Anda di halaman 1dari 58

MANAJEMEN KASUS

HERNIA INGUINALIS
Oleh:
Hidayaning
Devimma Shary
IDENTITAS
Nama : Bp. S
Usia : 66 tahun
No. RM : 6736540
MRS : 15/5/2018
Alamat : Ds. Singgahan RT 11 RW 2 Kebonsari
Pekerjaan : Petani
Assesment :17/05/2018
Keluhan Utama: Benjolan di Selangkangan

RPS : Muncul benjolan di selangkangan sejak 1


tahun yang lalu, hilang timbul, biasanya
muncul saat mengangkat berat, mengejan,
atau batuk, serta hilang saat berbaring.
Ketika timbul, benjolan terasa nyeri dan
tidak nyaman. Pasien sudah berobat ke
puskesmas dan dirujuk ke RSUD Soedono
untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.
RPD : Keluhan serupa (+) hipertensi (+) DM (-)
Ginjal (-), PJK (-) Gagal Jantung (-)
RPK : keluhan serupa (-) hipertensi (-) DM (-)
Ginjal (-), PJK (-) Gagal Jantung (-)
Kebiasaan: Pasien seorang petani, dalam
pekerjaannya beliau sering memikul
barang berat
AX Sistem
• Serebrovaskular : demam (-) nyeri kepala (-)
• Kardiovaskular : nyeri dada (-) berdebar (-) keringat dingin (-)
• Respirasi : sesak (-) batuk (-) pilek (-)
• Gastrointestinal : nyeri perut (-) BAB hitam (-)/ darah (-)/
dempul (-) konstipasi (-) flatus (+)
• Urogenital : bak teh (-) nyeri saat bak (-)
anyang-anyangan (-)
• Integumen : ikterus (-) gatal (-)
• Muskuloskeletal : pegal-pegal (-) lumpuh (-)
kaki/tangan berat (-)
PX FISIK
(17/05/2018)

• KU : cukup, CM
• VS : TD: - HR: 90 RR: 18 T: 36,5
• K/L : AICD -/-/-/
• Tho : dinding dada simetris (+) retraksi (-)
deformitas (-) ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : nyeri tekan (-) massa (-)
• Perkusi : sonor +/+
• Auskultasi: s1s2 reguler bising (-)
SDV +/+ Rh -/- Wh -/-
Px Abdomen
• Inspeksi : simetris, asites (-) luka (-) massa (-)
eritem (-) lesi (-) bekas operasi (-)
• Auskultasi : bising usus (+) peristaltik 12 x/mnt
• Perkusi : timpani +/+
• Palpasi : supel (+) splenomegali (-)
hepatomegali (-)
nyeri tekan kanan bawah
ketok ginjal (-/-) shifting dullness (-)
tes undulasi (-)
Status Lokalis Inguinal
• Inspeksi : Tidak tampak adanya massa,
pasien diminta batuk (+)
• Palpasi : teraba massa d: +- 5 cm, bulat agak
lonjong, kenyal, mobile, nyeri tekan (+), dapat
dimasukkan kembali
• Finger test : anulus externa (+)
teraba massa pada ujung jari
• Thumb Test : teraba massa menyentuh ibu jari
• Ziemen test : teraba massa menyentuh jari II
Px Penunjang
• Lab: • Rontgen Thorax
Hb: 12,1 SGOT 18 Cor dan Pulmo dalam
AL: 4,36 SGPT 9 batas normal
AT: 251 BUN 17.0
HMT: 38,6 Creatinin
PPT 10,8 1,11
APTT 10,6 HBsAg (-)
DIAGNOSIS
• Hernia Inguinalis Lateral Reponibel
TREATMENT
• Hernioplasti
• Herniotomi
IDENTITAS
Nama : Tn. P
Usia : 76 tahun
Alamat : Madiun
Pekerjaan : Petani
Penjamin : BPJS non PBI
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluhan utama: benjolan pada lipat paha kiri
Pasien datang ke IGD RS DR Soedono Madiun
dengan keluhan benjolan pada selangkangan kiri
sejak 2 tahun ini. Benjolan dirasakan hilang timbul,
timbul saat pasien mengejan dan hilang saat pasien
berbaring. Namun sekitar 5 hari ini benjolan
menetap dan pasien merasakan nyeri pada
selangkangannya
Keluhan lain mual muntah (-), BAB susah terakhir
jam 6 pagi, BAK sedikit, kembung (-), kentut (+)
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien pernah mengalami hernia pada
selangkangan kiri dan dioperasi tahun 2005,
selangkangan kanan dan diopeari sekitar tahun
2006-2015, operasi prostat tahun 2010 dan
operasi ginjal tahun 2015
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Di keluarga pasien tidak ada yang mempunyai
keluhan yang sama
PX FISIK
(14/05/2018)

• KU : cukup, CM
• VS : TD: - HR: 64 RR: 18 T: 36,5
• K/L : AICD -/-/-/
• Tho : dinding dada simetris (+) retraksi (-)
deformitas (-) ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : nyeri tekan (-) massa (-)
• Perkusi : sonor +/+
• Auskultasi: s1s2 reguler bising (-)
SDV +/+ Rh -/- Wh -/-
Px Abdomen
• Inspeksi : simetris, asites (-) luka (-) massa (-)
eritem (-) lesi (-) bekas operasi (-)
• Auskultasi : bising usus (+) peristaltik 15 x/mnt
• Perkusi : timpani +/+
• Palpasi : supel (+) splenomegali (-)
hepatomegali (-)
nyeri tekan kanan bawah
ketok ginjal (-/-) shifting dullness (-)
tes undulasi (-)
Status lokasi (inguinalis sinistra)
14/5/2018

Inspeksi: terlihat benjolan pada inguinalis


sinistra, tak tampak perubahan warna, terdapat
bekas jahitan
Palpasi: teraba masa ukuran -+ 7x7 cm,
konsistensi padat kenyal, permukaan licin,
berbatas tegas, tidak masuk kembali saat
dimanipulasi, zieman test (-), thumb test (-),
finger test (-)
Status lokasi (inguinalis sinistra)
15/5/18

Inspeksi: tidak terlihat benjolan pada inguinalis


sinistra, tampak benjolan ketika pasien
mengejan, tak tampak perubahan warna,
terdapat bekas jahitan
Palpasi: teraba masa pada saat pasien
mengejan, konsistensi padat kenyal, permukaan
licin, berbatas tegas, masuk kembali saat
dimanipulasi
• zieman test (-): teraba masa pada jari kedua
• thumb test (-): tidak teraba masa pada ibu jari
• finger test (-): teraba masa pada ujung jari
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap Eos: 5.7 % (naik)
Hb : 14.6 g/dl Net : 68.8% (naik)
AL : 8.87 103/UL Limf : 18.7% (turun)
AT : 223 103 /UL Cr : 1.30 mg/dl (naik)
HMT : 46.3% Natrium : 132 mmol/l
AE: 5.23 106/UL (turun)
MCHC : 31.4 g/dl
(turun)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RO thorax : cardiomegali, paru tak tampak
kelainan
Diagnosis
Hernia Inguinalis lateralis sinistra residif post
inkarserata
TERAPI
Inf tutofusin ops 2000 cc/24 jam
NGT terbuka
Drip diazepam 2 amp dalam PZ 100 cc
Ketoprofen supp 2
Pasang DC
Pro op herniotomi hernioplasti
PEMBAHASAN
DEFINISI
HERNIA  latin  ruptur

– Penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui dinding


sekitar yang mengalami defek
– Tempat  Di berbagai situs tubuh  dinding perut
dimana aponeurosis dan fasia tidak ditutupi otot lurik 
inguinal, femoralis, umbilica, linea alba
– Tdd: cincin (lapisan musculoaponeurotic terdalam),
kantung (lapisan peritoneum), isi (usus).
KLASIFIKASI
Terjadinya letak SIFAT

Eksterna
kongenital Reponibel
• Inguinal, femoral,
umbilikal

didapat Interna Ireponibel


• Foramen
winslow, resesus
retrosekal post Inkarserata
anasotomis usus

strangulata
ETIOLOGI

Tekanan intra
Penyakit yang
abdomen tinggi 
obesitas melemahkan otot
mengejan, batuk,
dinding perut
bersin, menangis

Pekerjaan fisik,
Usia, usia produktif
berat, terus
/lansia
menerus
ANATOMI

Kanalis inguinal: saluran oblik p:4 cm. Annulus ing. externa: bukaan aponeurosis MOE
Anterior: aponeurosis MOE Annulus ing. internus: bukaan aponeurosis MTA
& fasia transversalis
Superior: MOI & MTA
Posterior: aponeurosis MTA & fasia
transversalis
Inferior: lig. Inguinal dan lakunar
Trigonum hasselbach
• Supero-lateral: vasa epigastrika inferior
• Medial: bag lateral rektus abdominis
• Inferior: ligamentum inguinale
HERNIA INGUINAL

INDIRECT/LATERAL (2/3) DIRECT/MEDIAL (1/3)

Masuk Anulus Diluar kanalis


inguinal interna inginalis, didalam
keluar Anulus trigonum
inguinal externa, hasselbach, medial
lateral dari vasa dari vasa epigastrika
epigastrika inferior inferior
MEKANISME
CEGAH HERNIA
Kanalis INGUINAL
inguinal Struktur MOI GANGGUAN
berjalan  kontraksi Fasia
miring  tutup AII transversa
cukup kuat
menutup
trig.haselbach
• PROSESUS VAGINALIS
TERBUKA

• OTOT PERUT MELEMAH

• TEK. INTRAABDOMEN
TINGGI

HERNIA INGUINALIS
Bulan ke 8 kehamilan, terjadi desensus testikulorum / penurunan testis melalui
kanalis inguinal  yg menarik peritoneum ke daerah skrotum  terbentuk
tonjolan peritoneum / prosesus vaginalis peritonea  obliterasi/menutup usia 2
bln

Org dewasa/lansia  MOI lemah  penurunan fungsi  peningkatan tek.


Intraabdomen akan menekan dinding peritoneum dan masuk ke kanalis
Gejala

Reponibel:
• Muncul benjolan di lipat paha saat berdiri, batuk,
bersin, mengedan dan menghilang saat berbaring.
• Nyeri jarang kalau ada biasanya di daerah
epigastrium atau paraumbilikal

Inkarserata dan strangulata


• nyeri disertai mual muntah
• HIM: bi;ateral pada lelaki tua. Jarang
mengalami inkarserata atau strangulasi
• Finger test teraba benjolan di sisi ujung jari
saat mengedan
Pemeriksaan Fisik

• HIL saat mengedan muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan


dari lateral atas ke medial bawah
Inspeksi : • kesimetrisan lipat paha, skrotum atau labia saat berdiri dan
berbaring
• Minta untuk mengejan atau batuk

• raba konsistensnya, coba didoron apakag bisa di reposisi,


• teraba kantong hernia yang kosong pada funikulus spermatikus
dengan cara menggesek dua lapisan kantong yang memberikan
Palpasi sensasi gesekan dua permukaan sutera,
• thumb test
• finger test
• ziemen test
• Diagnosis ditegakkan atas dasar benjola yang
dapat direposisi atau tidak
TATALAKSANA
Non
Operatif
operatif
Reposisi Anterior repair

Watchfull
waiting Tissue repair
strategy

Spring Tension free anterior


trusses inguinal hernia repair

Preperitoneal
repair

Laparoskopi repair
Non Operatif
• tangan kiri memegang isi hernia sambil membentuk corong

Reposisi: sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin


hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai
terjadi reposisi

• reposisi dilakukan dengan menidurkan anak menggunakan

Pada anak: sedatif dan kompres es di atas hernia. Bila berhasil


persiapkan operasi hari setelahnya, jika tidak berhasil
operasi harus dilakukan dalam waktu 6 jam

• mempertahankan isi hernia yang telah reposisi.


Peyangga • Komplikasi berupa atrofi testis, neuritis ilioinguinal atau
femoralis dan hernia inkarserata
OPERATIF

Indikasi
•Diagnosis sudah tegak

Prinsip
•Herniotomi, hernioplasti, herniorafi
Herniotomi
• Pembebasan kantong hernia sampai ke leher

Herniorafi
• Herniotomi + perbaikan dinding posterior kanalis
inguinalis
Hernioplasti
• Herniotomi + penguatan dinding posterior kanalis dengan
mesh prostesis
HERNIOTOMI
Pembebasan kantong hernia
sampai ke lehernya.

