Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dimasa lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit,
yaitu menunggu sampai ada yang sakit, barulah kemudian orang yang sakit diberi
pengobatan(KemenkesRI, 2010) sampai sembuh, hingga diperlukan yang
bersangkutan membutuhkan perawatan dirumah sakit. Harapan terbesar setelah
orang dirawat di rumah sakit adalah sembuh dan dapat menjalankan aktifitas seperti
biasanya. Namun dalam kenyataannya terdapat dua kemungkinan yang terjadi
setelah dilakukannya pengobatan yaitu sembuh atau bertambah sakit sampai
hilangnya nyawa. Sekarang disadari sebenarnya terdapat faktor lain yang membantu
kesembuhan pasien selain pengobatan seperti lingkungan dimana seseorang sedang
menjalani perawatan dan pengolahan makanan yang di laksanakan disebuah rumah
sakit.
Menurut perumusan WHO yang dikutip Harafiah dan Amir (1999), pengertian
Rumah Sakit adalah suatu keadaan usaha yang menyediakan pemondokan yang
memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri atas
tindakan observasi, diagnostik, therapeutik, dan rehabilitasi untuk orang-orang yang
menderita sakit, terluka dan untuk mereka yang mau melahirkan. Salah satu Rumah
Sakit yang ada di kota Banjarmasin adalah RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin merupakan suatu organisasi dan satuan kerja perangkat daerah
pemerintah provinsi Kalimatan Selatan yang meneyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan seperti peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan dibidang
kesehatan umum dan kesehatan lainnya dan sebagai Rumah Sakit rujukan Kota
Banjarmasin, Kabupaten Batola serta wilayah sekitarnya. RSUD Dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin berlokasi di jalan Brig. Jend. H. Hasan Basry No.1

1
Banjarmasin dan merupakan rumah sakit golongan B(RSUD Dr. H. Moch. Ansari
Saleh, 2012).
Keberadaan rumah sakit dilihat dari aspek kesehatan lingkungan, pada
dasarnya terdiri dari lingkungan biotik dan abiotik. Dalam kesehariannya lingkungan
biotik dan abiotik ini akan melakukan interaksi baik langsung maupun tidak
langsung. Atas dasar itu, maka di lingkungan rumah sakit dimungkinkan terjadinya
kontak antara tiga komponen (pasien, petugas, dan masyarakat) dalam lingkungan
rumah sakit dan benda-benda/alat-alat yang dipergunakan untuk proses
penyembuhan, perawatan dan pemulihan penderita. Hubungan tersebut bersifat
kontak terus menerus yang memungkinkan terjadinya infeksi silang pasien yang
menderita penyakit tertentu kepada petugas rumah sakit dan pengunjung rumah sakit
yang sehat. Akan tetapi mungkin juga berfungsi sebagai carier kepada pasien,
petugas dan pengunjung (Dinata, 2008).
Selain itu, makanan juga merupakan salah satu komponen penting dalam
rantai penyembuhan pasien di RS. Makanan yang diberikan tidak hanya harus
memenuhi unsur gizi tetapi juga unsur keamanannya, dalam arti harus bebas dari
komponen-komponen yang menyebabkan penyakit. Sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Makanan.
untuk meminimalkan dampak kegiatan penyehatan lingkungan rumah sakit
untuk menjamin terlaksananya upaya keamanan mutu dan gizi makanan di rumah
sakit perlu dilakukan pengawasan secara rutin melalui kegiatan inspeksi dan
melakukan analisis manajemen risiko pada instalasi sanitasi dan instalasi gizi rumah
sakit.
Oleh karena itu mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Banjarbaru
tertarik untuk mengadakan praktik lapangan observasi analisis manajemen risiko
pada instalasi sanitasi dan instalasi gizi RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh
Banjarmasin untuk mengetahui faktor risiko apa saja yang mungkin terjadi pada
instalasi sanitasi dan instalasi gizi RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin.

2
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui keadaan umum dan penerapan manajemen
risiko rumah sakit di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin untuk
meningkatkan Pengetahuan dan keterampilan dalam menganalisi Risiko di
lingkungan kerja .
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui keadaan umum RSUD dan instalasi sanitasi dan instalasi gizi
di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin.
b. Mahasiswa mengetahui penerapan manajemen risiko rumah sakit yang ada
di instalasi sanitasi dan instalasi gizi di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh
Banjarmasin.
c. Mengetahui upaya yang dilakukan oleh rumah sakit RSUD Dr. H. Moch
Ansari Saleh Banjarmasin. dalam upaya membangun sistem dan proses
manajemen resiko serta melakukan identifikasi dan penilaian
terhadap potensial masalah.
d. Menganalisis permasalahan pada instalasi sanitasi dan instalasi gizi dan
dapat memberikan saran perbaikan sesuai dengan RSUD Dr. H. Moch
Ansari Saleh Banjarmasin yang ditemukan.

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa akan memperoleh pengetahuan, pemahaman dan bahan pembelajaran
secara langsung tentang manajemen risiko lingkungan di rumah sakit.
2. Bagi Instansi Rumah Sakit
Melalui Praktik Lapangan ini diharapkan menjadi bahan masukan dan informasi
serta evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka
strategi mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui
penerapan manajemen risiko lingkungan

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Risiko
Risiko merupakan variasi dalam hal-hal yang mungkin terjadi secara alami
didalam suatu situasi. Risiko adalah ancaman terhadap kehidupan, properti atau
keuntungan finansial akibat bahaya yang terjadi. Secara umum risiko dikaitkan
dengan kemungkinan (probabilitas) terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan. Jadi
risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan berdampak pada tujuan.
Secara umum risiko dapat diklasifikasikan menurut berbagai sudut pandang
yang tergantung dari kebutuhan dalam penanganannya :
1) Risiko murni dan risiko spekulatif (Pure risk and speculative risk) dimana risiko
murni dianggap sebagai suatu ketidakpastian yang dikaitkan dengan adanya suatu
luaran (outcome) yaitu kerugian.

2) Risiko terhadap benda dan manusia, dimana risiko terhadap benda adalah risiko
yang menimpa benda seperti rumah terbakar sedangkan risiko terhadap manusia
adalah risiko yang menimpa manusia seperti,cedera kematian dsb.

3) Risiko fundamental dan risiko khusus (fundamental risk and particular risk)
Risiko fundamental adalah risiko yang kemungkinannya dapat timbul pada hampir
sebagian besar anggota masyarakat dan tidak dapat disalahkan pada seseorang atau
beberapa orang anggota masyarakat dan tidak dapat disalahkan pada seseorang
atau beberapa orang khusus adalah risiko yang bersumber dari peristiwa-peristiwa
yang mandiri dimana sifat dari risiko ini adalah tidak selalu bersifat bencana, bisa
dikendalikan atau umumnya dapat diasuransikan.

Respon risiko adalah tindakan penanganan yang dilakukan terhadap risiko


yang mungkin terjadi. Metode yang dipakai dalam menangani risiko:

4
1) Menahan risiko (Risk retention) merupakan bentuk penanganan risiko yang mana
akan ditahan atau diambil sendiri oleh suatu pihak. Biasanya cara ini dilakukan
apabila risiko yang dihadapi tidak mendatangkan kerugian yang terlalu besar atau
kemungkinan terjadinya kerugian itu kecil, atau biaya yang dikeluarkan untuk
menanggulangi risiko tersebut tidak terlalu besar dibandingkan dengan manfaat
yang akan diperoleh.
2) Mengurangi risiko (Risk reduction) yaitu tindakan untuk mengurangi risiko yang
kemungkinan akan terjadi dengan cara:
a. Pendidikan dan pelatihan bagi para tenaga kerja dalam menghadapi risiko
b. Perlindungan terhadap kemungkinan kehilangan
c. Perlindungan terhadap orang dan property
3) Mengalihkan risiko (Risk transfer) Pengalihan ini dilakukan untuk memindahkan
risiko kepada pihak lain. Bentuk pengalihan risiko yang dimaksud adalah asuransi
dengan membayar premi.
4) Menghindari risiko (Risk avoidance) Menghindari risiko sama dengan menolak
untuk menerima risiko yang berarti menolak untuk menerima pekerjaan tersebut.

B. Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah semua rangkaian kegiatan yang berhubungan
dengan risiko yaitu perencanaan (planning), penilaian (assessment), penanganan
(handling) dan pemantauan (monitoring) risiko.

Prinsip manajemen risiko :

1) Manajemen risiko meliputi ancaman dan peluang (maksimalisasi peluang,


minimalisasi kehilangan, dan meningkatkan keputusan dan hasil),
2) Manajemen risiko memerlukan pemikiran yang logis dan sistematis untuk
meningkatkan kinerja yang efektif dan efisien,
3) Manajemen risiko memerlukan pemikiran kedepan,
4) Manajemen risiko mensaratkan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan,

5
5) Manajemen risiko mensaratkan komunikasi
6) Manajemen risiko memerlukan pemikiran yang seimbang antara biaya untuk
mengatasi risiko (dan meningkatkan peluang perbaikan) dengan manfaat yang
diperoleh.

Manfaat manajemen risiko:

a. Pengendalian terhadap timbulnya adverse event


b. Meningkatkan perilaku untuk mencari peluang perbaikan sebelum suatu masalah
terjadi
c. Meningkatkan perencanaan, kinerja, dan efektivitas
d. Efisiensi
e. Mempererat hubungan stakeholders
f. Meningkatkan tersedianya informasi yang akurat untuk pengambilan keputusan
g. Memperbaiki citra
h. Proteksi terhadap tuntutan
i. Akuntabilitas, jaminan, dan governance
j. Meningkatkan personal health and well being

C. Pengertian Rumah Sakit


Rumah sakit (RS) adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan
penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan
kesehatan (Depkes RI, 2004).

Menurut perumusan WHO yang dikutip Harafiah dan Amir (1999),


Pengertian Rumah Sakit adalah suatu keadaan usaha yang menyediakan
pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka
panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, therapeutik, dan rehabilitasi

6
untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka dan untuk mereka yang mau
melahirkan.

D. Klasifikasi Rumah Sakit


Rumah Sakit dapat dibedakan menjadi beberapa kriteria, yaitu :
Berdasarkan Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum :

1. Rumah Sakit Pemerintah yaitu Rumah Sakit yang dimiliki dan diselenggarakan
oleh pemerintah yaitu Departemen Kesehatan, Peraturan Daerah, Angkatan
Bersenjata dan BUMN.
2. Rumah Sakit Swasta yaitu Rumah Sakit yang dimiliki dan diselenggarakan oleh
yayasan yang disahkan oleh badan hukum atau badan hukum lain yang bersifat
sosial. Rumah Sakit swasta terdiri dari:
a. Rumah Sakit yang mencari keuntungan (profit) merupakan Rumah Sakit
yang dimiliki dan dikelola oleh yayasan atau badan yang bukan milik
pemerintah dengan tujuan mencari keuntungan, dimana Rumah Sakit ini juga
diwajibkan menerima proses pembelajaran bagi siswa/mahasiswa yang ingin
memperdalam ilmu atau melakukan penelitian (PKL/Magang/Penelitian).
b. Rumah Sakit yang tidak mencari keuntungan merupakan Rumah Sakit yang
dimiliki dan dikelola oleh organisasi atau yayasan keagamaan, kekeluargaan
dan lain-lain, biasanya didirikan untuk kepentingan sosial.
3. Berdasarkan Jenis Pelayanan :
a. Rumah Sakit Umum yaitu Rumah Sakit yang melayani semua pelayanan
kesehatan untuk semua jenis penyakit dari yang bersifat dasar, spesialistik,
subspesialistik.
b. Rumah Sakit Khusus yaitu Rumah Sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan berdasarkan jenis penyakit tertentu, seperti Rumah Sakit mata,
Rumah Sakit Paru dan Rumah Sakit Jantung.
c. Rumah Sakit Pendidikan yaitu Rumah Sakit yang digunakan sebagai tempat
pendidikan tenaga medis oleh fakultas kedokteran.

