mengembang saat diberikan
ventilasi. Sewaktu ventilasi, dilakukan auskultasi
dada dengan stetoskop, diharapkan suara nafas
kanan dan kiri sama. Bila dada ditekan terasa ada
aliran udara di pipa endotrakheal. Bila terjadi
intubasi endotrakheal akan terdapat tanda-tanda
berupa suara nafas kanan berbeda dengan suara
nafas kiri, kadang-kadang timbul suara wheezing,
sekret lebih banyak dan tahanan jalan nafas terasa
lebih berat.
• Jika ada ventilasi ke satu sisi seperti ini, pipa ditarik
sedikit sampai ventilasi kedua paru sama. Sedangkan
bila terjadi intubasi ke daerah esofagus maka daerah
epigastrum atau gaster akan mengembang, terdengar
suara saat ventilasi (dengan stetoskop), kadang-
kadang keluar cairan lambung, dan makin lama
pasien akan nampak semakin membiru. Untuk hal
tersebut pipa dicabut dan intubasi dilakukan kembali
setelah diberikan oksigenasi yang cukup
• Setelah intubasi dilakukan pemeliharaan anestesi dengan
kombinasi inhalasi O2 dan sevoflurane. Maintenance
sevoflurane dapat diatur baik diturunkan maupun dinaikkan
sesuai kebutuhan pasien. Ventilasi dilakukan dengan respirasi
spontan hingga operasi selesai. Selama maintenance
diperhatikan monitor tanda-tanda vital, vital sign dicatat setiap
5 menit. Selama operasi, nadi di monitor tiap 5 menit dengan
hasil :
Jumlah perdarahan 100cc. Pembedahan berlangsung selama ±
140 menit dengan pemberian cairan RL. Setelah operasi selesai
maintenance kadar oksigen dan sevoflurane diturunkan hingga
0%. ETT yang terpasang tidak langsung dilepas, dilakukan suction
terlebih dahulu. Setelah ETT dilepas dipasang masker oksigen
serta dimonitoring saturasi oksigen pasien. Setelah saturasi
oksigen mencapai kadar 100% pasien dipindahkan dari ruang OK
ke recovery room. Dilakukan pemantauan keadaan umum,
tingkat kesadaran, dan vital sign.
PEMBAHASAN
• Pada dasarnya baik pada anak maupun dewasa tujuan anestesi
adalah sama, yaitu menghilangkan rasa sakit dan membuat
nyaman pasien selama operasi berlangsung dan setelahnya.
General anesthesia merupakan jenis anestesi yang sering
digunakan untuk pasien yang akan menjalani operasi.
• Selama operasi berlangsung, tanda vital akan dipantau melalui
monitor secara umum yaitu denyut nadi, tekanan darah,
saturasi oksigen, terlebih pernapasan.
• Oleh karena itu intubasi diperlukan untuk membuka jalan nafas
pada anestesi umum serta portal dalam pemberian obat
anestesi.
• Anastesi yang digunakan pada kasus ini adalah
dengan general anastesi dengan
mempertimbangkan lokasi operasi dan umur
pasien dimana pemilihan anastesi general lebih
menguntungkan pada kasus ini. Sedangkan
tekniknya dengan menggunakan intubasi
endotrakeal, karena dengan ini saturasi oksigen
bisa ditingkatkan, jalan napas terjaga bebas, dan
dosis obat anestesi dapat dikontrol dengan mudah.
Secara umum, terdapat 2 jenis intubasi, yakni
intubasi orotrakeal dan nasotrakeal. Penggunaanya
dikondisikan dengan keadaan saat operasi.
• Pada pasien ini, teknik intubasi yang
dipilih adalah dengan intubasi orotrakeal.
Sedangkan dalam teori, operasi disekitar
mulut sebaiknya menggunakan teknik
intubasi nasotrakeal.
Indikasi Kontra Indikasi
• Bila oral tube menghalangi • Pasien yang mengalami
pekerjaan dokter bedah. gangguan perdarahan;
Misalnya operasi – operasi seperti epistaksis
pada mulut, tonsilektomi, • Pasien yang mengalami
operasi lidah, cabut gigi, infeksi nassal, misalnya
fraktur mandibula. sinusitis, polip nasal
• Bila direct vision pada • Pasien yang mengalami
intubasi gagal fraktur basis cranii
• Pemakaian laringoskop sulit
karena keadaan anatomi
pasien.
Intubasi Orotrakeal dan
nasotrakeal
Premedikasi

