BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit gigi dan mulut menjadi alasan utama pasien datang ke klinik gigi
dan mulut. Selain etiologi yang memang disebabkan oleh lesi yang awalnya
rongga mulut seperti Eritema multiformis ataupun lesi yang awalnya di oral bisa
dikaitkan dengan hespes simplex virus (HSV) / Infeksi herpes, obat, dan obat-
obatan herbal Cina. Pasien dengan EM mulut tanpa keterlibatan kulit terutama
dan membedakan gangguan untuk manajemen awal dan tindak lanjut yang tepat.
kemudian dapat menyebar ke kulit. Para dokter gigi harus efisien untuk mengenali
klinis fitur vulgaris pemfigus untuk memastikan diagnosis dini dan pengobatan,
Maka dari itu dalam pembahasan referat ini akan dijabarkan berbagai
macam kasus terkait Eritema multiformis dan pemvigus vulgaris yang dapat
tepat.
2
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rongga mulut merupakan sebuah bagian tubuh yang terdiri dari : lidah
bagian oral (dua pertiga bagian anterior dari lidah), palatum durum
(palatumkeras), dasar dari mulut, trigonum retromolar, bibir, mukosa bukal,
‘alveolar ridge’, dan gingiva. Tulang mandibula dan maksila adalah bagian
tulang yang membatasi rongga mulut (Yousemet al., 1998).
1. Rongga mulut yang disebut juga rongga bukal, dibentuk secara
anatomisoleh pipi, palatum keras, palatum lunak, dan lidah. Pipi
membentuk dinding bagian lateral masing-masing sisi dari rongga mulut.
Pada bagian eksternal dar ipipi, pipi dilapisi oleh kulit. Sedangkan pada
bagian internalnya, pipi dilapisi oleh membran mukosa, yang terdiri dari
epitel pipih berlapis yang tidak terkeratinasi. Otot-otot businator (otot yang
menyusun dinding pipi) dan jaringan ikat tersusun diantara kulit dan
membran mukosa dari pipi. Bagian anterior dari pipi berakhir pada bagian
bibir (Tortoraet al., 2009).
membentuk atap bagi rongga mulut. Struktur palatum sangat penting untuk
dapat melakukan proses mengunyah dan bernafas pada saat yang sama.
Palatum secara anatomis dibagi menjadi dua bagian yaitu palatum durum
(palatum keras) dan palatum mole (palatum lunak). Palatum durum
terletak di bagian anterior dari atap rongga mulut. Palatum durum
merupakan sekat yang terbentuk dari tulang yang memisahkan antara
rongga mulut dan rongga hidung. Palatum durum dibentuk oleh tulang
maksila dan tulang palatin yang dilapisi oleh membran mukosa. Bagian
posterior dari atap rongga mulut dibentuk oleh palatum mole. Palatum
mole merupakan sekat berbentuk lengkungan yang membatasi antara
bagian orofaring dan nasofaring. Palatum mole terbentuk dari jaringan otot
yang sama halnya dengan palatum durum, juga dilapisi oleh membran
mukosa (Marieb and Hoehn, 2010; Jahan-Parwaret al., 2011).
3. Lidah
Lidah merupakan salah satu organ aksesoris dalam sistem
pencernaan. Secara embriologis, lidah mulai terbentuk pada usia 4 minggu
kehamilan. Lidah tersusun dari otot lurik yang dilapisi oleh membran
mukosa. Lidah beserta otot-otot yang berhubungan dengan lidah
merupakan bagian yang menyusun dasar dari rongga mulut. Lidah dibagi
menjadi dua bagian yang lateral simetris oleh septum median yang berada
di sepanjang lidah. Lidah menempel pada tulang hyoid padabagian
inferior, prosesus styloiddari tulang temporal dan mandibula (Tortorraetal.,
2009; Marieb and Hoehn, 2010 ; Adilet al., 2011).
Setiap bagian lateral dari lidah memiliki komponen otot-otot
ekstrinsik dan intrinsik yang sama. Otot ekstrinsik lidah terdiri dari otot
hyoglossus, otot genioglossus dan otot styloglossus. Otot-otot tersebut
berasal dari luar lidah (menempel pada tulang yang ada di sekitar bagian
tersebut) dan masuk kedalam jaringan ikat yang ada di lidah. Otot-otot
eksternal lidah berfungsi untuk menggerakkan lidah dari sisi yang satu ke
sisi yang berlawanan dan menggerakkan ke arah luar dan ke arah dalam.
Pergerakan lidah karena otot tersebut memungkinkan lidah untuk
memosisikan makanan untuk dikunyah, dibentuk menjadi massa bundar,
6
3. Papila foliata. Papila ini sedikit berkembang pada orang dewasa, tetapi
mengandung lipatan-lipatan pada bagian tepidari lidah dan mengandung
kuncup perasa.
4. Papila sirkumfalata. Papila sirkumfalata merupakan papila dengan jumlah
paling sedikit, namun memiliki ukuran papila yang paling besar dan
mengandung lebih dari setengah jumlah keseluruhan papila di lidah
manusia.
Dengan ukuran satu sampai tiga milimeter, dan berjumlah tujuh sampai
duabelas buah dalam satu lidah, papila ini umumnya membentuk garis berbentuk
menyerupai huruf V dan berada di tepi dari sulkus terminalis. Pada bagian akhir
dari papila sirkumfalata, dapat dijumpai sulkusterminalis. Sulkus terminalis
merupakan sebuah lekukan melintang yang membagi lidah menjadi dua bagian,
yaitu lidah bagian rongga mulut (dua pertiga anterior lidah) dan lidah yang
terletak pada orofaring (satu pertigaposterior lidah).Mukosa dari lidah yang
terletak pada orofaring tidak memiliki papila, namun tetap berstruktur
bergelombang dikarenakan keberadaan tonsil lingualis yang terletak di dalam
mukosa lidah posterior tersebut (Saladin, 2008; Marieb and Hoehn, 2010).
4. Gigi
8
Gambar 2.3 Gigi Susu dan Gigi Permanen (Tortoraet al., 2009).
Gigi melekat pada gusi (gingiva), dan yang tampak dari luar adalah bagian
mahkota dari gigi. Menurut Kerret al.(2011), mahkota gigi mempunyai lima buah
permukaan pada setiap gigi. Kelima permukaan tersebut adalah bukal (menghadap
kearah pipi atau bibir), lingual (menghadap kearah lidah), mesial (menghadap
9
kearah gigi), distal (menghadap kearah gigi), dan bagian pengunyah (oklusal
untuk gigi molar dan premolar, insisal untuk insisivus, dan caninus).
Bagian yang berada dalam gingiva dan tertanam pada rahang dinamakan
bagian akar gigi. Gigi insisivus, caninus, dan premolar masing-masing memiliki
satu buah akar, walaupun gigi premolar pertama bagian atas rahang biasanya
memiliki dua buah akar. Dua buah molar pertama rahang atas memiliki tiga buah
akar, sedangkan molar yang berada dibawahnya hanya memiliki dua buah akar.
Bagian mahkota dan akar dihubungkan oleh leher gigi. Bagian terluar dariakar
dilapisi oleh jaringan ikat yang disebut cementum, yang melekat langsung dengan
ligamen periodontal. Bagian yang membentuk tubuh dari gigi disebutdentin.
Dentin mengandung banyak material kaya protein yang menyerupai tulang.
Dentin dilapisi oleh enamel pada bagian mahkota, dan mengelilingi sebuahkavitas
pulpa pusat yang mengandung banyak struktur jaringan lunak (jaringan ikat,
pembuluh darah, dan jaringan saraf) yang secara kolektif disebut pulpa.Kavitas
pulpa akan menyebar hingga ke akar, dan berubah menjadi kanal akar. Pada
bagian akhir proksimal dari setiap kanal akar, terdapat foramen apikal yang
memberikan jalan bagi pembuluh darah, saraf, dan struktur lainnya masuk ke
dalam kavitas pulpa (Seeleyet al.,2008)
2.2.1 Definisi
2.2.2 Epidemiologi
10
a. Ras
Pemfigus Vulgaris (PV) merupakan bentuk yang tersering dijumpai
(80% dari semua kasus). Penyakit ini tersebar diseluruh dunia dan dapat
mengenai semua bangsa dan ras. Ras Yahudi terutama Yahudi Ashkenazi
lebih sering terjadi pada bangsa India dibanding pada bangsa berkulit
hitam dan berkulit putih. PV jarang sekali terjadi pada orang barat
sampai 60 tahun, namun penyakit juga bisa terjadi pada anak dan usia
pemfigus tidak jauh berbeda antara pria dan wanita, dari laporan lain
2.2.3 Patogenesis
keratinosit (tidak adanya kohesi antara sel-sel) proses ini disebut akantolisis.
Umumnya penyakit PV ditandai dengan lesi awal pada mukosa oral yang
kemudian diikuti dengan timbulnya lesi pada kulit beberapa lama kemudian.Lesi
sangat jarang muncul sebagai erupsi generalisata yang akut. Lesi umumnya
dijumpai dengan bentuk bula dinding kendor yang rapuh dan mudah pecah, jarang
terlihat dalam bentuk yang masih utuh, sehingga seringkali yang terlihat lesi erosi
dan krusta. Lokasi predileksinya meliputi kulit kepala, wajah, dada, umbilikus dan
Bula pada PV berdinding tipis, relatif flaksid, dan mudah pecah yang timbul
pada kulit atau membran mukosa normal maupun di atas dasar eritematous.
Cairan bula pada awalnya jernih tetapi kemudian dapat menjadi hemoragik
bahkan seropurulen. Bula-bula ini mudah pecah, dan secara cepat akan pecah
sehingga terbentuk erosi. Erosi ini sering berukuran besar dan dapat menjadi
generalisata.Kemudian erosi akan tertutup krusta bila lesi ini sembuh sering
Lesi di mulut muncul pertama kali dalam 60% kasus. Bula akan dengan
mudah pecah dan mengakibatkan erosi mukosa yang terasa nyeri. Lesi ini akan
mukosa nasal, vagina, penis, dan anus dapat juga terlibat (James WD dkk, 2006).
2.2.5 Diagnosis
imunopatologi. PV secara klinis ditandai dengan lesi primer berupa bula yang
berdinding kendor, mudah pecah, sehingga jarang terlihat dalam bentuk bula yang
utuh. Lesi yang dijumpai seringkali dalam bentuk erosi yang mudah berdarah
diakibatkan bula yang pecah dan sering juga menjadi krusta.Tanda Nikolsky
merupakan petanda khas pada PV.Membran mukosa sering terkena dengan lesi
erosi yang terasa nyeri dan sering timbul sebelum erupsi kulit muncul (Sharma P
dkk, 2007).
yang lain (Stanley JR, 2008). Gambaran histopatologi PV pada lesi awal
lesi baru dan menghasilkan proses penyembuhan pada lesi yang telah ada. Terapi
keparahan penyakit dan subtipe pemfigus. Faktor lain yang juga penting adalah
faktor penderita (usia penderita, keadaan umum, riwayat penyakit lain, seperti
diabetes melitus, hipertensi atau tuberkulosis) dan faktor obat (meliputi efikasi,
sendiri. Selain itu mekanisme yang unik untuk tiap jenis pemfigus memerlukan
kortikosteroid gagal menginduksi remisi atau terjadi efek samping berat dari
metotreksat dan siklosporin. Terapi awal dapat juga dimulai dengan kombinasi
infeksi sekunder juga diperlukan pada penyakit pemfigus dengan lesi erosi dan
oral, juga dapat digunakan kortikosteroid topikal dan intralesi, namun jarang
sekali efektif.Selain itu, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit juga penting
pemfigus merupakan indikator efikasi terbaik dari rejimen terapi. Penyakit ini
sendiri bersifat persisten, biasanya kambuh dan tidak pasti apakah terapi yang
15
harus tetap dilanjutkan, ataukah terapi akan menginduksi remisi yang lengkap dan
lengkap berhubungan dengan berat dan luasnya penyakit, dan respon awal
pada penderita PV dengan keterlibatan lesi kulit dan mukosa sebesar 8,3%, dan
dkk, 2005).
2.3.1 Definisi
Eritema multiformis adalah suatu penyakit inflamasi akut pada kulit dan
membrana mukosa yang dapat menimbulkan berbagai variasi lesi kulit, erupsi
kulit mendadak dan bersifat rekuren (Greenberg MS, 2003). Eritema multiformis
pada kulit atau lesi oral ulseratif dan sangat bervariasi seperti terlihat namanya
“multiformis”, merupakan kombinasi dari bulla, papula, macula, dan ulser. Lesi
stomatitis dan kutan merupakan gambaran yang paling mencolok (Regezi JA,
2003).
2.3.2 Etiologi
dengan pasti. Meskipun demikian dicurigai penyakit ini disebabkan dari reaksi
Zoster)
e. Penyakit Autoimun/gangguan imunitas
f. Penyakit sistemik atau keganasan (tumor ganas, penyakit Crohn’s,
dan radioterapi
j. Makanan (penyedap makanan, coklat) dan minuman (larutan
infeksi Virus Herpes Simplex (VHS tipe I dan II) (Greenberg MS, 2003).
2.3.3 Klasifikasi
mukosa mulut (Scully C & Bagan J, 2007). Penyakit ini dapat sembuh
multiformis minor ini dapat terjadi sekali atau berulang dan jarang terjadi
(SJJ) merupakan bentuk parah atau varian mayor dari Eritema multiformis.
Pada tahun 1992 oleh dua dokter Stevens dan Johnson menyelidiki
penyakit yang diderita pada dua pasien anak laki-laki, namun dokter
luka melepuh seperti terkana luka bakar yang meluas dari kulit dan
bervariasi dari ringan sampai berat berupa eritema, vesikel, bulla, dan
orang dewasa muda terutama laki-laki. Penyebab utama SJJ lebih dari
18
50% adalah alergi obat. Sebagian kecil lainnya karena infeksi, vaksinasi,
reaksi hipersensitivitas tipe II dan III. Pada reaksi hipersensitivitas tipe II (reaksi
penggabungan antara IgG dan IgM di permukaan sel. Hal ini menyebabkan efek
sitolitik atau sitotoksik oleh sel efektor yang diperantarai komplemen. Adanya
kerusakan pada jaringan kulit. Gabungan dari obat, antibody dan komplemen ini
terfiksasi pada sel sasaran yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit sehingga yang
menimbulkan pupura dan jika sel sasarannya adalah eritrosit dan leukosit maka
Sulfonamid. Menurut klasifikasi Coomb dan Gel, Eritema Multiformis mayor atau
SSJ disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe II (siotlitik), dimana gejala reaksi
tersebut tergantung kepada sel sasaran, dimana sasaran utamanya terdapat pada
imun dalam mikrovaskuler dari kulit dan mukosa. Pada reaksi hipersensitivitas
tipe III (reaksi komleks imun) ditandai dengan pembentukan kompleks antigen,
antibody (IgG dan IgM) dalam sirkulasi darah atau jaringan dan mengaktifkan
sek matosit dan basophil melepas granul. Kompleks imun beredar dapat
awal seperti malaise, sakit kepala dan sakit tenggorokan terjadi selama 3-7 hari
konsentrik yang disebut dengan “lesi target” atau “iris” atau “Bull’s eye” yang
muncul dengan cepat pada permukaan ekstensor lengan dan kaki, lutut, dan
telapak tangan. Lesi target merupakan lesi kutan yang karakterik, terdiri dari bulla
sentral atau area terbuka yang pucat dikelilingi oleh edema dan pita eritema
(Khoman, 2005).
bulla pecah menghasilkan lesi erosive atau ulseraif dimana lesi erosive ditutupi
oleh permukaaan fibrinosa berwarna kelabu putih. Lesi-lesi itu terbatas pada
mukosa pipi, mukosa bibir, palatum, lidah, atau melibatkan semua daerah
tersebut. Gusi jarang terlibat. Krusta perdarahan yang gelap berwarna merah-
cokelat secara khas menutupi bibir. Pasien dengan penyakit ini mengalami
kesulitan dalam hal makan, menelan, dan bicara. Sulitnya menelan mengakibatkan
saliva yang diproduksi terkumpul dalam rongga mulut sehingga saliva akan keluar
2.3.6 Diagnosis
tepat. Untuk menegakkan suatu diagnosis Erita Multiformis baik minor maupun
dengan adanya lesi target, iris, atau mata sapi apada kulit dan
dari 3cm dan simetris, selain itu juga terdapat juga kelainan pada
sesuai dengan trias pada kelainan kulit, mukosa, dan mata serta
terbentuknya lesi pada dua atau lebih permukaan dan melalui anamnesis
kepala, batuk dan pilek, nyeri dada, diare, muntah, dan atralgia.
2.3.7 Perawatan
(Hamzah M, 2007).
dengan antiseptic, diet lunak atau cair, anti mikroba, dan antihistamin
dkk, 2003).
b. Perawatan Eritema Multformis Mayor
1. Kortikosteroid
Kortikosteroid sistemik
dengan cara tapering off (dimulai dari dosis awal lalu dikurangi
umumnya masa kritis dapat diatasi dalam beberapa hari (2-3 hari).
Kortikosteroid topikal
2. Antibiotik
23
hasil biakan dan uji resistensi kuman dari sediaan lesi kulit dan
darah.
4. Antihistamin
BAB III
PEMBAHASAN
Ringkasan:
lokalisasi atipikal dan kurangnya manifestasi kulit pada saat tes klinis adalah
yang ditemukan. Ini didiagnosis agak terlambat, setelah dua biopsi dari kulit
dan salah satu lesi oral. Penulis ingin mengtamakan masalah pengobatan
masalah
Kasus Klinis:
tengkorak
b. Lesi berulang kronis di mulut dan bibir (setiap 30-40 hari) - selama
kimia
Objektif:
26
bibir
Tinjauan:
-Dipilih untuk jangka waktu yang singkat lesi menghilang, tetapi efeknya
sementara.
Pertanyaan:
bertemu tim medis gigi, setelah beberapa seri konsultasi yang gagal.
27
manifestasi oral
3. Follow up pasien
2. Diagnostik fokus, termasuk. Tes epi untuk gigi bahan dan uji
pathogalvanism
Diagnosa:
Rekomendasi Pasien:
lidocaine
serangan
telah dikaitkan dengan heepes simplex virus (HSV) / Infeksi herpes, obat, dan
diagnosis tertunda dan pengobatan yang tidak tepat. Seorang pasien wanita
29
berusia 28 tahun datang ke klinik pengobatan gigi kami dengan keluhan utama
yaitu beberapa ulserasi oral lebih dari 3 bulan. Dia telah diobati dengan
pengobatan infeksi HSV atau kandidiasis, tetapi lesi oral tidak membaik setelah
lateral bilateral dan permukaan ventral lidah, mukosa bukal bilateral, dan
lingual frenum. Tidak ada "target" lesi ditemukan pada kulit permukaan tubuh
atau ekstremitas. Biopsi insisi dari ujung lidah dilakukan. Hematoxylin dan
intraepitel vesikel di lapisan spinosus atas, sel inflamasi kronis yang intens
prednisolon 3 kali sehari selama 7 hari. Sebuah tes oral tindak lanjut
(virus), obat, atau obat herbal Cina. Beratnya gangguan bervariasi dari self-
oral (EM minor) ke progresif, fulminat-ing, varian berat dengan nekrosis epitel
tahun, meskipun 20% kasus terjadi pada anak-anak. Penyakit ini sering
berulang dan diawali oleh herpes sebelumnya, hingga 70% dari kasus.
EM dan ditandai oleh tanda klasik lesi kulit yang disebut "iris" atau "target"
lesi pada ekstremitas. Lesi mungkin gatal dan disertai dengan gejala sistemik
terbatas hanya 1 bagian, dan biasanya hanya mukosa mulut dipengaruhi. Selain
itu, lesi dapat terjadi terutama di rongga mulut sebelum ditampilkan pada kulit.
Lesi intraoral pra-dominan terjadi pada mukosa non-keratin dan yang paling
menonjol di bagian anterior dari mulut, termasuk bibir dan lidah. Lesi intraoral
yang tampak sebagai makula luas yang lepuh dan menyatu untuk membentuk
nekrotik, degenerasi vacuolar dari zona junctional, edema papiler berat dengan
melihat kasus jarang dari EM yang tidak benar didiagnosis dan diobati, serta
Presentasi Kasus
Rumah sakit Chung Shan Medical University dengan keluhan utama dari
beberapa ulserasi oral selama lebih dari 3 bulan. Dia telah mengunjungi
beberapa klinik gigi atau medis dan dirawat untuk infeksi HSV atau
Secara umum, dia sehat dan tidak mengambil obat, kecuali yang
diresepkan untuk infeksi HSV dan kandidiasis. Pasien tidak pernah seperti itu
ventral lidah, mukosa bukal bilateral, dan frenum lingual. Ulkus pada mukosa
nekrotik. Bisul ini yang sangat menyakitkan dan mencegahnya dari melakukan
32
rutinitas sehari-hari. Tidak ada "target" lesi ditemukan pada permukaan kulit
inflamasi juga didapatkan dalam submukosa (Gambar 2). Karena tidak ada
fitur karakteristik seperti akantolisis atau pemisahan epitel dari lamina propria
tidak patognomonik, tetap ada karakteristik dari diagnosis EM. Tidak ada
yang berguna untuk histopatologi akhir diagnosis EM. Pasien diobati dengan
Gambar 3.1. Foto klinis menunjukkan ulserasi besar dengan cincin dari perbatasan
eritematosa pada mukosa bukal kiri dekat sudut mulut.
Gambar 3.2. Biopsi lesi di ujung lidah mengungkapkan fokus ulserasi permukaan (panah
putih), vesikel intraepitel (hitam panah) di lapisan spinosus atas, sebuah peradangan
kronis yang intens, infiltrasi sel di lamina propria (panah hitam), dan infiltrat inflamasi
perivaskular di submukosa (mata panah putih).
34
Gambar 3.3. Gambaran klinis menunjukkan bagaimana ulserasi oral sudah sembuh
setalah 1 minggu pengobatan kortikosteroid.
Diskusi
Diferensial diagnosis beberapa ulserasi oral seperti yang disajikan
ulserasi aftosa lisan, infeksi HSV, dan EM. Pemfigus adalah penyakit
yang hadir, hanya pemfigus vulgaris adalah yang mungkin melibatkan mukosa
mulut. Secara klinis, pemfigus vulgaris dapat melibatkan semua mukosa mulut
menunjukkan vesikel superfisial yang pecah dengan mudah dan menjadi borok.
dikesampingkan.
melibatkan baik mukosa mulut dan konjungtiva, yang jika tidak diobati, dapat
menyebabkan kebutaan. Secara klinis, gingiva adalah lokasi yang paling umum
epitel dari dasar lamina propria dapat dilihat dengan mikroskop cahaya, dan
membran basal. Spesimen biopsi dalam kasus ini tidak menunjukkan jelas
bisa dikesampingkan.
jika lesi EM hanya hadir di mulut, aftosa minor, ulserasi biasanya menunjukkan
ulkus bulat kecil diameter kurang dari 1 cm yang menyakitkan pada mukosa
menunjukkan satu atau beberapa borok yang menyakitkan lebih besar diameter
terjadi. Dalam hal ini, fitur histopatologi menunjukkan vesikel intraepitel dan
. Diagnosis banding dalam hal ini termasuk Infeksi HSV, baik primer
dan sekunder. Pasien membantah serupa dengan pisode sebelumnya, dan tidak
demam, kelelahan, dan malaise yang merupakan karakteristik dari infeksi HSV
primer hadir dalam kasus ini. Pada herpes sekunder gingivostomatitis, beberapa
vesikel kecil biasanya ditemukan di cluster pada gingiva dan hard palatum.
Mikroskopis, lesi herpes oral dapat menunjukkan vesikel intraepitel, tapi ada
kromatin, dan multinukleasi dalam cairan vesikel. Karena ini sel epitel diubah
minor seperti dalam kasus ini. Pasien dirawat dengan dosis sedang
,
untuk infeksi HSV; jika penyakit pasien telah infeksi HSV, dia tidak akan
diagnosis yang cepat dan tepat. Setelah Penyakit ini dikonfirmasi oleh
Gautham Kumar)
Abstrak
37
melibatkan kulit dan membran mukosa. Klinis dapat berupa kecil atau besar
atau hanya melibatkan mukosa mulut. Berbagai agen telah dilaporkan memicu
eritema multiforme. Di sini kita melaporkan kasus yang tidak biasa dari
eritema multiforme yang disebabkan oleh obat melibatkan mukosa mulut dan
telah membahas betapa pentingnya untuk membedakan lesi ulseratif lain dari
rongga mulut dari eritema multiforme sebagai dokter mulut kita akan menjadi
Pendahuluan
biasanya ringan dan sembuh sendiri, yang merupakan penyakit inflamasi akut
terpisah atau merupakan bagian dari bentuk kecil dari EM yang masih belum
jelas. Oral EM, meskipun mungkin terbatas hanya pada mukosa mulut,
mukosa. EM telah dilaporkan dipicu oleh berbagai agen, terutama virus, dan
berbagai agen menular lainnya, aditif makanan, bahan kimia dan obat-obatan .
gangguan untuk manajemen awal dan tindak lanjut yang tepat. Berikut ini
kami sajikan kasus eritema multiforme oral pada seorang pasien wanita
Laporan Kasus
nyeri dan ulserasi di bibir sejak empat hari. Pasien menyampaikan riwayat
tiba-tiba ulserasi dan perdarahan dari ulkus dan mengalami kesulitan dalam
makan dan menelan. Ada riwayat demam dan sakit tenggorokan satu minggu
yang lalu ketika pasien telah mengunjungi seorang dokter umum, dan pasien
pemakaian obat, dia mengalami beberapa bula dan ulcer yang kecil pada bibir
yang kemudian menjadi luas, dan perdarahan besar pada ulcer. (Gambar 1)
besar di bibir atas dan bawah dengan batas tidak teratur. Ada juga
kenyal.
40
bukal, labial mukosa, terutama di bagian anterior dari rongga mulut. (Gambar
3) Ulcer yang luas dengan pengelupasan pada tepi eritematosa. Tidak ada lesi
lainnya di tempat lain di tubuh. Riwayat obat yang positif, tiba-tiba, ulserasi
luas dengan perdarahan dan crustations lebih ulkus kuat mengarah pada
mg tiga kali sehari selama satu minggu, kemudian dua kali sehari selama
minggu kedua dan perlahan dikurangi yaitu sekali sehari pada minggu ketiga.
empat hari dan kondisi tersebut sudah diketahui telah meningkat secara
Pasien kemudian di follow up untuk satu tahun ke depan dengan tidak adanya
Gambar 3.9
3.8
Diskusi
lendir mulut atau keduanya. EM dapat disebabkan oleh reaksi obat yang
belum diketahui, namun disarankan agar EM hasil dari sel T dimediasi reaksi
parah luas dan mengancam kehidupan. Lesi kulit diklasifikasikan sebagai lesi
target yang khas yang biasanya simetris dan terdiri dari makula atau papula
dengan atau tanpa lecet. Lesi kulit disertai dengan ulserasi dari selaput lendir,
terutama mukosa mulut. Juga mukosa lain seperti mata dan genital juga bisa
terlibat.
mukosa.
Lesi oral biasanya meluas dan parah. Kurang dari 10% luas permukaan
Pada Steven Johnson’s syndrome, ada lesi target atipikal yang datar dan
lesi target makula yang klasik. Ada juga gejala sistemik. Secara umum luasnya
parut dari lesi mukosa. Sekitar kurang dari 10% luas permukaan tubuh terlihat
target atipikal datar dengan erosi mukosa parah dan kemajuan untuk
mulut adalah kondisi berulang kronis dengan frekuensi episode bervariasi dari
setiap tiga minggu sekali dalam tahunan. Tapi kasus kami tidak melaporkan
kekambuhan apapun pada tindak lanjut yang rutin selama satu tahun. Dengan
tampilan klinis yang terlihat dalam kasus kami dan juga hubungan positif
antara asupan obat dan terjadinya lesi mukosa mulut, itu didiagnosis sebagai
EM oral. Kasus kami mulai beberapa hari setelah pemberian obat dan benar-
benar diselesaikan setelah penghentian obat. Ini juga merupakan alasan yang
Diferensial diagnosis pada kasus kami yaitu lesi yang berkaitan dengan
pemfigoid bulosa dan reaksi obat lainnya. Lesi herpes yang dikesampingkan
karena lokasi, mukosa keratin dan tidak adanya ulserasi gingiva. Riwayat
pengobatan yang positif terkait dengan timbulnya ulserasi dalam kasus kami
juga dapat menunjukkan lesi yang sama, tetapi tidak adanya striae Wickham
dalam kasus kami dikesampingkan dari diagnosis. Reaksi obat lain terhadap
mukosa yang termasuk erupsi obat tetap, reaksi obat lichenoid, pemfigoid
44
C3 dan fibrin.
Agen obat penyebab harus diidentifikasi dan ditarik. Juga perawatan suportif
lunak dapat diberikan. Jika ada virus herpes diidentifikasi, maka antivirus
ditunjukkan. Acyclovir 200 mg dapat diberikan lima kali sehari, atau 400 mg
empat kali sehari atau valacyclovir 500mg dua kali sehari dapat diberikan
selama lima hari. Juga, steroid sistemik dapat diberikan. Prednison dalam
dosis upto 1mg / kg setiap hari, selama 2-3 minggu. Juga, obat imunosupresif
pasien dengan Steven Johnson’s syndrome dapat dirawat di unit luka bakar
EM Minor EM Mayor
1. Paling ringan 1. lesi kutaneus dengan beberapa
2. Lesi kulit simetris didistribusikan membran mukosa, biasanya
pada permukaan ekstensor lesi mukosa mulut, tetapi juga genital,
target mata, laring dan mukosa esofagus
3. Keterlibatan membrane mukosa dapat dipengaruhi.
hanya pada satu mukosa, biasanya 2. Lesi kulit dengan karakteristik
mukosa mulut lesi target yang simetris atau lesi
45
penting. Dengan demikian, sebagai dokter mulut, kita mungkin menjadi yang
penting kami.
Abstrak
Tujuan: Pemfigus, mendefinisikan sekelompok gangguan di etiologi
pemfigus.
Bahan dan Metode: Penelitian ini adalah retrospektif dari 15 kasus pemfigus
dirancang.
46
Hasil: Distribusi Umur dari pemfigus adalah 15-59 tahun dengan rata-rata
bukal (34,3%) adalah bagian yang paling sering terkena diikuti oleh lidah
(20%), gingiva (17,1%), langit-langit (11,4%), bibir (11,4%) dan dasar mulut
(5,7%).
Kesimpulan: Penjelasan kami pada kesimpulan ini, sementara spekulatif,
bahwa situasi sosial ekonomi terkait stres pada laki-laki dan perubahan
dan menggunakan narkoba; trauma gigi dan bruxism bisa bertanggung jawab
Pendahuluan
yang bisa mengancam jiwa dan klinis manifestasi terutama epitel terik
pasien per tahun. Hal ini tidak signifikan dominan pada wanita dan umumnya
muncul pada orang dewasa selama tahun hidup kelima puluh dan enam puluh.
Mediterania dan Asia Selatan, telah terbukti sebenarnya terkait dengan HLA-
gen II.
makanan, bahan kimia, virus, fisik agen dan stres, telah mengakui sebagai
pemicu pemfigus. Pada lesi kulit dan sel mononuklear darah perifer pasien
dengan pemfigus, virus Herpes DNA terdeteksi oleh PCR. Jumlah yang lebih
tinggi dimiliki oleh pasien hamil, oleh karena estrogen memicu proses
penyakit.
tertentu. Berbagai macam obat telah terlibat dalam awal yang pemfigus akibat
obat, seperti obat thiol (captopril, penicillamine, enalapril) dan non-thiol obat
Pemfigus Vulgaris (PV) dan sering melibatkan mulut yang sekitar 75% dari
menerusmenyebabkan lecet, bisul dan erosi pada mukosa mulut dan kulit. PV,
varian yang paling umum, menunjukkan lesi oral sebagai gejala awal pada
50% dari kasus. Melepuh, yang cepat menyebabkan erosi kronis menyakitkan
danbisul, biasanya terlihat pada mukosa bukal, palatum, ventrum lidah dan
bibir. Lesi kulit mulai lepuh lalu lembek pada kulit. Di PV, Ig G antibodi
dan sehingga lesi oral terjadi pada tahap awal tapi setelah Dsg 1 antibodi yang
jelas, lesi menyebar untuk melibatkan mukosa dan kulit lainnya. Selain PV,
satu kasus dengan karsinoma sel skuamosa mulut telah dilaporkan. Pemfigus
vegetans (P sayuran) jarang terlihat varian klinis 1-2% dari semua kasus
akantolisis, dan juga infiltrasi inflamasi dermal secara ringan bisa terdeteksi.
(Ig G) deposisi antibodi dalam ruang antar sel dari keratinosit. Dalam semua
49
bentuk pemfigus, pap sitologi diperoleh dari kerokan dasar dan atas lesi
Pengobatan saat ini untuk pemfigus adalah topikal dan kortikosteroid sistemik,
biologi.
Sebenarnya lecet pada mukosa mulut di 87% dari kasus gejala awal
dari penyakit dan profesional gigi mungkin memainkan peran penting dalam
mendiagnosis penyakit ini. Tujuan dari studi kami adalah untuk mengevaluasi
kasus pemfigus.
Data pasien; usia dan jenis kelamin, klinis dan sejarah pengobatan
farmakologis, presentasi klinis (ada atau tidak adanya ulserasi), gejala, lokasi
lesi dalam rongga mulut, durasi dan tingkat dalam mulut didokumentasikan
dalam semua kasus. Keterlibatan membran mukosa dan / atau kulit lainnya
juga didokumentasikan.
kasus.
Hasil
Distribusi usia dari pemfigus adalah 15-59 tahun dengan rata-rata usia
41,3 tahun. Usia rata-rata presentasi pada pria adalah 42,7 tahun dan pada
wanita adalah 40,81 tahun. Mayoritas kasus berada di grup tahun usia 31-50
Durasi lesi oral diambil sebagai periode antara saat ketika pasien
pertama kali melihat lesi dan datang ke klinik kami. Durasi rata-rata pemfigus
adalah 5.83 (kisaran antara 10 hari-36 bulan) bulan. Dalam kasus kami seri,
(26,7%). Sebagai onset pertama penyakit, di sekitar 86,6% dari kasus, rongga
mulut adalah keterlibatan bagian yang utama. dua kasus yang memperlihatkan
awalnya lesi pada kulit. Semua kasus memperlihatkan sebagai ulkus atau erosi
51
dengan rasa sakit dan sensasi terbakar sebagai gejala lisan menyajikan (Tabel
1).
Bagian yang paling sering terkena adalah mukosa bukal (34,3 %),
Diikuti oleh lidah (20%), gingiva (17,1%) (Gambar 1), langit-langit (11,4%),
obat yang digunakan telah dicatat. Pada semua pasien, instruksi kebersihan
tuberkulum, gigi palsu tajam, tambalan dll) telah dieliminasi dan diperiksa di
sakit dan 11 pasien rawat jalan telah diobati dengan kortikosteroid sistemik.
Diskusi
perempuan yang lebih dominan yang sudah diteliti berbeda dari Negara-
negara besar didunia seperti Afrika Utara, Eropa dan di beberapa negara
Asia Timur. Tidak ada satupun dari seri ini wanita / rasio laki-laki lebih
2,25. Rasio dihitung sebagai 2,75 / 1 dalam makalah ini yang sedikit lebih
Turki oleh Uzun et al. Sejak angka pasien yang terbatas dievaluasi
penelitian sebelumnya.
awal, dan kondisi telah jarang dicatat pada individu yang lebih muda dari
30 atau setelah 60 tahun. Rata-rata onset usia adalah 41,3 tahun pada
kelompok kami tampaknya lebih muda dari hasil studi epidemiologi. Ada
beberapa laporan di populasi muda yang sama dengan kelompok kami dan
sebagai 43, sedangkan laporan dari Kuwait dan Pakistan tidak mendukung
temuan ini.
Itu dicatat bahwa jumlah pasien wanita lebih muda dari 40 tahun (5
oang). Dua pasien ini melaporkan bahwa lesi awal muncul selama mereka
pada insiden yang lebih tinggi dalam kelompok studi dengan jumlah
54
pasien terbatas. Kelompok yang terdiri hanya dari pasien PV. Hal ini
terkait bahwa pemfigus vulgaris adalah varian yang paling umum dari
sekarang. Bagian yang paling sering terkena adalah mukosa bukal (34,3%)
(11,4%) dan dasar mulut (5,7%). Apa saja lokalisasi mukosa mulut
gingiva dan langit-langit yang terutama yang dipengaruhi. Dalam seri ini,
lesi di mukosa bukal biasanya pada garis linea alba adalah daerah yang
dan baik lokal di mukosa bukal dan / atau di lidah. Lesi oral pemfigus
berkembang menjadi yang lebih tua lalu pecah dan memborok. Bisul yang
dengan jaringan parut. Lesi gingiva biasanya lebih parah deskuamatif atau
erosif gingivitis.
pandangan ini efek dari cuaca panas di Thailand, dan periode menostasis
terdiri dari berbagai kelompok etnis. Penjelasan kami dari kesimpulan ini,
Abstrak:
dapat menyebar ke kulit. Para dokter gigi harus efisien untuk mengenali klinis
Kata pengantar
yang mengancam kehidupan maka penting bagi dokter gigi untuk mengenali
biasanya terjadi pada pasien antara usia 30 dan 60. Hal ini ditandai dengan
perjalanan penyakit. Lesi intraoral mungkin muncul sebanyak 50% dari pasien
tanpa afeksi simultan dari kulit. Meskipun setiap bagian dari mukosa mulut
mungkin akan terkena, daerah yang terkena iritasi mekanis yang paling sering
terlibat. Lesi cenderung terjadi paling sering pada bukal dan palatal mukosa
dan pada gingiva. Lesi mulut dimulai dengan lepuh seperti lecet atau plak
gelatin yang difus. Pecahnya bula terjadi di tahap awal dan mungkin
berakibat fatal. Oleh karena itu, dengan mengenali lesi oral Pemfigus Vulgaris,
58
dokter memiliki tanggung jawab dalam diagnosis awal penyakit ini, yang
Laporan Kasus
kedokteran gigi dan radiologi dari Farooqia Gigi College & Hospital, Mysore
dengan keluhan ulserasi dan sensasi terbakar pada bibir bawah, lidah dan pipi
menelan. Riwayat kekambuhan juga didapatkan. Tidak ada lesi kulit yang
jelas. Pada pemeriksaan klinis, beberapa ulserasi terlihat pada mukosa bukal
kanan, bibir bawah di sisi mukosa, permukaan ventral & perbatasan lateral
lidah. Ulserasi dengan berbagai ukuran dan bentuk yang tidak teratur
semua temuan pemeriksaan, pada palpasi dapat ditemukan borok yang lembut.
Tidak ada cairan yang ditimbulkan dari ulkus. Dasar ulkus tidak indurasi.
Tidak ada ketetapan untuk struktur yang mendasari. Nikolsky’s sign positif.
seringnya ulserasi luas yang didahului dengan pecahnya vesikel & kehadiran
Stomatitis yang berulang (lesi dapat parah, tetapi lesi individu dapat sembuh
dan kambuh dan dalam kasus pemfigus lesi yang sama terus memperluas ke
Bulosa (Nikolsky’s sign negatif & lesi oral jarang terjadi). D) Eritema
Membran Pemfigoid (80% dari kasus menunjukkan keterlibatan mata & tidak
Foto Pre-Treatment
Gambar Histopatologi
Diskusi
pemfigus vulgaris adalah penyakit yang paling umum dari semua penyakit,
yang terdiri dari entitas penyakit. Pemfigus vulgaris adalah penyakit blister
menjadi tempat awal dalam 50% kasus sebelum kulit dan mukosa lainnya
61
adalah 0,1-0,5 kasus per 100.000 orang di seluruh dunia per tahun.
kasus (70- 90%), gejala awal penyakit muncul pada mukosa mulut. Lesi
mulut lainnya. Tempat yang paling umum dari mulut termasuk mukosa
Sebagian pasien dengan lesi oral awalnya bisa salah didiagnosis, biasanya
lichen planus, atau kandidiasis oral, dan mungkin dirawat secara tidak
pemfigoid sikatrisial. Selama tahap aktif dari lesi, ketika tekanan lateral
yang diterapkan pada melepuh atau kulit perilesional atau kulit muncul
berkilau, dan eksudatif, dan dry Nikolsky’s sign, jika dasar kulit terkikis
epitelisasi sisa atas bawah blister. Fenomena yang sama juga dapat
diagnosis definitif PV, kriteria berikut harus dipenuhi: 1) adanya lesi klinis
bula utuh dari gingiva yang jarang ditemukan dan manifestasi penyakit
kecil dari mukosa mulut yang terlibat. Fase akut pemfigus dikaitkan
juga telah dilaporkan sebagai pemicu untuk Pemfigus Vulgaris. Dalam hal
hampir selalu diikuti dengan keterlibatan kulit atau epitel sesekali seperti
tergantung pada usia pasien, tingkat awal keparahan, tingkat lesi, interval
antara onset gejala dan awal pengobatan, dan dosis obat yang diperlukan
Kesimpulan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a.
4.2 Saran
Perlu perhatian yang lebih untuk penanganan penyakit kelainan perdarahan ini
karena kelainan-kelainan ini meupakan kelainan yang bisa menyebabkan
kematian jika penananganannya tidak tepat dan perlu adanya kerjasama
multidisiplin yang baik antara dokter umum maupun dokter gigi mengingat gejala
klinis kelainan ini juga mencakup kelainan pada gigi.
Literatur dan penelitian yang kurang tentang manifestasi kelainan perdarahan
pada rongga mulut juga perlu untuk diperhatikan mengingat banyak kelainan ini
pada fase awal tidak terlihat secara klinis sehingga dapat kita ketahui melalui
kelainannya pada rongga mulut.
66
DAFTAR PUSTAKA
Huang, Y. Yang, H.W. Yang, J.H. 2006. Erythema multiforme - case report. Oral
Medicine Center, Department of Dentistry, Department of Dermatology,
College of Oral Medicine, Chung Shan Medical University Hospital,
Taichung, Taiwan, ROC.
James WD, Berger TG, Elston DM. Chronic Blistering Dermatoses. Dalam :
Andrew’s Disease of the skin Clinical Dermatology. Edisi ke-10.
Canada: WB Saunders Company. 2006.h.459-62
Khoman, J. 2005. Eritema Multiformis yang Dipicu oleh Virus Herpes Simpleks.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sharma P, Mao X, Payne AS. Beyond steric hindrance : The role of adhesion
signaling pathways in the pathogenesis of pemphigus. Journal of Derm
Science. 2007;48:1-14.
Stanley JR. Pemphigus. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA,
Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in general
medicine. Edisi ke-7. New york. McGraw-Hill; 2008.h.459-68.
Yeh SW, Ahmed B, Sami N, Ahmed AR. Blistering disorders: diagnosis and
treatment. Dermatologic therapy. 2003;16:214-33