7
4. Berdasarkan kedudukan, susunan dan tata kerja Rumah Sakit :
a. Rumah Sakit kelas A yaitu Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik yang bersifat spesialistik luas, mempunyai
tempat tidur lebih dari 1000 buah dan digunakan sebagai tempat pendidikan.
Contoh : RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo dan RSUP Dr. Soetomo,
Surabaya.
b. Rumah Sakit kelas B yaitu Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan
subspesialistik terbatas. Berdasarkan fungsi pendidikan, Rumah Sakit kelas B
terdiri dari kelas B pendidikan dan non pendidikan dan berdasarkan kapasitas
tempat tidur yang tersedia Rumah Sakit tipe B dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Rumah Sakit Umum kelas B I
Rumah Sakit umum yang melaksanakan pelayanan kesehatan
spesialistik dan belum memiliki subspesialistik luas, dengan kapasitas
tempat tidur antara 300-500 buah.
2. Rumah Sakit kelas B II
Melaksanakan pelayanan kesehatan spesialistik dan subspesialistik
terbatas dengan kapasitas tempat tidur antara 100-300 buah.
c. Rumah Sakit kelas C yaitu Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar lengkap mempunyai
fasilitas tempat tidur antara 100-300 buah.
d. Rumah Sakit kelas D yaitu Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medis dasar, kapasitas tempat tidur tidak kurang
lebih 100 buah.

8
5. Berdasarkan Status Akreditasi
a. RS Terakreditasi
Diakui secara formal memenuhi persyaratan melakukan kegiatan
tertentu oleh badan sertifikasi yang diakui.
b. Rumah Sakit belum Terakreditasi
Belum diakui secara formal oleh badan sertifikasi yang diakui.

E. Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit


Menurut Adisasmito, (2008) bahwa pengelolaan lingkungan sebagai
suatu sistem dengan unsur manajemen di dalamnya disebut sebagai Sistem
Manajemen Lingkungan. Konsep ini lahir atas meningkatnya tuntutan masyarakat
akan kesadaran lingkungan global, Sistem Manajemen Lingkungan diadopsi oleh
International Organization for Standardization (ISO) sebagai salah satu
sertifikasi internasional di bidang pengelolaan lingkungan.
Sistem manajemen lingkungan rumah sakit merupakan bagian dari sistem
manajemen terpadu yang meliputi pendekatan struktur organisasi, kegiatan
perencanaan, pembagian tanggung jawab dan wewenang, praktek menurut standar
operasional, prosedur khusus, proses berkelanjutan dan pengembangan SDM
untuk mengembangkan, menerapkan, mencapai, mengkaji, mengevaluasi
dan mensinergikan kebijakan lingkungan dengan tujuan rumah sakit.
Sistem manajemen lingkungan rumah sakit adalah sistem pengelolaan
lingkungan yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan manajemen di rumah
sakit. Pengelolaan lingkungan rumah sakit sekarang ini bukan lagi satu bagian
parsial yang konsumtif, tetapi merupakan satu rangkaian siklus dan strategi
manajemen rumah sakit untuk mengembangkan kapasitas pengelolaan lingkungan
rumah sakit sehingga memberikan manfaat langsung maupun tidak
langsung terhadap peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit secara
menyeluruh.
Implementasi Sistem Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit oleh

9
Adisasmito (2007) mempunyai manfaat antara lain:
1. Perlindungan terhadap Lingkungan
Sistem manajemen lingkungan di rumah sakit diterapkan untuk mengurangi
resiko kerusakan lingkungan. Aktivitas rumah sakit yang berlangsung
menyebabkan berbagai limbah yang dihasilkan, baik limbah yang berbentuk
padat, cair dan gas. Untuk minimisasi limbah merupakan prioritas utama dalam
pengelolaan limbah berbahaya. Pencegahan pencemaran juga dapat dilakukan
dengan cara pendekatan pengurangan, penggunaan ulang, pendaur-ulangan
dan pembelian kembali atau dikenal dengan prinsip 4R (Reduce, Reuse,
Recycle, Repurchase).
2. Manajemen Lingkungan Rumah Sakit yang Lebih Baik
Sistem manajemen lingkungan merupakan bagian dari sistem manajemen
terpadu yang meliputi pendekatan struktur organisasi, kegiatan
perencanaan,pembagian tanggung jawab dan wewenang, praktik menurut standar
operasional, prosedur khusus, proses berkelanjutan dan pengembangan
sumber daya manusia untuk mengembangkan, menerapkan, mencapai,
mengkaji, mengevaluasi dan mensinergikan kebijakan lingkungan dengan tujuan
rumah sakit. Panduan sistem manajemen lingkungan rumah sakit sebagian besar
mengikuti pedoman ISO.
3. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Implementasi sistem manajemen lingkungan rumah sakit dapat membawa
suatu perubahan kondisi kerja di rumah sakit. Oleh karena sistem manajemen
lingkungan rumah sakit menekankan pada peningkatan kepedulian, pendidikan,
pelatihan dan kesadaran dari semua SDM untuk terlibat dalam lingkungan
kerja dalam memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan di sekitarnya.
4. Kontinuitas Peningkatan Performa Lingkungan Rumah Sakit
Sistem manajemen lingkungan di rumah sakit dilaksanakan untuk menjamin
rumah sakit dapat mengembangkan kemampuannya untuk memenuhi
kewajibannya dalam pengelolaan lingkungan. Pengelolaan lingkungan di rumah

10
sakit diharapkan berjalan baik dan semakin baik.
5. Peraturan Perundang-undangan
Implementasi sistem manajemen lingkungan di rumah sakit akan
membuktikan kepatuhan rumah sakit terhadap peraturan perundang-undangan
akan menunjukkan kepeduliannya terhadap pengelolaan lingkungan yang
lebih baik. Rumah sakit yang telah berdiri lebih lama berkemungkinan dapat
menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Jika
tidak, maka rumah sakit tersebut tentu akan mendapatkan tuntutan hukum dan
publisitas negatif. Peraturan lingkungan merupakan penggerak pelaksanaan dan
perbaikan sistem manajemen lingkungan sehingga lingkungan dapat terpelihara
dan secara potensial memperbaiki kinerja lingkungan. Sedangkan kebijakan
harus mencerminkan komitmen manajemen puncak untuk taat pada peraturan
dan perundang-undangan.
Dengan memiliki sertifikat ISO untuk pengelolaan lingkungan maka kesempatan
semakin besar untuk memperoleh dokumen tertulis yang diperlukan untuk
menunjukkan bahwa rumah sakit tersebut telah bertindak sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
6. Bagian dari TQM (Total Quality Management)
Total Quality Management adalah manajemen mutu terpadu yang merupakan
strategi utama rumah sakit dalam mencapai tujuannya. Hal ini meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pendokumentasian. Sistem
manajemen rumah sakit menggunakan pendekatan TQM, sehingga implementasi
sistem manajemen lingkungan rumah sakit secara langsung mendukung
pelaksanaan manajemen mutu terpadu.
7. Pengurangan dan Penghematan Biaya
Implementasi sistem manajemen lingkungan rumah sakit berkaitan erat
dengan penghematan dan pengurangan biaya. Minimisasi limbah merupakan
contoh pengurangan biaya operasional untuk penyimpanan bahan limbah
berbahaya, transportasi dan pembuangan limbah. Selain itu juga berkurangnya

11
bahan baku yangdigunakan dan berkurangnya tenaga yang dibutuhkan,
mungkin juga akan didapat keuntungan dari pajak serta menurunnya biaya
asuransi.
8. Meningkatkan Citra Rumah Sakit
Pemenuhan standar yang saat ini berlaku global, khususnya di bidang
lingkungan, secara internasional dikenal dengan pengelolaan lingkungan dengan
nomor seri ISO 14001. Rumah sakit yang memiliki sertifikat ISO 14001 ini,
menunjukkan bahwa rumah sakit tersebut benar-benar peduli terhadap
lingkungan. Dengan kata lain, rumah sakit yang peduli dengan lingkungan, akan
meningkatkan hubungan baik rumah sakit dengan masyarakat dan membantu
citra rumah sakit terutama dalam hal isu limbah berbahaya.
F. Pengertian sanitasi Rumah Sakit
Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit
menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi
merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada
penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat
kesehatan (Arifin, 2009).
Kesehatan lingkungan adalah: upaya perlindungan, pengelolaan, dan
modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada
tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat (Arifin, 2009).
Kesehatan lingkungan rumah sakit diartikan sebagai upaya penyehatan
dan pengawasan lingkungan rumah sakit yang mungkin berisiko menimbulkan
penyakit dan atau gangguan kesehatan bagi masyarakat sehingga terciptanya
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2009).
Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan
yang kompleks sehingga memerlukan penanganan secara lintas program dan
lintas sektor serta berdimensi multi disiplin, untuk itu diperlukan tenaga dan
prasarana yang memadai dalam pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit
(Depkes RI, 2004).

12
G. Manajemen Sanitasi Rumah Sakit
Konsep sistem manajemen lingkungan rumah sakit di Indonesia telah
dikenal sejak lama sebagai bagian dari rutinitas internal kegiatan rumah
sakit. Konsep tersebut pada banyak rumah sakit dilaksanakan melalui praktek-
praktek sanitasi lingkungan.
Sanitasi lingkungan rumah sakit mempunyai arti sebagai upaya
menciptakan kesehatan lingkungan yang baik di rumah sakit melalui
pelaksanaan program- program yang berkaitan dengan semua aktivitas yang
ada di rumah sakit. Sanitasi lingkungan rumah sakit meliputi pengendalian
berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi, biologi dan sosial psikologi di rumah
sakit.
Komponen manajemen sanitasi rumah sakit antara lain:
1. Aspek Input
Aspek input di lingkungan rumah sakit yang terdiri dari petugas sanitarian
atau petugas kesehatan lain yang telah dilatih, adanya biaya operasional (dana)
yang dibutuhkan dalam menyelenggarakan sanitasi rumah sakit dan adanya sarana
dan prasarana yang seminimal mungkin dapat menunjang pelaksanaan
Manajemen sanitasi untuk kegiatan promotif dan preventif. Pelaksanaan
pelayanan sanitasi juga harus ditunjang oleh kelengkapan materi yang diperlukan
berupa proses administrasi, pencatatan dan pelaporan, serta pedoman buku yang
digunakan sebagai petunjuk teknis sanitasi (Depkes RI, 1991/1992).
2. Proses
Aspek lingkungan rumah sakit merupakan suatu aspek yang berdampak penting
terhadap pelayanan rumah sakit atau masyarakat sekitar rumah sakit. Dimana
Operasional kegiatan di rumah sakit merupakan suatu rangkaian proses berupa
kegiatan yang direncanakan yang dimulai dari pelayanan medik (poliklinik dan
rawat inap), pelayanan penunjang medik dan penunjang nonmedik. Selain itu, ada
pula aktivitas dan pelayanan dalam beberapa kategori utama, seperti rawat
jalan, rawat inap, produk limbah yang dihasilkan, kegiatan medik dan nonmedik,

13
transportasi material (medik dan logistik), dan upaya pencegahan
pencemaran. Dari masing-masing uraian aktivitas tersebut, akan teridentifikasi
bahan-bahan apa yang saja yang digunakan, baik dari obat-obatan, alat kesehatan,
maupun bahan kimia lainnya.
Aspek lingkungan rumah sakit sebenarnya mencakup lingkup yang
luas ataupun tidak terbatas sehingga untuk lebih memudahkan akan disajikan
beberapa contoh dari aspek lingkungan berikut:
a. Pengelolaan limbah infeksius, patologis, dan nonmedik;
b. Kejadian infeksi nosokomial;
c. Pembuangan air limbah;
d. Kegiatan yang menggunakan zat kimia
e. Kegiatan yang menggunakan air;
f. Kegiatan yang menggunakan energi;
g. Penggunaan sumber daya alam; produk yang sudah lama;
h. Pembuangan produk.
Identifikasi aspek lingkungan merupakan proses yang berjalan untuk
menentukan dampak positif atau negatif dari kegiatan rumah sakit.
3. Output
Hasil yang diharapkan dari seluruh kegiatan oprasional rumah
sakit yang berdampak terhadap perubahan kondisi lingkungan yang tidak
baik akan menjadi baik sehingga memenuhi prasyarat kesehatan lingkungan
rumah sakit dengan memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara
manusia dan lingkungan hidup.
b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang
memiliki sikap yang ramah lingkungan.
c. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi
masa depan. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
d. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.