Kantong dibuka dan isi hernia


dibebaskan kalau ada pelekatan,
kemudian direposisi.

Kantong hernia dijahit ikat


setinggi mungkin lalu dipotong.
Herniorafi

• Memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan


terputus

• Memperkuat fasia transversa dan menjahitkan pertemuan


otot transversus internus abdominis dan otot oblikus
Metode bassini internus abdominis yang dikenal dengan nama co joint
tendon, ke ligamentum inguinale pouparti

Metode
• Menjahitkan fasia transversa, otot transversus abdominis
lotheissen- dan otot oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper
mcVay
HERNIOPLASTI
• Memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis menggunakan mesh prostesis

• Lebih penting dalam mencegah residif


dibandingkan dengan herniotomi.

• Lichtenstein tension-free repair


LICHTENSTEIN TENSION-FREE REPAIR
• Regangan merupakan penyebab utama
kekambuhan, saat ini digunakan mesh
prostesis sintetis untuk mengatasi masalah ini,
sebuah konsep yang dipopulerkan oleh
Lichtenstein.
• Penggunaan mesh pada perbaikan hernia
menurunkan resiko kekambuhan 50-70%.
Pendekatan Lichtensein
HIL RESIDIF
Angka kekamnbuhan
• Berkisar 0,6-3%.

Penyebab residif yang paling sering


• Penutupan anulus inguinalis internus yang tidak memadai
• Diantaranya karena diseksi kantong yang kurang memadai
• Adanya lipoma preperitoneal
• Tidak teridentifikasinya hernia femoralis atau hernia
inguinalis direk
• Atau tidak ditemukannya kanting hernia
HIM RESIDIF

Angka kekambuhan
• 1-28%.

Penyebab residif umumnya karena


• Regangan yang berlebihan pada jahitan
plastik atau
• Akibat relaxing incision pada sarung rectus.
Pendekatan Bagi Hernia Residif
• Tidak ada satupun teknik yang dapat
menjamin bahwa tidak akan terjadi residif.
Yang penting diperhatikan adalah mencegah
terjadinya tegangan pada jahitan dan
kerusakan jaringan. Umumnya dibutuhkan
plasitik dengan bahan prostesis mesh
misalnya.
• Linchtenstein tension-free hernioplasty pada
tahun 1984 merupakan metode gold standars
untuk hernia repair. Metode ini tetap
digunakan walaupun pada kasus residif
METODE

Preperitoneal repair (open posterior repair)


• Dilakukan pada hernia post anterior repair. Mesh
diletakkan di ruang preperitoneal dimana hernia
dibentuk
Laparoscopic
• Menempatkan mesh yang lebar dibelakang bagian
yang mengalami defek. Bagus untuk memperbaiki
semua h
Laparoscopic
• Mengurangi nyeri post operasi
• Kebutuhan akan narkotika berkurangLebih cepat kembali ke
Keuntungan aktivitas normal

• lebih mahal
• operasi lebih lama
Kerugian • butuh keterampilan lebih tinggi

• TEP: totally extraperitoneal


Metode
• TAPP : transabdominal preperitoneal
KOMPLIKASI

Isi hernia terjepit gejala obstruksi usus


inkaserata
oleh cincin yang sederhana

edema organ atau isi


hernia dan gangguan perfusi
bendungan vena
transudasi ke dalam jaringan
kantong hernia
KOMPLIKASI

jepitan cincin hernia


EDEMA
makin bertambah

Isi hernia menjadi


nekrosis dan kantong peredaran darah
hernia akan berisi jaringan terganggu
transudat berupa cairan (strangulasi)
serosanguinus
Apabila isi
dapat terjadi
hernia terdiri
perforasi
atas usus

fistel atau
abses lokal
peritonitis
DAFTAR PUSTAKA
Sabiston D, C.2010. Textbook of Surgery: The
Biological Basics Of Modern Surgical Practice.
EGC. Jakarta. Indonesia.
Sjamsuhidajat, R. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah.
EGC. Jakarta. Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai