Anda di halaman 1dari 10

Vol. 6 No.

2 Tahun 2014 Halaman: 99-108

Website: ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/pelangi

TINGKAT KOLONISASI PERAKARAN BIBIT PISANG JANTAN


YANG DIINOKULASI DENGAN BEBERAPA DOSIS INOKULAN FUNGI
MIKORIZA ARBUSKULA SERTA LAMA PEMBERIAN FOSFAT
Novi1), Rizki2)
1,2)
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat
1)
novi.s3tia@gmail.com
2)
khi_bio@yahoo.com

INFO ARTIKEL Abstrak


Diterima : Pisang Jantan merupakan salah satu varietas pisang
Disetujui : yang menjadi komoditi unggulan daerah Sumatera
Barat. Sebagai komoditi unggulan, maka pertumbuhan,
Kata Kunci: kualitas dan produktivitasnya perlu dipertahankan dan
ditingkatkan. Aplikasi teknologi mikroba tanah berupa
Mikoriza, Pisang pengembangan agen biologis dari Fungi Mikoriza
Jantan, FMA Arbuskula (FMA) merupakan salah satu strategi yang
perlu dicoba dan dikembangkan dalam mendukung
pengembangan program nasional pengadaan bibit
pisang sehat serta isu pemeliharaan lingkungan
menekan pupuk dan pestisida berbahan dasar kimia.
Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan dan Kultur Jaringan dan rumah kaca
Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang
disusun dalam Rancangan Acak Lengkap Faktorial yang
terdiri dari dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor A:
Dosis mikoriza (A0 = tanpa inokulasi, A1 = 5 g
inokulan FMA PU10, A2 = 10 g inokulan FMA PU10,
A3 = 15 g inokulan PU10, A4 = 20 g inokulan PU10.
Faktor B : Waktu pemberian fosfat ( B0 = 0 HSI
inokulan FMA PU10 B1 = 10 HSI inokulan FMA PU10,
B2 = 20 HSI inokulan FMA PU10, B3 = 30 HSI
inokulan FMA PU10, B4 = 40 HSI inokulan FMA
PU10). Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh
hasil bahwa inokulasi inokulan FMA pada dosis yang
berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
persentase kolonisasi perakaran bibit pisang jantan.
Pemberian dosis 10 gram (A2) memperlihatkan
persentase kolonisasi perakaran tertinggi dibandingkan
dengan perlakuan lainnya yaitu sebesar 53. 33%.

ISSN: 2085-1057 E-ISSN: 2460-3740


100 Novi, Rizki

Pemberian fosfat pada hari ke 30 HSI mikoriza


memperlihatkan persentase kolonisasi tertinggi yaitu
45.55 %.

Abstract

Keywords: Male banana is one of the varieties of bananas that


becomes a main commodity of West Sumatra. As a main
Mycorrhizae, commodity, then growth, quality and productivity need
Male Banana, to be maintained and improved. Soil microbial
FMA technology application, such as the development of
biological agents of Fungi Mycorrhizae Fungi (AMF), is
one of the strategies need to be tested and developed to
support the development of a national program of
healthy banana seedlings as well as issues of pressing
environmental preservation based fertilizers and
chemical pesticides. This research was conducted at the
Laboratory of Plant Physiology and tissue culture and
greenhouse of Faculty of Agriculture, University of
Andalas, Padang. This research used an experimental
method arranged in a factorial completely-randomized
design consisting of two factors with three replications.
Factor A: Dose mycorrhizae (A0 = no inoculation, A1 =
5 g inoculant FMA PU10, A2 = 10 g inoculant FMA
PU10, A3 = 15 g inoculant PU10, A4 = 20 g inoculant
PU10. Factor B: Timing of phosphate (B0 = 0 HSI
inoculant FMA PU10 B1 = 10 HSI inoculant FMA
PU10, B2 = 20 HSI inoculant FMA PU10, B3 = 30 HSI
inoculant FMA PU10, B4 = 40 HSI inoculant FMA
PU10). The research shows that inoculation of inoculant
FMA on different doses give a significant effect on the
percentage of male banana seedling of root
colonization. Where dosing 10 grams (A2) shows that
the highest root colonization percentage compared with
other treatments equals to 53. 33%. The provision of
phosphate on 30th day of HSI Mycorrhizae shows that
the highest percentage of colonization is 45.55%.

PENDAHULUAN potensi sebagai sumber karbohidrat,


nutrisi, mineral dan kandungan
Pisang (Musa paradisiaca. L)
seratnya sangat memenuhi
merupakan salah satu jenis buah
persyaratan sebagai komoditi pangan
tropika yang mempunyai potensi
dan makanan (Nasir dan
cukup tinggi untuk dikelola secara
Jumjunidang, 2002). Buah ini juga
intensif dengan berorientasi
mengandung kalium yang mampu
agribisnis, karena pisang telah
menurunkan tekanan darah, menjaga
menjadi usaha dagang ekspor dan
kesehatan jantung dan mempelancar
impor di pasar internasional
pengiriman oksigen ke otak
(Rukmana, 2000). Pisang memiliki
(Astawan, 2005).
Jurnal Pelangi 101

Menurut Dinas Pertanian (2004), molekul-molekul kimiawi dari pupuk


produksi pisang di Sumatera Barat sehingga proses regenerasi humus tak
tahun 2003 mencapai 23.244 ton. Jika dapat dilakukan lagi. Akibatnya
dibandingkan dengan tahun 2002 ketahanan tanah atau daya dukung
yang hasilnya 35.139,61 ton maka, tanah dalam memproduksi menjadi
ditahun 2003 mengalami penurunan kurang (Ihsan, 2008). Oleh karena itu
sebesar 11.895,61 ton. Penurunan penggunaan pupuk hayati dapat
produksi ini salah satunya disebabkan menjadi sumber yang cukup
karena menurunnya luas panen dan potensial. Salah satu mikroba tanah
produktivitas. Pada tahun 2002 luas yang berperan sebagai pupuk hayati
panen pisang seluas 2.134,38 hektar adalah mikoriza. Fungi Mikoriza
turun menjadi 2.129,34 hektar di Arbuskula merupakan salah satu
tahun 2003. Begitupun halnya dengan mikroorganisme simbiotik obligat
produksi pisang, dimana, pada tahun yang telah diketahui mempunyai
2002 sebesar 164,664 ton/Ha turun pengaruh yang menguntungkan bagi
menjadi 1,543 ton/Ha. Penurunan luas pertumbuhan tanaman terutama
panen ini antara lain disebabkan oleh dalam meningkatkan serapan P
masih rendahnya ketahanan tanaman tanaman, disamping dapat
pisang terhadap serangan penyakit. menstimulasi pertumbuhan, juga
Serangan jamur patogen seperti meningkatkan ketahanan terhadap
Fusarium oxysporum Schlecht f.sp. serangan patogen tanah (Mosse 1981;
cubense (FOC) dan bakteri Ralstonia Baon, 1983).
solanacearum menyebabkan penyakit Kemampuan spora mikoriza
layu pada pisang Subakti dan untuk berkecambah membutuhkan
Supriyanto (2006) cit Suswati (2008) waktu yang cukup lama.
Untuk mengatasi masalah Perkecambahan spora biasanya terjadi
pertumbuhan pada pisang, maka pada fase pertama yaitu 20-25 hari
diperlukan upaya untuk setelah terjadi kontak dengan daerah
meningkatkan kemampuan akar perakaran. Untuk memacu
pisang dalam penyerapan unsur hara. perkecambahan dan perkembangan
Kelangkaan dan tingginya harga spora sehingga kemampuan mikoriza
pupuk juga menjadi permasalahan untuk berkolonisasi dengan perakaran
utama bagi petani termasuk petani juga baik maka perlu ditambahkan
pisang. Salah satu solusi yang bahan aditif. Salah satu bahan aditif
dipersiapkan pemerintah adalah yang dapat diberikan adalah dalam
menyelenggarakan program pupuk bentuk batuan fosfat.
bersubsidi. Pupuk bersubsidi antara Mengingat ketersediaan fosfat
lain urea, superphos (SP), ZA, NPK yang lambat bagi tumbuhan serta
dan organik. Pupuk bersubsidi kemampuannya dalam merangsang
tersebut tidak dijual bebas, hanya perkecambahan spora mikoriza, maka
dijual melalui pengecer resmi (Ihsan, waktu aplikasi fosfat perlu
2008). dipertimbangkan. Semakin cepat
Masalah lain yang dihadapi waktu aplikasi fosfat maka akan
dalam pemanfataan pupuk kimia semakin cepat pula ketersediaannya
adalah zat hara yang terkandung bagi tumbuhan serta perkecambahan
dalam tanah menjadi diikat oleh spora mikoriza pun akan terjadi lebih
102 Novi, Rizki

cepat. Sehingga keberadaan fosfat dan dalam Rancangan Acak Lengkap


inokulasi mikoriza akan lebih optimal Faktorial yang terdiri dari dua faktor
bagi pertumbuhan tanaman. Bressan dengan tiga ulangan. Faktor A: Dosis
(2002) menyatakan bahwa mikoriza (A0 = tanpa inokulasi, A1 =
penambahan unsur P dapat 5 g inokulan FMA PU10, A2 = 10 g
meningkatkan perkecambahan dan inokulan FMA PU10, A3 = 15 g
kolonisasi akar oleh tanaman inokulan PU10, A4 = 20 g inokulan
bermikoriza. PU10. Faktor B : Waktu pemberian
Tujuan penelitian ini adalah fosfat ( B0 = 0 HSI inokulan FMA
untuk melihat tingkatan kolonisasi PU10 B1 = 10 HSI inokulan FMA
perakaran bibit Pisang Jantan yang PU10, B2 = 20 HSI inokulan FMA
diinokulasi dengan beberapa dosis PU10, B3 = 30 HSI inokulan FMA
inokulan fungi mikoriza arbuskula PU10, B4 = 40 HSI inokulan FMA
serta lama pemberian fosfat. Adapun PU10).
target luaran yang ingin dicapai Penelitian diawali dengan
adalah hasil penelitian ini bisa pengolahan tanah yang akan
menjadi masukan dalam mendukung digunakan untuk perlakuan. Tanah
pengembangan program nasional yang digunakan adalah tanah jenis
pengadaan bibit pisang sehat dan ultisol, Setelah tanah dikering
ketahanan pangan, revitalitasi anginkan disterilkan dengan
ekonomi bagi petani pisang Indonesia pemanasan selama 1 jam pada suhu
terutama petani pisang Sumatera 1000C. Campuran tanah didinginkan
Barat serta isu pemeliharaan selama dua hari, dan dimasukkan
lingkungan menekan pupuk dan sebanyak 4 kg per polibag.
pestisida berbahan kimia. Aplikasi FMA dilakukan satu
bulan setelah bibit diaklimatisasi
BAHAN DAN METODE dengan cara menaburkan inokulan
FMA sesuai perlakuan ke sekitar
Bahan yang digunakan dalam
daerah perakaran (Muas, Yefriwati,
penelitian ini antara lain bibit pisang
Habazar dan Reflin, 2005).
kultivar jantan hasil perbanyakan
Batuan Fosfat diberikan sesuai
kultur jaringan (umur satu bulan
perlakuan dengan menaburkan 4gr
setelah aklimatisasi). Inokulan FMA
batuan posfat per polibag. Penaburan
PU10 (koleksi Prof. Dr. Ir. Eti Farda
batuan fosfat diupayakan tidak
Husin dan Ir. Suswati, MP,2008),
sampai mengenai akar tanaman.
batuan fosfat (SP 36: P2O5 36%),
Karena pupuk mengalami oksidasi
KOH 10 %, HCL 1 %, Larutan
sehingga kontak lansung antara
pewarna staining yaitu larutan
pupuk dengan akar tanaman dapat
staining laktofenol tryphan blue,
menyebabkan akar mati (Muin, 2003)
larutan distaining, tanah ultisol.
Untuk penyediaan preparat untuk
Sedangkan alat yang dipakai adalah
pengamatan kolonisasi akar dilakukan
mikroskop cahaya, labu semprot,
dengan akar dicuci dengan air lalu
petridisk, gelas objek, cover glass,
dipotong dengan panjang lebih
gelas piala, tabung reaksi, botol
kurang 1 cm. Lalu direndam dalam
sampel.
KOH 10% selama 24 jam. Setelah itu
Penelitian ini menggunakan
dicuci dengan aquadest kemudian
metode eksperimen yang disusun
Jurnal Pelangi 103

direndam dalam HCL 2 % selama 15 dengan uji lanjut Duncan New


menit. Kemudian dicuci lagi dengan Multiple Range Test (DNMRT) pada
air, lalu direndam dalam larutan taraf 5% (Gomez dan Gomez, 1995).
staining trypan blue selama 24 jam.
Buang larutan tersebut dan ganti PEMBAHASAN
dengan larutan distaining dan Data pada Tabel 1 menunjukkan
dibiarkan selama 24 jam. Potongan bahwa inokulasi FMA pada dosis
akar yang telah diwarnai diambil yang berbeda memberikan pengaruh
secara acak dan disusun pada objek yang berbeda nyata terhadap
glass sebanyak tiga buah, satu gelas persentase kolonisasi perakaran bibit
objek berisi 6 sampel akar, lalu di pisang jantan.. Perlakuan A2
squash dan diamati di bawah memberikan hasil yang berbeda nyata
mikroskop. (Husin, 1994). dengan semua perlakuan lainnya.
Pengamatan kolonisasi mikoriza Perlakuan A3 dan A4 memberikan
meliputi pengamatan struktur pengaruh yang berbeda nyata dengan
kolonisasi berupa adanya salah satu perlakuan A1 dan A0. Perlakuan A1
dari struktur berikut hifa internal, hifa berbeda nyata dengan perlakuan
eksternal, vesikular, arbuskula pada kontrol (A0). Terlihat bahwa
preparat akar yang telah dibuat. persentase kolonisasi perakaran bibit
Data yang didapatkan dianalisis pisang jantan meningkat seiring
dengan menggunakan analisis sidik meningkatnya dosis inokulan yang
ragam. Bila pengaruh perlakuan diberikan sampai pada dosis tertentu.
berbeda nyata maka dilanjutkan

Tabel 1. Rata-rata persentase kolonisasi FMA pada akar bibit pisang jantan yang
diinokulasi dengan beberapa dosis inokulan FMA
Dosis Inokulan FMA (Faktor A) Persentase kolonisasi perakaran (%)
A0 tanpa inokulasi 18.87 d
A1. 5 gr 33.33 c
A2. 10 gr 53.33 a
A3. 15 gr 46.67 b
A4. 20 gr 46.66 b
Keterangan: Perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang berbeda
tidak nyata uji BNT 5 %

Tabel 2. Rata-rata persentase kolonisasi FMA pada akar bibit pisang jantan yang
diberikan batuan fosfat dengan aplikasi waktu pemberian fosfat yang
berbeda
Waktu Pemberian Fosfat (Faktor B) Persentase kolonisasi perakaran (%)
B0 0 HSI 33.32 e
B1. 10 HSI 36.67 d
B2. 20 HSI 40.00 c
B3. 30 HSI 45.55 a
B4. 40 HSI 43.33 b
Keterangan: Perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang berbeda tidak
nyata uji BNT 5 %
104 Novi, Rizki

Persentase kolonisasi tertinggi dalam penyerapan unsur hara.


terdapat pada perlakuan A2 dengan Sieverding (1991) menyatakan bahwa
pemberian dosis FMA sebanyak 10 cendawan menerima 0,01-0,17 %
gram yaitu 53,33%. Jika dosis karbohidrat dari tanaman untuk
dinaikkan maka terjadi penurunan pembentukkan, pemeliharaan serta
persentase kolonisasi. Hal ini diduga pengaktifan struktur mikoriza,
karena inokulan FMA pada dosis 10 sebaliknya tumbuhan memperoleh
gram sudah mampu bekerjasama bantuan dalam penyerapan unsur
dengan baik pada daerah perakaran. hara. Ditambahkan oleh Simarmata
Apabila dosis ditingkatkan maka (2004) yang menyatakan bahwa
terjadi penurunan persentase eksudat-eksudat akar mengandung
kolonisasai perakaran. Hal ini diduga karbohidrat , asam amino dan
bahwa jumlah inokulan FMA yang substansi lain yang dibutuhkan oleh
terdapat di daerah perakaran sudah FMA.
terlalu banyak sehingga diantara Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat
inokulan tersebut terjadi persaingan bahwa untuk perlakuan A1, A3 dan
intraspesifik dalam memperoleh A4, pesentase kolonisasi akar berkisar
energi dari perakaran bibit pisang 26,67 % - 46,67 %. Sedangkan untuk
jantan. Hal ini sesuai dengan perlakuan A2 dengan persentase
pernyataan Syarif (2001) yang kolonisasi 53,33 %. Berdasarkan tabel
menyatakan bahwa infeksi FMA pada kriteria penilaian persentase
akar tanaman dapat mencapai kolonisasi akar, maka untuk
maksimum jika FMA yang perlakuan A1, A3 dan A4 termasuk
diinokulasikan sampai pada batas ke dalam kriteria sedang, sementara
dosis tertentu. Pemberian dosis untuk perlakuan A2 termasuk kriteria
mikoriza yang terlalu tinggi dapat tinggi. Infeksi yang terjadi pada
menurunkan tingkat infeksinya perakaran bibit pisang jantan juga
karena terjadi persaingan interspesifik menunjukkan adanya kesesuaian
dalam memperoleh energi dari antara perakaran bibit pisang jantan
tanaman inang. dengan inokulan FMA yang
Kolonisasi akar merupakan diinokulasikan.Syah, Jumjunidang,
prasyarat FMA pada tanaman inang. Fatria dan Riska (2005) menyatakan
Kolonisasi perakaran bibit pisang bahwa reaksi kompatibilitas,
jantan oleh FMA menunjukkan inkompatibilitas, infektivitas dan
bahwa perakaran bibit pisang jantan efektivitas FMA sangat dipengaruhi
terinfeksi oleh FMA. Hal ini terjadi oleh beberapa faktor diantaranya jenis
karena adanya eksudat akar tanaman mikoriza dan jenis tanaman.
yang menstimulir pertumbuhan Pada perlakuan kontrol yang
inokulan FMA. Infeksi yang terjadi tidak diinokulasikan dengan FMA
menunjukkan bahwa antara FMA ternyata juga terinfeksi, hal ini
dengan akar bibit pisang jantan terjadi menunjukkan bahwa pada media
suatu bentuk simbiosis yang bersifat tanam yang digunakan terdapat FMA.
mutualisme, dimana FMA Meskipun tanah yang digunakan pada
memperoleh karbohidrat dari inang penelitian ini telah disterilisasi
dan inang memperoleh bantuan FMA terlebih dahulu, inokulan mikoriza
Jurnal Pelangi 105

pada media perlakuan kontrol diduga Diduga bahwa perkecambahan


berasal dari mikoriza-mikoriza natif spora terjadi pada minggu ke empat
yang terdapat pada tanah. Mikoriza setelah diinokulasikan pada perakaran
ini juga diduga berasal dari pot-pot tanaman bibit pisang jantan.
perbanyakan mikoriza di sekitar area Perkecambahan spora merupakan
penelitian, yang terbawa melalui tahap awal untuk terjadinya infeksi
percikan air saat melakukan pada daerah perakaran tanaman. Laju
penyiraman. Dimana mikoriza ini kolonisasi akar selain ditentukan oleh
mengakibatkan pada perlakuan respon tanaman mitra dan lingkungan
kontrol terdapat mikoriza. tumbuhan, ditentukan pula oleh
Infeksi oleh mikoriza dicirikan dormansi, tingkat kematangan dan
dengan terbentuknya umur spora (Abbot dan Gazey, 1994).
arbuskula,vesikula dan hifa internal. Saat diinokulasikan pada daerah
Pada penelitian ini, pengamatan di perakaran, spora mikoriza tidak
bawah mikroskop menunjukkan pada langsung berkecambah. Spora
daerah perakaran terdapat vesikula mikoriza akan mengalami masa
dan hifa internal (lampiran 2). dormansi untuk beberapa waktu.
Vesikula merupakan organ yang Dormansi merupakan waktu yang
berbentuk seperti kantong di ujung diperlukan spora untuk
hifa. Vesikula mengandung banyak mempersiapkan diri memasuki masa
lemak berperan sebagai tempan berkecambah dan kemudian
menyimpan cadangan makanan. Pada mengkolonisasi akar. Setiap jenis
saat suplai metabolik dari tanaman FMA memiliki masa dormansi yang
inang berkurang, cadangan makanan berbeda- beda. Gigaspora dapat
yang terdapat dalam vesikula akan berkecambah dan mengkolonisasi
digunakan sehingga vesikula akar dalam waktu kurang dari
mengalami degenerasi (Abimanyu, seminggu. Glomus dalam tempo 6
2004). minggu sedangkan Acaulospora
berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat memiliki masa dormansi lebih lama
bahwa aplikasi waktu pemberian lagi (Tawaraya et al.1996; Berthham,
fosfat yang berbeda memberikan 2006) pada penelitian ini
pengaruh yang berbeda terhadap menggunakan inokulan FMA yang
persentase kolonisasi perakaran bibit terdiri dari campuran antara Glomus
pisang jantan oleh FMA.Dimana dengan Acaulospora. Dilihat dari
persentase kolonisasi perakaran masa dormasi spora yang digunakan
tertinggi terdapat pada pemberian berbeda, Acaulospora yang memiliki
batuan fosfat pada hari ke 30 setelah masa dormansi lebih panjang dari
inokulasi (B3). Sedangkan persentase Glomus sehingga diduga
kolonisasi terendah terdapat pada perkecambahan dari spora inokulan
perlakuan B0 yaitu pemberian batuan yang digunakan secara terjadi
fosfat pada saat yang bersamaan beberapa minggu setelah inokulasi
dengan inokulasi FMA. Hal ini dilakukan.
diduga karena berhubungan dengan Ketersediaan fosfat akan
faktor waktu perkecambahan spora mempengaruhi tingkat kolonisasi akar
mikoriza oleh mikoriza. Diduga pemberian
batuan fosfat pada hari ke 30 setelah
106 Novi, Rizki

inokulasi mikoriza adalah waktu yang bibit pisng jantan.Kriteria kolonisasi


tepat untuk memacu perkecambahan perakaran bibit pisang jantan oleh
spora. Dalam penelitian ini ternyata FMA serta lama pemberian fosfat
pemberian fosfat lebih awal belum termasuk kriteria sedang – tinggi
mampu untuk memacu terjadinya
perkecambahan spora FMA yang UCAPAN TERIMA KASIH
digunakan lebih cepat. Hal diduga Terbitnya tulisan ini tidak
karena spora mikoriza yang bersifat terlepas dari bantuan berbagai pihak,
dorman. Pemberian fosfat pada hari untuk itu penulis ucapkan terima
ke 30 setelah inokulasi merupakan kasih yang sebesar-basarnya kepada
waktu yang lebih tepat untuk Pihak STKIP PGRI Sumatera Barat
mematahkan masa dormansi dari khususnya pengelola jurnal Pelangi
spora inokulan FMA yang sedang yang telah memberikan kesempatan
dalam masa dorman. Sebagaimana kepada penulis untuk menulis dijurnal
disebutkan di atas bahwa spora Pelangi.Selanjutnya penulis juga
Glomus dan Acaulospora memiliki berterima kasih kepada para
masa dormansi lebih panjang penyumbang sumber insirasi yang
dibanding Gigaspora, dengan telah memerikan inspirasi bagi
memberikan batuan fosfat pada saat penulis untuk mengutip atau
masa dormansinya maka akan dapat menggunakan tulisannya sebagai
memutuskan masa dormansi tersebut bahan referensi.
sehingga spora terpacu untuk
berkecambah. Bolan (1991)
DAFTAR RUJUKAN
menyatakan bahwa manfaat terbesar
dari inokulasi FMA diperoleh dengan Astawan, M. 2005. Pisang Buah
penggunaan batuan fosfat sebagai Kehidupan. Kompas
sumber P. Batuan fosfat merupakan Cybermedia. http:
bahan yang baik sebagai aditif //www.kompas.com/kesehatan/
inokulan mikoriza karena news/0508/10074633.htm
mengandung fosfat tetapi tidak Bolan, J. B. 1991. Mikoriza: Peranan
tersedia bagi tanaman. Nikolaou et al Serta Kemungkinan
(2002) menyatakan bahwa Perkembangannya Dalam
penambahan batuan fosfat dapat Lapangan Perkebunan. Menara
merangsang terjadinya Perkebunan 51 : 29-32
perkecambahan spora FMA. Dinas Pertanian Sumatera Barat.
2004. Laporan Tahunan Dinas
KESIMPULAN Pertanian Tanaman
Hortikultura. Sumatera Barat
Pemberian inokulan FMA pada Husin, E. F. 2002. Respon Beberapa
dosis 10 gram memberikan hasil Varietas Tanaman Kedelai
terbaik untuk persentase kolonisasi Terhadap Cendawan Mikoriza
perakaran bibit pisang jantan. Arbuskula. Jurnal Andalas 12
Pemberian batuan fosfat pada hari ke (32) 62-67
30 setelah inokulasi adalah waktu Muin, A. 2003. Pertumbuhan Anakan
yang tepat untuk mematahkan masa Ramin Gonystylus bancanus
dormansi inokulan FMA sehingga (Miq) Kurz Dengan Inokulasi
dapat memacu kolonisasi perakaran
Jurnal Pelangi 107

Cendawan Mikoriza Arbuskula Technical Coorporation Federal


(CMA) Pada Berbagai Republic
Intensitas Cahaya dan Dosis Simarmata, T. 2005. Revitalisasi
Fosfat Alam. Tesis Program Kesehatan Ekosistem Lahan
Pascasarjana. Institut Pertanian kritis Dengan Pemanfaatan
Bogor. Bogor. Pupuk Biologis Mikoriza Dalam
Mosse, D. N. 1981. Vesikular- Percepatan Pengembangan
Arbuskular Mychorrizal For Pertanian Ekologis di
Tropika Agriculture and Human Indonesia. Proseding Seminar
Resources. University of Nasional dan Workshop:
Hawaii. Hawaii Pemanfaatan Cendawan
Nikoaloau, N.N. Karagiannidis, S. Mikoriza Untuk Meningkatkan
Koundouras, and I. Fysarakis. Produksi Tanaman Pada Lahan
2002. Effect of Different P Marginal. Asosiasi Mikoriza
Sources in Soil on Increasing Indonesia. 9-10 Mei 2005.
Grows and Mineral Uptake of Jambi
Mychorrizal Vitis finivera L. (cv Syah. A. Jumjunidang, J. M. Fatria, d.
Victoria) vines. Int Sci Vigne Riska. 2005. Pengaruh
Vin 36. 195-204 Inokulasi Cendawan Mikoriza
Novi. 2008. Pertumbuhan Bibit Dari Arbuskula Te71rhadap
setek Jarak Pagar (Jatropha Pertumbuhan Bibit Jeruk
curcas L.) Yang Diinokulasi Varieas Japanche Citroen.
Dengan Beberapa Dosis Jurnal Hortikultura 15 (3). 171-
Inokulan Cendawan Mikoriza 176
Arbuskula Glomus Syarif, A. 2001. Infektifitas dan
fasciculatum. Skripsi Srajana Efektifitas Terhadap
Biologi. Universitas Andalas. Pertumbuhan Bibit Manggis.
Padang. Jurnal Stigma an Agricultural
Pemerintah Kota Pariaman. 2009. Science Journal Vol X N0. 2.
Varietas Pisang Jantan Hal 137
Pariaman Terus Stover, R. H and Simmonds, N. W.
Dikembangkan. 1993. Banana. Tropical1
www.kotapariaman.go.id Agriculture Series Longman
Setiadi. 1992. Peranan Spesifik Scientific and Technical. New 5
Mikroorganisme Untuk York
Memacu Pertumbuhan Suswati. 2008. Penapisan CMA
Tanaman. Makalah ini Indigenus Dalam Menginduksi
Disampaikan Dalam Kursus Ketahanan Bibit Pisang
Singkat Pemanfaatan Limbah Terhadap BDB. Disertasi
Lignoselulotik untuk Media Program Pasca Sarjana.
Semai Tanaman Kehutanan. Universitas Andalas. Padang.
IPB. Bogor Tjitrosoepomo, G. 2000. Morfologi
Sieverding, E. 1991. Vesicular- Tumbuhan. Gadjah Mada
Arbuscular Mychorriza University Press. Yogyakarta
Management in Tropical Yeni, Y. 2001. Pengaruh Lanjutan
Agrosystem. GTZ Gmbh. Dosis Inokulan CMA Glomus
108 Novi, Rizki

fasciculatum Terhadap Pemotongan Kedua. Skripsi


Produksi dan Kandungan Gizi Sarjana Peternakan Universitas
Rumput Gajah (Pennisetum Andalas, Padang
purpureum) cv Hawaii Pada

Anda mungkin juga menyukai