Anda di halaman 1dari 9

PANGKALAN TNI AL BIAK

RUMKITAL Dr. R. GANDHI A.T Lampiran Kep. Karumkital Dr. R. Gandhi A.T

Nomor : Kep /PAP/ / I / 2022


Tanggal
BAB I : Januari 2022
PENGERTIAN, TUJUAN DAN PRINSIP DASAR TERAPI GIZI

A. PENGERTIAN
Terapi gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien
berdasarkan pengkajian gizi, yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau
pemberian makanan khusus dalam rangka penyembuhan penyakit pasien
(Nutrition and Diet Theraphy Dictionary, 2004).
Terapi gizi medik dahulunya dikenal dengan istilah terapi diet (dietary
treatment) yaitu pengaturan jumlah serta jenis makanan dan jadwal makan
setiap hari yang bertujuan membantu penyembuhan pasien. Terapi gizi medis
adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan penyakit baik akut maupun kronis,
serta merupakan suatu penilaian terhadap kondisi pasien sesuai dengan
intervensi yang telah diberikan agar pasien serta keluarganya dapat menerapkan
rencana diet yang telah disusun. Di dalam terapi gizi medis merupakan alur
proses kegiatan perencanaan makan sampai makanan disajikan kepada pasien
yang melibatkan beberapa orang yang memiliki profesi yang berbeda seperti
dokter spesialis gizi klinik, ahli gizi dan pramusaji dengan menghasilkan suatu
makanan yang sesuai dengan standar perencanaan sampai makanan disajikan
harus sesuai dengan jumlah, jenis, dan jadwal makanan pasien. Proses tahapan
dari terapi gizi medik dimulai dari preskripsi diet, kandungan makanan,
pemorsian makanan dan makanan yang disajikan untuk pasien.
Terapi gizi medis merupakan integrasi antara ilmu gizi, medis dan ilmu
perilaku yang memungkinkan tenaga kesehatan membuat perubahan yang
bermakna pada kehidupan pasien.

B. TUJUAN
Tujuan terapi gizi medis secara umum adalah untuk meningkatkan kesehatan
pasien. Pengaturan dan pemberian makanan yang memenuhi kecukupan zat gizi
pasien, diharapkan akan:
1. Memberikan zat gizi yang cukup untuk mempertahankan atau mencapai
status gizi optimal
2. Menghambat proses penyakit dan mengurangi gejala penyakit.
3. Mengurangi biaya perawatan atau pengobatan.
4. Mempercepat proses penyembuhan.
5. Menurunkan angka kesakitan dan kematian

1
C. PRINSIP DASAR
Terapi gizi medis menekankan pentingnya pengkajian pasien secara
mendalam dan komprehensif sehingga intervensi gizi dapat dilakukan secara
individual dan tepat. Pasien harus dilibatkan dalam menentukan tujuan terapi.
Hasil dari terapi gizi medis dievaluasi dengan baik sampai mencapai tujuan
terapi.
Prinsip dasar terapi gizi medis antara lain:
1. Makan beraneka ragam dan gizi seimbang.
2. Memberikan pelayanan gizi khusus untuk tujuan menyembuhkan pasien.
3. Mengatur diet dan pola makan yang disesuaikan dengan penyakit dan kondisi
pasien.
4. Mengikutsertakan pasien dan keluarganya agar mampu mengatur dietnya
sendiri.
Terapi gizi medis harus selalu disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan
proses pengobatan meliputi jenis, komposisi dan jenis zat gizi yang dibutuhkan.
Selain itu konsistensi dan jenis makanan disesuaikan dengan penerimaan
pasien. Pelaksanaan terapi gizi medis harus menyeluruh dan dinamis mengikuti
perkembangan klinis pasien. Diperlukan kerjasama yang baik antara dokter,
dietisien, perawat dan petugas lain yang terkait sejalan dengan pelaksanaan Tim
Asuhan Gizi di rumah sakit.

2
BAB II
ORGANISASI TIM TERAPI GIZI

Untuk mencapai tujuan terapi gizi yang baik maka dibutuhkan suatu organisasi
yang dapat Melaksanakan tugas-tugas dalam terapi gizi yang baku.
A. VISI
Menjadi pusat pelayanan terapi gizi secara tim di rumah sakit, yang selalu
berorientasi kepada kualitas pelayanan, efisiensi biaya, keselamatan dan
kepuasan pasien.
B. MISI
Memberikan pelayanan terapi gizi yang berkualitas dan menyeluruh
berdasarkan bukti klinis, teknologi dan ilmu pengetahuan terkini melalui:
1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggotanya.
2. Peningkatan tata kerja melalui standar pelayanan terapi gizi.
3. Pelaksanaan pelayanan kepada pelanggan internal maupun eksternal.
4. Pelaksanaan evaluasi berkala mengenai pelayanan terapi gizi dalam hal
efisiensi biaya dan dampaknya.

C. PENGORGANISASIAN
Organisasi Tim Terapi Gizi dibentuk oleh Kepala Rumah Sakit dan
diketuai oleh dokter spesialis yang mempunyai kompetensi dalam bidang gizi
klinik serta menyediakan waktu penuh untuk pelayanan gizi klinik. Anggota Tim
Terapi Gizi terdiri dari tenaga kesehatan di RS yang berkaitan dengan
penyelenggaraan terapi gizi meliputi dietisien, perawat ruangan serta ahli
farmasi. Agar Tim Terapi Gizi dapat berfungsi secara optimal maka dibuat
pengorganisasian dan jalur koordinasi pelayanan gizi klinik sebagai berikut:
PENGORGANISASIAN TIM TERAPI GIZI RUMAH SAKIT

3
D. PERAN DAN FUNGSI
1. Pelayanan Pasien Rawat Inap
Kajian status gizi dan metabolik serta pengelolaan pasien yang
membutuhkan terapi gizi oral, enteral maupun parenteral, serta
pengawasannya melalui visite tim.
2. Pencatatan dan Pelaporan
Dilakukan oleh seluruh anggota tim sesuai dengan fungsi masing-masing
anggota
No Kegiatan Dokter Dietisien Perawat Farmasi
1 Kajian nutrisi Perawat tim terapi gizi
awal / perawat ruang rawat
inap
2 Anamnesis 1. Keluhan utama 1. Kebiasaan makan 1. Identitas pasien
sebelum sakit dan
saat sakit
2. Riwayat Penyakit 2. Analisis asupan gizi 2. Mengkaji pasien
(food recall/food
Frequensi) sebelum
dan selama sakit
3. Riwayat penyakit 3. Analisis dietary 3. Cairan beberapa
dahulu history hari terakhir
4. Riwayat penyakit 4. Mengkaji
keluarga perkembangan
keluhan pasien
5. Riwayat masalah 5. Riwayat alergi/
gizi intoleran
6. Riwayat kelahiran 6. Riwayat alergi dan
intoleransi
3 Pemeriksaan 1. Analisis hasil Pemeriksaan 1. Penimbangan BB
fisik pemeriksaan antropometri awal dan pengukuran
antropometri TB/PB
2. Pemeriksaan 2. Evaluasi tanda
tingkat kesadaran vital (TD,RR, nadi,
dan tanda suhu) dan
kegawatdaruratan kegawatdaruratan
3. Pemeriksaan status
generalis, inspeksi,
perkusis, palpasi,
dan auskultasi.
4 Tindakan 1. Menetapkan status 1. Analisis asupan 1. Pemantauan 1. Mempersiapka
gizi pasien selama perawatan tanda vital n obat,
(jumlah & komposisi elektrolit &
asupan) nutrisi
parenteral
2. Menentukan terapi 2. Menyediakan diet 2. Pemantauan 2. Menentukan
gizi awal sesuai sesuai kondisi medis status gizi kompatibilitas
diagnosis medis & daya terima pasien zat gizi yang
3. Preskripsi terapi 3. Monitoring & Evaluasi 3. Pemantauan akan diberikan
gizi awal ( jenis, Terapi Gizi intake dan output kepada pasien
bentuk, jumlah, cairan
frekuensi makan) 4. Pemantauan
penyakit dan
keluhan pasien
5. Pemantauan
tanda infeksi,
perawatan infuse
dan NGT
6. Membuat surat
control ulang

4
BAB III
PELAYANAN TIM TERAPI GIZI

Tahapan langkah terapi gizi dari skrining / penapisan, kajian, diagnosis


medis dan diagnosis gizi (penentuan masalah gizi), formulasi terapi (intervensi
gizi), pelaksanaan terapi, pemantauan dan evaluasi terapi, penyusunan rencana
ulang terapi atau penghentian terapi. Rangkaian langkah tersebut bertujuan
untuk memberi dampak terapi yang optimal bagi pasien dan mempunyai
keefektifan biaya.
1. Skrining Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining / penapisan
gizi oleh perawat ruangan dan penetapan diet awal oleh dokter. Skrining gizi
bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang beresiko, tidak beresiko
malnutrisi atau kondisi khusus. Kondisi khusus yang dimaksud adalah pasien
dengan kelainan metabolik, hemodialisis, anak, geriatri, kanker dengan
kemoterapi / radiasi, luka bakar, pasien dengan imunitas menurun, sakit kritis
dan sebagainya.
Idealnya skrining awal dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah
pasien masuk rumah sakit. Metode skrining sebaiknya singkat, cepat dan
disesuaikan dengan kondisi rumah sakit. Contoh metode skrining antara lain
Malnutrition Universal Screening Tools (MUST), Malnutrition Screening Tools
(MST), Nutrition Risk Screening (NRS) dan sebagainya.
Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi, maka
dilakukan pengkajian / assesmen gizi dan dilakukan dengan langkah-langkah
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) oleh dietisien. Pasien dengan status
gizi baik atau tidak berisiko malnutrisi, dianjurkan dilakukan skrining ulang
setelah 1 minggu. Jika hasil skrining ulang berisiko malnutrisi maka dilakukan
Proses Asuhan Gizi Terstandar.

5
2. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
Proses Asuhan Gizi Terstandar dilakukan pada pasien yang berisiko
kurang gizi, mengalami kurang gizi atau kondisi khusus dengan penyakit
tertentu, proses ini merupakan serangkaian kegiatan yang berulang (siklus)
sebagai berikut:

Assesmen/Pengkajian Gizi

Assesmen gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu:


1. Anamnesis riwayat gizi
Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan
termasuk komposisi, pola makan, diet saat ini dan data lain yang
terkait. Selain itu diperlukan pula data kepedulian pasien terhadap
gizi dan kesehatan, aktifitas fisik dan olahraga dan ketersediaan
makanan di lingkungan klien. Gambaran asupan makan dapat digali
melalui anamnesis kualitatif dan kuantitatif.
2. Biokimia
Meliputi pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang berkaitan
dengan status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi organ
yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi.
3. Antropometri
Merupakan pengukuran fisik individu yang dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain pengukuran Tinggi Badan (TB),
pengukuran Berat Badan (BB). Pada kondisi tinggi badan tidak dapat
diukur dapat digunakan Panjang Badan (PB), Tinggi Lutut (TL),
Rentang Lengan atau separuh rentang lengan. Pengukuran lain
seperti Lingkar Lengan Atas (LiLA), tebal lipat kulit, lingkar kepala,
dan lain sebagainya dapat dilakukan. Penilaian status gizi dilakukan
dengan membandingkan beberapa ukuran tersebut misalnya Indeks
Masa tubuh (IMT). Pemeriksaan fisik yang paling sederhana untuk
melihat status gizi pada pasien rawat inap adalah BB. BB pasien

6
sebaiknya dicatat saat pasien masuk dirawat dan dilakukan
pengukuran BB secara periodik selama pasien dirawat minimal 7
hari.
4. Pemeriksaan fisik/klinis
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan klinis
yang berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan
masalah gizi. Contoh beberapa data pemeriksaan fisik terkait gizi
antara lain edema, asites, kondisi gigi, massa otot yang hilang,
lemak tubuh yang menumpuk.
5. Riwayat personal
Data riwayat personal meliputi:
a) Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang
dikonsumsi.
b) Sosial budaya, meliputi sosial ekonomi, budaya,
kepercayaan/agama, situasi rumah, dukungan pelayanan
kesehatan dan sosial.
c) Riwayat penyakit, meliputi keluhan utama terkait masalah gizi,
riwayat penyakit dahulu dan sekarang, riwayat pembedahan
penyakit kronik atau risiko komplikasi, riwayat penyakit keluarga,
status kesehatan mental serta kemampuan kognitif.
d) Data umum pasien antara lain umur, pekerjaan dan tingkat
pendidikan.
a. Diagnosis Gizi
Pada langkah ini dicari pola hubungan antara data yang terkumpul dan
kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang
spesifik dan menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas
menggunakan terminologi yang ada. Penulisan diagnosa gizi terstuktur
dengan konsep PES atau Problem, Etiologi dan Signs/Symptoms.
Diagnosis gizi dikelompokan menjadi tiga (3) domain, yaitu:
1. Domain Asupan
Domain asupan adalah masalah aktual yang berhubungan dengan
asupan energi, zat gizi, cairan, substansi bioaktif dari makanan, baik
yang melalui oral maupun parenteral dan enteral.
2. Domain Klinis
Domain klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi
medis atau fisik/fungsi organ.
3. Domain Perilaku/Lingkungan

7
Domain perilaku/lingkungan adalah masalah gizi yang berkaitan
dengan pengetahuan, perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan
akses keamanan makanan
b. Intervensi Gizi
Terdapat dua (2) komponen intervensi gizi yaitu:
1. Perencanaan Intervensi
Disusun dengan merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan.
Output dari intervensi ini adalah tujuan yang terukur, preskripsi diet
dan strategi pelaksanaan (implementasi). Perencanaan intervensi
meliputi:
a) Penetapan tujuan intervensi
b) Preskripsi diet
c) Menggambarkan rekomendasi mengenai kebutuhan energi dan
zat gizi individual, jenis diet, bentuk makanan, komposisi zat gizi,
frekuensi makan/jadwal pemberian diet, dan jalur makanan.
2. Implementasi Intervensi
Dietisien melaksanakan dan mengkomunikasikan rencana asuhan
kepada pasien dan tenaga kesehatan atau tenaga lain yang terkait.
Kegiatan ini juga termasuk pengumpulan data kembali, dimana data
tersebut dapat menunjukkan respon pasien dan perlu atau tidaknya
modifikasi intervensi gizi.
c. Monitoring dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi terapi gizi bertujuan untuk menilai proses dan
keberhasilan implementasi terapi gizi serta rencana tindak lanjut terapi.
Empat (4) langkah kegiatan monitoring dan evaluasi yaitu:
1. Monitor perkembangan, antar lain: mengecek pemahaman dan
ketaatan diet pasien, mengecek asupan makan, menentukan apakah
intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana, menentukan status
gizi pasien tetap/berubah, toleransi saluran cerna dan status
hemodinamik serta kondisi metabolik pasien, dan mengidentifikasi
hasil pemeriksaan lain.
2. Pengukuran hasil
3. Evaluasi hasil
4. Pencatatan dan pelaporan.
Terdapat beberapa cara dokumentasi antara lain Subjektive
Objektive Assesment Planning (SOAP) dan Assesment Diagnosis
Intervensi Monitoring Evaluasi (ADIME). Format ADIME merupakan
model yang sesuai dengan langkah PAGT.

8
d. Konseling
Tujuan konseling adalah memberikan edukasi untuk memahami dan
mampu mengubah perilaku diet pasien sesuai dengan yang dianjurkan.
Konseling diberikan kepada pasien dan atau keluarganya yang
membutuhkan untuk mendapatkan penjelasan tentang diet yang harus
dilaksanakan oleh pasien sesuai dengan penyakit dan kondisinya.
Konseling dilakukan oleh anggota tim sesuai dengan kompetensinya.

Ditetapkan di Biak
Pada tanggal: Januari 2022
Karumkital Dr. R Gandhi A.T,

dr. Sigit Wijanarko, Sp.PA.,M.Tr.,Opsla

Letkol Laut (K) NRP.17276/P

Anda mungkin juga menyukai