Anda di halaman 1dari 18

PANDUAN ASUHAN GIZI

RUMAH SAKIT PERMATA HATI

BAB I
DEFINISI

1. Asuhan Gizi
Asuhan gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur yang memungkinkan
untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.

2. Skrining Gizi

Skrining gizi adalah proses mengetahui dan mengidentifikasi karakteristik individu yang
mengalami kekurangan gizi atau yang beresiko terhadap permasalahan gizi,
Proses sederhanan dan cepat untuk mengidentifikasi permasalahan gizi

3. Pengkajian Gizi
Pengkajian gizi adalah kegiatan mengumpulkan, mengintegrasikan dan menganalisis data
untuk identifikasi masalah gizi yang terkait dengan aspek asuhan zat gizi dan makanan,
aspek klinis dan aspek perilaku-lingkungan serta penyebabnya

4. Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi adalah kegiatan mengidentifikasi dan memberi nama masalah gizi yang
aktual, dan atau berisiko menyebabkan masalah gizi yang merupakan tanggung jawab
dietisien untuk menanganinya secara mandiri. Diagnosis gizi diuraikan atas komponen
masalah gizi (Problem), penyebab masalah (Etiology), serta tanda dan gejala adanya
masalah (Signs & Symptoms).

5. Intervensi Gizi
Intervensi adalah serangkaian aktivitas spesifik dan berkaitan dengan penggunaan bahan
untuk menanggulangi masalah. Aktivias ini merupakan tindakan yang terencana secara
khusus, dengan tujuan untuk mengatasi masalah gizi terkait perilaku; kondisi lingkungan;
atau status kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi
klien.

6. Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon pasien/klien
terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya. Aktivitas ini bukan sekedar kegiatan
‘mengamati’ apa yang terjadi saja tetapi membutuhkan komitmen yang kuat untuk
melakukan pengukuran, pencatatan hasil sesuai indikator yang selaras dengan diagnosis gizi
dan intervensi gizi.

7. Konseling Gizi

1
Konseling gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang
dilaksanakan oleh Ahli Gizi/Dietisien untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian,
sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien
dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.

8. Dietisien
Dietisien adalah seorang yang mempunyai pendidikan gizi khususnya dietetik dan
mendapat sertifikasi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), bekerja untuk
menerapkan prinsip – prinsip gizi dalam pemberian makanan kepada individu atau
kelompok, merencanakan menu dan diet khusus, serta mengawasi penyelenggaraan dan
penyajian makanan.

9. Pasien
Pasien adalah seseorang yang mempunyai masalah kesehatan dan gizi, dan atau sedang
menjalani pengobatan di pelayanan kesehatan rumah sakit baik rawat jalan maupun rawat
inap, berkeinginan melakukan tindakan pencegahan penyakit, melakukan perubahan
perilaku serta meningkatkan status gizi. Pasien dapat datang karena keinginan sendiri
maupun dirujuk dari dokter yang merawat.

BAB II
RUANG LINGKUP

Tim asuhan gizi merupakan tim fungsional yang mengkoordinasikan penyelenggaraan


asuhan gizi mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Tim ini dipimpin
oleh seorang dokter dengan anggota yang terdiri dari dakter, nutrisionis atau dietsien, perawat
dan tenaga kesehatan lainnya. Tim asuhan gizi bertugas menyelenggarakan pelayanan gizi
paripurna kepada klien/pasien, terutama yang membutuhkan terapi gizi, termasuk pelayanan gizi
pada pasien rawat jalan. Salah satu upaya untuk pemantapan pelaksanaan asuhan gizi, dapat
dibentuk suatu panitia/komite asuhan gizi oleh pimpinan Rumah Sakit yang terdiri dari unsur
pengelola rumah sakit dan kelompok professional yang terkait dengan pengelolaan dan
pelaksanaan asuhan gizi. Secara garis besar panitia/komite ini mempunyai tugas membantu
pimpinan rumah sakit sebagai pemerhati masalah gizi pasien dan memberikan masukan untuk
2
penyempurnaan pelaksanaan asuhan gizi. Sedangkan untuk pelaksanaan asuhan gizi dibentuk
Tim Asuhan Gizi di masing-masing unit pelayanan. Agar kegiatan asuhan gizi berjalan dengan
optimal, maka perlu dukungan pimpinan rumah sakit, komite medik dan staf serta adanya
koordinasi dan komunikasi antar anggota tim.
Jadi ruang lingkup kegiatan pokok asuhan gizi di rumah sakit terdiri dari :
1) Asuhan gizi pasien rawat jalan
2) Asuhan gizi pasien rawat inap
3) Penyelenggaraan makanan di dapur pusat

Prosedur Kerja Asuhan Gizi


Berikut ini tabel tentang prosedur kerja asuhan gizi

Tabel 1. Prosedur Kerja Asuhan Gizi Ruang Rawat Inap

No KEGIATAN MEKANISME UNSUR PEN. JAWAB


TERKAIT
1 Penentuan status gizi
a. Klinis Dilakukan untuk setiap Dokter/Perawat Dokter/Perawat
pasien baru dan di monitor
setiap hari
b. Deteksi Dilakukan pada saat pasien Dokter Dokter dan Kep.
baru masuk Ruangan

c. Antropometri Perawat/dietisien/ Kepala ruangan


Penimbangan dilakukan bila
Di ukur BB&TB Nutritions
mana diperlukan dan pasien
bisa ditimbang
d Laboratorium Dokter/analis Dokter/analis
Glukosa darah, Hb, Urine
lengkap, Feses
e Anamnesis Dietisien/ Dietisien/
riwayat gizi wawancara Nutritions nutritions

2 Interensi
a. Klinis Mengatasi semua gejala Dokter/perawat Dokter/perawat
penyakit (hipoglikemia,
hipotermia, dehidrasi, infeksi
dll)
b. Diet Dokter/dietisien/ Dietisien/
Menentukan diet,
Nutritions/ perawat
pemantauan, konsumsi Perawat
makanan, status gizi,
penyuluhan gizi/Edukasi
gizi, pemberian diet,
persiapan pulang, pencatatan
gizi
c. Pelaporan Dokter/dietisien/ Dokter/ dietisien/
Berdasarkan rekam medik : Nutritions/ Kepala ruangan
Perawat
ruang rawat jalan, ruang
rawat inap

3
BAB III
TATA LAKSANA

A. Tujuan Asuhan Gizi


Tujuan utama Asuhan Gizi adalah memenuhi kebutuhan zat gizi pasien secara optimal
baik berupa pemberian makanan pada pasien yang dirawat maupun konseling gizi pada
pasien rawat jalan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kerjasama tim yang terdiri
dari unsur terkait untuk melaksanakan urutan kegiatan yang dikelompokkan menjadi 4
kegiatan, yaitu :
1) pengkajian gizi (Nutrition Assessment);
2) membuat diagnosis masalah gizi (Nutrition Diagnosis);
3) intervensi gizi (Nutrition Intervention) dengan : Menentukan kebutuhan terapi gizi.
Dalam pelaksanaan asuhan gizi, penentuan terapi gizi pasien perlu mempertimbangkan
tiga macam kebutuhan yaitu penggantian (replacement), pemeliharaan (maintenance)
dan penambahan akibat kehilangan (loss) yang berkelanjutan dan untuk pemulihan
jaringan dengan berpedoman kepada tepat zat gizi (bahan makanan), tepat formula,
tepat bentuk, tepat cara pemberian, serta tepat dosis dan waktu. Memilih dan
mempersiapkan bahan/makanan/formula khusus (oral, enternal dan parenteral) sesuai
kebutuhan. Melaksanakan pemberian makanan
4) Membuat monitoring dan evaluasi gizi (Nutrition Monitoring and Evaluation). Dengan
demikian, jika metoda pemecahan masalah yang sistematis ini dilaksanakan secara
konsisten, maka Asuhan Gizi dapat meningkatkan profesionalisme dietisien secara
efektif sebagai pemberi pelayanan asuhan gizi, melalui cara berpikir dan membuat
keputusan secara kritis dalam upaya menangani masalah gizi, sehingga dapat
memberikan asuhan gizi yang berkualitas, aman, dan efektif.

B. Prinsip Asuhan Gizi


1. Asuhan Gizi Rawat Jalan
a. Tujuan
4
Memberikan pelayanan kepada klien/pasien rawat jalan atau kerlompok dengan
membantu mencari solusi masalah gizinya melalui nasihat gizi mengenai jumlah asupan
makanan yang sesuai, jenis diet yang tepat, jadwal makan dan cara makan, jenis diet
dengan kondisi kesehatannya.
b. Sasaran
- Pasien dan keluarganya.
- Kelompok pasien dengan masalah gizi yang sama
- Individu pasien yang datang atau dirujuk
- Kelompok masyarakat rumah sakit yang dirancang secara periodik oleh rumah sakit.

c. Mekanisme Kegiatan
Pelayanan gizi rawat jalan meliputi kegiatan konseling individual seperti pelayanan
konseling gizi pasien poli rawat jalan dan poli tumbuh kembang.
Pelayanan penyuluhan berkelompok seperti seperti : pemberian edukasi di kelompok
pasien diabetes, pasien hemodialisa, ibu hamil dan menyusui, pasien jantung koroner,
pasien TB, pasien kanker, dll.
Mekanisme pasien berkunjung untuk mendapatkan asuhan gizi di rawat jalan berupa
konseling gizi untuk pasien dan keluarganya serta penyuluhan gizi untuk kelompok
adalah sebagai berikut :
1) Konseling Gizi
 Pasien yang datang periksa di poliklinik- poliklinik rawat jalan dilakukan skrining
gizi awal oleh perawat.
 Pasien Malnutrisi dan kondisi khusus dikirim ke Dietisien
 Pasien datang ke ruang konseling gizi dengan membawa surat rujukan dokter dari
poliklinik yang ada di rumah sakit (sudah tercatat dalam Rekam Medik) atau
membawa surat rujukan dari luar rumah sakit, maupun pasien datang atas inisiatif
sendiri ke poli gizi.
 Dietisien melakukan pencatatan data pasien dalam buku registrasi.
 Dietisien melakukan asesmen gizi dimulai dengan pengukuran antropometri pada
pasien yang belum ada data tinggi badan (TB), berat badan (BB).
 Dietisien melanjutkan asesmen/ pengkajian gizi berupa anamnesa riwayat makan,
riwayat personal, membaca hasil pemeriksaan laboratorium dan fisik klinis (bila ada).
Kemudian menganalisa semua data asesmen gizi.

Pasien Rawat Jalan

Poliklinik

Skrining Gizi awal


oleh Perawat

Gambar 1. Mekanisme kegiatan


Pasien Malnutrisi & asuhan
Kondisigizi rawat jalan
 Dietisien menetapkan diagnosa gizi
Khusus dikirim ke Dietisien
5

Konseling Gizi
oleh Dietisien
 Dietisien memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling dengan langkah
menyiapkan dan mengisi leaflet/ brosur diet sesuai penyakit dan kebutuhan gizi
pasien serta menjelaskna tujuan diet, jadwal, jenis, jumlah bahan makanan sehari
menggunakan alat peraga food model, menjelaskan tentang makanan yang dianjurkan
dan tidak dianjurkan, cara pemasakan dan lain – lain yang disesuaikan dengan pola
makan dan keinginan serta kemampuan pasien.
 Dietisien menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang, untuk mengetahui
keberhasilan intervensi (monev) dilakukan monitoring dan evaluasi gizi.
 Pencatatan hasil konseling gizi dengan format ADIME (Assesmen, Diagnosis,
Intervensi, Monitoring dan Evaluasi) dimasukkan dalam rekam medik pasien atau
disampaikan ke dokter melalui pasien untuk pasien di luar rumah sakit dan diarsipkan
di ruang konseling.

2) Penyuluhan Gizi
2.1. Persiapan penyuluhan
 Menentukan materi sesuai kebutuhan.
 Membuat sasaran/ outline materi yang akan disajikan.
 Merencanakan media yang akan digunakan.
 Pengumuman jadwal dan tempat penyuluhan.
 Persiapan ruangan dan alat bantu/ media yang dibutuhkan.
2.2. Pelaksanaan penyuluhan
 Peserta mengisi daftar hadir (absensi)
 Dietisien menyampaikan materi penyuluhan.
 Tanya jawab.
2.3. Evaluasi dan laporan pelaksanaan penyuluhan
 Evaluasi penyuluhan dengan tanya jawab materi penyuluhan atau dapat juga
dengan menyebarkan kuesioner penyuluhan.
 Membuat laporan kegiatan penyuluhan dengan mencatat pada buku kegiatan
penyuluhan.

2. Asuhan Gizi Rawat Inap


a. Tujuan
Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar memperoleh asupan
makanan yang sesuai kondisi kesehatannya dalam upaya mempercepat proses
penyembuhan, mempertahankan dan meningkatkan status gizi.
b. Sasaran
Pasien dan keluarganya.

c. Mekanisme Kegiatan
Mekanisme pelayanan gizi rawat inap adalah sebagai berikut :
1. Skrining Gizi
 Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/ penapisan gizi oleh
perawat ruangan dan penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) oleh dokter
dan atau perawat. Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien/klien
yang beresiko, tidak beresiko malnutrisi atau kondisi khusus. Kondisi khusus
yang dimaksud adalah pasien dengan kelainan metabolik, hemodialisis, anak,
geriatrik, kanker dengan kemoterapi/radiasi, luka bakar, pasien dengan imunitas
menurun, HIV/AIDS, pasien TB, sakit kritis, jantung dan pembuluh darah.
6
Kondisi khusus ini dilaksanakan pada pasien yang beresiko malnutrisi
berdasarkan hasil skrining.
 Skrining awal dilakukan oleh perawat pada pasien baru 1 x 24 jam setelah
pasien masuk RS.
 Metode skrining sebaiknya singkat, cepat dan disesuaikan dengan kondisi dan
 kesepakatan di masing – masing rumah sakit. Metode skrining awal yang
disepakati oleh bagian keperawatan Rumah Sakit Daerah Mayjend HM Ryacudu
Kotabumi adalah dengan menggunakan metode Malnutrition Screening Tools
(MST) untuk pasien dewasa. Skrining untuk pasien anak 1 – 18 tahun dengan
menggunakan Strong Kids.
 Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien beresiko malnutrisi, maka dilakukan
pengkajian/asesmen gizi lanjut oleh Dietisien dengan menggunakan formulir
skrining gizi lanjut dewasa maupun anak.
 Setelah itu dilanjutkan dengan langkah – langkah proses asuhan gizi terstandar
(PAGT) oleh Dietisien.
 Pasien dengan status gizi baik atau tidak beresiko malnutrisi, dianjurkan
dilakukan skrining ulang setelah 1 minggu. Jika hasil skrining ulang beresiko
malnutrisi maka dilakukan proses asuhan gizi terstandar, bekerjasama dengan
dokter DPJP dan perawat.
 Pasien sakit kritis atau kasus sulit yang beresiko gangguan gizi berat akan lebih
baik bila ditangani secara tim. Bila rumah sakit mempunyai Tim Asuhan Gizi/
Nutrition Suport Tim (NST)/ Tim Terapi Gizi (TTG)/ Tim Dukungan Gizi/
Panitia Asuhan Gizi maka berdasarkan pertimbangan DPJP pasien tersebut
dirujuk kepada tim.
2. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
Proses Asuhan Gizi Terstandar dilakukan pada pasien yang beresiko kurang gizi,
sudah mengalami kurang gizi dan atau kondisi khusus dengan penyakit tertentu
yang beresiko berdasarkan hasil skrining, proses ini merupakan serangkaian
kegiatan yang berulang (siklus) sebagai berikut :

Gambar 2. Proses asuhan gizi terstandar

Langkah PAGT terdiri dari :


a) ASSESMEN/ PENGKAJIAN GIZI
Asesmen gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu : 1) Pengukuran dan
7
Pengkajian data antropometri; 2) Data biokimia, tes medis dan prosedur
(termasuk data laboratorium); 3) Pemeriksaan Fisik Klinis; 4) Anamnesis
Riwayat Gizi; 5) Riwayat Personal
1. Pengumpulan dan Pengkajian Data Antropometri
Pengumpulan dan pengkajian data antropometri merupakan hasil
pengukuran fisik pada individu. Pengukuran yang umum dilakukan antara
lain tinggi badan/panjang badan, berat badan, tinggi lutut, lingkar lengan atas,
tebal lemak, lingkar pinggang, lingkar panggul. Kecepatan pertumbuhan dan
kecepatan perubahan berat badan juga termasuk data yang dinilai dalam
aspek ini. Dengan mengaitkan dua ukuran akan didapat indeks yang dapat
member informasi mengenai kondisi status gizi seperti IMT untuk dewasa
dan BB/TB untuk anak, dll.
Hasil pengukuran ini dapat digunakan untuk menginterpretasikan status
gizi seseorang yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran dengan
standar yang ada atau memasukkan beberapa hasil pengukuran ini ke dalam
rumus penilaian status gizi tertentu.
a. Data Antrometri Dewasa
 Bila pasien dapat ditimbang pengukuran antropometri yang dilakukan
adalah pengukuran tinggi badan (TB), dan berat badan (BB).
 Bila pasien tidak dapat ditimbang pengukuran antropometri yang
dilakukan adalah pengukuran rentang lengan (RL), dan Lingkar Lengan
Atas (LLA)
 Pada pasien dengan obesitas dan ascites dilakukan pengukuran
antropometri lingkar pinggang (LiPi)
 Pada pasien dengan oedem extremitas bawah dan ascites, pengukuran
yang dilakukan adalah pengukuran Lingkar Lengan Atas (LLA).
 Pada pasien dengan oedem anasarka (seluruh tubuh), pengukuran
antropometri tidak bisa dilakukan. Status gizi dengan menggunakan
data biokimia.
b. Data Antropometri Anak – anak
 Bila pasien dapat ditimbang pengukuran antropometri yang dilakukan
adalah pengukuran panjang badan (PB) bila anak yang tidak dapat
berdiri dan atau tinggi badan (TB) bila anak dapat berdiri, serta berat
badan (BB).
 Bila pasien tidak dapat ditimbang pengukuran antropometri yang
dilakukan adalah pengukuran Lingkar Lengan Atas (LLA).
 Pada pasien anak dengan oedem extremitas bawah dan ascites,
pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran Lingkar Lengan Atas
(LLA).
 Pada pasien anak dengan oedem anasarka (seluruh tubuh), pengukuran
antropometri tidak bisa dilakukan. Status gizi dengan menggunakan
data biokimia.

8
2) Pengumpulan dan Pengkajian Data Biokimia
Pengumpulan dan pengkajian data biokimia meliputi hasil pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan yang berkaitan dengan status gizi, status
metabolik dan gambaran fungsi organ yang berpengaruh terhadap timbulnya
masalah gizi. Pengambilan kesimpulan dari data laboratorium terkait masalah
gizi harus selaras dengan data asesmen gizi lainnya seperti riwayat gizi yang
lengkap, termasuk penggunaan suplemen, pemeriksaan fisik dan sebagainya.
Disamping itu proses penyakit, tindakan, pengobatan, prosedur dan status
hidrasi (cairan) dapat mempengaruhi perubahan kimiawi darah dan urin,
sehingga hal ini perlu menjadi pertimbangan. Hasil analisis darah, urin
memberikan informasi yang bermanfaat mengenai status gizi, dan
mempunyai peranan dalam menegakkan diagnosis gizi dan intervensi gizi.

3) Pengumpulan dan Pengkajian Data Klinis dan Data Fisik


Pengumpulan dan pengkajian data pemeriksaan fisik dan klinis
dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berkaitan dengan
gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah gizi. Pemeriksaan fisik
terkait gizi merupakan kombinasi dari tanda – tanda vital dan antropometri
yang dapat dikumpulkan dari catatan medik pasien serta wawancara.
Pengumpulan dan pengkajian data pemeriksaan fisik dan klinis meliputi
kondisi kesehatan gigi dan mulut, penampilan fisik secara umum misalnya
kurus, gemuk, tubuh pendek, ada oedema, ascites, masa otot yang hilang,
lemak tubuh yang menumpuk, dan lain-lain.

4) Pengkajian/Anamnesa Data Riwayat Gizi


Gambaran asupan makanan dapat digali melalui anamnesa kualitatif dan
kuantitatif. Anamnesa riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makan/ pola makan sehari berdasarkan
frekuensi penggunaan bahan makanan, digunakan Formulir Food Frequency
(FFQ). Anamnesa secara kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran
asupan zat gizi sehari melalui “recall makanan 24 jam dengan alat bantu
‘food model’ dan digunakan Formulir Food Recall. Kemudian dilakukan
analisa zat gizi yang merujuk kepada daftar makanan penukar, atau daftar
komposisi zat gizi makanan. Hasilnya dapat diketahui berapa besar
pencapaian asupan energi dan zat gizi seseorang terhadap angka kebutuhan
atau angka kecukupan energi dan zat gizi tertentu.
Anamnesa riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan termasuk
komposisi, pola makan, diet saat ini dan data lain yang terkait. Selain itu
diperlukan data kepedulian pasien terhadap gizi dan kesehatan, aktivitas fisik
dan olah raga dan ketersediaan makanan di lingkungan klien, seperti tertera
pada label berikut:
9
Tabel 2 . Aspek-aspek yang dikaji dalam riwayat gizi
Asupan makanan  Komposisi dan kecukupan gizi
 Pola makan termasuk makanan selingan
 Suasana saat makan
 Daya terima terhadap makanan/zat gizi
 Diet yang sedang dijalani
Kesadaran  Pengetahuan dan kepercayaan terhadap rekomendasi diet
terhadap gizi dan  Kemandirian melaksanakan diet
 Edukasi dan konseling gizi yang sudah didapat dari masa
kesehatan
lalu
Aktivitas fisik  Pola kegiatan sehari-hari
 Waktu yang dihabiskan untuk bersantai, dsb
 Intensitas, frekuensi, dan kebiasaan melakukan olahraga
Ketersediaan  Kemampuan merencanakan menu
makanan  Daya beli
 Kemampuan/keterbatasan menyiapkan makanan
 Pemilihan makanan, sanitasi, dan higiene makanan
 Pemanfaatn program makanan
 Ketidakamanan makanan/pangan

5) Riwayat Personal
Pengumpulan dan pengkajian data riwayat personal (riwayat pasien)
meliputi empat area yaitu riwayat obat dan suplemen yang dikonsumsi, sosial
budaya, riwayat penyakit dan data umum pasien, sebagai berikut :
Tabel 3. Aspek-aspek yang dikaji dalam riwayat personal (riwayat pasien)
Riwayat obat dan suplemen  Obat yang digunakan baik berdasarkan resep
yang dikonsumsi maupun obat bebas yang berkaitan dengan
masalah gizi
 Suplemen gizi yang dikonsumsi
Sosial Budaya  Status sosial ekonomi, budaya, kepercayaa,
agama
 Situasi rumah
 Dukungan pelayanan kesehatan dan sosial
 Akses sosial / hubungan sosial.
Riwayat Penyakit  Keluhan utama yang berkaitan dengan
masalah gizi
 Riwayat penyakit dulu dan sekarang
 Riwayat pembedahan
 Penyakit kronik atau resiko komplikasi
 Riwayat penyakit keluarga
 Status kesehatan mental/emosi
 Kemampuan kognitif, seperti pasien stroke
Data umum pasien  Umur
 Pekerjaan
 Peranan dalam keluarga
 Tingkat pendidikan

b) DIAGNOSA GIZI
Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul dan
kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan
menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas menggunakan terminologi
10
yang ada.
Penulisan diagnosa gizi terstruktur dengan konsep PES atau Problem
(masalah) Etiologi (penyebab) dan Sign/ Symptoms (tanda dan gejala).
Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi tiga domain, yaitu :
1) Domain Asupan
Masalah aktual atau problem gizi utama yang berkaitan dengan
ketidaksesuaian asupan energi, zat gizi, dan cairan dibandingkan
kebutuhannya, yang didapat melalu oral, enteral maupun parenteral.
Termasuk di antaranya adalah asupan substansi bioaktif seperti suplemen zat
gizi, makanan fungsional dan alkohol. Domain asupan terdiri dari 5 kelas
dan beberapa sub kelas dengan pengertiannya sebagai berikut :
Tabel 4. Kelas Domain Asupan
Kelas Pengertian

Keseimbangan energi Perubahan aktual atau perkiraan perubahan


menyangkut keseimbangan energi

Asupan makanan melalui Perkiraan asupan makanan dan minuman atau


oral atau dukungan gizi aktual melalui oral, atau dukungan gizi
(enteral atau parenteral) dibandingkan dengan kebutuhan gizi pasien

Asupan cairan Perkiraan asupan cairan atau aktual dibandingkan


dengan kebutuhan pasien

Asupan zat-zat bioaktif Asupan zat bioaktif yang aktual atau yang diamati,
meliputi komponen dan kandungan makanan
fungsional baik tunggal maupun majemuk;
suplemen diet; alkohol

Asupan zat gizi Perkiraan asupan atau asupan aktual zat gizi
tertentu, baik tunggal maupun kelompok,
dibandingkan dengan kebutuhan pasien

Contoh :
Asupan protein yang kurang (P) berkaitan dengan perubahan indera perasa
dan nafsu makan (E) ditandai dengan asupan protein rata – rata sehari
kurang dari 40% kebutuhan (S).

2) Domain Klinis
Domain ini menjelaskan mengenai kondisi fisik atau klinis yang berdampak
pada timbulnya masalah gizi. Kondisi yang dimaksud adalah perubahan
fungsi mekanis atau fisik (misalnya gangguan menelan, mengunyah,
gangguan gastrointestinal, dan sebagainya); perubaha kapasitas dalam
metabolisme zat gizi yang berkaitan dengan pembedahan atau obat-obatan;
perubahan berat badan dibandingkan dengan berat badan biasanya atau yang
dikehendaki.

11
Domain klinis terbagi, menjadi 3 kelas sebagaimana pada tabel berikut:
Tabel 5. Kelas Domain Klinis
Kelas Pengertian

Fungsional Perubahan fungsi fisik dan mekanis yang mengganggu atau


menghambat proses makan, pencernaan, dan penyerapan zat
gizi

Biokimia Perubahan kemampuan metabolisme zat-zat gizi akibat obat-


obatan, operasi atau seperti yang ditunjukkan dari perubahan
nilai-nilai laboratorium

Berat badan Perubahan Berat Badan (BB) atau status BB yang kronis
dibandingkan dengan BB biasany atau BB idaman

Contoh :
Kesulitan menyusui (P) berkaitan dengan kurangnya dukungan keluarga
(E) ditandai dengan penggunaan susu formula bayi tambahan (S).

3) Domain Perilaku / Lingkungan


Masalah gizi yang berkaitan kondisi lingkungan seperti pengetahuan,
perilaku, budaya, ketersediaan makanan di rumah tangga, dan lainnya dapat
mempengaruhi asupan zat gizi. Termasuk di dalamnya masalah yang
berkaitan dengan pengetahuan dan kepercayaan; aktivitas fisik dan fungsi;
keamanan makanan dan akses makanan. Domain Perilaku lingkungan
mempunyai 3 kelas sebagai berikut:
Tabel 6. Kelas Domain Perilaku Lingkungan
Kelas Pengertian

Pengetahuan & Pengetahuan dan kepercayaan aktual sebagaimana yang


Kepercayaan dilaporkan, diamati atau tercatat

Aktivitas dan Masalah-masalah yang berkaitan dengan aktivitas fisik,


fungsi fisik perawatan mandiri dan kualitas hidup aktual sebagaimana
yang dilaporkan, diamati, atau tercatat

Keamanan dan Masalah-masalah aktual yang berkaitan dengan akses dan


akses makanan keamanan makanan

Contoh :
Kurangnya pengetahuan tentang makanan dan gizi (P) berkaitan dengan
mendapat informasi yang salah dari lingkungannya mengenai anjuran diet
yang dijalaninya (E) ditandai dengan memilih bahan makanan/ makanan
yang tidak dianjurkan dan aktivitas fisik yang tidak sesuai anjuran (S).

c) INTERVENSI GIZI
Terdapat dua komponen intervensi gizi yaitu perencanaan intervensi dan
implementasi.

12
1) Perencanaan Intervensi
Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan. Tetapkan
tujuan dan prioritas intervensi berdasarkan masalah gizinya (Problem),
rancang strategi intervensi berdasarkan penyebab masalahnya (Etiologi) atau
bila penyebab tidak dapat diintervensi maka strategi intervensi ditujukan
untuk mengurangi Gejala/ Tanda ((Sign/ Symtoms).
Tentukan pula jadwal dan frekuensi asuhan. Output dari intervensi ini adalah
tujuan yang terukur, preskripsi diet dan strategi pelaksanaan (implementasi).
Perencanaan intervensi meliputi :
a) Penetapan tujuan intervensi
Penetapan tujuan harus dapat diukur, dicapai dan ditentukan waktunya.
b) Preskripsi diet
Preskripsi diet secara singkat menggambarkan rekomendasi mengenai
kebutuhan energi dan zat gizi individual, jenis diet, bentuk makanan,
komposisi zat gizi, frekuensi makan.
i) Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi
Penentuan kebutuhan zat gizi yang diberikan kepada pasien/ klien atas
dasar diagnosis gizi, kondisi pasien dan jenis penyakitnya.
ii) Jenis Diet
Pada umumnya pasien masuk ke ruang rawat sudah dibuatkan
permintaan makanan berdasarkan pesanan/ order diet awal dari dokter
jaga/ penanggungjawab pelayanan (DPJP). Dietisien bersama tim atau
secara mandiri akan menetapkan jenis diet berdasarkan diagnosis gizi.
Bila jenis diet yang ditentukan sesuai dengan diet order maka diet
tersebut diteruskan dengan dilengkapi dengan rancangan diet. Bila diet
tidak sesuai akan dilakukan usulan perubahan jenis diet dengan
mendiskusikan terlebih dahulu bersama DPJP.
iii)Modifikasi Diet
Modifikasi diet merupakan pengubahan dari makanan biasa (normal).
Pengubahan dapat berupa perubahan dalam konsistensi; meningkatkan/
menurunkan nilai energi; menambah/ mengurangi jenis bahan makanan
atau zat gizi yang dikonsumsi; membatasi jenis atau kandungan
makanan tertentu; menyesuaikan komposisi zat gizi (protein, lemak,
KH, cairan dan zat gizi lain); mengubah jumlah, frekuensi makanan dan
rute makanan. Makanan di rumah sakit berbentuk makanan biasa,
lunak, saring dan cair.
iv)Jadwal Pemberian
Jadwal pemberian diet/ makanan sesuai dengan jadwal
pemberian/penyajian makanan di ruang rawat inap, sebagai contoh :
Makan Pagi : pk 07.00 – 8.30 WIB. Makan Siang : pk. 11.30 – 12.00
WIB, Makan Sore/ Malam : pk. 16.30 – 18.00 WIB; Selingan pagi :
pk.09.30 WIB; Selingan sore : 15.30 WIB.
v) Jalur Makanan
Jalur makanan yang diberikan dapat melalui oral dan enteral atau
parenteral.
13
2) Implementasi Intervensi
Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana dietisien
melaksanakan dan mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan
tenaga kesehatan atau tenaga lain yang terkait. Suatu intervensi gizi harus
menggambarkan dengan jelas : “apa, dimana, kapan, dan bagaimana”
intervensi itu dilakukan. Kegiatan ini juga termasuk pengumpulan data
kembali, dimana data tersebut dapat menunjukkan respons pasien dan perlu
atau tidaknya modifikasi intervensi gizi.
Untuk kepentingan dokumentasi dan persepsi yang sama, intervensi
dikelompokkan menjadi 4 domain yaitu pemberian makanan atau zat gizi,
edukasi gizi, konseling gizi, dan koordinasi pelayanan gizi. Setiap kelompok
mempunyai terminologinya masing – masing.

d) MONITORING DAN EVALUASI GIZI


Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon pasien/
klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.
Tiga langkah kegiatan monitoring dan evaluasi gizi, yaitu :
1) Monitoring perkembangan yaitu kegiatan mengamati perkembangan kondisi
pasien/ klien yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi sesuai yang
diharapkan oleh klien maupun tim. Kegiatan yang berkaitan dengan monitor
perkembangan antara lain :
a) Mengecek pemahaman dan ketaatan diet pasien/ klien
b) Mengecek asupan makan pasien/ klien
c) Menentukan apakah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana/
preskripsi diet.
d) Menentukan apakah status gizi pasien/ klien tetap atau berubah.
e) Mengidentifikasi hasil lain baik yang positif maupun negatif.
f) Mengumpulkan informasi yang menunjukkan alasan tidak adanya
perkembangan dari kondisi pasien/ klien.
2) Mengukur hasil. Kegiatan ini adalah mengukur perkembangan/ perubahan
yang terjadi sebagai respon terhadap intervensi gizi. Parameter yang harus
diukur berdasarkan tanda dan gejala dari diagnosa gizi.
3) Evaluasi hasil. Berdasarkan ketiga tahapan kegiatan di atas akan didapatkan 4
jenis hasil, yaitu :
a) Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman,
perilaku, akses dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh pada
asupan makanan dan zat gizi.
b) Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan dan atau
zat gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan, minuman, suplemen, dan
melalui rute enteral maupun parenteral.
c) Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi yaitu pengukuran
yang terkait dengan antropometri, biokimia, dan parameter pemeriksaan
fisik/ klinis.
d) Dampak terhadap pasien/ klien terhadap intervensi gizi yang diberikan pada

14
kualitas hidupnya.
4) Pencatatan Pelaporan
Pencatatan dan laporan kegiatan asuhan gizi merupakan bentuk pengawasan
dan pengendalian mutu pelayanan dan komunikasi. Terdapat berbagai cara
dalam dokumentasi antara lain Subjective Objective Assessment Planing
(SOAP) dan Assessment Diagnosis Intervensi Monitoring dan Evaluasi
(ADIME). Format ADIME merupakan model yang sesuai dengan langakah
PAGT.
Pencatatan dan pelaporan asuhan gizi dimasukkan dalam formulir 4C dan
catatan perkembangan terintegrasi.

Tabel 7. Ringkasan Aspek – Aspek Yang Dikaji Dalam PAGT


Asesmen Gizi a) Semua data yang berkaitan dengan pengambilan keputusan,
antara lain riwayat gizi, riwayat personal, hasil laboratorium,
antropometri, hasil pemeriksaan fisik klinis, diet order dan
perkiraan kebutuhan zat gizi.
b) Yang dicatat hanya yang berhubungan dengan masalah gizi saja.
Diagnosis Gizi a) Pernyataan diagnosis gizi dengan format PES
b) Pasien mungkin mempunyai banyak diagnosis gizi, lakukan
kajian yang mendalam sehingga diagnosis gizi benar – benar
berkaitan dan dapat dilakukan intervensi gizi.
Intervensi Gizi a) Rekomendasi diet atau rencana yang akan dilakukan sehubungan
dengan diagnosis gizi.
b) Rekomendasi makanan/ suplemen atau perubahan diet yang
diberikan.
c) Edukasi gizi.
d) Konseling gizi.
e) Koordinasi asuhan gizi.
Monitoring a) Indikator yang akan dimonitor untuk menentukan keberhasilan
dan Evaluasi intervensi.
b) Umumnya berdasarkan gejala dan tanda dari diagnosis gizi antara
Gizi
lain
Monitoring :
Pada kunjungan ulang mengkaji :
 Asupan total Energi, persentase asupan KH, Protein, Lemak dari
Total Energi, dan asupan zat gizi terkait diagnosis gizi pasien.
 Riwayat diet dan perubahan BB/ status gizi.
 Biokimia : Kadar gula darah, ureum, lipida darah, elektrolit, Hb,
dll.
 Kepatuhan terhadap anjuran gizi.
 Memilih makanan dan pola makanan
Evaluasi :
1. Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat
pemahaman, perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin
mempunyai pengaruh pada asupan makanan dan zat gizi.
2. Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan
dan atau zat gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan,
15
minuman, suplemen, dan melalui rute oral, enteral maupun
parenteral.
3. Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi.
Pengukuran yang terkait dengan antropometri, biokimia dan
parameter pemeriksaan fisik/ klinis.
4. Dampak terhadap pasien/ klien terkait gizi pengukuran yang terkait
dengan persepsi pasien/ klien terhadap intervensi yang diberikan
dan dampak pada kualitas hidupnya.
C. Kegiatan – Kegiatan Asuhan Gizi
- Pasien baru dilakukan skrening awal oleh perawat, dengan menilai status nutrisi
menggunakan metode MST ( Malnutrition Skrening Tools) untuk pasien dewasa dan
Skrining untuk pasien anak 1 – 18 tahun dengan menggunakan Strong Kids. Skrining ini
bertujuan untuk mengidentifikasi dan penatalaksanakan pasien dewasa dan anak yang
mengalami gizi buruk, kurang gizi.
- Bila pasien setelah diskrening awal oleh perawat hasilnya beresiko, maka perawat akan
memberitahukan ke ahli gizi secara lisan dan atau secara tertulis dan akan dilakukan
skrening lanjutan oleh Dietisien.
- Asuhan gizi dilakukan pada pasien yang beresiko dan berdasarkan informasi dari ruang
rawat inap dan rawat jalan.
- Ahli gizi mengkaji hasil skrining gizi perawat dan order diet awal dari dokter.
- Ahli gizi melakukan asesmen/ pengkajian gizi lanjut pada pasien yang beresiko
malnutrisi, malnutrisi atau kondisi khusus meliputi pengumpulan, analisa dan interpretasi
data riwayat gizi, riwayat personal; pengukuran antropometri; hasil laboratorium terkait
gizi dan hasil pemeriksaan fisik terkait gizi.
- Ahli gizi mengidentifikasi masalah / diagnosis gizi berdasarkan hasil asesmen dan
menetapkan prioritas diagnosis gizi.
- Ahli gizi merancang intervensi gizi dengan menetapkan tujuan dan preskripsi diet yang
lebih terperinci untuk penetapan diet definitive serta merencanakan edukasi / konseling.
- Pasien yang tidak beresiko diberikan diet makanan biasa.
- Makanan atau nutrisi yang sesuai untuk pasien, tersedia secara reguler.
- Pasien yang beresiko malnutrisi/ sudah malnutrisi atau kondisi khusus diberikan diet
makanan khusus sesuai dengan kondisi penyakit pasien (dilakukan langkah – langkah
asuhan gizi terstandar/ PAGT).
- Ahli gizi melakukan koordinasi dengan dokter terkait dengan diet definitive.
- Ahli gizi melakukan koordinasi dengan dokter, perawat, farmasi, atau tenaga kesehatan
lainnya dalam pelaksanaan intervensi gizi.
- Ahli gizi memberikan penyuluhan, motivasi dan konseling gizi pada klien/ pasien dan
keluarganya, termasuk menginformasikan pada pasien tentang program intervensi gizi.
- Ahli gizi menginformasikan program intervensi gizi kepada dokter/perawat di ruang
rawat inap.
- Perawat ruang rawat inap menulis/ mencatat diet pasien dan membuat daftar permintaan
makan pasien.
- Pesanan makanan pasien didasarkan atas status gizi dan kebutuhan pasien.
- Ada bermacam variasi pilihan makanan bagi pasien konsisten dengan kondisi pasien dan
pelayanannya.

16
- Perawat ruang rawat inap datang ke dapur untuk mengantar daftar permintaan makanan
pasien.
- Pramusaji membawa makanan dalam trolley ke ruang rawat inap. Sebelum meninggalkan
dapur mengisi form laporan harian waktu distribusi makan.
- Pramusaji menyajikan makanan ke pasien dan memastikan pasien menerima makanan
sesuai dengan terapi dietnya.
- Pramusaji mengambil alat makan kotor.
- Ahli Gizi mencatat sisa makan pasien.
- Ahli gizi melakukan monitoring respon pasien terhadap intervensi gizi.
- Respon pasien terhadap terapi gizi dicatat dalam rekam medis terintegrasi.
- Ahli gizi melakukan evaluasi proses maupun dampak asuhan gizi.
- Ahli gizi menginformasikan dan mendiskusikan hasil monitoring dan evaluasi kepada
dokter atau perawat.
- Ahli gizi mencatat dan melaporkan hasil asuhan gizi kepada dokter pada catatan
perkembangan terintegrasi.
- Apabila tidak memerlukan penyesuaian diet, maka ahli gizi melakukan konseling gizi
dengan menginformasikan pada pasien tentang program intervensi gizi dan memotivasi
makan/ diet pasien. Kegiatan konseling gizi tercatat dalam rekam medis / formulir
pendidikan pasien dan keluarga terintegrasi.
- Pasien dengan diet khusus (Diet DM, Diet RKLT, Diet Lambung, dll) , apabila karena
suatu hal sehubungan dengan penyakitnya (misal pasien anorexia, cachexia, penyakit
berat), pasien menginginkan untuk mendapatkan makanan dari luar rumah sakit dan
keluarga pasien mau menyediakan makanan pada pasien, maka ahli gizi akan
menjelaskan kepada keluarga pasien tentang batasan bahan makanan yang dianjurkan,
dibatasi dan tidak dianjurkan sehubungan dengan terapi dietnya, porsi makan (standar
porsi), penggunaan bahan makanan penukar, cara pengolahan makanan yang baik dan
contoh menunya sesuai dengan terapi diet yang dijalani di rumah sakit, rencana
pelayanan, termasuk informasi tentang interaksi obat dengan makanan.
- Ahli Gizi mendokumentasikan hasil edukasi dalam rekam medis pasien (formulir
pendidikan pasien dan keluarga terintegrasi)
- Ahli gizi melakukan assesmen gizi ulang (reassesmen) apabila tujuan belum tercapai.
- Ahli gizi mengikuti ronde pasien bersama tim kesehatan bila diperlukan dan pada kasus
khusus.
- Ahli gizi berpartisipasi aktif dalam pertemuan atau diskusi dengan dokter, perawat,
anggota tim asuhan gizi lainnya, klien/pasien dan keluarganya dalam rangka evaluasi
keberhasilan pelayanan gizi.

BAB IV
DOKUMENTASI

Proses kegiatan asuhan gizi rawat inap terdokumentasi dalam :


1. Hasil asesmen/ skrining lanjut dewasa terdokumentasi dalam rekam medis
2. Hasil asessment/ skrining lanjut anak terdokumentasi dalam rekam medis
17
3. Kegiatan Asuhan Gizi terdokumentasi dalam lembar asuhan gizi
4. Perkembangan pasien terintegrasi tercatat dalam formulir dalam rekam medis
5. Proses kegiatan asuhan gizi rawat jalan terdokumentasi dalam rekam medis

Pencatatan dan pelaporan asuhan gizi meliputi :


1. Kunjungan gizi pasien rawat inap dalam satu bulan
2. Kunjungan gizi pasien rawat jalan dalam satu bulan

Referensi
1. Depkes, Kementerian Kesehatan RI, 2013, Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS),
Jakarta.
2. Sumapradja,M.G.,dkk. 2011, Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Abadi Publising &
Printing. Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai