Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sekolah merupakan tempat persemaian benih generasi terbaik. Salah satu
usaha sekolah adalah meningkatkan prestasi belajar siswa melalui proses belajar mengajar.
Sehingga menimbulkan SDM yang berkualitas tinggi yang merupakan prasyarat mutlak
untuk mencapai tujuan pembangunan. Sekolah juga memiliki jenjang berstruktur yang
dimulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas.
Berhasil atau tidaknya suatu usaha atau kegiatan tergantung pada jelas atau
tidaknya tujuan yang hendak di capai oleh seseorang atau lembaga yang melaksanakannya.
Berdasarkan kenyataan ini maka perlu benar suatu tujuan dirumuskan sejelas-jelasnya dan
kemudian baru menyusun suatu program kegiatan yang objektif dan realistis, sehingga segala
energi dan kemungkinan biaya yang berlimpah tidak terbuang sia-sia. Sehubungan dengan itu
apabila kita berbicara tentang pendidikan pada umumnya, maka kita harus menyadari bahwa
segala proses pendidikan selalu diarahkan untuk dapat menyediakan atau menciptakan
tenaga-tenaga pendidik bagi kepentingan bangsa, negara dan tanah air.
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan proses perkembangan dan
perubahan yang dinamis, maka pendidikan harus mampu membentuk atau menciptakan diri
dalam proses perkembangan tersebut, dan tidak melepaskan diri dari dasar-dasar watak dan
kepentingan negara, bangsa dan tanah air kita. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas
pendidikan membawa konsekuensi kepada perbaikan dan peningkatan di semua faktor, baik
faktor guru seperti guru kurang terampil dalam mengajar, kemampuan akademik guru masih
rendah. Sarana dan prasarana yang kurang memadai, maupun fasilitas penunjang yang
diperlukan. Metode yang digunakan guru dalam mengajar juga mendukung dalam
mempermudah siswa memahami materi yang diajarkan. Pendidikan matematika sebagai
bagian dari pendidikan yang merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas
SDM terutama ditengah-tengah kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) seperti
2

sekarang ini. Matematika merupakan sarana berpikir untuk menumbuh kembangkan pola
pikir logis, sistematis, objektif, kritis dan rasional yang harus dibina sejak dini. Namun
kenyataannya peringkat daya saing pendidikan di Indonesia dewasa ini jauh ketinggalan
dengan negara-negara lain terutama di sektor pendidikan khususnya dibidang matematika.
Hal ini seperti diungkapkan Suryadi (www.kompas.com) bahwa :
“Peringkat daya saing Indonesia secara gelobal berdasarkan sejumlah penerbit
internasional perlu mendapat perhatian yang serius. World Competitiviness Yearbook
menempatkan peringkat daya saing Indonesia pada posisi ke 39 pada tahun 1997 dan
menurung ke posisi 46 dari 47 negara pada tahun 1999. Survei SDM, industri dan IPTEK
dalam indeks pembangunan manusia (UNDP : 1999) peringkat indonesia berada pada posisi
ke 105 dari 108 negara. Peringkat tersebut menunjukkan bahwa kualitas SDM Indonesia
belum memiliki daya saing, ajustru pada saat negara lain mengejar daya saing secara
global.”

Dari sekian banyak mata pelajaran yang diberikan di SMA matematika adalah
salah satu mata pelajaran diberikan beban jam pelajaran yang maksimal agar penguasaan
matematika siswa lebih kompeten. Akan tetapi pada saat pembelajaran matematika diberikan,
masi terdapat kesulitan-kesulitan yang dipelajarai siswa untuk mempelajarainya. Seperti yang
diungkapkan oleh Drs. Normal Rambe, guru mata pelajaran matematika di SMA N 1 Tanjung
Balai tersebut :
“Dari semua mata pelajaran yang diujikan pada saat ujian baik ujian semester maupun
ujian nasiona, nilai matematika siswa selalu rendah dibandingkan dengan mata pelajaran
yang lain, disisi lain pada setiap jam pelajaran matematika siswa kurang mengetahui nilai-
nilai yang seharusnya dijabarkan dan pengetahuan dasara siswa kurang untuk mengikuti
standart isi yang ada di SMA.”
Rendahnya prestasi siswa menunjukkan suatu indikasi bahwa siswa masih
mengalami kesulitan dalam mempelajari dan memahami matematika. Kualitas dan
pemerataan hasil pendidikan di Indonesia masi memprihatinkan dilihat dari indikator hasil-
hasil ujian yang masih di bawah angka standart dan sedikit anak yang memiliki kesempatan
untuk belajar.
Bertitik tolak dari permasalahan tersebut perlu diupayakan peningkatan hasil
belajar siswa sehingga dapat menarik minat belajar siswa. Salah satu cara yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan pembelajaran teori stimulus –
respon (S – R).
Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi
setelah belajar secara terus menerus bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.
Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor dari luar
diri dimana keduanya saling berinteraksi.
3

Komponen-komponen dalam belajar menurut Gagne (1970) dapat


digambarkan sebagai S – R. S adalah situasi yang memberikan stimulus, R adalah respon atas
stimulus itu dan garis diantara nya adalah hubungan antara Stimulus dan Respon yang terjadi
dalam diri seseorang yang tidak dapat kita amati yang bertalian dengan sistem alat syarat
dimana terjadi transpormasi perangsang yang diterima melalui alat indera. Stimulu itu
merupakan input yang berada diluar individu dan Respon adalah outputnya yang juga berada
diluar individu sebagai hasil belajar yang dapat diamati.
Pengajaran dengan teori Stimulus – Respon menekankan kepada analisis
perilaku yang bersifat objektif. Asumsi yang digunakan mengenai proses belajar adalah siswa
dapat mengerti proses belajar yang kompleks. Setelah ia mengerti proses belajar yang
sederhana. Proses-proses yang sederhana diharapkan pula menjelaskan proses-proses yang
lebih kompleks. Salah satu materi pelajaran yang harus diajarkan dan dipelajari siswa
semester pertama di kelas X SMA adalah bentuk apangkat. Maka dari itu, pengajaran dengan
Teori Stimulus – Respon diharapkan siswa mempunyai keaktiaafan belajar yang tinggi dan
diharapkan untuk dapat meningkatkan hasil belajara siswa pada materi bentuk pangkat.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan
masalah-masalah yang mengakibatkan rendahnya kualitas (mutu) siswa diantaranya :
1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa
2. Penggunaan pembelajaran yang kurang menarik perhatian siswa
3. Kurangnya keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
4. Pembelajaran dengan teori Stimulus – Respon belum diterapkan dalam peningkatan hasil
belajar siswa pada materi bentuk pangkat.

C. Batasan Masalah
Memperhatikan keterbatasan kemampuan penulis dan agar penulis makalah ini
tidak terlalu luas maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Banyak fakta penyebab
rendahnya hasil belajar siswa pada faktor model pembelajaran dengan menerapkan
pembelajaran teori Stimulus – Respon untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
bentuk pangkat di kelas X SMA T.A 2010/2011.
4

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah penggunaan pembelajaran dengan teori Stimulus – Respon dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi bentuk pangkat dikelas X SMA?
2. Bagaimana menerapkan pembelajaran dengan teori Stimulus – Respon agar dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bentuk pangkat dikelas X SMA?
3. Bagaimana aktifitas belajar siswa selama pembelajaran dengan teori Stimulus – Respon
pada materi bentuk pangkat dikelas X SMA?
4. Bagaimana aktifitas mengajar guru dalam menggunakan teori Stimulus – Respon pada
materi bentuk pangkat dikelas X SMA?

E. TUJUAN
Adapun tujuan dalam seminar ini adalah :
1. Untuk mengetahui penggunaan pembelajaran dengan teori Stimulus – Respon dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bentuk pangkat dikelas X SMA.
2. Untuk mengetahui bagaimana menerapkan pembelajaran dengan teori Stimulus – Respon
agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bentuk pangkat dikelas X SMA.
3. Untuk mengetahui aktifitas belajar siswa selama pembelajaran dengan teori Stimulus –
Respon pada materi bentuk pangkat dikelas X SMA.
4. Untuk mengetahui aktifitas mengajar guru dalam menggunakan teori Stimulus – Respon
pada materi bentuk pangkat dikelas X SMA.

F. MANFAAT
Dari seminar ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain :
1. Sebagai bahan sumbangan pemikiran dalam rangka mengembangakan proses pembelajaran
matematika ditingkat SMA atau sederajat khususnya pada materi bentuk pangkat.
2. Sebagai bahan perbandingan bagi calon guru / guru untuk meninjau kemampuan siswa SMA
dalam memahami pelajaran khusunya pada materi bentuk pangkat dengan menerapkan
pembelajaran dengan teori Stimulus – Respon.
3. Sebagai bahan kajian atau referensi serta menambah wawasan bagi peneliti yang akan
melakukan kajian berhubungan dengan teori Stimulus - Respon
5

BAB II

A. Kajian Teori
1. Pengertian-pengertian
A. Belajar
Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan
belajar manusia manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga
tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah
hasil dari belajar. Kita pun hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita pelajari. Belajar itu
bukan sekedar pengalaman. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan interaktif dengan
menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai tujuan.
Slameto (2003 : 2) mengungkapkan bahwa “Belajar adalah proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh asuatu perubahan tingkah laku dari yang
secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dan lingkungannya.”
Menurut pandangan Skinner, Dimyati dan Mudjiono (2006 : 9)
mengemukakan bahwa “Belajar adalah suatu perilaku pada saat seseorang belajar, maka
responnya menjadi baik sebaliknya, bila seseorang tidak belajar maka responnya menurun”.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
sebagai suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang yang melibatkan kegiatan
berpikir dan terjadi melalui pengalaman-pengalaman belajar yang didapat oleh seseorang
yang belajar dan melalui reaksi-reaksi terhadap lingkungan dimana seseorang berada
sehingga terjadi perubahan tingkah laku didalam diri seseorang yang belajar dan bersifat
positif atau lebih baik dari sebelumnya.
B. Kemampuan
Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik dalam menerima,
mengingat maupun menggunakan sesuatu yang diterimanya. Hal ini dapat disebabkan bahwa
setiap orang tidak sama pola pikirnya dan taraf kecerdasannya. Setiap orang memiliki cara
yang berbeda dalam hal menyusun segala sesuatu yang diamati, dilihat diingat ataupun
dipikirannya. Selain berbeda dalam tingkat kemampuan berpikir, seseorang juga dapat
berbeda dalam cara memperoleh, menyimpan serta menerapkan pengetahuannya dalam
kehidupan sehari-hari. Mereka dapat juga berbeda dalam cara menerima, mengorganisasikan
6

dalam cara penedekatan terhadap situasi belajar dan menghubungkan pengalaman-


pengalamannya tentang pelajaran serta cara mereka merespon terhadap metode pengajaran.
Dalam kamus umum bahasa indonesia menurut W.J.S. Poerwadarminta. (1996
: 76) dikemukakan bahwa : “ Kemampuan adalah kesanggupan.” Kemampuan merupakan
kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam melakukan suatu aktivitas. Kemampuan siswa
dalam matematika yang telah dipelajarai secara benar serta sanggup memecahkan
permasalahan yang timbul dalam matematika tersebut.

C. Hasil Belajar
Dengan berakhir suatu proses belajar maka siswa memperoleh suatu hasil
belajar menurut Dimyati dan Mujiono (2006 : 3) mengemukakan bahwa “Ahasil belajar
adalah hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar”. Proses belajar
bukan hal yang dialami oleh siswa, suatu respon terhadap segala cara pembelajaran yang
diprogramkan oleh guru. Dalam proses belajar tersebut guru meningkatkan kemampuan-
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar tersebut terjadi berkat evaluasi
guru.
Adapun bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Dan dari tidak
mengerti jadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur
subjektif adalah unsur rohani dan unsur motoris adalah unsur jasmani. Bahwa seseorang
sedang berpikir dapat dilihat dari raut mukanya dan sikapnya dalam rohani tidak dapat
dilihat.
Menurut Qoemar Hamalik (2004 : 30) menyatakan “tingkah laku manusia
terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada perubahan pada aspek-aspek
tersebut. Adapaun aspek-aspek tersebut adalah :
1. Pengetahuan 6. Emosional
2. Pengertian 7. Hubungan sosial
3. Kebiasaan 8. Jasmani
4. Keterampilan 9. Etis atau budi pekerti
5. Apresiasi 10. Sikap

Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan dan perubahan tingkah laku yang dimiliki siswa selama proses belajar.
7

D. Pembelajaran
Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan
maupun teori belajar merupkan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran
merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik
sedangkan belajar dilakukan oleh murid sebagai peserta didik. Menurut Coreu (1986 : 195)
“Konsep pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-
kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupkan

subset khusus dari pendidikan ”


Proses pembelajar pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan
dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, memotivasinya, latar belakang
akademisnya, latar belakang sosial ekonominya dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk
mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupkan modal utama penyampaian
bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.
Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999 : 297) adalah kegiatan
guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secra aktif
yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang
dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dpat meningkatkan
kemampuan berpikir siswa serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi
pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik sebagai materi
pelajaran.
Dalam pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang
diajarkannya sebagai suatu apelajaran yang dapat mengmbangkan kemampuan berfikir siswa
dan memahami aberbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa
untuk belajar dengan perencaan pengajaran yang matang oleh guru. Pendapat ini sejalan
dengan Jerome Bruner (1960) mengatakan bahwa perlu adanya teori pembelajaran yang akan
menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas. Menurut
pandangan Bruner teori belajar itu bersifat deskriptif sedangkan teori pembelajaran itu
preskriptif.
Proses pembelajaran atau pengajaran kelas (Classroom Teaching) menurut
Dunkin dan Biddle (1974 : 38) berada pada empat variabel interaksi yaitu : (1) variabel
pertanda, (2) avariabel konteks, (3) variabel proses, (4) variabel produk.
8

2. Teori Stimulus – Respon (Teori S – R)


Dalam teori belajar behavioristik menjelaskan belajar adalah perubahan
perilaku yang diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui
rangsangan (stimulus) yang menimbulkan hubungan perilaku relatif (respons) berdasarkan
hukum-hukum mekanistik. Stimulus tidak lain adalah lingkungan belajar anak baik yang
internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respon adalah akibat
atau dampak berupa reaksi fisik terhadap stimulus. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi,
sifat, kecendrungan perilaku S – R
Melihat faktor-faktor lingkungan stimulus dan hasil tingkah laku yang ada
hubungannya antara respon, tingkah laku dan pengaruh lingkungan. Dengan memberikan
stimulus maka siswa akan merespon. Hubungan antara stimulus dan respon ini akan
menimbulkan kebiasaan-kebiasaan otomatis pada belajar. Jadi pada dasaranya kelakuan anak
adalah terdiri atas respon-respon tersebut dengan latihan-latihan maka hubungan tersebut
semakin kuat. Inilah yang disebut S – R Bond Theory. Kelakuan tadi akan ditransfer kedalam
situasi baru menurut hukum transfer tertentu pula.(Qoemar Hamalik, Op.Cit : 39)
Hal yang sama seperti diungkapkan oleh Wina Sanjaya (2006 : 112)bahwa
“Teori belajar behavioristik tentang belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi
antara kesan yang di tangkap panca indra dengan kecendrungan untuk bertindak atau
berhubungan antara stimulus respon ( S – R)”. oleh karena itu teori ini juga dinamakan teori
stimulus respon. Belajar adalah upaya untuk mebentuk hubungan stimulus respon sebanyak-
banyaknya.
3. Teori-teori Belajar yang Termasuk dalam Kelompok Teori Stimulus - Respon
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan Stimulus –
Respon ini, diantaranya :
a. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan
hukum-hukum belajar, diantaranya:

1. Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang
memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya,
semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula
hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
2. Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan
organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit),
9

dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk


berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
3. Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan
semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila
jarang atau tidak dilatih.

b. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov


Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan
hukum-hukum belajar, diantaranya :

1. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua
macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai
reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks
yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa
menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

c. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner


Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya
terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :

1. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
2. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat
melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan
perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.

Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan


operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan.
Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh
efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus
yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja
diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
10

d. Social Learning menurut Albert Bandura


Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah
sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya.
Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu
tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi
yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu
sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama
dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh
perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui
pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku
sosial mana yang perlu dilakukan.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang teori dan konsep dalam uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi
dan situasi disekitar kita. Adalam proses ini termasuk mendapatkan pengertian dan sikap
yang baru. Dengan demikian, terjadi perubahan perilaku yang sebelumnya tidak mengerti
menjadi mengerti terhadap suatu hal. Jadi, secara sadar bahwa dalam proses belajar ini yang
diutamakan adalah bagaimana individu dapat menyelesaikan dan terhadap rangsangan
kehidupan kemudian individu ini mengadakan reaksi. Reaksi yang dilakukan merupakan
usaha untuk menciptakan kegiatan sekaligus menyelesaikan dan akhirnya mendapatkan hasil
yang mengakibatkan perubahan pada dirinya. Sebagai hal baru serta menambah pengetahuan.
Belajar bertujuan untuk mengubah sikap positif artinya apabila seseorang belajar sesuatu hal
yang baru tergantung stimulus disekitarnya (faktor lingkungan yang kondusif memberikan
kenyamanan dalam proses belajar) termasuk keaktifan proses mental yang sering dilatih dan
akhirnya menjadi suatu kegiatan yang terbiasa.

4. Teori Stimulus – Respon Piaget


Jean Piaget menyebutkan bahwa struktur kognitif sebagai Skemate (Schmas),
yaitu kumpulan dari skema-skema. Seorang individu dapat mengikat, memahami dan
memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata
ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Dengan demikian seorang individu yang lebih dewasa memiliki struktu
11

kognitif yang lebih lengkap dari pada ketika ia masih kecil. Seorang anak yang baru pertama
kali melihat buaya akan menyebutnya sebagai cecak besar, karena cecaklah yang selalu
dilihatnya di rumah dan cecaklah yang paling dekat dengan stimulusnya.
Perkembangan skemata ini berlangsung terus-menerus melalui adaptasi
dengan lingkungannya. Skemata tersebut membentuk suatu pola penalaran tertentu dalm
pikiran anak. Makin baik kualitas skema ini, makin baik pulalah pola penalaran anak tersebut.
Proses terjadinya adaptasi dari skemata yang telah terbentuk dengan stimulus baru dilakukan
dengan dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses pengintegrasian
secara langsung stimulus baru kedalam skema yang telah terbentuk. Sedangkan akomodasi
adalah proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema yang telah terbentuk secara
tidak langsung.
Dalam struktur kognitif setiap individu mesti ada keseimbangan antara
asimilasi dengan akomodasi, agar dapat mendeteksi persamaan dan perbedaan yang terdapat
pada stimulus-stimulus yang dihadapi.
Berdasarkan hasil penelitiannya, piaget mengemukakn bahwa ada empat tahap
perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara kronologis (menurut
usia kalender) yaitu :
a. Tahap Sensori Motor, dari lahir sampai umur sekitar 2 tahun
b. Tahap Pra Operasi, dari sekitar umur 2 tahun sampai dngan sekitar umur 7 tahun
c. tahap Operasi Konkrit, dari sekitar uamur 7 tahun asampai dengan umur 11 tahun
d. Tahap Operasi Formal, dari sekitar umur 11 tahun dan seterusnya
Maka pada makalah ini penulis memakai tahap Operasi Formal karena masa
SMA anak sudah berumur lebih dari 11 tahun. Tahap Operasi Formal (Formal Operation
Stage) merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas. Anak pada tahap
ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak.
Penggunaan benda-benda konkret sudah tidak diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa
harus berhadapan dengan objek atau peristiwa langsung. Penalaran yang terjadi dalam
struktur kognitifnya telah mampu hanya menggunakan simbol-simbol, ide-ide, abstraksi dan
generalisasi. Ia telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi
yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami konsep promosi.
Sebagai contoh, kita perhatikan eksperimen Piaget berikut ini :
Seorang anak pada tahap ini dihadapkan pada gambar “Pak Pendek” dan
untaian penjepit kertas untuk mengukur tinggi “Pak Pendek” itu. Klemudiana ditambahkan
penjelasan dalam bentuk verbal bahwa “Pak Pendek” mempunyai teman “Pak Tinggi”.
12

Kemudian dikatakan apabila diukur dengan abatang korek api tinggi “Pak Pendek” empat
batang, sedangkan tinggi “Apak Tinggi” enam batang korek api. Berapakah tinggi “Pak
Tinggi” bila diukur dengan klip? Dalam memecahkan masalah di atas, anak harus melakukan
operasi terhadap operasi.
Anak pada operasi formal tidak lagi berhubungan dengan ada-tidaknya benda-
benda konkrit, tetapi berhubungan dengan tipe berfikir. Apakah stimulus disertai oleh benda-
benda konkret atau tidak, bagi anak pada tahap berfikir formal tidak menjadi masalah.

5. Materi Bentuk Pangkat


A. Bentuk pangkat Bulat positif
Definisi : jika a adalah bilangan real dan n adalah bilangan bulat positif lebih
dari satu,maka a pengkat n (ditulis an) adalah perkalian n buah bilangan a. Definisi ini ditulis
secara sederhana sebagai :
an = a x a x a x a…….x a x a
Bentuk an adalah bilangan berpangkat bulat positif, a disebut bilangan pokok
atau basis dan n ( bilangan asli > 1) disebut eksponen.
Sifat-sifat bialngan berpangkat positif adalah sebagai berikut :
Jika a dan b bilangan real serta n, p dan q bilangan bulat positif maka berlaku :
1. Sifat Perkalian Bilangan Berpangkat
Untuk a ∈ R dan m, n bilangan bulat positif, berlaku:
am x an = am+n
2. Sifat Pembagian Bilangan Berpangkat
Untuk a ∈ R, a ≠ 0 dan m, n bilangan bulat positif yang memenuhi m > n. Maka :
am : an = am-n
3. Sifat Pangkat dari Bilangan Berpangkat
Untuk a ∈ R dan m, n bilangan bulat positif, berlaku:
(am)n = am x n
4. Sifat Pangkat dari Perkalian Bilangan
Untuk a, b ∈ R dan n bilangan bulat positif, berlaku:
(a x b)n = an x bn
5. Sifat Pangkat dari Pembagian Bilangan
Untuk a, b ∈ R, b ≠ 0 dan n bilangan bulat positif, berlaku:
(a/b)n = an/bn
6. Sifat Pangkat dari Bilangan Pecahan
13

 Misalkan a bilangan real dan a ≠ 0, m, n bilangan bulat positif didefinisikan :

am/n = (a1/n)m
 Misalkan a bilangan real dan a ≠ 0 dengan a > 0, p/q adalah bilangan pecahan q ≠ 0. q
≥ 2. Maka :

ap/q = c, sehingga c = q√ap , atau ap/q = q√ap

 Misalkan a adalah bilangan real dan a ≠ 0 dengan a > 0, p/n dan m/n adalah bilangan
pecahan n ≠ 0. Jika n, q ≥ 2 maka :

(am/n)( (ap/n)( = (a)(m+p)/n


 Jika a adalah bilangan real dan a ≠ 0 dengan a > 0, m/n dan p/q bilangan pecahan q, n
≠ 0, maka :

(am/n) (ap/q) = (a)(m/n)+(p/q)


 Jika a dan b adalah bilangan pecahan dan a,b ≠ 0 dengan a,b > 0, n bilangan real, n ≠
0, maka :

(a/b)n = an/ bn

B. Bentuk Pangkat Bulat Negatif

Pada sifat 2 kita ketahui bahwa am : an = am-n.

Itu hanya mempunyai arti jika m > n.

Sekarang kita perhatikan bentuk berikut.

sedangkan

Jadi, bentuk 1 = a-2 ( bentuk pangkat bulat negatif ).

Bentuk secara umumnya :

Jika a adalah bilangan riil, a ≠ 0, m adalah bilangan bulat positif, dan –m adalah bilangan
bulat negative, maka

Pangkat bulat negatif


Sifat tersebut dapat dikembangkan untuk m < n. Sebagai contoh, amatilah bentuk berikut.
a3/a5 = a3–5 = a–2 ... (1)

Dengan cara menuliskan ke dalam bentuk faktor-faktornya, pembagian tersebut dapat


dituliskan sebagai berikut.
14

a3/a5 = (a x a x a)/(a x a x a x a x a)
a3/a5 = 1/(a x a)
a3/a5 = 1/a2... (2)
Berdasarkan (1) dan (2) dapat disimpulkan bahwa a–2 = 1/a2.

Jadi kamu dapat mengubah bilangan rasional berpangkat bilangan bulat negatif ke dalam
bentuk bilangan rasional berpangkat bilangan bulat positif dan sebaliknya. Secara umum,
untuk bilangan berpangkat n, dengan n adalah bilangan bulat positif dapat ditulis seperti
berikut.
1/an = a–n, a ≠ 0

Sekarang, amati bentuk perpangkatan berikut yang dihitung dengan menggunakan kalkulator.
4–1 = 0,25 = 1/4
3–2 = 0,111 ... = 1/9 = 1/32
2–3 = 0,125 = 1/8 = 1/23
Uraian tersebut memenuhi definisi bilangan rasional berpangkat bilangan bulat negatif seperti
definisi berikut. Jika a bilangan rasional, a ≠ 0, dan n adalah bilangan bulat positif maka a–n
= 1/an

BAB III
PENERAPAN TEORI

Teori S – R adalah teori yang memperhatikan faktor-faktor yang


mempengaruhi pembelajran siswa baik faktor internal maupun eksternal. Maka sebelum
pembelajaran dimulai guru sebagai pendidik harus mengetahui kondisi atau kedaan siswa
sebagai peserta didik. Maka yang dilakukan dalam teori S-R adalah sebagai berikut :
A. Permasalahan
Sebelum melaksanakan perencanaan tindakan dilaksanakan terlebih dahulu
studi pendahuluan berupa diskusi dengan guru matematika yang bertujuan mengetahui
masalah yang ada pada proses pembelajaran yang menyebabkan hasil belajar matematika
rendah.
B. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini penulis membuat alternatif pemecahan masalah (perencanaan
tindakan) dalam mengatasi rendahnya hasil belajar matematika siswa. Pemecahan masalah
yang dilakukan adalah :
1. Membuat Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) yang berisikan langkah-langkah kegiatan
dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran dengan teori S – R.
2. Mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksananya proses pembelajaran,
yaitu buku ajar siswa dan tes hasil belajar siswa materi bentuk pangkat.
15

3. Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi kegiatan pembelajaran berlangsung


dengan menggunakan pembelajaran teori S – R.

Seperti yang sudah di jelaskan di atas bahwa pada makalah ini penulis
menggunakan Tahap Operasi Formal (Formal Operation Stage) dimana anak sudah bisa
menggunakan simbol-simbol sebagai media ajar tanpa harus menggunkan benda nyata.
Maka jika menggunakan teori Stimulus – Respon Piaget, maka langkah-
langkah yang harus dilakukan guru adalah :
1. Memberikan manfaat bagi kehidupan jika memahami materi yang disampaikan. Ini berguna
agar peserta didik mendapat stimulus yang baik untuk berusaha memahami materi yang akan
di ajarkan.
2. Memberikan gambaran (ingatan) tentang materi yang berhubungan dengan materi yang
akan disampaikan. Seperti materi bentuk pangkat ini, di SMP telah dipelajari materi bentuk
pangkat juga, maka guru sebagai pendidik kembali mengingatkan sekilas materi bentuk
pangkat di SMP agar mendapat respon yang baik pada saat mengajar materi bentuk pangkat
yang lebih rumit di SMA.
3. Guru sebagai pendidik memberikan penjelasan materi yang akan di pelajari (Stimulus) agar
siswa berpikir untuk mengerti materi yang disampaikan (Respon).
4. Guru sebagai pendidik memberikan soal-soal atau contoh soal yang berkaitan dengan
materi yang sudah bersifat abstrak tidak lagi konkret. Karena menurut Piaget siswa SMA
sudah bisa menyelesaikan soal-soal yang berupa simbol-simbol, ide-ide, abstraksi dan
generalisasi. Seperti saat pendidik ingin mengajarkan Bilangan Pangkat peserta didik maka
sesuai dengan teori S – R Piaget penerapannya adalah sebagai berikut.

Contoh 1 :
Pangkat Bulat Positif
Jika x4 = 16 dan y2 = 36, maka hasil dari x – y adalah ….
Pada soal di atas peserta didik harus melakukan operasi terhadap operasi,
untuk mengerjakannya perserta didik harus mencari nilai masing-masing x dan y. nilai x
adalah akar pangkat empat dari 16 yaitu 2, dan untuk mencari nilai y adalah akar kuadrat dari
36 yaitu 6. Maka nilai x – y adalah 2 – 6 = -4. Maka pendidik tidak harus membawa benda
nyata untuk menunjukkan pada peserta didik x4 = 16 dan y2 = 36. menurut Piaget Anak pada
usia 11 tahuan lebih sudah dapat mengerjakan soal dengan hanya menggunakan simbol-
simbol.
16

Contoh 2 :
Pangkat Bulat Negatif
Sederhanakan dan tulis tanpa pangkat negatif dari (5a)-2
Pada soal di atas peserta didik harus melakukan lebih dari satu operasi untuk
menyelesaikannya. Pertama karena bilangan berpangkat negataif maka untuk merubah
pangkat positif menjadi 1/(5a)2. Langkah kedua kuadratkan masing-masing suku pada
penyebut, menjadi 1/25a2. Untuk menyelesaikan soal ini harus memiliki stimulus dari
pelajaran SMP mengenai pangkat dua bilangan
17

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah seminar matematika ini adalah Stimulus tidak lain
adalah lingkungan belajar anak baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab
belajar. Sedangkan respon adalah akibat atau dampak berupa reaksi fisik terhadap stimulus.
Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat, kecendrungan perilaku S – R (Stimulus –
Respon). Maka dengan memeperhatikan kondisi internal dan eksternal peserta didik akan
lebih membantu dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Secara sadar bahwa dalam proses
belajar ini yang diutamakan adalah bagaimana individu dapat menyelesaikan dan terhadap
rangsangan kehidupan kemudian individu ini mengadakan reaksi. Reaksi yang dilakukan
merupakan usaha untuk menciptakan kegiatan sekaligus menyelesaikan dan akhirnya
mendapatkan hasil yang mengakibatkan perubahan pada dirinya. Sebagai hal baru serta
menambah pengetahuan. Belajar bertujuan untuk mengubah sikap positif artinya apabila
seseorang belajar sesuatu hal yang baru tergantung stimulus disekitarnya (faktor lingkungan
yang kondusif memberikan kenyamanan dalam proses belajar) termasuk keaktifan proses
mental yang sering dilatih dan akhirnya menjadi suatu kegiatan yang terbiasa. langkah-
langkah yang harus dilakukan guru adalah :
1. Memberikan manfaat bagi kehidupan jika memahami materi yang disampaikan
2. Memberikan gambaran (ingatan) tentang materi yang berhubungan dengan materi yang akan
disampaikan
3. Guru sebagai pendidik memberikan penjelasan materi yang akan di pelajari
4. Guru sebagai pendidik memberikan soal-soal atau contoh soal yang berkaitan dengan materi
2. Saran
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis memberikan beberapa saran untuk
memperbaiki kualitas hasil belajar matematika siswa, antara lain :
a. Dalam memberikan pelajaran matematika, hendaknya seorang guru menggunakan teori S-R
untuk meningkatkan hasil belajar
b. Diharapkan kepada guru agar lebih memperhatikan kegiatan belajar siswa untuk meningkatkan
hasil belajar, karena realitanya siswa kurang memahami pelajaran disebabkan beberapa faktor
seperti, bakat dan minat siswa yang kurang untuk mempelajari matematika, kurangnya
18

konsentrasi siswa dalam belajar dan anggapan siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang
sulit, serta msih terdapat siswa yang malu atau takut bertanya kepada guru
c. Sebagai bahan kajian atau referensi serta menambah wawasan bagi guru atau mahasiswa yang
ingin melakukan kajian yang berhubungan dengan teori S-R untuk perbaikan kualitas
pembelajaran
d. Dapat merasakan suasana yang menyenangkan dan memperoleh pengalaman berbeda dari
suasana belajar sebelumnya, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan minat belajar matematika
dan lebih memotivasi siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar dengan maksimal dengan
menggunakan teori S-R yang akhirnya membentu memaksimalkan hasil belajar siswa.

DATAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta:Rhineka Cipta
Dimyati dan Mudjiono, (2006), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta:Rhineka Cipta
Marpaung, Zulfah, (2009), Penerapan Pembelajaran dengan Teori Stimulus-Respon Untuk
Meningkatkan Hasil belajar siswa T.P 2009/2010, Medan: Mahasiswa Pendidikan Matematika
IAIN
Sinulingga, Petra, (2007), Penerapan Pengajaran dengan Metode Stimulus-Respons Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Logaritma di Kelas X SMA Swasta
Arakyat Sei Glugur Pancurbatu T.P 2007/2008, Medan: Mahasiswa FMIPA UNIMED
Slameto,(2003), Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta:Rineka Cipta.
Suryosubroto, B, (2002), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta:Rineka Cipta
Suryadi (www.Kompas.com)

Anda mungkin juga menyukai

  • Makalah
    Makalah
    Dokumen18 halaman
    Makalah
    muktabar annurul
    Belum ada peringkat
  • Cover FGHJ
    Cover FGHJ
    Dokumen4 halaman
    Cover FGHJ
    muktabar annurul
    Belum ada peringkat
  • ETNOGRAFIDAN NARATIF
    ETNOGRAFIDAN NARATIF
    Dokumen35 halaman
    ETNOGRAFIDAN NARATIF
    muktabar annurul
    Belum ada peringkat
  • Makala PKN
    Makala PKN
    Dokumen11 halaman
    Makala PKN
    muktabar annurul
    Belum ada peringkat
  • Cover FGHJ
    Cover FGHJ
    Dokumen4 halaman
    Cover FGHJ
    muktabar annurul
    Belum ada peringkat
  • Trigonometri Segitiga Siku-Siku
    Trigonometri Segitiga Siku-Siku
    Dokumen11 halaman
    Trigonometri Segitiga Siku-Siku
    muktabar annurul
    Belum ada peringkat
  • Prota
    Prota
    Dokumen45 halaman
    Prota
    Zahra Maulidiyah
    Belum ada peringkat
  • RPP Muk
    RPP Muk
    Dokumen7 halaman
    RPP Muk
    muktabar annurul
    Belum ada peringkat
  • Sampul Aljabar Linear
    Sampul Aljabar Linear
    Dokumen1 halaman
    Sampul Aljabar Linear
    muktabar annurul
    Belum ada peringkat
  • Full-Dikonversi
    Full-Dikonversi
    Dokumen388 halaman
    Full-Dikonversi
    muktabar annurul
    Belum ada peringkat
  • Pemodelan Matematika
    Pemodelan Matematika
    Dokumen2 halaman
    Pemodelan Matematika
    muktabar annurul
    Belum ada peringkat
  • Cover Kelompok
    Cover Kelompok
    Dokumen1 halaman
    Cover Kelompok
    muktabar annurul
    Belum ada peringkat
  • Soal Geografi Kelas XII
    Soal Geografi Kelas XII
    Dokumen9 halaman
    Soal Geografi Kelas XII
    muktabar annurul
    Belum ada peringkat
  • Jawaban Osk
    Jawaban Osk
    Dokumen38 halaman
    Jawaban Osk
    muktabar annurul
    Belum ada peringkat
  • Matriks Operasi
    Matriks Operasi
    Dokumen6 halaman
    Matriks Operasi
    muktabar annurul
    Belum ada peringkat
  • DFGHJKL
    DFGHJKL
    Dokumen2 halaman
    DFGHJKL
    muktabar annurul
    Belum ada peringkat
  • FGHJKL
    FGHJKL
    Dokumen4 halaman
    FGHJKL
    muktabar annurul
    Belum ada peringkat
  • FGHJKL
    FGHJKL
    Dokumen15 halaman
    FGHJKL
    muktabar annurul
    Belum ada peringkat
  • Program Tahunan
    Program Tahunan
    Dokumen2 halaman
    Program Tahunan
    evacarlina1721
    Belum ada peringkat
  • PTLSV
    PTLSV
    Dokumen10 halaman
    PTLSV
    muktabar annurul
    50% (2)
  • GHJKL
    GHJKL
    Dokumen12 halaman
    GHJKL
    muktabar annurul
    Belum ada peringkat
  • Jawaban Osk
    Jawaban Osk
    Dokumen38 halaman
    Jawaban Osk
    muktabar annurul
    Belum ada peringkat
  • Persamaan dan Pertidaksamaan Eksponen
    Persamaan dan Pertidaksamaan Eksponen
    Dokumen8 halaman
    Persamaan dan Pertidaksamaan Eksponen
    Wahidatul Husna
    Belum ada peringkat
  • Aghgpengantar Struktur Aljabar1
    Aghgpengantar Struktur Aljabar1
    Dokumen63 halaman
    Aghgpengantar Struktur Aljabar1
    muktabar annurul
    Belum ada peringkat
  • FILSAFAT PENDIDIKAN
    FILSAFAT PENDIDIKAN
    Dokumen25 halaman
    FILSAFAT PENDIDIKAN
    Ibnu Ubaidilah
    100% (1)
  • Cover Kelompok
    Cover Kelompok
    Dokumen1 halaman
    Cover Kelompok
    muktabar annurul
    Belum ada peringkat
  • CVBNM
    CVBNM
    Dokumen15 halaman
    CVBNM
    muktabar annurul
    Belum ada peringkat
  • RPP Muk
    RPP Muk
    Dokumen7 halaman
    RPP Muk
    muktabar annurul
    Belum ada peringkat
  • EKSPONEN
    EKSPONEN
    Dokumen10 halaman
    EKSPONEN
    muktabar annurul
    Belum ada peringkat
  • GEOMETRI
    GEOMETRI
    Dokumen15 halaman
    GEOMETRI
    muktabar annurul
    Belum ada peringkat