• Premedikasi bertujuan untuk menenangkan pasien,


menghilangkan rasa sakit, memudahkan induksi, mengurangi
sekresi saluran napas, dan mencegah mual/muntah pasca
bedah.
• Midazolam merupakan golongan benzodiazepin merupakan
agen obat antiansietas yang menghasilkan efek sedasi yang
dimediasi oleh sistem reseptor GABA.
• Dosis injeksi intramuskular premedikasi sebelum operasi:
dewasa 0,07-0,1 mg/kgbb; anak 0,15-0,2 mg/kgbb. Injeksi
intravena premedikasi sebelum diagnostik/intervensi bedah
2,5-5 mg, selanjutnya 1 mg bila diperlukan.
• Atracurium merupakan neuromuscular blocking agent.
Atracurium dapat digunakan pada berbagai tindakan bedah dan
untuk memfasilitasi ventilasi terkendali. Indikasinya sebagai
adjuvant terhadap anestesi umum agar intubasi trakea dapat
dilakukan dan untuk relaksasi otot rangka selama proses
pembedahan atau ventilasi terkendali, serta untuk memfasilitasi
ventilasi mekanik pada pasien Intensive Care Unit (ICU). Rute
pemberian dengan injeksi intravena atau infus kontinyu. Dosis
dewasa : secara IV 0,3-0,6 mg/kg (tergantung durasi blokade
penuh yang dibutuhkan) dan akan memberikan relaksasi yang
memadai selama 15-35 menit. Intubasi endotrakea biasanya
sudah dapat dilakukan dalam 90 detik setelah injeksi. Dosis
untuk anak-anak sama dengan dosis untuk dewasa berdasarkan
berat badan.
Induksi merupakan mulai masuknya obat anestesi sampai
hilangnya kesadaran Obat-obat yang digunakan pada pasien ini
adalah recofol 130 mg/iv. Propofol merupakan obat hipnotik dan
sedasi lipofilik yang menyebabkan depresi sistem saraf pusat
global dengan cara berperan agonis pada reseptor GABA. Propofol
tidak mempunyai efek analgesik dan tidak menurunkan nilai
ambang nyeri. Dosis da penggunaan propofolantara lain:
• Induksi : 2,0 sampai 2.5 mg/kg IV.
• Sedasi : 25 to 75 µg/kg/min dengan I.V infuse.
• Dosis pemeliharaan pada anastesi umum : 100 - 150 µg/kg/min
IV (titrate to effect).
• Sevoflurane merupakan cairan volatile yang mengganggu
aktivitas kanal ion neuron terutama reseptor neurotransmitter
sinaptik termasuk nikotinic acetylcholine, GABA, dan reseptor
glutamat. Sevofluran lebih banyak digunakan karena efek
recovery lebih cepat. Selain itu, efek samping berupa mual dan
muntah juga lebih kecil risikonya dibandingkan obat inhalasi
lainnya seperti halothan, dll. Sevofluran juga tidak
menimbulkan aritmia jantung. Dosis yang digunakan untuk
induksi anestesi tergantung Individual, sedangkan dosis
pemeliharaan anestesi: 0,5-3% dengan atau tanpa N2O.
Setelah operasi selesai, faring dan trakea dibersihkan dengan
penghisap (suction), dilakukan oksigenasi dan kemudian
ekstubasi. Setelah ekstubasi, dipasang pharyngeal airway dan
oksigenasi dilanjutkan dengan sungkup. Ekstubasi dapat
dilakukan bila pasien sudah sadar, dimana jalan napas sudah
terjaga bebas (intact protective airway reflexes). Ekstubasi juga
dapat dilakukan saat pasien masih dalam anestesi dalam.
Pemberian lidocaine 1-1.5 mg/kg IV bisa mengurangi risiko batuk
dan laringospasme pada saat ekstubasi.
Kesimpulan
• Intubasi adalah memasukkan suatu lubang atau pipa melalui
mulut atau melalui hidung, dengan sasaran jalan nafas bagian
atas atau trachea. Tujuannya adalah pembebasan jalan nafas,
pemberian nafas buatan dengan bag and mask, pemberian
nafas buatan secara mekanik (respirator) memungkinkan
pengisapan secret secara adekuat, mencegah aspirasi asam
lambung dan pemberian oksigen dosis tinggi.

• Pemilihan jenis intubasi mulut ataupun hidung bergantung


pada klinis atau jenis operasi yang akan dijalani pasien, namun
tujuannya adalah mempermudah serta tidak mengganggu
kinerja operator dalam melakukan anastesi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai