BAB I
PENDAHULUAN
sekarang ini. Matematika merupakan sarana berpikir untuk menumbuh kembangkan pola
pikir logis, sistematis, objektif, kritis dan rasional yang harus dibina sejak dini. Namun
kenyataannya peringkat daya saing pendidikan di Indonesia dewasa ini jauh ketinggalan
dengan negara-negara lain terutama di sektor pendidikan khususnya dibidang matematika.
Hal ini seperti diungkapkan Suryadi (www.kompas.com) bahwa :
“Peringkat daya saing Indonesia secara gelobal berdasarkan sejumlah penerbit
internasional perlu mendapat perhatian yang serius. World Competitiviness Yearbook
menempatkan peringkat daya saing Indonesia pada posisi ke 39 pada tahun 1997 dan
menurung ke posisi 46 dari 47 negara pada tahun 1999. Survei SDM, industri dan IPTEK
dalam indeks pembangunan manusia (UNDP : 1999) peringkat indonesia berada pada posisi
ke 105 dari 108 negara. Peringkat tersebut menunjukkan bahwa kualitas SDM Indonesia
belum memiliki daya saing, ajustru pada saat negara lain mengejar daya saing secara
global.”
Dari sekian banyak mata pelajaran yang diberikan di SMA matematika adalah
salah satu mata pelajaran diberikan beban jam pelajaran yang maksimal agar penguasaan
matematika siswa lebih kompeten. Akan tetapi pada saat pembelajaran matematika diberikan,
masi terdapat kesulitan-kesulitan yang dipelajarai siswa untuk mempelajarainya. Seperti yang
diungkapkan oleh Drs. Normal Rambe, guru mata pelajaran matematika di SMA N 1 Tanjung
Balai tersebut :
“Dari semua mata pelajaran yang diujikan pada saat ujian baik ujian semester maupun
ujian nasiona, nilai matematika siswa selalu rendah dibandingkan dengan mata pelajaran
yang lain, disisi lain pada setiap jam pelajaran matematika siswa kurang mengetahui nilai-
nilai yang seharusnya dijabarkan dan pengetahuan dasara siswa kurang untuk mengikuti
standart isi yang ada di SMA.”
Rendahnya prestasi siswa menunjukkan suatu indikasi bahwa siswa masih
mengalami kesulitan dalam mempelajari dan memahami matematika. Kualitas dan
pemerataan hasil pendidikan di Indonesia masi memprihatinkan dilihat dari indikator hasil-
hasil ujian yang masih di bawah angka standart dan sedikit anak yang memiliki kesempatan
untuk belajar.
Bertitik tolak dari permasalahan tersebut perlu diupayakan peningkatan hasil
belajar siswa sehingga dapat menarik minat belajar siswa. Salah satu cara yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan pembelajaran teori stimulus –
respon (S – R).
Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi
setelah belajar secara terus menerus bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.
Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor dari luar
diri dimana keduanya saling berinteraksi.
3
C. Batasan Masalah
Memperhatikan keterbatasan kemampuan penulis dan agar penulis makalah ini
tidak terlalu luas maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Banyak fakta penyebab
rendahnya hasil belajar siswa pada faktor model pembelajaran dengan menerapkan
pembelajaran teori Stimulus – Respon untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
bentuk pangkat di kelas X SMA T.A 2010/2011.
4
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah penggunaan pembelajaran dengan teori Stimulus – Respon dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi bentuk pangkat dikelas X SMA?
2. Bagaimana menerapkan pembelajaran dengan teori Stimulus – Respon agar dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bentuk pangkat dikelas X SMA?
3. Bagaimana aktifitas belajar siswa selama pembelajaran dengan teori Stimulus – Respon
pada materi bentuk pangkat dikelas X SMA?
4. Bagaimana aktifitas mengajar guru dalam menggunakan teori Stimulus – Respon pada
materi bentuk pangkat dikelas X SMA?
E. TUJUAN
Adapun tujuan dalam seminar ini adalah :
1. Untuk mengetahui penggunaan pembelajaran dengan teori Stimulus – Respon dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bentuk pangkat dikelas X SMA.
2. Untuk mengetahui bagaimana menerapkan pembelajaran dengan teori Stimulus – Respon
agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bentuk pangkat dikelas X SMA.
3. Untuk mengetahui aktifitas belajar siswa selama pembelajaran dengan teori Stimulus –
Respon pada materi bentuk pangkat dikelas X SMA.
4. Untuk mengetahui aktifitas mengajar guru dalam menggunakan teori Stimulus – Respon
pada materi bentuk pangkat dikelas X SMA.
F. MANFAAT
Dari seminar ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain :
1. Sebagai bahan sumbangan pemikiran dalam rangka mengembangakan proses pembelajaran
matematika ditingkat SMA atau sederajat khususnya pada materi bentuk pangkat.
2. Sebagai bahan perbandingan bagi calon guru / guru untuk meninjau kemampuan siswa SMA
dalam memahami pelajaran khusunya pada materi bentuk pangkat dengan menerapkan
pembelajaran dengan teori Stimulus – Respon.
3. Sebagai bahan kajian atau referensi serta menambah wawasan bagi peneliti yang akan
melakukan kajian berhubungan dengan teori Stimulus - Respon
5
BAB II
A. Kajian Teori
1. Pengertian-pengertian
A. Belajar
Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan
belajar manusia manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga
tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah
hasil dari belajar. Kita pun hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita pelajari. Belajar itu
bukan sekedar pengalaman. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan interaktif dengan
menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai tujuan.
Slameto (2003 : 2) mengungkapkan bahwa “Belajar adalah proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh asuatu perubahan tingkah laku dari yang
secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dan lingkungannya.”
Menurut pandangan Skinner, Dimyati dan Mudjiono (2006 : 9)
mengemukakan bahwa “Belajar adalah suatu perilaku pada saat seseorang belajar, maka
responnya menjadi baik sebaliknya, bila seseorang tidak belajar maka responnya menurun”.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
sebagai suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang yang melibatkan kegiatan
berpikir dan terjadi melalui pengalaman-pengalaman belajar yang didapat oleh seseorang
yang belajar dan melalui reaksi-reaksi terhadap lingkungan dimana seseorang berada
sehingga terjadi perubahan tingkah laku didalam diri seseorang yang belajar dan bersifat
positif atau lebih baik dari sebelumnya.
B. Kemampuan
Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik dalam menerima,
mengingat maupun menggunakan sesuatu yang diterimanya. Hal ini dapat disebabkan bahwa
setiap orang tidak sama pola pikirnya dan taraf kecerdasannya. Setiap orang memiliki cara
yang berbeda dalam hal menyusun segala sesuatu yang diamati, dilihat diingat ataupun
dipikirannya. Selain berbeda dalam tingkat kemampuan berpikir, seseorang juga dapat
berbeda dalam cara memperoleh, menyimpan serta menerapkan pengetahuannya dalam
kehidupan sehari-hari. Mereka dapat juga berbeda dalam cara menerima, mengorganisasikan
6
C. Hasil Belajar
Dengan berakhir suatu proses belajar maka siswa memperoleh suatu hasil
belajar menurut Dimyati dan Mujiono (2006 : 3) mengemukakan bahwa “Ahasil belajar
adalah hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar”. Proses belajar
bukan hal yang dialami oleh siswa, suatu respon terhadap segala cara pembelajaran yang
diprogramkan oleh guru. Dalam proses belajar tersebut guru meningkatkan kemampuan-
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar tersebut terjadi berkat evaluasi
guru.
Adapun bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Dan dari tidak
mengerti jadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur
subjektif adalah unsur rohani dan unsur motoris adalah unsur jasmani. Bahwa seseorang
sedang berpikir dapat dilihat dari raut mukanya dan sikapnya dalam rohani tidak dapat
dilihat.
Menurut Qoemar Hamalik (2004 : 30) menyatakan “tingkah laku manusia
terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada perubahan pada aspek-aspek
tersebut. Adapaun aspek-aspek tersebut adalah :
1. Pengetahuan 6. Emosional
2. Pengertian 7. Hubungan sosial
3. Kebiasaan 8. Jasmani
4. Keterampilan 9. Etis atau budi pekerti
5. Apresiasi 10. Sikap
Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan dan perubahan tingkah laku yang dimiliki siswa selama proses belajar.
7
D. Pembelajaran
Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan
maupun teori belajar merupkan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran
merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik
sedangkan belajar dilakukan oleh murid sebagai peserta didik. Menurut Coreu (1986 : 195)
“Konsep pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-
kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupkan
1. Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang
memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya,
semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula
hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
2. Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan
organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit),
9
1. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua
macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai
reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks
yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa
menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
1. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
2. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat
melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan
perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
kognitif yang lebih lengkap dari pada ketika ia masih kecil. Seorang anak yang baru pertama
kali melihat buaya akan menyebutnya sebagai cecak besar, karena cecaklah yang selalu
dilihatnya di rumah dan cecaklah yang paling dekat dengan stimulusnya.
Perkembangan skemata ini berlangsung terus-menerus melalui adaptasi
dengan lingkungannya. Skemata tersebut membentuk suatu pola penalaran tertentu dalm
pikiran anak. Makin baik kualitas skema ini, makin baik pulalah pola penalaran anak tersebut.
Proses terjadinya adaptasi dari skemata yang telah terbentuk dengan stimulus baru dilakukan
dengan dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses pengintegrasian
secara langsung stimulus baru kedalam skema yang telah terbentuk. Sedangkan akomodasi
adalah proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema yang telah terbentuk secara
tidak langsung.
Dalam struktur kognitif setiap individu mesti ada keseimbangan antara
asimilasi dengan akomodasi, agar dapat mendeteksi persamaan dan perbedaan yang terdapat
pada stimulus-stimulus yang dihadapi.
Berdasarkan hasil penelitiannya, piaget mengemukakn bahwa ada empat tahap
perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara kronologis (menurut
usia kalender) yaitu :
a. Tahap Sensori Motor, dari lahir sampai umur sekitar 2 tahun
b. Tahap Pra Operasi, dari sekitar umur 2 tahun sampai dngan sekitar umur 7 tahun
c. tahap Operasi Konkrit, dari sekitar uamur 7 tahun asampai dengan umur 11 tahun
d. Tahap Operasi Formal, dari sekitar umur 11 tahun dan seterusnya
Maka pada makalah ini penulis memakai tahap Operasi Formal karena masa
SMA anak sudah berumur lebih dari 11 tahun. Tahap Operasi Formal (Formal Operation
Stage) merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas. Anak pada tahap
ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak.
Penggunaan benda-benda konkret sudah tidak diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa
harus berhadapan dengan objek atau peristiwa langsung. Penalaran yang terjadi dalam
struktur kognitifnya telah mampu hanya menggunakan simbol-simbol, ide-ide, abstraksi dan
generalisasi. Ia telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi
yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami konsep promosi.
Sebagai contoh, kita perhatikan eksperimen Piaget berikut ini :
Seorang anak pada tahap ini dihadapkan pada gambar “Pak Pendek” dan
untaian penjepit kertas untuk mengukur tinggi “Pak Pendek” itu. Klemudiana ditambahkan
penjelasan dalam bentuk verbal bahwa “Pak Pendek” mempunyai teman “Pak Tinggi”.
12
Kemudian dikatakan apabila diukur dengan abatang korek api tinggi “Pak Pendek” empat
batang, sedangkan tinggi “Apak Tinggi” enam batang korek api. Berapakah tinggi “Pak
Tinggi” bila diukur dengan klip? Dalam memecahkan masalah di atas, anak harus melakukan
operasi terhadap operasi.
Anak pada operasi formal tidak lagi berhubungan dengan ada-tidaknya benda-
benda konkrit, tetapi berhubungan dengan tipe berfikir. Apakah stimulus disertai oleh benda-
benda konkret atau tidak, bagi anak pada tahap berfikir formal tidak menjadi masalah.
am/n = (a1/n)m
Misalkan a bilangan real dan a ≠ 0 dengan a > 0, p/q adalah bilangan pecahan q ≠ 0. q
≥ 2. Maka :
Misalkan a adalah bilangan real dan a ≠ 0 dengan a > 0, p/n dan m/n adalah bilangan
pecahan n ≠ 0. Jika n, q ≥ 2 maka :
(a/b)n = an/ bn
sedangkan
Jika a adalah bilangan riil, a ≠ 0, m adalah bilangan bulat positif, dan –m adalah bilangan
bulat negative, maka
a3/a5 = (a x a x a)/(a x a x a x a x a)
a3/a5 = 1/(a x a)
a3/a5 = 1/a2... (2)
Berdasarkan (1) dan (2) dapat disimpulkan bahwa a–2 = 1/a2.
Jadi kamu dapat mengubah bilangan rasional berpangkat bilangan bulat negatif ke dalam
bentuk bilangan rasional berpangkat bilangan bulat positif dan sebaliknya. Secara umum,
untuk bilangan berpangkat n, dengan n adalah bilangan bulat positif dapat ditulis seperti
berikut.
1/an = a–n, a ≠ 0
Sekarang, amati bentuk perpangkatan berikut yang dihitung dengan menggunakan kalkulator.
4–1 = 0,25 = 1/4
3–2 = 0,111 ... = 1/9 = 1/32
2–3 = 0,125 = 1/8 = 1/23
Uraian tersebut memenuhi definisi bilangan rasional berpangkat bilangan bulat negatif seperti
definisi berikut. Jika a bilangan rasional, a ≠ 0, dan n adalah bilangan bulat positif maka a–n
= 1/an
BAB III
PENERAPAN TEORI
Seperti yang sudah di jelaskan di atas bahwa pada makalah ini penulis
menggunakan Tahap Operasi Formal (Formal Operation Stage) dimana anak sudah bisa
menggunakan simbol-simbol sebagai media ajar tanpa harus menggunkan benda nyata.
Maka jika menggunakan teori Stimulus – Respon Piaget, maka langkah-
langkah yang harus dilakukan guru adalah :
1. Memberikan manfaat bagi kehidupan jika memahami materi yang disampaikan. Ini berguna
agar peserta didik mendapat stimulus yang baik untuk berusaha memahami materi yang akan
di ajarkan.
2. Memberikan gambaran (ingatan) tentang materi yang berhubungan dengan materi yang
akan disampaikan. Seperti materi bentuk pangkat ini, di SMP telah dipelajari materi bentuk
pangkat juga, maka guru sebagai pendidik kembali mengingatkan sekilas materi bentuk
pangkat di SMP agar mendapat respon yang baik pada saat mengajar materi bentuk pangkat
yang lebih rumit di SMA.
3. Guru sebagai pendidik memberikan penjelasan materi yang akan di pelajari (Stimulus) agar
siswa berpikir untuk mengerti materi yang disampaikan (Respon).
4. Guru sebagai pendidik memberikan soal-soal atau contoh soal yang berkaitan dengan
materi yang sudah bersifat abstrak tidak lagi konkret. Karena menurut Piaget siswa SMA
sudah bisa menyelesaikan soal-soal yang berupa simbol-simbol, ide-ide, abstraksi dan
generalisasi. Seperti saat pendidik ingin mengajarkan Bilangan Pangkat peserta didik maka
sesuai dengan teori S – R Piaget penerapannya adalah sebagai berikut.
Contoh 1 :
Pangkat Bulat Positif
Jika x4 = 16 dan y2 = 36, maka hasil dari x – y adalah ….
Pada soal di atas peserta didik harus melakukan operasi terhadap operasi,
untuk mengerjakannya perserta didik harus mencari nilai masing-masing x dan y. nilai x
adalah akar pangkat empat dari 16 yaitu 2, dan untuk mencari nilai y adalah akar kuadrat dari
36 yaitu 6. Maka nilai x – y adalah 2 – 6 = -4. Maka pendidik tidak harus membawa benda
nyata untuk menunjukkan pada peserta didik x4 = 16 dan y2 = 36. menurut Piaget Anak pada
usia 11 tahuan lebih sudah dapat mengerjakan soal dengan hanya menggunakan simbol-
simbol.
16
Contoh 2 :
Pangkat Bulat Negatif
Sederhanakan dan tulis tanpa pangkat negatif dari (5a)-2
Pada soal di atas peserta didik harus melakukan lebih dari satu operasi untuk
menyelesaikannya. Pertama karena bilangan berpangkat negataif maka untuk merubah
pangkat positif menjadi 1/(5a)2. Langkah kedua kuadratkan masing-masing suku pada
penyebut, menjadi 1/25a2. Untuk menyelesaikan soal ini harus memiliki stimulus dari
pelajaran SMP mengenai pangkat dua bilangan
17
1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah seminar matematika ini adalah Stimulus tidak lain
adalah lingkungan belajar anak baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab
belajar. Sedangkan respon adalah akibat atau dampak berupa reaksi fisik terhadap stimulus.
Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat, kecendrungan perilaku S – R (Stimulus –
Respon). Maka dengan memeperhatikan kondisi internal dan eksternal peserta didik akan
lebih membantu dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Secara sadar bahwa dalam proses
belajar ini yang diutamakan adalah bagaimana individu dapat menyelesaikan dan terhadap
rangsangan kehidupan kemudian individu ini mengadakan reaksi. Reaksi yang dilakukan
merupakan usaha untuk menciptakan kegiatan sekaligus menyelesaikan dan akhirnya
mendapatkan hasil yang mengakibatkan perubahan pada dirinya. Sebagai hal baru serta
menambah pengetahuan. Belajar bertujuan untuk mengubah sikap positif artinya apabila
seseorang belajar sesuatu hal yang baru tergantung stimulus disekitarnya (faktor lingkungan
yang kondusif memberikan kenyamanan dalam proses belajar) termasuk keaktifan proses
mental yang sering dilatih dan akhirnya menjadi suatu kegiatan yang terbiasa. langkah-
langkah yang harus dilakukan guru adalah :
1. Memberikan manfaat bagi kehidupan jika memahami materi yang disampaikan
2. Memberikan gambaran (ingatan) tentang materi yang berhubungan dengan materi yang akan
disampaikan
3. Guru sebagai pendidik memberikan penjelasan materi yang akan di pelajari
4. Guru sebagai pendidik memberikan soal-soal atau contoh soal yang berkaitan dengan materi
2. Saran
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis memberikan beberapa saran untuk
memperbaiki kualitas hasil belajar matematika siswa, antara lain :
a. Dalam memberikan pelajaran matematika, hendaknya seorang guru menggunakan teori S-R
untuk meningkatkan hasil belajar
b. Diharapkan kepada guru agar lebih memperhatikan kegiatan belajar siswa untuk meningkatkan
hasil belajar, karena realitanya siswa kurang memahami pelajaran disebabkan beberapa faktor
seperti, bakat dan minat siswa yang kurang untuk mempelajari matematika, kurangnya
18
konsentrasi siswa dalam belajar dan anggapan siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang
sulit, serta msih terdapat siswa yang malu atau takut bertanya kepada guru
c. Sebagai bahan kajian atau referensi serta menambah wawasan bagi guru atau mahasiswa yang
ingin melakukan kajian yang berhubungan dengan teori S-R untuk perbaikan kualitas
pembelajaran
d. Dapat merasakan suasana yang menyenangkan dan memperoleh pengalaman berbeda dari
suasana belajar sebelumnya, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan minat belajar matematika
dan lebih memotivasi siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar dengan maksimal dengan
menggunakan teori S-R yang akhirnya membentu memaksimalkan hasil belajar siswa.
DATAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta:Rhineka Cipta
Dimyati dan Mudjiono, (2006), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta:Rhineka Cipta
Marpaung, Zulfah, (2009), Penerapan Pembelajaran dengan Teori Stimulus-Respon Untuk
Meningkatkan Hasil belajar siswa T.P 2009/2010, Medan: Mahasiswa Pendidikan Matematika
IAIN
Sinulingga, Petra, (2007), Penerapan Pengajaran dengan Metode Stimulus-Respons Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Logaritma di Kelas X SMA Swasta
Arakyat Sei Glugur Pancurbatu T.P 2007/2008, Medan: Mahasiswa FMIPA UNIMED
Slameto,(2003), Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta:Rineka Cipta.
Suryosubroto, B, (2002), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta:Rineka Cipta
Suryadi (www.Kompas.com)