14
e. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak
usaha dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.
H. Instalasi Sanitasi Rumah Sakit
Menurut Permenkes 1045 tahun 2006 dalam pasal 20, bahwa:
1. Instalasi adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan fasilitas
dan penyelenggaraan kegiatan pelayanan.
2. Pendidikan dan pelatihan rumah sakit. Pembentukan Instalasi ditentukan
oleh pimpinan rumah sakit sesuai kebutuhan rumah sakit.
3. Instalasi dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan diberhentikan
oleh pimpinan rumah sakit.
4. Kepala instalasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga fungsional
dan atau nonmedis (cleaning service).
5. Pembentukan dan perubahan jumlah dan jenis instalasi dilaporkan secara
tertulis kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik.
Pengelolaan kesehatan lingkungan rumah sakit dikelola oleh Instalasi
Sanitasi. Instalasi sanitasi merupakan salah satu instalasi dari banyak instalasi
yang ada di rumah sakit. Berdasarkan tugas, pokok dan fungsinya dapat
dilihat pada tupoksi petugas sanitasi rumah sakit.
Pelayanan sanitasi rumah sakit diselenggarakan dalam kaitan untuk
menciptakan kondisi lingkungan rumah sakit yang bersih, nyaman, dan
mengutamakan faktor keselamatan sebagai pendukung usaha
penyembuhan penderita, mencegah pemaparan terhadap bahaya-bahaya
lingkungan rumah sakit termasuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial, dan
menghindarkan pencemaran ke lingkungan luar rumah sakit.
Dalam rangka pengembangan rujukan upaya kesehatan khususnya rujukan
medik, pemanfaatan berbagai disiplin ilmu merupakan suatu keharusan.
Pemecahan masalah medik untuk penyembuhan dan pemulihan penderita tidak
cukup hanya dengan pengobatan peralatan yang cermat saja, tetapi juga

15
memerlukan ilmu-ilmu lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka sanitasi
rumah sakit sebagai disiplin ilmu yang berinduk kepada ilmu teknik penyehatan
diantara berbagai disiplin ilmu merupakan bagian integral dari upaya pelayanan
rumah sakit.
Pembagian instalasi dilakukan berdasarkan kelompok kegiatan, bukan
berdasarkan penyakit. Dengan adanya konsep instalasi sebagai unit pelayanan
strategis, diharapkan ada pemimpin yang mampu mengelola setiap unit pelayanan.
Kesadaran ini akan memicu pengembangan ketrampilan manajemen dan
kepemimpinan untuk para kepala unit pelayanan strategis (Trisnantoro, 2005).
I. Gambaran Kebutuhan Ruang dan Keamanan Makanan Instalasi Gizi
1. Gambaran Kebutuhan Ruang

Sumber: Pusat Sarana dan Prasarana dan Peralatan Kesehatan Kemenkes RI.
2010.
 Tempat yang diperlukan di Ruang Penyelengaraan Makanan terdiri dari :

16
a. Tempat penerimaan bahan makanan
Tempat/ruangan ini digunakan untuk penerimaan bahan makanan dan
mengecek kualitas serta kuantitas bahan makanan. Letak ruangan ini
sebaiknya mudah dicapai kendaraan, dekat dengan ruang penyimpanan
serta persiapan bahan makanan. Luas ruangan tergantung dari jumlah
bahan makanan yang akan diterima.
b. Tempat /ruang penyimpanan bahan makanan.
Ada dua jenis tempat penyimpanan bahan makanan yaitu penyimpanan
bahan makanan segar (ruang pendingin) dan penyimpanan bahan makanan
kering. Luas tempat pendingin ataupun gudang bahan makanan tergantung
pada jumlah bahan makanan yang akan disimpan, cara pembelian bahan
makanan, frekuensi pemesanan bahan.
c. Tempat persiapan bahan makanan.
Tempat persiapan digunakan untuk mempersiapkan bahan makanan dan
bumbu meliputi kegiatan membersihkan, mencuci, mengupas, menumbuk,
menggiling, memotong, mengiris, dan lain-lain sebelum bahan makanan
dimasak. Ruang ini hendaknya dekat dengan ruang penyimpanan serta
pemasakan. Ruang harus cukup luas untuk menampung bahan, alat,
pegawai, dan alat transportasi.
d. Tempat pengolahan dan distribusi makanan
Tempat pengolahan makanan ini biasanya dikelompokkan menurut
kelompok makanan yang dimasak. Misalnya makanan biasa dan makanan
khusus. Kemudian makanan biasa dibagi lagi menjadi kelompok nasi,
sayuran lauk pauk dan makanan selingan serta buah.
e. Tempat pencucian dan penyimpanan alat
Pencucian alat masak hendaknya pada tempat khusus yang dilengkapi
dengan sarana air panas. Alat-alat dapur besar dan kecil dibersihkan dan
disimpan diruang khusus, sehingga mudah bagi pengawas untuk
inventarisasi alat.

17
 Fasilitas pencucian peralatan :
1. Terletak terpisah dengan ruang pencucian bahan makanan.
2. Tersedia fasilitas pengering/rak dan penyimpanan sementara yang
bersih.
3. Dilengkapi alat untuk mengatasi sumbatan dan vector.
4. Tersedia air mengalir dalam jumlah cukup dengan tekanan +15 psi
(1,2 kg/cm3).
5. Tersedia sabun dan lap pengering yang bersih.

 Fasilitas Pencucian Alat Makan.


1. Terletak terpisah dengan ruang pencucian bahan makanan dan
peralatan.
2. Tersedia air mengalir dalam jumlah cukup dengan tekanan +15 psi
(1,2 kg/cm3).
3. Tersedia air panas dan alat pembersih seperti sabun, detergen,
sikat.
f. Tempat pembuangan sampah
Diperlukan tempat pembuangan sampah yang cukup untuk menampung
sampah yang dihasilkan dan harus segera dikosongkan begitu sampah
terkumpul.
g. Ruang fasilitas pegawai
Ruang ini adalah ruangan-ruangan yang dibuat untuk tempat ganti pakaian
pegawai, istirahat, ruang makan, kamar mandi dan kamar kecil. Ruangan
ini dapat terpisah dari tempat kerja, tetapi perlu dipertimbangkan agar
dengan tempat kerja tidak terlalu jauh letaknya.
h. Ruang Pengawas

18
Diperlukan ruang untuk pengawas melakukan kegiatannya. Hendaknya
ruang ini terletak cukup baik, sehingga pengawas dapat mengawasi semua
kegiatan di dapur.

2. Pemilihan Bahan Makanan


a. Memilih dan ciri-ciri makanan yang berkualitas
Bahan makanan mentah menjadi rusak dan busuk karena beberapa
penyebab, tetapi yang paling utama adalah kerusakan atau kebusukan karena
mikroba. Mutu dan keamanan suatu produk makanan sangat tergantung pada
mutu dan keamanan bahan bakunya. Dalam pemilihan bahan makanan,
terutama bahan makanan mentah (segar), ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebelum diolah. Hal-hal tersebut adalah: 1) Mutu bahan makanan
yang terkait nilai gizi; 2) Kebutuhan bahan makanan; 3) Kebersihan; dan 4)
Keamanan/bebas dari unsur yang tidak diharapkan. Bahan makanan yang baik
dan berkualitas memiliki ciri-ciri bentuk yang baik dan menarik; ukuran/besar
hampir seragam; warna, aroma dan rasa khas; segar dan tidak rusak atau
berubah warna dan rasa; tidak berlendir.
Setiap jenis bahan makanan memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda.
Pemilihan makanan yang aman untuk dikonsumsi dapat dilakukan dengan
beberapa cara seperti berikut:
1. Pilih makanan dalam keadaan tertutup atau dalam kemasan sehingga
terbebas dari debu, lalat, kecoa dan tikus serta mikroba.
2. Pilih makanan dalam kondisi baik atau sebelum melewati tanggal
kadaluarsa.
3. Amati apakah makanan tersebut berwarna mencolok atau jauh berbeda dari
warna aslinya. Snack, kerupuk, mie, dan es krim yang berwarna terlalu
mencolok ada kemungkinan telah ditambah zat pewarna yang tidak aman.
Demikian juga dengan warna daging sapi olahan yang warnanya tetap
merah, sama dengan daging segarnya.

19
4. Perhatikan juga kualitas makanan tersebut, apakah masih segar, atau sudah
berjamur yang bisa menyebabkan keracunan. Makanan yang sudah
berjamur menandakan proses pengawetan tidak berjalan sempurna, atau
makanan tersebut sudah kadaluarsa.
5. Amati komposisinya. Bacalah dengan teliti adakah kandungan bahan
tambahan makanan yang berbahaya yang bisa merusak kesehatan.
6. Apabila hendak membeli makanan impor, pastikan produk tersebut telah
memiliki ijin edar yang bisa diketahui pada label yang tertera di kemasan.
b. Tanda kerusakan bahan makanan
Berbagai kelompok bahan makanan memiliki tanda-tanda spesifik jika
sudah mengalami kerusakan. Berbagai tanda-tanda kerusakan yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
1. Daging dan produk olahannya
Daging mudah sekali rusak oleh mikroba. Kerusakan pada daging
dapat dikenal karena tanda-tanda sebagai berikut: Adanya perubahan bau
menjadi tengik atau bau busuk, Terbentuknya lender, Adanya perubahan
warna, Adanya perubahan rasa menjadi asam, Tumbuhnya kapang pada
daging kering (dendeng).
2. Ikan dan produk olahannya
Ikan dan produk olahannya rentan sekali rusak oleh serangan
mikroba. Tanda-tanda kerusakan ikan karena mikroba adalah adanya bau
busuk karena gas amonia, sulfida atau senyawa busuk lainnya,
Terbentuknya lendir pada permukaan ikan, adanya perubahan warna yaitu
kulit dan daging ikan menjadi kusam atau pucat, Adanya perubahan
daging ikan yang tidak kenyal lagi, tumbuhnya kapang pada ikan kering.
3. Susu dan produk olahannya
Susu juga termasuk bahan makanan yang mudah rusak oleh
mikroba. Tanda-tanda kerusakan susu adalah: adanya perubahan rasa susu

20
menjadi asam, susu menggumpal, terbentuknya lender, adanya perubahan
bau menjadi tengik, tumbuhnya kapang pada produk olahan susu.
4. Telur dan produk olahannya
Telur utuh yang masih terbungkus kulitnya dapat rusak baik secara
fisik maupun karena pertumbuhan mikroba. Tanda-tanda kerusakan telur
utuh adalah: adanya perubahan fisik seperti penurunan berat karena airnya
menguap, pembesaran kantung telur karena sebagian isi telur berkurang,
timbulnya bintik-bintik berwarna hijau, hitam atau merah karena
tumbuhnya bakteri, tumbuhnya kapang perusak telur, timbulnya bau
busuk.
5. Sayuran dan buah-buahan serta produk olahannya
Sayuran atau buah-buahan dapat menjadi rusak baik secara fisik
maupun oleh serangga atau karena pertumbuhan mikroba. Tanda-tanda
kerusakan sayuran dan buah-buahan serta produk olahannya adalah:
Menjadi memar karena benturan fisik, Menjadi layu karena penguapan air,
Timbulnya noda-noda warna karena spora kapang yang tumbuh pada
permukaannya, Timbulnya bau alkohol atau rasa asam, Menjadi lunak
karena sayuran dan buah-buahan menjadi berair.
6. Biji-bijan, kacang-kacangan dan umbi-umbian
Meskipun sudah dikeringkan, biji-bijian, kacang-kacangan dan
umbi-umbian dapat menjadi rusak jika pengeringannya tidak cukup atau
kondisi penyimpanannya salah, misalnya suhu tinggi atau terlalu lembab.
Tanda kerusakan pada biji-bijian, kacangkacangan dan umbi-umbian
adalah adanya perubahan warna dan timbulnya bintik-bintik berwarna
karena pertumbuhan kapang pada permukaannya.
7. Minyak goreng
Tidak menggunakan minyak goreng daur ulang atau minyak yang
telah digunakan lebih dari dua kali proses penggorengan. Tanda minyak
daur ulang komersial adalah harganya murah, ada kemungkinan sudah

21
diputihkan, dan makanan hasil penggorengannya akan menyebabkan
tenggorokan gatal jika dikonsumsi. Minyak goreng yang lebih dari dua
kali penggorengan biasanya warnanya sudah hitam kecoklatan. Selain itu,
waspadai pula penggunaan bahan plastik oleh penjaja gorengan yang
digunakan untuk meningkatkan kerenyahan gorengan. Tandanya makanan
gorengan tampak tersalut lapisan putih dan gorengan akan tetap renyah
meskipun telah dingin.
8. Saos
Saos yang rendah mutunya dan berisiko tidak aman dicirikan oleh
harga yang amat murah, warna merah yang mencolok, dijual dalam
kemasan tidak bermerek, citarasa yang tidak asli (bukan rasa cabe dan
tomat), dan rasa pahit setelah dikonsumsi.
c. Penggunaan Bahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan Pangan (BTP) merupakan bagian dari bahan baku
pangan, yang ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau
bentuk pangan. BTP yang biasa digunakan untuk makanan antara lain bahan
pengawet, pemanis, pewarna, penyedap rasa dan aroma, bahan antigumpal,
bahan pemucat, anti oksidan dan pengental. Menurut Peraturan Menkes RI
No. 1168/ Menkes/Per /X /1999 pengertian BTP adalah bahan yang biasanya
tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredient
khas makanan mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan
sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk
organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan,
pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk
menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung)
suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut. Pemakaian
BTP dapat dibenarkan apabila memenuhi persyaratan :
1. Dapat mempertahankan kualitas gizi bahan makanan.

22
2. Peningkatan kualitas atau stabilitas simpan sehingga mengurangi
kehilangan bahan pangan.
3. Bagi konsumen yang memerlukan diet khusus mendapatkan bahan
makanan yang dikehendaki.
4. Tidak beraksi dengan bahan
Bahan-bahan kimia yang tidak merupakan komponen alamiah dari
makanan dapat diklasifikasikan sebagai :
1. Additif,
2. Adulterans,
3. Preservatif atau
4. Bahan kontaminans.
Yang dikelompokkan sebagai additif antara lain vitamin, mineral, asam
amino atau bahan faktor pelengkap organik pertumbuhan untuk meningkatkan
nilai makanan produk dasar atau produk yang sudah diproses.
Bahan kimia preservative ditambahkan ke berbagai produk makanan
yang sudah diproses. Bahan kimia ini membantu mengurangi pertumbuhan
mikroorganisme yang menyebabkan kerusakan makanan dan dapat membantu
mempertahankan aroma dan kesegaran makanan. Diantara preservative yang
paling umum digunakan adalah gula dan garam. Preservative kimia lainnya
yang mungkin dapat digunakan untuk menghalangi perkembangan
mikroorganisme perusak makanan tertentu adalah asam asetat, asam
propionate, asam benzoate, asam sorbet dan asam askorbat.

3. Penyimpanan Bahan Makanan


Cara penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata,
menyimpan, memelihara keamanan makanan (kering atau basah), baik kualitas
maupun kuantitas (termasuk standar mutu gizi) pada tempat yang sesuai dengan
karakteristik bahan makananya. Bahan makanan harus segera disimpan di ruang
penyimpanan, gudang atau ruang pendingin setelah bahan makanan yang

23
memenuhi syarat diterima. Apabila bahan makanan langsung akan digunakan,
maka bahan makan tersebut harus ditimbang dan dicek/diawasi oleh bagian
penyimpanan bahan makanan setempat kemudian langsung dibawa ke ruang
persiapan pengolahan/pemasakan makanan. Ruang penyimpanan memiliki peran
yang sangat penting untuk menjaga kondisi kualitas dan keamanan makanan
bahan makanan tetap terjaga. Oleh karena itu instalasi gizi atau unit gizi, harus
mempunyai ruang penyimpanan untuk bahan makanan kering (gudang bahan
makanan) dan ruang pendingin, serta ruang pembeku (freezer). Luasan dan
bentuknya ruang penyimpanan disesuaikan menurut besar kecilnya rumah
makan/restoran/ jasa boga. Penyimpanan bahan makanan dapat berjalan dengan
baik jika sudah memiliki/memenuhi prasyarat penyimpanan yaitu :
 Adanya sistem penyimpanan makanan.
 Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan.
 Tersedia buku catatan untuk keluar masuknya bahan makanan.
Secara umum tempat penyimpanan harus memenuhi persyaratan-
persyaratan sebagai berikut :

a. Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari kemungkinan


kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya maupun
bahan berbahaya.
b. Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan first
expired first out (FEFO) yaitu bahan makanan yang disimpan terlebih dahulu
dan yang mendekati masa kadaluarsa dimanfaatkan/digunakan lebih dahulu.
c. Tempat atau wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan makanan
contohnya bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam lemari pendingin
dan bahan makanan kering disimpan ditempat yang kering dan tidak lembab.
d. Ketebalan dan bahan padat tidak lebih dari 10 cm
e. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan : 80% – 90%
f. Penyimpanan bahan makanan olahan pabrik

24
g. Makanan dalam kemasan tertutup disimpan pada suhu +10oC.
h. Penyimpanan bahan makanan harus memperhatikan suhu sebagai berikut :
Tabel 2 Suhu dan lama penyimpanan bahan mentah dan bahan segar
No Jenis bahan Lama waktu Penyimpanan
Makanan < 3 hari < = 1 > 1 minggu
minggu
1 Daging ,ikan , udang -5-0° -10- - 50° <-10 °
,dan hasil olahan
C C C
2 Telur ,buah , dan 5- 7° -5 - 0° <-5°
hasil olahan nya
C C C
3 Sayur ,buah dan biji- 10° 10 ° 10 °
bijan
C C C
4 Tepung dan biji- 25° 25° 25°
bijian
C C C

i. Tidak menempel pada lantai, dinding atau langit-langit dengan ketentuan


sebagai berikut :
• Jarak bahan makanan dengan lantai : 15 cm.
• Jarak bahan makanan dengan dinding : 5 cm.
• Jarak bahan makanan dengan langit-langit : 60 cm.
Berikut syarat-syarat penyimpanan bahan makanan berdasarkan jenis bahan
makanannya :

1. Penyimpanan bahan makanan kering


a. Bahan makanan harus ditempatkan secara teratur menurut macam
golongan ataupun urutan pemakaian bahan makanan.

25
b. Menggunakan bahan makanan yang diterima terlebih dahulu (FIFO =
First In First Out). Untuk mengetahui bahan makanan yang diterima
diberi tanggal penerimaan.
c. Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan serta berbagai pembukuan
di bagian penyimpanan bahan makanan ini, termasuk kartu stok bahan
makanan harus segera diisi tanpa ditunda, letakan pada tempatnya,
diperiksa dan diteliti secara kontinyu.
d. Kartu atau buku penerimaan, stok dan pengeluaran bahan makanan,
harus segera di isi dan diletakan pada tempatnya.
e. Gudang dibuka pada waktu yang telah ditentukan.
f. Semua bahan makanan ditempatkan dalam tempat tertutup, terbungkus
rapat dan tidak berlobang. Diletakan di atas rak bertingkat yang cukup
kuat dan tidak menempel pada dinding.
g. Pintu harus terkunci pada saat tidak ada kegiatan serta dibuka pada
waktu-waktu yang ditentukan. Pegawai yang keluar masuk gudang juga
hanya pegawai yang ditentukan.
h. Suhu ruangan harus kering hendaknya berkisar antara 19 – 21°C.
i. Pembersihan ruangan secara periodik 2 kali seminggu.
j. Penyemprotan ruangan dengan insektisida hendaknya dilakukan secara
periodik dengan mempertimbangkan keadaan ruangan.
k. Semua lubang yang ada di gudang harus berkasa, serta bila terjadi
perusakan oleh binatang pengerat, harus segera diperbaiki.
2. Penyimpannan bahan makanan segar
a. Suhu tempat harus betul-betul sesuai dengan keperluan bahan
makanan, agar tidak menjadi rusak.
b. Pengecekan terhadap suhu dilakukan dua kali sehari dan pembersihan
lemari es/ruangan pendingin dilakukan setiap hari.

26
c. Pencairan es pada lemari es harus segera dilakukan setelah terjadi
pengerasan. Pada berbagai tipe lemari es tertentu pencairan terdapat
alat otomatis di dalam alat pendingin tersebut.
d. Semua bahan yang akan dimasukan ke lemari/ruang pendingin
sebaiknya dibungkus plastik atau kertas timah.
e. Tidak menempatkan bahan makanan yang berbau keras bersama
bahan makanan yang tidak berbau.
f. Khusus untuk sayuran, suhu penyimpanan harus betul-betul
diperhatikan. Untuk buah-buahan, ada yang tidak memerlukan
pendingin. Perhatikan sifat buah tersebut sebelum dimasukan ke
dalam ruang/lemari pendingin.

4. Pengolahan Makanan
Cara pengolahan makanan yang baik dan benar dapat menjaga mutu dan
keamanan hasil olahan makanan. Sedangkan cara pengolahan yang salah dapat
menyebabkan kandungan gizi dalam makanan hilang secara berlebihan. Secara
alamiah beberapa jenis vitamin (B dan C) rentan rusak akibat pemanasan. Bahan
makanan yang langsung terkena air rebusan akan menurun nilai gizinya terutama
vitaminvitamin larut air (B kompleks dan C), sedangkan vitamin larut lemak
(ADEK) kurang terpengaruh. Makanan menjadi tidak aman dikonsumsi jika
dalam pengolahannya ditambahkan BTP yang melampaui batas yang
diperbolehkan sehingga berbahaya bagi kesehatan. Pengolahan makan yang baik
adalah pengolahan makanan yang mengikuti kaidah prinsip-prinsip higiene dan
sanitasi atau cara produksi makanan yang baik yaitu :
a. Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi persyaratan teknis
higiene sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap makanan dan
dapat mencegah masuknya lalat, kecoa, tikus dan hewan lainnya. Menu
disusun dengan memperhatikan: Pemesanan dari konsumen, Ketersediaan
bahan, jenis dan jumlahnya, Keragaman variasi dari setiap menu, Proses dan

27
lama waktu pengolahannya, Keahlian dalam mengolah makanan dari menu
terkait.
b. Pemilihan bahan (sortir) untuk memisahkan/membuang bagian bahan yang
rusak/afkir dan untuk menjaga mutu dan keawetan makanan serta mengurangi
risiko pencemaran makanan.
c. Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan pengolahan dan prioritas dalam
memasak harus dilakukan sesuai tahapan dan harus higienis dan semua bahan
yang siap dimasak harus dicuci dengan air mengalir.
d. Peralatan
1. Peralatan yang kontak dengan makanan
• Peralatan masak dan peralatan makan harus terbuat dari bahan tara
makanan (food grade) yaitu peralatan yang aman dan tidak berbahaya
bagi kesehatan.
• Lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam/basa atau
garam yang lazim terdapat dalam makanan dan tidak mengeluarkan
bahan berbahaya dan logam berat beracun seperti Timah Hitam (Pb),
Arsenikum (As), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd), Antimon
(Stibium) dan lainlain.
• Talenan terbuat dari bahan selain kayu, kuat dan tidak melepas bahan
beracun.
• Perlengkapan pengolahan seperti kompor, tabung gas, lampu,kipas
angin harus bersih, kuat dan berfungsi dengan baik, tidak menjadi
sumber pencemaran dan tidak menyebabkan sumber bencana
(kecelakaan).
• Peralatan bersih yang siap pakai tidak boleh dipegang di bagian yang
kontak langsung dengan makanan atau yang menempel di mulut.
• Kebersihan alat artinya tidak boleh mengandung Eschericia coli dan
kuman lainnya.

28
• Keadaan peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak, tidak gompal
dan mudah dibersihkan.
2. Wadah penyimpanan makanan
• Wadah yang digunakan harus mempunyai tutup yang dapat menutup
sempurna dan dapat mengeluarkan udara panas dari makanan untuk
mencegah pengembunan (kondensasi).
• Terpisah untuk setiap jenis makanan, makanan jadi/masak serta
makanan basah dan kering.
e. Persiapan pengolahan harus dilakukan dengan menyiapkan semua peralatan
yang akan digunakan dan bahan makanan yang akan diolah sesuai urutan
prioritas.
f. Pengaturan suhu dan waktu perlu diperhatikan karena setiap bahan makanan
mempunyai waktu kematangan yang berbeda. Suhu pengolahan minimal
900C agar kuman patogen mati dan tidak boleh terlalu lama agar kandungan
zat gizi tidak hilang akibat penguapan.
g. Prioritas dalam memasak
 Dahulukan memasak makanan yang tahan lama seperti goring-gorengan
yang kering.
 Makanan rawan seperti makanan berkuah dimasak paling akhir.
 Simpan bahan makanan yang belum waktunya dimasak di kulkas/lemari
es.
 Simpan makanan jadi/masak yang belum waktunya dihidangkan dalam
keadaan panas.
 Perhatikan uap makanan jangan sampai masuk ke dalam makanan karena
akan menyebabkan kontaminasi ulang.
 Tidak menjamah makanan jadi/masak dengan tangan tetapi harus
menggunakan alat seperti penjepit atau sendok.
 Mencicipi makanan menggunakan sendok khusus yang selalu dicuci.

29
h. Higiene penanganan makanan
 Memperlakukan makanan secara hati-hati dan seksama sesuai dengan
prinsip higiene sanitasi makanan.
 Menempatkan makanan dalam wadah tertutup dan menghindari
penempatan makanan terbuka dengan tumpang tindih karena akan
mengotori makanan dalam wadah di bawahnya.

5. Penyimpanan Makanan Masak


a. Makanan tidak rusak, tidak busuk atau basi yang ditandai dari rasa, bau,
berlendir, berubah warna, berjamur, berubah aroma atau adanya cemaran lain.
b. Memenuhi persyaratan bakteriologis berdasarkan ketentuan yang berlaku.
 Angka kuman E. coli pada makanan harus 0/gr contoh makanan.
 Angka kuman E. coli pada minuman harus 0/gr contoh minuman.
 Jumlah kandungan logam berat atau residu pestisida, tidak boleh melebihi
ambang batas yang diperkenankan menurut ketentutan yang berlaku.
 Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan
first expired first out (FIFO) yaitu makanan yang disimpan terlebih dahulu
dan yang mendekati masa kadaluarsa harus dikonsumsi lebih dahulu.
 Tempat atau wadah penyimpanan harus terpisah untuk setiap jenis
makanan jadi dan mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna tetapi
berventilasi yang dapat mengeluarkan uap air.
 Makanan jadi tidak dicampur dengan bahan makanan mentah.
 Penyimpanan makanan harus memperhatikan suhu.

30
6. Pengangkutan Makanan
Makanan masak sangat disukai oleh bakteri karena cocok untuk
berkembangnya bakteri. Oleh karena itu cara penyimpanan dan pengangkutannya
harus meperhatikan wadah penyimpanan makanan masak (setiap makanan masak
memiliki wadah yang terpisah, pemisahan didasarkan pada jenis makanan dan
setiap wadah harus memiliki tutup tetapi tetap berventilasi serta alat
pengangkutan yang khusus.
a. Pengangkutan bahan makanan
 Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3)
 Menggunakan kendaraaan khusus mengangkut bahan makanan yang
higienis
 Bahan makanan tidak boleh diinjak, dibanting, dan diduduki
 Bahan makanan yang selama pengangkutan harus selalu dalam keadaan
dingin, diangkut dengan menggunakan alat pendingin sehingga bahan
makanan tidak rusak seperti daging, susu cair dan sebagainya
b. Pengangkutan makanan jadi / masak/siap santap.
 Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3)
 Menggunakan kendaraaan khusus mengangkut bahan makanan yang
higienis
 Setiap jenis makanan jadi mempunyai wadah masing-masing dan
bertutup. Hindari perlakuan makanan yang ditumpuk , diduduki, diinjak,
dan dibanting.
 Wadah harus utuh , kuat, tidak karat dan ukurnnya memadai dengan
jumlah makanan yang akan ditempatkan . Wadah tidak dibuka tutup
selama perjalanan
 Pengangkutan untuk waktu lama, suhu harus diperhatikan dan diatur agar
makanan tetap panas pada suhu 600C atau tetap dingin pada suhu 400C.

31
7. Penyajian Makanan
Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan makanan.
Makanan yng disajikan adalah makanan yang siap dan laik santap. Hal–hal yang
perlu diperhatikan pada tahap penyajian makanan antara
lain sebagai berikut :
a. Tempat penyajian
Perhatikan jarak dan waktu tempuh dari tempat pengolahan makanan
ketempat penyajian serta hambatan yang mungkin terjadi selama
pengangkutan karena akan mempengaruhi kondisi penyajian. Hambatan di
luar dugaan sangat mempengaruhi keterlambatan
penyajian.
b. Prinsip penyajian makanan
 Prinsip pewadahan yaitu setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah
yang terpisah dan memiliki tutup untuk mencegah terjadinya kontaminasi
silang
 Prinsip kadar air yaitu makanan yang mengandung kadar air tinggi baru
dicampur menjelang penyajian untuk menghindari makanan cepat basi
 Prinsip edible part yaitu setiap bahan yang disajikan merupakan bahan
yang dapat dimakan, hal ini bertujuan untuk menghindari kecelakaan salah
makan
 Pemisah yaitu makanan yang disajikan dalam dus harus dipisah satu sama
lain
 Prinsip panas yaitu penyajian makanan yang harus disajikan dalam
keadaan panas, hal ini bertujuan untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan
meningkatkan selera makan. Panas yaitu makanan yang harus disajikan
panas diusahakan tetapdalam keadaan panas dengan memperhatikan suhu
makanan, sebelum ditempatkan dalam alat saji panas (food warmer/bean
merry) makanan harus berada pada suhu > 600C.

32
 Prinsip bersih yaitu setiap peralatan/wadah yang digunakan harus higienis,
utuh, tidak cacat atau rusak.
 handling yaitu setiap penanganan makanan tidak boleh kontak langsung
dengan anggota tubuh.
 Prinsip tepat penyajian disesuaikan dengan kelas pelayanan dan
kebutuhan. Tepat penyajian yaitu tepat menu, tepat waktu, tepat tata
hidang dan tepat volume (sesuai jumlah).

33
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari/Tanggal : Kamis, 06 Oktober 2016

Tempat : Rumah Sakit Umum Daerah Ansari Saleh Banjarmasin

B. Instrument yang digunakan


Adapun Instrument yang digunakan yaitu :
1. Alat tulis
2. Kuisioner Penilaian
3. Sound Level Meter
4. Digital Instrument
5. Lux Meter
6. Sling Psychrometer
7. Termometer
8. Kamera

C. Jenis Kegiatan
Observasi atau pengamatan secara langsung terhadap instalasi gizi dan sanitasi
yang berda di RSUD Ansari Saleh.

D. Uraian Kegiatan
1. Sambutan yang dilakukan pihak RSUD Ansari Saleh kepada mahasiswa
Poltekkes Kemenkes Banjarmasin jurusan Kesehatan Lingkungan
2. Pemberian materi tentang progam kerja masing-masing instalasi di RSUD Ansari
Saleh

34
3. Pembagian kelompok
4. Tanya jawab kepada masing-masing pengurus instalasi Gizi dan Sanitasi
5. Pengukuran Parameter lapangan di instalasi gizi dan Sanitasi

35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1) Gambaran Umum RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh
a. Keadaan Umum RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh

Gambar 4.1 Lay out Lokasi Rumah Sakit


LUAS LAHAN RS. ANSARI SALEH : 86.240 M²
TITIK KOORDINAT :
* Garis Lintang Selatan : 03° 16’ 41, 1”
• * Bujur Timur : 114° 35’ 21, 3”

1) Sejarah
Sebelum rumah sakit menempati bangunan baru di jalan Brigjen
H.Hasan Basry Banjarmasin, maka rumah sakit ini terlebih dahulu
menempati di jalan Letjen R.Soeprapto no. 41 Banjarmasin. Rumah sakit
Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin yang merupakan peninggalan

36
pemerintah Belanda yang pernah menjajah negri ini selama 3,5 abad dan
perkirakan dibangun sekitar tahun 1926 diatas tanah seluas 7,4 – 65 m2
yang mula-mula hanya digunakan sebagai rumah sakit umum, waktu itu
penduduk kurang lebih 50.000 orang.
Kemudian setelah pecah perang dunia II sewaktu pengambilan
alihan kekuasaan dari pemerintah Belanda kepala pemerintah Jepang.
Rumah sakit ini oleh pemerintah Jepang di bubarkan dan para pasien
mental dipulangkan ke keluarga masing – masing dan sebagian
dipindahkan ke Rumah Sakit Kota Baru (Pulau Laut) Kalimantan Selatan.
Begitu pula Rumah Sakit Umum Daerah Ulin, sedang gedung lama
tesrebut tentara Jepang dipergunakan sebagai mess pertahanan dan segala
macam kegiatan militernya di daerah ini setelah perang dunia II, maka
gedung tersebut dijadikan perawatan orang sakit jiwa yang menampung
penderita berasal dari daerah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Setelah revolusi kemerdekaan bagi pemerintah Indonesia (17
Agustus 1945), rumah sakit jiwa ini mulai berfungsi sebagai rumah sakit
jiwa walaupun dengan segala keterbatasan, baik fasilitas peralatan, obat–
obatan, tenaga medis dan paramedis, tenaga rumah tangga, tenaga
administrasi dan kepegawaian masih dikerjakan oleh inspektur kesehatan
provinsi kalimatan Selatan. Tempat perawatan orang sakit jiwa pada
waktu itu masih berstatus otonom yang dipimpinnya dirangkap oleh
inspektur kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Setelah itu, rumah sakit
ini diserah terimakan oleh inspektur kesehatan statusnya kepada
Kepemerintahan kesehatan (DepKes) yang pada itu ditandatangani
langsung oleh jawatan rumah sakit iwa tersebut diubah menjadi Rumah
Sakit Perawatan Sakit Jiwa Banjarmasin sejak tahun 1952 dengan
kapasitas 100 tempat tidur.
Sekarang Rumah sakit Jiwa Banjarmasin berganti nama menjadi
Rumah Sakit Dr.H.Moch Anshari Saleh yang bertempat di jalan Brigjen

37
H.Hasan Basry dan dibangun sejak tahun 1980 di atas seluas 88.09832
m2. Adapun operasi kegiatannya mulai sejak tanggal 22 Juli 1985 dan
diresmikan pemakaian nya oleh Bapak Menteri Republik Indonesia Dr.
Soewardjo Soerjaningrat pada tanggal 3 September 1985.

Tahun 2002, Rumah Sakit Jiwa Banjarmasin (RSAS) sedang dalam proses
penatapan kelas Rumahy Sakit Jiwa kelas B menjadi kelas A, tahun 2001
diberlakukan otonomi daerah. RSAS diserahkan ke Pemerintah Daerah.
Pemprov Kalsel mengusulkan melalui surat Gubernur Kalimantan Selatan
Nomor : 061/00611/ORG, tanggal 30 april 2001, perihal usulan konversi
dari RS Jiwa Banjarmasin kelas B non pendidikan.
2) Struktur Organisasi

3) Tugas dan Fungsi


Tugas dan fungsi seperti dalam perda no 18 Tahun 2001 adalah
sebagai berikut adalah menyelenggarakan dan melaksankan pelayanan,
pencegahan, pemulihan dan rehabilitas dibidang kesehatan jiwa dan
kesehatan umum lainnya.sedangkan fungsi rumah sakit sesuai dengan pasal
5 Perda no.18 tahun 2001.

38
a) Pelaksanaan usaha pelayanan kesehatan jiwa dan pencegahan
b) Pelaksanaan dan usaha kesehatan jiwa dan pemulihan
c) Pelaksanaan usaha dan pelayanan kesehatan jiwa rehabilitasi
d) Pelaksanaan kesehatan jiwa kemasyarakatan
e) Pelaksanaan sistem rujukan (system referal)
f) Pelaksanaan pelayanan kesehatan umum lainnya
g) Pelaksanaan kegiatan pendidikan riset dan penelitian

4) Visi, Misi, dan Motto


a) Visi
“Pelayanan gizi yang bermutu dan berkualitas untuk mewujudkan
pelayanan yang terbaik”
- Misi
Meningkatkan dan mengemebangkan kualitas pelayanan dan
sumber daya manusia
- Meningkatkan dan mengembangkan sarana dan prasarana rumah
sakit
- Menyelenggarakan system informasi manajemen rumah sakit
efektif dan efesien
- Menjadikan pusat pelayanan kesehatan umum dengan unggulan
kebidanan, penyakit dalam dan jiwa
b) Motto
Anda Puas,Kami Bangga
Profesional, Utamakan Pelanggan, Agamis, Sejahtera
5) Pelayanan penunjang
Pelayanan penungjang berupa :
a) Instalasi labolatorium Klinik/IPA
b) Instalasi Farmasi

39
c) Instalasi pendidikan dan pelatihan
d) Instalasi Gizi
e) Instalasi radiologi
f) Instalasi Pemusaran Jenazah
g) Instalsi pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)

6) Sarana dan Prasarana


Fasilitas Rawat Inap dan Kapasitas Tempat Tidur di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2015
Kapasitas Tempat Tidur Jumlah
No
Rawat Inap Tempat
. VIP Kls 1 Kls II Kls III Isolasi Tidur

1. Alexandri 0 8 10 14 14 35
(Anak)

2. Emerald (VIP) 19 0 0 0 0 19

3. Kumala 0 8 4 16 16 30
(Bedah)

4. Mutiara 0 2 9 11 11 22
(Kadungan)

5. Merah Delima 0 0 0 0 0 15
(Bayi)

6. Nilam (Peny 0 12 6 13 13 33
Dalam)

7. Yakult (Jiwa lk- 0 2 6 22 22 30

40
lk)

8. Giok (Jiwa 0 0 4 18 18 22
Wanita)

9. Berlian 0 6 12 6 6 24

10. ICU dan PICU 0 0 0 0 0 7

11. Safir 0 4 4 6 6 14

12. Jamrud 0 0 0 19 19 19

Jumlah 19 42 55 125 125 270

Keterangan : *adalah tempat tidur khusus


Berdasarkan tabel di atas tersebut untuk fasiltas rawat inap tersedia
270 tempat tidur yang tedistribusi di beberapa kelas yaitu : VIP, Kelas 1,
Kelas II, Kelas III, Isolasi, dan Tempat Tidur Khusus, sehingga tempt tidur
yang tersedia telah melbihi batas minimal untuk rumah sakit tipe B adalah
sebesar 200 tempat tidur. Proporsi yang tempat tidur yang terbearr terdapat
di Kelas III yaitu sebesar 46 % (125 buah), sehingga bila berdasarkan
persyaratan untuk rumah sakit tipe B non pendidikan proporsi untuk tempat
tidur Kelas III harus tidak boleh kurang dari 40 % sudah memenuhi syarat.

2. Gambaran Umum Instalasi Sanitasi RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh


a. Latar Belakang
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
sebagai sarana pelayanan kesehatan untuk masyarakat umum, merupakan
tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat yang memungkinkan
terjadinya pencemaran terhadap lingkungan, gangguan kesehatan, dan atau

41
dapat menjadi penyebab penularan penyakit. Upaya penyehatan lingkungan
rumah sakit merupakan upaya kesehatan promotif dan preventif yang
menunjang upaya kesehatan kuratif dan rehabilitatif.
Instalasi Sanitasi adalah unit kerja fungsional yang mengupayakan
terciptanya kesehatan lingkungan dan sanitasi rumah sakit yang memenuhi
persyaratan standar yang ditetapkan, yang bertanggung jawab langsung
kepada Direktur melalui Wakil Direktur Penunjang.
Instalasi Sanitasi dibentuk seiring dengan pembentukaan SOTK baru
RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin pada tahun 2009. Kegiatan di
Instalasi ini sebelumnya berintegrasi di Instalasi Pemeliharaan
Sarana/Prasarana Rumah Sakit dan Kesehatan lingkungan.
b. Visi dan Misi
Visi Instalasi Sanitasi adalah menjadi satuan kerja yang mampu
menciptakan kesehatan lingkungan dan sanitasi rumah sakit yang memenuhi
persyaratan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1204/Menkes/X/2004 agar terciptanya pelayanan prima
Misi Instalasi Sanitasi:
1) Meningkatkan mutu kesehatan lingkungan dan sanitasi rumah sakit
dengan upaya pengelolaan dan pemantauan secara efektif dan efisien.
2) Meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia
(Sanitarian)
3) Meningkatkan dan pengembangkan sarana dan prasarana penyehatan
lingkungan
c. Tugas Pokok dan Fungsi
1) Tugas Pokok Instalasi Sanitasi
Menyelenggarakan kegiatan penyehatan lingkungan rumah sakit dan
lingkungan hidup secara menyeluruh
2) Fungsi Instalasi Sanitasi

42
Melakukan kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan dan sanitasi
rumah sakit, yang meliputi kegiatan penyehatan ruang & bangunan,
pengelolaan hygiene sanitasi makanan & minuman, penyehatan air bersih,
pengelolaan sampah, pengelolaan air limbah, pengelolaan linen & laundry
serta pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu.
3) Uraian Tugas
a) Menyusun program kerja tahunan dan anggaran biaya kegiatan
penyehatan lingkungan
b) Menyusun rencana kegiatan bulanan kegiatan penyehatan lingkungan
c) Menyusun laporan bulanan, triwulan dan tahunan kegiatan penyehatan
lingkungan
d) Menyusun evaluasi dan saran tindak lanjut kegiatan penyehatan
lingkungan
e) Menyusun protap/revisi protap kegiatan penyehatan lingkungan
f) Melaksanakan tugas tambahanan yang diberikan oleh atasan
d. Tenaga dan Prasarana Instalasi Sanitasi
1) Jumlah Tenaga Sanitarian
No Nama NIP Gol Pendidikan
Ahmad Yunizar, 19690626 199303 1
1 III d SI
SKM 006
19620802 198301 1
2 Agus Ihwani III d DI
001
Rayana Sari, 19730916 200501 2
3 III b SI
SKM 010
19771024 200501 1
4 Suriani, AMKL III a D III
004

2) Jumlah Tenaga Lapangan

43
No Nama NIP Gol Pendidikan
19680412 200901
1 Mulyadi Id SMA
1 004
Ahmad
2 - - SMA
Soeberry
3 Said M. Rifani - - SMA
4 Sahibullah - - SMA
3) Sarana/Prasarana
NO URAIAN BANYAKNY KONDISI KETERANGA
A N
1 Ruang 1 ruangan Cukup
Instalasi baik
Sanitasi
2 Instalasi 1 unit kapasitas Baik Kapasitas
Pengolahan 50 m3 terpasang 20
Air Limbah m3/jam (rg.
(IPAL) Laundry dan
Inst. Gizi)
3 Incenerator 1 unit kapasitas Kurang
1 m3 baik
1 unit kapasitas Baru
2 m3
4 Mini fogging 1 unit Rusak
5 Fogging Besar 1 unit Baik
6 Tempat 1 unit Cukup
penampungan baik
sampah B3
(TPSLB3)

44
7 Gerobak
Sampah : 1 unit kapasitas Cukup P = 40 cm, l =
- Medis 0,2 m3 baik 50 cm, t = 95
cm

- Non Medis 1 unit kapasitas Cukup P = 110 cm, l =


0,748 m3 baik 80 cm, t = 85
cm

8 Alat Pelindung Bahan habis


Diri (APD) pakai
- Goggle
- sarung
tangan
- sepatu bot
- masker
- wearpack

Alat kerja
administrasi : 6 buah Cukup
- Meja 10 buah baik
- Kursi 3 buah Cukup
- Lemari 2 buah baik
- Loker tanpa 1 buah Cukup
tutup 1 buah baik
- Rak TV 1 buah rusak
- Kalkulator 2 buah Baik
- Dispenser 1 buah rusak

45
- AC Baik
-Membatas Baik
ruangan Baik

e. Dokumen Lingkungan
Dokumen pendukung kegiatan PROPER (Program Peringkat Kinerja
Perusahaan) dalam pengelolaan lingkungan hidup KeMenLH :
1) Dokumen AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
2) Dokumen UKL UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan)
3) Dokumen IPL (Ijin Pembuangan Limbah)
4) Dokumen ijin TPSLB3 (Tempat Penampungan Sampah Sementara
Limbah Bahan Berbahaya Beracun)

46
3. Gambaran Khusus Instalasi Sanitasi RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran di ruang Insinerator
No Parameter Alat Satuan Hasil

1. Kebisingan Sound level dbA 83, 26


Meter
o
2. Suhu Digital C 32
Instrument

3. Kelembaban Digital Persen (%) -


Instrument

4. Kecepatan Angin Digital m/dtk -


Instrument

5. Debu Kanomax µgr/m3 0,2

6. Pencahayaan Lux Meter Lux -

7. Iklim Kerja

 Suhu basah  29 oC  29 oC
(tb)  33 oC  33 oC
 Suhu kering  36 oC  36 oC
(ta)
 Suhu radiasi
(tg)
 ISBS
8. Luas Ruangan Meteran

 Panjang  Meter (m)  7


 Lebar  Meter (m)  6
 Tinggi  Meter (m)  5

Hasil Kuisioner (Terlampir)

47
4. Gambaran Khusus Instalasi Gizi RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh
a. Indentifikasi Bahaya Ruangan Instalasi Gizi
Tabel Analisis Identifikasi Risiko Pada Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum
Ansari Saleh
Tahapan Risiko/Bahaya
N Tem
3Kegiata Permasal Pencegahan
o pat
n ahan Fisik Kimia Biologis

1 Rua Penyortira - Bahan - Tertimp - Terko - Terjadi - Penyortiran dan


ng n bahan mentah a Bahan ntamin kontamin penerimaan
Pene bahan berasal makana asi asi jamur, sesuai
rima mentah dari n pestisi kapang, spesifikasi
an makanan lelang - Menyeb da parasit - Penggunaan
baha sehingga abkan dan APD dan sikap
n tidak luka serangga hati hati dalam
ment dapat pada pada memperlakuka
ah dipastikan proses bahan n bahan
sumber penerim makanan makanan.
bahan aan
mentah. bahan
- mentah.

2 Rua Bahan - Lantai - Terpapa - Pengg - Terjadi - Menggunakan


ng makanan yang r panas unaan kontamin alat memasak
peng yang licin pada BTM asi silang yang tidak
olah sudah sehingga saat (Baha antara berbahaya dan
an disortir di memung pengola n peralatan tidak
dan olah dan kinkan han Tamba dan bahan menimbulkan
pem dimasak pekerja makana han makanan bahaya seperti
asak sesuai terjatuh n (ex : Makan pada paparan panas
an kebutuhan dan proses an proses - Menggunakan
baha tergelinci penggor Berba memasak pentup rambut
n r. engan haya apabila pada penjamah
mak dan ) yang tidak makanan serta
anan pemang berlebi diterapka tidak
gangan han m nnya menggunakan
) dapat prinsip perhiasan yang
- Tercam menye hygiene dapat
purnya babka dan memungkinkan
seperti n sanitasi. tercampurnya
rambut bahay pada makanan.
dan a pada - Penggunaan
benda pasien BTM
fisik . yangsepatutnya
lainnya atau sesuai
pada dosis.
saat - Menggunakan
pengola peralatan yang

48
han bersih dan tidak
makana berbahaya.
n
seperti
cincin
dan
gelang.
3 Rua Makanan - Terdapat - Penggu - Pengg - Makanan - Menggunakan
ng yang lalat pada naan unaan yang peralatan yang
persi sudah tempat peralata bahan sudah tidak terbuat
apan matang penyajia n yang tempat terlanjur dari plastik dan
peny disiapkan n berbaha makan dingin menggantinya
ajian untuk ya an dapat dari kaca dan
disajikan seperti seperti menyeba utuh serta
pada piring sterofo bkan mudah
pasien yang am berkemba dibersihkan.
terdapat dapat ngbiakny - Menyajikan
pecahan mengk a bakteri makanan
dapat ontas dan jamur hendaknya
menyeb minasi pada masih dalam
abkan makan makanan keadaan hangat
luka an dan - Makanan dan tidak
menye yang melebihi dari 4
babka disajikan jam
n dapat
kanker dihinggap
i lalat
apabila
tidak
tertutup
rapi.
4 Rua Ruang - Penempa - Terdapa - Adanya - Memberikan
ng penyimpa tan bahan tnya seperti tempat yang
snac nan snack, yang makana vektor rapat tikus atau
k susu kurang n dan penggang tidak terdapat
,susu teratur susu gu seperti lubang pada
dan dan yang tikus dan bangunan.
lain- kurang rusak kecoa - Mensortir
lain rapi seperti makanan
kotakny seperti susu dan
a dan snack yang
isinya terdaftar dibala
BPOM dan
sesuai tanggal
kadaluarsanya.
5 Rua - Makana - Masih - Dapat - Terjadiny - Memberikan
ng n yang adanya tersan a tutup pada saat
deliv sudah terlihat dung kontamin ingin
ery siap vektor dan asi mengantar
disajika yaitu terjatu makanan makanan.
n akan lalat. h saat pada saat

49
diantar ingin pengantar
pada menga an seperti
pasien ntar bakteri
sesuai makan apabila
data dan an tidak
menu menggun
makana akan
n yang tutup.
disusulk -
an.

b. Hasil Pengukuran Keadaan Lingkungan Instalasi Gizi

No Parameter Alat Satuan Hasil Satandar


Sound
1 Kebisingan Level dBA
72,65 85
Meter
Digital O
2 Suhu C 32
Instrumen
Digital Persen
3 Kelembapan
Instrumen % 67 40-60
Kecepatan Digital
4 m/dt 0
Angin Instrumen
5 Debu Kanomax Mgr/m3 0

6 Pencahayaan Lux Meter

O
Iklim Kerja C 28
a. Suhu
O
Basah C 32
b. Suhu
7
Kering
O
c. Suhu C 35
Radiasi
d. ISBB
O
C 30,1

50
Kerja
ringan
30,6

2.433.50
m2
Meter
Luas Ruangan Luas
(m)
a. Panjang bangunan
8 Meteran Meter
b. Lebar tergabun
(m)
c. Tinggi g dengan
Meter
instalasi
(m)
sanitasi

B. Pembahasan
1. Instalasi Sanitasi RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin.
Rumah sakit merupakan suatu institusi yang fungsi utamanya
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Depkes RI, 2009). Rumah
sakit sebagai instansi pelayanan kesehatan yang berhubungan langsung
dengan pasien harus mengutamakan pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu , anti diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan
pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit (Undang-Undang
tentang Kesehatan dan Rumah Sakit Pasal 29b UU No.44 /2009).
lingkungan rumah sakit dimungkinkan terjadinya kontak antara tiga
komponen (pasien, petugas, dan masyarakat) dalam lingkungan rumah sakit dan
benda-benda/alat-alat yang dipergunakan untuk proses penyembuhan, perawatan
dan pemulihan penderita. Hubungan tersebut bersifat kontak terus menerus yang
memungkinkan terjadinya infeksi silang pasien yang menderita penyakit tertentu
kepada petugas rumah sakit dan pengunjung rumah sakit yang sehat. Akan tetapi
mungkin juga berfungsi sebagai carier kepada pasien, petugas dan pengunjung
(Dinata, 2008).
Aspek keselamatan yang ada di rumah sakit

51
1 . keselamatan pasien ( patient safety),
2 . keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
3. keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit keselamatan lingkungan
(green productivity)
4. keselamatan ”bisnis” rumah sakit
Dalam Praktik lapangan ini kami melakukan observasi mengenai sistem
manajemen k3 rumah sakit di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh dengan berfokus
pada permaslahan k3 RS dan Instalasi Sanitasi
1. Sistem Manajemen k3 RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh
a. Penerapan Komitmen dan Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) di Rumah Sakit
Rumah Sakit Anshari Saleh sudah mempunyai organisasi K3, kebijakan
yang sudah ditangani pengurusnya, penyediaan sarana, dan personil yang
berkompeten. RS anshari saleh juga telah membangun dan memelihara
kesadaran, motivasi dan keterlibatan seluruh pihak dirumah sakit untuk mencapai
tujuan RS.
Penerapan kebijakan K3 dirumah sakit ansari saleh berfokus kepada seluruh
instalasi yang ada di rumah sakit. Rumah sakit ansari saleh juga membangun dan
memelihara kesdaran,motivasi dan keterlibatan seluruh pihak yanga ada di rumah
sakit,terbukti dari pengamatan instalasi sanitasi dan instalasi gizi para pengurus
dan pengeloa masing-masing instalasi menggunakan alat pelindung diri yang
sesuai dan sadar betul akan manfaat dari penggunaan alat pelindung diri tersebut.

b. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah Sakit

RS Anshari saleh menyediakan sumber daya manusia yang berkompeten,


mempunyai anggaran untuk pelaksanaan organisasi K3, dan menyediakan sarana
dan fasilitas serta job description untuk para petugas yang di tunjuk menjalankan
program K3. Sehingga, untuk memotivasi dan membangun kesadaran K3 pada

52
tenaga kerja di RS dilaksanakannya pelatihan K3/diklat simulasi kebakaran dan
sosialisasi K3.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah Sakit ansari


saleh dilaksanakan oleh tenaga K3 yang kompeten dibidangnya ,yang menangani
dan menyediakan fasilatas dan sarana K3 yang diperlukan di rumah sakit. Selain
tenaga ahli K3, rumah sakit juaga menggarkan atau merelokasikan dana untuk
pelaksnaaan K3 di rumaha sakit.Sehingga Oraganisasi K3 yang ada di rumah
sakit sudah berjalan dengan baik dan terlaksana oleh pihak rumah sakit dan
pengelola organisasI K3.

c. Penerapan Pengukuran dan Evaluasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja


(K3) Di Rumah Sakit
RS Anshari Saleh sudah melakukan pelaksanaan inspeksi dan
pemantauan secara rutin terhadap pelaksanaan K3, audit K3, serta tindakan
perbaikan dan pencegahan setelah pelaksanaan evaluasi K3.
Organisasi K3 di RS ansari saleh sudah menerapkan pengukuran dan
evaluasi K3 di setiap instalasi. Petugas yang sudah di tunjuk akan mengevaluasi
setiap kegiatan dan menganalisis risiko yang ada di setiap instalasi untuk
dilakukan tindakan manajemen risiko lingkungan atau perbaikan dan pencegahan
setelah pelaksanaan evaluasi K3.
d. Penerapan Tinjauan Ulang Dan Peningkatan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) Di Rumah Sakit
RS Anshari Saleh melakukan tinjauan ulang K3 secara berkala. Tinjauan
yang dilakukan sudah dijamin kesesuaian dan keefektifan untuk
berkesinambungan dalam pencapaian kebijakan dan tujuannya. K3 RS sudah
dapat mengatasi implikasi terhadap seluruh kegiatan produk barang dan jasa
termasuk mengatasi dampaknya terhadap kinerja RS.
e. Faktor Risiko Lingkungan
1) Faktor Biologi

53
Di RS Anshari Saleh sudah tersedia bak sampah sampah tertutup dan bak
sampah terpisah antara sampah infeksius dan non infeksius, tersedianya
desinfektan (pencuci tangan), wastafel, sarung tangan steril,serta masker steril.
Selain itu juga terdapat ancaman binatang pengganggu yaitu tikus.
Dengan tersedianya sarana dan prasarana sanitasi untuk menunjang kegiatan
yang berhubungan dengan kontak langsung pasien dan benda – benda infeksius
untuk meminimalisir bahaya atau risiko faktor biologi pada petugas rumah sakit.
1) Faktor Fisik
Pihak RS sudah mengidentifikasi bahaya kebisingan, getaran, radiasi,
temperatur ekstrim, dan pencahayaan. Sumber bahaya dari masing-masing
bahaya yaitu :
a) Sumber kebisingan berasal dari ginset, proyek yang sedang dibangun, dan Rg.
Laundry.
b) Sumber getaran berasal dari proyek yang sedang dibangun
c) Sumber radiasi berasal dari Rg. Radiologi
d) Sumber temperature berasal dari Rg. Laundry
e) Sumber pencahayaan berasal dari instalasi laboratorium dan Rg. Prawatan
2) Faktor Kimia
Bahan kimia yang tersedia di RS Anshari Saleh mempunyai label dan nama
produk, tanda-tanda bahaya, dan disimpan dengan baik serta ditangani/diperiksa
dengan teliti. Tenaga kerja yang berhubungan dengan penggunaan bahan kimia
sudah mengikuti pelatihan (training) yang berkaitan dengan bahan kimia
contohnya Reagen Lab dan obat-obatan. Dalam pelaksanaannya, alat pelindung
diri (APD) juga digunakan dalam mengendalikan bahan kimia tersebut.
3) Faktor Ergonomi
Tenaga kerja RS sering melakukan satu sikap tubuh (duduk berdiri) dalam
waktu yang lama, mengangkat, memindahkan dan mengangkut barang-barang
berat. Dengan kegiatan-kegiatan yang seperti itu tenaga RS jarang mengeluh

54
akan hal tersebut. Selain itu, alat-alat kerja di RS juga mudah dijangkau dan tidak
menimbulkan kesulitan saat menggunakannya.
4) Faktor Psikososial
Tenaga di RS mendapat jadwal pembagian giliran kerja sehingga tidak sering
merasakan beban kerja berlebih.
1.1 Analisis Risiko pada Instalasi Sanitasi
Instalasi sanitasi RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh mempunyai program
kerja yang terdiri dari pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu
lainnya
pegelolaan limbah rumah sakit RSUD Dr.H Moch. Ansari saleh
penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit perlindungan radiasi dan
penyehatan air rumah sakit, sterlisasi dan desinfeksi, penyehatan makanan dan
minuman serta penyehatan laundry.
Pada praktikum ini hanya terfokus pada pengelolaan limbah padat dan
cair yaitu pada proses incenerator. Untuk pengelolaan limbah cair dilakukan
observasi IPAL tertutup bawah tanah.
a. Pengelolaan limbah padat incenerator
limbah padat rumah sakit lebih banyak menghasilkan limbah medis yang
dihasilkan masing-masing ruang perawatan dan penunjang perawatan. Jenis
sampah atau limbah medis dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.1
Jenis dan Karakteristik Limbah Medis di RSUD Dr.H.Moch. Ansari Saleh

Jenis Limbah Karakteristik


N
o
1 Jarum Merupakan limbah medis berbentuk jarum yang bersifat
suntik infeksius dan sangat berbahaya jika tertusuk bagian

55
tubuh.
2 Spuit Merupakan limbah medis yang terbuat dari bahan plastik
yang merupakan tempat cairan darah / cairan tubuh
yang bersifat infeksius.
3 Botol Merupakan limbah medis yang terbuat dari bahan plastik
infuse yang berisi cairan penambah gula dan bersifat infeksius.
4 Selang Merupakan limbah medis merupakan selang plastik yang
infus menghubungkan antara botol infus dengan tubuh pasien
yang bersifat infeksius.
5 Kapas Merupakan limbah medis berupa kasa yang sudah
medis terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh pasien
sehingga bersifat infeksius.
6 Kasa medis Merupakan limbah medis berupa kasa yang sudah
terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh pasien
sehingga bersifat infeksius.
7 Kateter Merupakan limbah medis berupa selang plastik yang
biasanya di gunakan untuk tampungan membuang air
kecil bagi pasien yang bersifat infeksius.
8 Sisa Merupakan limbah medis yang biasanya dihasilkan dari
jaringan kegiatan operasi jaringan tubuh yang bersifat infeksius.
tubuh
9 Vial Merupakan limbah medis yang terbuat dari bahan kaca (botol
kaca) yang berisi cairan mengandung limbah B3
10 Majun Merupakan kain atau majun yang telah terkontaminasi cairan
terkontami dari tubuh pasien dan bersifat infeksius.
nasi
11 Pampers, Merupakan limbah medis berupa pampers, underpad dan

56
underpad pembalut yang sudah terkontaminasi dengan darah atau
dan cairan tubuh pasien sehingga bersifat infeksius.
pembalut
12 Masker dan Merupakan limbah medis berupa masker dan sarung tangan
sarung yang telah terkontaminasi cairan tubuh petugas medis,
tangan keluarga pasien dan pasien yang bersifat infeksius.
Pengelolaan limbah padat (medis) dimulai dari pengumpulan sampai
dengan pembakaran dengan proses seperti pada skema di bawah ini :

Bagan 4.1 Proses Pengolahan Limbah Medis


Rsud.Dr. H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin

Pengumpulan dilakukan pada masing-masing ruangan atau instalasi dan


dikoordinir oleh masing-masing petugas kebersihan di ruangan tersebut.
Kemudian, masing-masing petugs kebersihan tersebut mengumpulkan dibagian
pojok ruangan atau dibelakang ruangan dan pengangkutan dilakukan oleh

57
petugas kebersihan yang bertanggung jawab dengan menggunakan troly
khusussampah medis.
Kemudian, sampah diletakkan di ruangan incenerator untuk dilakukan
pembakaran. Waktu pembakaran dilakukan setiap hari pada pukul 08.00-11.00
WITA, waktu pembakaran minimal 3 jam dengan suhu > 1.0000 C. Jarak letak
incenerator dengan pemukiman cukup jauh yaitu jarak dari samping 15 m dan
jarak dari belakang 100 m. Kemudian, abu pembakaran dilakukan pemadatan
pada drum yang diatasnya dilapisi semen.
Kami juga melakukan analisis risiko pada kegiatan instalasi sanitasi, hasil
analisis risiko (Terlampir).
Pada ruang incenerator sudah terdapat APD yang lengkap dan sudah
tersusun di ruang penyimpanan. Namun, pada saat observasi masih ada APD
yang tidak terpasang yaitu ear plug dan ear muff.

b.Pengelolaan limbah cair dengan IPAL


RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh melakukan pengelolaan limbah cair
dengan pengumpulan melalui IPAL-IPAL bawah tanah yang tersedia di beberapa
titik di lingkungan rumah sakit. IPAL terrpadu masih dalam tahap pembangunan
sehingga masih menggunakan IPAL tiap instalasi. Setiap bulan dilakukan
pemeriksaan laboratorium dan hasilnya sudah memenuhi standar. Pengolahan
limbah cair tesebut menggunakan prinsip anaerobik. Hasil pengolahan limbah
cair digunakan kembali untuk keperluan menyiram tanaman.

2. Instalasi Gizi RSUD. Ansari Saleh Banjarmasin


c. Job Descreptiond Instalasi Gizi
1. Perencanaan dan Pengembangan instalasi gizi
 Membuat perencanaan dan pengembangan instalasi gizi
 Membuat perencanaan dan pengajuan amprahan bahan makanan
dan harian

58
 Membuat laporan bulanan pemakaian bahan makanan
 Membuat laporan harian pemakaian bahan makanan jiwa dan
umum
 Mengisi buku harian/tabel laris penerimaan dan pemakaian bahan
makanan
 Perencanaan menu penderita kelas VIP, I, II, dan III jiwa umum
 Perencanaan diet khusus
 Perencanaan petugas dinas pagi, sore dan shubuh
 Mengajukan perbaikan barang yang rusak
 Mengajukan permintaan barang atau alat-alat keperluan instalasi
gizi
 Mengajukan permintaan bahan bakar atau gas elpiji
2. Penyimpanan
 Menyimpan barang yang diterima dan membukukannya sesuai
dengan peraturan.
 Menerima dan membukukan barang atau alat keperluan dapur
 Menerima bahan makanan kering bulanan dan harian
 Menerima dan membukukan jumlah penderita dari ruangan laki –
laki dan wanita
 serta menulis pada papan yang telah disediakan
 Menerima bahan bakar
 Dan lain-lain yang dianggap perlu

d. Kegiatan – kegiatan Instalasi Gizi


Pada SK Menkes No.134 tahun 1978 dinyatakan bahwa wadah
yang menangani kegiatan gizi di rumah sakit disebut instalasi gizi. SK
Menkes tersebut kemudian disempurnakan dalam rapat konsultasi
perjabat rumah sakit yang I,II, dan III tahun 1980 dan 1981 yang

59
menajabarkan bahwa kegaiatan pelayanan gizi rumah sakit
dikelompokan menjadi :
 Kegiatan pengadaan penyediaan makanan
 Kegiatan pelayanan gizi di ruang inap
 Kegiatan penyuluhan/konsultasi dan rujukan gizi
 Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi terapan.
Di Instalasi Gizi Di Rumah Sakit Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan adalah :
1. Pengadaan makanan
Pengadaan makanan merupakan serangkaian kegiatan yang
dimulai dari perencanaan macam dan jumlah bahan makanan hingga
proses penyediaan makanan matang bagi pasien dan karyawan
rumah sakit. Proses ini mencakup 10 kegiatan yaitu :
 Perencanaan Anggaran Belanja
 Perencanaan Menu
 Perencanaan Kebutuhan Bahan Makanan
 Pembelian Bahan Makanan
 Penerimaan Bahan Makanan
 Penyimpanan Bahan Makanan
 Persiapan Bahan Makanan
 Pengolahan Bahan Makanan
 Pendistribusian Makanan
 Pencatatan, Pelaporan, dan Evaluasi

e. Unit – unit Instalasi Gizi


1. Ruang Penerimaan Bahan Makanan
Ruang penerimaan bahan makanan adalah ruang yang
digunakan untuk menerima bahan makanan dan mengecek kualitas

60
bahan makanan. Biasanya terdapat peralatan berupa timbangan 10 –
500 kg. sistem pemesanan dan penerimaan barang menggunakan
sistem revaransir, yang merupakan orang ketiga dalam penerimaan
barang – barang yang diperlukan di instalasi gizi. Dimana pemesanan
menggunakan bon permintaan bahan makanan dengan format yang
sudah terlampir.
Di instalasi Gizi Rumah Sakit Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin terdapat ruang penerimaan makanan dan didalamnya
terdapat sebuah timbangan 100 -300 kg. bahan makanannya berasal
dari hasil lelang, sehingga dalam setiap bulan tidak menentu
pemasoknya.
2. Ruang Penyimpanan Bahan Makanan Kering dan Basah
Ada dua jenis tempat penyimpanan bahan makanan yaitu
tempat penyimpanan bahan makanan kering (gudang) dan
penyimpanan bahan makanan basah (kulkas). Contoh bahan makanan
yang biasanya disimpan dalam gudang penyimpanan bahan makanan
kering yaitu seperti makaroni, gula pasir, telur, beras, mie kering, dan
bahan makanan lainnya, sedangkan contoh bahan makanan yang
disimpan di gudang basah (kulkas) seperti jenis sayuran (wortel.
Karawila, buncis, kacang dan sayuran lainnya), dan buah-buahan,
lauk nabati (tahu, dan tempe) maupun hewani (ayam, ikan dan
daging).
Di instalasi Gizi Rumah Sakit Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin terdapat ruang penyimpanan bahan makanan kering
(gudang) dan tempat penyimpanan bahan makanan basah (kulkas I
buah). Di dalam gudang bahan makanan terdapat lemari kaca,
keadaan lantai cukup kuat, kedap air, mudah dibersihkan, dan gudang
beras agak gelap. Pada ruang penyimpanan bahan basah tidak
memiliki pintu dan peletakkan bahannya kurang teratur.

61
3. Ruang Persiapan Bahan Makanan
Ruang penyimpanan bahan makanan merupakan tempat untuk
mempersiapkan bahan makanan dan bumbu yang meliputi kegiatan
membersihkan, mencuci, mengupas, menumbuk, menggiling,
memotong, merendam, dan lain – lain sebelum bahan makanan
dimasak atau diolah. Ruangan penyimpanan harus cukup luas untuk
bahan alat, pegawai, transportasi, cukup terang, cukup ventilasi, lantai
kuat dan kedap air. Ruang persiapan Di instalasi Gizi Rumah Sakit
Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin terdapat ruang induk
distribusi. Tempatnya cukup luas dan tersedia peralatan – peralatan
pokok untuk kegiatan persiapan, akan tetapi penerangannya kurang
yaitu 175 yang tidak memenuhi standard dan lantai yang licin
sehingga menimbulkan hazard potensial seperti terpeleset pada saat
bekerja.

4. Ruang Pemasakan dan Distribusi Masakan


Ruang pemasakan merupakan suatu tempat proses pemasakan
atau pengolahan bahan makanan. Ruang pemasakan biasanya
dikelompokkan menurut bahan makanan yang dimasak antara lain
masakan biasa dan makanan diet khusus. Kemudian makanan biasa
dibagi menjadi kelompok nasi, sayuran, lauk pauk, dan makanan
selingan serta buah.
Ruangan cukup luas, cukup penerangan dan ventilasi, cukup
kebutuhan peralatan untuk pemasakan dan distribusi makanan antara
lain, panci aluminium, kompor, wajan, mixer, blender dan kulkas,
meja kerja, bak cuci, rak alat, meja membagi dan kereta dorong.
Di instalasi Gizi Rumah Sakit Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin, ruang pemasakan dan distribusi makanan berada dalam
satu ruang induk dan berdekatan sehingga mempermudah proses

62
pemasakan dan distribusi. Ruangan cukup luas, penerangan kurang,
dan ventilasi cukup. Proses pemasakan terbagi antara pemasakan
biasa dan khusus. Bahan bakar yang digunakan adalah gas (elpiji)
untuk kompor gas.
5. Tempat Pencucian dan Penyimpanan
Tempat pencucian dan penyimpanan alat Di instalasi Gizi
Rumah Sakit Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin letaknya
terpisah. Tempat penyimpanan alat berupa rak yang terdapat di ruang
dapur. Ruang penyimpanan alat dan ruang pemasakan tidak terpisah,
sehingga tidak menghambat proses pemasakan. Akan tetapi
penempatan dan hygiene sanitasinya masih kurang terutama pada
tempat pencucian.

6. Tempat Pembuangan Sampah


Tempat pembuangan sampah Di instalasi Gizi Rumah Sakit
Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin bersifat sementara dan segera
dikosongkan begitu terkumpul. Tempat sampah tidak dilengkapi
dengan tutup sehingga menimbulkan bau tak sedap. Tempat
pembuangan sampah sementara terletak di luar instalasi gizi

f. Pengukuran Parameter Lapangan


1. Hasil pengukuran pencahayaan
Tabel 4.9
Intensitas Pencahayaan Ruang Gizi/Dapur RSUD Dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin.
No Parameter Satuan Hasil Standar

1. Pencahayaan Lux 313,33 Min 200

Standar: Kep.Menkes No. 1204/MENKES/SK/2004.

Pada hasil tersebut diketahui pencahayaan belum memenuhi standart.

63
2. Hasil pengukuran kebisingan
Pada hasil pengukuran kondisi lingkunagan, pada parameter
kebisingan sudah memenuhi syarat yaitu 72,65 dBA dengan standar
85 dBA. Sedangkan pada suhu ruangan juga sudah memenuhi syarat.
3. Iklim kerja
Dari iklim kerja diperoleh hasil 30,10C dengan standart 30,60C
berdasarkan peraturan kep 51.men 1999 tentang nilai ambang batas
faktor fisika ditempat kerja. Berdasarkan data tersebut, berarti sudah
memenuhi standart.

 Pemecahan masalah
1. Ruang Penerimaan Bahan Makanan
Sebaiknya sumber pemasok lebih diperhatikan agar bahan makanan yang
akan diolah berkualitas baik terutama untuk pasien rawat inap.
2. Ruang Penyimpanan Bahan Makanan Kering dan Basah
Pada ruang penyimpanan bahan basah tidak memiliki pintu dan
peletakkan bahannya kurang teratur, sebaiknya ruang tersebut terdapat
pintu dan memiliki rak-rak untuk penyimpanan bahan basah.

3. Ruang Persiapan Bahan Makanan


Sebaiknya lantai pada persiapan bahan makanan diperhatikan agar tidak
licin dan menimbulkan kecelakaan kerja.
4. Ruang Pemasakan dan Distribusi Masakan .
Pada ruang pemasakan dan distribusi pencahayaannya kurang dan
terdapat lalat yang masuk di ruangan. Sebaiknya pencahayaan lebih
ditingkatkan dan pengendalin vektornya di lakukan secara rutin.
5. Tempat Pencucian dan Penyimpanan

64
Ruang penyimpanan alat dan ruang pemasakan tidak terpisah, sehingga
tidak menghambat proses pemasakan. Akan tetapi penempatan dan
hygiene sanitasinya masih kurang terutama pada tempat pencucian.
Sebaiknya hygiene sanitasinya di perhatikan dan rak-rak penyimpanan
juga dibersihkan agar tidak mengkontaminasi makanan yang diolah.
6. Pencahayaan ruangan
Sebaiknya pencahayaan lebih ditingkatkan agar menghindari kecelakaan
kerja dan menghindari vector bersarang di tempat instalasi gizi.

65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Gambaran umum RS dr. Moch Anshari Saleh memulai kegiatannya sejak
tanggal 22 Juli 1985 dan diresmikan pemakaian nya oleh Bapak Menteri
Republik Indonesia Dr. Soewardjo Soerjaningrat pada tanggal 3 September
1985 yang sebelumnya merupakan Rumah Sakit Jiwa Banjarmasin.
2. Penerapan manajemen risiko di RS dr. H. Moch Ansari saleh tergolong baik.
Karena di RS ada organisasi K3 untuk mengkoordinir masing-masing
instalasi dan ruangan di RSUD dan sudah ada penerapan sistem manajemen
k3 RS.
3. Upaya yang dilakukan dengan membangun sistem dan proses manajemen
risiko serta melakukan identifikasi dan penilaian terhadap potensial masalah
di RS dr. H. Moch Ansari Saleh. RSUD tersebut juga sudah menyediakan
sarana dan prasarana untuk sistem K3 RS, pelatihan K3 bagi tenaga kerja
dan sosialisasi K3.
4. Masalah di instalasi sanitasi adalah belum selesainya pembangunan IPAL
terpadu sehingga untuk penanganan limbah masih terpisah dibeberapa titik
lingkungan rumah sakit, meskipun hasil pemeriksaan laboratorium
memenuhi standar.
5. Masalah di instalasi gizi berdasarkan analisis praktikan adalah :
a. pada ruang Penerimaan Bahan Makanan sumber pemasok lebih
diperhatikan.
b. Pada ruang penyimpanan bahan basah tidak memiliki pintu dan
peletakkan bahannya kurang teratur.
c. Sebaiknya lantai pada persiapan bahan makanan diperhatikan agar tidak
licin dan menimbulkan kecelakaan kerja.
d. Pada ruang pemasakan dan distribusi pencahayaannya kurang dan
terdapat lalat yang masuk di ruangan

66
e. Pada ruang penyimpanan dan pencucian penempatan dan hygiene
sanitasinya masih kurang terutama pada tempat pencucian.

B. Saran
1. Pada petugas di incinerator sudah menggunakan APD namun tidak memakai
penutup telinga ( Ear Plug atau Ear Muff ).
2. Seharusnya shower yang berada di lokasi incinerator berfungsi dengan baik.
3. Seharusnya penampungan abu hasil pembakaran limbah di letakkan di tempat
yang sesuai.
4. Sebaiknya sumber pemasok lebih diperhatikan agar bahan makanan yang akan
diolah berkualitas baik terutama untuk pasien rawat inap.
5. Sebaiknya ruang penyimpanan bahan basar terdapat pintu dan memiliki rak-
rak untuk penyimpanan bahan basah.
6. Sebaiknya pada ruang penyajian dan pengolahan pencahayaan lebih
ditingkatkan dan pengendalin vektornya di lakukan secara rutin.
7. Sebaiknya hygiene sanitasinya di perhatikan dan rak-rak penyimpanan juga
dibersihkan agar tidak mengkontaminasi makanan yang diolah.

67

Anda mungkin juga menyukai